lp hipospadia

16
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPOSPADIA Yayah, 1206323123 PENGERTIAN Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna berada di bagian permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal (ujung glanss penis) (Arif Mansjoer, 2000). Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana muara dari uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis. Muara dari uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang disebut “chordee”(Ngastiyah, 2005). ETIOLOGI Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain : (1) Gangguan dan ketidakseimbangan hormon : Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis

Upload: yayah-agung-fadilah

Post on 26-Dec-2015

126 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep hipospadia

TRANSCRIPT

Page 1: LP Hipospadia

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPOSPADIA

Yayah, 1206323123

PENGERTIAN

Hipospadia berasal dari dua kata yaitu hypo yang berarti di bawah dan spadon yang berarti

keratan yang panjang. Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana meatus uretra eksterna

berada di bagian permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari tempatnya yang normal

(ujung glanss penis) (Arif Mansjoer, 2000).

Hipospadia merupakan kelainan abnormal dari perkembangan uretra anterior dimana muara dari

uretra terletak ektopik pada bagian ventral dari penis proksimal hingga glands penis. Muara dari

uretra dapat pula terletak pada skrotum atau perineum. Semakin ke proksimal defek uretra maka

penis akan semakin mengalami pemendekan dan membentuk kurvatur yang

disebut “chordee”(Ngastiyah, 2005).

ETIOLOGI

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab

pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling

berpengaruh antara lain :

(1) Gangguan dan ketidakseimbangan hormon : Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone

androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormone

androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone

androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak

akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis

hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.

(2) Genetika : terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi

pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak

terjadi.

(3) Lingkungan : Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat

yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Page 2: LP Hipospadia

TANDA DAN GEJALA

Gejala dan tanda yang biasanya di timbulkan antara lain : (1) Lubang penis tidak terdapat di

ujung penis, tetapi berada di bawah penis. (2) Penis melengkung ke bawah. (3) Penis tampak

seperti kerudung karena kelainan pada kulit di depan penis. (4) Ketidakmampuan berkemih

secara adekuat dengan posisi berdiri. (5) Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang

dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus. (6) Preputium tidak

ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis. (7) Adanya chordee, yaitu

jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih

keras dari jaringan sekitar. (8) Kulit penis bagian bawah sangat tipis. (9) Tunika dartos, fasia

buch dan korpus spongiosum tidak ada. (10) Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada

dasar dari glans penis. (11) Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi

bengkok.(12) Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).

(13) Kadang disertai kelainan congenital pada ginjal. (14) Ketidaknyamanan anak saat BAK

karena adanya tahanan pada ujung uretra eksterna.

KLASIFIKASI

(1) Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior: (a)Hipospadia Glandular

yaitu lubang kencing sudah berada pada kepala penis hanya letaknya masih berada di bawah kepala

penisnya. (b) HipospadiaSubcoronal yaitu lubang kencing berada pada sulcus coronarius

penis (cekungan kepala penis).

(2) Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah: (a) Hipospadia Mediopenean

yaitu lubang kencing berada di bawah bagian tengah dari batangpenis. (b) Hipospadia

Peneescrotal yaitu lubang kencing terletak di antara buah zakar (skrotum) dan batang penis.

(3) Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior.

(4) Hipospadia Perineal yaitu lubang kencing berada di antara anus dan buah zakar (skrotum).

Page 3: LP Hipospadia

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan tambahan

untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan ginjal seperti USG

mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.

PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah merekomendasikan penis menjadi

lurus dengan meatus uretra ditempat yang normal atau dekat normal sehingga aliran kencing

arahnya ke depan dan dapat melakukan coitus dengan normal.

Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau anak tidak boleh

disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk pembedahan nanti.

Ada banyak variasi teknik, yang populer adalah tunneling Sidiq-Chaula, Teknik Horton dan

Devine.

1. Teknik tunneling Sidiq-Chaula dilakukan operasi 2 tahap:

a. Tahap pertama eksisi dari chordee dan bisa sekaligus dibuatkan terowongan yang

berepitel pada glans penis. Dilakukan pada usia 1 ½ -2 tahun. Penis diharapkan lurus, tapi

meatus masih pada tempat yang abnormal. Penutupan luka operasi menggunakan

preputium bagian dorsal dan kulit penis

b. Tahap kedua dilakukan uretroplasti, 6 bulan pasca operasi, saat parut sudah lunak. Dibuat

insisi paralel pada tiap sisi uretra (saluran kemih) sampai ke glans, lalu dibuat pipa dari

kulit dibagian tengah. Setelah uretra terbentuk, luka ditutup dengan flap dari kulit

Page 4: LP Hipospadia

preputium dibagian sisi yang ditarik ke bawah dan dipertemukan pada garis tengah.

Dikerjakan 6 bulan setelah tahap pertama dengan harapan bekas luka operasi pertama

telah matang.

2. Teknik Horton dan Devine, dilakukan 1 tahap, dilakukan pada anak lebih besar dengan penis

yang sudah cukup besar dan dengan kelainan hipospadi jenis distal (yang letaknya lebih ke

ujung penis). Uretra dibuat dari flap mukosa dan kulit bagian punggung dan ujung penis

dengan pedikel (kaki) kemudian dipindah ke bawah.

Urethroplasty

Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan untuk urethroplasty, namun yang akan dibahas

adalah teknik MAGPI yang cukup umum digunakan.

MAGPI (Meatal Advancement and Glanuloplasty Incorporated)

a. Teknik MAGPI ini dapat digunakan untuk pasien dengan hipospadia glanular distal. 

Setelah penis terlihat lurus pada tes ereksi artifisial, insisi sirkumsis dilakukan. Skin

hook diletakkan pada tepi ujung dari saluran uretra glanular lalu kemudian ditarik ke arah

lateral.  Gerakan ini dapat meningkatkan transverse band dari mukosa yang nantinya

akan diinsisi longitudinal pada garis tengah.

b. Insisi pada dinding dorsal glanular uretra  ini nantinya akan ditutup dengan jahitan

transversal dengan chromic catgut 6-0.  Skin hook ditempatkan pada tepi kulit dari

korona pada garis tengah ventral.

c. Dengan traksi distal, ujung glans ditarik ke depan dan dijahitkan pada garis tengah

dengan jahitan subkutikuler.  Epitel glans ditutup dengan jahitan interrupted.  Kelebihan

kulit dari prepusium dorsal dapat dijahitkan untuk penutupan kulit.

KOMPLIKASI :

(1) Pseudohermatroditisme (keadaan yang ditandai dengan alat-alat kelamin dalam 1 jenis

kelamin tetapi dengan satu beberapa ciri sexsual tertentu).

(2) Psikis (malu) karena perubahan posisi BAK.

(3) Kesukaran saat berhubungan sexsual, bila tidak segera dioperasi saat dewasa.

Page 5: LP Hipospadia

Komplikasi operasi

1. Jangka pendek

a. Edema lokal dan bintik-bintk perdarahan dapat terjadi segera setelah operasi dan

biasanya tidak menimbulkan masalah yang berarti

b. Perdarahan postoperasi jarang terjadi dan biasanya dapat dikontrol dengna balut tekan.

Tidak jarang hal ini membutuhkan eksplorasi ulang untuk mengeluarkan hematoma dan

untuk mengidentifikasi dan mengatasi sumber perdarahan.

c. Infeksi merupakan komplikasi yang cukup jarang dari hipospadia. Dengan persiapan kulit

dan pemberian antibiotika perioperatif hal ini dapat dicegah.

2. Jangka Panjang

a. Fistula : Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering muncul pada operasi

hpospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat diperbaiki dengna penutupan

berlapis dari flap kulit lokal.

b. Stenosis meatus : Stenosis atau menyempitnya meatus uretra dapat terjadi. Adanya aliran

air seni yang mengecil dapat menimbulkan kewaspadaan atas adanya stenosis meatus.

c. Striktur : Keadaan ini dapat berkembang sebagai komplikasi jangka panjang dari operasi

hipospadia. Keadaan ini dapat diatasi dengan pembedahan, dan dapat membutuhkan

insisi, eksisi atau reanastomosis.

d. Divertikula : Divertikula uretra dapat juga terbentuk ditandai dengan adanya

pengembangan uretra saat berkemih. Striktur pada distal dapat mengakibatkan obstruksi

aliran dan berakhir pada divertikula uretra. Divertikula dapat terbentuk walaupun tidak

terdapat obstruksi pada bagian distal. Hal ini dapat terjadi berhubungan dengan adanya

graft atau flap pada operasi hipospadia, yang disangga dari otot maupun subkutan dari

jaringan uretra asal.

e. Terdapatnya rambut pada uretra : Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari

digunakan dalam rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra, hal ini

dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan pembentukan batu saat

pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter, bahkan bila cukup

banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung folikel rambut lalu kemudian

diulang perbaikan hipospadia.

Page 6: LP Hipospadia

Follow up

Setelah operasi pasien diberi kompres dingin pada area operasi selama 2 hari pertama. Cara ini

dapat mengurangi edema dan nyeri serta menjaga daerah operasi tetap bersih. Pasien yang

menggunakan kateter suprapubik, dapat juga memerlukan sten uretra yang kecil dan dapat

dicabut pada hari ke lima postoperasi. Pada pasien yang menggunakan graft tube atau flap

prepusium, proses miksi dilakukan melalui kateter suprapubik perkutan. Tergantung dari proses

penyembuhan luka, kateter ini ditutup pada hari ke 10 untuk percobaan miksi. Bila terdapat

kesulitan metode ini diulang 3-4 hari kemudian. Bila hingga 3 minggu fistula tetap ada, proses

miksi diteruskan seperti biasanya kemudian pasien disarankkan untuk memperbaiki hasil operasi

6 bulan kemudia bila proses inflamasi sudah menghilang. Biasanya fistula yang kecil dapat

menutup dengan spontan.

Setelah percobaan miksi, pasien dapat mandi seperti biasanya. Balutan dapat lepas dengan

spontan. Setelah pelepasan dari sten, orang tua diminta untuk menjaga meatus tetap terbuka

dengan menggunakan tutup tabung salep mata Neosporin sehingga krusta pada meatus tidak

mengakibatkan obstruksi distal yang berkembang menjadi fistula.

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

PENGERTIAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai

sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke

meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien

di transfer ke wilayah ruang pemulihan.

Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang

dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi

selanjutnya.

PRE OPERATIFPersiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien) : Diet (puasa). Persiapan Perut (lavement). Persiapan Kulit (Pencukuran) Luas daerah yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2. Hasil Pemeriksaan.Persetujuan Operasi / Informed Consent.

Page 7: LP Hipospadia

Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima dengan perawat OK): Mencegah Cidera (penanda daerah operasi). Pemberian Obat premedikasi

INTRA OPERATIFAnggota Tim Asuhan Keperawatan Intra OperatifAnggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :Anggota steril: (1)Ahli bedah utama / operator. (2) Asisten ahli bedah. (3) Scrub Nurse / Perawat Instrumen. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : (1) Ahli atau pelaksana anaesthesi. (2) Perawat sirkulasi. (3) Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

PRINSIP TINDAKAN KEPERAWATAN SELAMA PELAKSANAAN OPERASI.A. Persiapan Psikologis PasienB. Pengaturan Posisi

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :1. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.

2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.

3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga kerusakan saraf dan jaringan.

4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan terjadinya pertukaran udara.

5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi terjadinya thrombus.

6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.

7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.

8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.

9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

10. Pengkajian psikososial

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pre Operasi : 

(1) Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan. (2) Kurangnya

pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan

setelah operasi.

Page 8: LP Hipospadia

Post Operasi :

(1) Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan petunjuk

aktivitas adekuat. (2) Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur operasi. (3) Resiko tinggi

infeksi berhubungan dengan invasi kateter. (4)Perubahan eliminasi urine (retensi urin)

berhubungan dengan trauma operasi.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Pre Operasi

Diagnosa keperawatan: Kecemasan orang tua berhubungan dengan prosedur pembedahan.

(1) Tujuan : mengurangi kecemasan orang tua terlihat tenang.

(2) Intervensi : (a) Evaluasi tingkat pemahaman keluarga tentang diagnosa. (b)Akui masalah

pasien dan dorong mengekspresikan masalah. (c) Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab

dengan jujur. (d) Catat komentar atau perilaku yang menunjukkan penerimaan. (e) Libatkan

pasien dan keluarga dalam perencanaan keperawatan dan berikan kenyamanan fisik

pasien. (f) Anjurkan keluarga untuk lebih mendekatkan diri kepada tuhan

Diagnosa keperawatan: Kurangnya pengetahuan orang tua berhubungan dengan diagnosa,

prosedur pembedahan dan perawatan setelah operasi.

(1) Tujuan: menyatakan pemahaman diagnosa dan program pengobatan.

(2) Intervensi : (a) Diskusikan diagnosa, rencana terapi dan hasil yang diharapkan.

(b) Diskusikan perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perawatan saat pulang. (c) Identifikasi

tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medis seperti perubahan penampilan, insisi,

terjadinya kesulitan pernafasan, demam, peningkatan nyeri dada

Post Operasi

Diagnosa keperawatan: Kesiapan dalam peningkatan manajemen regimen terapeutik

berhubungan dengan petunjuk aktivitas adekuat.

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kesiapan peningkatan regimen

terapeutik baik.

(2) Intervensi: (a) Anjurkan kunjungan anggota keluarga jika perlu. (b) Bantu keluarga dalam

melakukan strategi menormalkan situasi. (c) Bantu keluarga menemukan perawatan anak yang

Page 9: LP Hipospadia

tepat. (d) Identifikasi kebutuhan perawatan pasien di rumah dan bagaimana pengaruh pada

keluarga. (e) Buat jadwal aktivitas perawatan pasien di rumah sesuai kondisi. (f) Ajarkan

keluarga untuk menjaga dan selalu menngawsi perkembangan status kesehatan keluarga.

Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan post prosedur operasi.

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang.

(2) Intervensi :

NIC 1 : Manajemen nyeri. (a) Kaji secara komperhensif mengenai lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor pencetus nyeri. (b)Observasi keluhan nonverbal dari

ketidaknyamanan. (c) Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi). (d) Bantu pasien & keluarga

untuk mengontrol nyeri. (f) Beri informasi tentang nyeri (penyebab, durasi, prosedur antisipasi

nyeri).

NIC 2 : Monitor tanda vital : (a) Monitor TD, RR, nadi, suhu pasien. (b) Monitor

keabnormalan pola napas pasien. (c) Identifikasi kemungkinan perubahan TTV. (d)Monitor

toleransi aktivitas pasien. (e) Anjurkan untuk menurunkan stress dan banyak istirahat.

NIC 3 : Manajemen lingkungan : (a) Cegah tindakan yang tidak dibutuhkan. (b) Posisikan

pasien dalam posisi yang nyaman

Diagnosa keperawatan: Resiko tingggi infeksi berhubungan dengan invasi kateter.

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi.

(2) Intervensi:

NIC 1 : Kontrol infeksi : (a) Ajarkan pasien & kelurga cara mencucitangan yang benar.

(b) Ajarkan pada pasien & keluarga tanda gejala infeksi & kapan harus melaporkan kepada

petugas. (c) Batasi pengunjung. (d) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah digunakan

pasien.

NIC 2 : Perawatan luka : (a) Catat karakteristik luka, drainase. (b) Bersihkan luka dan ganti

balutan dengan teknik steril. (c) Cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah tindakan.

(d) Ajarkan pada pasien dan kelurga cara prosedur perawatan luka

NIC 3 : Perlindungan infeksi : (a) Monitor peningkatan granulossi, sel darah putih. (b) Kaji

faktor yang dapat meningkatkan infeksi.

Page 10: LP Hipospadia

Diagnosa keperawatan: Perubahan eliminasi urine (retensi urin) berhubungan dengan trauma

operasi.

(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan retensi urin berkurang.

(2) Intervensi :  (a) Melakukan pencapaian secara komperhensif jalan urin berfokus kepada

inkontinensia (ex: urin output, keinginan BAK yang paten, fungsi kognitif dan masalah urin). 

(b) Menjaga privasi untuk eliminasi. (c) Menggunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK di

toilet. (d) Menyediakan waktu yang cukup untuk mengosongkan blader (10 menit).

(e) Menyediakan perlak di kasur. (f)Menggunakan manuver crede, jika dibutuhkan.

(g) Menganjurkan untuk mencegah konstipasi. (h) Monitor intake dan output. (i) Monitor

distensi kandung kemih dengan papilasi dan perkusi. (j) Berikan waktu berkemih dengan interval

reguler, jika diperlukan .

Page 11: LP Hipospadia

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Marion dkk. (2000). Nursing outcomes classification (NOC). Mosby

Suriadi SKp, dkk. (2001). Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : Fajar Interpratama

Mansjoer, Arif, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media  Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. (1996). Nursing interventions classification (NIC). Mosby

Price, Sylvia Anderson. (2000). Pathofisiologi. Jakarta: EGC

Purnomo, B Basuki. (2000). Dasar – dasar urologi. Jakarta : Infomedika

Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2000). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :EGC.