ltm 1 pekan 1 elektroda&redoks
DESCRIPTION
Elektroda dan RedoksTRANSCRIPT
I. Elektroda
I.1 Definisi dan Fungsi Elektroda
Oksidasi dan reduksi diketahui dengan mengukur potensial dari sel
elektrokimia dua dari setengah reaksi. Sebuah sel elektrokimia
terdiri dari dua konduktor yang dinamakan elektroda, dimana tiap-
tiap elektroda tersebut terendam dalam larutan elektrolit. Elektroda
merupakan suatu konduktor listrik yang melakukan kontak dengan
bagian non-logam dari sebuah sirkuit. Larutan yang mengelilingi
elektroda berbeda dan harus dipisahkan agar tidak menyebabkan
reaksi langsung diantara kedua reaktan, salah satu cara yang
paling banyak digunakan untuk memisahkan kedua larutan ini
adalah dengan menggunakan jembatan garam yang menyebabkan
konduksi listrik dari satu larutan elektrolit ke larutan elektrolit
lainnya terjadi dengan dilakukannya migrasi dari ion K pada
jembatan garam ke satu arah dan ion klorida di arah lainnya.
I.2 Sel-Sel Elektrokimia
Terdapat dua jenis sel elektrokimia, yaitu galvani dan elektrolit.
Kedua jenis ini dapat juga diklasifikasikan sebagai reversible dan
irreversible.
Sel galvani atau sel volta menyimpan energy listrik. Baterai
biasanya dibuat dari beberapa sel galvani yang dihubungkan
secara seri untuk memproduksi voltase yang lebih tinggi daripada
nilai voltase yang dapat diproduksi oleh satu sel. Reaksi pada dua
elektroda dalam sel galvani terjadi secara spontan dan
menghasilkan aliran electron dari anoda menuju katoda melewati
suatu konduktor eksternal.
Sel elektrolit memerlukan sumber listrik eksternal agar dapat
bekerja. Sel elektrolit dapat bekerja secara elektrolitik dengan
menghubungkan terminal positif pada sumber potensial eksternal
yang memiliki potensial lebih besar dari 0,412 Volt pada elektroda
perak dan terminal negatif pada elektroda tembaga.
Pada sel irreversible, perubahan arah arus menyebabkan
terjadinya setengah reaksi yang sama sekali berbeda terjadi pada
salah satu atau kedua elektroda. Ketika baterai dialiri oleh
generator atau charger eksternal, baterai tersebut bekerja sebagai
suatu sel elektrolit. Ketika baterai digunakan untuk
mengoperasikan radio, remote control, atau barang-barang
elektronik lainnya, maka baterai tersebut bekerja sebagai sel
galvani.
I.3 Jenis-Jenis Elektroda
Terdapat dua jenis elektroda, yaitu katoda dan anoda.
A. Katoda
Katoda merupakan sel elektroda dimana reaksi reduksi terjadi.
Arus konvensional yang muncul menandakan arah dimana
muatan listrik positif bergerak. Elektron memiliki muatan negatif,
sehingga perpindahan electron kontras dengan aliran arus
konvensional. Meskipun kation bermuatan positif selalu
bergerak ke arah katoda dan anion bermuatan negatif bergerak
ke arah berlawanan, katoda memiliki muatan negatif pada saat
sel bersifat elektrolit, dan saat sel bersifat galvani atau volta,
katoda bersifat positif. Hasil reduksi pada katoda yang banyak
digunakan adalah gas hidrogen atau logam murni dari ion
logam.
B. Anoda
Anoda merupakan sel elektroda dimana reaksi oksidasi terjadi.
Pada anoda, muatan listrik positif mengalir menuju suatu sistem
listrik terpolarisasi. Muatan positif bergerak menuju anoda.
Namun hal ini diperrumit karena arus memindahkan elektron,
dan elektron memiliki muatan negatif. Jadi, muatan positif yang
mengalir menuju anode sama dengan electron yang mengalir
keluar dari anoda.
Pada sel galvani, anoda merupakan elektroda negatif yang
merupakan tempat electron mengalir keluar menuju bagian
eksternal dari sirkuit. Pada bagian internal, kation bermuatan
positif mengalir menjauhi anoda, hal ini disebabkan karena
potensial elektroda relatif pada larutan elektrolit berbeda pada
anoda dan logam katoda/sistem elektrolit. Akan tetapi, pada
bagian luar, electron didorong keluar melalui kontak negatif dan
melalui sirkuit.
I.4 Standard Hydrogen Electrode (SHE)
Agar data potensial elektroda dapat diaplikasikan secara luas dan
berguna, maka diperlukan kesepakatan terhadap suatu elektroda
yang akan digunakan sebagai pembanding terhadap elektroda lain.
Elektroda tersebut harus mudah disusun, eversible, dan mudah
diproduksi. Elektroda hydrogen standar telah digunakan selama
bertahun-tahun sebagai elektroda pembanding tersebut.
Gambar of how it’s constructed
Konduktor logam adalah sebuat pelat platinum yang telah dilapiso
dengan platinum hitam untuk menaikkan luas permukaan
spesifiknya. Elektroda ini dilarutkan pada suatu larutan ion
hydrogen konstan dan larutan ini tetap dibuat jenuh dengan
hydrogen dengan cara menggelembungkan gas pada tekanan
konstam di atas permukaan elektroda. Pada reaksi ini, Platinum
inert.
2H+¿+2e−¿⇌H2( g)¿ ¿
Pada SHE, aktivitas ion hydrogen merupakan sebuah kesatuan
dan tekanan parsial gas 1 atm. Potensial dari SHE sama denhan
0,000 V pada seluruh temperature.
II. Reaksi Reduksi & Oksidasi
Pada suatu reaksi kompleks, basa Lewis memberikan sepasang
elektron kepada asam Lewis. Pada reaksi reduksi-oksidasi, atau
diketahui juga sebagai reaksi redoks, electron tidak digunakan
bersama, melainkan ditransfer dari satu reaktan ke reaktan lainnya.
Hal ini menyebabkan beberapa elemen yang mengalami perubahan
pada tingkat oksidasinya. Elemen yang mengalami pertambahan pada
tingkat oksidasi dinyatakan elemen yang teroksidasi, dan yang
mengalami penurunan pada tingkat oksidasi dinyatakan elemen yang
tereduksi. Sebagai contoh, dibawah ini merupakan reaksi redoks Fe3+
dengan asam oxalic, dimana besi direduksi dari +3 menjadi +2.
2 Fe3+¿ (aq )+H2C2O4 (aq) +2H 2O (l )⇌ 2Fe2+¿ ( aq )+2C O2 (g )+2H 3O+¿ (aq )¿¿ ¿
dimana asam oksalik dioksidasi karena tingkat oksidasi meningkat dari
+3 di H2C2O4 menjadi +4 di Co2.
Reaksi redoks dapat dibagi menjadi setengah-reaksi yang berbeda,
yang disebut sebagai oksidasi dan reduksi.
H 2C 2O 4 (aq )+2H 2O ( l )→2CO2 (g )+2H 3O+¿ (aq)+ 2e−¿¿
Fe3+(aq )+e−→Fe2+(aq)
Reaksi reduksi dan oksidasi selalu berjalan berpasangan. Elemen
yang dioksidasi disebut reduktor, karena elemen tersebut memberikan
electron untuk reduksi pada setengah-reaksinya. Elemen yang
mengalami reduksi disebut oksidator. Dari contoh reaksi di atas, maka
Fe3+ merupakan oksidator dan H2C2O4 merupakan reduktornya.
Produk-produk pada reaksi redoks memiliki sifat-sifat redoks,
contohnya Fe2+ pada contoh reaksi di atas dapat dioksidasi menjadi
Fe3+, dan CO2 dapat direduksi menjadi H2C2O4. Menggunakan
istilah dari teori asam-basa, Fe2+ dapat disebut reduktor kunjugasi dari
oksidator Fe3+ dan CO2 sebagai oksidator konjugasi dari reduktor
C2H2O4.
Posisi setimbang dari suatu reaksi redoks jarang diungkapkan dengan
konstanta setimbang. Karena reaksi redoks melibatkan transfer
electron dari suatu reduktor ke oksidator, maka akan lebih mudah
untuk menghitung termodinamika reaksi electron. Energi bebas G
yang berhubungan dengan memindahkan muatan Q dibawah potensial
V dijabarkan dengan :
G = EQ
Muatan sebanding dengan jumlah electron yg harus dipindah. Pada
reaksi dimana 1 mol reaktan dioksidasi atau direduksi, muatannya
adalah :
Q = nF
Dimana n adalah jumlah mol reaktan dan F adalah konstanta Faraday
(96.485 C/mol). Sehingga erubahan pada energi bebas pada reaksi
redoks adalah :
G = -nFE
dimana G memiliki satuan joule/mol. Tanda minus pada persamaan
disebabkan oleh perbedaan arah pada reaksi. Pada termodinamika,
reaksi terjadi ketika G negatif, dan reaksi redoks terjadi ketika E
positif.
Hubungan antara potensial elektrokimia dan konsentrasi dari reaktan
dan produk dapat ditentukan dgn :
-nFE = -nFEo + TY ln Q
dimana Eo adalah potensial elektrokia pada kondisi normal.
Persamaan diatas kemudian dibagi dengan –nF untuk mendapatkan
persamaan Nernst.
E = Eo = (RT/nF)ln Q
Dengan mensubstitusi nilai R dan F, dengan mengasumsikan
temperature adah 298 K, maka akan didapatkan potensial dalam volt :
E = Eo – (0,05916/n)log Q
Ketika reaksi pada kondisi setimbang memilki nilai G nol, maka
potensial elektrokimia E juga harus nol. Perubahan dari persamaan
diatas menghasilkan :
Eo = (RT/nF) log K
Potensial pada kondisi standar biasanya tidak ditabulasi untuk reaksi
kimia, tapi dihitung dengan menggunakan pontensial kondisi standar
pada oksidasi, Eoox, dan setengah reaksi reduksi, Eored. Eo pada
reaksi :
Eoreac = Eo
red – Eoox
Dimana Eored dan Eo
ox keduanya merupakan potensial reduksi kondisi
standar.
Karena potensial pd satu setengah-reaksi tidak bisa diukur, maka
setengah-reaksi diberikan potensial kondisi standar sebesar nol.
Setengah-reaksi standar adalah :
2H3O+(aq) + 2e- >< 2H2O(l) + H2(g) (pg. 164)