lp2m.um.ac.idlp2m.um.ac.id/.../10/dra.-sri-sumartini-m.si_artikel.docx · web viewtahun 2006...
TRANSCRIPT
1
KERUKUNAN BERAGAMA DAN HARMONI SOSIAL PADA MASYARAKAT PLURAL DESA SITIARJO
SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG
Sri SumartiniFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang
ABSTRAK
Untuk membentuk bangsa yang kuat diperlukan persatuan dalam kebhinekaan agar setiap golongan dapat mengembangkan identitasnya. Kelompok yang berbeda paham, agama dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama dalam mewujudkan kerukunan hidup beragama dan memelihara harmoni sosial melalui untuk dialog terbuka, kreatif, inovatif, dan kontekstual. Indonesia sebagai negara berdasar Pancasila memiliki prinsip yang jelas tentang pola interaksi kehidupan intern dan anta r umat beragama. Secara empiris bangsa Indonesia menunjukkan pernah terdapat pola kehidupan ramah, damai, harmonis. Pemuka agama mempunyai peran penting dalam membentuk perilaku integratif mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni sosial pada masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya melakukan edukasi dan sosialisasi nilai-nilai bersumber pada Teks Kitab Suci Agama yang mendukung kerukunan beragama dan harmoni sosial masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Pemuka agama berupaya bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk memberikan solusi terbaik menyejukkan dan mendamaikan agar tidak terjadi konflik intern dan antar umat beragama.
Kata kunci : kerukunan umat beragama, harmoni sosial, masyarakat plural
PENDAHULUAN
Studi tentang kerukunan antar umat beragama sesungguhnya telah banyak dilakukan
baik di kota Malang maupun di Jawa Timur. Namun demikian studi yang mengkaji
tentang kerukunan beragama dan harmoni sosial tetap penting, menarik dan terbuka untuk
belum banyak dilakukan. Berbagai studi tentang kerja sama antara umat beragama hingga
saat ini umumnya lebih banyak mengkaji masalah dari konstruksi sosial, hak asasi
manusia dan hukum, sedangkan kajian yang mencoba memahami pedoman bersumber
teks kitab suci, peran elit agama, berbagai kegiatan kebersaman yang bermakna kerukunan
masih jarang dilakukan. Penelitian ini mencoba memahami lebih mendalam peran pemuka
agama dalam masyarakat plural tingkat desa.
Hubungan antar umat beragama tidak selalu harmonis, meskipun masing-masing
ajaran agama mengajarkan keharmonisan, kedamaian, kerukunan, saling menghormati,
menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan seperangkat nilai-nilai luhur lainnya.
Adapun dasar hukum kerukunan beragama di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 28 E
ayat 1, UUD 1945 Pasal 29, ayat 2 dan UU No 12 tahun 2005 serta Pengesahan Kovenan
Internasional tentang Hak Hak Sipil dan Politik (Kholiluddin,2009). Munculnya klaim
atas kebenaran tunggal dengan menggunakan teks-teks Kitab Suci dengan
mengharamkan kelompok pemeluk agama lain, bahkan juga terhadap pemeluk agama
2
yang sama namun berbeda mazhab atau aliran.(Effendi,2009) Kenyataan sosiologis
masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa seringkali potensi konflik politik berimbas dan
berpadu dengan masalah-masalah agama. Secara empirik, dikotomi membentuk hubungan
antara ‘kami’ dan ‘mereka’ dalam meyakini agama didasarkan proses sosialisasi budaya.
Untuk membentuk bangsa yang kuat diperlukan persatuan dalam kebhinekaan agar
setiap golongan dapat mengembangkan identitasnya. Kelompok yang berbeda paham,
agama dan keyakinan memiliki tanggung jawab sama dalam mewujudkan kerukunan
hidup beragama dan memelihara harmoni sosial melalui untuk dialog terbuka, kreatif,
inovatif, kontekstual. Indonesia sebagai negara berdasar Pancasila memiliki prinsip yang
jelas tentang pola interaksi kehidupan intern dan antar umat beragama. Secara empiris
bangsa Indonesia menunjukkan pernah terdapat pola kehidupan ramah, damai, harmonis.
Puncak pengembangan teologi kerukunan Islam di Indonesia adalah penerimaan Pancasila
sebagai dasar dan ideologi negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Proses penerimaan
Pancasila menunjukkan bahwa para pemimpin bangsa lebih mengutamakan kerukunan
dan integrasi nasional. Rumusan kompromis pemerintah menyebutkan Pasal 29 ayat 1
UUD 1945 berbunyi negara berdasar KeTuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya, keputusan
Presiden No 1 tahun 1965 menyebutkan enam agama yang dianut di Indonesia yaitu :
Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 dan No 8
Tahun 2006 mengatur tugas pemerintah dalam pembinaan kerukunan hidup umat
beragama untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan pembentukan Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) ditingkat daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota
(Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9 dan Non 8 Tahun
2006). Kebijakan pemerintah ditindaklanjuti dengan kerjasama dengan instansi terkait
seperti POLRI, Kejaksaan, Komnas HAM, LSM untuk mencegah kekerasan yang
dilakukan terhadap kelompok minoritas agama. Indonesia sudah menerima dan
meratifikasi Internasional Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) dan
membentuk Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP). Saat ini, sudah
dilakukan dialog-dialog antar kelompok-kelompok agama untuk mencegah konflik
bersumber dari suku, agama, ras dan antar golongan dalam upaya mewujudkan kerukunan
beragama dan memelihara harmoni sosial seperti : Pertama, Majelis agama seperti
Majelis Ulama Indonesia (MUI/Islam), Persekutuan Gereja di Indonesia (PGI/Protestan),
Konperensi Waligereja Indonesia (KWI/Katolik), Parisadha Hindu Dharma dan Perwalian
Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan Peribadatan Tri Dharma. Kedua, Lembaga
akademis seperti : Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Center
3
for Religious and Cultural Studies (CRCS) Universitas Gajah Mada (UGM), Indonesian
Consortium for Religious Studies didirikan UGM, Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen
Duta Wacana (UKDW), Indonesia Conference on Religion and Peace (ICRP) serta Model
Pendidikan Agama Inklusif di STIE IBII Jakarta. Ketiga, Kelompok media pendukung
yang toleran, terbuka, kritis antara lain : The Wahid Institute, Lakpesdam NU, Setara
Insitute, Interfidei dan Ma’arif Institut.
Studi tentang kerukunan beragama penting dilakukan karena ada perlu solusi konflik
melalui kajian historis sosiologis fenomena sosial budaya dilokasi penelitian agar
diperoleh data tentang pengalaman empirik seperti : Bagaimana nilai-nilai kerukunan
yang bersumber pada teks Kitab Suci? Bagaimana kegiatan kebersamaan antar umat
bergama sebagai sosialisasi nilai-nilai kebersamaan kepada generasi muda ? Bagaimana
peran pemuka agama, aparat desa, tokoh masyarakat dalam kerukunan beragama dan
harmoni sosial? Adakah kendala dan bagaimana solusinya jika terjadi konflik di
masyarakat? Bagaimana aplikasi hidup kemasyarakatan yang diwarnai kerukunan
beragama dengan landasan harmoni1. Keselarasan dan kesesuaian dapat dijadikan dasar
acuan bersama semua pengikut agama menjadi model kerukunan beragama dan harmoni
sosial. Saat ini hubungan dialogis diakui sebagai cara paling penting untuk
membudayakan kehidupan rukun dan harmonis diantar seluruh umat beragama yang
berada dalam era globalisasi dan pluralitas yang heterogen.
Agama harus dihayati dalam semangat dialog secara vertikal (antar individu
dengan Tuhan) dan horisontal (antar sesama manusia). Dialog vertikal akan membuahkan
kehidupan yang damai dan indah, dialog horizontal akan menciptakan ketertiban,
keserasian, kedamaian, kerukunan.(Daya,2000) Pada tahun 1990 Indonesia telah menjadi
anggota International Association for The History of Religious (IAHR) yang mengadakan
Kongres ke 16 di Roma dihadiri 800 peserta dari seluruh dunia berasal dari umat berbagai
agama. Sedangkan Parlemen Agama Agama Dunia (Parliament of the Worlds Religions)
menggelar Kongres Internasional agama-agama dunia paling akbar pada tanggal 1 sampai
8 Desember 1999 dihadiri sekitar 4000 peserta dari seluruh dunia, dengan
mempresentasikan 876 makalah termasuk (3) dari Indonesia. Gerakan Kerukunan
Antarumat Beragama Dunia (Global Interfaith Movement) (2013) memperingati hari
ulang tahun ke 120 bersumber pada Teologi Kerukunan. (Swidler,1994)
Tujuan penelitian ini adalah (a) Menemukan peran pemuka agama dalam
kerukunan beragama dan harmoni kehidupan beragama didesa Sitiarjo Sumbermanjing
Wetan Kabupaten Malang (1) Upaya mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni
4
sosial di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (2) Upaya mengatasi
kendala dalam mewujudkan kerukunan beragama harmoni sosial di desa Sitiarjo
Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (2) Menemukan nilai-nilai bersumber pada
teks Kitab Suci Agama yang dijadikan pedoman kerukunan beragama dan harmoni
sosial di kehidupan di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, (3)
Menemukan berbagai kegiatan agama dan sosial budaya sebagai media kerukunan
beragama dan harmoni sosial di desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang
Manfaat pelitian ini mengangkat persoalan nilai-nilai hidup bersama yang ideal
antar komunitas yang berbeda agama di desa ini memiliki dua keutamaan yang bersifat
akademis dan praktis. (a) secara akademis : adalah membuka horizon pemikiran yang
lebih luas dalam penelitian sosial keagamaan di Indonesia. Selama ini model penelitian
tentang fenomena sosial keagamaan hanya menyentuh sisi luar dan hanya pada akar
permasalahan beserta landasan yang memberikan warna bersifat artifisial menyangkut
hubungan keagamaan. Penelitian ini mencoba menawarkan pendekatan interpretatif pada
suatu komunitas terbatas dengan harapan diperoleh kedalaman akar permasalahan tentang
hubungan sosial-keagamaan dimasyarakat. Secara akademis penggunaan pendekatan
kualitatif dipadu dengan pendekatan interpretatif (Soetriono,2007), supaya penelitian
dapat dilakukan secara intensif dalam kurun waktu yang relatif panjang untuk
menemukan data mendalam tentang kerukunan beragama dan harmoni sosial pada
masyarakat desa Sitiarjo, (b) secara praktis : menggunakan pendekatan kualitatif
interpretatif karena memiliki keutamaan untuk mengatasi problem konflik sosial intern
dan antar umat beragama di Indonesia. Selama ini kendala terbesar dalam interaksi antar
umat beragama adalah sifat eksklusivisme yang membelenggu kuat alam kesadaran
sebagian masyarakat Indonesia. Melalui pemahaman secara mendalam nilai-nilai sosial
agama diharapkan dapat ditemukan nilai-nilai yang menjadi pedoman penting kerukunan
dan harmoni kehidupan beragama pada masyarakat
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.(Kaelan, 2005). Sesuai
dengan pendekatan ini, peneliti terlibat dalam pembentukan hipotesis kerja sejak awal ke
lapangan penelitian dimulai, dengan sejumlah maksud tertentu dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan penelitian (Moleong, 2005). Tujuan utama penelitian ini adalah
menemukan skema atau model nilai kerukunan beragama dan harmoni sosial dengan
melakukan wawancara dan mengikuti berbagai kegiatan dengan pemuka agama, tokoh
masyarakat dan masyarakat luas (Johnson, 1988) desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan
5
Kabupaten Malang yang kini memeluk beberapa agama yang berbeda, merupakan entitas
yang kompleks dan perlu dipahami secara mendalam. Oleh karena itu pilihan rancangan
penelitian dengan pendekatan kualitatif interpretatif dilakukan agar diperoleh model nilai
pokok berbasis pada adat budaya masyarakat. Selain itu karena terkait dengan masalah
adat teks kitab suci agama penelitian juga bisa dikaji dengan model pendekatan
interpretatif (Dhavamony, 1999)
Fokus penelitian ini adalah : (a) Penggalian nilai-nilai bersumber teks Kitab
Suci masing-masing agama agar dapat dijadikan pedoman bersama antar pemeluk agama
berbeda, (b) penyusunan buku pedoman yang memuat nilai-nilai hidup bersama antar
para pemeluk agama yang berbeda, guna dijadikan acuan mengembangkan sikap toleransi
beragama, (c) melakukan sosialisasikan hasil penelitian tersebut kepada berbagai
kelompok atau komunitas agama sebagai solusi untuk mengikis sikap eksklusivisme
dalam beragama dalam kehidupan masyarakat, (d) mengurangi potensi konflik antar
pemeluk agama berbeda dengan pencerahan nilai-nilai kerukunan beragama dan harmoni
sosial pada masyarakat plural sebagai model acuan kerukunan beragama dan harmoni
sosial pada masyarakat Indonesia.
Situs penelitian ini adalah didesa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Kabupaten Malang, diperoleh temuan sebagai berikut : (a) Kondisi geografis : Sitiarjo
terletak 60 km dari dari selatan pusat kota Malang dengan suhu udara yang panas dan
lembab. Batas-batas desa adalah sebelah utara desa Sumber Agung, sebelah barat desa
Kedungrampal, sebelah timur desa Kedungbanteng, sebelah selatan desa Sendang Biru
dan desa Bajulmati. Desa Sitiarjo memiliki 12 RW dan 60 RT. Setiap RW memiliki
kampung dengan nama berbeda-beda seperti, Pulungrejo, Sumber Gayam, Palung,
Kemudinan, Gunung Tumo, Tumpangangklik, Kulon Gunung, Tadah Batok, Rowoterate,
Tumpakrejo. Desa Sitiarjo terletak disebuah lembah hijau nan indah dialiri sungai
Penguluran dan Sungai Bambang yang mengairi areal persawahan yang menjadi mata
pencaharian penduduknya. Curah hujan yang tinggi seringkali tidak mampu menampung
debit air sehingga hampir setiap tahun menyebabkan bencana banjir. (b) Mata
pencaharian : petani padi,kelapa dan pisang, manteri kesehatan, pegawai negeri, guru,
pedagang pasar, wiraswasta, nelayan dan TNI Polri. Sarana dan prasarana penunjang
seperti pasar desa, puskesmas, koperasi, lembaga pendidikan, TK SD, SMP sampai
SMU, bakan terdapat Sekolah Tinggi Tarbiyah Raden Rahmat Cabang Kepanjen
berlokasi di Pesantren Cinta Al Qur’an. (c) Sistem kepercayaan : sarana peribadatan
Kristen dan Islam ‘gereja, mesjid’, Mayoritas penduduk 95% beragama Kristen
terutama Kristen Jawi Wetan (Jellesma, 1966). Selain itu terdapat agama Kristen Bethel,
6
Kristen Pantekosta, Kristen Tabernakel, Pantekosta Tabernakel, Bethani Allah Baik.
Warga pendatang pemeluk agama Islam berada disekitar pasar desa dan sebelah timur
desa berbatasan desa Kedungbanteng. Kerukunan antar umat beragama sangat dijunjung
tinggi didesa ini sehingga tidak pernah terjadi konflik horizontal. Wisata religi yaitu
perayaan unduh-unduh atau hari raya persembahan dilingkungan jemaat GKJW
Pasamuan Sitiarjo. Ritual bersih desa dilakukan setelah panen raya setahun sekali.
Masyarakat desa Sitiarjo dalam menjalankan adat istiadatnya selalu terikat oleh perasaan
kebersamaan. Sampai kini mereka masih memegang tradisi dan nilai-nilai hakiki yang
luhur, sebagai warisan dari nenek moyang yang dapat dirunut dari masa lalu seperti : (1).
Upacara adat yang tetap berkembang didalam kehidupan masyarakat kelahiran,
perkawinan, kematian siklus hidup seseorang. (2). Upacara adat yang berhubungan
dengan siklus pertanian, mendirikan rumah dan gejala alam : bersih desa, unduh-unduh.
(3). Upacara Keagamaan : Hari Natal, Hari Raya Paskah, Hari Ulang Tahun Gereja
Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sitiarjo (Sarjonan, 1981) . Sistem pemerintahan : kepala
pemerintahan dijabat kepala desa dipilih langsung oleh masyarakat dibantu sekretaris
desa, kepala dusun, kebayan, jogotirto, jogoboyo, modin Kristen dan modin Islam
dibantu staf sekretariat desa dan dibantu organisasi sosial seperti RW dan RT.
Sumber dan Teknik Pengumpulan Data meliputi (a) Observasi : untuk mengetahui
bagaimana kerukunan dan harmoni kehidupan umat beragama yang dijalani generasi
muda desa Sitiarjo pada umumnya, bagaimana aplikasi hidup kemasyarakatan
berlangsung, serta bagaimana interaksi sosial yang terjadi Dukuh Palung dan Dukuh
Rowoterate diantara masing-masing pemeluk agama di desa Sitiarjo. (b) Wawancara
mendalam (Kantaprawira, 2009): secara partisipatif sampai titik jenuh untuk
mendapatkan gambaran tentang bentuk dan proses kerukunan beragama dan harmoni
sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Lofland sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya, data tambahan serta dokumen dan lain-
lain (John dan Lyn Lofland). (c) Dokumentasi: untuk mengumpulkan informasi
dokumentatif penting yang sehubungan subjek dan objek penelitian yang terdapat pada
instansi terkait. (d) Sumber data: dalam penelitian ini sumber data utama terdiri dari
pemuka agama, pemimpin rumah ibadah berbagai agama, kepala desa dan perangkat
desa, tokoh masyarakat termasuk sesepuh desa keturunan pendiri desa, para pemimpin
formal kepala desa dan aparat desa, para pemuda, ibu-ibu dan warga atau jamaah
komunitas suatu agama di wilayah desa Sitiarjo. Pemilihan berdasar purposif sampling
agar mendapat data lengkap, sesuai tujuan penelitian.
7
Kehadiran peneliti di lapangan, dalam penelitian kualitatif ini bersifat wajib karena
peneliti merupakan instrumen penelitian utama (the instrument of choice in naturalistic
inquiry is the human) yang memang harus hadir sendiri dilapangan secara langsungalam
penelitian peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, karena dalam
penelitian kualitatif instrumen utama (key person) adalah manusia. Dalam mencapai
tujuan penelitian maka peneliti sebagai instrumen kunci, melakukan observasi,
wawancara dan pengambilan dokumen. Selama pengumpulan data dari subyek penelitian
dilapangan peneliti menempatkan diri sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.
Sebagai seorang instrumen penelitian yang mengumpulkan data maka peneliti harus
memenuhi syarat sebagai berikut : (1) ciri umum meliputi responsif, dapat menyesuaikan
diri, menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan
mengikhtidarkan dan memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak lazim, (2)
kualitas yang diharapkan, dan (3) peningkatan kualitas peneliti sebagai instrumen. Untuk
mendukung pengumpulan data dari sumber dilapangan peneliti juga memanfaatkan alat
perekam data, buku tulis, paper alat tulis seperti pensil, ballpoin sebagai alat pencatat
data. Kehadiran peneliti dilokasi penelitian dapat menunjang keabsahan data sehingga
memenuhi orisinalitas, maka peneliti menyempatkan waktu untuk mengadakan observasi
langsung kelokasi penelitian dengan intensitas yang tinggi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interpretatif
hermeneutik yang meliputi tiga tahap, yaitu: (a) Reduksi data : dilakukan proses
pemilihan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh dari
lapangan. (b) Penyajian data : data yang telah direduksi disajikan sesuai dengan topik
dan pokok permasalahannya, agar mempermudah peneliti melakukan interpretasi.
Penyajian data dengan gambar, foto, skema, grafik, dan tabel. (c) Menarik kesimpulan :
pada tahap ini peneliti melakukan verifikasi atau pengecekan kebenaran dari setiap data
yang berhasil dikumpulkan sehingga pada akhir tahapan penelitian, peneliti mampu
menarik kesimpulan yang akurat berdasarkan fokus atau permasalahan penelitian.
Untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh selama kegiatan penelitian
digunakan beberapa kriteria : (a) Derajat kepercayaan : Untuk memenuhi kriteria derajat
kepercayaan, dilakukan dengan memperpanjang keikut sertaan, pengamatan mendalam,
triangulasi. Menurut Denzin triangulasi dibedakan kedalam empat jenis yaitu: sumber
data, metode, peneliti lain, teori ganda (Lincoln dan Guba,1985). Penelitian ini
menggunakan triangulasi metode, sumber data, dan peneliti lain. (b) Keteralihan: Untuk
mewujudkan keteralihan yang baik, peneliti berusaha menguraikan secara rinci, teliti,
cermat dan mendalam selama pokok permasalahan yang diteliti, sehingga dapat
8
dibedakan antara data yang diperoleh, dengan interpretasi peneliti. (c) Ketergantungan :
Untuk memenuhi akurasi data, peneliti melakukan pemeriksaan ulang secara cermat
komponen, proses dan hasil penelitian. (d) Kepastian: untuk memenuhi tingkat kepastian,
peneliti meminta bantuan mitra sejawat dalam bentuk diskusi (peer discussion) maupun
expect opinion yang relevan dengan bidang permasalahan yang diperlukan, termasuk
dengan tokoh lintas agama tentang kesimpulan sementara peneliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peran pemuka Agama dalam Kerukunan Beragama dan Harmoni Sosial di Desa
Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Pemuka agama sangat berperan dalam mendukung terwujudnya kerukunan beragama
dan harmoni sosial di desa Sitiarjo melalui berbagai upaya antara lain :
1. Menumbuhkan suasana sejuk dan damai bagi mayoritas penduduk 95% beragama
Kristen terutama Kristen Jawi Wetan (Krugger, 1966), Kristen Bethel, Kristen
Kerukunan antar umat beragama sangat dijunjung tinggi didesa ini sehingga tidak
pernah terjadi konflik horizontal.
2. Melakukan pendekatan terhadap kelompok minoritas Islam warga pendatang berada
disekitar kampung tengah, pasar desa dan sebelah timur desa berbatasan desa
Kedungbanteng.
3. Kegiatan perayaan desa sepanjang satu tahun ditangani oleh kepanitiaan tetap dari
setiap dusun selanjutnya bergantian pada tahun berikutnya. Kepanitiaan tetap dalam
setahun ini melibatkan kerja sama intern dan antar umat agama.
4. Pemuka agama selalu bekerja sama dengan kepala desa, perangkat desa, tokoh
Masyarakat dan masyarakat desa Sitiarjo dalam menjalankan adat istiadatnya agar
selalu terikat oleh perasaan kebersamaan. Sampai kini mereka masih memegang
tradisi dan nilai-nilai hakiki yang luhur, sebagai warisan dari nenek moyang yang
dapat dirunut dari masa lalu seperti :
1) Upacara adat yang tetap berkembang didalam kehidupan masyarakat kelahiran,
perkawinan, kematian siklus hidup seseorang.
2) Upacara adat yang berhubungan dengan siklus pertanian, mendirikan rumah dan
gejala alam : bersih desa, unduh-unduh.
3) Upacara Keagamaan : Hari Natal, Hari Raya Paskah, Hari Ulang Tahun Gereja
Kristen Jawi Wetan (GKJW) Sitiarjo (Sarjonan,1981).
9
Nilai-Nilai Penting Bersumber Kitab Suci Agamasebagai Pedoman Kerukunan
Beragama dan Harmoni Sosial Masyarakat Plural Desa Sitiarjo
Teks-teks Kitab Suci Agama Kristen :
Para pemuka agama seperti : pendeta, pengkotbah dan penginjil di forum
pertemuan desa, kelompok jemaat dan di Gereja Gereja ‘Kristen Jawi Wetan, Kristen
Pantekosta Tabernakel, Kristen Pantekosta, Kristen Allah Beth’ dalam menyampaikan
kudul kotbah dan doa-doa penutup menggunakan bahasa-bahasa yang bernuansa kasih,
kesejukan dan kedamaian seperti : Roh Kudus Sumber Kekuatan, Cinta Kasih Sumber
Kedamaian, Kerukunan Desa Membangun Menuju Pembangunan Bangsa,
Kebersamaan Melestarikan dan Membangun Desa, Endahing Paseduluran, Daud
Membiarkan Saul Hidup.
Teks-Teks Kitab Suci Agama Islam :
Para pemuka agama seperti ustadz, ulama, takmir mesjid/mushola dalam forum
pertemuan seperti pengajian, istighosah, yasinan tahlilan dan bernuansa kerukunan
seperti: rahmatan lil alamin (kesejahteraan untuk seluruh alam semesta), ukhuwah
islamiyah ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama umat Islam dan persaudaraan
sesama umat sebangsa dan setanah air) , hablum minallah hablum minannas (cinta kepada
Allah SWT dan cinta kepada sesama manusia), baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur
(mewujudkan negara aman sejahtera, adil makmur).
Model Kata Kata Hikmah dalam Teks Kitab Suci Agama Kristen Jawi Wetan
Bernuansa Persaudaraan, Kerukunan dan Harmoni Sosial :
Endahing Paseduluran
(Indahnya Persaudaraan)
Kula winulang tansah lampah tresna lelebet sesama (diajar selalu mengasihi sesama)
Tresna terus ing ati nulad tindaking Gusti (cinta seperti cinta Tuhan pada manusia)
Sejatining katresnan kulo lampahi tindak luhur mulya (kecintaan budi pekerti luhur)
Rukun ing pitepangan sumanak rembug (rukun dalam pergaulan, ramah dan santun)
Sun pangapura nyirik piala (sering memaafkan menghindari keangkuhan)
Samya silih ngalah mbabaraken tresna(mengalah karena menumbuhkan kasih)
Nulad ing sihe Gusti marang sagung satitah(mencontoh kasih Tuhan kepada sesama)
Rukun agawe santosa crah agawe bubrah (rukun akan sejahtera, konflik merusak)
1
Ngestokna satdeng Gusti tresna sesama (mengikuti jalan Tuhan mengasihi sesama)
Senajan panemu beda ning tan samya sulaya (pendapat berbeda tidak perlu konflik)
Olah kawicaksanaan tanpa nang-menangan (kebijaksanaan tanpa harus menang)
Endahing paseduluran manut rehing Pangera (indahnya persaudaraan jalanTuhan)
Samidene ngajeni lan mbiyantu senajan beda (saling menolong meskipun berbeda)
Tunggal rasa pembekan prikamanungsan (satu jiwa kebersamaan untuk kemanusiaan)
Endahing warna nyawiji mbangun (indahnya keragaman bersatu untuk membangun)
Urip tentrem raharjo (Hidup tentram damai dan sejahtera)Judul kotbah dan teks disampaikan dalam Perayaan Paskah di Gereja
Gunung Tumo Sitiarjo 28 Mei 2014, Pengkotbah Bapak Lispiyanto Daud.
Faktor Pendukung dan Kendala Kerukunan Beragama Di Desa Sitiarjo
Sumbermanjing Wetan Kabupaten
Para pemuka agama Kristen berbagai aliran maupun pemuka agama Islam selalu
menyampaikan ‘edukasi, sosialisasi’ nilai-nilai luhur bersumber teks-teks kitab suci
agama masing-masing dalam berbagai kegiatan agama, sosial budaya. Hal ini menjadi
faktor pendukung terwujudnya kerukunan beragama dan nharmoni sosial di desa
Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Berbagai kegiatan yang mej adi
pendukung dan memperkuat kerukunan beragama dan harmoni sosial adalah berbagai
kegiatan agama, sosial budaya sepanjang setahun:
1. Tradisi Perayaan Hari Kartini memakai pakaian nasional dengan melibatkan
lintas generasi (anak balita, remaja,dewasa, sesepuh) dan lintas agama (pemuka
agama Islam dan pemuka agama Kristen Beragam aliran).
2. Tradisi Perayaan Bersih Desa Encek-Encekan melibatkan masyarakat luas lintas
agama (istighosah dan kebaktian syukur) dan berbagai kegiatan lintas usia (jaran
kepang, bantengan, electone, barongsai, arak-arakan, penampilan simbolis Dewi Sri
Kedana Kedini, drum band, seni tari jawa, resepsi, wayang kulit).
3. Tradisi Perayaan HUT Kemerdekaan RI melibatkan lintas generasi dengan
beragam kegiatan ( pertandingan berbagai olah raga, perayaan resepsi, karnaval,
pertunjukan drum band, aneka seni tari, musik elekton dan pertunjukan wayang
kulit).
4. Tradisi kepemimpinan kepala desa melakukan pendekatan pada kelompok
pendatang, sesepuh dan minoritas agama diperbatasan desa.
1
5. Tradisi kepala desa memimpin pengumpulan dana untuk berbagai kegiatan desa
dengan manjemen keuangan terbuka dan bekerja secara solid perangkat desa lintas
agama.
6. Tradisi melibatkan para pemuka agama dalam kegiatan desa skala besar untuk
menjadi : panitia inti, memimpin doa awal dan akhir kegiatan, memberikan ceramah,
menerima tamu dsb.
7. Tradisi silaturahmi yang dilakukan serombongan pemuka agama mendatangi rumah
pemuka agama lain jika Hari Raya dan Hari Natal
8. Tradisi tadarus bulan puasa tidak menggunakan pengeras suara dan musik sahur yang
keras agar tidak mengganggu umat beragama lain.
Kendala Kerukunan Beragama dan Harmoni Sosial pada Masyarakat Desa
Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang
Pada prinsipnya tidak ada kendala besar dalam mewujudkan kerukunan bergama
dan harmoni sosial di desa Sitiarjo, meskipun masih ada konflik-konflik kecil atau kasus
yang pada akhirnya bisa diatasi seperti : a) Kendala Harmoni Sosial. Demonstrasi yang
pernah dilakukan masyarakat di Balai Desa ditujukan dua kepala desa terdahulu agar
sehingga harus turun dari jabatan karena kasus perselingkuhan dan poligami. b)
Kendala Kerukunan Intern Umat Beragama. Sikap terbuka kelompok mayoritas
penganut agama Kristen Jawi Wetan menyebabkan beberapa personal tokoh agama bisa
ini membentuk aliran baru dan menjadi pemimpin aliran sekaligus sebagai pendeta
pemimpin gereja aliran baru. Serta sikap terbuka kelompok masyarakat beragama
mayoritas Kristen Jawi Wetan khususnya pemuka agamanya menyebabkan kehadiran
pendatang agama baru yang pada awalnya mereka tidak bisa menunjukan perilaku
integratif atau eksklusif sehingga membutuhkan kepemimpinan kepala desa dan
pemuka agama mampu sebagai pelindung, pengayom, dan penyejuk. Secara
keseluruhan kendala dalam kerukunan beragama dan harmoni sosial di desa ini tidak
begitu nampak secara jelas untuk itu akan dilakukan lagi penelitian lebih mendalam lagi
dengan live in dilapangan terhadap berbagai kelompok keagamaan dan kelompok sosial.
KESIMPULAN
Pertama, Para pemuka agama mempunyai peran penting dalam membentuk
perilaku integratif mewujudkan kerukunan beragama dan harmoni sosial pada
masyarakat plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Kedua, para
pemuka agama berupaya melakukan edukasi,sosialisasi nilai-nilai bersumber pada teks
1
kitab suci agama yang mendukung kerukunan beragama dan harmoni sosial masyarakat
plural desa Sitiarjo Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang. Ketiga, para pemuka
agama berupaya bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat untuk
memberikan solusi terbaik menyejukkan, mendamaikan jika terjadi konflik intern
maupun konflik antar umat beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Alvesson, Mats. & Skoldberg, Kaj. 2000. Reflexiver Methodology : New Vistas forQualitative Research, California : Sage Publications Inc.
Berger, P. L. dan Luckmann T, 1990, Tafsir Sosial atas Kenyataan : Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan, The Social Construction of Reality, Terjemahan : Hasan Basari, Jakarta: LP3ES.
Chaney, D. 1996, Life Style (Sebuah Pengantar Komprehensif), Yogyakarta : Jalasutra.
Dhavamoni, Maria., 1995, Fenomenologi Agama, Terjemahan A. Sudirdja, Jogyakarta :Kanisius.
Daya, Burhanuddin., 2000, Hubungan Antar Agama : Refleksi atas Beberapa Pengalaman Empiris, Antologi Islam : Teori dan Metodologi Amin Abdullah dkk, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga.
Durkheim, E. 2003. The Elementary Forms of The Religious Life (Terjemah Inyiak R.M. Sejarah Agama). Yogyakarta : IRCIS0D.
Fay, Brian, 2002, Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer, Contemporary Philosophy ofSocial Svcience, Terjemahan, Yogyakarta : Jendela.
Hefner, R. W. 1990. The Political Economy of Mountain Java An Interpretive History.Barkeley and Los Angeles, California: University of California Press.
Johnson, D. Paul, 1988, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta : Gramedia.
Kaelan, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Paramadina.
Kantaprawira, Rusadi, 2009, Filsafat dan Penelitian Ilmu Ilmu Sosial, Bandung : PuslitKP2W Universitas Pajajaran.
Kaelan, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, Yogyakarta : Paramadina.
Kholiludin, Tedi. 2010, Kuasa Negara Atas Agama : Politik Pengakuan, DiskursusAgama Resmi dan Diskriminasi Hak Sipil, Tesis, Universitas Kristen SatyaWacana, Semarang : Rasail Group.
Kruger, Muller Th, 1966, Sejarah Gereja di Indonesia, Jakarta : Badan PenerbitKristen Indonesia.
1
Koentjaraningrat, 1984, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT Gramedia.
Suharto & Sarjonan, 1981, Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan : Peringatan 50Tahun GKJW, Malang : GKJW
Mils, M.B dan Huberman. A.M, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : UI Press. Moleong, L. J, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Morris, B., 2003, Antropologi Agama : Kritik Teori-Teori Agama Kontemporer,Yogyakarta : AK Group.
Nasution. S, 1992, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung : Tarsito.Shadily, Hasan. & M. Echols, John, 1996, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta :
Gramedia.
Sarjonan, Pdt., Suharto, 1982, Mengenang 50 Tahun Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (11 Desember 1931-11 Desember 1981), Malang : Majelis Agung GKJW.
Soetriono dkk, 2007, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, Yogyakarta : AndiOffsett.
Suseno. F.M, 2003, Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafi Tentang Kebijaksanaan HidupJawa, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Soejatno Ardi, Pdt., 1992, Tata dan Pranata Gereja Kristen Jawi Wetan, Malang : Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).
Lampiran Dokumentasi
14
Lampiran Peta Konsep
15
Lampiran Jadwal Kegiatan Observasi di Lokasi Penelitian Desa Sitiarjo
Kegiatan Observasi Pertama (20 Juli 2013)Pasca bencana banjir (9juli 2013) di Balai Desa Sitiarjo :1. Memberi bantuan dana banjir dan ijin penelitian Kepala Desa Sitiarjo : Bapak Drs
Lispiyanto Daud2. Menemani staf desa : Bapak Suradi membantu membagi sumbangan banjir di Dusun
Palung lokasi parah dampak banjirKegiatan Observasi Kedua (16 Februari 2013)1. Menemui Takmir Mesjid Baiturrohman : Bp. Widianto2. Menemui Tokoh Agama Guru Smpk : Ibu Umbarwati S.PdKegiatan Observasi Ketiga (2 Maret 2014)1. Menemui Takmir Mushola Baitul Mubtadin : Bp. Samingan2. Menemui Pemimpin Pesantren Cinta Al Qur’an Ustadzah Dedeh3. Menemui Pemimpin Gereja Kristen Jawi Wetan (Gkjw) : Pendeta Krista Budi AndreaKegiatan Di Lokasi 9 April 20141. Menghadiri Pemilu Di TPS Balai Desa Sitiarjo2. Wawancara dengan Pemuka Agama Kristen Betel ,PenginjilKegiatan Di Lokasi Tanggal 27-28 April 20141. Menghadiri kegiatan perayaan Hari Kartini di Balai Desa Sitiarjo Hari Kartini pada
tanggal dan menyampaikan bantuan dana (27 April 2014)2. Menghadiri Perayaan Paskah di Gereja Gunung Tumo Desa Sitiarjo Pada (Tanggal 28
April 2014)Kegiatan Di Lokasi Tanggal 29 Mei 20141. Menghadiri acara kenaikan Isa Al Masih di Gereja Induk (Gkjw) Sitiarjo2. Menghadiri acara kebaktian di RW memperingati Isa Al MasihKegiatan Di Lokasi Tanggal 8-10 Juni 20141. Menghadiri acara jaran kepang dan bantengan di Lapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 8 Juni
2014)2. Menghadiri acara istighosah dan kebaktian di Lapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 9 Juni
2014)3. Menghadiri acara perayaan bersih Desa Sitiarjo Dilapangan Desa Sitiarjo (Tanggal 10
Juni 2014)4. Menghadiri acara wayang kulit sore hari dan malam Hari (10 Juni 2014)Kegiatan Di Lokasi Tanggal 23 Agustus 20141. Menemui Perangkat Kepala Dusun Bapak Sukari2. Menyampaikan bantuan dana perayaan proklamasi HUT RI dan peresmian balai desa
baru oleh bupati malangKegiatan Tanggal 30-31 Aguatus 20141. Mengikuti Resepsi Perayaan Hut Ri di Balai Desa Sitiarjo (30 Agustus 2014)2. Peresmian Balai Desa Sitiarjo Oleh Bupati Malang Bapak Dr. Rendra Kresna diakhir
dengan pertunjukan wayang kulit (30 Agustus 2014)3. Wawancara dengan Pendeka Kristianto S.Th. Pemimpin Gereja Gunung Tumo Sitiarjo
dan Pendeta Joseph Pemimpin Gereja Krsten Bethani Allah Baik, Sesepuh Desa dan Kader Desa: Bapak Suparman, Bapak Minojo, Ibu Suwarno, Ibu Sumarsih
16