lp abortus imminens

29
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, 2002). Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka

Upload: salmandjuli-nyakman

Post on 16-Jan-2016

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan Abortus Imminens

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Abortus Imminens

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan

yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin

sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22

minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa

macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.

Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang

baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan

pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.

Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus

terapeutik (Prawirohardjo, 2002).

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.

Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya

wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya

menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui

kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,

dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang

mengalami abortus spontan.

Page 2: Lp Abortus Imminens

Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin

dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua

secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak

perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin

yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan

kemudian plasenta (Prawirohardjo, 2002).

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di

kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang

sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak

boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal

ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya

abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan

keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir

terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian abortus.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan pada ibu

dengan kejadian Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien abortus imminens

Page 3: Lp Abortus Imminens

b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien abortus imminens

c. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien abortus

imminens

d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien abortus

imminens

C. Manfaat penulisan

1. Manfaat bagi praktik keperawatan

Untuk menambah pengetahuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada

pasien abortus imminens.

2. Manfaat bagi institut

Untuk memberi bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar terutama

pada perawatan abortus imminens, juga sebagai bahan bacaan dan

menambah wawasan bagi mahasiswa keperawatan profesi Ners yang

berkaitan dengan cara perawatan abortus imminens.

3. Manfaat bagi penulis

Untuk menambah pengethuan dan pengalaman penulis tentang abortus

imminens.

Page 4: Lp Abortus Imminens

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi serviks.  (Wiknjosastro, 2005)

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh

akibat”tertentu”)pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau

buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

(Saifuddin, 2007)

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan

ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini

kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

(Syaifudin. Bari Abdul, 2000)

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan

kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat

(Mansjoer, Arif M, 1999)

Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervaginam yang tampak

pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)

Page 5: Lp Abortus Imminens

B. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya

abortus didahului oleh kematian janin.

Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus adalah:

1. Faktor Janin

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan

zigot , embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya

menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:

b. Kelainan telur,telur kosong (blighted ovum),kerusakan embrio,atau

kerusakan kromosom(monosomi,trisomi,atau poliploidi)

c. Embrio dengan kelainan lokal

d. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)

Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari

abortus spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai

kelainan kromosom dan sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)

2. Faktor Maternal

a. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi

janin yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama

atau awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin

secara pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang

dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.Penyakit-penyakit yang

dapat menyebabkan abortus.

Page 6: Lp Abortus Imminens

b. Virus

Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella

zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.

c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.

d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.

e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular

f. Penyakit endrokin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak

mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.

g. Faktor Imunologis

Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human

Leukocyte Antigen)

h. Trauma

Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah

trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan:

1) Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum

gravidatum sebelum minggu ke-8

2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat

hamil.

i. Kelainan Uterus

Hipoplasia uterus, mioma(terutama mioma submukosa),serviks

inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.

j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

Page 7: Lp Abortus Imminens

3. Faktor Eksternal

a. Radiasi

Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat

merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan

keguguran.

b. Obat-obatan

Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak

menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah

di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin ,atau untuk

pengobatan penyakit ibu yang parah.

c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan

benzen.

C. Klasifikasi Abortus :

1. Abortus spontanea

Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau

terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi

bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Abortus Imminens

Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus

pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :

Page 8: Lp Abortus Imminens

1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan

biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-

kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.

2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri

dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan

tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di

garis tengah suprapubis.

Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan

Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin

korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa

tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah

terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik

pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam

mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.

Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua

jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah

abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat

didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi

abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam proses

pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat

jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :

Page 9: Lp Abortus Imminens

1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat

progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun

bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.

3) Pemeriksaan ultrasonografi

b. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang

meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

1) rasa mules lebih sering dan kuat

2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan

pembukaan.

Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret

vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan

Abortus Insipiens meliputi :

1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus

dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan,

maka segera lakukan :

Page 10: Lp Abortus Imminens

a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah

15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat

diulang sesudah 4 jam bila perlu).

b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari

uterus.

2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa

hasil konsepsi.

b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan

intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan

kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil

konsepsi.

c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

c. Abortus Inkompletus

Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil

konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa

tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)

tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang

merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih

lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga

menyebabkan hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:

1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan

berlangsung terus.

Page 11: Lp Abortus Imminens

2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim

yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha

mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama,

cervix akan menutup.

Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam

ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui

serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.

2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan

kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang

terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya

dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2

mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau

misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila

perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes

permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Page 12: Lp Abortus Imminens

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4

jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d. Abortus kompletus

Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah

menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat

dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan

bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan

khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas

ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan

transfusi darah.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan

sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi

belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai

umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun

terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

a. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati

itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed

Page 13: Lp Abortus Imminens

abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone.

Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin

juga dapat menyebabkan missed abortion. Gejala missed abortion

adalah :

1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara

spontan atau setelah pengobatan.

2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,

3) Mamma agak mengendor lagi,

4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

5) Tes kehamilan menjadi negatif

6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe

berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah

mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula

bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan

darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu

dilakukan. Tindakan pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor,

seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai turun.

Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan

tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan

karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia

mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya

dikeluarkan.

Page 14: Lp Abortus Imminens

Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus

dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan

b. Abortus Habitualis

Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali

atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi

hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

D. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau

seluruh jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan

nutrisi dan O2.

Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha

untuk mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi

spontan seluruhnya sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai

penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan gejala umum sakit perut,

karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh

atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :

1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.

2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.

3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat

menimbulkan syok, nadi meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis

dan daerah akral dingin.

Page 15: Lp Abortus Imminens

Bentuk pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :

1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk

sempurna, dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.

2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat

didahului dengan ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan

dilanjutkan dengan pengeluaran placenta, berdasarkan proses

persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.

3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi

ancaman baru dalam bentuk gangguan pembekuan darah.

Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi

1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip

daging.

2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara

amnion dan korion.

3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan

kalsium dan tertekan sampai gepeng.

4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan

laksana kertas.

5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin,

hanya benda kecil yang tidak berbentuk.

6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6

minggu. Bila keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan

dapat terjadi maserasi dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang

Page 16: Lp Abortus Imminens

kepala berimpitan dan perut membesar karena asites/pembentukan gas.

(Manuaba,1998)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil USG Menunjukkan:

a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.

b. Meragukan

c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.

d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin

sudah mati

e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih

hidup

f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

2. Data laboratorium

a. Tes urine

b. hemoglobin dan hematokrit

c. menghitung trombosit

d. kultur darah dan urine

3. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil

konsepsi, tercium bau busuk dari vulva

Page 17: Lp Abortus Imminens

b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau

sudahtertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak

cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau

tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil

dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada

perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

(Ratihrochmat, 2009)

F. Penatalaksanaan

Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus

dan berkurangnya rangsangan mekanik.

Anjurkan Untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau

melakukan hubungan seksual.

Bila perdarahan:

1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila

terjadi perdarahan lagi.

2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan

konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola

hidatitosa)

3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya

dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.

Page 18: Lp Abortus Imminens

4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam

Hidroksiprogesteron

kaproag

500 mg intramuskuler 250mg setiap 12 jam,bila ada

perbaikan, lanjutkan dengan

250mg perhari hingga 7 hari

setelah perdarah berhenti.

a. Asam mefenamat

Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi

efektifitasnya dalam mengatasi ancaman abortus, belum dapat

dikatakan memuaskan.

b.   Penenang penobarbital 3x30 gram valium

c. Anti pendarahan: Adona ,Transami

d. Vit B Komplek

e.   Hormon progesteron

f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston

g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin

Page 19: Lp Abortus Imminens

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,

pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa

medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang

semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.

2. Keluhan utama

Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada

umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang

dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.

3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya

mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio

sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi,

DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat

pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari.

4. Pemeriksaan Fisik

Page 20: Lp Abortus Imminens

5. Pemeriksaan Laboraturium