lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/dr.-drs-adi-atmoko-m.si_artikel.docx · web viewefektivitas...

26
EFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA Adi Atmoko 1* , Ika Andrini Farida 2 , Ike Dwiastuti 3 1,2,3 Universitas Negeri Malang * a dias_65 @ y a hoo . c o.id ABSTRAK Mahasiswa dituntut untuk memiliki kemandirian dalam belajar. Namun fenomena yang terjadi adalah sebagian besar mahasiswa masih bersikap pasif dalam kegiatan perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan memberikan pelatihan keterampilan metakognisi berbasis teori level of processing. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa peserta matakuliah Psikologi Kepribadian I Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, offering B (n=28) dan offering D (n=28). Offering B sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pelatihan keterampilan metakognisi, dan offering D sebagai kelompok kontrol. Rancangan penelitian eksperimen yang digunakan adalah nonrandomized control group pretest posttest design. Analisis yang digunakan adalah paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemandirian belajar (t=-4,404; p<0,05) yang signifikan pada kelompok eksperimen. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest kemandirian belajar (t=-0,104; p>0,05) pada kelompok kontrol. Ini berarti pelatihan keterampilan metakognisi berbasis level of processing efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa. Kata kunci : Pelatihan Keterampilan Metakognisi, Teori Levels of Processing, Kemandirian Belajar Mahasiswa

Upload: voanh

Post on 26-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

EFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI

BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA

Adi Atmoko1*, Ika Andrini Farida2, Ike Dwiastuti3

1,2,3Universitas Negeri Malang* adias_65@ yahoo. co.id

ABSTRAK

Mahasiswa dituntut untuk memiliki kemandirian dalam belajar. Namun fenomena yang terjadi adalah sebagian besar mahasiswa masih bersikap pasif dalam kegiatan perkuliahan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar dengan memberikan pelatihan keterampilan metakognisi berbasis teori level of processing. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa peserta matakuliah Psikologi Kepribadian I Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang, offering B (n=28) dan offering D (n=28). Offering B sebagai kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan pelatihan keterampilan metakognisi, dan offering D sebagai kelompok kontrol. Rancangan penelitian eksperimen yang digunakan adalah nonrandomized control group pretest posttest design. Analisis yang digunakan adalah paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemandirian belajar (t=-4,404; p<0,05) yang signifikan pada kelompok eksperimen. Sebaliknya, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest kemandirian belajar (t=-0,104; p>0,05) pada kelompok kontrol. Ini berarti pelatihan keterampilan metakognisi berbasis level of processing efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa.

Kata kunci : Pelatihan Keterampilan Metakognisi, Teori Levels of Processing, Kemandirian Belajar Mahasiswa

PENDAHULUAN

Penelitian pendahuluan telah dilaksanakan oleh peneliti pada tahun 2014,

adapun dari hasil asesmen kebutuhan diketahui bahwa keterampilan metakognisi

mahasiswa rata-ratanya sebesar 80,78 (rentangan skor bergerak dari 27 sampai

108) dan SD sebesar 7,714. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa rata-rata

keterampilan metakognisi mahasiswa tergolong cukup baik (dibandingkan mean

absolut 67,5), akan tetapi mengingat nilai SD cukup besar, maka ini berarti

keterampilan metakognisi mahasiswa sangat bervariasi, ada yang tinggi dan ada

yang rendah. Pada aspek pengetahuan kognisi, mahasiswa cenderung telah

memiliki pengetahuan deklaratif dan kondisional cukup baik, sedangkan aspek

Page 2: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

pengetahuan prosedural tergolong kurang. Pada aspek regulasi kognisi,

mahasiswa cenderung telah memiliki perencanaan cukup baik, sedangkan aspek

monitoring dan evaluasi tergolong kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan:

(1)Mahasiswa memiliki keterampilan metakognisi yang bervariasi, sebagian

memiliki keterampilan metakognisi cukup baik, sebagian lain masih kurang,

(2)Aspek metakognisi yang perlu ditingkatkan terutama aspek pengetahuan

prosedural, monitoring, dan evaluasi.

Kemandirian belajar mahasiswa rata-ratanya sebesar 52,44 (rentangan skor

bergerak dari 22 sampai 88) dan SD sebesar 8,279. Dari hasil tersebut dapat

diartikan bahwa rata-rata kemandirian belajar mahasiswa tergolong kurang

(dibandingkan mean absolut 55). Nilai SD cukup besar, maka ini berarti

kemandirian belajar mahasiswa sangat bervariasi, sebagian mahasiswa memiliki

kemandirian belajar yang tinggi dan sebagian mahasiswa lain memiliki

kemandirian belajar rendah. Skor minimumnya adalah 32 dan skor maximum 76,

maka ini berarti terdapat penyimpangan di atas mean sebesar kurang lebih 3 SD

dan di bawah mean sebesar kurang lebih 2,5 SD. Dengan demikian dapat

disimpulkan: (1)kemandirian belajar mahasiswa masih tergolong kurang, dan

(2)aspek kemandirian belajar mahasiswa yang perlu ditingkatkan terutama dalam

mengikuti perkuliahan dan dalam kegiatan mandiri.

Sesuai dengan fenomena di atas, Matlin (2005) menyatakan bahwa

sebagian besar mahasiswa memiliki keterampilan metakomprehensi (salah satu

aspek metakognisi) yang kurang akurat. Pada saat membaca, mahasiswa

umumnya tidak mengenali adanya inkonsistensi dalam materi yang mereka baca,

bahkan mereka berpikir telah memahaminya. Mahasiswa juga berpikir bahwa

telah memahami apa yang mereka baca karena sudah mengenal topik umumnya,

akan tetapi mereka sering gagal mengingat informasi yang spesifik, dan mereka

mengalami over-estimasi bahwa mereka akan dapat mengerjakan ujian dengan

baik.

Beberapa ahli telah melakukan upaya meningkatkan metakognisi

mahasiswa. Nguyen dan Gu (2013) memberikan pelatihan metakognisi yang

digabungkan dalam matakuliah menulis bahasa inggris pada salah satu universitas

di Vietnam. Hasilnya menunjukkan bahwa pelatihan tersebut dapat meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam menulis bahasa inggris dan meningkatkan

Page 3: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

kemandirian belajar (learner autonomy). Pelton (2014) mengajarkan keterampilan

belajar dan strategi-strategi metakognitif kepada mahasiswa peserta matakuliah

Perkembangan Teori Sosiologi. Aktivitas tersebut menghasilkan efek positif

terhadap motivasi mahasiswa dan meningkatkan penggunaan strategi kognitif dan

metakognitif. Bensley dan Spero (2014) mengajarkan keterampilan berpikir kritis

dan monitoring metakognitif kepada mahasiswa peserta matakuliah Psikologi

Kognitif dengan pendekatan direct infusion. Mereka berhasil membuktikan bahwa

pendekatan tersebut dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan

monitoring metakognitif mahasiswa.

Self-regulated learning adalah suatu proses yang aktif dan konstruktif

yang membutuhkan kemampuan siswa untuk membangun pemahaman mengenai

suatu topik dengan menggunakan perencanaan, monitoring, dan strategi-strategi

belajar, dan dengan meregulasi aspek-aspek kognitif, perilaku, motivasi, dan

afeksi yang penting untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Secara lebih

spesifik, belajar mengenai topik yang kompleks menuntut siswa untuk secara

efektif meregulasi belajar secara mandiri dengan melakukan monitoring

metakognitif terhadap pemahaman suatu topik (Strain, Avezedo, dan D’Mello,

2013). Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji efektivitas pelatihan

keterampilan metakognisi berbasis teori level of processing untuk meningkatkan

kemandirian belajar mahsiswa.

Pelatihan Keterampilan Metakognisi

Pendekatan instruksional keterampilan berpikir

Ennis (dalam Bensley dan Spero, 2014)menggunakan kejelasan

(explicitness) instruksi sebagai kriteria untuk mengklasifikasikan berbagai

pendekatan instruksional berpikir kritis. Ia membedakan pendekatan instruksional

berpikir kritis menjadi empat macam, yaitu umum (general), immersion, infusion,

dan campuran (mixed), yang dibedakan berdasar seberapa eksplisit prinsip-prinsip

berpikir kritis diajarkan dan bagaimana prinsip-prinsip tersebut diajarkan

berkaitan dengan isi matakuliah. Pendekatan general secara eksplisit mengajarkan

prinsip-prinsip berpikir, biasanya terpisah dari konten perkuliahan reguler dan

terkadang dalam bentuk yang lebih abstrak seperti dalam perkuliahan logika

formal. Pendekatan kedua disebut immersion, tidak secara eksplisit mengajarkan

Page 4: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

aturan-aturan atau prinsip-prinsip berpikir tetapi secara intens mendorong berpikir

kritis pada materi perkuliahan. Pendekatan ketiga disebut infusion, mirip dengan

pendekatan general yang mengajarkan berpikir kritis secara eksplisit tetapi

instruksi yang eksplisit ini disampaikan bersamaan dengan studi perkuliahan

yang relevan saat mahasiswa didorong untuk berpikir secara mendalam.

Pendekatan mixed mengkombinasikan pengajaran prinsip-prinsip berpikir kritis

secara eksplisit sebagai rangkaian instruksi yang terpisah, dengan immersion dan

infusion.

Empat jenis pendekatan di atas juga dapat digunakan untuk memahami

pelatihan metakognisi yang telah dilakukan dalam beberapa studi. Pendekatan

infusion antara lain digunakan oleh Nguyen dan Gu (2013). Mereka memberikan

pelatihan metakognisi yang diinkorporasikan dalam matakuliah menulis pada

jurusan bahasa inggris di sebuah universitas di Vietnam. Studi ini melibatkan dua

orang dosen dan 91 orang mahasiswa dari tiga kelas. Sejumlah 54 orang

mahasiswa dari dua kelas berada dalam kelompok kontrol dan 37 orang

mahasiswa berada dalam kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diajar

oleh guru dan peneliti pertama. Guru mengajarkan isi materi dan peneliti pertama

mengajarkan keterampilan metakognitif dalam melakukan perencanaan,

monitoring, dan evaluasi suatu tugas menulis. Prinsip-prinsip berpikir secara

metakognitif diajarkan secara eksplisit oleh peneliti yang tercakup dalam 9 sesi,

sesi satu sampai lima mengajarkan pengetahuan dan strategi bagaimana

melakukan perencanaan, monitoring, dan evaluasi dalam melakukan tugas

menulis. Sesi enam sampai sembilan mahasiswa diminta mempraktekkan

pengetahuan dan strategi metakognitif dalam tugas matakuliah. Hasilnya

menunjukkan bahwa mahasiswa dalam kelompok eksperimen mengalami

peningkatan dalam kemampuan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi

tugas menulis dibandingkan mahasiswa dalam kedua kelompok kontrol. Selain

meningkatkan otonomi mahasiswa (learner autonomy), pelatihan metakognisi

juga menghasilkan peningkatan kemampuan menulis.

Pendekatan dalam mengembangkan kemandirian belajar

Benson (dalam Nguyen dan Gu, 2013)mengklasifikasikan enam

pendekatan untuk mengembangkan otonomi siswa (learner autonomy), yaitu

Page 5: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

pendekatan berbasis sumberdaya, berbasis teknologi, berbasis kurikulum, berbasis

guru, berbasis kelas, dan berbasis siswa. Pendekatan berbasis sumberdaya

menekankan pada penyediaan kesempatan bagi siswa untuk mengarahkan

pembelajaran mereka sendiri dalam self-study, self-access, dan belajar jarak jauh.

Material dan konseling merupakan instrumen utama untuk pelaksanaan

pendekatan berbasis sumber daya. Pendekatan berbasis teknologi menekankan

kesempatan belajar yang disediakan oleh berbagai bentuk teknologi. Salah satu

bentuk dari pendekatan berbasis teknologi yang paling populer adalah computer-

assisted language learning (CALL), yang menggunakan CD-ROM dan internet

untuk belajar bahasa dengan menggabungkan program video interaktif dalam

pusat self-access. Pendekatan berbasis kurikulum fokus pada negosiasi antara

guru dan siswa. Negosiasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi

siswa dalam membuat keputusan mengenai materi, aktivitas, tugas-tugas, dan

evaluasi belajar. Terdapat dua versi dalam pendekatan ini, versi lemah dan kuat.

Versi lemah menggunakan projek yang isi dan metodenya ditentukan sendiri oleh

siswa. Pada versi kuat, silabus tidak ditetapkan terlebih dahulu, tetapi dipilih,

diatur, dan dinegosiasikan oleh guru dan siswa selama proses belajar. Pendekatan

berbasis guru fokus pada pengembangan profesional guru dan pendidikan guru.

Pendekatan ini telah dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa mengubah

keyakinan guru mengenai otonomi, membangun komitmen guru terhadap

otonomi, dan mendorong praktek-praktek yang mendukung otonomi siswa, akan

menghasilkan perubahan di dalam kelas dalam mendukung otonomi siswa.

Pendekatan berbasis kelas mementingkan mengubah hubungan dan praktek-

praktek dalam kelas. Perubahan ini menyebabkan guru dapat mentransfer

tanggung jawab dan kontrol terhadap tujuan belajar, proses belajar, dan asesmen

hasil belajar kepada siswa. Pendekatan berbasis siswa berusaha untuk membekali

siswa dengan keterampilan-keterampilan spesifik dan strategi-strategi yang

membantu mereka memanfaatkan kesempatan belajar.

Pelatihan keterampilan metakognisi untuk mengembangkan kemandirian

belajar dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan berbasis siswa, yaitu

dengan mengajarkan pengetahuan kognisi dan keterampilan melakukan regulasi

kognisi kepada mahasiswa. Pendekatan instruksional yang digunakan adalah

pendekatan infusion, yaitu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan

Page 6: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

metakognisi secara eksplisit tetapi instruksi yang eksplisit ini disampaikan

bersamaan dengan proses perkuliahan dalam suatu matakuliah.

Meningkatkan metakognisi dalam setting kelas

Terdapat empat cara untuk meningkatkan metakognisi dalam setting kelas:

(1)meningkatkan kesadaran pentingnya metakognisi, (2)meningkatkan

pengetahuan kognisi, (3)meningkatkan regulasi kognisi, dan (4)menciptakan

lingkungan yang mendukung kesadaran metakognitif (Schraw, 1998). Pelatihan

keterampilan metakognisi dalam penelitian ini melakukan cara satu sampai tiga di

atas, dengan ditambah satu cara yaitu meningkatkan akurasi metacognitive

experience (judgement of learning). Sehingga pelatihan ini mencakup tiga

komponen metakognisi sebagaimana dijelaskan oleh Efklides (2006) bahwa

metakognisi meliputi metacognitive knowledge dan metacognitive experience

(fungsi monitoring), dan metacognitive skill (fungsi kontrol). Dengan demikian

materi yang akan diajarkan dalam pelatihan keterampilan metakognisi meliputi:

(1)meningkatkan kesadaran pentingnya metakognisi, (2)meningkatkan

pengetahuan kognisi, (3)meningkatkan akurasi metacognitive experience

(judgement of learning), dan (4) meningkatkan regulasi kognisi.

Pengetahuan kognisi (knowledge of cognition)

Pengetahuan kognisi adalah pengetahuan individu mengenai kognisi

mereka sendiri atau mengenai kognisi secara umum. Pengetahuan kognisi

meliputi tiga jenis kesadaran metakognitif, yaitu pengetahuan deklaratif,

prosedural, dan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah mengetahui

“mengenai” sesuatu. Pengetahuan prosedural adalah mengetahui “bagaimana”

melakukan sesuatu. Pengetahuan kondisional adalah mengetahui “mengapa” dan

“kapan” melakukan sesuatu.

Pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif meliputi pengetahuan

mengenai diri sendiri sebagai pelajar (learner) dan mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar, seperti mengenai berbagai aspek memori

(kapasitas memori, rehearsal, testing effect, encoding specificity, spacing effect,

interleaving of topics, dan self-reference effect).

Page 7: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

Pengetahuan prosedural. Pengetahuan prosedural adalah mengetahui

bagaimana melakukan sesuatu. Sebagian besar pengetahuan ini disebut sebagai

heuristic atau strategi. Individu yang memiliki pengetahuan prosedural yang baik

dapat melakukan tugas secara lebih otomatis, mengetahui lebih banyak macam

strategi, dan mengatur rangkaian strategi lebih efektif. Contohnya adalah

bagaimana melakukan chunk dan mengkategorikan informasi baru.

Pengetahuan kondisional. Pengetahuan kondisional adalah mengetahui

kapan dan mengapa perlu menggunakan pengetahuan deklaratif dan prosedural.

Contoh, pelajar yang efektif mengetahui kapan dan informasi apa yang tepat

untuk dilakukan rehearsal. Pengetahuan kondisional penting karena membantu

siswa mengalokasikan sumber daya secara selektif dan menggunakan strategi

lebih efektif.

Judgement of learning (metacognitive experience)

Judgement of learning merupakan salah satu keterampilan monitoring

metakognitif, yaitu keterampilan untuk menyadari sejauhmana telah memahami

materi. Keterampilan ini diperlukan oleh mahasiswa saat mengikuti perkuliahan

tatap muka di kelas dan saat melakukan kegiatan mandiri (mempelajari literatur

matakuliah). Bila mahasiswa terampil melakukan monitoring, maka mereka akan

terdorong melakukan kontrol atau regulasi kognisi.

Regulasi kognisi (regulation of cognition)

Regulasi kognisi adalah serangkaian aktivitas yang membantu siswa

mengontrol belajar. Tiga keterampilan mendasar dalam regulasi kognisi adalah

perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Perencanaan mencakup pemilihan strategi

yang tepat dan alokasi sumberdaya yang mempengaruhi hasil belajar, seperti

membuat prediksi sebelum membaca, mengatur strategi, dan mengalokasikan

waktu atau perhatian sebelum mulai mengerjakan tugas. Monitoring adalah

kesadaran seseorang akan pemahaman dan pengerjaan tugas. Kemampuan untuk

menguji diri secara periodik saat belajar adalah salah satu contoh monitoring.

Kemampuan monitoring dapat ditingkatkan dengan berlatih. Evaluasi adalah

melakukan penilaian terhadap hasil dan efisiensi belajar.

Page 8: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

Tahap DesainInput Proses Output

Tahap PengembanganInput Proses Output

Tahap ImplementasiInput Proses Output

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada Model Proses Pelatihan (Training

Processes Model). Seperti dijelaskan pada gambar 1, proses pelatihan diawali

dengan adanya masalah, kemudian dilakukan lima tahap dalam pelatihan, yaitu

tahap analisis kebutuhan, tahap desain, tahap pengembangan, tahap implementasi,

dan terakhir tahap evaluasi. Tiap-tiap tahap mencakup input, proses, dan output.

Output pada suatu tahap, misalkan tahap analisis kebutuhan, merupakan input

pada tahap berikutnya yaitu tahap desain (Blanchard dan Thacker, 2004).

Keseluruhan tahapan akan dilaksanakan selama dua tahun. Tahap analisis, tahap

desain, dan tahap pengembangan telah dilaksanakan pada tahun pertama, tahap

implementasi dan tahap evaluasi dilaksanakan pada tahun kedua ini.

Gambar 1. Model Proses Pelatihan

Tahap Analisis KebutuhanInput Proses Output

Masalah

Tahap EvaluasiInput Proses Output

Tahap Implementasi

Langkah-langkah dalam tahap implementasi ditampilkan pada gambar 2,

meliputi input, proses, dan output. Input pada tahap ini adalah output dari tahap

sebelumnya, yaitu tahap pengembangan. Pada tahap pengembangan telah

dihasilkan bahan pelatihan keterampilan metakognisi berupa material

instruksional, perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelatihan, manual bagi trainer

atau fasilitator, dan fasilitas yang dibutuhkan. Pada proses terdapat dua langkah,

Page 9: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

yaitu dry run dan program pilot. Dry run adalah uji pertama bahan pelatihan yang

bertujuan untuk mengetahui nilai dan kejelasan berbagai kegiatan yang akan

dilakukan dalam pelatihan. Pada langkah ini ahli diminta memberikan saran

mengenai validitas bahan pelatihan dan penggunaannya. Selain itu beberapa orang

mahasiswa juga akan diminta untuk membaca dan melakukan latihan-latihannya

dan memberikan saran untuk perbaikan. Untuk itu akan disiapkan daftar

pertanyaan yang menanyakan antara lain kejelasan petunjuk latihan dan lamanya

alokasi waktu untuk melakukan kegiatan. Pada langkah program pilot sejumlah

mahasiswa akan benar-benar dilatih. Hasil dari program pilot adalah tambahan

masukan untuk menyempurnakan bahan pelatihan dan mengidentifikasi hal-hal

yang mengganggu atau menghambat selama proses pelatihan. Setelah dilakukan

revisi hasil masukan dari program pilot maka pelatihan siap untuk

diimplementasikan.

Pelatihan ini akan diimplementasikan dengan menggunakan pendekatan

infusion, yaitu dengan mengajarkan pengetahuan dan strategi metakognitif secara

eksplisit bersamaan dengan proses perkuliahan. Matakuliah yang dipilih untuk

implementasi pelatihan metakognisi adalah matakuliah Psikologi Kepribadian I

yang dilaksanakan di Program Studi Psikologi Fakultas Pendidikan Psikologi

Universitas Negeri Malang. Dalam matakuliah tersebut mahasiswa harus

mempelajari dan menguasai konsep-konsep berbagai teori kepribadian yang

abstrak dan kompleks sehingga keterampilan metakognisi sangat dibutuhkan oleh

mahasiswa untuk mendukung penguasaan materi kuliah.

Gambar 2. Tahap Implementasi

Input Proses OutputMaterialInstruksional

PerlengkapanInstruksional

Dry Run PilotProgram

ImplementasiPelatihan

Manual Trainer dan Trainee

Page 10: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

Fasilitas

Implementasi Evaluasi dan Asesmen Kegunaan

Partisipan dan Analisis

Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa peserta matakuliah Psikologi

Kepribadian I Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang offering

B (n=28) dan offering D (n=28). Offering B digunakan sebagai kelompok

eksperimen yang mendapat perlakuan pelatihan keterampilan metakognisi, dan

offering D digunakan sebagai kelompok kontrol. Rancangan penelitian

eksperimen yang digunakan adalah nonrandomized control group pretest posttest

design. Analisis paired sample t-test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test kemandirian belajar pada

kelompok eksperimen dan pada kelompok kontrol.

HASIL

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel 5-3. Pada

tabel 5-3 terlihat bahwa terdapat peningkatan mean skor kemandirian belajar dari

pre-test (48,6429) ke post-test (55,4286) pada kelompok eksperimen. Pada

kelompok kontrol hanya terdapat sedikit selisih mean skor kemandirian belajar

pada pre-test (51,8571) dan post-test (52,1429).

Perbedaan kemandirian belajar pada pre-test dan post-test

Perbedaan kemandirian belajar pada pre-test dan post-test dapat dilihat

pada tabel 5-4. Kelompok eksperimen menunjukkan selisih mean yang cukup

besar (-6,78571) dan perbedaan mean tersebut signifikan (t = -4,404; p<0,05).

Kelompok kontrol memiliki selisih mean yang sangat kecil (-0,28571) dan

perbedaan mean tersebut tidak signikan (t = -0,104; p>0,05). Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen mengalami peningkatan

Page 11: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

Paired Differences t df Sig. (2-

tailed)Mean Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

skor pre-test kemandirian belajar klpPair

eksperimen - skor post-test1

kemandirian belajar klp eksperimen

skor pre-test kemandirian belajar klpPair

kontrol - skor post-test kemandirian2

belajar klp kontrol

-6,78571

-,28571

8,15297

14,51910

1,54077

2,74385

-9,94711

-5,91563

-3,62432

5,34420

-4,404

-,104

27

27

,000

,918

kemandirian belajar setelah menerima pelatihan metakognisi, sedangkan

kelompok kontrol tidak mengalami peningkatan kemandirian belajar.

Tabel Statistik deskriptif kemandirian belajarmean n std. deviation

skor pre-test kemandirian belajar klp eksperimen

pair 1skor post-test kemandirian belajar klpeksperimenskor pre-test kemandirian belajar klp kontrol pair 2skor post-test kemandirian belajar klp kontrol

48,6429 28 6,31409

55,4286

51,8571

28

28

8,50894

9,39943

52,1429 28 9,75520

Tabel Perbedaan kemandirian belajar pada pre-test dan post-test

Page 12: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

PEMBAHASAN

Kefektivitasan pelatihan keterampilan metakognisi berbasis teori of level

processing dalam meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa tidak terlepas

dari strategi pelatihan yang digunakan. Adapun strategi tersebut antara lain,

pemilihan pendekatan instrusional keterampilan berpikir, pendekatan

mengembangkan kemandirian belajar dan pemilihan setting pelatihan.

Pendekatan instruksional keterampilan berpikir yang diterapkan adalah

pendektan infusion, yaitu mirip dengan pendekatan general yang mengajarkan

berpikir kritis secara eksplisit tetapi instruksi yang eksplisit ini disampaikan

bersamaan dengan studi perkuliahan yang relevan saat mahasiswa didorong untuk

berpikir secara mendalam. Strategi ini juga sudah dibuktikan oleh Nguyen dan Gu

(2013) untuk mengajarkan keterampilan metakognisi. Strategi ini peningkatan

dalam kemampuan merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi tugas menulis

dibandingkan mahasiswa dalam kedua kelompok kontrol. Selain meningkatkan

otonomi mahasiswa (learner autonomy), pelatihan metakognisi juga

menghasilkan peningkatan kemampuan menulis.

Pendekatan pengembangan kemandirian belajar yang digunakan adalah

Pendekatan berbasis siswa berusaha untuk membekali siswa dengan

keterampilan-keterampilan spesifik dan strategi-strategi yang membantu mereka

memanfaatkan kesempatan belajar (Nguyen dan Gu, 2013). Pelatihan ini

mengajarkan pengetahuan kognisi dan keterampilan melakukan regulasi kognisi

kepada mahasiswa.

Setting pelatihan yang diterapkan adalah (1)meningkatkan kesadaran

pentingnya metakognisi, (2)meningkatkan pengetahuan kognisi, (3)meningkatkan

regulasi kognisi, dengan ditambah satu cara yaitu meningkatkan akurasi

metacognitive experience (judgement of learning). Sehingga pelatihan ini

mencakup tiga komponen metakognisi sebagaimana dijelaskan oleh Efklides

(2006) bahwa metakognisi meliputi metacognitive knowledge dan metacognitive

experience (fungsi monitoring), dan metacognitive skill (fungsi kontrol). Dengan

demikian materi yang akan diajarkan dalam pelatihan keterampilan metakognisi

meliputi: (1)meningkatkan kesadaran pentingnya metakognisi, (2)meningkatkan

pengetahuan kognisi, (3)meningkatkan akurasi metacognitive experience

(judgement of learning), dan (4) meningkatkan regulasi kognisi.

Page 13: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

SIMPULAN

Berdasar hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest kemandirian

belajar pada kelompok eksperimen, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pelatihan keterampilan metakognisi efektif untuk meningkatkan kemandirian

belajar mahasiswa.

SARAN

Bagi penyelenggara pendidikan tinggi

Agar mahasiswa memiliki kemandirian belajar, pelatihan keterampilan

metakognisi dapat dilaksanakan pada kegiatan orientasi mahasiswa baru atau

dapat diberikan dengan pendekatan infusion bersamaan dengan pengajaran

matakuliah oleh dosen pembina matakuliah.

Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran infusion, yaitu

pembelajaran keterampilan metakognisi dimasukkan pada matakuliah psikologi

tertentu, sehingga bukti efektivitas pelatihan keterampilan metakognisi masih

terbatas pada domain psikologi. Penelitian berikutnya diperlukan untuk menguji

efektivitas pelatihan keterampilan metakognisi pada domain atau matakuliah lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bensley, D.A., Spero, R.A. 2014. Improving Critical Thinking Skills and Metacognitive Monitoring through Direct Infusion. Thinking Skills and Creativity 12, 55-68.

Blanchard, P.N., Thacker, J.W. 2004. Effective Training: Systems, Strategies, andPractices. Second edition. Pearson Education, Inc.

Efklides, A. 2006. Metacognition and Affect: What can metacognitive experiences tell us about the learning process? Educational Research Review 1, 3-14.

Matlin, M.W. 2005. Cognition. Sixth edition. John Wiley & Sons, Inc.

Page 14: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../02/Dr.-Drs-ADI-ATMOKO-M.Si_artikel.docx · Web viewEFEKTIVITAS PELATIHAN KETERAMPILAN METAKOGNISI BERBASIS TEORI LEVELS OF PROCESSING UNTUK MENINGKATKAN

Nguyen, L.T.C., Gu, Y. 2013. Strategy-based Instruction: A Learner-focusedApproach to Developing Learner Autonomy. Language Teaching Research17(1) 9-30.

Pelton, J.A. 2014. How Our Majors Believe They Learn: Student LearningStrategies in an Undergraduate Theory Course. Teaching Sociology 1-10.

Schraw, G. 1998. Promoting General Metacognitive Awareness. InstructionalScience 26: 113-125.

Strain, A.C., Azevedo, R., D’Mello, S.K. 2013. Using a False Biofeedback Methodology to Explore Relationships between Learner’s Affect, Metacognition, and Performance. Contemporary Educational Psychology38: 22-39.