lkj ditjen aspasaf 2016 - versi upload 2-clear format ditjen aspasaf 2016.pdf · kerja sama...

43

Upload: trinhkien

Post on 04-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR i

Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016 ini

merupakan wujud komitmen dan tanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan

yang bersih dan akuntabel (good governance) sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi

Presiden Nomor 7 Tahun 1999. Penyusunan LKj mengacu pada Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

serta Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

LKj ini menguraikan secara ringkas mengenai capaian kinerja selama tahun anggaran

2016. LKj ini sekaligus juga menjadi laporan pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan

perencanaan yang telah ditetapkan dalam dokumen matriks Rencana Aksi dan Perjanjian

Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada awal tahun anggaran 2016.

LKj ini diharapkan dapat menjadi barometer bagi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan

Afrika untuk mengevaluasi kinerjanya selama periode satu tahun anggaran, terutama dalam

mencapai sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan pada dokumen Rencana Strategis

(Renstra). Selain itu, diharapkan pula agar dokumen LKj ini dapat menjadi salah satu bahan

bagi penyusunan LKj Kementerian Luar Negeri, acuan rencana kegiatan Direktorat Jenderal

Asia Pasifk dan Afrika pada tahun-tahun berikutnya, serta sebagai referensi dalam

merealisasikan sasaran yang belum tercapai.

Akhir kata, saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-

tingginya atas kerja keras seluruh jajaran pegawai di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan

Afrika sehingga LKj ini dapat disusun dengan baik. Semoga LKj ini dapat menjadi umpan

balik untuk meningkatkan kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifk dan Afrika pada tahun

mendatang.

KATA PENGANTAR

Jakarta, Maret 2017

Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

Desra Percaya

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil

melaksanakan berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi maritim dan

perbatasan, diplomasi ekonomi, serta upaya-upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di

dunia internasional. Dari berbagai kegiatan tersebut, telah disepakati beberapa perjanjian

kerjasama, antara lain: memerangi illegal fishing dan memajukan tata kelola perikanan

berkelanjutan, penerapan blue economy, pemberantasan korupsi dan counter-terrorism, kerja

sama dalam bidang energi, perminyakan dan sumber daya mineral, industri kreatif, serta

sektor trade-tourism-investment (TTI). Beberapa perjanjian kerjasama juga telah berhasil

disepakati melalui fora internasional dan intrakawasan, antara lain: Asia Pacific Economic

Cooperation (APEC), Pertemuan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East

ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT),

The African Union Assembly, Asia Pacific Parliamentary Forum (APPF), Pacific Island Forum

(PIF) dan Asian Parliamentary Assembly (APA) Executive Council Meeting.

Penunjukan Konsul Kehormatan RI untuk Palestina di Ramallah pada tanggal 13

Maret 2016 juga menjadi salah satu momentum historis capaian diplomasi semenjak

hubungan diplomatik RI dengan Palestina disahkan pada tahun 1989. Momentum tersebut

juga sekaligus merefleksikan peningkatan dukungan dan hubungan kerja sama antara

Indonesia dengan Palestina. Disamping itu, dalam upaya memperkuat hubungan dan kerja

sama Indonesia dengan negara-negara di kawasan Afrika Sub-Sahara, pada tanggal 28

September 2016, Indonesia menandatangani Komunike Bersama pembukaan hubungan

diplomatik dengan Republik Afrika Tengah, Chad, dan Guinea Equatorial.

Salah satu capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang

mendukung agenda nasional terkait poros maritim Indonesia adalah berbagai kerja sama

intra kawasan yang diwujudkan melalui forum Indian Ocean Rim Association (IORA). Dalam

konteks keketuaan Indonesia pada forum IORA, sepanjang tahun 2016 telah dilaksanakan

sebanyak 12 kali pertemuan yang melibatkan anggota IORA dan beberapa stakeholders

terkait lainnya, antara lain: Blue Economy Summit II dan IORA IRENA Renewable Energy

Technical Working Session; The First Ad Hoc Committee of the Indian Ocean Rim Association

(IORA) Concord; The 2nd Ad Hoc Committee of the Indian Ocean Rim Association (AhCM)

Concord; The 22nd Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG); The 22nd Indian Ocean Rim

Business Forum (IORBF); The 18th Committee of Senior Officials (CSO); dan The 16th Council of

Ministers Meeting (COM). Dari 12 pertemuan tersebut telah dihasilkan berbagai perjanjian

kerja sama strategis dan konsolidasi kelembagaan yang difokuskan pada enam bidang, yaitu:

keamanan maritim, budaya perikanan dan perairan, energi, manajemen resiko bencana,

teknologi dan ilmu pengetahuan, pariwisata dan pertukaran budaya.

Sementara itu, terkait upaya peningkatan dukungan dan komitmen nasional atas

kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional, telah ditindaklanjuti sebanyak 103

kesepakatan kerja sama bilateral dan 11 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja

sama intrakawasan. Implementasi dari kesepakatan serta prakarsa/rekomendasi kerja sama

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF iii

internasional tersebut pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat ekonomi,

keuangan, dan pembangunan yang optimal bagi kepentingan nasional.

Dalam Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika telah menetapkan 1 program dan 6 kegiatan yang akan dilaksanakan

untuk mencapai sasaran strategis Peran Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika

yang meningkat. Secara umum, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil

melaksanakan program dan kegiatan tersebut dan berhasil mencapai sasaran yang

ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja, dengan capaian kinerja secara keseluruhan mencapai

112,21%.

Adapun capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika per IKU tahun

2016, perbandingan capaian per Indikator Kinerja Utama (IKU) serta capaian kinerja tahun

2013-2016 secara singkat dapat digambarkan pada infografis berikut:

Persentase kesepakatan

kerja sama bilateral

yang ditindaklanjuti

Persentase

prakarsa/rekomendasi

IndoNesia pada forum kerja

sama intrakawasan yang

ditindaklanjuti

Sasaran Strategis:Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Target Realisasi Capaian

90%

101.98%

113.31%

Target

Realisasi

Capaian

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Target Realisasi Capaian

90%

100.00%111.11%

Target

Realisasi

Capaian

IKU 1

Target 90%IKU 2

Target 90%

RINGKASAN EKSEKUTIF iv

Tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat berbagai tantangan dalam upaya

mencapai target dan sasaran strategis yang telah ditetapkan. Tantangan tersebut disebabkan

oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Berbagai upaya solutif

telah dilaksanakan dalam rangka mengatasi tantangan dimaksud, termasuk penetapan plan

of action ke depan untuk lebih mempertajam perencanaan kegiatan dan meningkatkan

koordinasi dengan para pemangku kepentingan, baik di dalam maupun di luar negeri.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

2013 2014 2015 2016

110.62%103.88%

139.16%

112.21%

2013

2014

2015

2016

Perbandingan Capaian Kinerja

Tahun 2013-2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 1

A. Latar Belakang

Seiring dengan semangat perubahan yang begitu besar dalam upaya mewujudkan

reformasi birokrasi, maka transparansi menjadi suatu keharusan yang dilakukan oleh

seluruh Kementerian Negara/Lembaga, tidak terkecuali Kementerian Luar Negeri. Direktorat

Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja Eselon I di lingkungan

Kementerian Luar Negeri menyadari sepenuhnya kondisi tersebut. Oleh karena itu,

penyusunan LKj tahun 2016 menjadi salah satu prioritas pada awal tahun anggaran 2017.

LKj ini berfungsi sebagai pertanggungjawaban kinerja Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika kepada para pemangku kepentingan. Selain itu, LKj juga merupakan alat

evaluasi atas pencapaian hasil (outcome) dan pemanfaatan anggaran sebagai bagian dari

upaya untuk memperbaiki kinerja di masa mendatang.

Landasan yuridis formal penyusunan LKj Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005 2025;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah;

9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;

10. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah;

11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara

Republik Indonesia;

12. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri;

13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian

Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah;

14. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Luar Negeri.

PENDAHULUANI

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 2

B. Tugas dan Fungsi

Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, pada Bab V Pasal 142 menyatakan

bahwa Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika mempunyai Tugas Merumuskan serta

Melaksanakan Kebijakan dan Standardisasi Teknis di Bidang Hubungan dan Politik Luar

Negeri untuk Kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar negeri untuk kawasan Asia

Pasifik dan Afrika;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang hubungan dan politik luar negeri untuk kawasan

Asia Pasifik dan Afrika;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang hubungan dan politik

luar negeri untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika;

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang hubungan dan politik luar negeri

untuk kawasan Asia Pasifik dan Afrika;

e. Perundingan dalam rangka hubungan bilateral RI dan kerja sama Intrakawasan

dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika;

f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.

C. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Nomor 07 Tahun

2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, Bab V Pasal 144

disebutkan bahwa Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika terdiri

atas:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika;

b. Direktorat Asia Timur dan Pasifik;

c. Direktorat Asia Selatan dan Tengah;

d. Direktorat Timur Tengah;

e. Direktorat Afrika; dan

f. Direktorat Kerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika.

Adapun bagan struktur organisasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika adalah

sebagai berikut:

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 3

D. Aspek Strategis Organisasi

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika merupakan salah satu unsur di

Kementerian Luar Negeri yang menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup bilateral,

intrakawasan dan antarkawasan di Asia Pasifik dan Afrika. Dalam menjalankan peran

tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa mempertimbangkan

berbagai aspek strategis yang ada, baik dalam ruang lingkup eksternal maupun internal. Hal

ini dinilai penting artinya, mengingat aspek strategis tersebut akan sangat mempengaruhi

pencapaian tujuan, sasaran dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari sisi eksternal, kawasan Asia Pasifik dan Afrika merupakan wilayah dengan

dinamika politik, keamanan, ekonomi dan sosial budaya yang sangat kompleks. Kondisi

tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap implementasi politik luar negeri Indonesia

di kawasan. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia harus dapat merumuskan dan

melaksanakan kebijakan luar negerinya secara tepat, sehingga dapat memperkuat pengaruh

Indonesia di kawasan serta meraih manfaat sebesar mungkin bagi perekonomian dan

kesejahteraan rakyat. Dalam konteks tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

menjalankan peran yang sangat strategis dalam mengemban misi politik luar negeri RI di

kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan luar negeri RI di berbagai bidang.

Dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika secara umum memiliki

pengaruh yang sangat signifikan bagi perkembangan situasi global. Adanya pergeseran

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 4

karakteristik kepemimpinan beberapa negara di kawasan dengan munculnya para

technocrat leaders telah menyebabkan perubahan kebijakan politik di berbagai bidang,

termasuk dalam tataran hubungan antarnegara. Dari sisi keamanan, konflik dan ketegangan

di kawasan masih terjadi dan selalu berakibat pada tragedi kemanusiaan, antara lain: konflik

di Suriah, Yaman, Irak, Afghanistan, Darfur, Mali dan Republik Afrika Tengah. Disamping itu,

potensi konflik dan berbagai permasalahan bilateral di kawasan juga masih terus

berlangsung. Beberapa diantaranya adalah sengketa teritorial di Laut China Selatan,

proliferasi nuklir di Semenanjung Korea, instabilitas politik di Timur Tengah, serta kejahatan

lintas batas negara (illegal migrant, perdagangan obat-obat terlarang), terorisme, dan lain

sebagainya.

Apabila ditinjau dari segi peluang ekonomi, kawasan Asia Pasifik dan Afrika

merupakan wilayah yang sangat strategis, khususnya bagi kepentingan Indonesia. Lebih dari

70% total nilai perdagangan Indonesia berasal dari kawasan ini. Selain itu, kawasan ini juga

menyumbangkan lebih dari 75% FDI (Foreign Direct Investment) dan 82% wisatawan asing

yang berkunjung ke Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, potensi pasar kawasan Asia

Pasifik dan Afrika yang mencapai total sekitar 76% penduduk dunia, serta keberadaan

negara-negara pasar non-tradisional juga tentunya menjadi peluang positif yang dapat

dimanfaatkan oleh Indonesia. Hal ini menempatkan kawasan Asia Pasifik dan Afrika menjadi

basis yang penting dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Keberadaan

faktor tersebut tentunya akan sangat mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika, terutama dalam mengakses berbagai peluang kerjasama yang ada dengan

negara-negara di kawasan, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta

pertahanan dan keamanan.

Dalam konteks kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia

Pasifik dan Afrika, diplomasi ekonomi Indonesia dinilai perlu mengacu kepada kepentingan

pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif. Kerja sama dan kemitraan strategis yang telah

dibangun perlu dimanfaatkan secara optimal demi kepentingan nasional Indonesia, melalui

berbagai fora internasional, antara lain: Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC),

Organisation of Islamic Cooperation (OKI), KTT Asia Afrika, dan Southwest Pacific Dialogue

(SwPD). Disamping itu, sejalan dengan aspirasi Indonesia sebagai negara maritim, diplomasi

ekonomi dimaksud juga perlu untuk digalakkan, salah satunya melalui forum Indian Ocean

Rim Association (IORA). Kerja sama perekonomian dengan sejumlah negara anggota IORA

memiliki potensi yang besar dan perlu didorong, mengingat potensi sumbangannya yang

cukup besar bagi kepentingan nasional Indonesia. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika tentunya memegang peranan penting bagi keberhasilan diplomasi

ekonomi Indonesia tersebut.

Dilihat dari perkembangan situasi nasional, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam

kurun waktu lima tahun terakhir masih cenderung stabil. Disamping itu, para pelaku

ekonomi internasional juga telah mengakui berbagai potensi yang dimiliki Indonesia, baik di

kawasan Asia Pasifik dan Afrika, maupun dunia. Hal ini tentunya akan semakin

mempermudah upaya menarik minat para counterparts di negara-negara kawasan Asia

Pasifik dan Afrika untuk mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan. Sejalan

dengan hal tersebut, posisi Indonesia sebagai salah satu dari negara demokrasi terbesar di

dunia, penerapan good governance, serta situasi keamanan yang relatif kondusif juga akan

memberikan kontribusi positif dalam upaya meningkatkan konektivitas dan memperkuat

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 5

pengaruh Indonesia di kawasan. Namun demikian, tentunya masih terdapat pula beberapa

agenda yang perlu menjadi perhatian dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi dengan

negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, antara lain pembenahan infrastruktur,

serta upaya mempromosikan kerja sama internasional untuk meningkatkan minat dan

respon mitra bisnis Indonesia.

Sementara itu, dari sisi internal, pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang telah

ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika untuk tahun 2016 akan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor Sumber Daya Manusia (SDM).

Jumlah SDM yang memadai dan profesional akan sangat membantu pelaksanaan tugas dan

fungsi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika. Sehubungan dengan itu, kegiatan

peningkatan wawasan, keahlian dan keterampilan SDM, serta pengadaan sarana prasarana

yang menunjang, merupakan salah satu kegiatan yang mendapat prioritas pada Direktorat

Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, SDM Direktorat Jenderal Asia Pasifik

dan Afrika terdiri dari: Unsur Pimpinan (Pejabat Eselon I, Eselon II, Eselon III, dan Eselon IV),

serta Unsur Pelaksana (Staf). Secara umum, masih terdapat kekurangan jumlah pegawai,

baik untuk mengisi formasi Unsur Pimpinan maupun Staf. Namun demikian, Direktorat

Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa mengoptimalkan SDM yang dimiliki dalam

mencapai target kinerja yang telah ditetapkan. SDM yang berkualitas serta formasi jumlah

pegawai yang sesuai kebutuhan tentunya diharapkan dapat menunjang pelaksanaan tugas

dan fungsi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara lebih optimal.

Dalam rangka mengantisipasi tantangan dan hambatan dalam pelaksanaan tugas

masa mendatang, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika juga secara berkesinambungan

terus melakukan kajian mendalam untuk mengantisipasi perubahan-perubahan mendasar

yang diproyeksikan bersifat strategis/jangka panjang di dunia internasional. Salah satu

diantaranya adalah melalui pembenahan dan penataan kembali struktur kelembagaan dan

aparatur, termasuk kemungkinan pembentukan unit kerja baru, yaitu: Direktorat Asia

Tenggara, dengan tujuan menunjang efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi

yang diemban. Rencana pembentukan Direktorat Asia Tenggara telah intensif dilakukan

sepanjang tahun 2016 dengan usulan organisasi Direktorat Asia Tenggara sebagai berikut:

1. Subdit Asia Tenggara I yang menangani negara Singapura, Filipina, Palau, dan

Kepulauan Marshal;

2. Subdit Asia Tenggara II yang menangani negara Malaysia dan Brunei Darussalam;

3. Subdit Asia Tenggara III yang menangani negara Thailand, Laos, dan Timor Leste;

4. Subdit Asia Tenggara IV yang menangani negara Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.

Disamping itu, dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas dan fungsi

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, sepanjang tahun 2016 telah dilakukan pula

perubahan pada Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang ada. Dengan demikian,

SOTK baru Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika adalah sebagai berikut:

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 6

Perubahan SOTK tersebut merupakan bagian dari perubahan SOTK Kementerian Luar

Negeri, sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 2

Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri. SOTK baru

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika dimaksud mulai berlaku secara efektif pada

tanggal 1 Januari 2017.

Secara umum, berdasarkan dinamika yang terjadi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika,

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri harus dapat melaksanakan

kebijakan luar negeri secara tepat, sehingga dapat meraih manfaat ekonomi dan politik

sebesar mungkin bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, dengan

mempertimbangkan aspek strategis eksternal dan internal tersebut, Direktorat Jenderal Asia

Pasifik dan Afrika sebagai salah satu Satuan Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Luar

Negeri memiliki peran yang sangat strategis dalam mengemban misi politik luar negeri RI di

kawasan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan luar negeri RI di bidang politik,

ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan. Dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika juga tentunya senantiasa

bekerjasama dan bersinergi dengan berbagai Kementerian/Lembaga terkait, serta

Perwakilan RI di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika, sebagai perpanjangan

tangan Pemerintah RI di luar negeri.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 7

A. Rencana Strategis 2015-2019

Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016

sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA) tahun 2015-2019 mencakup

Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis yang telah diterjemahkan dengan grafik Balanced

Scored Card sebagai berikut :

PERENCANAAN KINERJAII

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 8

Visi Kemlu

Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna Memperkuat Jati DiriBangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat

Misi Kemlu

1. Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negaramaritim dalam kerja sama internasional untuk memajukankepentingan nasional

2. Memantapkan peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjurupelaksana hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktifseluruh pemangku kepentingan nasional

3. Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan PerwakilanRI yang mumpuni

VisiDitjen Aspasaf

Terwujudnya Wibawa Diplomasi Indonesia di kawasan Asia Pasifik danAfrika guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai negara maritim untuk

Kepentingan Rakyat

MisiDitjen Aspasaf

1. Memperkuat peran Indonesia dalam kerja sama bilateral dan

regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika untuk memajukan

kepentingan nasional

2. Meningkatkan diplomasi ekonomi dan maritim di kawasan Asia

Pasifik dan Afrika

3. Mendorong tindak lanjut kerja sama Indonesia dengan negara-

negara dan organisasi regional di kawasan Asia Pasifik dan Afrika

yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan nasional

4. Memperkuat organisasi, manajemen dan kualitas Sumber Daya

Manusia di lingkungan Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

Sasaran StrategisDitjen Aspasaf

Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat

Indikator KinerjaUtama Ditjen

Aspasaf

1. Persentase kesepakatan kerjasama yang ditindaklanjuti;

2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama

intrakawasan yang ditindaklanjuti.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 9

B. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Renstra Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2015-2019 selanjutnya

menjadi referensi dalam menetapkan dokumen perencanaan tahunan, yaitu Rencana Aksi

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Tahun 2016. Berdasarkan dokumen Rencana Aksi

tersebut dan disesuaikan dengan DIPA tahun 2016 yang telah ditetapkan, Direktorat

Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menyusun Perjanjian Kinerja Tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

Tahun Anggaran 2016

Sasaran Program Indikator Kinerja Utama Target

(1) (2) (3)

Peran Indonesia di Kawasan AsiaPasifik dan Afrika yangmeningkat

Presentase kesepakatan kerjasamayang ditindaklanjuti

90%

Persentase prakarsa/rekomendasipada forum kerjasama intrakawasanyang ditindaklanjuti

90%

C. Program dan Kegiatan

Perjanjian Kinerja Tahun 2016 di atas merupakan rujukan bagi pelaksanaan kinerja

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2016. Kinerja tersebut dituangkan

Program Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika tahun 2016adalah Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeriserta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika,yang kemudian dijabarkan menjadi Peningkatan Hubungan danPolitik Luar Negeri melalui kerja sama di berbagai bidang dikawasan Asia Pasifik dan Afrika yang dilakukan oleh 6 Eselon II,sebagai berikut:

o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di KawasanAfrika;

o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di KawasanAsia Selatan dan Tengah;

o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di KawasanAsia Timur dan Pasifik;

o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di KawasanTimur Tengah;

o Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri MelaluiKerja Sama Intrakawasan Asia Pasifik dan Afrika;

o Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis LainnyaDirektorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika.

Program danKegiatan

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 10

dan diimplementasikan dalam program dan kegiatan sesuai dengan Program Prioritas

Pemerintah RI.

Adapun program yang ditetapkan untuk tahun 2016 adalah: Program Pemantapan

Hubungan dan Politik Luar Negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik

dan Afrika, yang kemudian dijabarkan menjadi kegiatan Peningkatan Hubungan dan Politik

Luar Negeri melalui kerja sama di berbagai bidang di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang

dilakukan oleh 6 Eselon II, sebagai berikut:

1. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Afrika;2. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Selatan dan Tengah;3. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Asia Timur dan Pasifik;4. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri di Kawasan Timur Tengah;5. Pemantapan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama Intrakawasan

Asia Pasifik dan Afrika;6. Dukungan manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Asia Pasifik

dan Afrika.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 11

A. Gambaran Umum Akuntabilitas Kinerja Tahun 2016

Secara umum, pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah

berhasil melaksanakan program dan kegiatan yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Tahun

2016. Hasil pelaksanaan program dan kegiatan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan

dan sasaran strategik sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis periode 2015-

2019.

Dalam mengukur kinerja tersebut, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

melakukan penilaian dan pengukuran terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan Satuan Kerja

Eselon II di dalamnya sesuai dengan indikator kinerja input, output, dan outcome secara

terinci. Dengan demikian, kinerja setiap kegiatan dapat diukur, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif. Pengukuran kinerja kegiatan ini dilakukan secara berkala guna

mengevaluasi efektivitas dan efisiensi kinerja, termasuk pemanfaatan dan penyerapan

anggaran yang telah digunakan untuk mendukung pelaksanaan misi yang telah ditetapkan.

Pembobotan evaluasi kinerja kegiatan difokuskan pada perbandingan antara target dan

realisasi indikator output/outcome dibandingkan dengan indikator target dan realisasi

indikator input.

Tingkat capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika atas sasaran

strategis Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat pada

tahun 2016 adalah sebesar 112,21%. Nilai capaian di atas 100% mengindikasikan bahwa

kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2016 sangat baik dan telah

berhasil memenuhi sasaran strategis yang direncanakan, bahkan melampaui target yang

telah ditetapkan. Capaian kinerja yang sangat baik tersebut tentunya juga menjadi bukti

semakin meningkatnya peran Indonesia dalam memajukan kepentingan nasional melalui

penyelenggaraan diplomasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika.

Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis Kementerian Luar Negeri

pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil melaksanakan

berbagai kegiatan sebagai perwujudan dari diplomasi maritim dan perbatasan, diplomasi

ekonomi, serta upaya-upaya untuk meningkatkan peran Indonesia di dunia internasional.

Dari segi diplomasi maritim dan perbatasan, telah disepakati beberapa perjanjian kerjasama,

antara lain: memerangi illegal fishing, memajukan tata kelola perikanan berkelanjutan,

penerapan blue economy, serta menjaga pertahanan dan keamanan di daerah perbatasan.

Sementara itu, dari segi diplomasi ekonomi, telah disepakati perjanjian kerjasama yang

meliputi beberapa bidang, antara lain: energi, perminyakan dan sumber daya mineral,

industri kreatif, sister province, serta promosi investasi.

Beberapa perjanjian kerjasama di bidang ekonomi juga telah berhasil disepakati

melalui fora internasional, seperti: Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Pertemuan

Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA),

Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT), serta The African Union Assembly.

AKUNTABILITAS KINERJAIII

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 12

Selain itu, perwujudan diplomasi ekonomi juga dilaksanakan melalui berbagai kegiatan

untuk mempromosikan potensi Trade, Tourism, and Investment (TTI) Indonesia di negara-

negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika, baik melalui business forum and matchmaking,

familiarization trip, trade mission and expo, maupun joint business council.

Dalam upaya meningkatkan peran Indonesia di dunia internasional, telah dicapai

pula kesepakatan kerjasama di berbagai bidang, antara lain: meteorologi, klimatologi dan

geofisika; manajemen Pemilihan Umum, penguatan kapasitas di bidang manajemen

kebakaran hutan, pemberantasan korupsi, insfrastruktur data geospasial dan administrasi

pertahanan, restorasi gambut dan pencegahan kebakaran hutan, medis, olah raga dan

pendidikan, dan counter-terrorism. Disamping itu, keberhasilan diplomasi di dunia

internasional juga terlihat dari beberapa prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima

pada forum intra dan antar kawasan, antara lain: Asia Pacific Parliamentary Forum (APPF),

Pacific Island Forum (PIF) dan Asian Parliamentary Assembly (APA) Executive Council

Meeting.

Sementara itu, terkait peningkatan dukungan dan komitmen nasional atas kebijakan

luar negeri dan kesepakatan internasional, telah ditindaklanjuti sebanyak 103 kesepakatan

kerja sama bilateral dan 11 prakarsa/rekomendasi Indonesia pada forum kerja sama

intrakawasan. Implementasi kesepakatan dan prakarsa/rekomendasi kerja sama dimaksud

merupakan capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, sebagaimana yang

telah ditetapkan melalui Indikator Kinerja Utama. Berbagai upaya tindak lanjut tersebut

pada akhirnya diharapkan dapat menciptakan nilai manfaat ekonomi, keuangan, dan

pembangunan yang optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Salah satu capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika yang

mendukung agenda nasional terkait poros maritim Indonesia adalah berbagai kerja sama

intra kawasan yang antara lain diwujudkan melalui forum Indian Ocean Rim Association

(IORA). Peningkatan kerja sama terkait poros maritim Indonesia tersebut merupakan

momen yang sangat strategis di tengah keketuaan Indonesia pada forum IORA. Indonesia

secara resmi menerima keketuaan IORA dari Australia pada the 15th Indian Ocean Rim

Association (IORA) Council of Ministers Meeting (COMM) and its related meetings di Padang

dan Jakarta, 20 23 Oktober 2015. Indonesia mengangkat tema keketuaan: Strengthening

Maritime Cooperation in a Peaceful and Stable Indian Ocean. Adapun kerja sama strategis

melalui forum IORA difokuskan pada enam bidang, yaitu: keamanan maritim, budaya

perikanan dan perairan, energi, manajemen resiko bencana, teknologi dan ilmu pengetahuan,

pariwisata dan pertukaran budaya.

Dalam konteks keketuaan Indonesia pada forum IORA, sepanjang tahun 2016 telahdilaksanakan berbagai pertemuan sebagai berikut:

1. Blue Economy Summit II dan IORA IRENA Renewable Energy Technical WorkingSession, di Abu Dhabi, 19-20 Januari 2016.

Pertemuan diadakan untuk mengidentifikasi potensi kerja sama antara IORA dengan

International Renewable Energy Agency (IRENA) termasuk kemungkinan dukungan

pengembangan kapasitas yang dapat diberikan oleh IRENA kepada IORA. Dalam

pertemuan tersebut, Sekretariat IORA mengajukan workplan terkait pengembangan

kerja sama renewable energy, antara lain IORA-IRENA training course on Methods of

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 13

Renewable Energy Resources Assessment, pilot project on small scale small power, dan

rencana pembentukan renewable energy core group meeting.

Pertemuan menghasilkan Abu Dhabi 2016 Blue Economy Declaration yang memuat

komitmen negara peserta terkait pengembangan dan penerapan blue economy

approach guna mendukung implementasi Paris Agreement dan realisasi SDG 14

(conserve and sustainably use of the oceans, seas and marine resources for sustainable

development).

Beberapa hal pokok yang dapat dicatat dari deklarasi dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Menyepakati pentingnya dukungan finansial untuk pengembangan kapasitas

nelayan kecil dalam kerangka sustainable development termasuk upaya untuk

memberantas IUU Fishing.

b. Menekankan bahwa penelitian dan riset berperan penting dalam mendorong

penerapan blue economy dan memahami potensi ekosistem laut.

c. Mendorong berbagai stakeholders terkait, antara lain pemerintah dan

international agencies, termasuk pelibatan public-private partnership, untuk

mengambil langkah bersama dalam penerapan blue economy sekaligus

mendukung implementasi SDGs dan hasil kesepakatan Paris Agreement.

2. 17th Meeting of Working Group of Heads of Mission IORA, di Pretoria, AfrikaSelatan, 18 Februari 2016.

Pada pertemuan tersebut, delegasi Indonesia menyampaikan perkembangan

persiapan program/flagship projects yang diusung Indonesia, yaitu :

a. Penyelenggaraan The 1st Ad hoc Committee Meeting (AhCM I).

b. International Symposium IORA 20th Anniversary on Learning from the past and

charting the future.

c. The 3rd Indian Ocean Dialogue (IOD III).

Blue Economy Summit II, di Abu Dhabi, 19-20 Januari 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 14

3. The First Ad Hoc Committee of the Indian Ocean Rim Association (IORA) Concord,Bali, 16-17 Maret 2016

Pada pertemuan tersebut ditekankan beberapa elemen concord sebagai berikut :

a. IORA concord harus memiliki kekuatan penuh dan mencerminkan kapasitas

negara negara IORA.

b. Concord harus memberikan perhatian penuh pada pertumbuhan ekonomi

berkelanjutan, demokrasi dan isu prioritas IORA.

c. Concord juga harus dapat mengatasi isu isu non tradisional di kawasan seperti

illegal, unreported, and unregulated fishing (IUUF), perdagangan manusia,

peredaran narkoba dan obat terlarang, imigran gelap dan perompakan.

d. Concord harus dapat menguatkan IORA dan mengembangkan arsitektur regional

sebagai institusi utama yang menaungi kerja sama negara negara di Samudera

Hindia.

4. The 3rd Indian Ocean Dialogue (IOD), di Padang, 13-14 April 2016

The 1st Ad Hoc Committee of IORA Concord, di Bali, 16-17 Maret 2016

The 3rd IOD of IORA, di Padang, 13-14 April 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 15

Pertemuan tersebut diselenggarakan secara back to back dengan The 2nd Multi Naval

Exercise Komodo, Western Pacific Naval Symposium dan The 2nd International Fleet

Review. Pertemuan terbagi dalam 5 sesi, yaitu: Rules-based Regionalism in the Indian

Ocean; Piracy and Armed Robbery, Illicit Trafficking and Maritime Terorism; Regional

Cooperation in Combating IUU Fishing; The Role of Naval Powers in Enhacing Security

in the Indian Ocean; dan Energy in the Indian Ocean.

Pertemuan tersebut telah menghasilkan Padang Consensus yang berisi 14 butir

kesepakatan atas hasil dialog, serta memuat berbagai rekomendasi bagi negara

anggota IORA. Diangkatnya isu penguatan regionalisme di kawasan Samudera Hindia

dalam sesi tersendiri memberikan ruang bagi kalangan 1.5 track untuk menyuarakan

aspirasi dan pandangan bagaimana visi dan arah IORA kedepan, serta memberikan

masukan substantif bagi penyusunan IORA Concord.

5. The 2nd Ad Hoc Committee of the Indian Ocean Rim Association (AhCM) Concord,di Yogyakarta, 24-25 Mei 2016

Pertemuan tersebut menghasilkan revised draft IORA Concord yang pada hakekatnya

tidak merubah secara fundamental draft IORA Concord awal. Adapun beberapa

masukan baru yang dimuat pada revised draft IORA Concord, diantaranya :

a. Penyempurnaan nama dokumen dari The Indian Ocean Rim Association (IORA)

Concord for a Peaceful, Stable and Prosperous Indian Ocean menjadi The Indian

Ocean Rim Association Concord: Promoting Regional Cooperation for a Peaceful,

Stable and Prosperous Indian Ocean.

b. Menjadikan IORA Charter dan isu isu prioritas yang telah disepakati pada

COMM, sebagai rujukan utama Concord.

c. Mempersingkat beberapa paragraf yang memiliki muatan substansi yang sama.

d. Menambahkan paragraf baru pada bagian penutup yang memuat antara lain:

Recognition Action Plan sebagai dokumen yang memuat langkah konkrit yang

diadopsi oleh Menteri negara anggota IORA.

6. The 6th Bi-Annual Meeting of the Committee of Senior Officials IORA, diYogyakarta, 22-23 Mei 2016.

The 6th Bi-Annual Meeting of CSO IORA, di Yogyakarta, 22-23 Mei 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 16

Beberapa hal penting yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut yaitu :

a. Diadopsinya Terms of Reference for the Establishment on the Ad hoc Committee on

the IORA Concord. Sesuai hasil pertemuan Council of Ministers (COM) ke-15, CSO

ditugaskan untuk membentuk AdHoc Committee dan mengesahkan TOR.

b. Kemajuan dalam pembahasan Declaration on Gender Equality and Women

Economic Empowerment.

c. Disetujuinya kelanjutan program IORA Sustainable Development Programme II

yang memberikan kesempatan bagi negara anggota LDCs untuk memberikan

kontribusi dan berpartisipasi aktif di IORA dengan menyelenggarakan berbagai

workshop / proyek pada bidang keahlian masing masing negara.

d. Kesepakatan mengenai pentingnya kerja sama konkrit dengan negara Mitra

Wicara melalui IORA Dialogue Partners Informal Consultation Mechanism. Dalam

kaitan ini, disulkan agar CSO perlu menyepakati terlebih dahulu bidang kerja

sama yang perlu dikembangkan dengan masing masing negara Mitra Wicara.

7. The 22nd Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG), di Jakarta, 12 Oktober 2016

Pertemuan membahas perkembangan berbagai proyek dalam kerangka 6 (enam)

prioritas dan 2 isu lintas sektoral IORA, laporan kegiatan Regional Centre for Science

and Technology Transfer (RCSTT) dan Indian Ocean Studies, perkembangan

penyusunan Journal for the Indian Ocean Region (JIOR) serta usulan topik

pembahasan pada IORA Summit. Pada pertemuan tersebut, Indonesia mengusulkan

pengadaan Joint Research yang merupakan perhatian utama para akademisi di fora

IORAG. Topik penelitian gabungan tersebut adalah isu yang menjadi prioritas negara

negara anggota. Judul concept note adalah Coastal health and Wealth in Indian

Ocean.

8. The 22nd Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), di Jakarta, 13 Oktober 2016

Terdapat dua inisiatif utama yang mengemuka dalam pertemuan tersebut, yakni :

a. Pembentukan IORA Comprehensive Economic partnership Agreement (IORA-

CEPA).

b. IORA Business Travel card (IBTC).

IORA-CEPA diharapkan dapat meningkatkan perdagangan kawasan dan kemakmuran

masyarakat kawasan Samudera Hindia. Fokusnya tidak hanya perdagangan dan

investasi, tetapi juga financial liberalization dan kemungkinan pembentukan integrasi

regional. Sedangkan pembentukan IBTC bertujuan untuk mendorong peningkatan

perdagangan dengan mempermudah movement of people untuk memperkuat people

to people dan business to business contact.

The Chairman of the IORBF, Mr. Yugi Prayanto of the Indonesian Chamber of Commerce (KADIN), during the 22nd IORBF,held on 13th of October 2016 in Jakarta:

"The IORBF needs to produce a tangible initiative towards enhancing economic and business cooperation in the Indian Oceanregion. The IORBF agress that economic cooperation opportunities need to be explored further and these include the IORA

Comprehensive Economic Partnership Agreement (IORA-CEPA) and IORA Business Travel Card (IBTC)". (Tempo.co)

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 17

9. The 3rd Ad Hoc Committee of the Indian Ocean Rim Association (IORA) Concord,di Bali, 22-23 Oktober 2016

Hal hal yang mengemuka pada pertemuan tersebut, antara lain : menyepakati

format IORA Action Plan (dengan target jangka pendek, menengah dan panjang) serta

menyepakati agar negara anggota dapat menyampaikan kembali pandangannya

dalam 1 (satu) bulan setelah pelaksanaan COM ke-16 kepada Sekretariat IORA.

10. The 16th Working Group on Trade and Investment IORA, di Bali, 24 Oktober 2016

Pertemuan diselenggarakan di Bali pada tanggal 24 Oktober 2016 dan bertujuan

untuk membahas perkembangan sejumlah inisiatif / program kerja negara anggota,

pending projects serta meminta masukan dari negara anggota untuk meningkatkan

kerja sama di kawasan Samudera Hindia berdasarkan 6 area prioritas kerja sama dan

2 cross-cutting issues, khususnya di bidang fasilitasi perdagangan dan investasi.

11. The 18th Committee of Senior Officials (CSO), di bali, 25-26 Oktober 2016

Dalam pertemuan tersebut dibahas sejumlah agenda antara lain:

a. Persiapan KTT IORA 2017 pembahasan terkait tentative program, tema, usulan

topic pembahasan, side events dan outcome documents (termasuk standalone

documents terkait countering violent extremism serta peluang dan tantangan

penerapan SDGs).

b. Persiapan COM ke-16 khususnya pembahasan pada draft Bali Communique dan

Declaration on Gender Equality and Womens Economic Empowerment.

c. Persiapan pertemuan dialog interaktif antara CSO dengan mitra wicara.

d. Engagement dengan organisasi lain seperti dengan United Nations, African Union,

dan ASEAN.

e. Laporan program yang telah terlaksana / masih dalam proses maupun usulan

baru.

f. Pertemuan menyepakati clean text IORA concord dan format IORA Action Plan.

12. The 16th Council of Ministers Meeting (COMM), di Bali, 27 Oktober 2016

The 16th Council of Ministers Meeting (COMM), di Bali, 27 Oktober 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 18

Pertemuan membahas 2 agenda utama yaitu persiapan KTT IORA bulan Maret 2017

dan persiapan outcome documents KTT IORA yaitu IORA Concord dan IORA Action

Plan. Dalam pertemuan tersebut berhasil disepakati beberapa hal, yaitu:

a. Agenda tentative KTT IORA.

b. Clean text IORA Concord dan IORA Action Plan.

c. Pengesahan 2 outcome documents yaitu Bali Communique dan Declaration on

Gender Equality and Womens Economic Empowerment.

Berbagai upaya telah dilaksanakan untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Namun demikian, disadari masih terdapat kendala dalam memenuhi target output yang

disebabkan berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kondisi politik,

ekonomi dan sosial di tanah air menyebabkan tidak dapat terlaksananya beberapa kegiatan

yang telah direncanakan sebelumnya. Selain itu, kondisi politik dan situasi keamanan di

kawasan serta dunia internasional yang kurang kondiusif juga turut mempengaruhi

pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika sepanjang tahun 2016.

B. Capaian Indikator Kinerja Tahun 2016

Dalam Rencana Strategis tahun 2015 2019, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan

Afrika telah menetapkan Sasaran Strategis yang hendak dicapai, yaitu Peran Indonesia di

kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang meningkat. Sementara itu, berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Luar Negeri RI Nomor: SK.02/B/KP/IV/2013/01 Tahun 2013 tanggal 3

April 2013 tentang Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan Kementerian Luar Negeri,

pengukuran tingkat capaian Sasaran Strategis tersebut menggunakan 2 (dua) indikator

kinerja utama, yaitu:

1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti;

2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang

ditindaklanjuti.

Dengan demikian, secara detail capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan

Afrika tahun 2016 dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 19

SA

SA

RA

NIK

UT

AR

GE

TIN

FO

RM

AS

IKIN

ER

JAR

EA

LIS

AS

IC

AP

AIA

ND

ata

Du

kun

g

Per

anIn

do

nes

iadi

kaw

asan

Asi

aP

asif

ikd

anA

frik

aya

ng

men

ing

kat

IKU

1:P

erse

ntas

eke

sepa

kata

nke

rjasa

ma

bila

tera

lya

ngdi

tinda

klan

juti;

90%

[Ju

mla

hre

alis

asik

esep

akat

anke

rjas

ama

yan

gd

itin

dak

lan

juti

/diim

ple

men

tasi

kan

Ju

mla

hre

nca

nake

sep

akat

anya

ng

akan

dit

ind

akla

nju

ti/d

iimp

lem

enta

sika

n]

x10

0%

103/

101

(101

,98%

)11

3,31

%

Rek

apit

ula

sid

oku

men

dar

iti

nd

akla

nju

tke

sep

akat

anb

erd

asar

kan

lap

ora

np

erte

mu

an/k

egia

tan

,b

rafa

ksP

erw

akila

n,s

ura

td

ari/k

epad

aK

/Lte

knis

IKU

2:

Per

sent

ase

prak

arsa

/rek

omen

das

ipad

afo

rum

kerja

sam

ain

trak

awas

anya

ngdi

tinda

klan

juti

90%

[Ju

mla

hre

alis

asi

pra

kars

a/re

kom

enda

siIn

don

esia

di

Fo

rum

Ker

jasa

ma

Intr

akaw

asan

yan

gd

itin

dak

lan

juti

Ju

mla

hre

nca

nap

raka

rsa/

reko

men

dasi

Ind

ones

iad

iF

oru

mK

erja

sam

aIn

trak

awas

anya

ng

dit

ind

akla

nju

ti]x

100%

11/1

1

(100

%)

111,

11%

Rek

apit

ula

sip

raka

rsa

yan

gd

iter

ima

dan

dit

ind

akla

nju

tib

erd

asar

kan

lap

ora

np

erte

mu

an/k

egia

tan

,b

rafa

ksP

erw

akila

n,s

ura

td

ari/k

epad

aK

/Lte

knis

NIL

AIR

AT

A-R

AT

AC

AP

AIA

NK

INE

RJA

TA

HU

N20

1611

2,21

%

Ta

be

l3

.1C

ap

aia

nK

ine

rja

Dit

jen

Asi

aP

asi

fik

da

nA

frik

aT

ah

un

20

16

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 20

C. Analisis Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam Rencana Strategis tahun

2015 2019, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah menetapkan Sasaran Strategis

yang hendak dicapai, yaitu Peran Indonesia di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang

meningkat. Pengukuran tingkat capaian Sasaran Strategis tersebut menggunakan 2 (dua)

indikator kinerja utama, yaitu:

1. Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti;

2. Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama intrakawasan yang

ditindaklanjuti.

Pengukuran capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan

Afrika pada tahun 2016 berdasarkan dua indikator di atas mencapai 112,21%. Hal ini

menunjukkan bahwa capaian kinerja diplomasi Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

pada tahun 2016 telah berhasil mendukung upaya peningkatan peran Indonesia di kawasan

Asia Pasifik dan Afrika.

Grafik 3.1 Perbandingan Capaian KinerjaTahun 2013-2016

Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, capaian kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifk

dan Afrika menunjukkan nilai persentase lebih dari 100%. Dengan demikian, Direktorat

Jenderal Asia Pasifik dan Afrika secara umum telah memenuhi target kinerja dalam

meningkatkan kerja sama di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi regional

di kawasan Asia Pasifik dan Afrika. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa penerapan sistem

akuntabilitas kinerja di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berjalan semakin

baik dan terdapat keterkaitan yang jelas antara proses perencanaan kinerja, pelaksanaan

kegiatan, evaluasi dan monitoring kegiatan, serta pelaporan kinerja.

Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun

2016 sebesar 112,21% dapat dilihat dari analisa pencapaian masing-masing IKU sebagai

berikut:

2013 2014 2015 2016

110.62%103.88%

139.16%

112.21%

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 21

1. Analisa IKU 1 : Persentase kesepakatan kerja sama bilateral yang ditindaklanjuti.

Tabel 3.3 Capaian IKU 1 Tahun 2016

INDIKATORKINERJA UTAMA

INFORMASI KINERJA JUMLAH TARGET REALISASICAPAIANKINERJA

IKU 1:Persentase

kesepakatankerja samabilateral yangditindaklanjuti

Jumlah realisasi kesepakatan kerjasama yang ditindaklanjuti/diimplementasikan

103

90% 101,98% 113,31%Jumlah rencana kesepakatan kerjasama yang akan ditindaklanjuti/diimplementasikan

101

Mengingat IKU 1 merupakan IKU yang baru diterapkan tahun 2015, untuk ituperbandingan capaian hanya dapat dilakukan untuk dua tahun terakhir, sebagai berikut:

Tabel 3.4 Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian IKU 1 Tahun 2015-2016

TAHUN 2015 2016

Target 70% 90%

Realisasi 103,57% 101,98%

Capaian 147,95% 113,31%

Grafik 3.2 Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian IKU 1 Tahun 2015-2016

Dari tabel dan grafik analisa IKU 1 di atas, dapat dilihat perbandingan antara target,

realisasi dan capaian IKU 1 dalam periode dua tahun terakhir. Pada tahun 2016, realisasi IKU

1 (101.98%) lebih baik dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2015 (103.57%) karena

mendekati target 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan yang dilakukan pada

tahun 2016 lebih baik dari tahun sebelumnya. Secara umum, pada kurun waktu 2 tahun

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

Target Realisasi Capaian

70%

103.57%

147.95%

90%

101.98%

113.31%

2015

2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 22

terakhir, jumlah kesepakatan kerjasama bilateral yang ditindaklanjuti/diimplementasikan

telah melampaui target yang ditetapkan sebelumnya.

Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika menetapkan target

kesepakatan kerja sama yang ditindaklanjuti sebanyak 101 kesepakatan. Dari target tersebut

tercatat tingkat realisasi sebanyak 103 kesepakatan, atau dengan capaian sebesar 113,31%,

berupa tindaklanjut kesepakatan kerja sama antara lain:

1. Dalam rangka menindaklanjuti Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia

dan Pemerintah Republik Federasi Nigeria mengenai Kerjasama Ekonomi dan Teknik

yang telah ditandatangani pada tanggal 21 Desember 2000, telah dilakukan beberapa

kegiatan, antara lain: (a) Kunjungan kerja ke Nigeria dalam rangka Indonesia Solo

Exhibition dan Review Meeting RI - Nigeria, tanggal 4 - 10 April 2016; (b) Pertemuan

Delegasi Gubernur Littoral, Kamerun dan BKPM Provinsi Bauchi, Nigeria dengan

Gubernur DKI Jakarta, tanggal 11 Oktober 2016; serta (c) Site Visit Delegasi Nigeria

dan Kamerun ke PT. Dirgantara Indonesia dan PT. Pindad di Bandung, tanggal 14

Oktober 2016.

2. Pertemuan Penjajakan Kerja Sama Sekolah Pariwisata Indonesia-Afrika Selatan, di

Cape Town - Afrika Selatan, tanggal 19-22 September 2016. Pertemuan tersebut

merupakan tindak lanjut dari Memorandum Saling Pengertian (MoU) antara

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Departemen Hubungan dan

Kerjasama Internasional Republik Afrika Selatan mengenai Kerja Sama Penelitian

dan Pengembangan Kebijakan, yang telah ditandatangani pada tanggal 1 Maret 2014.

3. Pertemuan Bilateral Presiden RI-Presiden Palestina, di Jakarta, tanggal 6 Maret 2016.

Pertemuan diselenggarakan di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar

Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-5 di Jakarta. Pertemuan tersebut

merupakan tindak lanjut dari Pernyataan Bersama antara Pemerintah Republik

Indonesia dan Pemerintah Negara Palestina pada tanggal 22 Oktober 2007.

4. Pertemuan Menteri Luar Negeri RI dengan Deputi Perdana Menteri/Menteri Luar

Negeri Yordania, di Amman, Yordania, 13 Maret 2016. Pertemuan tersebut

merupakan tindak lanjut dari Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian

Presiden RI, Y.M. Joko Widodo, bertemu dengan Presiden Palestina, Y.M. MahmoudAbbas, di Jakarta, 6 Maret 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 23

Luar Negeri Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri dan Orang Asing

Kerajaan Yordania Hasyimia mengenai Konsultasi Bilateral, yang telah

ditandatangani pada tanggal 25 Februari 2014.

Dalam pertemuan tersebut, kedua Menlu membahas upaya untuk meningkatkan

kerja sama bilateral, khususnya di bidang ekonomi dan people-to-people contact.

Pertemuan bilateral kedua Menlu menghasilkan 2 (dua) MoU, yaitu MoU mengenai

kerja sama bebas visa untuk paspor diplomatik dan servis, serta MoU mengenai kerja

masa pendidikan diplomatik.

5. Pertemuan Bilateral Presiden RI dengan Presiden Sri Lanka di sela-sela KTT G-7 di

Tokyo, Jepang, 27 Mei 2016. Pertemuan dilaksanakan di sela-sela KTT G-7 di Tokyo,

Jepang. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari MoU on the Establishment

of Joint Commission for Bilateral Cooperation (2007) dan Agreed Minutes of the 2nd

Joint Council for Bilateral Cooperation RI-Sri Lanka (2014).

Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bertemu dengan Menlu Yordania, Nasser Judeh, di Amman,13 Maret 2016

Presiden RI, Y.M. Joko Widodo, bertemu dengan Presiden Sri Lanka, Y.M. MaithripalaSirisena, di Tokyo, Jepang

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 24

Dalam pertemuan tersebut dibahas beberapa isu, di antaranya upaya untuk

meningkatkan hubungan ekonomi kedua negara, terutama kerja sama di bidang

perdagangan dan investasi.

6. Kunjungan Kerja Menteri Luar Negeri RI, dan Pertemuan Bilateral dengan Perdana

Menteri Bangladesh, di Dhaka, tanggal 20 Desember 2016. Kunjungan kerja dan

Pertemuan Bilateral tersebut merupakan tindak lanjut dari Joint Statement on the

Meeting of President of the Republic of Indonesia and Prime Minister of the People's

Republic of Bangladesh di Jakarta, tanggal 23 April 2015.

Dalam pertemuan tersebut, dibahas peluang kerja sama dalam bidang ekonomi,

terutama dalam bidang perdagangan dan investasi, modernisasi angkutan kereta api,

program ketahanan energi, khususnya batu bara.

Menlu RI, Retno L.P. Marsudi, bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina,di Dhaka, 20 Desember 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 25

2. Analisa IKU 2 : Persentase prakarsa/rekomendasi pada forum kerja sama

intrakawasan yang ditindaklanjuti.

Pada tahun 2016, tercatat realisasi jumlah prakarsa/rekomendasi Indonesia di

Forum Kerja sama Intrakawasan yang ditindaklanjuti sebanyak 11 prakarsa atau sebesar

100% dari target sebanyak 11 prakarsa yang ditetapkan. Dengan target persentase sebesar

90%, capaian IKU 2 tersebut adalah sebesar 111,11%, sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 3.5 Capaian IKU 2 Tahun 2016

INDIKATORKINERJA UTAMA

INFORMASI KINERJA JUMLAH TARGET REALISASICAPAIANKINERJA

IKU 2:Persentaseprakarsa/rekomendasi pada forumkerja samaintrakawasanyangditindaklanjuti

Jumlah realisasiprakarsa/rekomendasi Indonesiadi forum kerja sama intrakawasanyang ditindaklanjuti/diimplementasikan

11

90% 100% 111,11%Jumlah rencanaprakarsa/rekomendasi Indonesiadi forum kerja sama intrakawasanyang ditindaklanjuti/diimplementasikan

11

Mengingat IKU 1 merupakan IKU yang baru diterapkan tahun 2015, untuk ituperbandingan capaian hanya dapat dilakukan untuk dua tahun terakhir, sebagai berikut :

Tabel 3.6 Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian IKU 2 Tahun 2015-2016

TAHUN 2015 2016

Target 80% 90%

Realisasi 104,34% 100%

Capaian 130,37% 111,11%

Grafik 3.3 Perbandingan Target, Realisasi dan Capaian IKU 2 Tahun 2015-2016

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

Target Realisasi Capaian

80%

104.34%

130.37%

90%

100.00%111.11%

2015

2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 26

Dari tabel dan grafik di atas, dapat dilihat perbandingan antara target, realisasi dan

capaian IKU 2 dalam periode dua tahun terakhir. Capaian pada tahun 2016 mencapai

111,11%, lebih kecil dibandingkan dengan capaian pada tahun 2015 sebesar 130,37%. Hal

ini disebabkan karena persentase target tahun 2015 yang lebih kecil dibandingkan dengan

persentase target tahun 2016, dengan selisih sebesar 10%. Secara umum, dalam periode dua

tahun terakhir, tingkat capaian Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika untuk IKU 2 telah

mencapai lebih dari 100%, yang menggambarkan bahwa jumlah realisasi

prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/

diimplementasikan telah melampaui target.

Pada tahun 2016, jumlah rencana prakarsa/rekomendasi Indonesia di forum kerja

sama intrakawasan yang ditindaklanjuti/diimplementasikan adalah sebesar 11

prakarsa/rekomendasi. Dari persentase target sebesar 90%, dan dengan jumlah realisasi

sebanyak 11 prakarsa/rekomendasi, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah

memperoleh capaian untuk IKU 2 sebesar 111,11%.

Dari 11 prakarsa/rekomendasi yang ditindaklanjuti di atas, beberapa prakarsa

highlight Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika antara lain:

1. Usulan/masukan yang disampaikan pada APEC Economic Leaders Week (AELW) /

KTT APEC ke-24 di Lima-Peru, tanggal 14 20 November 2016 dapat diterima, yakni:

a. Pada isu perdagangan jasa, masukan Indonesia dalam dokumen APEC Services

Competitiveness Roadmap (ASCR) terkait capacity building telah terakomodir

untuk memastikan agar Roadmap dapat mewujudkan sektor jasa yang

menciptakan lapangan kerja berkualitas, tranformasi ekonomi, inovasi, dan

membantu menghapuskan kemiskinan.

b. Disepakatinya dokumen "Strategic framework on rural development to strengthen

food security and quality growth", yang disulkan/inisiatif Indonesia, Peru dan

Korea Selatan.

c. Prakarsa terkait pentingnya pembangunan konektivitas di daerah terpencil,

pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing serta

memperkuat kerja sama kelautan dan pembangunan pedesaan.

The 24th APEC Economic Leaders Meeting, Lima - Peru, 14-20 November 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 27

2. Usulan/masukan Indonesia yang disampaikan pada:

a. The 22nd Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) di Jakarta, 12 Oktober 2016

dapat diterima, yakni: Indonesia mengusulkan Joint Research diantara para

akademisi IORAG. Topik penelitian gabungan adalah isu-isu yang menjadi

prioritas negara-negara anggota. Concept note usulan ini berjudul "Coastal Health

and Wealth in Indian Ocean". Concept Note tersebut mendapatkan dukungan dari

negara-negara anggota, mengingat joint research adalah perhatian utama para

peneliti;

b. The 22nd Indian Ocean Rim Business Forum (IORBF), di Jakarta, 13 Oktober 2016

dapat diterima, yakni: usulan yang mengemuka adalah pembentukan IORA

Business Travel Card. Indonesia berinisiatif untuk mengadakan IORA Business

Travel Card. Sebagian besar negara memberikan dukungan terhadap usulan awal

pembentukan IORA Travel Card.

3. Usulan/masukan Indonesia yang disampaikan pada:

a. The 3rd IORA Ad-Hoc Committee Meeting (AhCM), di Bali, 22-23 Oktober 2016,

yakni: Draft 4 IORA Concord dan Draft IORA Action Plan. Masukan Indonesia

terkait fisheries crime pada Concord berhasil masuk dengan term "crimes in the

fisheries sector";

b. The 16th IORA Council of Ministers Meeting (COMM), di Bali, 27 Oktober 2016,

yakni: kesepakatan terkait penyelenggaraan KTT IORA pada bulan Maret 2017 di

Indonesia, kesepakatan untuk mengadopsi IORA Concord oleh Kepala

Negara/Pemerintahan pada saat KTT IORA, serta usulan outcome document

Declaration on Countering Violent Extremism.

Menlu RI memimpin Pertemuan The 16th Council of Ministers Meeting (COMM),Bali, 27 Oktober 2016

Australias Foreign Minister, Julie Bishop:

Australia is considering joint patrols with Indonesia in the disputed South China Sea. We have agreedto explore options to increase maritime cooperation and of course that would include coordinated

activities in the South China Sea and the Sulu Sea.(Australian Broadcasting Corporation, November 1, 2016)

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 28

4. Usulan/masukan Indonesia yang disampaikan pada: Pertemuan Senior Officials

Meeting (SOM) ke-25 Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN

Growth Area (BIMP EAGA) dan Ministerial Meeting ke-20 BIMP EAGA, di Puerto

Princesa, Palawan, Filipina, 26-29 November 2016, yakni terkait: pembukaan akses

konektivitas laut dalam kerja sama BIMP EAGA melalui peluncuran roll on roll off

(RoRo) rute Bitung/Sulawesi Utara - General Santos/Davao. Dalam pertemuan

tersebut, disepakati inisiatif untuk membuka akses konektivitas laut dalam kerja

sama BIMP EAGA berupa peluncuran RoRo rute Bitung/Sulawesi Utara - General

Santos/Davao, yang direncanakan pada bulan April 2017 bersamaan dengan KTT ke-

12 BIMP EAGA dan KTT ke-30 ASEAN di Manila, Filipina.

D. Analisis Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf yang Mendukung Capaian Kinerja

Kementerian Luar Negeri

Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf yang mendukung T-1.2. Nilai Manfaat Ekonomi,

Keuangan dan Pembangunan yang Optimal Melalui Hubungan Luar Negeri:

Berbagai kegiatan diplomasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik

dan Afrika tidak saja bertujuan untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia di

bidang politik luar negeri dan hubungan kerja sama internasional. Kegiatan diplomasi

tersebut pada gilirannya juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi

peningkatan pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dengan kata

lain, capaian diplomasi yang telah dilakukan perlu diukur relevansinya dengan manfaat

ekonomi, keuangan, dan pembangunan, sehingga kinerja diplomasi dapat dirasakan secara

langsung manfaatnya oleh masyarakat luas di tanah air.

Pencapaian Tujuan Kementerian Luar Negeri Nilai manfaat ekonomi, keuangan dan

pembangunan yang optimal melalui hubungan luar negeri sebagai Tujuan 1.2 diukur dengan

3 (tiga) Indikator Kinerja Utama dari yaitu:

1. Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan

dengan Indonesia;

2. Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing

dengan Indonesia;

3. Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara dengan Indonesia.

Adapun analisa capaian dari masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai perdagangan

dengan Indonesia

IKU 1 tersebut diturunkan ke dalam capaian kinerja: Jumlah negara akreditasi di

wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia

minimal 3%.

Pada tahun 2016, tercatat jumlah negara akreditasi yang mencapai target

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 29

peningkatan nilai perdagangan dengan Indonesia minimal 3% untuk kawasan Asia Pasifik

dan Afrika adalah sebesar 41 negara dari target sebanyak 80 negara, atau dengan persentase

sebesar 51,25%.

Beberapa capaian nyata dari diplomasi ekonomi RI di kawasan Asia Pasifik dan

Afrika antara lain:

1. Penyelesaian kontrak pengadaan pesawat CN-235-220M multi purpose senilai US$22

juta yang telah diserahterimakan kepada Pemerintah Senegal pada tanggal 27

Desember 2016.

2. Pembelian satu unit pesawat CN235-220M dari PT. Dirgantara Indonesia oleh Royal

Thai Police, Thailand dengan harga US$31 juta. Penandatanganan kontrak pengadaan

satu pesawat terbang ini telah dilaksanakan pada tanggal 19 September 2014 antara

PTDI dan Thai Aviation Industries Co., Ltd.

Terbang Kirim (Ferry Flight) Pesawat CN-235-220M dari Bandung menuju Dakkar-Senegal, 27 Desember 2016

Terbang Kirim (Ferry Flight) Pesawat CN-235-220M dari Bandung menuju Thailand, 25 November 2016

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 30

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan nilai investasi asing

dengan Indonesia

IKU 2 tersebut diturunkan ke dalam capaian kinerja: Jumlah negara akreditasi di

wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan nilai investasi asing ke Indonesia

minimal 3%.

Pada tahun 2016, jumlah investasi asing dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik

dan Afrika yang mencapai target peningkatan nilai investasi minimal 3% adalah sebesar 25

negara dari target sebesar 27 negara, atau dengan persentase sebesar 92,6%.

Jumlah negara akreditasi yang mencapai target peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara dengan Indonesia

IKU 3 tersebut diturunkan ke dalam capaian kinerja: Jumlah negara akreditasi di

wilayah Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke

Indonesia minimal 5%.

Pada tahun 2016, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5% mencapai

7 negara dari target sebesar 23 negara, atau dengan persentase sebesar 30,43%.

Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf yang mendukung SS-1.1.1. Diplomasi Maritim dan

Perbatasan yang Kuat:

1. Jumlah naskah kesepakatan hasil perundingan di bidang diplomasi maritim dan

perbatasan (Sub IKU 1), dengan realisasi 9 naskah dari target Kementerian Luar

Negeri sebanyak 24 naskah, atau dengan persentase sebesar 37,5%. Beberapa

naskah kesepakatan tersebut antara lain:

a. Joint Communique "On The State Visit of The President of The Republic of

Indonesia to The Democratic Republic of Timor-Leste", 26 Januari 2016;

b. Joint Communique "On Voluntary Internastional Cooperation to Combat Illegal,

Unreported and Unregulated (IUU) Fising and to Promote Sustainnable

Fisheries Governance", 26 Januari 2016;

c. MoU antara Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik

Indonesia dan Kementerian Samudra dan Perikanan Republik Korea tentang

Kerja Sama Maritim, 16 Mei 2016;

d. Komunike Bersama Mengenai Kerja Sama untuk Memerangi Penangkapan

Ikan yang tidak sah, Tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU FISHING) dan

Untuk Memajukan Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan, 18 Juli 2016;

e. Joint Declaration by President of the Republic of Indonesia and President of the

Republic of the Philippines on Cooperation to Ensure Maritime Security in Sulu

Sea, 9 September 2016;

f. Joint Communiqu on the Voluntary International Cooperation to Combat

Illegal, Unregulated and Unreported (IUU) Fishing and to promote Sustainable

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 31

Fisheries Governance between the Government of Republic of Indonesia and the

Government of the Republic of India, New Delhi, 12 Desember 2016.

2. Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima di bidang kemaritiman

dan pengelolaan perbatasan (Sub IKU 3), dengan realisasi 5 prakarsa/rekomendasi

dari target Aspasaf sebanyak 6 prakarsa/rekomendasi, atau dengan persentase

sebesar 83.33% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 82%. Beberapa

prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut antara lain:

a. Dalam pertemuan The Blue Economy Summit II dan IORA/IRENA Renewable

Energy Technical Working Session, Abu Dhabi pada tanggal 18-22 Januari

2016, Delegasi RI mengusulkan untuk mendorong penerapan sustainable

fisheries, khususnya melalui pemberantasan IUU Fishing dan mendorong

adanya public-private partnership dalam menerapkan blue economy yang

tertuang dalam Abu Dhabi 2016 Blue Economy Declaration dan diterimanya

usulan dimaksud.

b. Dalam Pertemuan The 17th Meeting of the Working Group of Heads of Missions

Indian Ocean Rim Association (the 17th WGHM IORA), di Pretoria tanggal 18

Februari 2016, Delegasi RI menyampaikan sejumlah inisiatif dan diterima hal

tersebut, yakni terkait : The First Ad Hoc Committe on the IORA Concord;

International Symposium IORA 20th Anniversary on Learning from the Past

and Charting the Future, dan Indian Ocean Dialogue III;

c. Dalam Pertemuan The 1st Ad-Hoc Committee Meeting on IORA Concord di Bali

tanggal 14-18 Maret 2016, Delegasi Indonesia telah menyampaikan usulan

yang diterima para pihak sebagai berikut: Indonesia telah menyusun Non-

Paper IORA Concord sebagai bentuk upaya awal untuk mendorong proses

pembahasan penyusunan IORA Concord; Bersama TROIKA, Indonesia telah

menyusun draft Outline IORA Concord yang diterima oleh negara-negara

anggota.

3. Jumlah forum kerja sama kemaritiman dengan negara lain yang dibentuk (Sub IKU-

4), dengan realisasi 2 Forum dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 3 Forum,

atau dengan persentase sebesar 66,67%. Forum Kerja Sama Kemaritimaan tersebut,

yaitu:

a. Forum Kemaritiman RI-Republik Korea, telah dilaksanakan The 1st Bilateral

Dialogue between RI-ROK pada tanggal 15 Desember 2016 di Jakarta sebagai

tindak lanjut MOU on Maritime Cooperation yg ditandatangani pada tanggal 16

Mei 2016;

b. Forum Kemaritiman RI - Jepang, Maritime and Ocean Concerns (MOC)

pembentukan Maritime Forum RI - Jepang baru ditandatangani pada tanggal

21 Desember 2016 di Tokyo.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 32

Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf yang mendukung SS-1.1.3. Peran Indonesia di

Dunia Internasional yang Meningkat:

1. Persentase kerja sama bilateral yang disepakati (Sub IKU-1), dengan realisasi 32

naskah dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 84 naskah, atau dengan

persentase sebesar 34,67% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 91%.

Beberapa kerja sama bilateral yang disepakati tersebut antara lain:

a. MoU antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Republik Indonesia

dan Kementerian Pekerjaan Umum, Transportasi dan Komunikasi Republik

Demokratik Timor Leste mengenai Kerjasama di Bidang Meteorologi,

Klimatologi dan Geofisika, 26 Januari 2016;

b. MoU antara Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia dan Kantor

Pemilihan Fiji tentang Kerjasama Dalam Manajemen Pemilihan Umum, 31

Maret 2016;

c. MoU between the Ministry of Foreign Affairs of the Republic of Indonesia and

the Ministry of Foreign Affairs of the Islamic Republic of Afghanistan for the

Cooperation on Diplomatic Training and Education, Jakarta, 6 Maret 2016;

d. MoU between the Indonesian Financial, Transaction Reports and Analysis

Center and the Financial Monitoring Department of the National Bank of

Tajikistan Concerning Cooperation in the Exchange of Financial Intellegence

related to Money Laundering and Financing of Terrorism, Jakarta, 1 Agustus

2016;

e. Penunjukan Konsul Kehormatan RI di Ramallah-Palestina melalui

penyerahan Surat Tauliah Menteri Luar Negeri kepada The Honorable

Madam Maha Abu Shusheh pada tanggal 13 Maret 2016;

Menlu RI bersama Konsul Kehormatan RI di Ramallah Palestinadalam peresmian kantor Konsul Kehormatan

Pernyataan Presiden JokoWidodo pada Kunjungan

Persiapan KTT Luar Biasa OKIke-5, Jakarta, 4 Maret 2016:

Indonesia selalu mendukungPalestina menjadi negara

berdaulat diantaranya melaluipembukaan kantor Konsulat

Kehormatan RI di KotaRamallah, Palestina pada 13

Maret 2016(Antaranews.com)

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 33

f. Penandatanganan Komunike Bersama pembukaan hubungan diplomatik RI

masing-masing dengan Republik Afrika Tengah, Chad, dan Guinea Equatorial

pada tanggal 28 September 2016.

2. Presentase prakarsa/rekomendasi Indonesia yang diterima pada forum intra dan

antar kawasan (Sub IKU-3), dengan realisasi 11 prakarsa/rekomendasi dari target

Kementerian Luar Negeri sebanyak 17 prakarsa/rekomendasi, atau dengan

persentase sebesar 61,47% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 95%.

Beberapa prakarsa/rekomendasi tersebut antara lain:

a. Dalam pertemuan Asia Pacific Parliamentary Forum (APPF) ke-24 di

Vancouver 16-23 Januari 2016, Indonesia berhasil meloloskan dan

diterimanya 8 (delapan) resolusi dari total 27 resolusi yang disepakati, yaitu:

Political and Security Matters in Asia Pacific (Co-Sponsor: Rusia)

The Middle East Process (Co-Sponsor: Jepang)

Addressing Transnational Organized Crimes, specifically Traffciking in

Persons, Drugs and Some Illegal (Unregulated and Unreported) Fishing

Protecting the Rights of Migrant Workers

Fostering and Strengthening Connectivity towards Economic

Integration and Shared Prosperity in the Asia-Pacific Region (Co-

Sponsor: RRT)

Building an Inter-Parliamentary Network on Anti-Corruption (Co-

Sponsor: Australia)

Responsibilities of States and Parliaments towards Refugees and

Internally Displaced Persons in Humanitarian Crises

Ensuring Womens Participation at All Levels of Political and Public Life

(Co-Sponsor: Kanada, Selandia Baru)

b. Dalam pertemuan dengan Sekjen Pacific Island Forum (PIF) dan Sekjen Pacific

Islands Development Forum (PIDF), Suva-Fiji, 17 Juni 2016, hasil yang dicapai

oleh Delri, antara lain: (1) Sekjen PIF mengakui peran Indonesia dalam isu

kelautan dan perikanan di kawasan, sekaligus menjadi penghubung PIF ke

ASEAN dan APEC; (2) PIDF mengapresiasi peranan Indonesia, utamanya

melalui South-South Cooperation.

Pencapaian Sasaran Ditjen Aspasaf yang mendukung SS-1.1.4. Diplomasi Ekonomi

yang Kuat:

1. Jumlah naskah kesepakatan di bidang ekonomi, keuangan, pembangunan (Sub IKU-

1), dengan realisasi 12 naskah kesepakatan, atau dengan persentase sebesar 60%

dari target Aspasaf sebanyak 20 naskah kesepakatan. Beberapa naskah kesepakatan

tersebut antara lain:

a. MoU antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik

Indonesia dan Kementerian Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Republik

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 34

Demokrasi Timor Leste mengenai Kerjasama Bidang Energi, Perminyakan

dan Sumber Daya Mineral, 26 Januari 2016;

b. Memorandum of Understanding Kerja Sama KADIN RI-Ethiopia, Oktober

2016;

c. MoU between National Standardization Agency of the Republic of Indonesia

and the Bureau of Indian Standards of the Republic of India on Standardization

Cooperation, New Delhi, 12 Desember 2016.

2. Jumlah Perwakilan RI di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang memiliki data

economic intelligence negara/wilayah akreditasi (Sub IKU-2), dengan realisasi 71

negara/wilayah akreditasi, atau dengan persentase sebesar 118,33% dari target

Kementerian Luar Negeri sebanyak 60 negara/wilayah akreditasi.

3. Persentase prakarsa/rekomendasi Indonesia di bidang ekonomi dan pembangunan

yang diterima di forum-forum di tingkat intra dan antar kawasan dan multilateral

(Sub IKU-5), dengan realisasi 24 prakarsa/rekomendasi dari target Kementerian

Luar Negeri sebanyak 214 prakarsa/rekomendasi, atau dengan persentase sebesar

8,41% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 75%. Beberapa

prakarsa/rekomendasi tersebut antara lain:

a. Dalam pertemuan APEC Business Advisory Council - Senior Officials Meeting

(ABAC SOM) Dialogue, di San Fransisco, 26-27 Februari 2016. Delegasi RI

meminta dukungan terkait inisiatif Indonesia pada APEC 2016 dan

diterimanya masukan dan usulan Indonesia tersebut , yakni terkait : (1) APEC

Roadmap on Rural Development and Poverty Alleviation, (2) APEC Connectivity

on Economic Growth in the Marine and Coastal, (3) Promoting Cultural and

Creative Industries in the APEC Region;

b. Dalam pertemuan Asian Parliamentary Assembly (APA) Standing Committee

on Economic and Sustainable Development Affairs di Islamabad, 26 - 27 Juli

2016, Pemri berupaya mendorong pembahasan beberapa isu dalam forum

tersebut dan berhasil mendorong berbagai posisi Indonesia di APA, antara

lain: mendorong isu kerja sama di bidang terorisme, keuangan regional,

pemberdayaan wanita, Sustainable Development Goals (SDGs), budaya,

perubahan iklim, HAM, bencana alam, perdagangan, UKM, kehutanan, dll.

c. Dalam Pertemuan Tingkat Menteri Asia Cooperation Dialogue (ACD) and

Related Meetings, di Bangkok, 8-10 Maret 2016, telah berhasil disepakati

konsep ACD Vision for Asia Cooperation 2030, Roadmap for ACD Regional

Connectivity dan The Way Forward sebagai momentum untuk maju bersama

mewujudkan cita-cita menjadi sebuah masyarakat Asia yang sejahtera;

d. Dalam pertemuan Strategic Planning Meeting (SPM) Brunei Darussalam-

Indonesia-Malaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA), di

Davao, 23-27 Februari 2016, Delegasi RI telah menyampaikan inisiatif dan

diterimanya inisatif tersebut, antara lain: (1) Beberapa usulan proyek

kegiatan Indonesia diterima untuk dimasukkan dalam proyek pada BIMP-

EAGA Vision (BEV) 2025, antara lain usulan pada tourism cluster, trade and

investment cluster, dan environment cluster, (2) Penyampaian opsi untuk

penyelesaian operasionalisasi BIMP Facilitation Centre.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 35

4. Jumlah promosi Trade, Tourism and Investment (TTI) (Sub IKU-6), dengan realisasi

21 kegiatan, atau dengan persentase sebesar 32,31% dari target Kementerian Luar

Negeri sebanyak 65 kegiatan. Beberapa kegiatan tersebut antara lain:

a. Trade Mission ke Kuwait, 27-31 Maret 2016;

b. Indonesia Oman Business Forum, Jakarta dan Bandung, 27-13 Juli 2016;

c. Familiarization with Middle East Countries: Economic Prospective,

Balikpapan, 2-5 Agustus 2016;

d. Indonesia-Middle East Update, Gorontalo, 9-11 Oktober 2016;

e. Joint Business Council Indonesia Palestina, 12-14 Oktober 2016;

f. Business Forum Sidang Komisi Bersama (SKB) RI-Kuwait, 2-3 November 2016;

g. Pertemuan Gubernur Littoral, Kamerun dengan KADIN Indonesia dan BKPM

Provinsi Bauchi, 13 Oktober 2016;

h. Business Forum Trade and Investment Opportunity in Ethiopia, 14 Oktober

2016.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 36

A. Kesimpulan

Pada tahun 2016, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika telah berhasil mencapai

seluruh sasaran yang ditetapkan di dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2016. Hal ini

dapat dilihat dari sisi fisik pelaksanaan kegiatan, dimana rata-rata tingkat capaian sasaran

kinerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika pada tahun 2016 mencapai 112,21%.

Tingginya nilai capaian tersebut tentunya menandakan bahwa secara umum kinerja

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika selama tahun anggaran 2016 telah berjalan secara

optimal.

B. Tantangan Utama

Tantangan utama yang dihadapi oleh Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya pada tahun 2016, antara lain:

1. Ketidaksesuaian jadwal terkait pelaksanaan kegiatan-kegiatan pertemuan antara

Pejabat Tinggi RI dengan Pejabat Tinggi di negara mitra.

2. Dinamika perubahan situasi dan kondisi politik, ekonomi dan sosial, serta keamanan

di negara mitra yang menyebabkan terhambatnya proses finalisasi dokumen

perjanjian kerjasama.

3. Masih terdapat stigma negatif terhadap negara-negara pasar non-tradisional,

khususnya di kawasan Afrika dari K/L atau stakeholders terkait yang berdampak

pada kurang optimalnya diplomasi RI ke Afrika dan negara-negara pasar non-

tradisional lainnya.

4. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan

yang telah direncanakan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari adanya kesenjangan

antara jumlah kebutuhan pegawai dengan bezetting yang ada.

C. Upaya Mengatasi Tantangan

Menghadapi berbagai tantangan di atas, Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika

telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Direktorat Jenderal Asia pasifik dan Afrika secara konsisten melakukan koordinasi

dengan Perwakilan negara mitra terkait dalam upaya penjadwalan ulang kegiatan

tersebut pada periode mendatang.

2. Melakukan kegiatan prioritas baru lainnya (new initiatives) yang belum terdapat

dalam Rencana Aksi tahun 2016 sesuai dengan arahan Pimpinan sebagai pengganti

kegiatan yang tidak dapat terlaksana dikarenakan berbagai faktor hambatan.

3. Mendorong peningkatan koordinasi dengan K/L terkait, Perwakilan RI di negara-

negara pasar non-tradisional, serta para stakeholders terkait lainnya, untuk dapat

PENUTUPIV

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2016 37

mengoptimalkan pelaksanaan diplomasi RI dengan fokus pada pemanfaatan potensi

negara-negara pasar non-tradisional tersebut untuk kepentingan nasional.

4. Mengoptimalkan Sumber Daya Manusia yang ada dalam melaksanakan program dan

kegiatan yang telah direncanakan, berdasarkan pada skala prioritas dan sesuai

dengan arahan Pimpinan.

== o0o ==