long case tht

17
1. a.) Sebutkan indikasi mutlak tonsilektomi ! Tonsil yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal. Abses peritonsiler yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut. Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam. Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran patologis jaringan. b.) Sebutkan indikasi relative tonsilektomi ! Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan respon terapi yang adekuat. Halitosis yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotic. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan keganasan (neoplastik).

Upload: elizabeth-alexander

Post on 31-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Long Case Tht

1. a.) Sebutkan indikasi mutlak tonsilektomi !

Tonsil yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan

yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit

kardiopulmonal.

Abses peritonsiler yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.

Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah

atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut.

Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.

Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan

gambaran patologis jaringan.

b.) Sebutkan indikasi relative tonsilektomi !

Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak

menunjukkan respon terapi yang adekuat.

Halitosis yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak menunjukkan

perbaikan dengan pengobatan.

Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman

Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan

dengan antibiotic.

Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan

dengan keganasan (neoplastik).

2. a.) Pengangkatan tonsil pada penderita peritonsiler abses dapat dilakukan

dengan berapa cara, kapan, dan apa untung ruginya ?

Waktu pelaksanaan tonsilektomi sebagai terapi abses peritonsil, bervariasi :

1. Tonsilektomi a chaud: dilakukan segera / bersamaan dengan drainase abses.

2. Tonsilektomi a tiede : dilakukan 3-4 hari setelah insisi dan drainase.

3. Tonsilektomi a froid : dilakukan 4-6 minggu setelah drainase.

Penelitian mengatakan tonsilektomi merupakan penanganan yang terbaik

untuk mencegah rekurensi abses peritonsil. Pada masa lalu, orang berpendapat

operasi harus dilakukan 2-3 minggu setelah infeksi akut berkurang. Tetapi setelah 2-3

Page 2: Long Case Tht

minggu, menimbulkan bekas luka yang terdapat pada kapsul tonsil, sehingga tindakan

operasi sulit dan menimbulkan perdarahan serta sisa tonsil.

Beberapa keuntungan dari tonsilektomi segera pada abses peritonsil adalah :

1. Penanganan penderita dilakukan dalam satu tahap pada saat sakit.

2. Memberikan drainase pus yang lengkap.

3. Mengurangi kesulitan tonsilektomi selang waktu yang kadang-kadang timbul.

4. Mengurangi waktu perawatan (bila penderita dirawat inap di rumah sakit)

5. Mengurangi rasa sakit dengan segera dan menghilangkan perasaan tidak enak

mengalami prosedur yang lain (insisi dan drainase)

Beberapa kerugian tindakan tonsilektomi segera pada abses peritonsil adalah :

1. Dapat terjadinya perdarahan pada saat tindakan tonsilektomi.

2. Dapat terjadi trombosis, sinus kavernosus, aspirasi paru, dan meningitis.

b.) Tonsilitis kronik ada 2 tipe yaitu atrofi dan hipertrofi, lebih berbahaya mana

dari 2 tipe tersebut ? Mengapa ?

Tonsilitis kronik hipertrofi

Ditandai pembesaran tonsil dengan hipertrofi dan pembentukan jaringan parut. 

Kripta mengalami stenosis,  dapat disertai dengan eksudat, seringnya purulen

keluar dari kripta tersebut.

Tonsilitis kronik atrofi,

Ditandai dengan tonsil yang kecil (atrofi), di sekelilingnya hiperemis dan pada

kriptanya dapat keluar sejumlah kecil sekret purulen yang tipis.

Dari kedua tipe tersebut, tonsillitis kronis atrofi lebih berbahaya daripada

tonsillitis kronis hipertrofi. Hal ini dikarenakan ukuran tonsil yang kecil (atrofi)

membuat penderita tidak merasa tonsilnya membesar walaupun sedang terjadi infeksi

kronis pada tonsil. Sehingga jika sudah terjadi komplikasi ke daerah sekitarnya

berupa Rhinitis kronis, Sinusitis atau Otitis media secara perkontinuitatum.

Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul

endokarditis, arthritis, miositis, nefritis, uveitis, irdosiklitis, dermatitis, pruritus,

Page 3: Long Case Tht

urtikaria dan furunkulosis baru akan mengetahui telah terjadi infeksi tonsillitis kronis

dan penanganannya akan terlambat.

3. a.) Apa bahayanya tonsillitis kronik sebagai sumber infeksi yang tidak diangkat ?

Akan menimbulkan fokal infeksi dimana sumber bakteri / kuman didalam tubuh

dan kuman / produk – produknya dapat menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu

dan dapat menimbulkan panyakit. Kelainan ini hanya menimbulkan gejala ringan atau

bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan menyebabkan reaksi atau gangguan

fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber infeksi. Penyebaran kuman atau toksin

dapat melalui beberapa jalan. Penyebaran jarak dekat biasanya terjadi secara limfogen,

sedangkan penyebaran jarak jauh secara hematogen. Fokal infeksi dapat menyebabkan

rhinitis kronis, sinusitis atau otitis media. Jika penyakit itu telah ada bahkan dengan

adanya tonsillitis kronik sebagai sumber infeksi akan memperparah penyakit tersebut.

b.) Mengapa terjadi pembesaran kelenjar submental pada tonsillitis kronik dan bagaimana sifat-sifat khasnya ?

Kelenjar getah bening merupakan bagian dari pertahanan tubuh. Salah satu dari

kelenjar tersebut terdapat di submental. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan

sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein

asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Jika terjadi infeksi

maka kelenjar getah bening akan membesar. Dengan mengetahui lokasi pembesaran

KGB maka kita dapat mengerahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau

penyebab pembesaran KGB. Cirinya kenyal, tidak merah dan tidak memerah terlihat

dikulit.

4. a.) Bagaimana membedakan rhinitis kronik non alergi dengan rhinitis kronik alergi ? Dilihat dari pola penyakit, gejala, usia penderita, faktor pencetus, reaksi atopic, tes alergi dll

Rhinitis Alergika adalah suatu respon immunologik pada nasal, yang awalnya

diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE). Dahulu, rhinitis alergika ini dibagi menjadi

dua kelas berdasarkan musimnya. rhinitis alergika musiman yang berarti rhinitis alergika

yang dipicu oleh peningkatan jumlah antigen akibat perubahan musim, seperti tepung sari

dan debu diluar rumah. Yang kedua adalah rhinitis alergika menahun, yang berarti

Page 4: Long Case Tht

rhinitis alergika yang terjadi sepanjang tahun, disebabkan oleh antigen yang menetap

seperti bulu hewan, kutu debu, kecoak dan debu dari dalam rumah Allergic Rhinitis and

Its Impact on Asthma (ARIA). ARIA berpendapat bahwa rhinitis alergika harus

diklasifikasikan berdasarkan taksonomi yang sama yang digunakan pada asthma, yang

mencakup 4 kategori : a) rhinitis alergika ringan intermitten, b) rhinitis alergika sedang

berat intermitten, c) rhinitis alergika ringan persisten, d) rhinitis alergika sedang berat

persisten. rhinitis alergika intermiten ditandai dengan gejala yang berlangsung lebih

kurang 4 hari dalam seminggu dan lebih dari 4 minggu dalam setahun. Tingkat

keparahannya tergantung pada seberapa besar gejala mengganggu kinerja harian, tidur

atau kualitas hidup.

Rhinitis alergika ditandai dengan kehadiran empat gejala klasik yaitu ; bersin,

gatal di hidung , rhinorrea dan hidung tersumbat. Selain dari empat gejala ini, juga

terdapat gejala non nasal seperti iritasi konjunctiva dan gatal di langit-langit mulut.

Pasien juga bisa menunjukkan gejala seperti nyeri di frontal dan periorbita, kehilangan

sensasi penciuman, dan merasa penuh ditelinga.

Rhinitis alergika biasanya terjadi pada anak-anak. Biasanya pada usia 10 tahun.

Rhinitis alergika musiman punya kaitan erat dengan terjadinya musim semi dimana

serbuk sari banyak dikeluarkan. Pasien yang mengidap rhinitis alergika menahun juga

memiliki pola yang khusus. Tetapi tidak berkaitan dengan musim. 

Kebalikan dari rhinitis alergika, rhinitis non alergika adalah penyakit yang tidak

bisa dijabarkan oleh berbagai mekanisme patofisiologis. Ia lebih condong kepada

pengecualian terhadap orang-orang yang menderita rhinitis alergika tetapi dengan hasil

test alergi yang negatif. Kondisi ini muncul setelah ditemukannya fungsi fisiologis yang

berbeda yang kemudian disatukan dalam sebuah sindrom yang kemudian dikenal dengan

nama rhinitis non alergika. Berbagai kondisi ini mencakup infeksi, fluktuasi hormone,

agen farmakologik dan disfungsi otonom. Dalam sebuah klasifikasi terbaru, rhinitis non

alergika dibagi secara luas menjadi 5 subgrup. A)rhinitis iritatif-toksik (berdasarkan

pekerjaan) B) rhinitis hormonal, C) Rhinitis akibat obat-obatan, D) Idiopathic

(vasomotor) dan E)bentuk lainnya ( rhinitis non alergika dengan eosinophilia.

Page 5: Long Case Tht

Biasanya pada usia 50 tahun keatas. Pengetahuan mengenai batas usia ini penting

untuk membedakan rhinitis yang disebabkan oleh alergika atau non alergika. Pasien-

pasien dengan riwayat salah satu atau kedua orang tua pernah mendapat riwayat atopik

memiliki kecendrungan untuk terkena rhinitis alergika. Jika dicurigai terjangkit rhinitis

alergika, bisa dilakukan test untuk melihat sensitivitas dari zat alergi sekaligus untuk

menegakkan diagnosa rhinitis alergika dan menetapkan terapinya. Baik metode in vivo

maupun in vitro sama-sama tersedia untuk anak-anak maupun orang dewasa. Metode

yang paling umum untuk mendeteksi adanya alergi adalah dengan menggunakan satu

atau beberapa test kulit. Test kulit bisa berupa epikutan seperti prick test atau bisa juga

percutan seperti test intradermal. Test inhalasi zat allergen bisa dengan mudah dilakukan

jika menggunakan antigen serial yang sering terpapar pada pasien dan mungkin bisa

bereaksi.

b.) Kepanjangan dari apa NARES ?

Non-Allergic Rhinitis with Eosinophilia Syndrome

5. a.) Bagaimana membedakan abses septum dengan septum deviasi ? Bagaimana

pengelolaannya ?

Abses septum nasi adalah pus yang terkumpul di antara tulang rawan dengan

mukoperikondrium atau tulang septum dengan mukoperiosteum yang melapisinya. Abses

septum biasanya didahului oleh trauma hidung yang kadang-kadang sangat ringan

sehingga tidak dirasakan oleh penderita, akibatnya timbul hematoma septum yang bila

terinfeksi akan menjadi abses. Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat yang

progresif disertai rasa nyeri. Rasa nyeri terutama dirasakan di daerah dorsum nasi

terutama di puncak hidung. Juga terdapat keluhan demam dan sakit kepala.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, seluruh septum nasi harus diperiksa dari

kaudal septum nasi sampai nasofaring. Tampak pembengkakan unilateral ataupun

bilateral, mulai tepat di belakang kolumella meluas ke posterior dengan jarak bervariasi.

Perubahan warna menjadi kemerahan atau kebiruan pada daerah septum nasi yang

membengkak menunjukkan suatu hematoma. Daerah yang dicurigai dipalpasi dengan

forsep bayonet atau aplikator kapas untuk memeriksa adanya fluktuasi dan nyeri tekan.

Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan. Untuk memastikan abses septum nasi cukup

Page 6: Long Case Tht

dengan aspirasi pada daerah yang paling fluktuasi. Pada aspirasi akan didapatkan pus

pada abses septum nasi, sedangkan dari hematoma septum nasi akan keluar darah.

Beberapa penulis menyarankan tindakan rutin berupa aspirasi sebelum diberikan tindakan

operatif. Pus yang diperoleh sebaiknya diperiksakan di laboratorium untuk menentukan

jenis kuman dan tes sensitifitas terhadap antibiotik.

Deviasi septum ialah suatu keadaan dimana terjadi peralihan posisi dari septum

nasi dari letaknya yang berada di garis medial tubuh. Deviasi septum biasanya sudah

dapat dilihat melalui inspeksi langsung pada batang hidungnya. Namun, diperlukan juga

pemeriksaan radiologi untuk memastikan diagnosisnya. Dari pemeriksaan rinoskopi

anterior, dapat dilihat penonjolan septum ke arah deviasi jika terdapat deviasi berat, tapi

pada deviasi ringan, hasil pemeriksaan bisa normal. Gejala yang sering timbul biasanya

adalah sumbatan hidung yang unilateral atau juga bilateral. Keluhan lain ialah rasa nyeri

di kepala dan di sekitar mata. Selain itu, penciuman juga bisa terganggu apabila terdapat

deviasi pada bagian atas septum. Penatalaksanaannya :

Analgesik. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit.

Dekongestan, digunakan untuk mengurangi sekresi cairan hidung.

Pembedahan (Septoplasti, SMR (Sub-Mucous Resection))

b.) Apa yang kamu ketahui hubungan antara rhinitis alergika dengan asthma

bronchial ?

Hubungan asma dan rinitis alergi telah banyak didiskusikan oleh para peneliti.

Data epidemiologi memperlihatkan bahwa rinitis alergi dan asma sering timbul

bersamaan. Penelitian imunologi menunjukkan bahwa asma dan rinitis sering terdapat

bersama-sama. Gejala hidung dilaporkan terjadi pada 28 hingga 78% pasien asma

dibandingkan dengan 5 hingga 20% pada masyarakat umum. Demikian pula asma

ditemukan sampai 38% dari pasien rinitis alergi, jauh lebih tinggi dari prevalens pada

masyarakat luas yang hanya 3 hingga 5%. Guerra dan kawan-kawan pada penelitian

terhadap orang dewasa mendapatkan pasien rinitis dengan atopi dan tanpa atopi

mempunyai risiko untuk menderita asma tiga kali dan risiko asma lima kali lebih pada

pasien rinitis dengan kadar IgE yang tinggi. Mullarkey dkk, menilai 142 pasien rinitis dan

menemukan bahwa 58% pasien rinitis alergi musiman disertai asma. Pengobatan

Page 7: Long Case Tht

terhadap rinitis alergi menurunkan kunjungan pasien ke gawat darurat atau dirawat

karena asma dibandingkan dengan rinitis alergi yang tidak diobati. Allergic rhinitis and

its infant on asthma (ARIA) merekomendasikan pasien dengan RA persisten sebaiknya

dievaluasi secara seksama untuk mengetahui adanya asma melalui riwayat penyakit,

pemeriksaan paru dan jika mungkin dilakukan penilaian obstruksi aliran udara sebelum

dan sesudah pemberian bronkodilator. Pasien dengan asma sebaiknya dievaluasi secara

seksama (melalui riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis) untuk mengetahui adanya

rinitis asma.

6. a.) Bagaimana membedakan epistaksis posterior pada penderita hipertensi dan

angiofibroma nasofaring ?

Pada epistaksis karena hipertensi biasanya perdarahanya tidak banyak dan

bercampur lendir, sedangkan epistaksis karena angiofibroma nasofaring epistaksisnya

bersifat masif karena pada angiofibroma gangguan utamanya pada pembuluh darah.

b.) Bagaimana cara memasang Bellocq tampon ?

Bellocq tampon dilakukan pada kasus epistaksi dimana sumber Perdarahan

berasal dari bagian posterior, Bellocq tampon dibuat dari kasa dengan ukuran lebih

kurang 3x2x2 cm dan mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi

pada sisi yang lainnya. Berikut uratan sederhana pemasangan Bellocq tampon :

Untuk memasang tampon Bellocq, dimasukkan kateter karet melalui nares anterior

sampai tampak di orofaring dan kemudian ditarik ke luar melalui mulut.

Ujung kateter kemudian diikat pada dua buah benang yang terdapat pada satu sisi

tampon Bellocq dan kemudian kateter ditarik keluar hidung.

Benang yang telah keluar melalui hidung kemudian ditarik, sedang jari telunjuk

tangan yang lain membantu mendorong tampon ini ke arah nasofaring.

Jika masih terjadi perdarahan dapat dibantu dengan pemasangan tampon anterior,

kemudian diikat pada sebuah kain kasa yang diletakkan di tempat lubang hidung

sehingga tampon posterior terfiksasi.

Sehelai benang lagi pada sisi lain tampon Bellocq dikeluarkan melalui mulut

(tidak boleh terlalu kencang ditarik) dan diletakkan pada pipi.

Page 8: Long Case Tht

Benang ini berguna untuk menarik tampon keluar melalui mulut setelah 2-3 hari.

Setiap pasien dengan tampon Bellocq harus dirawat.

Catatan : tampon harus menutipi coana (nares posterior)

7. a.) Apa itu pansinusitis ? Sindrom cystic fibrosis itu merupakan kumpulan gejala

dari apa saja ?

Pansinusitis merupakan peradangan pada seluruh rongga dan mukosa sinus

paranasal. Sindrom fibrosis kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan

kelenjar tertentu menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala; yang

terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru. Atelektasis,

ileus meconium, perforasi usus, prolapse rectum, bronkhitits, polip hidung, pneumonia,

dan sirosi hepatis merupakan penyakit yang berkaitan dengan sindrom fibrosis kistik.

b. ) Apa beda konkotomi dengan konkoplasti pada bayi konka hipertropi ?

Konkotomi parsial merupakan pemotongan sebagian konka inferior, sedangkan

konkoplasti adalah memperbaiki konka yang tidak sesuai fungsi dan anatominya.

8. a.) Bagaimana menegakan OME ?

Lazimnya diagnosis OME dibuat berdasarkan pemeriksaan fisik telinga dengan

menemukan cairan di belakang MT yang normalnya translusen. Gejala dan tanda otitis

media efusi berupa:

rasa penuh di telinga dan kurang pendengaran,

MT suram, keabuan atau kemerahan,

Kadang-kadang tampak adanya gelembung udara atau cairan di kavum timpani,

MT retraksi atau terdorong ke luar atau pada posisi normal,

MT menipis/menebal, vaskularisasi bertambah

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara lain:

Pneumatic otoscope

Page 9: Long Case Tht

Impedance audiometry (tympanometry): digunakan untuk mengukur perubahan

impedans akustik sistem MT-telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di

telinga luar.

Pure tone Audiometry: juga banyak digunakan, terutama menilai dari sisi gangguan

dengar atau tuli konduktif yang mungkin berasosiasi dengan OME. Meski teknik

ini time consuming dan membutuhkan peralatan yang mahal, tetap digunakan sebagai

skrining, dimana tuli konduktif berkisar antara derajat ringan hingga sedang.

b.) Pada OME kronik berulang perlu tindakan pencegahan dengan apa ?

Pencegahan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal

telinga tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah,

terutama jika berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya banyak OME

yang tidak membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik menangani faktor

predisposisi-nya, misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka aktivitas yang berpotensi

untuk memperoleh barotrauma berikutnya, seperti: penerbangan atau menyelam,

sebaiknya dihindarkan. Strategi lainnya adalah menghilangkan atau menjauhkan dari

pengaruh asap rokok, menghindarkan anak dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan

berbagai alergen makanan atau lingkungan jika anak diduga kuat alergi atau sensitif

terhadap bahan-bahan tersebut.

9. a.) Pada penderita OME bagaimana hasil tes penalanya ?

Test penala :

Test rine : (-)

Test weber : lateralisasi ke telinga yang sakit

Test swabach : memanjang

b.) Gambaran timpanogramnya apa ?

Timpanogram : terbentuk garis flat yang konsisten

10. a.) Apa syarat-syarat pengambilan serumen agar tidak menimbulkan trauma ?Terhadap pasien yang datang dengan impaksi serumen, dokter harus menanyakan

riwayat klinis dan menilai adanya faktor-faktor yang akan mempengaruhi

penatalaksanaan, yaitu :

Page 10: Long Case Tht

1. Ada tidaknya perforasi membrane timpani.

2. Kelainan anatomi kanalis auditorius eksternus congenital atau akuisita, seperti stenosis

dan eksostosis, otitis eksterna kronis, kelainan kraniofasial (misalnya Down Syndrome,

pasca trauma/ pembedahan).

3. Diabetes

4. Keadaan immunocompromised

5. Terapi antikoagulan.

Sebelum melakukan pengambilan serumen, dokter harus :

1. Melakukan anamnesis mendalam untuk mengetahui riwayat perforasi membrane

timpani, infeksi telinga tengah atau keluarnya discharge dari dalam telinga.

2. Melakukan pemeriksaan kanalis auditorius eksternus dengan seksama untuk menilai

bentuk dan ukuran liang telinga, mengetahui ada tidaknya infeksi liang telinga, perkiraan

beratnya sumbatan dan keadaan membrana timpani (bila memungkinkan).

3. Menilai tipe serumen (kering/ basah/ keras/ padat/ lunak/ lengket), dan menentukan

teknik pengambilan yang akan dipakai.

4. Menilai perlu tidaknya penggunaan seruminolitik sebelum pengambilan serumen.

5. Menjelaskan kemungkinan komplikasi tindakan kepada pasien.

6. Memastikan peralatan dalam keadaan baik dan lengkap serta siap dipakai

Pemakaian Seruminolitik :

- Pemberian seruminolitik 15-30 menit sebelumnya dapat meningkatkan efektifitas tindakan

sampai 90%.

- Seruminolitik yang paling efektif dan sederhana adalah larutan garam fisiologis.

- Bila serumen sangat kering dan keras, berikan seruminolitik 2-3 hari sebelum dilakukan

pengambilan serumen. Seruminolitik diteteskan 2-3 kali sehari.

b.) Pada pengambilan serumen, kulit CAE yang terkorek sedikit akan

menyebabkan rasa sakit yang hebat. Apa sebabnya ?

Jika tidak berhati-hati dalam pengambilan serumen akan menyebabkan trauma

pada CAE yang akan menyebakan inflamasi dan infeksi. Jika terjadi inflamasi akut maka

akan timbul gejala kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsio lesa. Dimana akan terasa nyeri,

memerah dan terasa panas, bias disertai pembengkakan dan penurunan fungsi

pendengaran.