lp chf
DESCRIPTION
Anfis, askepTRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan Congestive Heart Failure (CHF)
A. Anatomi dan Fisiologi
Anatomi dan fisiologi sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah.
Jantung
1. Ukuran dan Bentuk
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya. Bentuknya
seperti kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar (dasar) mengarah ke bahu kanan; ujung
bawah yang mengerucut (apeks) mengarah ke panggul kiri.
2. Pelapis
Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Perikardium yang melapisi jantung
terdiri dari dua lapisan: lapisan dalam (perikardium viseralis) dan lapisan luar
(perikardium parietalis). Kedua lapisan perikardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan
pelumas, yang mengurangi gesekan akibat gerakan pemompaan jantung. Perikardium
parietalis melekat ke depan pada sternum, ke belakang pada kolumna vertebralis, dan ke
bawah pada diafragma. Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak stabil di tempatnya.
Perikardium viseralis melekat secara langsung pada permukaan jantung. Perikardium juga
melindungi jantung terhadap penyebaran infeksi atau neoplasma dari organ-organ
sekitarnya ke jantung.
3. Dinding jantung
Dinding jantung tersusun dari tiga lapisan, yaitu lapisan terluar (epikardium), lapisan
tengah (miokardium), dan lapisan terdalam (endokardium). Epikardium tersusun dari
lapisan sel-sel mesothelial yang berada di atas jaringan ikat. Miokardium terdiri dari
jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah. Sedangkan, endokardium
tersusun dari lapisan endothelial yang terletak di atas jaringan ikat.
4. Ruang Jantung
Ada empat ruang jantung, yaitu atrium kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum
intratrial, dan ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh septum interventrikular.
Dinding atrium lebih tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah
kembali ke jantung. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,
menerima darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru yang dibawa oleh vena kava
superior, inferior, dan sinus koroner. Atrium kanan berfungsi sebagai tempat
penyimpanan darah dan penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir
ke ventrikel kanan. Atrium kiri terletak di bagian superior kiri janrung, berukuran lebih
kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menerima darah
teroksigenasi dari 4 vena pulmonalis yang berasal dari paru-paru. Atrium kiri memiliki
dinding yang tipis dan bertekanan rendah.
Ventrikel berdinding tebal dan berfungsi untuk mendorong darah ke luar jantung
menuju aorta dan arteri pulmonalis yang membawa darah meninggalkan jantung.
Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jalur
yang pendek ke paru-paru. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik guna
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke
dalam arteri pulmonalis. Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks
jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan. Darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
Ventrikel kiri memiliki otot-otot yang tebal dengan bentuk yang menyerupai lingkaran
sehingga mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel berkontraksi.
5. Katup jantung
Keempat katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah melalui
bilik-bilik jantung. Ada dua jenis katup, yaitu katup atrioventrikularis (AV), yang
memisahkan atrium dan ventrikel, dan katup semilunaris, yang memisahkan arteri
pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Katup-katup ini membuka dan
menutup secara pasif, menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam biliki dan
pembuluh darah jantung.
Katup atrioventrikularis
Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis yang
terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan mempunyai tiga buah daun katup. Katup
mitralis yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup.
Daun katup dari kedua katup tersebut tertambat melalui berkas-berkas tipis jaringan
fibrosa yang disebut korda tendinae. Korda tendinae akan meluas menjadi otot papilaris,
yaitu tonjolan otot pada dinding ventrikel. Korda tendinae menyokong katup pada waktu
kontraksi ventrikel untuk mencegah membaliknya daun katup ke dalam atrium.
Katup semilunaris
Kedua katup semilunaris sama bentuknya: katup ini terdiri dari 3 daun katup simetris
menyerupai corong yang tertambat kuat pada anulus fibrosus. Katup aorta terletak antara
ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis. Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah Katup semilunaris
berfungsi mencegah aliran kembali darah dari aorta atau arteri pulmonalis ke dalam
ventrikel sewaktu ventrikel dalam keadaan istirahat.
Kontraksi Ventrikel Isovolumetrik
Ejeksi Ventrikel
Sistol Atrium
Relaksasi Ventrikel Isovolumetrik
Diastol Akhir
6. Siklus jantung
Ket:
1. Diastol akhir : Dimulai dari katup mitralis dan trikuspidalis terbuka serta katup aorta dan
pulmonalis tertutup darah mengalir ke dalam jantung mengisi atrium dan ventrikel.
2. Sistol atrium : kontraksi atrium mendorong darah yang berada di atrium ke ventrikel dan
katup atrioventrikularis (AV) terbuka ventrikel relaks dan terisi darah.
3. Sistol ventrikel :
a. Periode kontraksi ventrikel isovolumetrik : katup AV menonjol sedikit peningkatan
tekanan atrium tetapi peningkatannya tajam berlangsung sampai tekanan di ventrikel
kanan dan kiri melebihi tekanan aorta Bunyi katup yang menutup merupakan bunyi
jantung pertama (BJ I)
b. Periode ejeksi ventrikel : Katup semilunaris terbuka gradien tekanan di ventrikel lebih
besar dari tekanan di arteri pulmonal dan aorta darah di ejeksi dari jantung. Volume
sistolik akhir sekitar 50 ml sisa pada akhir sistole dengan diastole akhir (120ml) isi
kuncupp (70 ml)
Periode relaksasi ventrikel isovolumetrik : Saat momentum darah yang diejeksikan
terkalahkan dan katup aorta dan arteri pulmonalis tertutup (Bunyi jantung dua (BJ II))
tekanan cepat (relaksasi ventrikel isovolumetrik) berlangsung sampai, tekanan
ventrikel menurun di bawah tekanan atrium katup AV terbuka ventrikel terisi
kembali.
Bunyi jantung
• Bunyi jantung digambarkan sebagi lup-dup dan dapat didengar melalui stetoskop. “Lup”
mengacu pada saat katup AV menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar
menutup. Bunyi jantung pertama terjadi karena penutupan katup mitral dan trikuspid
secara bersamaan, meskipun getaran dinding miokardium juga berperan terhadap
terjadinya bunyi ini. Bunyi jantung kedua dihasilkan oleh penutupan katup aorta dan
pulmonalis. Meskipun kedua katup ini menutup hampir bersamaan, katup pulmonal
biasanya menutup agak belakangan. Bunyi ketiga dan keempat disebabkan vibrasi yang
terjadi pada dinding jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel.
Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar yang berkaitan
dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena defek pada katup seperti
penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan atau katup yang tidak
sesuai yang memungkinkan aliran balik darah. Bunyi Gallop bila pengisian darah ke
ventrikel terhambat selama diastolik, seperti terjadi pada berbagai keadaan penyakit,
maka akan terjadi getaran sementara pada saat diastolik, serupa dengan bunyi jantung
pertama dan kedua meskipun lebih halus. Bunyi Gallop yang terdengar pada saat
kontraksi atrium dinamakan bunyi jantung keempat (sering terdengar bila ventrikel
membesar atau hipertrofi).
7. Sirkulasi jantung
Sirkulasi jantung dibagi menjadi 2, yaitu sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik.
Sirkulasi pulmoner adalah jalur aliran darah yang menuju dan meninggalkan jantung.
Sisi kanan jantung menerima terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke paru-
paru untuk dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
Alur sirkulasi pulmoner adalah:
Atrium kanan → katup trikuspidalis → ventrikel kanan → katup semilunar → trunkus
pulmonar → arteri pulmonalis kanan dan kiri → kapiler paru → vena pulmonalis →
atrium kiri
Sirkulasi sistemik adalah jalur aliran darah yang menuju dan meninggalkan bagian
seluruh tubuh. Sisi kiri jantung menerima teroksigenasi dari paru-paru dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh. Alur sirkulasi sistemik adalah:
Atrium kiri → katup mitralis → ventrikel kiri → katup semilunar → trunkus aorta →
seluruh organ tubuh (otak, otot, ginjal, dll) → vena kava superior dan inferior → atrium
kanan
Sistem Konduksi
Untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung,
terdapat jalur konduksi khusus dalam miokardium. Impuls jantung biasanya berasal dari
nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA terletak di dinding posterior atrium kanan dekat muara
vena kava superior. Impuls jantung kemudian menyebar dari nodus SA menuju jalur
konduksi khusus atrium dan ke otot atrium. Suatu jalur antar-atrium (berkas Bachmann)
mempermudah penyebaran impuls dari atrium kanan ke atrium kiri. Jalur
internodal−anterior, tengah, dan posterior−menghubungkan nodus SA dengan nodus
atrioventrikularis (VA).
Penghantaran impuls relatif lambat melewati nodus VA karena tipisnya serat di
daerah ini dan konsentrasi taut selisih yang rendah. Taut selisih merupakan mekanisme
komunikasi antar sel yang yang mempermudah konduksi impuls. Hasilnya adalah
hambatan konduksi impuls selama 0,9 detik melalui nodus AV. Hambatan hantaran
melalui nodus AV menyebabkan pengisian ventrikel menjadi optimal. Hambatan AV
juga melindungi ventrikel dari banyaknya impuls atrial abnormal.
Berkas His menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang
memisahkan atrium dari ventrikel. Berkas His berjalan ke bawah di sisi kanan septum
interventrikularis dan kemudian bercabang menjadi serabut berkas kanan dan kiri.
Serabut berkas kiri berjalan secara vertikal melalui septum interventrikularis dan
kemudian bercabang menjadi bagian anterior dan posterior yang lebih tebal. Berkas
serabut kanan dan kiri kemudian menjadi serabut Purkinje. Hantaran impuls melalui
serabut Purkinje berjalan cepat sekali karena berdiameter relatif besar dan memberikan
sedikit resistensi terhadap penyebaran hantaran. Waktu hantaran melalui sistem Purkinje
150 kali lebih cepat dibandingkan dengan hantaran melalui nodus AV. Dengan demikian,
urutan normal rangsangan melalui sistem konduksi adalah nodus SA, jalur-jalur atrium,
nodus AV, berkas His, cabang-cabang berkas, dan serabut Purkinje.
Pengaturan Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi banyak dipersarafi oleh serabut-serabut sistem saraf otonom, yaitu sistem
parasimpatis dan simpatis dengan efek yang saling berlawanan dan bekerja bertolak belakang
untuk mempengaruhi perubahan pada denyut jantung.
a. Sistem saraf simpatis
Serabut simpatis menyebar ke seluruh sistem konduksi dan miokardium, juga pada otot
polos pembuluh darah. Stimulasi simpatis atau adrenergik juga menyebabkan terlepasnya
epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medula adrenal. Respons jantung terhadap
stimulasi simpatis diperantarai oleh pengikatan norepinefrin dan epinefrin ke reseptor
adrenergik tertentu: reseptor alfa (α) dan reseptor beta (β1 dan β2). Stimulasi simpatis
menyebabkan: peningkatan denyut jantung, peningkatan kecepatan hantaran melewati nodus
AV, peningkatan kontraksi miokardium.
b. Sistem saraf parasimpatis
Mempersarafi nodus SA, otot-otot atrium, dan nodus AV, melalui nervus vagus. Respons
terhadap stimulasi parasimpatis ini disebut respons kolinergik atau respons vagal. Respons
vagal bersifat cepat, kuat, dan mampu mencapai regulasi denyut jantung pada setiap
denyutnya. Stimulasi vagal atau kolinergik yang intensif mampu menurunkan frekuensi
denyut jantung.
Pengaturan sistem saraf otonom terhadap sistem sirkulasi membutuhkan komponen-
komponen sebagai berikut:
1. sensor (baroreseptor dan kemoreseptor),
Baroreseptor terletak: di lengkung aorta & sinus karotikus. Peka terhadap peregangan/
perubahan dinding pembuluh darah akibat perubahan tekanan arteria. Fungsinya untuk
mengkoordinasikan untuk menghambat aktivitas jantung pada pusat pengaturan
kardiovaskular. Kemoreseptor terletak: dalam badan karotis & badan aorta. Peka
terhadap: penurunan tekanan, kadar oksigen dalam arteri, peningkatan tekanan
karbondioksida, peningkatan kadar ion hidrogen. Fungsinya untuk mengkoordinasikan
untuk meningkatkan aktivitas jantung.
2. jalur aferen (nervus vagus dan glosofaringeus),
3. pusat integrasi (bagian atas medula oblongata dan pons bagian bawah),
4. jalur eferen,
5. reseptor
Pembuluh Darah
Arteri Kapiler Vena
Fungsi: membawa darah meninggalkan jantung
Fungsi: menghubungkan arteriol & venula
Fungsi: membawa darah kembali ke jantung
Terdiri dari: 3 lapisan1. Tunika intima tipis
yang terbentuk dari sel-sel endothelial
2. Tunika media
Terdiri dari 1 lapisan:1. Tunika intima
(endothelium) melapisi seluruh dinding kapiler;
- Tersusun oleh jaringan ikat yang banyak.
- Otot polos & serabut elastis sedikit.
- Jenis vena venula
lebih tebal;kontraksi 3. Tunika adventitia
lebih tebal
tipis yang memudahkan untuk transportasi
kapilar venula vena kecil vena sedang vena besar
Terdpt 4 jenis arteri:1. Arteri elastik2. Arteri muskular3. Arteri kecil4. Arteriol
Terdiri dari 3 lapisan:- Tunika intima tipis
& halus- Tunika media
kontraksi & lebih tipis- Tunika adventitia
lebih tipis dr arteri & lebih tebal dari tunika media
Darah
1. Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang terdiri dari 92% air dan mengandung
campuran kompleks zat anorganik dan organik. Ada tiga jenis protein plasma yang utama,
yaitu albumin sekitar 55%-60%, globulin sekitar 30%, dan fibrinogen 4%, serta plasma
darah juga mengandung nutrien, gas darah elektrolit, mineral, hormon, vitamin, dan lain-
lain.
2. Eritrosit (sel darah merah) mengandung hemoglobin yang akan mengikat oksigen untuk
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit berfungsi untuk mentranspor oksigen ke seluruh
jaringan melalui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen serta berperan penting dalam
pengaturan pH darah.
3. Leukosit (sel darah putih) berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing,
termasuk bakteri dan virus. Leukosit banyak memiliki sifat, yaitu diapedesis, kemampuan
untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke jaringan; amuboid, dapat
bergerak sendiri seperti amoeba; kemotaksis, bergerak mrndekati jaringan yang rusak; dan
fagositosis, bersifat fagosit.
4. Trombosit berfungsi dalam hemostasis (pembekuan darah) dan perbaikan pembuluh darah
yang rusak. Sel-sel jaringan yang rusak → tromboplastin → aktivasi protrombin →
membentuk trombin dengan bantuan ion kalsium → mengubah fibrinogen menjadi fibrin →
benang-benang fibrin menjadi jaring-jaring fibrin → menangkap sel darah merah dan
trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh darah yang rusak.
Elektrolit yang berperan dalam sistem konduksi jantung
1. Kalium
a. Level kalium meningkat menurunkan fungsi jantung (menurunkan tekanan untuk
kontraksi) jantung berdilatasi dan flaccid
b. Level kalium meningkat sangat tinggi menghambat konduksi nervus ke kumparan
atrioventrikuler
c. Deplesi kalium mengurangi denyut jantung meningkatkan tekanan untuk kontraksi
2. Kalsium
Kalsium berkaitan erat dengan proses kontraktil miokardium.
a. Level kalsium yang meningkat kontraksi jantung berlebih (over contraction of the
heart).
b. Penurunan level kalsium penurunan tonus otot & refleks tendon jantung (cardiac
flaccidity).
3. Magnesium
Peningkatan level magnesium mempengaruhi: denyut jantung, konduksi jantung, tekanan
darah
a. Peningkatan level magnesium hypotensi; vasodilatasi; bradycardia;
heart block & cardiac arrest.
b. Penurunan level magnesium cardiac arrhythmias; atypical ventricular tachycardia
4. Natrium
Level natrium sangat diperhatikan di kongesti gagal jantung karena edema. Oleh karena itu,
klien dengan kongesti gagal jantung harus perhatikan intake natrium.
a. Peningkatan level natrium fungsi jantung depresi (depressed cardiac function).
b. Bila intake sodium tinggi peningkatan akumulasi cairan di jaringan kerja jantung
lebih keras untuk mengkompensasi air
B. Definisi
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu
memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price, 2004). Gagal jantung
mengakibatkan ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongestif pulmonal dan sistemik
(Doengoes, 2010). Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang jantung
(dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah
untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti tangan,
kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti,
2010). Gagal jantung sering juga disebut gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2002).
C. Klasifikasi Gagal Jantung
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA), terbagi dalam empat
kelas fungsional yaitu:
I. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat.
II. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang.
III. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik ringan.
IV. Timbul gejala sesak pada aktifitas saat istirahat.
D. Etiologi
1. Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi
otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit degeneratif
atau inflamasi
2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran
darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas
menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau pulmunal (peningkatan after load) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain, terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang
secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup
gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katub semiluner), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (tamponade, pericardium, perikarditif konstriktif atau
stenosis AV), peningkatan mendadak after load.
6. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal
jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam, tirotoksikosis). Hipoksia dan
anemi juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
E. Tanda dan Gejala
Gagal jantung kiri : kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri
tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong ke jaringan paru. Manifestasi klinis yang
dapat terjadi meliputi : dispnea, ortopnea, batuk, mudah lelah, takikardia, insomnia.
1) Dispnea dapat terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Dispnea bahkan dapat terjadi pada saat istirahat atau dicetuskan oleh
gerakan minimal atau sedang.
2) Ortopnea kesulitan bernafas saat berbaring, beberapa pasien hanya mengalami ortopnea
pada malam hari, hal ini terjadi bila pasien, yang sebelumnya duduk lama dengan posisi
kaki dan tangan di bawah, pergi berbaring ke tempat tidur. Setelah beberapa jam cairan
yang tertimbun diekstremitas yang sebelumnya berada di bawah mulai diabsorbsi, dan
ventrikel kiri yang sudah terganggu, tidak mampu mengosongkan peningkatan volume
dengan adekuat. Akibatnya tekanan dalam sirkulasi paru meningkat dan lebih lanjut,
cairan berpindah ke alveoli.
3) Batuk yang berhubungan dengan ventrikel kiri bisa kering dan tidak produktif, tetapi
yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang menghasilkan sputum berbusa
dalam jumlah yang banyak, yang kadang disertai bercak darah.
4) Mudah lelah dapat terjadi akibat curah jantung yang kurang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme,
juga terjadi akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas.
5) Insomnia yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk.
Gagal jantung kanan : bila ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera
dan jaringan perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu
mengosongkan volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasikan
semua darah yang secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang
tampak dapat meliputi edema ekstremitas bawah, peningkatan berat badan,
hepatomegali, distensi vena leher, asites, anoreksia, mual dan nokturia.
1.) Edema dimulai pada kaki dan tumit juga secara bertahap bertambah ke tungkai, paha
dan akhirnya ke genetalia eksterna serta tubuh bagian bawah.
2.) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh
darah portal meningkat sehingga cairan terdorong keluar rongga abdomen, suatu kondisi
yang dinamakan ascites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma dan distress pernafasan.
3.) Anoreksia dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
4.) Nokturia terjadi karena perfusi renal yang didukung oleh posisi penderita pada saat
berbaring. Diuresis terjadi paling sering pada malam hari karena curah jantung membaik
saat istirahat.
5.) Kelemahan yang menyertai gagal jantung sisi kanan disebabkan karena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang
tidak adekuat dari jaringan (Smeltzer & Bare, 2002).
F. Komplikasi
a. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
b. Syok Kardiogenik, merupakan stadium akhir dari disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila vetrikel kiri mengalami kerusakan yang sangat luas.
Tanda syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia
otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin,
serta kulit yang dingin dan lembab.
G. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraktilitas
jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan
persamaan CO = HR x SV di mana curah jantung (CO: Cardiac output) adalah fungsi
frekuensi jantung (HR: Heart Rate) x Volume Sekuncup (SV: Stroke Volume). BP = CO x
SVR. BP = HR x SV x SVR. (BP: blood pressure) tekanan darah, (SVR: systemic vascular
resistance).
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang,
sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah
jantung. Bila mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk
mempertahankan curah jantung.
Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap kontraksi, yang
tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada
jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung
dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung); (2)
Kontraktilitas (mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel
dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium); (3)
Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa
darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriole).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi baik pada
jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel berkurang akibat
penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik di dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu
sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi
ventrikel. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat
yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.
Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial
atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral.
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi
denyut jantung dan vena; yang akan meningkatkan volume darah sentral yang selanjutnya
meningkatkan preload. Meskipun adaptasi-adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu, takikardi dan
peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu terjadinya iskemia pada pasien
dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk
kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer. Adaptasi ini
dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ-organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat
meningkat malah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Salah satu efek penting
penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan
filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin-
angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resistensi vaskuler
perifer selanjutnya dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan
cairan.
Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam
sirkulasi, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal
jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium,
yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG: Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T
persisten 6 minggu atau lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurime
ventricular.
2. Sonogram: Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/
struktur katup atau area penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung: Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung: Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi,
Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel
menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi/ perubahan kontraktilitas.
5. Rontgen dada: dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasi/ hipertrofi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah mencerminkan
peningkatan tekanan pulmonal. Kontur abnormal misal bulging pada perbatasan jantung
kiri, dapat menunjukan aneurisma ventrikel.
6. Enzim hepar: meningkat dalam gagal/ kongesti hepar.
7. Elektrolit: mungkin berubah karena perpindahan cairan/ penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
8. Oksimetri nadi: saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika CHF akut
memperburuk PPOM atau CHF kronik.
9. AGD: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
10. BUN, kreatinin: peningkatan BUN menandakan penurunan perfusi ginjal. Kenaikan
BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
11. Albumin/ transferin serum: mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan
protein atau penurunan sintesis protein dalam hepar yang mengalami kongesti.
12. Pemeriksaan tiroid: peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid
sebagai pre-pencetus CHF.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologi
a. Pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema
seperti pada hipertensi atau gagal jantung. Diet: pembatasan natrium (2 gr natrium
atau 5 gr garam) ditujukan untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema,
seperti pada hipertensi dan gagal jantung. Rendah garam 2 gr disarankan pada gagal
jantung ringan dan 1 gr pada gagal jantung berat. Jumlah cairan 1 liter pada gagal
jantung berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
b. Batasi cairan ditujukan untuk mencegah, mengatur atau mengurangi edema.
c. Manajemen stress ditujukan untuk mengurangi stress karena stress emosi dapat
menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan tekanan darah dan meningkatkian
kerja jantung.
d. Pembatasan aktifitas fisik untuk mengurangi beban kerja jantung. Pada gagal jantung
berat dengan pembatasan aktivitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan
aktivitas secara teratur. Latihan jasmani dapat berupa jalan kaki 3-5 kali/minggu
selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban
70-80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan atau sedang.
e. Posisi semi fowler
f. Oksigenasi (2-3 liter)
2. Farmakologi
a. Diuretik : diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air melalui ginjal,
penggunaan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
b. Digoxin : meningkatkan kontraktilitas dan memperlambat frekuensi jantung. Obat
ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolik yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
c. Isobarbide dinitrat : mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik,
hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
d. Terapi vasodilator : digunakan untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel.
J. Pengkajian Keperawatan Data pengkajian menurut (Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2010):
ASPEK TANDA GEJALAAktivitas/ istirahat
□ Gelisah
□ Perubahan status mental, misal: letargi
□ Tanda vital berubah pada aktivitas
□ Keletihan/kelelahan terus-menerus sepanjang hari
□ Insomnia
□ Nyeri dada dengan aktivitas
□ Dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga
Sirkulasi □ TD: mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban cairan/peningkatan TVS)
□ Tekanan nadi: mungkin sempit, menunjukkan penurunan volume sekuncup
□ Frekuensi jantung: takikardia (gagal jantung kiri)
□ Irama jantung: disritmia
□ Bunyi jantung: S3 (gallop), S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah
□ Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katup atau insufisiensi.
□ Nadi apical: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior ke kiri
□ Warna: pucat, sianotik
□ Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat
□ Hepar: pembesaran/dapat teraba, refleks hepatojugularis
□ Bunyi nafas: kreker, ronchi
□ Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas, DVJ
□ Riwayat hipertensi
□ Infark miokard baru/akut
□ Episode gagal jantung kronik sebelumnya
□ Penyakit katup jantung
□ Bedah jantung
□ Endokaritis
□ SLE
□ Anemia
□ Syok septic
□ Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen
Integritas ego
□ Berbagai manifestasi perilaku, misal: ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung
□ Ansietas, khawatir, takut
□ Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan
finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Eliminasi - □ Penurunan berkemih, urine berwarna gelap
□ Berkemih malam hari (rakturia)
□ Diare/konstipasi
Makanan/ cairan
□ Penambahan berat badan cepat
□ Distensi abdomen (asites),
□ Edema (umum, dependen, tekanan, pitting)
□ Kehilangan nafsu makan
□ Mual/muntah
□ Penambahan berat badan signifikan
□ Pembengkakan pada ekstremitas bawah
□ Pakaian/sepatu terasa sesak
□ Diet tinggi garam/makanan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein
□ Penggunaan hygiene
Hygiene □ Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal
□ Keletihan/kelemahan
□ Kelelahan selama aktivitas perawatan diri
Neurosensori □ Letargi
□ Kusut pikir
□ Disorientasi
□ Perubahan perilaku, mudah tersinggung
□ Kelemahan
□ Pening
□ Episode pingsan
Nyeri/ kenyamanan
□ Tidak tenang
□ Gelisah
□ Fokus menyempit (menarik diri)
□ Perilaku melindungi diri
□ Nyeri dada
□ Angina akut atau kronis
□ Nyeri abdomen kanan atas
□ Sakit pada otot
Pernapasan □ Pernafasan: takipnea, nafas dangkal, pernafasan labored: penggunaan otot aksesori pernafasan, hasal faring
□ Batuk: kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus-menerus dengan/tanpa pembentukan sputum
□ Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal
□ Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
□ Riwayat penyakit paru kronis
□ Sputum: mungkin bersemu darah, merah mudah/berbuih (edema pulmonal)
□ Bunyi nafas: mungkin tidak terdengar, dengan krakles basilar dan mengi
□ Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan
□ Warna kulit: pucat atau sianosis
□ Penggunaan bantuan pernafasan, misal: oksigen atau medikasi
Keamanan - □ Perubahan dalam fungsi mental
□ Kehilangan kekuatan/tonus otot
□ Kulit lecet
Interaksi sosial
- □ Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan
Penyuluhan/ pembelajaran
□ Bukti tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan
□ Pertimbangan: DRG menunjukan rerata lama dirawat: 8,2 hari
□ Rencana pemulangan: Memerlukan bantuan untuk berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatan diri, tugas-tugas pemeliharaan/ pengaturan rumah. perubahan dalam terapi/ penggunaan obat. Perubahan dalam tatanan fisik rumah.
□ Menggunakan/ lupa menggunakan otot-otot jantung, misal: penyekat saluran kalsium
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2005). Medical surgical nursing: Clinical management for positive
outcomes. 7th Ed. St. Louis: Elsevier, Inc.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Murr, A. C. (2010). Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patient care. 8th Ed.. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Price, S. (2004). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit, Edisi 4, Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddart’s Textbook of medical-surgical
nursing.10th Ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins.