ltm pbl 2

18
LEMBAGA-LEMBAGA PEREKONOMIAN DALAM ISLAM Oleh : Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan, MA. Pendahuluan Islam adalah suatu agama yang diturunkan oleh Allah swt melalui NabiNya Muhammad saw kepada seluruh ummat manusia dan adalah merupakan agama terakhir yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ini adalah bersifat universal sebab agama ini tidak hanya mengatur masalah- masalah ukhrawi, akan tetapi juga mengantur masalah-masalah duniawi dalam rangka kemaslahatan ummat manusia dan bahkan kemaslahan alam semesta (rahmatan lil alamien). Dalam rangka mengatur masalah-masalah duniawi ini, Islam mengatur system perekonomian ummat manusia yang bebas dari intrik, penipuan dan siaft-sifat tidak terpuji lainnya, sehingga dengan demikian di antara ummat manusia terjalin hubungan yang harmonis dan dinamis, saling tolong menolong, saling menguntungkan di bawah kendali hukum syariah. Hukum-hukum syariah tersebut telah dianalisis sedemikian rupa oleh para ulama, sehingga daripadanya dikeluarkan teori-teori hukum, ketentuan-ketentuanh hukum yang besifat teknis dan praktis dalam bentuk Fiqh Islam (Hukum Islam Praktis). Sistem perekonomian ummat manusia tersebut perlu diatur sedemikian rupa sebab hal ini adalah merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat ditawar-tawar keberadaannya. Seluruh ummat manusia di mana dan kapan saja dia berada, pastilah akan mengalami dan berinteraksi dengan orang lain dalam rangka system perekonomian ini. Sebab hal ini adalah merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup umat manusia. Sistem perekonomian tersebut banyak macam ragamnya baik yang diatur secara langsung oleh Allah swt, maupun yang telah ada sebelumnya, namun keberadaannya dilegitimasi oleh ajaran agama. Sistem-sitem perekonomian tersebut adalah sebagai berikut : Badan Amil Zakat.

Upload: hatta-gusnadi-putra

Post on 09-Nov-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LEMBAGA-PEREKONOMIAN-UMAT

TRANSCRIPT

LEMBAGA-LEMBAGA PEREKONOMIAN DALAM ISLAMOleh : Drs. H. Ahmad Supardi Hasibuan,MA.PendahuluanIslam adalah suatu agama yang diturunkan oleh Allah swt melalui NabiNya Muhammad saw kepada seluruh ummat manusia dan adalah merupakan agama terakhir yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ini adalah bersifat universal sebab agama ini tidak hanya mengatur masalah-masalah ukhrawi, akan tetapi juga mengantur masalah-masalah duniawi dalam rangka kemaslahatan ummat manusia dan bahkan kemaslahan alam semesta (rahmatan lil alamien).Dalam rangka mengatur masalah-masalah duniawi ini, Islam mengatur system perekonomian ummat manusia yang bebas dari intrik, penipuan dan siaft-sifat tidak terpuji lainnya, sehingga dengan demikian di antara ummat manusia terjalin hubungan yang harmonis dan dinamis, saling tolong menolong, saling menguntungkan di bawah kendali hukum syariah. Hukum-hukum syariah tersebut telah dianalisis sedemikian rupa oleh para ulama, sehingga daripadanya dikeluarkan teori-teori hukum, ketentuan-ketentuanh hukum yang besifat teknis dan praktis dalam bentuk Fiqh Islam (Hukum Islam Praktis).Sistem perekonomian ummat manusia tersebut perlu diatur sedemikian rupa sebab hal ini adalah merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat ditawar-tawar keberadaannya. Seluruh ummat manusia di mana dan kapan saja dia berada, pastilah akan mengalami dan berinteraksi dengan orang lain dalam rangka system perekonomian ini. Sebab hal ini adalah merupakan sebuah keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup umat manusia.Sistem perekonomian tersebut banyak macam ragamnya baik yang diatur secara langsung oleh Allah swt, maupun yang telah ada sebelumnya, namun keberadaannya dilegitimasi oleh ajaran agama. Sistem-sitem perekonomian tersebut adalah sebagai berikut : Badan Amil Zakat.Badan Amil Zakat adalah merupakan sebuah lembaga keagaamaan yang beregerak dalam bidang perekonomian yang salah satu tugas pokoknya adalah mengentaskan masyarakat khususnya ummat Islam dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Pembentukan lembaga ini adalah didasarkan atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Badan Amil Zakat diharuskan dibentuk secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat sampai dengan tingkat kecamatan. Hal ini dimaksudkan agar potensi ummat Islam dalam bentuk zakat, infaq dan shodaqah dapat diberdayakan secara maksimal sehingga berdaya guna dan berhasil guna. Hal ini dirasa sangat penting sebab zakat, infaq dan shodaqah adalah merupkan potensi ummat Islam yang dapat komplementer dengan pembangunan nasional, sebab potensi zakat, infaq dan shodaqah apabila dapat diberdayakan secara maksimal, maka akan mendatangkan dana yang cukup besar yang dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa dan Negara.Latar belakang dikeluarkannya UU tentang Pengelolaan Zakat dan Pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) adalah sebagai berikut :Pertama, Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat menurut agamanya masing-masing.Kedua, Penunaian Zakat merupakan kewajiban umat Islam dan merupakan sumber dana untuk kesejahteraan masyarakat.Ketiga, Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial.Keempat, Upaya sistem pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan agar berhasil guna dan berdaya guna, untuk itu diperlukan Undang-Undang Pengelolaan Zakat.Perintah zakat adalah merupakan salah satu perintah yang berulang-ulang disebutkan dalam al-Quran dan kata-katanya dirangkaikan dengan perintah untuk melaksanakan ibadah salat. Perintah zakat tersebut yang memakai kata-kata zakat terdapat sebanyak 31 kali, sedangkan yang memakai kata-kata lain yang maknanya adalah zakat terdapat sebanyak 80 kali. Dari 31 kali kata zakat tersebut, 28 Kali kata atau perintah zakat dirangkaikan dengan perintah salat, satu kali terpisah antara salat dan zakat, satu kali berdiri sendiri perintah zakat tanpa diiringi dengan kata salat, dan satu kali bermakna bukan zakat akan tetapi anak yang saleh.Perintah zakat, selain terdapat dalam al-Quran, juga terdapat dalam hadis Rasulullah saw, dan dilanjutkan secara berkesinambungan oleh al-Khulafaurrasyidun sesudahnya dengan penjelasan sebagai berikut :Pertama, Perintah Nabi untuk memungut zakat terdapat dalam Hadis Sahih, yaitu :Abu Burdah menceritakan, bahwa Rasulullah saw mengutus Abu Musa dan Muaz Bin Jabal ke Yaman guna mengajar orang-orang di sana tentang soa-soal agama mereka. Rasulullah menyuruh mereka, jangan mengambil shodaqah/zakat (hasil bumi) kecuali empat macam ini, ialah Hinthoh (gandum), Syair (sejenis gandum lain), Tamar (kurma) dan Zabib (anggur kering).Kedua, Pada masa al-Khulafaurrasyidun, kegiatan pengumpulan zakat sebagai perintah Allah dan RasulNya tetap dilanjutkan, bahkan Kholifah Pertama Abu Bakar Shiddiq memerangi kelompok ataupun golongan yang tidak mau (mengingkari) membayar zakat. Pendapat Kholifah ini pertama kali ditentang oleh pembesar Sahabat antara lain oleh Umar Bin Khattab, namun pada akhirnya Umar Bin Khattabpun mendukung kebijakan yang ditempuh oleh Abu Bakar ini.Ketiga, Pada masa al-Khulafaurrasyidun Kedua dibawah pimpinan Umar Bin Khattab, kegiatan pengumpulan zakat lebih digalakkan lagi, yaitu dengan membentuk Baitul Maal sebagai sarana penampungan dan penyaluran zakat, termasuk di dalamnya infaq, shodaqah, nazar dan kafarat.Keempat, Kegiatan pengumpulan zakat berlanjut pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyyah, namun puncaknya adalah pada masa Umar Bin Abdul Aziz, dimana kesejahteraan ummat Islam sangat tinggi, sehingga khalifah kesulitan mencari orang (mustahik) tempat pembayaran zakat.Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat menetapkan bahwa tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut:1.Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah Zakat.2.Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagaman dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.3.Meningkatnya hasil guna dan daya guna Zakat.Lahirnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat ini adalah merupakan sebuah kebanggaan bagi ummat Islam, sebab dengan demikian maka ajaran agama Islam ini telah menjadi bahagian dari hukum nasional yang wajib diamalkan oleh seluruh ummat Islam. Namun demikian Undang-Undang mempunyai kelemahan antara lain adalah :1.UU ini tidak mengatur tentang kewajiban dan sanksi bagi Muzakki. Undang-Undang ini memang secara tersurat pada pasal 2 telah menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat, namun UU ini tidak menyebutkan sanksi yang akan dikenakan kepada muzakki yang tidak membayar zakat.2.UU ini tidak memberikan hak kepada pengelola zakat untuk menghitung jumlah kekayaan muzakki dan menetapkan jumlah zakat yang harus dibayarkan, akibatnya muzakki mempunyai kebebasan untuk membayar atau tidak membayar zakatnya. Dengan demikian maka zakat ini bersifat sukarela, padahal zakat ini adalah merupakan kewajiban.Badan Perwakafan NasionalWakaf adalah merupakan salah satu lembaga ekonomi Islam yang cukup dikenal di Indonesia, namun satu hal yang sangat disayangkan lembaga ini belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberlangsungan bangsa dan Negara. Hal ini disebabkan karena wakaf sebagai aset berharga ummat Islam dan sangat potensial, belum dimanfaatkan secara maksimal dan belum menghasilkan secara optimal. Potensi wakaf yang sangat besar tersebut kalaupun telah dikelola sebahagiannya, namun pengelolaan tersebut belum bersifat produktif, sehingga dengan demikian maka jadilah harta-harta wakaf itu dalam bentuk lahan tidur yang tidak dapat menghasilkan secara ekonomis.Mengingat bahwa wakaf adalah merupakan aset ummat Islam yang sangat potensial sebagaimana halnya zakat dalam pembahasan sebelumnya, maka pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia bersepakat menetapkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, sehingga dengan demikian maka pengelolaan wakaf secara berdayaguna dan berhasil guna telah mendapat pengakuan secara yuridis formal dari Pemerintah Republik Indonesia dan tidak ada lagi alasan untuk tidak melaksanakannya sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam dalam konteks kekinian dan kedisinian kita.Undang-Undang Wakaf ini adalah merupakan sebuah penuntun bagi jalannya syariat Islam di Indonesia secara legal dan konstitusional. Oleh karena itu pulalah maka UU ini mengatur berbagai hal penting dalam rangka pengembangan wakaf produktif. Misalnya, benda wakaf yang diatur dalam UU ini bukan hanya dibatasi pada benda tidak bergerak semata, akan tetapi termasuk di dalamnya benda bergerak seperti logam, uang, surat berharga, kenderaan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa dan benda bergerak lainnya sesuai dengan ketentuan syariah dan perundang-undangan.Khusus masalah wakaf uang ditegaskan secara rinci dalam UU ini yang menyatakan bahwa wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk menteri. Wakaf uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak yang dilakukan secara tertulis serta harus dinyatakan dalam bentuk sertifikat wakaf uang. Sertifikat wakaf tersebut disampaikanLKSkepada wakif dan nazir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.Ditetapkannya UU ini adalah merupakan sebuah langkah maju bagi Negara Republik Indonesia yang nota bene penduduknya adalah mayoritas beragama Islam. Sehingga dengan demikian maka hukum Islam di bidang wakaf ini telah menjadi hukum nasional yang wajib dilaksanakan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat umat Islam.Baitul Maal Wat TamwilBaitul Maal wat Tamwil adalah merupakan sebuah lembaga Negara yang bergerak dalam bidang penampungan harta ummat Islam dan Negara. Semua dana yang terkumpul apakah itu dari pajak maupun dari yang lainnya, kesemuanya dikumpul pada lembaga yang disebut dengan Baitul Maal Wat Tamwil. Baitul Maal Wat Tamwil ini adalah semacam Kas Negara ataupun Departemen Keuangan pada zaman modern yang bertugas menyimpan dan mengelola keuangan Negara sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada public secara transfaran dan akuntable.Baitul Maal Wat Tamwil adalah pertama sekali diprakarsai oleh Rasulullah saw sebagai sebuah lembaga keuangan Negara pada abad ketujuh masehi yang mempunyai tugas yakni semua hasil pengumpulan Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan Negara. Status harta pengumpulan itu adalah milik Negara dan bukan milik individu. Meskipun demikian dalam batasan-batasan tertentu, pemimpin negara dan pejabat lainnya menggunakan harta tersebut untuk mencukupi kebutuhan peribadinya. Hal ini tentu berada di luar jalur dan ketentuan yang berlaku.Pada masa pemerintahan Rasulullah saw, Baitul Maal bertempat di Masjid Nabawi yang ketika itu dipergunakan sebagai kantor pusat Negara yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal Rasulullah. Binatang-binatang yang merupakan perbendaharaan Negara tidak disimpan di Baitul Maal sesuai dengan alamnya, binatang-binatang tersebut ditempatkan di lapangan terbuka. Namun harta Negara seperti uang dan lain sebagainya yang dapat disimpan, ditempatkan di Baitul Maal yang adalah merupakan perbendaharaan dan Kas Negara.Apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw ini adalah merupakan langkah maju sebagai sebuah kelengkapan alat Negara dalam rangka mengelola dan memberdayakan segenap potensi keuangan Negara untuk selanjutnya dipergunakan sebesar-besarnya untuk keperluan rakyat. Ternyata ide cemerlang Rasulullah saw ini adalah merupakan ide pertama yang dilakukan oleh ummat manusia dalam mengelola sebuah institusi kenegaraan. Sekalipun pada saat itu belum disebut sebagai sebuah Negara dan pemerintahan, namun ciri-ciri yang ada padanya telah menunjukkan bahwa sesungguhnya Negara Madinah itu sudah ada dan sudah maju serta mandiri.Bank SyariahPerbankan syariah adalah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berdasarkan hukum Islam yang adalah merupakan sebuah lembaga baru yang amat penting danm strategis peranannya dalam mengatur perekonomian dan mensejahterakan umat Islam. Kehadiran lembaga perbankan bukan hanya dapat mengatur perekonomian masyarakat, akan tetapi kehadirannya dapat juga menghancurkan perekonomian sebuah Negara sebagaimana yang dialami bangsa Indonesia decade delapan puluhan dan sembilan puluhan.Oleh karena itulah maka diperlukan perbankan yang berorientasi syariah sehingga dapat melindungi uang si penanam modal dan juga memberikan keuntungan bagi si pemiunjam modal. Pada keduanya terjalin hubungan yang sinergis dan saling menguntungkan, serta kesepakatan bersama apabila terjadi kerugian yang tidak diinginkan bersama. Apabila terjadi keuntungan, maka sesungguhnya hal itu mudah diatur, akan tetapi apabila terjadi kerugian ataupun jatuh pailit, maka timbullah percekcokan. Dalam kaitan dengan ini, hukum Islam telah memberikan aturan main yang saling menguntungkan dan tidak saling merugikan.Bank Islam ataupun Bank Syariah sebagaimana disebutkan oleh Fuad Mohammad Fakhruddin adalah bank dimana kebanyakan pendirinya adalah orang yang beragama Islam dan seluruhnya atau sebahagian besar sahamnya kepunyaan orang Islam sehingga dengan demikian maka kekuasaan dan wewenang baik mengenai administrasi maupun mengenai yang lainnya terletak di tangan orang Islam.Sedangkan menurut Karnaen A. Parwaatmadja, Bank Islam atau Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Salah satu unsur yang harus dijauhi dalam muamalah Islam adalah praktik-praktik yang mengandung unsur riba.Dari definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bank Islam ataupun Bank Syariah adalah bank yang mana seluruh atau sebahagian besar sahamnya milik orang Islam dan beroferasi dengan menggunakan ketentuan-ketentuan syariah Islam (al-Quran dan al-Sunnah) yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.Bank Perkreditan Rakyat SyariahBank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank perkreditan rakyat yang melakukan usaha berdasarkan prinsip syariah ataupun disebut juga bank perkreditan rakyat yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam.BPRSini dapat dibentuk dengan badan hukum berupa Perseroan terbatas (PT), Koperasi dan Perusahaan Daerah.BPRSdidirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi peluang terhadap kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai system perbankan bagi hasil atau system perbankan Islam.PendirianBPRSsebagaimana tersebut di atas adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama masyarakat golongan ekonomi menengah, meningkatkan pendapatan perkapita, menambah lapangan kerja, mengurangi urbanisasi serta membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi.BPRSini adalah merupakan asset berharga ummat Islam yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan perekonomian umat Islam, namun sangat disayangkan dari 50 unitBPRSyang telah berdiri di Indonesia, yang sudah operasional barulah 17 unit. Hal inipun belum menunjukkan kinerja yang maksimal dalam mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan umat Islam.Asuransi SyariahAsuransi dalam Islam lebih dikenal dengan istilah takaful yang berarti saling memikul resiko di antara sesama orang Islam, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang lainnya. Saling pikul resiko ini dilakukan atas dasar tolong menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarruk) yang ditunjuk untuk menanggung resiko tersebut. Takaful dalam pengertian tersebut sesuai dengan surat al-Maidah (5) : 2 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Asuransi seperti ini disebut dengan Asuransi Syariah.Asuransi Syariah sebagaimana tersebut di atas mempunyai prinsip-prinsip pokok sebagai berikut :1.Saling bekerjasama dan saling membantu.2.Saling melindungi dari berbagai kesusahan.3.Saling bertanggungjawab.4.Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba.Asuransi syariah adalah merupakan asset berharga dan merupakan potensi ummat Islam yang apabila dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka akan dapat mengangkat harkat dan martabat umat Islam, khususnya dalam mengentaskan umat dari kemiskinan dan kehinaan, serta akan dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan baik. Namun demikian secara jujur diakui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan Asuransi Syariah ini di lapangan.Obligasi SyariahObligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara priodik menurut akad.Perbedaan mendasar antara Obligai Syariah dan Obligasi Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada obligasi syariah saat perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya bunga, yang ditentukan adalah berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa mendatang.Obligai syraiah sebagaimana tersebut di atas dapat dibagi kepada jenis-jenis obligasi syariah sebagai berikut :1.Obligasi Mudharabah, yaitu obligasi yang menggunakan akad mudharabah (akad kerjasama antara pemilik modal / sahohibul maal / investor yang menyediakan dana penuh 100 % dan tidak boleh aktif dalam pengelolaan usaha dan pengelola / mudhorib / emiten mengelola harta secara penuh dan mandiri dengan persyaratan-persyaratan tertentu.2.Obligasi Ijarah, yaitu obligasi berdasarkan akad ijarah (suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian) artinya pemilik harta memberikan hak untuk memanfaatkan obyek dengan manfaat tertentu dan membayar imbalan kepada pemilik obyek. Dalam akad ijarah disertai adanya perpindahan manfaat tetapi tidak perpindahan kepemilikan.Pegadaian SyariahPegadaian syariah dalam hukum Islam dikenal dengan istilah rahn. Rahn secara bahasa berarti at-tsubut (tetap), al-dawam (kekal), dan al-habas (jaminan). Secara istilah rahn berarti menjadikan sesuatu barang yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil kembali oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.Pegadaian Syariah sebagaimana tersebut telah berdiri dan beroperasi di Indonesia pada 9 Kantor wilayah, 22 pegadaian unit syariah, dan 10 kantor gadai syariah. Jumlah pegadaian tersebut masih jauh dari mencukupi dan memadai sebab jumlah itu baru 2,9 % dari total 739 perum pegadaian cabang di seluruh Indonesia. Idealnya di mana ada perum pegadaian, maka di situ pula ada perum pegadaian syariah, sehingga tersedia alternativ pilihan bagi masyarakat.Reksadana SyariahSalah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi alternativ yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relativ kecil.Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manejer investasi sebagai wakil shohibul maal, maupun antara manejer investasi sebagai wakil shohibul maal dengan pengguna investasi. Reksadana syariah dan reksadana konvensional sebenarnya hampir sama pengertian dan bentuknya, hanya saja berbeda dari sisi pengelolaan, kebijaksanaan invesatasi, akad, pelaksanaan investasi dan pembagian keuntungan.Badan Arbitrase Syariah NasionalBadan Arbitrase Syariah Nasional adalah suatu badan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia yang bertugas untuk menyelesaaikan perkara perbankan di luar pengadilan umum.Badan Arbitrase Syariah Nasional sebagaimana tersebut di atas memiliki tujuan sebagai berikut :1.Menyelesaikan perselisihan-perselisihan / sengketa-sengketa keperdataan dengan prinsip mengutamakan usaha-usaha perdamaian / islah sebagaimana yang dimaksud dalam Surat al-Nisa ayat 128 dan al-Hujurat ayat 9.2.Meneyelasaikan sengketa bisnis yang operasionalnya mempergunakan hukum Islam.3.Menyelesaikan kemungkinan adanya sengketa di antara bank-bank syariah.4.Memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa muamalah/perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, jasa, industri dan lain sebagainya.PenutupDemikianlah makalah ini kami susun dengan harapan mendapat kritik dan saran dari semua pihak, dalam rangka perbaikan kualitas makalah ini di kemudian hari.

FUNGSI DAN PERAN MASJIDHanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah)PENGERTIAN MASJIDMasjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjamaah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid Nabawi.Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.Abdullah Ibn Masud r.a. berkata: Saya melihat semua kami (para shahabat) menghadiri jamaah. Tiada yang ketinggalan menghadiri jamaah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff. (HR: Al Jamaah selain Bukhory dan Turmudzy).Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: Shalat berjamaah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajad. (HR: Bukhory dan Muslim).Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjamaah, yang merupakan salah satu syiar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjamaah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjamaah.Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya.Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dawah dan lain sebagainya.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa taala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.

Utsman Ibn Affan r.a. berkata: Rasul s.a.w. bersabda: Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga. (HR: Bukhori & Muslim).BEBERAPA FUNGSI DAN PERAN MASJIDMasjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya adalah:1. Sebagai tempat beribadahSesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridla Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.2. Sebagai tempat menuntut ilmuMasjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu ain bagi umat Islam. Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.3. Sebagai tempat pembinaan jamaahDengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Tamir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan dawah islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.4. Sebagai pusat dawah dan kebudayaan IslamMasjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan dawah islamiyah dan budaya islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dawah dan kebudayaan Islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas dawah dan kebudayaan.5. Sebagai pusat kaderisasi umatSebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Tamir Masjid beserta kegiatannya.6. Sebagai basis Kebangkitan Umat IslamAbad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.Umat Islam berusaha untuk bangkit. Kebangkitan ini memerlukan peran Masjid sebagai basis perjuangan. Kebangkitan berawal dari Masjid menuju masyarakat secara luas. Karena itu upaya aktualisasi fungsi dan peran Masjid pada abad lima belas Hijriyah adalah sangat mendesak (urgent) dilakukan umat Islam. Back to basic, Back to Masjid.AKTUALISASI FUNGSI DAN PERAN MASJIDSecara umum pengelolaan Masjid kita masih memprihatinkan. Apa kiranya solusi yang bisa dicoba untuk ditawarkan dalam meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid di era modern. Hal ini selayaknya perlu kita pikirkan bersama agar Masjid dapat menjadi sentra aktivitas kehidupan umat kembali sebagaimana telah ditauladankan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersama para sahabatnya.Kita perlu melakukan pemberdayaan Masjid dahulu sebelum mengoptimalkan fungsi dan perannya. Dalam pemberdayaan ini kita bisa menggunakan metode Continuous Consolidation and Improvement for Mosque (CCIM) atau Penguatan dan Perbaikan Berkelanjutan untuk Masjid .CCIM adalah metode pemberdayaan Masjid dengan menata kembali organisasi Tamir Masjid melalui pemanfaatan segenap potensi yang dimiliki diikuti dengan perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam metode ini kita dapat memanfaatkan metode-metode yang sudah dikenal dalam dunia management maupun mutu, seperti misalnya: Siklus PDCA, QC Tools, SAMIE, MMT, ISO 9000, Lima-R dan lain sebagainya.Penguatan atau dalam istilah umum organisasi disebut konsolidasi (concolidation), adalah merupakan upaya menata sumber daya yang ada secara sistimatis dan terarah. Yang perlu dilakukan adalah meliputi:a. Konsolidasi pemahaman Islam.b. Konsolidasi lembaga organisasi.c. Konsolidasi program.d. Konsolidasi jamaah.Perbaikan (improvement) diperlukan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan kepada jamaah. Beberapa cara yang cukup efektif dalam upaya perbaikan dapat diseleksi dan disesuaikan dengan kebutuhan, agar upaya perbaikan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (continuous improvement).Sambil melakukan konsolidasi dan perbaikan, aktivitas memakmurkan Masjid dan jamaahnya dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan peran yang telah disebutkan di depan. Aktivitas disusun dengan melakukan perencanaan Program Kerja secara periodik dan diterjemahkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pengelolaan (RKAP) setiap tahunnya.Rencana yang telah ditetapkan selanjutnya ditindak lanjuti dengan melakukan koordinasi segenap sumber daya yang dimiliki dan dilaksanakan secara profesional. Aktivitas yang diselenggarakan dilaporkan, dievaluasi, distandardisasi dan dikaji untuk ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya.Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan management yang baik. Tegasnya, perlu tindakan meng-aktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cenderung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. (QS 72:18, Al Jin).Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS 9:18, At Taubah).Pengertian Masjid sebagi tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan management yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman Pendidikan Al Quraan, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan lain sebagainya.Sumber : Institute Manajemen Masjid