lptk.doc
DESCRIPTION
lptk.docTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kongkrit dalam meningkatkan mutu pendidikan telah menjadi
fokus pemerintah, untuk itu pemerintah telah melakukan perbaikan kurikulum,
pemerataan tenaga pendidik, pelatihan dan keterampilan, peningkatan sarana
dan prasarana pendidikan. Sejalan dengan itu, diikuti dengan lahirnya UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peran utama masyarakat
sebagai stakeholder pendidikan tidak dapat mendukung berbagai program yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah. Masyarakat lebih mempertanyakan dan
menuntut pemerintah untuk memenuhi segala kebutuhan dunia pendidikan.
Sementara peran serta elemen masyarakat dalam menjalankan berbagai
program dirasa sangat kurang.
Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 2002 tentang
otonomi daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah membuka
peluang bagi masyarakat untuk menjadi pelaku dalam bidang pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan situasi yang berkembang pada masyarakat. Menurut
Hudoyo (1999:5) pola pendidikan diserahkan pada sekolah itu sendiri, karena:
1) sekolah lebih mengetahui potensi dan pola pengembangan potensi dalam
sekolah tersebut, 2) pengembangan potensi sumber daya sekolah dapat
sentuhan lebih dalam, perhatian yang diberikan ke sekolah secara lebih intens.
Di sekolah guru mempunyai peran penting dalam pelaksanaan proses
pendidikan. Interaksi antara guru dan anak didik menuju peserta didik yang
lebih kompeten adalah tuntutan utama. Selama ini menurut Sidi, (2003:49)
pendidik :
1) hanya memiliki target maksimal dalam upaya pengajaran, yaitu
siswa dapat mengerjakan soal saat ujian.
2) tidak suka beralih dalam melakukan pengajaran dari sistem yang
pernah diterapkannya.
3) sering mengeluh akan kurangnya buku-buku teks dalam upaya
menambah referensi dalam melakukan pengajaran.
4) tidak merefleksikan kekurangan pengalaman mengajar yang pernah
mereka lakukan dan kekurangan itu diketahuinya.
5) melakukan pembelajaran “hanya” memindah informasi dan ilmu
pengetahuan yang telah diperolehnya dari buku-buku teks saja.
Kelemahan selama ini dalam pembelajaran adalah penyampaian materi
oleh pendidik dalam kelas hanya bersifat satu arah dengan menggunakan
metode ceramah. Hamalik (2003:201) berpendapat bahwa dalam rangka
meningkatkan hasil belajar, usaha yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah
mengoptimalkan potensi siswa, dimana metode pembelajaran harus
dititikberatkan pada kegiatan siswa pada proses pembelajaran.
Prestasi dan hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam
diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi
belajar yang sebaik-baiknya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor-faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari individu anak
itu sendiri yang meliputi :
1. Faktor Jasmaniah (fisiologis)
Yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh dan sebagainya.
2. Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis antara lain:
- Intelektul (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar).
- Non Intelektual (motifasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi
psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur).
- Faktor kondisi fisik.
b. Faktor-faktor Eksternal
Yang termasuk faktor eksternal antara lain:
1. Faktor pengaturan belajar disekolah ( kurikulum, disiplin sekolah,
guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa ).
2. Faktor sosial disekolah ( sistem sosial, status sosial siswa, dan interaksi
guru dan siswa ).
3. Faktor situasional ( keadaan politi ekonomi, keadaan waktu dan tempat
atau iklim). (W. S. Winkel, 1983: 43).
Dalam proses pembelajaran di SMKN 5 Padang pada umumnya dan
pembelajaran Perbaikan kelistrikan Otomotif di kelas XII Perbaikan
kelistrikan Otomotif pada khususnya, tingkat keaktifan siswa untuk menyerap
dan mengembangkan materi pembelajaran belum terjadi.
Menyikapi permasalahan tersebut penulis sangat tertarik untuk
berupaya memperbaiki cara belajar siswa melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) mengenai faktor internal berupa faktor psikologis non intelektual yaitu
tentang motivasi belajar dari siswa. Hal ini tidak lain karena keterbatasan
penulis yang hanya mampu menjelaskan tentang motivasi belajar tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan cara menerangkan secara umum materi yang
akan dibahas, kemudian memberikan contoh dengan menggunakan gambar
atau media lain seperti slide Power Point. Dari penjelasan melalui media
pembelajaran tersebut, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan, jawaban maupun tanggapan atas materi yang telah
disampaikan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti pelajaran
2. Siswa kurang aktif dan tidak berani mengeluarkan pendapat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan
metode Tanya jawab
2. Apakah dengan meningkatnya motivasi belajar akan memberikan
perubahan pada hasil belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mengetahui apakah motivasi siswa dapat mengalami peningkatan
dengan digunakannya metode Tanya Jawab.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis antara lain :
1. Agar di masa datang kita sebagai calon pendidik dapat menerapkan
metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat
lebih berperan aktif di dalam kelas.
2. Sebagai bahan masukan untuk para pendidik di SMKN 5 Padang
dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri individu.
Berlangsungnya proses belajar ini tidak dapat kita amati secara langsung.
Menurut Gagne (1985), belajar merupakan suatu perubahan dalam
kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari pertumbuhan. Hanya
dari sikap dan tingkah laku yang terbentuk terlihat bahwa seseorang telah
belajar. Kalau kita buatkan skemanya adalah sebagai berikut:
Input Proses Output
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar tidak
hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh
kemampuan, berdasarkan pengertian diatas memusatkan kita pada tiga hal
yang megindikasikan bahwa belajar bercirikan:
1. Adanya perubahan tingkah laku.
Belajar harus memungkinkan terjaadinya perubahan tingkah laku pada
diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan
dan kognitif saja tetapi meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta
keterampilan (psikomotor).
2. Hasil pengalaman
Perubahan itu harus merupakan buah pengalaman. perubahan perilaku
yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya
dengan lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik.
Disamping interaksi fisik, perubahan kemapuan tersebut dapat
diperoleh dari interaksi psikis.
3. Relatif menetap
Perubahan yang dialami relatif menetap. perubahan yang disebabkan
karena proses belajar akan lebih bersifat permanen.
Berkenaan dengan proses belajar yang terjadi pada diri siswa, Gagne
mengemukakan delapan jenis belajar. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah:
1. Belajar isyarat (signal learning)
Belajar melalui isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan
sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Misalnya berhenti berbicara
ketika mendapat isyarat telunjuk menyilang mulut sebagai tanda tidak
boleh ribut atau berhenti mnendarai motor di perempatan jalan pada
saat tanda lampu merah menyala.
2. Belajar stimulus-respon (stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respon terjadi individu karena rangsangan dari luar.
Misalnya, menendang bola ketika ada bola didepan kaki, berbaris rapi
karena ada komando, berlari karena mendengar suara anjing
menggonggong dibelakang, dan sebagainya.
3. Belajar rangkaian (chaining learning)
Belajar rangkaian terjadi melalui perpaduan berbagai stimulus-respon
(S-R)yang dipelajari sebelumnya sehingga melahirkan prilaku yang
segera atau spontan seperti konsep merah-putih, panas-dingin, bapak-
ibu, kaya-miskin, dan sebagainya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal association learning)
Belajar verbal terjadi apabila individu telah mengetahui sebutan
bentuk dan dapat menangkap makna yang bersikap verbal. Misalnya
perahu itu seperti badan itik atau kereta api seperti keluang (kaki
seribu) atau wajahny seperti bulan kesiangan.
5. Belajar membedakan (discrimination learning)
Belajar diskriminasi terjadi bila individu berhadapan dengan benda,
suasana,atau pengalaman yang luas dan mencoba membeda bedakan
hal-hal yang jumlahnya banyak itu. Misalnya membedakan jenis
tumbuhan atas dasar urat daunnya, dan sebagainya.
6. Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep terjadi bila individu menghadapi berbagai fakta atau
data yang kemudian ditafsirkan kedalam suatu pengertian atau makna
yang abstrak. Misalnya, binatang, tumbuhan, dan manusia termasuk
makhluk hidup., dan sebagainya.
7. Belajar hukum dan aturan (rule learning)
Belajar aturan/ hukum terjadi apabila individu menggunakan beberapa
rangkaian peristiwa atau perangkat data yang terdahulu atau diberikan
sebelumnya dan menerapkannya atau menarik kesimpulan dari data
tersebut menjadi suatu suatu aturan.
Proses belajar yang berlangsung pada diri seseorang tidaklah sama.
Ada prosesnya yang berlangsung cepat dan ada pula yang prosesnya lambat.
Dalam proses pembelajaran ini banyak hambatan yang dialami oleh individu.
Marjohan (1991:36) mengelompokkam faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar siswa sebagai berikut :
Kecerdasan
Bakat
Internal Minat
Kesehatan
Faktor Cara Belajar
Lingkungan
Eksternal Sekolah
Peralatan Belajar
Sedangkan Rahayu (1991:124) mengelompokkan faktor belajar tersebut
sebagai berikut :
Kesehatan
Biologis
Endogen Cacat Badan
Intelegensi
Perhatian
Psikologis Minat
Bakat
Konstelasi Psikis
Faktor Orang Tua
Keluarga Suasana rumah
Ekonomi
Metode
Interaksi
Standar Pelajaran
Sekolah Alat Pelajaran
Kurikulum
Waktu Belajar
Eksogen Keadaan Gedung
Disiplin Sekolah
Mass Media
Teman
Masyarakat Aktifitas
Corak Kehidupan
Faktor lain Cara Belajar Anak
Tugas Rumah
B. Metode Pembelajaran
Menurut Sujana (2002), metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan peserta didik dalam kelas.
Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan
proses mengajar dan belajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai
kegiatan belajar peserta didik yang berkaitan dengan kegiatan mengajar.
Dalam interaksi ini pendidik berperan lebih banyak atau pembimbing,
sedangkan siswa berperan sebagai bimbingan. Belajar ini akan lebih bermakna
bila siswa lebih aktif dibanding dengan guru. Oleh karena itu, metode
mengajar yang baik adalah bila peralihan pembelajaran dari guru sebagai
pemberi infomasi tetapi siswa lebih banyak berpendapat dan mengemukakan
apa yang ada dalam pikirannya.
Menurut Sujana (2002), jenis-jenis metode mengajar meliputi:
a. Metode ceramah
Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi malalui penerangan
dan penuturan lisan dari guru pada peserta didik. Dalam
pelaksanaanya metode ceramah guru hanya menjelaskan uraian materi
yang akan menjadi bahasan dari mata pelajaran yang akan diajarkan.
Selain itu alat Bantu yang dapat dipergunakan guru dapat berupa
gambar dan alat audiovisual.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way
traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
Guru bertanya dan siswa menjawab atau sebaliknya sehingga akan
tercipta sebuah iklim yang berlandaskan pada saling membantu dan
mengisi antara siswa dan guru.
c. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah petunjuk pada proses terjadinya
suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku, yang
dicontohkan agar dapat diketahui atau dipahami oleh peserta didik
secara nyata. Dalam metode demonstrasi peserta didik berkesempatan
mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang
terlibat dalam proses serta dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan
yang diharapkan.
d. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama merupakan penyajian bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan atau
mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi
sosiodrama adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya
peserta didik dalam mendramatisasikan suatu situasi sosial yang
mengandung sebuah problem, agar peserta didik dapat memecahkan
masalah yang muncul dari suatu situasi sosial.
e. Metode kerja kelompok
Istilah metode kelompok dipakai untuk merangkum pengertian
dimana anak didik dalam suatu kelompok dipandang sebagai suatu
kesatuan tersendiri. Untuk mencari satu tujuan pelajaran tertentu
dengan gotong royong. Metode kerja kelompok mengandung
pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
f. Metode latihan
Model latihan atau training merupakan satu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Metode latihan
pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan dari
apa yang telah dipelajari.
g. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas atau resitasi adalah cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru membarikan tugas tertentu agar murid
melakukan kegiatan belajar, kemudian tugas yang diberikan tersebut
harus dipertanggung jawabkannnya. Tugas yang diberikan oleh guru
dapat memperluas bahan dan memperdalam bahan pelajaran, dan
dapat pula mencetak bahan yang telah dipelajari. Tugas yang baik
dapat merangsang siswa untuk aktif dalam belajar baik secara individu
maupun kelompok.
Metode pembelajaran ini akan membawa siswa dalam menentukan
sikap dan tingkah laku dalam melakukan pembelajaran, sehingga siswa akan
lebih mendukung dalam upaya menciptakan kreaktifitas yang lebih dinamis
dan bersinergi.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil belajar dari aspek kognitif merupakan kemampuan
siswa dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis. Untuk
membuat keputusan prestasi individu banyak diperlukan keterangan yang
relevan. Keterangan itu banyak diperoleh dengan pengukuran dan
menggunakan alat ukur yang disebut tes. Proses pengukuran yang berkenaan
dengan mengkonstruksi, mengadminstrasikan dan menskorkan tes (Hamalik,
1989:1).
Sujana (1992:22) menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran.
Selain itu Sujana (1992:23) juga membagi keterampilan dalam tiga macam
yaitu, 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, dan 3)
sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne (1992:22) membagi 5 kategori
dalam belajar yakni, 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3)
strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motoris. Dalam sistem
pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun
tujuan intruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bunyamin
Bloom dalam gagne (1992:23) yang secara garis besar dibagi menjadi tiga
ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).
Ranah kognitif biasanya berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enem aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah kognitif berkenaan dengan
sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek
psikomotor yaitu gerakan rileks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks,
gerakan aspiratif dan gerakan interprestatif.
Hasil belajar seorang peserta didik biasanya dinyatakan dengan angka,
untuk mendapatkan nilai tersebut dilakukan penilaian. Penilaian adalah upaya
atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu
tercapai, dengan kata lain tujuan itu adalah sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan peserta
didik. Penilaian kegiatan belajar dan penilaian hasil dapat dilakukan dengan
suatu alat evaluasi yang berupa tes.
Dari hasil evaluasi didapatkan berupa data kuantitatif, yakni angka-
angka sebagai indikator yang mencerminkan kemampuan peserta didik dalam
menyerap materi pelajaran. Angka atau bilangan numerik dalam hasil belajar
disebut data mentah. Agar skor ini mempunyai nilai sehingga dapat ditafsirkan
untuk menentukan prestasi peserta didik perlu diolah menjadi skor masak.
Purwanto (1991:7) berpendapat bahwa hasil belajar dapat diketahui
dengan mengunkan salah satu indikator tes, hasilnya kemudian diolah oleh
guru dan diberikan penilaian. Adapun tujun penilaian menurut Arikunto
(1992:7) adalah mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan pelajaran
karena telah menguasai meteri dan siswa mana yang harus mengulang materi \
pelajaran, serta untuk mengetahui apakah metode yang di gunakan dalam
pembelajaran telah sesuai. Sujana (2002:2) menjelaskan tujuan penilaian
adalah untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan intruksional oleh
siswa. Hasil belajar yang dikuasai sesuai target adalah 65% untuk individu dan
untuk klasikal adalah 85%.
Dalam menilai keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dilakukan di
kelas dengan teknik evaluasi yang di lakukan oleh seorang pendidik, guna
menilai keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajarann.
D. Hipotesis
Berdasarkan hal-hal yang dibahas dalam kajian teori diatas maka
penulis mengajukan hipotesis yaitu “Terdapat peningkatan minat siswa dalam
bertanya dan mengeluarkan pendapatnya selama proses pembelajaran
berlangsung”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian praktik dalam
bentuk penelitian tindakan (action research) dengan jenis diagnostik.
Menurut Arikunto (1999) Penelitian tindakan ini bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh
dosen atau guru. Dengan adanya penelitian tindakan kelas tenaga pengajar
dapat memprediksi dan mengarahkan perkembangan pendidikan dan
pengajaran yang ia lakukan. Sedangkan menurut Almash (1998: 4), PTK itu
bersifat luwes dan fleksibel sebagaimana sifat penelitian kualitatif. Jadi
perubahan-perubahan dapat dilakukan selama penelitian berlangsung.
B. Subyek, Tempat dan Waktu Penelitian
a. Subyek penelitian
Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XII Otomotif
SMKN 5 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2010/2011. Alasan
dalam pemilihan kelas ini adalah: kemampuan yang dimiliki siswa dalam
kelas cenderung bervariasi dari yang rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini
terlihat dari rata-rata hasil ujian semester yang dicantumkan dalam rapor
siswa semester Januari-Juni 2010 yaitu 6,00. Dengan nilai tertinggi 8 dan
nilai terendah 6, jumlah siswa dalam satu kelas adalah 27, sedangkan
siswa yang memiliki nilai 8 sebanyak 2 orang, dan nilai terendah atau
nilai 6 sebanyak 18 orang, dan sedang sebanyak 7 orang.
b. Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Padang.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai pada bulan
November 2010 semester Juli-Desember 2010.
C. Diagnosa Masalah
1. Masalah aktual yang ditemukan di kelas
a. Tidak adanya siswa yang mau bertanya.
b. Sangat sedikitnya siswa yang mau menjawab pertanyaan dan
memberi tanggapan secara perorangan.
2. Penyebab
a. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengemukakan
pendapat, pertanyaan, ataupun menjawab pertanyaan yang diberikan.
b. Kurangnya rasa kompetisi/persaingan pada diri siswa.
3. Pemecahan Masalah
a. Membangkitkan motivasi siswa untuk aktif dalam belajar dengan
menerapkan metode tanya jawab.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian didahului dengan analisis segala permasalahan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran pada ruang kelas. Selanjutnya
permasalahan yang terdeteksi akan dilakukan perumusan masalah, rencana
tindakan yang akan diterapkan pada kelas sebagai upaya dalam memecahkan
masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran.
Rencana penelitian direncanakan adalah seperti model penelitian yang
dikembangkan oleh Lewin dalam Arikunto (1999: 83) dengan empat
komponen pokok yang dapat menunjang langkah-langkah penelitian yaitu, (1)
perencanaan, (2) tindakan,(3) pengamatan, (4) refleksi.
1. Perencanaan
Menurut Arikunto (2000) rencana penelitian tindakan merupakan
tidakan yang tersusun, teratur yang akan diterapkan dalam penelitian, dan
pandangan kedepan dalam sebuah tindakan. Dalam penelitian ini rencana
penelitian yang akan diaplikasikan dalam penelitian adalah:
Kegiatan awal
a. Peneliti mempelajari silabus mata pelajaran yang akan diajarkan pada
peserta didik.
b. Mempersiapkan segala sesuatu yang nantinya dibutuhkan dalam
kegiatan observasi seperti blangko observasi, media pembelajaran,
c. Membuat modul bahan ajar tentang sub kompetensi yang akan
diajarkan.
d. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa dan memotivasi siswa
dengan menetapkan standar kompetensi siswa sebagai tujuan akhir dari
pembelajaran.
e. Mengajukan pertanyaan pada siswa (seberapa dalam pengetahuan
siswa tetang kompetensi yang akan dipelajari).
Kegiatan inti dalam proses pembelajaran
a. Memberikan test awal pada siswa tentang kompetensi yang akan
diajarkan.
b. Membagikan modul pada siswa
c. Menjelaskan materi umum kepada siswa tanpa mengunakan media
pembelajaran
d. Menganjurkan siswa untuk berdiskusi tentang materi sub kompetensi
yang telah dijelaskan
e. Mendiskusikan hasil materi yang telah di bahas
f. Dianjurkan pada siswa menarik kesimpulan setelah diskusi dengan
guru yang telah dilakukan sebelumnya
Kegiatan akhir
a. Memberikan tes akhir setelah pembelajaran
b. Mengevaluasi kegiatan pembelajaran sebagai pedoman dalam
pembelajaran selanjutnya.
2. Tindakan
Menurut Madya (1994:20) action (tindakan) dalam penelitian
tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan secara sadar dengan
perencanaan yang matang. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah aplikasi dari perencanaan yang telah direncanakan dalam
perancanaan. Tindakan yang akan dilakukan adalah:
a. Menerangkan materi secara umum
b. Memberikan contoh dengan menggunakan media Power Point
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
d. Memberikan pertanyaan dari siswa ke siswa yang lain agar
menanggapi atau menjawab pertanyaan tersebut
e. Memantau siswa dalam berdiskusi dan memberikan arahan bila terjadi
sesuatu kendala pada siswa
3. Pengamatan (Observasi)
Menurut Madya (1994:22) observasi dilakukan untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan yang berkaitan. Pemantauan
dilakukan oleh peneliti dengan mencatat segala sesuatu yang terjadi pada
lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya, pemantauan
dilakukan ketika jam pembelajaran sedang berlangsung (dilakukan dari
awal sampai akhir). Pemantauan yang dilakukan meliputi:
Aspek Siswa
a. Keadaan siswa dalam kelas ketika terjadi interaksi pembelajaran yang
dilakukan
b. Keadaan siswa ketika diskusi
c. Keaktifan siswa dalam memberikan tanggapan dan pertanyaan pada
siswa lain
d. Prilaku siswa dalam pembelajaran
Aspek Pembelajaran
a. Kesesuaian perencanaan pembelajaran yang direncanakan.
b. Kondisi kelas saat pembelajaran
c. Pelaksanaan evaluasi
4. Refleksi
Refleksi menurut Arikunto (2000:29) adalah mendapatkan data
hasil pengamatan yang telah dilakukan dan kemudian dijadikan dasar
dalam menentukan tindakan selanjutnya. Sedangkan menurut
(Madya.1994:23) refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali
suatu tindakan yang persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Refleksi berusaha memahami proses, masalah dan persoalan serta tindakan
dalam tindakan strategi.
Refleksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data secara kuantitatif (nilai-nilai siswa pada tes awal dan
tes akhir) dan data secara kualitatif yaitu dengan membuat catatan-catatan
pada lembar observasi. Dengan adanya kegiatan ini akan didapatkan
sebuah hasil yang dapat disesuaikan dengan hipotesis serta titik tolak bagi
pelaksanaan atau siklus selanjutnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian tindakan kelas yang akan direncanakan
adalah berupa catatan anekdot. Menurut Madya (1994:33) catatan anekdot
adalah deskriptif tetang apa yang perseorangan dalam situasi nyata tertentu
dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam upaya merealisasikan
penelitian ini maka peneliti membuat catatan anekdot sebagai gambaran dalam
melakukan analisis data lebih mendalam. Catatan yang mencakup catatan
lapangan dan segala kejadian dalam pembelajaran. Format dokumenter
digunakan untuk mentabulasi hasil test yang telah diberikan. Format
dokumentasi dipergunakan untuk mengumpulkan segala arsip yang akan
dianalisis menjadi hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis
persentasi, analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran data yang
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Sedangkan
analisis persentase untuk mendapatkan seberapa persentase perkembangan
peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar.
G. Desain Penelitian
Kondisi Awal
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi Siklus 1
PerencanaanYang direvisi
Tindakan
Observasi
Refleksi Siklus 2
STOP
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Siklus I
A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan
Program pembelajaran yang dibuat oleh penulis dalam melaksanakan
pembelajaran Perbaikan kelistrikan Otomotif dalam upaya peningkatan
motivasi belajar siswa adalah membuat Rancangan Program Pembelajaran
(RPP).
Tabel 1. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa
Materi Menjelaskan materi
secara umum
Mendengarkan dan
mencatat materi
Diskusi Memberikan
kesempatan kepada
siswa bertanya
Bertanya,
menjawab, dan
menanggapi
pertanyaan
Menyimpulkan hasil
diskusi
Bersama siswa
menyimpulkan hasil
Bersama guru
menyimpulkan
hasil diskusi
Tugas membuat
kesimpulan dirumah
Menjelaskan tugas Mendengarkan dan
bertanya bila
kurang jelas.
Proses pembelajaran yang diterapkan adalah proses pembelajaran
tanya jawab dalam diskusi kelas yang melibatkan semua siswa di dalam
kelas. Dalam kelas siswa diberi kebebasan untuk mengeluarkan
pendapatnya baik bertanya atau memberikan jawaban pertanyaan dari
siswa lain, dalam diskusi ini guru hanya berperan mengawasi jalannya
diskusi agar diskusi berjalan dengan baik dan memberikan pelurusan atas
jawaban-jawaban yang meragukan atau tidak dimengerti siswa. Metode
pembelajaran yang digunakan adalah konvensional. Pada pembelajaran ini
penjelasan yang dilakukan disertai dengan modul pembelajaran dan
masing-masing siswa mempunyai satu modul pembelajaran.
Proses diskusi dalam satu kelas di pimpin oleh seorang moderator
dan notulen untuk mencatat semua pertanyaan, jawaban maupun
tanggapan dari siswa dalam diskusi
2. Pelaksanaan (Action)
Dari perencanaan yang telah ditetapkan, proses pembelajaran
dilakukan dengan membuat kesepakatan berupa aturan-aturan yang harus
disepakati bersama, aturan ini dibuat agar siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan tertib. Kesepakatan ini dibuat selama 15 menit.
Menjelaskan materi pelajaran dilakukan selama 15 menit dengan
menggunakan metode ceramah. Tanya jawab dilakukan setelah guru
memberikan penjelasan materi pelajaran kepada siswa. Tanya jawab
dilakukan selama 40 menit. Pada pertemuan ini hal yang dilaksanakan
adalah menjelaskan materi secara umum untuk membuka pengetahuan
siswa dan menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran,
dilanjutkan dengan diskusi Tanya jawab kemudian dilakukan pemberian
tugas rumah yang berfungsi untuk mengetahui hasil dari proses
pembelajaran siswa selama berdiskusi. Pelaksanaan observasi dilakukan
peneliti dan guru mata pelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
diarahkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Pengamatan (Observasi )
Dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, penulis
menemukan hal-hal sebagai berikut :
1) Siswa mulai merasa tertarik dan senang belajar
2) Siswa semakin aktif dan termotivasi untuk belajar cepat dan tidak
main-main.
3) Siswa semakin antusias dalam belajar, semakin tinggi
keingintahuannya terhadap materi dan media yang dipelajarinya.
4) Siswa dapat mengerjakan latihan dengan baik dan bersemangat
dalam mengerjakan latihan yang diberikan.
Data aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus 1
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Aktifitas Siswa
Aktivitas siswa Ada Pers
(%)
Tida
k
Pers
(%)
Hadir tepat waktu 20 74.0
7
7 25.9
3
Bertanya 8 29.6
3
19 70.3
7
Berbicara tanpa
memperhatikan pelajaran
16 59.2
6
11 40.7
4
Meminta izin keluar saat
belajar
8 29.6
3
19 70.3
7
Menanggapi 9 33.3
3
18 66.6
7
B. Pembahasan
a. Evaluasi
1. Analisis Data
Aktifitas siswa selama diterapkan tindakan dianalisis
menggunakan lembaran observasi yang diisi pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Keberhasilan tindakan yang diterapkan dalam
usaha peningkatan aktifitas belajar siswa di kelas dilihat dari
banyaknya siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar. Dilihat
dari aktifitas siswa secara individu terutama pada kehadiran siswa
ditemukan yang hadir tepat waktu 74.67 % sementara yang tidak
hadir tepat waktu 25.93 %. Jumlah siswa yang bertanya hanya 8 siswa
dengan persentase sebesar 29.63 % pada dua jam pelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran kurang baik. Hal ini diperkuat dengan banyaknya siswa
yang berbicara tanpa memperhatikan materi pelajaran yaitu sebesar
59.26 % dengan jumlah siswa 16 orang.
Kurangnya gairah dalam pembelajaran ditunjukkan pada
banyaknya siswa yang diam baik saat guru menyampaikan materi
pembelajaran, diskusi dengan siswa, dan diskusi siswa dengan guru
yaitu sebesar 66.67 %, jumlah siswa yang tidak menanggapi dan
kurang bertanya. Sebanyak 9 orang dengan persentase 33.3%, siswa
yang menangapi usul atau pertanyaan dari teman atau guru.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tindakan yang dilakukan belum berhasil sehingga harus
dikembangkan lagi berbagai upaya untuk mencapai sasaran
pembelajaran mata pelajaran Perbaikan Kelistrikan Otomotif. Untuk
itu penulis akan melakukan siklus yang ke-2 dengan harapan terdapat
kenaikan persentase siswa yang aktif dalam proses pembelajaran.
2. Dampak
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, terlihat bahwa
penggunaan metode Tanya Jawab pembelajaran Perbaikan kelistrikan
otomotif pada siklus pertama belum meningkatkan motivasi siswa di
kelas XII Otomotif SMK 5 Padang. Pada saat belajar siswa masih
banyak yang menunggu untuk ditanya dan masih sedikit yang
mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan.
b. Refleksi
1) Keberhasilan Guru
a) Bisa membuat pembelajaran lebih menyenangkan
b) Penguasaan konsep dikuasai dengan baik
2) Kendala yang dihadapi
a) Masih ada siswa yang malu-malu bertanya dan tidak berani
menjawab pertanyaan dari guru.
3) Rencana Perbaikan
Mencari solusi dan kendala yang dihadapi pada siklus I.
Menerapkan pendekatan individual sesuai dengan pelaksanaannya dan
akan menerapkan kembali pelaksanaan pembelajaran yang ada pada
siklus I ke dalam siklus II dengan cara yang lebih baik lagi.
Siklus II
A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan (Planing)
Melihat hasil yang dicapai dalam pembelajaran yang dilakukan
pada siklus I, maka direncanakan siklus II dengan rencana pembelajaran
yang lebih kompleks dan tetap mengunakan metode belajar Tanya jawab.
Hanya pola pembelajaran dalam kelas yang mendapatkan perbaikan
sebagai upaya memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Data
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus II dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel. 2. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa Ada Pers
(%)
Tida
k
Pers
(%)
Hadir tepat waktu 25 92.5
9
2 7.41
Bertanya 22 81.4
8
5 18.5
2
Berbicara tanpa
memperhatikan pelajaran
10 37.0
4
17 62.9
6
Meminta izin keluar saat
belajar
4 14.8
1
23 85.1
9
Menanggapi 15 55.5
6
12 44.4
4
2. Pelaksanaan (Action)
Dari perencanaan yang telah ditetapkan, proses pembelajaran
dilakukan dengan membuat kesepakatan berupa aturan-aturan yang harus
disepakati bersama, aturan ini dibuat agar siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan tertib. Kesepakatan ini dibuat selama 15 menit.
Menjelaskan materi pelajaran dilakukan selama 15 menit dengan
menggunakan metode ceramah dan media slide Power Point. Tanya jawab
dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi pelajaran kepada
siswa. Tanya jawab dilakukan selama 55 menit. Pada pertemuan ini hal
yang dilaksanakan adalah menjelaskan materi secara umum untuk
membuka pengetahuan siswa dan menarik minat siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran, dilanjutkan dengan diskusi Tanya jawab kemudian
dilakukan pemberian tugas rumah yang berfungsi untuk mengetahui hasil
dari proses pembelajaran siswa selama berdiskusi. Pelaksanaan observasi
dilakukan peneliti dan guru mata pelajaran, sehingga proses pembelajaran
dapat diarahkan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan yang dilakukan pada siklus ke II dilakukan mencakup
aktivitas siswa dalam bertanya, memperhatikan dan menjawab pertanyaan
serta memberikan tanggapan dan sanggahan. Kesesuaian pembelajaran
dalam siklus ke II dilihat dari metode pembelajaran yang dilakukan
kesesuaian antara yang diterapkan dengan kondisi siswa sangat berbeda.
Dengan mengunakan alat bantu media slide Power Point
diharapkan siswa dapat lebih tertarik dan dapat mengikuti proses metode
Tanya jawab dengan baik. Pelaksanaan metode Tanya jawab pada siklus II
ini dapat berjalan lebih baik dari siklus I. Hal ini dapat dilihat dari antusias
siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapatnya.Hasil pengamatan
pada siswa pada aktivitas siswa didapatkan peningkatan yang cukup
berarti diantaranya kehadiran siswa menjacapai hampir 100%. Dimana
persentase yang tepat pada waktunya adalah 92.59 % dan keaktifan siswa
untuk bertanya sebesar 81.48%. Motivasi belajar yang lebih baik
diperlihatkan pada sedikitnya siswa yang meminta izin keluar, sementara
itu jumlah siswa yang menangapi baik pertanyaan teman dalam satu
bangku atau pertanyaan guru mengalami peningkatan 15 siswa dengan
persentase 55.56%.
B. Pembahasan
a. Evaluasi
Pola (metode) pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang baik akan merangsang
siswa untuk aktif dan berperan dalam melaksanakan pembelajaran. Pada
awal siklus pertama metode pembelajaran yang disampaikan pada pola
pembelajaran Tanya jawab hanya bersifat konvensional, Artinya pola
penyampaian materi dalam pembalajaran hanya bersifat ceramah tanpa
mengunakan media pembalajaran.
Setelah diadakan perlakuan dengan menerapkan metode balajar
Tanya jawab keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sangat
meningkat. Sehingga siswa tidak hanya menunggu apa yang guru
sampaikan namun mampu mengembangkan serta membagi pengetahuan
mereka kepada siswa lainnya.
Setelah siklus yang pertama belum mendapatkan hasil yang
optimal dan melihat beberapa kekurangan dalam upaya merangsang
kreaktifitas siswa maka peneliti memutuskan untuk melakukan menambah
siklus ke II dengan menambah beberapa kegiatan belajar yang dapat
merangsang kreaktifits siswa. Penambahan beberapa kegiatan tersebut
diantaranya adalah penyampaian materi dengan mengunakan slide Power
Point. Proses diskusi Tanya jawab dilakukan selama 55 menit.
Adanya perbaikan pada proses pembelajaran tersebut didapatkan
peningkatan siswa dalam mengemukakan jawaban atau tanggapan dalam
proses pembelajaran, dari 29.62 % menjadi 81.48 %. hal ini berarti terjadi
peningkatan sebesar 51.85 %.
Melihat keberhasilan yang telah ditunjukkan maka pola
pembelajaran Tanya jawab benar-benar mampu meningkatkan keaktifan
belajar siswa dan mampu menigkatkan kreaktifitas siswa dalam
pembelajaran. Tetapi dalam penyampaian pembelajaran pada metode
belajar Tanya jawab perlu mengunakan berbagai alat bantu seperti media
pembelajaran. Guna media pembelajaran tersebut adalah agar siswa terus
terfokus pada materi pelajaran dan pandangan serta konsentrasi dapat
terarah pada materi pelajaran
b. Refleksi
Melihat hasil yang diperoleh pada siklus ke II baik pada aktifitas
siswa secara individu maupun aktivitas siswa secara kelompok telah
terjadi peningkatan dan masuk dalam kategori ketuntasan hasil belajar.
Dari siklus ke II diperoleh bahwa peningkatan aktifitas individu siswa
yang semula siswa hanya diam dan tidak memperhatikan pelajaran
jumlahnya 16 orang, pada siklus ke II jumlah siswa yang hanya diam
adalah 10 orang. Sesuai dalam komitmen sebuah penelitian tindakan kelas
dan telah mencapai standar ketuntasan hasil belajar maka siklus dalam
pembelajaran dapat dihentikan. Dengan demikian siklus pada penelitian
tindakan kelas ini hanya terdiri dari 2 siklus dan dinyatakan berhasil.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, diperoleh gambaran sebagai
berikut :
1. Menggunakan metode Tanya Jawab Dalam Diskusi Kelas dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Metode Tanya Jawab Dalam Diskusi Kelas juga dapat
menumbuhkan kepercayaan diri siswa.
3. Metode Tanya jawab yang lebih intens dapat lebih meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Dari permasalahan kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar atau
menerima pelajaran kita perlu memberikan variasi pembelajaran kepada
siswa seperti menggunakan metode Tanya jawab dengan lebih intens.
2. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi siswa dengan melakukan
pendekatan dan wawancara dengan mereka.
3. Dari pihak sekolah juga harus memperhatikan sarana dan prasarana
sekolah seperti alat-alat praktikum, ketersedian buku bacaaan dan suasana
ruang belajar yang nyaman sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar,
disamping itu guru juga harus mampu menciptakan hubungan guru dan