bst abortus imminens

30
Bed Side Teaching ABORTUS IMMINENS Oleh : Silfia Mandasari 05120089 Oswaldo 05923087 Pembimbing: Dr. Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K) Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi

Upload: oktavianifeby

Post on 05-Aug-2015

72 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: BST Abortus Imminens

Bed Side Teaching

ABORTUS IMMINENS

Oleh :

Silfia Mandasari 05120089

Oswaldo 05923087

Pembimbing:

Dr. Hj. Putri Sri Lasmini, SpOG(K)

Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi

FK Unand/RS. Dr. M. Djamil Padang

2010

Page 2: BST Abortus Imminens

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Abortus adalah pengakhiran kehamilan dengan cara apapun sebelum janin

cukup berkembang untuk dapat hidup diluar kandungan. Di Amerika serikat

dikhususkan untuk pengakhiran kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu yang

didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Defnisi lain yang

digunakan secara umum adalah kelahiran janin-neonatus yang beratnya kurang

500 gr.

Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan

dimana fetus belum sanggup hidup sendiri di luar uterus dengan berat antara 400-

1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sedangkan menurut

Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum usia kehamilan

28 minggu, yaitu fetus belum viable by law. Beda lagi menurut Holmer, abortus

terjadi sebelum kehamilan minggu ke-16. kesimpulan dari beda pendapat di atas

adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

Apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk

mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain

yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).

II.2 Etiologi dan faktor resiko

Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama, dan setelah

itu angka ini eepat menurun (Harlap dan Shiono, 1980). Risiko abortus spontan

meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu dan ayah (Warburton dan Fraser,

1964; Wilson dkk., 1986). Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi

meningkat dari 12 persen pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26

persen pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun. Untuk usia ayah yang sama,

peningkatannya adalah dari 12 sampai 20 persen. Akhirnya, insidensi abortus

meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah

melahirkan bayi aterm (Harlap dan Shiono, 1980).

Page 3: BST Abortus Imminens

Mekanisme pasti yang menyebabkan abortus tidak selalu jelas, tetapi pada

bulan-bulan awal kehamilan, ekspulsi ovum seeara spontan hampir selalu

didahului oleh kematian mudigah atau janin. Karena itu, pertimbangan etiologis

pada abortus dini antara lain meneakup pemastian penyebab kematian janin

(apabila mungkin). Pada bulan-bulan selanjutnya, janin sering belum meninggal

in utero sebelum ekspulsi, dan penyebab ekspulsi tersebut perlu diteliti.

Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin

atau cacat. Kelainan berat dapat biasanya menyebabkan kematian mudigah

pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam

pertumbuhan ialah sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom adalah penyebab langsung abortus spontan.

Suatu metaanalysis menemukan bahwa kelainan kromosom terjadi pada

49 persen abortus spontan. Autosomal Trisomi yang paling sering

diidentifikasi anomali (52 persen), diikuti oleh poliploidi (21 persen) dan

monosomi X (13 persen) .9 Kelainan Kromosom terbanyak yang

mengakibatkan aborsi spontan adalah kejadian acak, seperti kesalahan

gametogenesis ibu dan ayah, dispermia, dan nondisjunction.

Kelainan structural kromosom individu (misalnya, translokasi,

inversi) dilaporkan dalam 6 persen dari wanita yang melngalami abortus

spontan, dan sekitar satu setengah dari kelainan ini adalah inherited.

Kelainan kromosom lebih cenderung dikaitkan dengan aborsi spontan

berulang, tetapi kejadian ini jarang bahkan dalam sampel hanya 4 sampai

6 persen.

Hubungan antara kelainan kromosom yaitu 50% dari aborsi

tersebut mempunyai kariotipe abnormal, Pada 21 dari 40 pasien dengan

dua aborsi karyotyped, aborsi pertama merupakan kromosom normal,

sedangkan di 19 kasus, abnormal.

b. Lingkungan kurang sempurna

c. Pengaruh dari luar (teratogen)

Page 4: BST Abortus Imminens

2. Kelainan pada genitalia ibu

Misalnya pada ibu yang menderita :

a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain)

b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata

c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menerima nidasi dari ovum

yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen,

endrometritis, mioma submukosa.

d. Uterus terlalu cepat teregang (pada kehamilan ganda, mola)

e. Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

3. Gangguan sirkulasi plasenta

Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia

gravidarum, anomali plasenta, dan endartritis oleh karena lues.

4. Penyakit ibu

Misalnya pada pnemonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, anemia

berat, keracunan, peritonitis, toksoplasmosis, sifilis, tuberkulosis, diabetes

mellitus, dan penyakit sistemik yang berat.

Hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 20 minggu, tetapi dapat

menyebabkan kematian janin dan pelahiran preterm. Celiac sprue (sindrom

malabsorbsi) dilaporkan menyebabkan infertilitas wanita dan pria serta

abortus rekuren (Sher dkk, 1994).

5. Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,

sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

6. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

Umpamanya : obat-obatan uteretonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain.

Atau dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak

langsung karena instrumen, benda dan obat-obatan.

7. Penyakit bapak :

penyakit kronis seperti : TBC, anemi, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan

(alkohol, nikotin, Pb dan lain-lain) sinar Rontgen.

Page 5: BST Abortus Imminens

Faktor Risiko untuk Aborsi Spontan

Ibu usia lanjut

Resiko dari abortus spontan adalah 8,9% pada wanita berusia 20-24

tahun dan 74,7% pada mereka yang berusia 45 tahun atau lebih. Tua usia

ibu adalah faktor risiko yang untuk abortus spontan terlepas dari jumlah

keguguran sebelumnya, paritas, atau periode kalender. Risiko terjadinya

ektopik kehamilan dan kelahiran mati juga meningkat dengan meningkatnya

usia ibu. Kesimpulan kehilangan janin tinggi pada wanita di akhir

30-an atau lebih tua, terlepas dari riwayat reproduksi. Ini

harus dipertimbangkan dalam perencanaan dan konseling kehamilan.(1708)

Suatu study berjudul “Maternal age and fetal loss: population based

register linkage study: meneliti pengaruh dari usia ibu dan kematian

janin. Berdasarkan data kesehatan penduduk Denmark. Lebih dari satu

per lima dari seluruh kehamilan pada wanita berusia 35 tahun

mengakibatkan kematian janin, dan pada usia 42 tahun lebih dari setengah

kehamilan (54,5%) mengakibatkan kematian janin.

Peningkatan risiko kematian janin berkurang pada wanita berusia kurang

dari 20 tahun dan risiko meningkat pada wanita berusia lebih dari 35

tahun. (1708) Grafik

Mengkonsumsi Alkohol

Menggunakan gas anestesi (misalnya, oksida nitrat)

Penyakit kronis ibu: diabetes tak terkontrol, penyakit celiac.

Abortus spontan dan malformasi kongenital mayor meningkat pada

wanita dengan diabetes dependen-insulin. Risiko ini berkaitan dengan derajat

kontrol metabolik pada trimester pertama. Dalam suatu studi prospektif, Mills

dkk (1988) melaporkan bahwa pengendalian glukosa secara dini (dalam 21

hari setelah konsepsi) menghasilkan angka abortus spontan yang setara

dengan angka pada kelompok kontrol nondiabetik Namun, kurangnya

pengendalian glukosa menyebabkan peningkatan angka abortus yang

mencolok Dalam sebuah penelitian dari Children's Hospital of Pittsburgh,

Dorman dkk (1999) melaporkan angka abortus spontan yang secara bermakna

lebih tinggi pada wanita diabetik dibandingkan dengan pasangan nondiabetik

Page 6: BST Abortus Imminens

dari pria dengan diabetes tipe I (27 versus 8 persen). Terjadi penurunan

sementara angka abortus spontan pada para wanita diabetik ini dari 26 persen

sebelum tahun 1969 menjadi 5,7 persen dari tahun 1980 sampai 1989. Para

penulis ini mendalilkan bahwa penurunan ini mungkin disebabkan oleh

perbaikan dalam penanganan medis, misalnya swapemantauan glukosa.

Penyakit autoimun (khususnya sindrom antifosfolipid antibodi)

Merokok

Merokok dilaporkan menyebabkan peningkatan risiko abortus euploidi

(Harlap dan Shiono, 1980). Bagi wanita yang merokok lebih dari 14 batang

per hari, risiko tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan dengan kontrol

normal (Kline dkk, 1980). Armstrong dkk (1992) menghitung bahwa risiko

abortus meningkat secara linier 1,2 kali untuk setiap 10 batang rokok yang

diisap per hari

Pemakai Kokain

Konsepsi dalam waktu tiga sampai enam bulan setelah melahirkan

Menggunakan alat Intrauterine

Infeksi ibu: vaginosis bakteri; mycoplasmosis, herpes simpleks virus,

toksoplasmosis, listeria, klamidia, HIV,

sifilis, parvovirus B19, malaria, gonore, rubella, cytomegalovirus

Konsumsi kopi dalam jumlah lebih dari empat cangkir per hari tampaknya

sedikit meningkatkan risiko abortus (Armstrong dkk, 1992). Risiko

tampaknya meningkat seiring dengan peningkatan jumlah. Dalam suatu studi

oleh Klebanoff dkk., (1999), kadar paraxantin (suatu metabolit kafein) dalam

darah ibu menyebabkan peningkatan dua kali lipat risiko abortus spontan

hanya apabila kadar tersebut sangat tinggi.

Obat: misoprostol (Cytotec), retinoid, methotrexate, non steroid

obat anti-inflamasi

Aborsi spontan sebelumnya

Racun: arsenik, timbal, etilen glikol, karbon disulfida, poliuretan,

logam berat, pelarut organic

Banyak bahan kimia berbahaya yang merupakan predisposisi aborsi

spontan. Mereka termasuk stirena dan monomer lainnya pada industri plastik,

Page 7: BST Abortus Imminens

karbon disulfida dan hidrogen sulfida di industri rayon trichloroethylene, dan

tetrachlorethylene di laundry, dan bahan kimia reaktif banyak industri

farmasi. Analisa frekuensi aborsi spontan di antara perempuan dengan

abortus spontan dianalisis antara pekerja kimia Finlandia 1973-1976

Informasi pada pekerja (9000 wanita)

diperoleh dari file Persatuan Pekerja Kimia; kejadian

abortus diperoleh dari Rumah Sakit Discharge Registry of the National, 52

abortus spontan dicatat pada pekerja kimia, aborsi spontan adalah 8 54%

(abortus spontan/ kehamilan) dan 15 57% (abortus spontan /

Kelahiran), yang secara signifikan lebih tinggi daripada proporsi masing-

masing antara semua wanita Finlandia. Bagian yang memiliki risiko yaitu

plastik, terutama stirena, viscose rayon, dan industri farmasi dan laundry.

Patologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis

jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda

asing oleh uterus. Kemudian uterus berkontraksi uterus yang menyebabkan

ekspulsi untuk mengeluarkan hasil konsepsi tersebut. Apabila kantung dibuka,

biasanya dijumpai janin keeil yang mengalami maserasi dan dikelilingt. oleh

eairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted

ovum.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum menembus

desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada

kehamilan 8-12 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak

dilepaskan secara sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada

kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta.

Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk seperti kantong kosong amnion atau

benda kecil yang tak jelas bentuknya, janin lahir mati, janin masih hidup, mola

kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil.

Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps

dan abdomen kembung oleh eairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan

Page 8: BST Abortus Imminens

terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan dermis. Organ-

organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan amnion mungkin

terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus.

Kadang-kadang, janin akhimya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga

mirip dengan perkamen, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.

Ovulasi dapat kembali terjadi sedini 2 minggu pasea-abortus. Uihteenmaki

dan Luukkainen (1978) mendeteksi lonjakan luteinizing hormone (LH) 16 sampai

22 hari setelah abortus pada 15 dari 18 wanita yang diteliti. Selain itu, kadar

progesteron plasma-yang merosot setelah abortus-meningkat segera setelah

lonjakan LH.

Perubahan-perubahan hormon ini berlangsung seiring dengan perubahan

histologis pada biopsi endometrium seperti yang diuraikan oleh Boyd dan

Holmstrom (1972). Karena itu, kontrasepsi yang efektif perlu dimulai segera

setelah abortus.

Klasifikasi dan Gejala Klinis Abortus spontan

Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanik atau

medisinalis, semata-mata karena faktor alamiah.

a. Abortus komplet

Artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga

rongga rahim kosong.

b. Abortus inkomplet

Hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, sisanya yang ketinggalan

adalah plasenta atau desidua basalis.

Tanda-tandanya adalah:

1. Terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan dan perdarahan masih

berlangsung terus.

2. Cervix tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang

dianggap corpus alienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya

dengan mengadakan kontraksi.

Page 9: BST Abortus Imminens

c. Abortus insipien

Suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi, pada pemeriksaan fisik

ditandai dengan pecahnya selaput janin dan pembukaan servik dan kontraksi

uterus.

Pada abortus insipiens didapatkan tanda-tanda :

1. Perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.

2. Nyeri karena kontraksi rahim kuat

3. Akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan.

4. Hasil konsepsi masih dalam uterus.

d. Abortus imminens

Abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk

mempertahankannya.

Abortus imminens didiagnosis kalau pada kehamilan muda terdapat :

1. Perdarahan pervaginam yang sedikit

2. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.

3. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan.

4. Tidak ditemukan kelainan pada serviks.

Pada abortus imminens masih ada harapan bahwa kehamilan masih

berlangsung terus.

e. Missed abortion

Keadaan janin sudah mati tetapi masih tetap dalam rahim dan tidak

dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

f. Abortus habitualis

Adalah suatu keadaan dimana telah terjadi abortus 3 kali atau lebih secara

berurutan.

g. Abortus infeksi

Abortus yang disertai infeksi pada genitalia, diagnosis ditegakkan dengan

adanya tanda infeksi pada genitalia seperti panas, takikardia, perdarahan

pervaginam yang bau, uterus yang besar dan lembek, nyeri tekan dan

leukositosis.

Page 10: BST Abortus Imminens

ABORTUS IMMINENS

Diagnosis

Diagnosis abortus imminens (threatened abortion) dipikirkan apabila :

Terjadi perdarahan atau rabas (discharge) per vaginam pada paruh pertama

kehamilan. Hal ini sangat sering dijumpai, dan satu dari empat atau lima

wanita mengalami bercak (spotting) atau perdarahan per vaginam yang lebih

banyak pada awal gestasi.

Mereka yang mengalami perdarahan pada awal kehamilan, sekitar separuhnya

akan keguguran.

Perdarahan umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari

sampai beberapa minggu. Sayangnya, akan terjadi peningkatan risiko hasil

kehamilan yang suboptimal dalam bentuk pelahiran preterm, berat lahir

rendah, dan kematian perinatal (Batzofin dkk., 1984; Funderburk dkk., 1980).

Yang utama, risiko malformasi janin tampaknya tidak meningkat.

Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis; nyeri dapat

berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di

panggul; atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

Apapun bentuk nyerinya, prognosis keberlanjutan kehamilan apabila terjadi

perdarahan yang disertai nyeri adalah buruk. Peningkatan angka kematian

perinatal dijumpai pada wanita yang kehamilannya mengalami penyulit

abortus iminens pada awal gestasi.

Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin

korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri

atau dalam berbagai kombinasi, terbukti bermanfaat untuk memastikan apakah

terdapat janin hidup intrauterus. Fossum dkk. (1988) melaporkan bahwa kantung

janin biasanya dapat dilihat dengan sonografi vagina antara 33 sampai 35 hari

sejak hari pertama haid terakhir (Tabel 33-3). Hal ini disertai dengan kadar

gonadotropin korionik sekitar 1000 mlU/ml. Oleh karena itu, apabila kantung

gestasi terlihat dan hCG serum kurang dari 1000 mlU/ml, kedl kemungkinannya

gestasi dapat dipertahankan. Namun, apabila timbul keraguan, perlu dilakukan

pengukuran kadar gonadotropin serial.

Page 11: BST Abortus Imminens

AI-Sebai dkk. (1995) melaporkan bahwa pengukuran progesteron satu kali

memiliki sensitivitas dan spesifisitas 88 persen dalam memperkirakan janin

intrauterus hidup versus mati atau kehamilan tuba. Stovall dkk. (1992)

melaporkan bahwa hanya sekitar 1 persen kehamilan abnormal (abortus inkomplet

spontan dan kehamilan ektopik) yang kadar progesteron serumnya 25 ng/ml atau

lebih. Kadar progesteron serum yang kurang dari 5 ng/ ml berkaitan dengan

konseptus yang telah meninggal, tetapi hal ini tidak dapat menentukan apakah

lokasi kehamilan intra atau ekstrauterus. Hahlin dkk. (1990) melaporkan bahwa

tidak ada kehamilan intrauterus hidup yang kadar progesteronnya kurang dari 10

ng/ ml; dan 88 persen dari kehamilan ektopik dan 83 persen dari abortus spontan

memiliki kadar yang lebih rendah. Oleh karena itu, apabila kantung janin tampak

jelas, kadar gonadbtropin kurang dari 1000 mIU / ml, dan kadar proges teron

serum kurang dari 5 ng/ml, hampir pasti menandakan bahwa tidak terdapat

kehamilan intrauterus.

Dibuktikannya cincin gestasional yang jelas dan berbatas tegas dengan

echo di tengah dari mudigah secara sonografis menandakan bahwa produk

konsepsi cukup sehat (Tabel 33-3). Kantung gestasi tanpa echo sentral dari

mudigah atau janin merupakan isyarat kuat, tetapi belum membuktikan, bahwa

konseptus meninggal. Apabila abortus tidak terhindarkan, rata-rata diameter

kantung gestasi sering lebih kecil daripada ukuran untuk usia gestasinya. Semua

kehamilan intrauterus hidup dapat. dilihat dengan ultrasonografi transvagina pada

hari ke-41 gestasi (Lipscomb dkk., 2000). Selain itu, pada sekitar 45 hari setelah

haid terakhir dan sesudahnya, gerakan jantung janin seharusnya terlihat dengan

ultrasonografi real-time. Emerson dkk., (1992) serta Pellerito dkk., (1992)

melaporkan hasil-hasil yang sangat baik dengan teknik pencitraan color and

pulsed Doppler flow per vaginam daiam mengidentifikasi gestasi intrauterus hid

up.

Diagnosis Banding

Serviks abnormal (e.g., excessive friability, malignancy, polyps, trauma)

Kehamilan Ektopik

Perdarahan idiopatik pada kehamilan

Page 12: BST Abortus Imminens

Infeksi vagina dan serviks

Mola hidaditosa

Abortus spontan

Perdarahan subkhorion

Trauma vagina

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan pènunjang yang diperlukan adalah:

1) USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

2) Test Kehamilan

3) Fibrinogen pada missed abortio

Ketika pada pemeriksaan USG transvaginal, ditemukan uterus kosong dan

jumlah kuantitatif serum hCG lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per

L), maka kehamilan ektopik harus difikirkan. Jika ditemukan kosong pada

pemeriksaan USG mungkin aborsi spontan selesai, tetapi diagnosis tidak pasti

sampai kehamilan ektopik disingkirkan. Jika pemeriksaan USG menemukan

sebuah kehamilan intrauterin, kemungkinan KET tersingkirkan, meskipun

kehamilan heterotopic telah dilaporkan (yaitu, secara simultan kontrasepsi dan

kehamilan ektopik) .

Risiko abortus spontan menurun 50 hingga 3 persen bila detak jantung

janin diidentifikasi pada USG. Ketika pemeriksaan klinis didapatkan leher rahim

melebar, aborsi spontan tidak bisa dihindari.. Namun, evaluasi serviks tidak dapat

digunakan untuk membedakan antara yang abortus complete dan incomplete.

Transvaginal USG harus dilakukan dan sangat dapat digunakan untuk

menemukan jaringan konsepsi, dengan sensitivitas 90 hingga 100 persen dan 80-

92, persen specificity.7 8 Sebuah aborsi spontan biasanya didiagnosis dengan

ultrasonografi rutin atau ketika USG scan diperoleh karena gejala dan tanda-tanda

fisik kehamilan (griebel)

Pemeriksaan laboratorium harus mencakup hidroksida kalium dan "wet

prep" pemeriksaan mikroskopis dari cairan vagina, hitung darah lengkap, hitung

darah dan Rh, dan tes hCG serum kuantitatif. pemeriksaan gonore dan klamidia

Page 13: BST Abortus Imminens

juga harus dipertimbangkan. Ultrasonografi sangat penting dalam

mengidentifikasi status kehamilan dan memverifikasi bahwa kehamilan di

intrauteri.

Penatalaksanaan

Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan

tanpa adanya dilatasi servik.

Penanganan abortus imminens :

1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik

2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan dan coitus dilarang selama 2

minggu.

3. Pemberian progesteron memang tidak banyak manfaatnya.

4. Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah

janin masih hidup.

Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan

kehamilan. Prognosis menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,

mules-mules yang disertai pendataran dan pembukaan servik.

Komplikasi

1. Perdarahan

2. Perforasi

3. Infeksi

4. Gagal ginjal akut

5. Syok

Page 14: BST Abortus Imminens

DAFTAR PUSTAKA

1. Winkjosastro, H : Ilmu Kebidanan edisi ketiga cetakan keempat. Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. 1999; 302-312.

2. Mochtar R. Abortus dan kelainan dalam kehamilan. Dalam : Sinopsis

Obstetri. Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta, 1998; 209-217

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23.

The Mc Graw-Hill Companies. New York, 2001

4. Latest Research : spontaneous Abortion. Diakses dari

http://www.fertilitysolution.com/PDF/abort.pdf

5. Estronaut : Signs of a Spontaneus Abortion. Diakses dari

http://www.gennexhealth.com

6. Mansjoer A, dkk. Kelainan Dalam Kehamilan. Dalam : Kapita Selekta

Kedokteran. Edisi ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta, 2001; 260-265.

7. K Hemminki', dkk. Spontaneous Abortions Among Female Chemical

Workers in Finland.'Department of Industrial Hygiene and Toxicology,

Institute of Occupational Health, Haartmaninkatu 1, SF-00290 Helsinki

29, Finland. Journal of Assisted Reproduction and Genetics, Vol. 15, No.

5, 1998

8. INFECTION AND IMMUNITY, Jan. 1993, p. 124-134

9. Am J Hum Genet. A Cytogenetic Study of Repeated Spontaneous

Abortions. 32:723 -730, 1980

10. AnneMarie Nybo Andersen, dkk.Maternal age and fetal loss: population

based register. BMJ VOLUME 320 24 JUNE 2000 bmj.com

11. Management of Spontaneous Abortion CRAIG P. GRIEBEL, M.D.,

JOHN HALVORSEN, M.D., THOMAS B. GOLEMON, M.D., and

ANTHONY A. DAY, M.D., University of Illinois College of Medicine at

Peoria, Peoria, Illinois. October 1, 2005. Volume 72, Number 7 di akses

dari www.aafp.org/afp American Family Physician

Page 15: BST Abortus Imminens

ILUSTRASI KASUS

Seorang pasien wanita umur 23 tahun datang ke IGD RSUP DR. M.

Djamil Padang tanggal 28 Oktober 2010 pukul 13.00 WIB dengan :

Keluhan Utama : Keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan sejak 2 jam sebelum

masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

Keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan sejak 2 jam sebelum masuk

rumah sakit, darah berwarna merah kehitaman dan membercaki celana

dalam. Keluar jaringan seperti daging disangkal,

Riwayat keluar jaringan seperti mata ikan disangkal

Riwayat trauma (-), demam (-), keputihan (-)

Terlambat haid sejak + 2 bulan yang lalu

HPHT 23 oktober 2010

BAB dan BAK biasa.

Riwayat menstruasi : menarche usia 13 tahun, siklus 1xsebulan, lamanya

6-7 hari, banyaknya 2-3 x ganti duk/hari, nyeri (-)

Ini adalah kehamilan yang ke 2, anak terkecil berusia 2 tahun 4 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak pernah menderita penyakit jantung, penyakit paru, penyakit ginjal,

penyakit diabetes melitus dan hipertensi.

Riwayat keguguran sebelumnya tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit

menular dan penyakit kejiwaan

Riwayat perkawinan :

1 x tahun 2003

Riwayat kehamilan / abortus / persalinan : 2 / 0 / 1

Page 16: BST Abortus Imminens

1. Tahun 2008, perempuan, 3400 gram, cukup bulan, bidan, normal, hidup

2. Sekarang

Riwayat Imunisasi : Tidak ada

Riwayat kontrasepsi : Tidak ada

Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis :

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,90C

Keadaan Gizi :

Tinggi Badan : 152 cm

Berat Badan : 53 kg

Edema : -

Anemis : -

Ikterus : -

Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik

Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, kelenjer tiroid tidak membesar

Thorax : Jantung dan Paru dalam batas normal

Abdomen : Status Obstetri

Genitalia : Status Obstetri

Ekstreinitas : Reflek fisiologis +/+ , reflek patologis -/-

Status obstetri

Muka : cloasma gravidarum (-)

Mammae : membesar, tidak menegang, areola dan papila

hiperpigmentasi, kolustrum (+)

Page 17: BST Abortus Imminens

Abdomen

Inspeksi : Tidak tampak membuncit, linea mediana hiperpigmentasi

Palpasi : Fundus Uteri teraba 1 jari diatas simfisis pubis,

defans muskuler (-),nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Genitalia :

Inspeksi : v/u tenang

Inspekulo :

Vagina : tumor (-), laserasi (-), Fluxus (+), tampak cairan berwarna

merah kehitaman sedikit menumpuk di fornix posterior

Portio : MP : sebesar jempol kaki orang dewasa, tumor (-), laserasi

(-), fluxus (+) tampak cairan berwarna merah kehitaman

merembes dari canalis cervicalis, OUE tertutup

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 11,8 gr/dl

Leukosit : 6.900/mm3

Trombosit : 312.000/mm3

Ht : 37

Plano test : (+)

Diagnosis

G2P1A0H1 gravid 9-10 mg + Abortus Imminens

Sikap

Rawat / Bed Rest Total

Pemeriksaan USG

Kontrol vital sign dan perdarahan pervaginam

Hasil USG

Tampak GS intrra uterine

Page 18: BST Abortus Imminens

Fetal echo (+) FHM (+)

Biometri : CRL 2,5 cm

Kesan : Gravid 9-10 minggu sesuai biometri

Terapi

Amoxicillin

Antalgin

Page 19: BST Abortus Imminens

DISKUSI

Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pasien wanita umur 23 tahun

datang ke IGD RSUP. M. Djamil Padang pada tanggal 28 Oktober 2010 dengan

Diagnosis G2P1A0H1 gravid 10 – 11 mg + Abortus Imminens.

Dari anamnesis amenore sejak 2 bulan yang lalu dan terdapatnya

perdarahan pervaginam yang membercaki celana dalam pada paruh pertama

kehamilan disertai nyeri.

Pada Status obstetrikus didapatkan perut tidak tampak membuncit, FUT

teraba 1 jari diatas simfisis pubis. Dari pemeriksaan inspekulo didapatkan tampak

cairan berwarna merah kehitaman sedikit menumpuk di fornix posterior, dan

cairan berwarna merah kehitaman merembes dari kanalis servikalis, serta OUE

tertutup.

Perawatan konservatif dipilih sebagai penanganan abortus imminens,

karena dengan istirahat baring selama 48 jam akan bisa diketahui suatu kehamilan

bisa dipertahankan atau tidak, yaitu dikontrol dari perdarahan pervaginamnya.

Jika suatu konsepsi bisa dipertahankan maka perdarahan akan berhenti dengan

sendirinya dengan istirahat 48 jam tersebut. Selain itu dengan tidur berbaring

menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang

mekanik