lp chf

19
BAB I KONSEP MEDIS A. Pengertian CHF ( Congestive Heart Failure ) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompo darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi. (buku ajar medikal bedah brunner dan suddarth) B. Etiologi a. Kelainan otot jantung CHF paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan menurunya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencangkup ateroklorosis koroner , hipertensi arteri,dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi b. Ateroklerosis koroner Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung c. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Upload: doni-luter

Post on 21-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chf

TRANSCRIPT

Page 1: lp chf

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian

CHF ( Congestive Heart Failure ) adalah ketidakmampuan jantung

untuk memompo darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan akan oksigen dan nutrisi. (buku ajar medikal bedah

brunner dan suddarth)

B. Etiologi

a. Kelainan otot jantung

CHF paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

menyebabkan menurunya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencangkup ateroklorosis koroner ,

hipertensi arteri,dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi

b. Ateroklerosis koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung

c. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatkan beban kerja jantung dan pada giliranya

mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung

d. Peradangan dan penyakit miokardium

degenerative

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung.mekanisme yang

biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung

Page 2: lp chf

(misalnya : stenosis katup seminuler ), ketidak mampuan jantung untuk

mengisis darah ( misalnya : tempo nade perikardium, perikarditis

konstriktif atau stenosis katup AV) atau pengosongan jantung abnormal

( misalnya : insufisiensi katup AV)

f. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan

beratnya gagal jantung antara lain meningkatnya laju metabolisme

(misalnya : demam), hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan cura

jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik

C. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasarai gagal jantung meliputi gangguan

kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih

rendah dari curah jantung normal.konsep jantung paling baik dijelaskan

dengan persamaan CO = HR X SV ( CO: cardiac output , HR : heart rate ,

SV : volume sekuncup ).

Frekuensi jantung adalah fungsi sistem saraf otonom. Bila curah

jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat prekuensi jantung

untuk mempertahankan curah jantung, bila mekanisme kompensasi ini gagal

untuk mempertahankan perfusi jaringan yang memadai, maka volume

sekuncup jantung lah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan

curah jantung

Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan

kekakuan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan cura jantung

normal masih dapat dipertahankan

Volume sekuncup, jumlah darah yang di pompa pada setiap kontraksi.

Hal ini tergantung pada tiga faktor :

Page 3: lp chf

1. Preload : Jumlah darah yang mengisi

jantung berbanding langsung dengan tekanan yang di timbulakan oleh

panjangnya regagan serabut jantung

2. Kontraktilitas : Mengacuh pada

perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan

berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar

kalsium

3. Afterload : Mengacuh pada besarnya

tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah

melawan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan artriola.

Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut

teganggu, hasilnya curah jantung berkurang.

D. Manifestasi Klinis

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intra

vaskuler. Kongestif jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang

meningkat akibat turunya curah jantung pada ke gagalan jantung. Peningkatan

tekanan vena vulmonalis dapat menyebabkan cairan mengalir dari kaviler

paru ke alveoli akibatnya terjadi edema paru, yang di manifestasikan dengan

batuk dan nafas pendek. Meningkatnya tekanan vena sistemik dapat

mengakibatkan edema verifer umum dan penambahan berat badan.

Turunya curah jantung pada gagal jantung di manifestasikan secara

luas karena darah tidak dapat mencapai jaringan dan organ ( perfusu rendah ).

Untuk menyampaikan oksigen yang dibutuhkan. Efek yang biasanya

ditimbulakan akibat perfusi rendah : pusing, konfusi, kelelahan, tidak toleran

terhadap latihan dan panas, ekstermitas/akral dingin, haluaran urin berkurang

(oliguri).

1. Gagal jantung kiri :

Page 4: lp chf

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel

kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan

tekanan dalam sirkulasi paru menyebabkan cairan terdorong kejaringan

paru. Manifestasinya; dispneu, ortopneu, fatique, proximal nocturnal

dyspnea(PND) ortopneu pada malam hari, batuk, mudah lelah,

kegelisahandan kecemasan, chene stokes, takikardi, ronchi dam kogesti

vena pilmonalis.

2. Gagal jantung kanan:

Fatique, edema, anoreksia dan hipertropi ventrikel kanan, mur mur,

tanda-tanda penyakit paru kronik,hidrotoraks, hepatomegali dan pitting

edema

3. Gagal jantung kongestif

Gabungan manifestasi gagal jantung kiri dan kanan

Klasifikasi pungsional NYHA (New york hert association) dibagi atas

empat kelas :

Kelas I : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan.

Kelas II : Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat, lebih berat dari

aktifitas sehari – hari tampa keluhan .

Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari – hari

Kelas IV : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun

dan harus tirah baring

E. Komplikasi

1. Thrombosis vena dalam karena

pembentukan bekuan vena karena statis darah

2. Syok kardiogenik

3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian

obat-obatan digitalis

Page 5: lp chf

F. Pemeriksaan Penunjang

1. EKG dapat menunjukan hipertropi

ventrikel dan tegangan atau melihat penyakit yang mendasari seperti

imfark miokarn dan aritmia

2. X ray akan menunjukkan

kardiomegali dan kemungkinan corakan vaskuler paru yang

mengambarkan kranealisasi,garis kerley A/B,infiltrak perikordial kedua

paru dan efusi pleura serta kongesti vaskular pulmonal

3. Ekokardiografi akan mendeteksi

hipertropi, dilatasi ruang jantung dan kontraksi abnormal.

4. AGD (Analisa Gas Darah) arteri

untuk mendeteksi hipoksemia

5. Tes fungsi hati dapat meningkat

disertai kongesti hepatik.

6. Skan jangtung tindakan penyuntikan

fraksi dan memperkirakan gerakan dinding jantung.

7. Kateterisasi jantung tekanan

abnormal merupakan indiksi dan membatu membedakan ggal jantung

sisi kanan vs sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Juga

mengkaji patensi arteri koroner . zat kontras disuntikkan dalam ventrikel

menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi fraksi /perubahan

kontraktilitas.

8. Enzim hepar meningkat dalam

gagal/kongesti hepar.

9. Mungkin berubah karena

perpindahan cairan /penurunan funtgsi ginjal,terapi diuretik

G. Penatalaksanaan Medis

Page 6: lp chf

a. Meningkatkan oksigenasi dengan

pemberian O2 dan menurunkan kosumsi O2 melalui istirahat/ pembatasan

aktivitas.

b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

1. Mengatasi keadaan yang repersibel

termasuk tiroktoksikasi, miksedema, dan aritmia

2. Digitalis :

1. Dosis digitalis

a) Digoksin oral untuk digitalis cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 ampai 6

dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2 X 0,5 mg selama 2

sampai 4 hari

b) Digoksin IV 0,75 – 1 mgdalam 4 dosis selama 24 jam

c) Cedilanid IV 1,2 – 1,6 mg dalam 24 jam

2. Dosis penunjang untuk gagal jantung digoksi 0,25 mg per

hari untuk pasien usila dan gagal ginjal dosis disesuaikan

3. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal

akut yang berat

a) Digoksin 1 – 1,5 mg IV perlahan lahan

b) Cedilanid 0,4 – 0,8 mgIV perlahan lahan

c. Menurunkan beban jantug

1. Diet rendah garam

NYHA kelas IV diberikan diuretik digoksin dan penghambat

angiotensin conferting enzim (ACE) diperlukan mengingat usia harapan

hidup pendek.

NYHA kelas II-III diberikan

1. Diuretik dosis tinggi dan menengah

(furosemid 40-80 mg)

Page 7: lp chf

2. Digksin pada pasien dengan fibrilasi

atrium atau kelainan irama sinus

3. Penghambat ACE (kartopril mulai

dosis 2x6,25mg atau setara penghambat ACE yang lain,dosis

ditingkatkan secara bertahap dengan memperhatikan TD

pasien),ISDN (isosorbid dinitrat) pada pasien dengan

kemampuan aktifitas yang terganggu atau adanya iskemi

menetap dosis mulai 3x10-15 mg .semua obat ini harus

difiltrasi secara bertahap.

d. Diuretik

Menghilangkan cairan tubuh berlebihan dan menurunkan

tekanan ventrikel sehinggah mengurangi beban awal tapi tidak

mengurangi curah jantung.atau kelansungan hidup .macam-macam

diuretik;

1. Furosemid 40 – 80 mg dosis

penunjang rata – rata 20 mg, efek samping berupa hipokalemi yang

dapat siatasi dengan suplai garam kalium atau diganti dengan

spironolakton

e. Vasodilator

Menurunkan kerja jantung dengan melebarkan pembulu darah

perifer, menurunkan tekanan dan volume yang mengisis ventrikel

(preload) dan menurunkan impendansi ejeksi ventrikel kiri dan

memperbaiki volume sekuncup.

Page 8: lp chf

A. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Nyeri berhubungan dengan reaksi radang paru

2. Resiko gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kafiler

alveolus

3. Intoleransi aktiviti b/ d kelemahan

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d edema

5. Kecemasan b/ d kurang pengetahuan tentang penyakitnya

B. Rencana Keperawatan dan Rasionalnya

1. Nyeri berhubungan dengan reaksi radang paru

Tujuan :

Klien mengatakan nyeri dada hilang/terkontrol

Intervensi :

a. Pantau/catat karaktristik

nyeri

R/ Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjasdi

sebagai temuan pengkajian.

b. Kaji intensitas nyeri

R/ untuk menilai nyeri dengan membandingkan pengalaman yang

lain.

c. Anjurkan pasien untuk

melaporkan nyeri dengan segera

R/ penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaan

nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat.

d. Berikan lingkungan yang

tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.

Page 9: lp chf

R/ menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan

jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan kepatuhan

terhadap situasi saat ini.

e. Bantu untuk melakukan

teknik relaksasi

R/ membantu dalam penurunan persepsi/respon nyeri

f. Pantau tanda-tanda vital

R/ depresi pernapasan dapat terjasi

2. Resiko gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran

kapiler

Tujuan;

Klien akan mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat pada jaringan, yang ditunjukkan oleh GDA/oksigenasi dalam

rentang normal dan bebas gejala disstres pernapasan.

Intervensi;

a. Auskultasi bunyi napas,catat bunyi mengi

R/ meyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan sekret

menunjukkan kebutuhan untuk intervensi selanjutnya.

b. Anjurkan klien untuk batuk efektif dan napas dalam

R/ membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen.

c. Anjurkan perubahan posisi sesering mungkin

R/ membantu mencegah atelektasis dan pnemouni

d. Pertahankan duduk di kursi atau tirah baring dengan kepala tempat

tidur ditinggikan.

R/ menurunkan komsumsi O2 /kebutuhan dan mengikutkan

pergerakan paru maksimal

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi,misalnya diuretik contoh

purosemid.

Page 10: lp chf

R/ menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas

3. Intoleransi aktiviti b/d kelemahan

Tujuan;

a. Berpartisipasi pada aktivitas yang dinginkan,

memenuhi kebuttuhan perawatan diri sendiri dan mencapai toleransi

aktivitas yang dapat diukur .

Intervensi;

b. Kaji penyebab kelemahan contoh: nyeri

R/ kelemahan adalah efek samping beberapa obat nyeri program

penuh stressyang memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan

c. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah

aktivitas, khusnya bila pasien menggunaqkan vasodilator,diuretik,

penyekat beta.

R/ hipertensi orthostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek

obat vasodilatasi perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh

fungsi jantung

d. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas,

catat takikardi ,disritmia, dispnea, berkeringat dan pucat.

R/ penurunan/ketidak mampuan miocardium untuk meningkatkan

volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan

segerah pada prekuensi jantung dan kebutuhab oksigen juga

peningkatan kelelahan dan kelemahan

e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri

sesua indikasi

R/ pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tampak

mempengaruhi stress miocard dan kebutuhan oksogen berlebihan

f. Implementasikan program rehabiltas

jantung/aktivitas.

Page 11: lp chf

R/ peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung

atau konsumsi O2 berlebihan

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d edema

Tujuan;

a. Volume cairan stabil

b. Keseimbangan pemasukan dan pengeluaran

c. TTV dalam batas normal

d. Edema

Intervensi;

a. Pantau haluaran urin, catat jumlah danwarna saat

dimana hari terjadi diuresis

R/haluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan

perkusi ginjal posisi terlentang membantu deuresis, sehingga

haluaran urin dapat di tingkatkan pada malam atau selama tirah

baring

b. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran

selama 24 jam

R/ terapi deuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba –

tiba atau berlebihan meskipun edema atau masih asites

c. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi

fowler selama fase akut

R/ posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal yang menurunkan

produksi ADH sehingga meningkatkan deuresis

d. Ubah posisi sesering mungkin .tinggikan kaki bila

duduk,lihat permukaan kulit,pertahankan tetap kering

Page 12: lp chf

R/ pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan

nutrisi dari mobilisasi/ tirah baring lama merupakan stresor yang

mempenggaruhi integritas kulit.

e. Auskultasi napas catat penurunan atau bunyi

tambahan ,catat adanya peningkatan dispnea,takipnea, ortopnea.

R/ kelebihan kongestif paru, gejalah edema paru dapat

menunjukkan gagal jantung kiri akut

f. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

R/ meningkatkan aliran urin dan dapat memperlambat reabsorsi

natrium pada tubulus ginjal

5. Kecemasan b/d kurang pengetahuan tentang penyakitnya

Tujuan;

Klien akan mengungkapkan kecemasan berkurang/ teratasi

dengan kriteria: klien tidak lagi bertanya – tanya tentang penyakitnya,

klien nampak tenang, klien koperativ dengan program pengobatan

Intervensi:

a. Kaji tingkat kecemasan klien

R/ membantu menetapkan intervesi selanjutnya dan mengetahui

sejauman tingkat kecemasan klien

b. Berikan kesempatan pada klien dan keluarganya untuk

mengungkapkan perasaannya

R/ mengurangi rasa cemas beban sikologis klien dengan penyaluran

atau berbagi dengan orang lain

c. Berikan informasi tentang kondisinya

R/ menguragi tingkat kecemasan klien dan menambah pengetahuan

tentang penyakitnya

Page 13: lp chf

d. Berikan dorongan spiritual

R/ mekanisme koping dapat semakin adekuat dengan adanya

spiritual support