lp chf
DESCRIPTION
LP CHFTRANSCRIPT
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa, otot-otot
jantung dan jaringan konduksi listrik. Mempunyai fungsi utama untuk memompadarah
keseluruh tubuh yang dapat dilakukan jika jantung mempunyai kemamputan memompa
yang optimal, system katup yang baik, serta irama pemompaan yang baik pula. Jika
ditemukan ketidaknormalan pada salah satu unsur tadi maka akan berpengaruh terhadap
efisiensi pemompaan dan memungkinkan terjadi kegagalan pemompaan.(Mutaqqin, 2012)
CHF adalah sindrom yang disebabkan oleh disfungsi jantung ,umumnya akibat
disfungsi atau kerusakan otot miokard yang ditandai dengan terjadinya hipertrofi LV atau
keduanya (Heart Failure Society of America, 2010). CHF adalah sindrom yang ditandai oleh
disfungsi salah satu atau kedua paru dan vena sistemik sehingga asupan oksigen ke jaringan
perifer kurang baik pada saat relaks atau selama stressor berlangsung , yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung menjalankan fungsinya (HFSA, 2010)
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi
jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada jika disertai peninggian volume
diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan jika
terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2008).
1
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk mempertahankan curah jantung
(Caridiac Output = CO) dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Apabila tekanan
pengisian ini meningkat sehingga mengakibatkan edema paru dan bendungan di sistem
vena, maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif (Kabo & Karim, 2007).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Gagal jantung
kongestif ( CHF ) adalah gangguan klinis yang umum yang menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah paru dan penurunan curah jantung (Figueroa, 2006)
B. Etiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari semua penyakit jantung congenital
atau didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan
yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium.
Keadaan yang meliputi beban awal seperti : regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel dan
beban akhir meningkat pada kondisi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Beberapa
keadaan yang dapat menyebabkan CHF diantaranya (HFSA,2010) :
1. Disfungsi moikard, menyebabkan menurunnya kontraktilitas otot jantung.
2. Hipertensi sistemik dan pulmonal (peningkatan afterload), mengakibatkan hipertrofi
serabut otot jantung.
3. Peningkatan kebutuhan metabolik - peningkatan kebutuhan yang berlebihanan (demand
overload, misal demam, tirotoksikosis, hipoksia, anmia, asidosis (respiratorik dan
metabolic) dan abnormalitas elektrolit.
2
Kelainan Mekanis Kelainan Miokardial Gangguan Irama Jantung
1. Peningkatan beban tekanan Dari sentral (stenosis
aorta) Dari peripheral
(hipertensi sistemik)2. Peningkatan beban volume
Regurgitasi katup Peningkatan beban awal
3. Obstruksi pengisian ventrikel Stenosis mitral atau
trikuspidalis4. Tamponade pericardium5. Restriksi endokardium dan
miokardium6. Aneurisma ventricular7. Dis- sinergi ventrikuler
Primer Kardiomiopati Gangguan neuromuscular
miokarditis Diabetes mellitus (metabolic) KeracunanSekunder Iskemia (PJK) Gangguan metabolic Inflamasi Penyakit infiltrative (restriksi
kardiomiopati) Penyakit sistemik PPOM Terapi yang mendepresi
miokard
1. Henti jantung2. Ventrikular fibrialasi3. Takikardi atau bradikardi
ekstrim4. Asinkronik listrikndan
gangguan konduksi
C. Patofisiologi
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan
bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan
pengaliran (forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim
sirkulasi aliran darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya
tubuh untuk mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel,
hipertrofi ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer,
peninggian kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan
eksttraksi oksigen oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama
dalam keadaan gagal akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan
tampak tanda dan gejala gagal jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan
ini disebut Gagal Jantung Kongestif (CHF).(American Heart Association, 2009 p. 1983)
3
Sebagai respon terhadap gagal jantung kongestif, da tiga mekanisme yang merupakan
mekanisme respon primer :
1. Meningkatnya adregenik simpatis
2. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
3. Hipertrofi ventrikel
Ketiga respon diatas bertujuan untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat normal
atau hamper normal pada gagal jantung. Namun kelainan pada kerja ventrikuler dan
menurunnya curah jantung tampak pada keadaan beraktivitas.(AHA, 2009)
D. Derajat Gagal Jantung
Pada Guidelines Heart Failure yang dikeluarkan oleh Heart Failure Society of America
tahun 2010 maka klasifikasi CHF dari New York Heart Association (NYHA) masih tetap
digunakan dengan ditambahkan beberapa kelas baru , yaitu :
Kelas Definisi Istilah
I Pasien dengan kelainan jantung tetapi tanpa pembatasan aktivitas fisik
Disfungsi ventrikel kiri asimptomatik
II Pasien dengan kelainan jantung yang mengakibatkan sedikit pembatasan fisik namun hasil dari aktivitas tersebut mengakibatkan kelelahan, pakpitasi dan dyspneu
Gagal jantung ringan
III A. Pasien dengan kelainan jantung yang menyebabkan pembatasan aktivitas fisik, nyaman saat istirahat namun pada saat melalukan aktivitas sehari-hari menyebabkan kelelahan, palpitasi dan dyspneu
B. Mengalami keterbatasan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat namun pada saat penggunaan teenaga minimal dapat menyebabkan palpitasi, kelelahan dan dyspneu
Gagal jantung sedang
IV Pasien dengan kelainan jantung yang segala bentuk aktivitas fisiknya akan menyebabkan dyspneu, palpitasi atau kelelahan
Gagal jantung berat
4
E. Manifestasi klinik (AHA, 2009)
1. Gagal jantung kiri:
a. Dispnue, akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas.
b. Batuk, berhubungan dengan gagal ventrikel kiri. Tersering adalah batuk basah.
c. Mudah lelah. Akibat curah jatung yang kurang sehingga darah tidak sampai
kejaringan dan organ.
d. Kegelisahan dan kecemasan, akibat gangguan oksigenasi, kesakitan saat bernapas,
dan pengetahuan yang kurang tentang penyakit.
2. Gagal jantung kanan
a. Edema, biasa pada kaki dan tumit dan secara bertahap bertambah keatas tungkai dan
paha.
b. Hepatomegali dan nyeri pada kuadran kanan, akibat pembesaran vena di hepar. Jika
tekanan dalam pembuluh portal meningkat dapat menyebabkan asites.
c. Anoreksia dan mual, akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga
abdomen.
d. Nokturia, dieresis sering terjadi pada malam hari karena curah jantung akan
membaik dengan istirahat.
e. Lemah, karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan
produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
5
F. Komplikasi (HFSA, 2010)
1. Komplikasi akibat dari gagal jantung sendiri :
a. Aritmia, Dapat terjadi karena respon terhadap peningkatan ketekolamin dan iskemi
miokard
b. Angina dan infark miokard, Terjadi akibat dari peningkatan kerja otot jantung yang
iskemi atau penurunan perfusi arteri koroner.
c. Shock, Terjadi akibat dari penurunan curah jantung
d. Renal failure, Akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal
e. Pembentukan emboli, Akibat bendungan dan statis vena
f. Hepatomegali, Akibat dari bendungan vena
2. Komplikasi akibat dari pengobatan :
a. Hypovolemia, Akibat dari pemberian terapi diuretik disertai pengeluaran cairan dan
sodium yang berlebihan
b. Hypokalemia, Akibat dari pengeluaran potasium yang berlebihan akibat dari terapi
diuretik
c. Intoksinasi digitalis, Akibat dari penggunaan digitalis berlebihan, hypokalemi,
gangguan funsi renal
d. Aritmia, Dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan elektrolit maupun intoksikasi
digitalis
e. Infark Miokard, Terjadi akibat dari beban kerja miokard yang meningkat serta efek
dari pemberian inotropik
6
f. Syok kardiogenik, kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung,
sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah arteri ke organ-organ vital seperti
jantung, otak dan ginjal.
g. Episode tromboembolik, kurangnya mobilitas pasien penyakit jantung dan
adanyagangguan sirkulasi yang menyertai kelainan berperan dalam pembentukan
thrombus intrakardial dan intravaskuler.
h. Efusi pericardial dan tamponade jantung, efusi pericardial terjadi karena masuknya
cairan dalam kantung pericardium, jika terjadi efusi yang cepat dapat meregangkan
perilakrdium dan menyebabkan penurunan curah jantung serta aliran balik vena ke
jantung dan berakhir terjadi tamponade jantung.
G. Pemeriksaan penunjang (HFSA, 2010)
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola, adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
2. Rontgen dada ; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau
hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulnonal.
3. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
4. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner.
5. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
7
6. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
7. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
8. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark
miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH,
isoenzim LDH).
H. Penatalaksanaan (HFSA, 2010)
1. Diet dan asupan cairan
a. Instruksi diet mengenai asupan natrium disarankan pada semua pasien dengan CHF.
Pasien dengan HF dan diabetes, dislipidemia, atau obesitas berat harus diberi
instruksi diet khusus.
b. diet pembatasan sodium (2-3 g sehari) disarankan untuk pasien dengan sindrom klinis
HF dan fraksi ejeksi ventrikel kiri menetap (LVEF). Pembatasan lebih lanjut (2 g
sehari) dapat dipertimbangkan dalam moderat untuk HF berat.
c. Pembatasan asupan cairan harian kurang dari 2 L/hari, dianjurkan pada pasien
dengan hiponatremia (serum sodium 130 mEq / L) dan harus dipertimbangkan untuk
semua pasien yang menunjukkan retensi cairan yang sulit untuk mengontrol
meskipun dosis tinggi diuretik dan pembatasan sodium telah diberikan.
8
2. Non Farmakologis
a. CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi
oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2) Diet pembatasan natrium
3) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek
prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
4) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
5) Olah raga secara teratur
b. CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik)
2) Pembatasan cairan
3. Farmakologis
Untuk mengurangi afterload dan preload
a. First line drugs ; diuretic
Mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada
disfungsi diastolic, seperti :.thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan),
Kalium-Sparing diuretic
b. Second Line drugs; ACE inhibitor
Membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung., seperti :
1) Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan
diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi
9
2) Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
3) Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik,
hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
4) Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan
pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
5) Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan
pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard,
menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.
10
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN DATA
Pengkajian pada pasien CHF ditujukan sebagai pengumpulan data daninformasi terkini
mengenai status pasien dengan pengkajian system kardiovaskuler sebagai prioritas
pengkajian. Pengkajian sistematis pada pasien mencakup riwayat khususnya yang
berhubungan dengan nyeri dada, sulit bernafas, palpitasi, riwayat pingsan, atau keringat
dingin ( diaphoresis). Masing-masing gejala harus dievaluasi waktu dan durasinya serta
factor pencetusnya.
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada CHF sehingga pasien mencari bantuan atau pertolongan antara
lain :
1) Dyspneu
Merupakan manifestasi kongesti pulmonalis sekunder akibat kegagalan ventrikel
kiri dalam melakukan kontraktilitas sehingga mengakibatkan pengurangan curah
sekuncup. Pada peningkatan LVDEP terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri
(LAP) dan masuk kedalam anyaman vascular paru. Jika tekanan hidrostatik dari
anyaman kapiler paru melebihi tekanan onkotik vascular , maka akan terjadi
transudasi cairan kedalam intersistial. Dimana cairan masuk kedalam alveoli dan
terjadilah edema paru atau efusi pleura.
11
2) Kelemahan fisik
Merupakan manifestasi utama pada penurunan curah jantung sebagai akibat
metabolism yang tidak adekuat sehingga mengakibatkan deficit energy.
3) Edema sistemik
Tekanan paru yang meningkat sebagai respon terhadap peningkatan tekanan vena
paru. Hipertensi pulmonal meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan
sehingga terjadi kongesti sistemik dan edema sistemik.
b. Riwayat keluhan sekarang
Akan didapatkan gejala kongesti vascular pulmonal seperti dyspnea, ortopnea,
diypnea nocturnal paroksimal, batuk dan edema pulmonal akut. Pengkajian mengenai
dyspne dikarakteristikkan pada pernafasan cepat dan dangkal.
1) Orthopnea
Ketidakmampuan bernafas ketika berbaring dikarenakan ekspansi paru yang tidak
adekuat
2) Dyspnea Nokturnal paraksimal
Terjadinya sesak nafas atau nafas pendek pada malam hari yang disebabkan
perpindahan cairan dari jaringan kedalam kompartemen intravascular.
3) Batuk
Merupakan gejala kongesti vascular pulmonal. Dapat produktif dan kering serta
pendek.
12
4) Edema pulmonal
Terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan dalam vascular (30
mmHg). Terjadi tranduksi cairan kedalam alveoli sehingga transport normal
oksigen ke seluruh tubuh terganggu.
c. Riwayat Penaykait Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami nyeri dada akibat Infark Moikard akut, hipertensi,
DM. Konsumsi obat yang digunakan dan alergi terhadap makanan atau obat
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapakan kesadaran baik dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang
melibatkan perfusi system saraf pusat
b. Pemeriksaan system
1) Breathing (B1), mencari tanda dan gejala kongesti vascular pulmonal seperti
dyspnea, orthopnea, dyspnea nocturnal paraksimal, batuk dan edema paru.
Crakcles atau ronchi basah dapat ditemukan pada posterior paru. Yang dikenali
sebagai kegagalan ventrikel kiri.
2) Bleeding (B2)
a) Inspeksi : adanya parut pasca bedah jantung, distensi vena jugularis (gagal
kompensasi ventrikel kanan), edema (ekstermitas bawah), asites, anoreksia,
mual, nokturia serta kelemahan
13
b) Palpasi : perubahan nadi (cepat dan lemah) sebagai manifestasi dari
penurunan catdiac output dan vasokontriksi perifer. Apahak ada pulsus
alternans (perubahan kekuatan denyut arteri) menunjukkan gangguan fungsi
mekanis yang berat.
c) Auskultasi ; penurunan tekanan darah, mendengarkan bunyi jantung 3 (S3)
serta crackles pada paru-paru. S3 atau gallop adalah tanda penting dari gagal
ventrikel kiri.
d) Perkusi; mencari batas jantung sebagai penanda terjadinya kardiomegali.
3) Brain (B3), kesadaran compos mentis namun dapat menurun seiring perjalan atau
kegawatan penyakitnya
4) Bladder (B4), mengukur haluaran urine yang dihubungkan pada asupan cairan
dan fungsi ginjal.
5) Bowel (B5), didapatkan konstipasi, mual, muntah, anoreksi, nafsu makan
menurun atau terjadinya penurunan atau perubahan berat badan
6) Bone (B6), kulit dingin, mudah lelah sebagai akibat penurunan curah jantung dan
menghambat jaringan dari sirkulasi normal.
3. Pemeriksaan diagnostic
a. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan
kerusakan pola, adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel
hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
b. Echocardiography
Mencari kelaianan katup, memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri serta
memperkirakan kapasitas freksi ejeksi
14
c. Rontgen dada ; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan
pulnonal.
d. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
e. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta
mengkaji potensi arteri koroner.
f. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
g. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk
PPOM.
h. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
i. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal
infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase
Laktat/LDH, isoenzim LDH).
15
B. Penyimpangan KDM
16
CHF
Kongesti Pulmonalis
Peningkatan aktivasi otomatik (afternpotential)
dan re-entry
Aritmia ventrikular
Angiotensin I ACE II
Penurunan curah jantung
Peningkatan aktivitas adregenik simpatik
Aktivasi Renin Angiotensin-Aldosteron
Hipertrofi ventrikel
Tekanan hidrostatiklebih besar dari tekanan osmotik
Pemendekan miokardVasokontriksi sistemik
Vasokontriksi ginjal
Perembesan cairan ke alveoli
Kerusakan perukaran gas
Pengeluaran aldosteronGFR turun
Kematian mendadak
Penurunan eksresi Natrium dan H2o dalam Urine
Peningkatan reabsorbsi natrium dan H2o dalam
tubulus
Pengisian LV turun
Penurunan urine output, peningkatan volume plasma,
peningkatan tekanan hidrostatik
PK GGA Gangguan perfusi jaringan
Aliran darah tidak adekuat ke jantung dan
otak
Penurunan tingkat kesadaran
Edema paru
Pengembangan paru tidak optimal
Pola nafas tidak efektif
Resti kelebihan volume cairan
17
Resti penurunan curah jantung
Penurunan suplai O2 ke miokardium
Syok Kardiogenik
Kematian
Resti kelebihan volume cairan
Peningkatan hipoksia jaringan miokardium
Perubahan metabolism miokardium
Nyeri dada Iskemia miokardium
Infark Miokardium
Kelemahan fisik
Kondisi dan prognosis penyakit
Aktivasi RAS
Pasien selalu terjaga
Insomnia
Kecemasan Kurang PengetahuanResiko ketidakpatuhan pengobatan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri,
perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.
2. Nyeri dada berhubungan dengan penurunan suplai darah ke miokardium, perubahan
metabolism dan peningkatan prosuksi asam laktat
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perembesan cairan ke alveoli, kongesti
paru sekunder, perbahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal dan kelebihan
cairan pada paru-paru.
5. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung.
6. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan suplai darah ke atak.
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke
jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
9. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake,
mual muntah dan anoreksia.
10. Insomnia berhubungan dengan batuk dan sesak nafas
11. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan.
12. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan,
situasi krisis dan ancaman.
13. Konstipasi berhubungan dengan penurunan intake, serat dan penurunann bisisng usus.
18
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama dan konduksi elektrikal.
Dalam waktu 3 x 24 jam penurunan CO dapat diatasi dan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung serta haluaran urine 1-2 cc/KgBB/jam.Kriteria hasil :1. Pasien melaporkan penurunan
episode dyspnea2. Pasien berperan dalam aktivitas
mengurangi beban kerja jantung3. TD 110-120/ 70-90 mmHg4. Nadi 80-100 x/ menit5. Pada EKG tidak ditemukan
aritmia6. CRT < 3 detik7. Produksi urine 1-2 cc/KgBB/jam
4. Kaji dan laporkan tanda penurunan curah jantung
5. Periksa keadaan klien dengan auskultasi nadi apical. Kaji frekuensi, irama jantung (dokumentasikan disritmia)
6. Catat bunyi jantung
7. Palpasi nadi perifer
8. Pantau haluaran urine dan karakteristiknya
9. Istirahatkan pasien pada posisi semifowler
10. Kaji perubahan sensori (letargi, cemas dan depresi)
Mortalitas dan morbiditas sehubungan Mitral Insufisiensi > 24 jam pertama
Takikardi bisa terjadi pada saat istirahat untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel
S1 dan S2 lemah karena enurunnya kerja pompa jantung, irama gallop S3 atau S4 dihasilkan sebagai kompensasi aliran darah kedalam serambi jantung
Penurunan curah jantung menunjukkan penurunan nadi yang bersifat cepat hilang, tidak teratur bahkan terkadang dapat menimbulkan pulsus alteren
Respon ginjal untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium, haluaran urine biasanya menurun selama tiga hari karena perpindahan cairan ke jaringan
Menurunkan kebutuhan kerja jantung dengan cara mengurangi kerja jantung dan melapangkan rongga thorak untuk ekspansi paru yang optimal
Menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sekunder terhadap penurunan CO
19
2. Nyeri dada berhubungan dengan penurunan suplai darah ke miokardium, perubahan metabolism dan peningkatan prosuksi asam laktat
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan dan mendapatkan respon penurunan nyeri dada.Kriteria hasil :1. Secara subjektif pasien
mengatakn penurunan rasa nyeri2. TD 110-120/ 70-90 mmHg
11. Ciptakan lingkungan tenang
12. Berikan support O2 dengan nasal kanul sesuai instruksi
13. Hindarkan maneuver dinamik (mengejan pada saat BAB)
14. Kolaborasi pemberian diet jantung
15. Kolaborasi pemberian terapi digitalis
16. Kolaborasi pemberian diuretic
1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, durasi dan penjalaran nyeri
2. Anjurkan pada pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera
Stress emosi menghasilkan vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah serta kerja jantung
Antisipasi terjadinya hipoksia pada miokardium
Meningkatkan aliran balik vena dan resistensi aliran sistemik secara simultan dan mengakibatkan stroke volume yang tinggi sehingga beban kerja jantung meningkat.
Pengaturan diet yang baik dapat menurunkan kerja dan ketegangan otot jantung
Meningkatkan kekuatan kontraktilitas miokardium dan memperlambat frekuensi kerja jantung
Merangsang curah jantung yang normal dan menurunkan gejala kongesti diuretic blok reabsorbsi diuretic dan menurunkan reabsorbsi natrium serta air.
Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri
Nyeri berat dapat mengakibatkan syok kardiogenik dengan dampak kematian
20
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru tidak optimal dan kelebihan cairan pada paru-paru.
3. Nadi 80-100 x/ menit4. Wajah rileks5. Tidak terjadi penurunan perfusi
perifer
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perbahan pola nafasKriteria hasil :1. Secara subjektif pasien
melaporkan sesak berkurang2. RR 80-100 x/menit
3. Lakukan managemen nyeri :a. Atur posisi fisiologis pasien
b. Istirahatkan pasien
c. Beri oksigen 2-3 lpm
d. Managemen lingkungan : tenang dan batasi pengunjung
e. Ajarkan relaksasi nafas dalam
f. Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri
4. Kolaborasi pemberian terapi antiangina
1. Auskultasi bunyi nafas (crackles)
2. Kaji edema
Meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan nyeri sekunder dari iskemia jaringan
Menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer sehingga asupan ke miokardium lebih optimal
Meningkatkan kandungan O2 jaringan dan menghindarkan iskemia
Menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung memungkinkan pasien mendapatkan O2 maksimal
Meningkatkan asupan O2 dan menghindarkan iskemia
Menurunkan stimulus dengan peningkatan produksi endofrin dan ankefalin yang dapat memblok reseptor nyeri
Bertujuan meningkatkan aliran darah dan mengoptimalkan O2 ke miokardium
Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
Menunjukkan tanda kongesti atau overload cairan
21
4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perembesan cairan ke alveoli, kongesti paru sekunder, perbahan membrane kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial
3. Respon batuk berkurang
Dalam waktu 3 x 24 jam tidak ada keluhan sesak atau respon yang menyatakan penurunan sesakKriteria hasil :1. Secara subjektif pasien
melaporkan sesak berkurang2. RR 80-100 x/menit3. Tidak ada penggunaan otot bantu
nafas
3. Ukur intake dan output urine
4. Pertahankan asupan cairan 2000 cc/ 24 jam dalam toleransi kardiovaskuler
5. Kolaborasi :a. Diet tanpa garam
b. Terapi diuretic
c. Pantau nilai laboratorium, elektrolit
1. Beri support O2 4-6 lpm
2. Pantau saturasi, pH, BE, HCO3
3. Koreksi keseimbangan asam basa
4. Cegah atelektasis dengan melatih batuknefektif dan nafas dalam
Penurunan CO berakibat gangguan pada ginjal, retensi natrium/ air
Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, namun tetap dalam pembatasan terkait dekompensasi jantung
Natrium dapat meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung
Menurunkan volume plasma dan retensi cairan di jaringan
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
Meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas
Diketahuinya tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas
Mencehag asidosis yang memperberat pernafasan
Kongesti berat memperburuk proses pertukaran gas dengan dampak hipoksia
22
5. Gangguan perfusi perifer berhubungan dengan penurunan curah jantung.
Dalam waktu 2x 24 jam perfusi perifer meningkatCriteria hasil :1. Pasien tidak mengeluh pusing2. TD 110-120/ 70-90 mmHg3. Nadi 80-100 x/ menit4. CRT < 3 detik5. Haluaran urine > 600 cc/hari
5. Kolaborasia. Pemberian IVFD RL 500cc/24
jamb. Digoxin 1-0-0c. Furosemid 2-1-0
1. Ukur dan bandingkan TD kedua lengan dalam posisi baring, duduk dan berdiri
2. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer dan diaphoresis secara periodic
3. Kaji kualitas peristaltic
4. Kaji adanya kongesti hepar
5. Pantau urine output
6. Catat suara murmur
7. Pantau frekuensi dan irama jantung
8. Beri makanan kecil/ mudah dikunyah
Meningkatkan kontraktilitas otot jantung dan mencegah timbulnya edema
Mencehag terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH
Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi ventrikuler, hipertensi merupakan fenomena umum berhubungan dengan nyeri karena pengeluaran katekolamin
Diketahuinya derajat hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer
Mengetahui pengaruh hipoksia terhadap fungsi saluran cerna dan dampak penurunan elektrolitDampak gagal jantung kanan, jika berat akan ditemukan adanya kongesti pada hepar
Output < 600 cc/hari merupakan tanda syok kardiogenik
Adanya gangguan aliran darah dalam jantung (kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar)
Menunjukkan komplikasi disritmia
Makanan besar meningkatkan kerja miokardium
23
6. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan suplai darah ke otak.
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan perfusi organ.
Dalam waktu 2 x 24 jam kesadaran tetap penuh dan CO adekuat sebagai peningkatan perfusi jaringan otakKriteria hasil :1. Pasien tidak mengeluh pusing2. TD 110-120/ 70-90 mmHg3. Nadi 80-100 x/ menit4. Tidak ada sesak, sianosis,
diaphoresis5. Akral hangat6. BJ tunggal kuat7. Sinus rythme8. Produksi urine > 30 cc/jam9. GCS 15
Dalam waktu 3 x 24 jan tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemikKriteria hasil :1. Pasien tidak sesak2. Jika ada oedema dapat berkurang3. Pitting edema negative4. Produksi urin > 600 cc/hari
1. Kaji status mental secara periodic
2. Observasi perubahan sensori dan tingkat kesadaran pasien yang menunjukkan penurunan perfusi otak (gelisah, bingung, apatis)
3. Anjurkan pasien mengurangi aktivitas
4. Catat adanya keluhan pusing
5. Pantau frekuensi dan irama jantung
1. Kaji adanya edema ekstermitas
2. Kaji TD secara periodic
3. Kaji distensi vena jugularis
4. Ukur intake dan output cairan
5. Kolaborasi :a. Pemberian diet tanpa garam
Diketahuinya derajat hipoksia pada otak
Bukti actual terhadap penurunan aliran darah ke jaringan serebral
Aktivitas berlebih dapat meningkatkan beban kerja jantung dan akan menurunkan suplai darah ke otak
Pusing merupakan manifestasi penuruinan suplai darah ke otak
Menunjukkan komplikasi disritmia
Edema menandakan gagal kongestif/ kelebihan volume cairan
Peningkatan TD akibat peningkatan beban kerja jantung sebagai dampak peningkatan jumlah cairan
Cairan berlebih meningkatkan beban ventrikel kanan yang dapat dipantau pada pemeriksaan vena jugularis
Penurunan CO dapat diakibatkan karena gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air dan penurunan haluaran urine
Natrium dapat meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan volume plasma yang berdampak pada peningkatan beban kerja
24
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
9. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake, mual muntah dan anoreksia.
Dalam 4 x 24 jam aktivitas pasien sehari-hari terpenuhi.Kriteria hasil :1. Pasien beraktivitas tanpa ada
tanda-tanda terjadinya hipoksia atau menunjukkan adaptasi yang adekuat
Dalam waktu 3 x 24 jam status nutrisi adekuatKriteria hasil :1. Secara subjektif pasien
termotivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi
2. Porsi makan meningkat
b. Beri diuretic
c. Pantau nilai elektrolit
1. Catat frekuensi dan irama jantung atau perubahan TD sebelum dan sesudah aktivitas
2. Tingkatkan istirahat, beri aktivitas ringan
3. Anjurkan pasien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen (mengejan)
4. Jelaskan pola peningkatan aktivitas, seperti : bangun dari kursi, bila kuat lakukan ambulasi lalu istirahat
5. Evaluasi TTV saat ada kemajuan aktivitas
6. Beri waktu istirahat diantara aktivitas
7. Observasi frekuensi nafas, dysonea, sianosis serta diaphoresis
1. Jelaskan manfaat nutrisi untuk kesehatan
2. Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang disediakan RS
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat, kecil dan diet TKTPRG
jantung
Menurunkan volume plasma dan retensi cairan
Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi
Perubahan yang signifikan menunjukkan penurunan oksigen di miokard
Menurunkan kerja miokard
Dapat meningkatkan beban kerja jantung
Adaptasi jantung terhadap peningkatan beban aktivitas
Antisipasi fungsi jantung menurun
Tidak memaksakan jantung bekerja terus menerusAntisipasi dampak penurunnan fungsi jantung
Pemahaman yang baik akan membuat pasien kooperatif dalam mengikuti anjuran
Menghindari makanan yang dapat mengakibatkan komplikasi penyakitnya
Peningkatan selera makan dan mencegah mual
25
10. Insomnia berhubungan dengan batuk dan sesak nafas
11. Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis dan ancaman.
Dalam waktu 3 x 24 jam kualitas tidur pasien optimal.Kriteria hasil :1. Klien tidak mengeluh
mengantuk pada saat bangun tidur
2. Klien menyatakan rasa segar saat bangun tidur
3. Kuantitas tidur pasien 6-7 jam/ 24 jam
Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan pasien berkurangKriteria hasil1. Pasien menyatakan
kecemasannya berkurang2. Pasien mampu mengidentifikasi
penyebab cemas
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien
5. Beri motivasi dan dukungan psikologis
6. Kolaborasi :a. Dengan nutrient tentang
pemenuhan gizi pasienb. Pemberian multivitamin
1. Catat pola istirahat dan tidur pasien pada siang dan malam hari
2. Atur posisi fisiologis
3. Beri O2 support sesuai indikasi
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
5. Lakukan managemen sentuhan
6. Kolaborasi pemberian sedative
1. Bantu pasien mengekspresikan perasaan cemasnya
2. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan serta damping pasien
3. Hindari konfrontasi
Memberikan perasaan positif pada pasien seaan-akan makan ditengah keluarga
Dukungan dan sugesti positif
Pemenuhan kebutuhan vitamin dan memperbaiki daya tahan tubuh
Teridentfikasinya kebiasaan tidur pasien
Meningkatkan asupan O2 dan rasa nyaman
Meningkatkan kebutuhan O2 miokardium dan menghindarkan iskemia
Menurunkan stimulus nyeri eksternal
Membantu menurunkan stimulus eksternal dan sugesti psikologis non verbal
membantu pemenuhan tidur pasien
Cemas berkepanjangan memberikan dampak serangan jantung
Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah dan gelisah
Membangkitkan rasa marah dan
26
3. Pasien kooperatif terhadap tindakan
4. Wajah terlihat rileks4. Tingkatkan control sensasi pasien
5. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan kecemasannya
6. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekatnya
menghilangkan BHSPBeri informasi tentang kondisi pasien, hargai beri pujian yang wajar.
Menghilangkan ketegangan terhadap rasa khawatir
Keterlibatan orang terdekat memotivasi pasien untuk tetap yakin dan bersemangat mengikuti proses pengobatannya.
27
E. EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien dengan CHF
1. Tidak terjadi kegawatan sebagai akibat penurunan curah jantung
2. Pasien terbebas dari nyeri
3. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari
4. Menunjukkan peningkatan curah jantung
a. TTV dalam batas normal
b. Terhindar dari resiko penurunan perfusi perifer
c. Tidak terjadi kelebihan volume cairan
d. Tidak sesak
e. Edema ekstermitas tidak terjadi
5. Menunjukkan penurunan kecemasan
6. Memahami penyakitnya dan tujuan perawatan
a. Mematuhi semua aturan medis
b. Mengetahui kapan harus meminta bantuan jika episode nyeri atau kegawatan muncul
c. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas
komplikasi
d. Mampu menjelaskan terjadinya gagal jantung
e. Mematuhi dan melaksanakan perawatan diri
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Edisi 8, Unit 16. Editor :
Smeltzer & Bare, Alih Bahasa : Agung Waluyo et al, Editor bahasa Indonesia : Monica
Ester. EGC, Jakarta.
Doenges, E. Maryllin (2010). Nursing Care Plans, Guidelines for Individualizing Client Care
Accros the Life Span. FA Davis Company, Philadelphia.
Figueroa M & Peters J. 2006. Congestive Heart Failure: Diagnosis,
Pathophysiology, Therapy, and Implications for Respiratory
Care. Available at Journals of Respiratory Care.
http://www.rtjournalonline.com/chf.pdf diakses tanggal 5 mei 2014
Muttaqin, Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system
kardiovaskuler dan hematologi, Salemba Medika, Jakarta
Price & Wilson, (2005), Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2, Edisi
6. Alih Bahasa : Brahm U. Pedit et al; editor : Huriawati Hartanto et al. EGC, Jakarta.
Silbernagi, S. & Florian, Lang (2006). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Alih Bahasa :
Iwan S & Iqbal M, Editor Bahasa Indonesia : Titiek Resmisari, EGC, Jakarta.
Wilkinson, Judith M. & Ahern Nancy R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
diagnose NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Alih Bahasa : Esty
Wahyuningsih, Editor Bahasa Indonesia : Dwi Widiarti. EGC, Jakarta
29