lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/dra.-sri-sumartini-m.si_artikel.docx · web viewtahun 2006...

29
1 KERUKUNAN BERAGAMA DAN HARMONI SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURAL DESA SITIARJO SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG Sri Sumartini Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang ABSTRAK Untuk membentuk bangsa yang kuat diperlukan persatuan dalam kebhinekaan agar setiap golongan dapat mengembangkan identitasnya. Kelompok yang berbeda paham, agama dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama dalam mewujudkan kerukunan hidup beragama dan memelihara harmoni sosial melalui untuk dialog terbuka, kreatif, inovatif, dan kontekstual. Indonesia sebagai negara berdasar Pancasila memiliki prinsip yang jelas tentang pola interaksi kehidupan intern dan anta r umat beragama. Secara empiris bangsa Indonesia menunjukkan pernah terdapat pola kehidupan ramah, damai, harmonis. Pemuka agama mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku integratif mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni sosial pada masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi nilai-nilai bersumber pada Teks Kitab Suci Agama yang mendukung kerukunan beragama dan harmoni sosial masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk memberikan solusi terbaik menyejukkan dan mendamaikan agar tidak terjadi konflik intern dan antar umat beragama. Kata kunci : kerukunan umat beragama, harmoni sosial, masyarakat plural PENDAHULUAN Studi tentang kerukunan antar umat beragama sesungguhnya telah banyak dilakukan baik di kota Malang maupun di Jawa Timur. Namun demikian studi yang mengkaji tentang kerukunan beragama dan harmoni sosial tetap penting, menarik dan terbuka untuk belum banyak dilakukan. Berbagai studi tentang kerja sama antara umat beragama hingga saat ini umumnya lebih banyak mengkaji masalah dari konstruksi sosial, hak asasi manusia dan hukum, sedangkan kajian yang mencoba memahami pedoman bersumber teks kitab suci,

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

1

KERUKUNAN BERAGAMA DAN HARMONI SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURAL DESA SITIARJO

SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG

Sri SumartiniFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Untuk membentuk bangsa yang kuat diperlukan persatuan dalam kebhinekaan agar setiap golongan dapat mengembangkan identitasnya. Kelompok yang berbeda paham, agama dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama dalam mewujudkan kerukunan hidup beragama dan memelihara harmoni sosial melalui untuk dialog terbuka, kreatif, inovatif, dan kontekstual. Indonesia sebagai negara berdasar Pancasila memiliki prinsip yang jelas tentang pola interaksi kehidupan intern dan anta r umat beragama. Secara empiris bangsa Indonesia menunjukkan pernah terdapat pola kehidupan ramah, damai, harmonis. Pemuka agama mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku integratif mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni sosial pada masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi nilai-nilai bersumber pada Teks Kitab Suci Agama yang mendukung kerukunan beragama dan harmoni sosial masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk memberikan solusi terbaik menyejukkan dan mendamaikan agar tidak terjadi konflik intern dan antar umat beragama.

Kata kunci : kerukunan umat beragama, harmoni sosial, masyarakat plural

PENDAHULUAN

Studi tentang kerukunan antar umat beragama sesungguhnya telah banyak dilakukan

baik di kota Malang maupun di Jawa Timur. Namun demikian studi yang mengkaji

tentang kerukunan beragama dan harmoni sosial tetap penting, menarik dan terbuka untuk

belum banyak dilakukan. Berbagai studi tentang kerja sama antara umat beragama hingga

saat ini umumnya lebih banyak mengkaji masalah dari konstruksi sosial, hak asasi

manusia dan hukum, sedangkan kajian yang mencoba memahami pedoman bersumber

teks kitab suci, peran elit agama, berbagai kegiatan kebersaman yang bermakna kerukunan

masih jarang dilakukan. Penelitian ini mencoba memahami lebih mendalam peran pemuka

agama dalam masyarakat plural tingkat desa.

Hubungan antar umat beragama tidak selalu harmonis, meskipun masing-masing

ajaran agama mengajarkan keharmonisan, kedamaian, kerukunan, saling menghormati,

menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan seperangkat nilai-nilai luhur lainnya.

Adapun dasar hukum kerukunan beragama di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 28 E

ayat 1, UUD 1945 Pasal 29, ayat 2 dan UU No 12 tahun 2005 serta Pengesahan Kovenan

Internasional tentang Hak Hak Sipil dan Politik (Kholiluddin,2009). Munculnya klaim

atas kebenaran tunggal dengan menggunakan teks-teks Kitab Suci dengan

mengharamkan kelompok pemeluk agama lain, bahkan juga terhadap pemeluk agama

Page 2: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

2

yang sama namun berbeda mazhab atau aliran.(Effendi,2009) Kenyataan sosiologis

masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa seringkali potensi konflik politik berimbas dan

berpadu dengan masalah-masalah agama. Secara empirik, dikotomi membentuk hubungan

antara ‘kami’ dan ‘mereka’ dalam meyakini agama didasarkan proses sosialisasi budaya.

Untuk membentuk bangsa yang kuat diperlukan persatuan dalam kebhinekaan agar

setiap golongan dapat mengembangkan identitasnya. Kelompok yang berbeda paham,

agama dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama dalam mewujudkan kerukunan

hidup beragama dan memelihara harmoni sosial melalui untuk dialog terbuka, kreatif,

inovatif, kontekstual. Indonesia sebagai negara berdasar Pancasila memiliki prinsip yang

jelas tentang pola interaksi kehidupan intern dan antar umat beragama. Secara empiris

bangsa Indonesia menunjukkan pernah terdapat pola kehidupan ramah, damai, harmonis.

Puncak pengembangan teologi kerukunan Islam di Indonesia adalah penerimaan Pancasila

sebagai dasar dan ideologi negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Proses penerimaan

Pancasila menunjukkan bahwa para pemimpin bangsa lebih mengutamakan kerukunan

dan integrasi nasional. Rumusan kompromis pemerintah menyebutkan Pasal 29 ayat 1

UUD 1945 berbunyi negara berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya, keputusan

Presiden No 1 tahun 1965 menyebutkan enam agama yang dianut di Indonesia yaitu :

Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 dan No 8

Tahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat

beragama untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pembentukan Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ditingkat daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota

(Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 dan Non 8 Tahun

2006). Kebijakan pemerintah ditindaklanjuti dengan kerjasama dengan instansi terkait

seperti POLRI, Kejaksaan, Komnas HAM, LSM untuk mencegah kekerasan yang

dilakukan terhadap kelompok minoritas agama. Indonesia sudah menerima dan

meratifikasi Internasional Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan

membentuk Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP). Saat ini, sudah

dilakukan dialog-dialog antar kelompok-kelompok agama untuk mencegah konflik

bersumber dari suku, agama, ras dan antar golongan dalam upaya mewujudkan kerukunan

beragama dan memelihara harmoni sosial seperti : Pertama, Majelis agama seperti

Majelis Ulama Indonesia (MUI/Islam), Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI/Protestan),

Konperensi Waligereja Indonesia (KWI/Katolik), Parisadha Hindu Dharma dan Perwalian

Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan Peribadatan Tri Dharma. Kedua, Lembaga

akademis seperti : Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Center

Page 3: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

3

for Religious and Cultural Studies (CRCS) Universitas Gajah Mada (UGM), Indonesian

Consortium for Religious Studies didirikan UGM, Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen

Duta Wacana (UKDW), Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) serta Model

Pendidikan Agama Inklusif di STIE IBII Jakarta. Ketiga, Kelompok media pendukung

yang toleran, terbuka, kritis antara lain : The Wahid Institute, Lakpesdam NU, Setara

Insitute, Interfidei dan Ma’arif Institut.

Studi tentang kerukunan beragama penting dilakukan karena ada perlu solusi konflik

melalui kajian historis sosiologis fenomena sosial budaya dilokasi penelitian agar

diperoleh data tentang pengalaman empirik seperti : Bagaimana nilai-nilai kerukunan

yang bersumber pada teks Kitab Suci? Bagaimana kegiatan kebersamaan antar umat

bergama sebagai sosialisasi nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda ? Bagaimana

peran pemuka agama, aparat desa, tokoh masyarakat dalam kerukunan beragama dan

harmoni sosial? Adakah kendala dan bagaimana solusinya jika terjadi konflik di

masyarakat? Bagaimana aplikasi hidup kemasyarakatan yang diwarnai kerukunan

beragama dengan landasan harmoni1. Keselarasan dan kesesuaian dapat dijadikan dasar

acuan bersama semua pengikut agama menjadi model kerukunan beragama dan harmoni

sosial. Saat ini hubungan dialogis diakui sebagai cara paling penting untuk

membudayakan kehidupan rukun dan harmonis diantar seluruh umat beragama yang

berada dalam era globalisasi dan pluralitas yang heterogen.

Agama harus dihayati dalam semangat dialog secara vertikal (antar individu

dengan Tuhan) dan horisontal (antar sesama manusia). Dialog vertikal akan membuahkan

kehidupan yang damai dan indah, dialog horizontal akan menciptakan ketertiban,

keserasian, kedamaian, kerukunan.(Daya,2000) Pada tahun 1990 Indonesia telah menjadi

anggota International Association for The History of Religious (IAHR) yang mengadakan

Kongres ke 16 di Roma dihadiri 800 peserta dari seluruh dunia berasal dari umat berbagai

agama. Sedangkan Parlemen Agama Agama Dunia (Parliament of the Worlds Religions)

menggelar Kongres Internasional agama-agama dunia paling akbar pada tanggal 1 sampai

8 Desember 1999 dihadiri sekitar 4000 peserta dari seluruh dunia, dengan

mempresentasikan 876 makalah termasuk (3) dari Indonesia. Gerakan Kerukunan

Antarumat Beragama Dunia (Global Interfaith Movement) (2013) memperingati hari

ulang tahun ke 120 bersumber pada Teologi Kerukunan. (Swidler,1994)

Tujuan penelitian ini adalah (a) Menemukan peran pemuka agama dalam

kerukunan beragama dan harmoni kehidupan beragama didesa Sitiarjo Sumbermanjing

Wetan Kabupaten Malang (1) Upaya mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni

Page 4: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

4

sosial di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (2) Upaya mengatasi

kendala dalam mewujudkan kerukunan beragama harmoni sosial di desa Sitiarjo

Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (2) Menemukan nilai-nilai bersumber pada

teks Kitab Suci Agama yang dijadikan pedoman kerukunan beragama dan harmoni

sosial di kehidupan di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (3)

Menemukan berbagai kegiatan agama dan sosial budaya sebagai media kerukunan

beragama dan harmoni sosial di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang

Manfaat pelitian ini mengangkat persoalan nilai-nilai hidup bersama yang ideal

antar komunitas yang berbeda agama di desa ini memiliki dua keutamaan yang bersifat

akademis dan praktis. (a) secara akademis : adalah membuka horizon pemikiran yang

lebih luas dalam penelitian sosial keagamaan di Indonesia. Selama ini model penelitian

tentang fenomena sosial keagamaan hanya menyentuh sisi luar dan hanya pada akar

permasalahan beserta landasan yang memberikan warna bersifat artifisial menyangkut

hubungan keagamaan. Penelitian ini mencoba menawarkan pendekatan interpretatif pada

suatu komunitas terbatas dengan harapan diperoleh kedalaman akar permasalahan tentang

hubungan sosial-keagamaan dimasyarakat. Secara akademis penggunaan pendekatan

kualitatif dipadu dengan pendekatan interpretatif (Soetriono,2007), supaya penelitian

dapat dilakukan secara intensif dalam kurun waktu yang relatif panjang untuk

menemukan data mendalam tentang kerukunan beragama dan harmoni sosial pada

masyarakat desa Sitiarjo, (b) secara praktis : menggunakan pendekatan kualitatif

interpretatif karena memiliki keutamaan untuk mengatasi problem konflik sosial intern

dan antar umat beragama di Indonesia. Selama ini kendala terbesar dalam interaksi antar

umat beragama adalah sifat eksklusivisme yang membelenggu kuat alam kesadaran

sebagian masyarakat Indonesia. Melalui pemahaman secara mendalam nilai-nilai sosial

agama diharapkan dapat ditemukan nilai-nilai yang menjadi pedoman penting kerukunan

dan harmoni kehidupan beragama pada masyarakat

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.(Kaelan, 2005). Sesuai

dengan pendekatan ini, peneliti terlibat dalam pembentukan hipotesis kerja sejak awal ke

lapangan penelitian dimulai, dengan sejumlah maksud tertentu dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan penelitian (Moleong, 2005). Tujuan utama penelitian ini adalah

menemukan skema atau model nilai kerukunan beragama dan harmoni sosial dengan

melakukan wawancara dan mengikuti berbagai kegiatan dengan pemuka agama, tokoh

masyarakat dan masyarakat luas (Johnson, 1988) desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan

Page 5: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

5

Kabupaten Malang yang kini memeluk beberapa agama yang berbeda, merupakan entitas

yang kompleks dan perlu dipahami secara mendalam. Oleh karena itu pilihan rancangan

penelitian dengan pendekatan kualitatif interpretatif dilakukan agar diperoleh model nilai

pokok berbasis pada adat budaya masyarakat. Selain itu karena terkait dengan masalah

adat teks kitab suci agama penelitian juga bisa dikaji dengan model pendekatan

interpretatif (Dhavamony, 1999)

Fokus penelitian ini adalah : (a) Penggalian nilai-nilai bersumber teks Kitab

Suci masing-masing agama agar dapat dijadikan pedoman bersama antar pemeluk agama

berbeda, (b) penyusunan buku pedoman yang memuat nilai-nilai hidup bersama antar

para pemeluk agama yang berbeda, guna dijadikan acuan mengembangkan sikap toleransi

beragama, (c) melakukan sosialisasikan hasil penelitian tersebut kepada berbagai

kelompok atau komunitas agama sebagai solusi untuk mengikis sikap eksklusivisme

dalam beragama dalam kehidupan masyarakat, (d) mengurangi potensi konflik antar

pemeluk agama berbeda dengan pencerahan nilai-nilai kerukunan beragama dan harmoni

sosial pada masyarakat plural sebagai model acuan kerukunan beragama dan harmoni

sosial pada masyarakat Indonesia.

Situs penelitian ini adalah didesa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan

Kabupaten Malang, diperoleh temuan sebagai berikut : (a) Kondisi geografis : Sitiarjo

terletak 60 km dari dari selatan pusat kota Malang dengan suhu udara yang panas dan

lembab. Batas-batas desa adalah sebelah utara desa Sumber Agung, sebelah barat desa

Kedungrampal, sebelah timur desa Kedungbanteng, sebelah selatan desa Sendang Biru

dan desa Bajulmati. Desa Sitiarjo memiliki 12 RW dan 60 RT. Setiap RW memiliki

kampung dengan nama berbeda-beda seperti, Pulungrejo, Sumber Gayam, Palung,

Kemudinan, Gunung Tumo, Tumpangangklik, Kulon Gunung, Tadah Batok, Rowoterate,

Tumpakrejo. Desa Sitiarjo terletak disebuah lembah hijau nan indah dialiri sungai

Penguluran dan Sungai Bambang yang mengairi areal persawahan yang menjadi mata

pencaharian penduduknya. Curah hujan yang tinggi seringkali tidak mampu menampung

debit air sehingga hampir setiap tahun menyebabkan bencana banjir. (b) Mata

pencaharian : petani padi,kelapa dan pisang, manteri kesehatan, pegawai negeri, guru,

pedagang pasar, wiraswasta, nelayan dan TNI Polri. Sarana dan prasarana penunjang

seperti pasar desa, puskesmas, koperasi, lembaga pendidikan, TK SD, SMP sampai

SMU, bakan terdapat Sekolah Tinggi Tarbiyah Raden Rahmat Cabang Kepanjen

berlokasi di Pesantren Cinta Al Qur’an. (c) Sistem kepercayaan : sarana peribadatan

Kristen dan Islam ‘gereja, mesjid’, Mayoritas penduduk 95% beragama Kristen

terutama Kristen Jawi Wetan (Jellesma, 1966). Selain itu terdapat agama Kristen Bethel,

Page 6: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

6

Kristen Pantekosta, Kristen Tabernakel, Pantekosta Tabernakel, Bethani Allah Baik.

Warga pendatang pemeluk agama Islam berada disekitar pasar desa dan sebelah timur

desa berbatasan desa Kedungbanteng. Kerukunan antar umat beragama sangat dijunjung

tinggi didesa ini sehingga tidak pernah terjadi konflik horizontal. Wisata religi yaitu

perayaan unduh-unduh atau hari raya persembahan dilingkungan jemaat GKJW

Pasamuan Sitiarjo. Ritual bersih desa dilakukan setelah panen raya setahun sekali.

Masyarakat desa Sitiarjo dalam menjalankan adat istiadatnya selalu terikat oleh perasaan

kebersamaan. Sampai kini mereka masih memegang tradisi dan nilai-nilai hakiki yang

luhur, sebagai warisan dari nenek moyang yang dapat dirunut dari masa lalu seperti : (1).

Upacara adat yang tetap berkembang didalam kehidupan masyarakat kelahiran,

perkawinan, kematian siklus hidup seseorang. (2). Upacara adat yang berhubungan

dengan siklus pertanian, mendirikan rumah dan gejala alam : bersih desa, unduh-unduh.

(3). Upacara Keagamaan : Hari Natal, Hari Raya Paskah, Hari Ulang Tahun Gereja

Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sitiarjo (Sarjonan, 1981) . Sistem pemerintahan : kepala

pemerintahan dijabat kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat dibantu sekretaris

desa, kepala dusun, kebayan, jogotirto, jogoboyo, modin Kristen dan modin Islam

dibantu staf sekretariat desa dan dibantu organisasi sosial seperti RW dan RT.

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data meliputi (a) Observasi : untuk mengetahui

bagaimana kerukunan dan harmoni kehidupan umat beragama yang dijalani generasi

muda desa Sitiarjo pada umumnya, bagaimana aplikasi hidup kemasyarakatan

berlangsung, serta bagaimana interaksi sosial yang terjadi Dukuh Palung dan Dukuh

Rowoterate diantara masing-masing pemeluk agama di desa Sitiarjo. (b) Wawancara

mendalam (Kantaprawira, 2009): secara partisipatif sampai titik jenuh untuk

mendapatkan gambaran tentang bentuk dan proses kerukunan beragama dan harmoni

sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya, data tambahan serta dokumen dan lain-

lain (John dan Lyn Lofland). (c) Dokumentasi: untuk mengumpulkan informasi

dokumentatif penting yang sehubungan subjek dan objek penelitian yang terdapat pada

instansi terkait. (d) Sumber data: dalam penelitian ini sumber data utama terdiri dari

pemuka agama, pemimpin rumah ibadah berbagai agama, kepala desa dan perangkat

desa, tokoh masyarakat termasuk sesepuh desa keturunan pendiri desa, para pemimpin

formal kepala desa dan aparat desa, para pemuda, ibu-ibu dan warga atau jamaah

komunitas suatu agama di wilayah desa Sitiarjo. Pemilihan berdasar purposif sampling

agar mendapat data lengkap, sesuai tujuan penelitian.

Page 7: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

7

Kehadiran peneliti di lapangan, dalam penelitian kualitatif ini bersifat wajib karena

peneliti merupakan instrumen penelitian utama (the instrument of choice in naturalistic

inquiry is the human) yang memang harus hadir sendiri dilapangan secara langsungalam

penelitian peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, karena dalam

penelitian kualitatif instrumen utama (key person) adalah manusia. Dalam mencapai

tujuan penelitian maka peneliti sebagai instrumen kunci, melakukan observasi,

wawancara dan pengambilan dokumen. Selama pengumpulan data dari subyek penelitian

dilapangan peneliti menempatkan diri sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.

Sebagai seorang instrumen penelitian yang mengumpulkan data maka peneliti harus

memenuhi syarat sebagai berikut : (1) ciri umum meliputi responsif, dapat menyesuaikan

diri, menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan

mengikhtidarkan dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim, (2)

kualitas yang diharapkan, dan (3) peningkatan kualitas peneliti sebagai instrumen. Untuk

mendukung pengumpulan data dari sumber dilapangan peneliti juga memanfaatkan alat

perekam data, buku tulis, paper alat tulis seperti pensil, ballpoin sebagai alat pencatat

data. Kehadiran peneliti dilokasi penelitian dapat menunjang keabsahan data sehingga

memenuhi orisinalitas, maka peneliti menyempatkan waktu untuk mengadakan observasi

langsung kelokasi penelitian dengan intensitas yang tinggi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interpretatif

hermeneutik yang meliputi tiga tahap, yaitu: (a) Reduksi data : dilakukan proses

pemilihan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh dari

lapangan. (b) Penyajian data : data yang telah direduksi disajikan sesuai dengan topik

dan pokok permasalahannya, agar mempermudah peneliti melakukan interpretasi.

Penyajian data dengan gambar, foto, skema, grafik, dan tabel. (c) Menarik kesimpulan :

pada tahap ini peneliti melakukan verifikasi atau pengecekan kebenaran dari setiap data

yang berhasil dikumpulkan sehingga pada akhir tahapan penelitian, peneliti mampu

menarik kesimpulan yang akurat berdasarkan fokus atau permasalahan penelitian.

Untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh selama kegiatan penelitian

digunakan beberapa kriteria : (a) Derajat kepercayaan : Untuk memenuhi kriteria derajat

kepercayaan, dilakukan dengan memperpanjang keikut sertaan, pengamatan mendalam,

triangulasi. Menurut Denzin triangulasi dibedakan kedalam empat jenis yaitu: sumber

data, metode, peneliti lain, teori ganda (Lincoln dan Guba,1985). Penelitian ini

menggunakan triangulasi metode, sumber data, dan peneliti lain. (b) Keteralihan: Untuk

mewujudkan keteralihan yang baik, peneliti berusaha menguraikan secara rinci, teliti,

cermat dan mendalam selama pokok permasalahan yang diteliti, sehingga dapat

Page 8: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

8

dibedakan antara data yang diperoleh, dengan interpretasi peneliti. (c) Ketergantungan :

Untuk memenuhi akurasi data, peneliti melakukan pemeriksaan ulang secara cermat

komponen, proses dan hasil penelitian. (d) Kepastian: untuk memenuhi tingkat kepastian,

peneliti meminta bantuan mitra sejawat dalam bentuk diskusi (peer discussion) maupun

expect opinion yang relevan dengan bidang permasalahan yang diperlukan, termasuk

dengan tokoh lintas agama tentang kesimpulan sementara peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran pemuka Agama dalam Kerukunan Beragama dan Harmoni Sosial di Desa

Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten

Pemuka agama sangat berperan dalam mendukung terwujudnya kerukunan beragama

dan harmoni sosial di desa Sitiarjo melalui berbagai upaya antara lain :

1. Menumbuhkan suasana sejuk dan damai bagi mayoritas penduduk 95% beragama

Kristen terutama Kristen Jawi Wetan (Krugger, 1966), Kristen Bethel, Kristen

Kerukunan antar umat beragama sangat dijunjung tinggi didesa ini sehingga tidak

pernah terjadi konflik horizontal.

2. Melakukan pendekatan terhadap kelompok minoritas Islam warga pendatang berada

disekitar kampung tengah, pasar desa dan sebelah timur desa berbatasan desa

Kedungbanteng.

3. Kegiatan perayaan desa sepanjang satu tahun ditangani oleh kepanitiaan tetap dari

setiap dusun selanjutnya bergantian pada tahun berikutnya. Kepanitiaan tetap dalam

setahun ini melibatkan kerja sama intern dan antar umat agama.

4. Pemuka agama selalu bekerja sama dengan kepala desa, perangkat desa, tokoh

Masyarakat dan masyarakat desa Sitiarjo dalam menjalankan adat istiadatnya agar

selalu terikat oleh perasaan kebersamaan. Sampai kini mereka masih memegang

tradisi dan nilai-nilai hakiki yang luhur, sebagai warisan dari nenek moyang yang

dapat dirunut dari masa lalu seperti :

1) Upacara adat yang tetap berkembang didalam kehidupan masyarakat kelahiran,

perkawinan, kematian siklus hidup seseorang.

2) Upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian, mendirikan rumah dan

gejala alam : bersih desa, unduh-unduh.

3) Upacara Keagamaan : Hari Natal, Hari Raya Paskah, Hari Ulang Tahun Gereja

Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sitiarjo (Sarjonan,1981).

Page 9: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

9

Nilai-Nilai Penting Bersumber Kitab Suci Agamasebagai Pedoman Kerukunan

Beragama dan Harmoni Sosial Masyarakat Plural Desa Sitiarjo

Teks-teks Kitab Suci Agama Kristen :

Para pemuka agama seperti : pendeta, pengkotbah dan penginjil di forum

pertemuan desa, kelompok jemaat dan di Gereja Gereja ‘Kristen Jawi Wetan, Kristen

Pantekosta Tabernakel, Kristen Pantekosta, Kristen Allah Beth’ dalam menyampaikan

kudul kotbah dan doa-doa penutup menggunakan bahasa-bahasa yang bernuansa kasih,

kesejukan dan kedamaian seperti : Roh Kudus Sumber Kekuatan, Cinta Kasih Sumber

Kedamaian, Kerukunan Desa Membangun Menuju Pembangunan Bangsa,

Kebersamaan Melestarikan dan Membangun Desa, Endahing Paseduluran, Daud

Membiarkan Saul Hidup.

Teks-Teks Kitab Suci Agama Islam :

Para pemuka agama seperti ustadz, ulama, takmir mesjid/mushola dalam forum

pertemuan seperti pengajian, istighosah, yasinan tahlilan dan bernuansa kerukunan

seperti: rahmatan lil alamin (kesejahteraan untuk seluruh alam semesta), ukhuwah

islamiyah ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama umat Islam dan persaudaraan

sesama umat sebangsa dan setanah air) , hablum minallah hablum minannas (cinta kepada

Allah SWT dan cinta kepada sesama manusia), baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur

(mewujudkan negara aman sejahtera, adil makmur).

Model Kata Kata Hikmah dalam Teks Kitab Suci Agama Kristen Jawi Wetan

Bernuansa Persaudaraan, Kerukunan dan Harmoni Sosial :

Endahing Paseduluran

(Indahnya Persaudaraan)

Kula winulang tansah lampah tresna lelebet sesama (diajar selalu mengasihi sesama)

Tresna terus ing ati nulad tindaking Gusti (cinta seperti cinta Tuhan pada manusia)

Sejatining katresnan kulo lampahi tindak luhur mulya (kecintaan budi pekerti luhur)

Rukun ing pitepangan sumanak rembug (rukun dalam pergaulan, ramah dan santun)

Sun pangapura nyirik piala (sering memaafkan menghindari keangkuhan)

Samya silih ngalah mbabaraken tresna(mengalah karena menumbuhkan kasih)

Nulad ing sihe Gusti marang sagung satitah(mencontoh kasih Tuhan kepada sesama)

Rukun agawe santosa crah agawe bubrah (rukun akan sejahtera, konflik merusak)

Page 10: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

1

Ngestokna satdeng Gusti tresna sesama (mengikuti jalan Tuhan mengasihi sesama)

Senajan panemu beda ning tan samya sulaya (pendapat berbeda tidak perlu konflik)

Olah kawicaksanaan tanpa nang-menangan (kebijaksanaan tanpa harus menang)

Endahing paseduluran manut rehing Pangera (indahnya persaudaraan jalanTuhan)

Samidene ngajeni lan mbiyantu senajan beda (saling menolong meskipun berbeda)

Tunggal rasa pembekan prikamanungsan (satu jiwa kebersamaan untuk kemanusiaan)

Endahing warna nyawiji mbangun (indahnya keragaman bersatu untuk membangun)

Urip tentrem raharjo (Hidup tentram damai dan sejahtera)Judul kotbah dan teks disampaikan dalam Perayaan Paskah di Gereja

Gunung Tumo Sitiarjo 28 Mei 2014, Pengkotbah Bapak Lispiyanto Daud.

Faktor Pendukung dan Kendala Kerukunan Beragama Di Desa Sitiarjo

Sumbermanjing Wetan Kabupaten

Para pemuka agama Kristen berbagai aliran maupun pemuka agama Islam selalu

menyampaikan ‘edukasi, sosialisasi’ nilai-nilai luhur bersumber teks-teks kitab suci

agama masing-masing dalam berbagai kegiatan agama, sosial budaya. Hal ini menjadi

faktor pendukung terwujudnya kerukunan beragama dan nharmoni sosial di desa

Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Berbagai kegiatan yang mej adi

pendukung dan memperkuat kerukunan beragama dan harmoni sosial adalah berbagai

kegiatan agama, sosial budaya sepanjang setahun:

1. Tradisi Perayaan Hari Kartini memakai pakaian nasional dengan melibatkan

lintas generasi (anak balita, remaja,dewasa, sesepuh) dan lintas agama (pemuka

agama Islam dan pemuka agama Kristen Beragam aliran).

2. Tradisi Perayaan Bersih Desa Encek-Encekan melibatkan masyarakat luas lintas

agama (istighosah dan kebaktian syukur) dan berbagai kegiatan lintas usia (jaran

kepang, bantengan, electone, barongsai, arak-arakan, penampilan simbolis Dewi Sri

Kedana Kedini, drum band, seni tari jawa, resepsi, wayang kulit).

3. Tradisi Perayaan HUT Kemerdekaan RI melibatkan lintas generasi dengan

beragam kegiatan ( pertandingan berbagai olah raga, perayaan resepsi, karnaval,

pertunjukan drum band, aneka seni tari, musik elekton dan pertunjukan wayang

kulit).

4. Tradisi kepemimpinan kepala desa melakukan pendekatan pada kelompok

pendatang, sesepuh dan minoritas agama diperbatasan desa.

Page 11: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

1

5. Tradisi kepala desa memimpin pengumpulan dana untuk berbagai kegiatan desa

dengan manjemen keuangan terbuka dan bekerja secara solid perangkat desa lintas

agama.

6. Tradisi melibatkan para pemuka agama dalam kegiatan desa skala besar untuk

menjadi : panitia inti, memimpin doa awal dan akhir kegiatan, memberikan ceramah,

menerima tamu dsb.

7. Tradisi silaturahmi yang dilakukan serombongan pemuka agama mendatangi rumah

pemuka agama lain jika Hari Raya dan Hari Natal

8. Tradisi tadarus bulan puasa tidak menggunakan pengeras suara dan musik sahur yang

keras agar tidak mengganggu umat beragama lain.

Kendala Kerukunan Beragama dan Harmoni Sosial pada Masyarakat Desa

Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang

Pada prinsipnya tidak ada kendala besar dalam mewujudkan kerukunan bergama

dan harmoni sosial di desa Sitiarjo, meskipun masih ada konflik-konflik kecil atau kasus

yang pada akhirnya bisa diatasi seperti : a) Kendala Harmoni Sosial. Demonstrasi yang

pernah dilakukan masyarakat di Balai Desa ditujukan dua kepala desa terdahulu agar

sehingga harus turun dari jabatan karena kasus perselingkuhan dan poligami. b)

Kendala Kerukunan Intern Umat Beragama. Sikap terbuka kelompok mayoritas

penganut agama Kristen Jawi Wetan menyebabkan beberapa personal tokoh agama bisa

ini membentuk aliran baru dan menjadi pemimpin aliran sekaligus sebagai pendeta

pemimpin gereja aliran baru. Serta sikap terbuka kelompok masyarakat beragama

mayoritas Kristen Jawi Wetan khususnya pemuka agamanya menyebabkan kehadiran

pendatang agama baru yang pada awalnya mereka tidak bisa menunjukan perilaku

integratif atau eksklusif sehingga membutuhkan kepemimpinan kepala desa dan

pemuka agama mampu sebagai pelindung, pengayom, dan penyejuk. Secara

keseluruhan kendala dalam kerukunan beragama dan harmoni sosial di desa ini tidak

begitu nampak secara jelas untuk itu akan dilakukan lagi penelitian lebih mendalam lagi

dengan live in dilapangan terhadap berbagai kelompok keagamaan dan kelompok sosial.

KESIMPULAN

Pertama, Para pemuka agama mempunyai peran penting dalam membentuk

perilaku integratif mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni sosial pada

masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Kedua, para

pemuka agama berupaya melakukan edukasi,sosialisasi nilai-nilai bersumber pada teks

Page 12: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

1

kitab suci agama yang mendukung kerukunan beragama dan harmoni sosial masyarakat

plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Ketiga, para pemuka

agama berupaya bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk

memberikan solusi terbaik menyejukkan, mendamaikan jika terjadi konflik intern

maupun konflik antar umat beragama.

DAFTAR PUSTAKA

Alvesson, Mats. & Skoldberg, Kaj. 2000. Reflexiver Methodology : New Vistas forQualitative Research, California : Sage Publications Inc.

Berger, P. L. dan Luckmann T, 1990, Tafsir Sosial atas Kenyataan : Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, The Social Construction of Reality, Terjemahan : Hasan Basari, Jakarta: LP3ES.

Chaney, D. 1996, Life Style (Sebuah Pengantar Komprehensif), Yogyakarta : Jalasutra.

Dhavamoni, Maria., 1995, Fenomenologi Agama, Terjemahan A. Sudirdja, Jogyakarta :Kanisius.

Daya, Burhanuddin., 2000, Hubungan Antar Agama : Refleksi atas Beberapa Pengalaman Empiris, Antologi Islam : Teori dan Metodologi Amin Abdullah dkk, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga.

Durkheim, E. 2003. The Elementary Forms of The Religious Life (Terjemah Inyiak R.M. Sejarah Agama). Yogyakarta : IRCIS0D.

Fay, Brian, 2002, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Contemporary Philosophy ofSocial Svcience, Terjemahan, Yogyakarta : Jendela.

Hefner, R. W. 1990. The Political Economy of Mountain Java An Interpretive History.Barkeley and Los Angeles, California: University of California Press.

Johnson, D. Paul, 1988, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta : Gramedia.

Kaelan, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Paramadina.

Kantaprawira, Rusadi, 2009, Filsafat dan Penelitian Ilmu Ilmu Sosial, Bandung : PuslitKP2W Universitas Pajajaran.

Kaelan, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta : Paramadina.

Kholiludin, Tedi. 2010, Kuasa Negara Atas Agama : Politik Pengakuan, DiskursusAgama Resmi dan Diskriminasi Hak Sipil, Tesis, Universitas Kristen SatyaWacana, Semarang : Rasail Group.

Kruger, Muller Th, 1966, Sejarah Gereja di Indonesia, Jakarta : Badan PenerbitKristen Indonesia.

Page 13: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

1

Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT Gramedia.

Suharto & Sarjonan, 1981, Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan : Peringatan 50Tahun GKJW, Malang : GKJW

Mils, M.B dan Huberman. A.M, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI Press. Moleong, L. J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Morris, B., 2003, Antropologi Agama : Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer,Yogyakarta : AK Group.

Nasution. S, 1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Tarsito.Shadily, Hasan. & M. Echols, John, 1996, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta :

Gramedia.

Sarjonan, Pdt., Suharto, 1982, Mengenang 50 Tahun Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (11 Desember 1931-11 Desember 1981), Malang : Majelis Agung GKJW.

Soetriono dkk, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta : AndiOffsett.

Suseno. F.M, 2003, Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan HidupJawa, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Soejatno Ardi, Pdt., 1992, Tata dan Pranata Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang : Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).

Page 14: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

Lampiran Dokumentasi

14

Page 15: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

Lampiran Peta Konsep

15

Page 16: lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/Dra.-SRI-SUMARTINI-M.Si_artikel.docx · Web viewTahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat beragama untuk menumbuhkan

Lampiran Jadwal Kegiatan Observasi di Lokasi Penelitian Desa Sitiarjo

Kegiatan Observasi Pertama (20 Juli 2013)Pasca bencana banjir (9juli 2013) di Balai Desa Sitiarjo :1. Memberi bantuan dana banjir dan ijin penelitian Kepala Desa Sitiarjo : Bapak Drs

Lispiyanto Daud2. Menemani staf desa : Bapak Suradi membantu membagi sumbangan banjir di Dusun

Palung lokasi parah dampak banjirKegiatan Observasi Kedua (16 Februari 2013)1. Menemui Takmir Mesjid Baiturrohman : Bp. Widianto2. Menemui Tokoh Agama Guru Smpk : Ibu Umbarwati S.PdKegiatan Observasi Ketiga (2 Maret 2014)1. Menemui Takmir Mushola Baitul Mubtadin : Bp. Samingan2. Menemui Pemimpin Pesantren Cinta Al Qur’an Ustadzah Dedeh3. Menemui Pemimpin Gereja Kristen Jawi Wetan (Gkjw) : Pendeta Krista Budi AndreaKegiatan Di Lokasi 9 April 20141. Menghadiri Pemilu Di TPS Balai Desa Sitiarjo2. Wawancara dengan Pemuka Agama Kristen Betel ,PenginjilKegiatan Di Lokasi Tanggal 27-28 April 20141. Menghadiri kegiatan perayaan Hari Kartini di Balai Desa Sitiarjo Hari Kartini pada

tanggal dan menyampaikan bantuan dana (27 April 2014)2. Menghadiri Perayaan Paskah di Gereja Gunung Tumo Desa Sitiarjo Pada (Tanggal 28

April 2014)Kegiatan Di Lokasi Tanggal 29 Mei 20141. Menghadiri acara kenaikan Isa Al Masih di Gereja Induk (Gkjw) Sitiarjo2. Menghadiri acara kebaktian di RW memperingati Isa Al MasihKegiatan Di Lokasi Tanggal 8-10 Juni 20141. Menghadiri acara jaran kepang dan bantengan di Lapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 8 Juni

2014)2. Menghadiri acara istighosah dan kebaktian di Lapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 9 Juni

2014)3. Menghadiri acara perayaan bersih Desa Sitiarjo Dilapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 10

Juni 2014)4. Menghadiri acara wayang kulit sore hari dan malam Hari (10 Juni 2014)Kegiatan Di Lokasi Tanggal 23 Agustus 20141. Menemui Perangkat Kepala Dusun Bapak Sukari2. Menyampaikan bantuan dana perayaan proklamasi HUT RI dan peresmian balai desa

baru oleh bupati malangKegiatan Tanggal 30-31 Aguatus 20141. Mengikuti Resepsi Perayaan Hut Ri di Balai Desa Sitiarjo (30 Agustus 2014)2. Peresmian Balai Desa Sitiarjo Oleh Bupati Malang Bapak Dr. Rendra Kresna diakhir

dengan pertunjukan wayang kulit (30 Agustus 2014)3. Wawancara dengan Pendeka Kristianto S.Th. Pemimpin Gereja Gunung Tumo Sitiarjo

dan Pendeta Joseph Pemimpin Gereja Krsten Bethani Allah Baik, Sesepuh Desa dan Kader Desa: Bapak Suparman, Bapak Minojo, Ibu Suwarno, Ibu Sumarsih

16