5. bab ii clear

Upload: albertson-dee

Post on 30-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Manajemen1. Pengertian manajemenMenurut P. Siagian (2007) manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Swanburg (2000) mengatakan bahwa manajemen adalah memperkenalkan dan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan. 2. Tujuan Dan Sasaran Manajemena. Tujuan ManajemenMenurut Gillies (2004) tujuan manajemen yakni:1) Memiliki dan mengembangkan nilai serta sikap pengetahuan, kecerdasan, keterampilan serta kemampuan sebagai tenaga pembangunan di bidang manajemen.2) Memiliki, keuletan, kesabaran, dan kemandirian dalam bekerja baik secara individu maupun berkelompok.3) Mengamati dan menganalisa suatu masalah serta menerapkan ilmu pengetahuannya untuk melaksanakan praktek dibidang manajemen, baik untuk kepentingan usahanya ataupun peran sertanya menjadi seorang professional. b. Sasaran MenajemenSasaran Manajemen (Gillies, 2004), adalah:1) Human Resources.Dalam setiap aktivitas manajemen yang dilakukan seharusnya selalu memperhatikan tentang potensi-potensi yang ada pada sumber daya manusia. Hal ini disebabkan sumber daya manusia merupakan faktor yang paling penting dalam kegiatan manajemen. Tanpa adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik, maka dapat dipastikan kegiatan manajemen tidak dapat berjalan dengan maksimal. Sasaran terhadap sumber daya manusia, bentuk kegiatanya dapat berupa memimpin, memotivasi dan mengarahkan orang-orang agar aktivitasnya mengarah pada tujuan yang akan dicapai.2) Non Human Resources.Sasaran manajemen yang kedua adalah non human resources atau segala bentuk fasilitas yang ada untuk menunjang pencapaian tujuan manajemen. Bentuk kegiatan non human resources adalah mengadakan dan memelihara serta mengendalilan segala fasilitas yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan misalnya, tempat, alat, metode kerja dan sebagainya.c. Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen KeperawatanMenurut Nursalam (2007), Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :1) Manajemen keperawatan seharusnya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbergai tingkat manajerial.4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasin yang efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawatperawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.d. Fungsi Fungsi ManajemenSecara ringkas fungsi manajemen (Nursalam, 2007) sebagai berikut 1) Perencanaan (Planning)Fungsi nya meliputi: Misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-peraturan dalam pelayanan keperawatan, perkiraan proyeksi jangka pendek & panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan berencana.Tujuan :Untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan.2) Mengontrol (Controling)Fungsinya :Pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung-jawaban keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.Tujuannya :Untuk melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan3) Organizing (Pengorganisasian)Pengorganisasian (Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa.Fungsinya :Struktur organisasi, model penugasan keperawatan, Job descriptions dan memahami serta menggunakan kekuasaan dan otoritas yang sesuai.Tujuan:a) Untuk membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.b) Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.c) Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.4) Kepegawaian (Staffing)Fungsinya a. Untuk mengrekrut pegawai yang berkualitasb. Melatih dan pengembangan pegawaic. Penempatan dan pemberian orientasid. Pembuatan sisten penggajian / insentifTujuan untuk mengklasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff, rekrutmen, pemilihan orientasi, penjadwalan, penugasan, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pengembangan staff.5) Mengarahkan (Directing)Fungsia. Memberikan pengarahan kepada ketua Timb. Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas dengan baikc. Membimbing bawahand. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota time. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan yankep diruanganf. Melakukan pelaporan dan pendokumentasianTujuan:Untuk membuat perawat atau staf melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Kepala ruang dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi.Adapun unsur yang dikelola sebagai sumber manajemen adalah man, money, material, method, machine, minute dan market.e. Proses Manajemen Keperawatan Menurut Suarli, dkk (2010), proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Hal tersebut merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.f. Lingkup Manajemen Keperawatan Menurut Nursalam (2007) mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat didalamnya.Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi: menetapkan penggunakan proses keperawatan, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnose, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat, menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan, mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran di atas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:1) Manajemen operasionalPelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: manajemen puncak, manajemen menengah dan manajemen bawah.Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya berhasil. Faktor faktor tersebut adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan, kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, kemampuan melaksanakan fungsi manajemen (Nursalam, 2007).2) Manajemen asuhan keperawatanManajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan konsepkonsep manajemen didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi (Nursalam, 2007).g. Hubungan Antara Manajemen Keperawatan dengan Proses KeperawatanProses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.1) Proses Manajemen Keperawatan (Nursalam, 2007)a) Pengkajian pengumpulan dataPada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.b) PerencanaanPerencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan.c) PelaksanaanPada tahap ini manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.d) EvaluasiTahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.2) Sistem di dalam manajemen keperawatan (Nursalam, 2007)a) Pengumpulan data: Personalia, pasien, peralatan dan persediaanb) Perencanaan: Tujuan, sistim, standar, kebijaksanaan, prosedur, anggaranc) Pengaturan: Tabel organisasi, evaluasi tugas, deskripsi kerja, pembentukan kerjasama timd) Kepegawaian : Klasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff, rekrutmen, pemilihan orientasi, penjadualan, penugasan, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pengembangan staff.e) Kepemimpinan: Penggunaan kekuatan, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, mempengaruhi perubahan, menangani konflik, komunikasi dan analisa transaksional.f) Pengawasan: Penelitian, jaminan keselamatan, audit pasien, penilaian prestasi, disiplin, hubungan pekerja tenaga kerja, sistim informasi computer.g) Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masingmasing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik.h) Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.i) Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

B. Kepemimpinan1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George R Terry, 2001). Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell, 2000). Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (Kirsmansa. 2008). Menurut Ruth. M Tappen (2009), dalam buku essential of nursing leadership and management, seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action.Untuk dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain termasuk dengan bawahannya.2. Teori Kepemimpinan dan Gaya KepemimpinanTeori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilakupemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latarbelakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratanpemimpin, sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etikaprofesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1994: 27).Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995).

3. Tipologi KepemimpinanMenurut Siagian (2001), Gaya kepemimpinan berkembang menjadi beberapa tipe kepemimpinan, diantaranya adalah sebagian berikut :a. Tipe Otokratis.Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum (Siagian, 2001).b. Tipe Militeristis.Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya, senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan, sukar menerima kritikan dari bawahannya, menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan (Siagian, 2001).c. Tipe Paternalistis.Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya, dan sering bersikap maha tahu (Siagian, 2001).d. Tipe Karismatik.Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ganteng (Siagian, 2001).e. Tipe Demokratis.Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin (Siagian, 2001).

C. SWOT AnalisisMenurut Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari strengths, weaknesses, opportunities,dan threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Focus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu SWOT. Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, adimistrasi dan bagian keuangan yang akan mepengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan, kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi organisasi.

D. Fish Bone AnalisisMenurut Marquis, L Bessie dan Carol J. Huston (2009), Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.1. Langkah-langkaha. Menyiapkan sesi sebab-akibat b. Mengidentifikasi akibat c. Mengidentifikasi berbagai kategori. d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran. e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin 2. Manfaat analisa tulang ikanMemperjelas sebab-sebab suatu masalah atau persoalanLangkah-langkah penerapan :a. Langkah 1: Menyiapkan sesi Analisa Tulang Ikan yakni: analisa tulang ikan kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit, peserta dibagi dalam kelompok maksimum 6 orang per kelompok, dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa, siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok, buatlah gambar pada flipchart berdasarkan contoh dibawah ini, tentukan seorang pencatat dengan tugas pencatat adalah mengisi diagram tulang ikan. b. Langkah 2: Mengidentifikasi akibat atau masalah yakni :Akibat atau masalah yang akan ditangani tulislah pada kotak sebelah paling kanan diagram tulang ikan. Misalnya Laporan Anggaran Akhir bulan terlambat. c. Langkah 3: Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama yakni: Dari garis horizontal utama, ada empat garis diagonal yang menjadi "cabang". Setiap cabang mewakili "sebab utama" dari masalah yang ditulis, kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini bisa diringkas seperti : sumber daya alam, sumber daya manusia, mesin, materi, pengukuran, metode, mesin, material, manusia - (4m), tempat (place), prosedur (procedure), manusia (people), kebijakan (policy) - (4p), lingkungan (surrounding), pemasok (supplier), sistem (system), keterampilan (skill) - (4s). Kategori tersebut hanya sebagai saran; bisa menggunakan kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Sebaiknya tidak ada lebih dari 6 kotak. d. Langkah 4: Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran yakni : Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan menggunakan curah pendapat, saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram tulang ikan. (yaitu, tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan. misalnya di kategori mesin.), sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga banyak "tulang" kecil keluar dari garis horizontal utama, suatu sebab bisa ditulis dibawah lebih dari satu kategori sebab utama (misalnya, menerima data yang terlambat bisa diletakkan dibawah manusia dan sistem). e. Langkah 5: Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama yakni: Setelah setiap kategori diisi carilah sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori. Sebab - sebab inilah yang merupakan petunjuk "sebab yang tampaknya paling mungkin " lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada diagram. Catat jawabannya pada kertas flipchart terpisah. f. Langkah 6: Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin yakni : Diantara semua sebab-sebab, harus dicari sebab yang paling mungkin, kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling memungkinkan) dan tanyakan , "mengapa ini sebabnya ?", pertanyaan "mengapa ?" akan membantu anda sampai pada sebab pokok dari permasalahan teridentifikasi, tanyakan "mengapa ?" sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. kalau sudah sampai kesitu sebab pokok telah terindentifikasi.

E. Model ModularModel modular adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan non profesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Metode ini diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8-12 klien. Keunggulan dan kekurangan metode ini sampai dengan gabungan antara metode tim dan metode perawatan primer (Arwani, 2006). Menurut Arwani (2006) metode keperawatan moduler adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini merupakan gabungan antara metode tim dengan metode primer. Metode ini sama dengan metode tim karena baik perawat profesional maupun non-profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Di samping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan moduler, satu tim yang terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok pasien berkisar 8-12 orang. Hal ini tentu saja dengan suatu persyaratan peralatan yang dibutuhkan dalam perawatan cukup memadai. Sekalipun di dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non-profesional. Apabila perawat profesional sebagai ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran perawat kepala ruang diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta memotivator (Arwani, 2006).1. Keuntungan dan Kelebihan Model ModularKeuntungan Model Modular diantaranya memfasilitasi pelayanan keperawtan yang komprehensif dan holistic dengan pertanggung jawaban yang jelas, memungkinkan pencapaian proses keperawatan, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim, cara ini efektif untuk belajar, memberi kepuasaan anggota tim dalam hubungan interpersonal, memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif, produktif karena kerjasama, komunikasi dan moral, model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan, memberikan kepuasan kerja bagi perawat, memberikan kepuasan bagi pasien dan keluarga yang menerima asuhan keperawatan, lebih mencerminkan otonomi, menurunkan dana perawat.2. Kekurangan Model Modular :Kekurangannya antara lain beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan, pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab pasien bertugas, biaya relatif lebih tinggi dibandingakan metode lain, perawat harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi kesehatan/ kedokteran, perawat anggota dapat merasa kehilangan kewenangan, masalah komunikasi.

Bagan 2.1Bagan Struktur Model Modular

KaruPJ ShiftPJ ShiftPJ ShiftPPPPPPPPPPPPPPPPPPTIM ITIM IITIM III

Sumber: Nursalam, 2007Keterangan: KaRu: Kepala Ruangan PJ Shift : Penanggung Jawab Shift PP: Perawat Pelaksanaa. Tugas dan Tanggung Jawab PJ Shift1) Memberi masukan saat diskusi kasus pada PP2) Bekerja sama dengan kepala ruang3) Mengevaluasi penkes yang dilakukan PPb. Tugas dan Tanggung Jawab perawat primer (PP)1) Melakukan kontrak dengan klien dan keluarga2) Melakukan pengkajian terhadap klien baru/melengkapi hasil dari PA3) Menetapkan rencana askep dan menjelaskan pada PA (preconference)4) Menetapkan siapa yang bertanggung jawab pada klien5) Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam melakukan tindakan keperawatan.6) Memonitor dokumentasi yang dilakukan PA7) Mengatur pelaksanaan konsul dan laboratorium8) Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA9) Melakukan kegiatan serah terima klien10) Mendampingi visit team medis11) Melakukan evaluasi askep dan membuat catatan perkembangan klien stiap hari12) Memberikan penkes pada klien dan keluarga13) Membuat rencana pulangc. Tugas PP dalam pre dan post conference1) Konfernsi dilakukan stiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas2) Dihadiri oleh PP dan PA dalam timnya masing-masing3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas sebelumnya4) Hal-hal yang disampaikan oleh PP: a) Keadaan umum klienb) Keluhan klienc) TTV dan kesadarand) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostik terbarue) Masalah keperawatanf) Rencana keperawatan hari ini g) Perubahan terapi medish) Rencana medisd. Tugas dan Tanggung Jawab PA1) Membaca rencana perawatan yang telah ditetapkan PP2) Membina hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga3) Menerima delegasi peran PP, bila PP tidak ada4) Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan keperawatan5) Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikan.6) Memeriksa kerapihan dan kelengkapan status keperawatan7) Mengkomunikasikan semua masalah kepada PP8) Menyiapkan klien untk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan dan tindakan keperawatan.9) Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan10) Melakukan inventarisasi fasilitas11) Membantu tim lain yang membutuhkan

F. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT1. Kepala Ruangana. Peran Kepala RuanganAdapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (2004) adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.b. Fungsi Kepala Ruangan1) Menyusun rencana harian, mingguan, bulanan, dan tahunan tentang kegiatan di area kerjanya.2) Merencanakan dan menetapkan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan perbulan.3) Merencanakan dan menetapkan kebutuhan staf diruangan.4) Menyusun jadwal dinas perawat diruangan.5) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dan membuat daftar alokasi pasien.6) Memberikan motivasi dan reinforcement kepada seluruh staf diruangan.7) Menjelaskan uraian tugas perawat dan petugas lain yang ada diruangan.8) Memimpin dan mengikuti serah terima pasien diruangan.9) Membimbing, mengarahkan dan mensupervisi seluruh perawat dan petugas lain dalam melaksanakan tugas diruangan.10) Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan diruangan.11) Melaksanakan ronde keperawatan.12) Mengatur pendelegasian tugas staf diruangan.13) Melaksanakan validasi tenaga, billing, sarana, dan fasilitas diruangan.14) Melaksanakan supervisi terhadap seluruh pelayanan di area kerjanya.15) Mengevaluasi indikator mutu/ QO serta membuat dan melaksanakan tindak lanjut upaya peningkatan mutu.16) Menindaklanjuti hasil audit internal dan eksternal di areanya.17) Menindaklanjuti keluhan pelanggan internal dan eksternal di areanya.18) Membuat laporan mingguan, bulanan terkait dengan fungsi-fungsi manajemen yang telah dilaksanakan.19) Mengatur pengadaan, penempatan, pemakaian, dan pemeliharaan sarana dan fasilitas ruang perawat.20) Melaksanakan orientasi kerja bagi staf yang baru di area kerjanya.21) Melakukan penilaian kinerja perawat dan staf lain di areanya.22) Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf.23) Mengelola pelaksanaan asuhan keperawatan diruang rawat.

2. Penanggung Jawab Shifta. Peran Penanggung Jawab ShiftPenanggung jawab shift ruangan adalah jabatan yang berfungsi menggantikan peran pengatur di ruang perawatan pada saat pengatur tidak berasa di tempat, shift Sore dan Malam serta hari Libur berdasarkan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari wilayah kerjanya sesuai dengan prinsip budaya kerja 5 R dalam mencapai standar mutu Rumah Sakit Immanuel.

b. Fungsi Penanggung Jawab Shift1) Fungsi Utama :a) Menyusun rencana kegiatan harian sesuai pelimpahan tugas/wewenang dari Pengaturb) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien dan membuat daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksanac) Mengidentifikasi kesiapan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatand) Mengatur pendelegasian pada saat meninggalkan ruangane) Melakukan timbang terima pasien, pre dan post conferencef) Membimbing dan mengarahkan perawat pelaksanag) Melakukan ronde keperawatan kepada seluruh pasienh) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan keperawtan kepada seluruh perawat pelaksanai) Memberikan motivasi, bimbingan dan reinforcement dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawata pelaksana diruanganj) Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilaksanakan oleh perawat pelaksanak) Memberikan umpan balik pada perawat pelaksanal) Membuat laporan kegiatan pelaksanaan asuhan keperawatanm) Menindaklanjuti keluhan pelanggan internal dan eksternal di areanyan) Melaksanakan validasi tenaga, billing, sarana dan fasilitas di ruangano) Melaksanakan supervisi terhadap seluruh pelayanan di area kerjanyap) Memberi masukan penilaian kinerja Perawat Pelaksanaq) Melaksanakan validasi pelaksanaan asuhan keperawatan2) Fungsi Kolaborasi :a) Melaksanakan konferensi kasusb) Melakukan kolaborasi dengan tim dokter/tim kesehatan lainc) Bekerjasama dengan bagian yang terkait dalam menciptakan lingkungan keperawatand) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan keperawtan di ruangan

3. Perawat Pelaksanaa. Peran Perawat PelaksanaPerawat Pelaksana rawat inap adalah jabatan yang berfungsi melaksanakan Asuhan Keperawatan kepada pasien sesuai dengan kompetensi yang dimiliki perawat pelaksana dengan memperhatikan prinsip kinerja prima dan budaya CARE untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Immanuel.b. Fungsi Perawat Pelaksana1) Fungsi Utamaa) Mengikuti operan: pre dan post operanb) Mengikuti rapat ruangan bersama Pengatur Ruanganc) Menerima pendelegasian dari perawat level di atasnyad) Mengikuti program bimbingan/pelatihan keperawatan dalam pengembangan serta peningkatan asuhan keperawatane) Mengikuti konferensi kasus f) Menerima pasiejn barug) Melakukan pengkajianh) Melaksanakan asuhani) Mengevaluasi asuhan keperawatanj) Melakukan pendokumentasian asuhank) Melakukan proses pemulangan pasien/pemindahan pasienl) Melakukan persiapan pemeriksaan diagnosism) Melakukan pendidikan kesehatann) Memasukkan data tindakan ke computero) Melakukan pemeliharaan peralatan penunjangp) Mengisi kartu kendali pemakaian persediaan obat2) Fungsi kolaborasia) Melakukan kolaborasi dengan tim dokterb) Bekerjasama dengan pengatur ruangan, penanggung jawab shif, pembimbing klinik dan tim kerjanya dalam menciptakan lingkungan keperawatan yang kondusif di ruanganc) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan keperawatan di ruanganG. Perhitungan BOR dan LOS1. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur BOR menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah the ratio of patient service days toinpatient bed count days in a period under consideration. Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.

JUMLAH PASIEN JUMLAH TEMPAT TIDURNilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

BOR =X 100

2. LOS (Length of Stay) = Rata-rata lamanya pasien dirawatLOS menurut Huffman (dalam Arwani, 2006) adalah The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration. LOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI, 2005).

LOS = Jumlah lama dirawat (jumlah pasien keluar(hidup+mati)

H. Tindakan Keperawatan Manajemen keperawatan adalah suatu cara untuk mengelolah atau mengatur sesuatu termasuk asuhan keperawatan. Adapaun beberapa tindakan asuhan keperawatan yang perlu diperhatikan adalah seperti cuci tangan, dan pelaksanaan discharge planning yang harus dilakukan oleh perawat. Selain itu dalam keperawatan anak terdapat ruang perinatologi yang dimana kebersihan inkubator diruangan tersebut harus terjaga. Beberapa tindakan asuhan keperawatan tersebut memerlukan manajemen keperawatan agar tindakan asuhan keperawatan tersebut terlaksana dengan baik 1. Mencuci Tangan (Komite Keperawatan, 2013)a. Definisi Mencuci TanganMenurut Tim Depkes (2003), mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang. Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidak dapat digantikan oleh pemakaian sarung tangan.b. Tujuan cuci tanganMenurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :1) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan2) Mencegah infeksi silang (cross infection)3) Menjaga kondisi steril4) Melindungi diri dan pasien dari infeksi5) Memberikan perasaan segar dan bersih.c. Indikasi cuci tanganIndikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (2005) adalah :1. Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan2. Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung3. Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka4. Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekresi.5. Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan mikroorganisme virulen atau secara epidemiologis merupakan mikroorganisme penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi.6. Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau epidemiologis.7. Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi.8. Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius.d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Cuci Tangan PerawatLankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, & Peterson (2003) bahwafaktor yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianyatempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhadap standar. Sementara itu Tohamik (2003) menemukan dalam penelitiannya bahwa kurang kesadaran perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk cuci tangan. Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas.Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukanKU (Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV / AIDS, dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lamakerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsi terhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untuk membuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya pelatihan).Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Tohamik (2003) mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa tidak lain merupakan karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit (Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Karakteristik perawat meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi. Menurut Smet (1994), variabel demografi berpengaruh terhadap kepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melaksanakan etos kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan (Muchlas, 1997).Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam soal kemampuan kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada perawat yangmerasa mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan tindakan sesuai dengan protap. Demikian juga dalam pelaksanaan protap mencuci tangan, perawat yang memiliki kemampuan melaksanakan, akan cenderung patuh untuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protap tersebut (Arumi, 2002).Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secara selektif, kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secara selektif oleh masing-masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yang berbeda tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat didalam pelaksanaan protap tersebut juga akan berbeda (Arumi, 2002). Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenaga yang dimilki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan/ nilai-nilai yang diterima perawat, dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapaaspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalahketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program pengobatan (Arumi, 2002).Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial menurut Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan perawat. Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitas internal perawat, petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan serta keperawatan.

2. Operan (Hand Over) (Komite Keperawatan, 2013)a. PengertianOperan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.b. Tujuan operanMenyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.c. Langkah-langkah operanKedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap. Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang akan disampaikan. Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru. Perawat primer atau ketua tim dan anggota kedua shift observasi langsung kondisi klien.d. Prosedur operan1) Persiapana) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siapb) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.2) Pelaksanaana) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.b) Dari Nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :(1). Identitas pasien dan diagnosa medis(2). Masalah keperawatan yang muncul(3). Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum(4). Intervensi kolaboratif dan dependensi(5). Rencana umum dan persiapan lain.(6). Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioperkan.(7). Penyampaian pada operan secara singkat dan jelas.(8). Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali pada kondisi khusus.(9). Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh Perawat primer.d) Dokumentasi Dalam Operan(1). Identitas klien(2). Diagnosa medis klien(3). Dokter yang menangani(4). Kondisi saat klien ini(5). Masalah Keperawatan(6). Intervensi yang sudah dilakukan(7). Intervensi yang belum dilakukan(8). Tindakan kolaborasi(9). Rencana umum dan persiapan lain(10). Tanda tangan dan nama terang

3. Perencanaan Pulang (Discharge Planning) (Komite Keperawatan, 2013)a. Pengertian Discharge PlanningKozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.Jackson (1994, dalam The Royal Marsden Hospital, 2004) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.Rondhianto (2008) mendefenisikan discharge planning sebagai merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya pasca bedah. Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin di perpendek. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004)b. Tujuan Discharge PlanningProses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam The Royal Marsden Hospital, 2004). Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008).c. Keuntungan Discharge Planning 1) Bagi Pasiena) Dapat memenuhi kebutuhan pasienb) Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya.c) Menyadari haknya untuk dipenuhi segala kebutuhannya d) Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan memperoleh support sebelum timbulnya masalah.e) Dapat memilih prosedur perawatannyaf) Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubunginya.

2) Bagi Perawat a) Merasakan bahwa keahliannya di terima dan dapat di gunakanb) Menerima informasi kunci setiap waktuc) Memahami perannya dalam systemd) Dapat mengembangkan ketrampilan dalam prosedur barue) Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda.f) Bekerja dalam suatu system dengan efektif.d. Proses Discharge PlanningProses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning, sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah pemulangan. Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut:1) Pengkajiana) Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care giver, fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat pendidikan, sertarintangan terhadap perawatan.b) Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah, penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan kesehatan, dankemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton video, mendengarkan petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran yang berbeda pada pasien.c) Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu, lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna (seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu dalam pengkajian).d) Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang lebih luas.e) Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatankesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan, mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan diantara keduanya.f) Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan pembatasan.g) Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang kebutuhansetelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah). Tentukan kebutuhanrujukan pada waktu yang berbeda2) Diagnosa KeperawatanPenentuan diagnosa keperawatan secara khusus bersifat individual berdasarkan kondisi atau kebutuhan pasien. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:a) Kecemasan.Hal ini dapat menginterupsi proses keluarga b) Tekanan terhadap care giver. Hal yang menyebabkannya adalah ketakutan.c) Kurang pengetahuan terhadap pembatasan perawatan di rumah.Pasien mengalami defisit perawatan diri dalam hal : makan, toileting, berpakaian, mandi/kebersihan.d) Stres sindrom akibat perpindahan.Hal ini berhubungan dengan upaya meningkatkan pertahanan/ pemeliharaandi rumah.3) PerencanaanHasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah sebagai berikut:a) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain), penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari pengobatan akibat masalah yang timbul.b) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggotakeluarga mampu melakukan aturan perawatan).c) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalamsetting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisikesehatannya telah diubah.

4) PenatalaksanaanPenatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada hari pemulangan.Persiapan sebelum hari pemulangan pasien:a) Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi kebutuhan pasien.b) Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.c) Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau rekaman video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga dapat diberitahu tentang sumber-sumber informasi yang ada di internet.d) Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan danusulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien.e) Penatalaksanaan pada hari pemulanganf) Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan, perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang dilakukan pada hari pemulangan antara lain: Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, ataukebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskansedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakanalat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (sepertitempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ). Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalamkebutuhan transportasi menuju ke rumah. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien. Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telahditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada pasien. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasiensesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaanterakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang amanuntuk administrasi diri. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor dokter. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasienmembutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran.Anjurkan pasien dan keluarga mengunjungi kantornya. Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi rodauntuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulangdengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans. Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuhdan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unitdimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda darikursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk membersihkan ruangan pasien. 5) Evaluasia) Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit, pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus dilaporkan kepada dokter.b) Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.c) Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi pasien, dan menganjurkan perbaikan.

4. Penerimaan Pasien Baru (Komite Keperawatan, 2013)a. PengertianSuatu tata cara penerimaan pasien baru yang akan dirawat di ruang rawat inapb. Tujuan1) Bagi RS : agar prosedur pelayanan penerimaan pasien baru diruang rawat inap berjalan dengan baik, teratur sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan.2) Bagi Pasien : agar pasien/keluarga mendapat pelayanan yang baik, cepat dan terarah sesuai dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada.c. Prosedur1) Persiapan Alata) Tempat tidur siap pakaib) Meja pasien, kursic) Status pasien lengkapd) Perlengkapan pasien : gelas minum, pakaian, handuk, perlengkapan mandi, kertas tissue, baskom, dlle) Alat untuk pemeriksaan : tensimeter, stetoskop, thermometer, jam tangan, timbangan berat badan, pengukur tinggi badanf) Papan nama pasieng) Gelang identitas pasienh) Pispoti) Urinalj) Standar infusek) Sarung tangan (bila perlu)l) Suction (bila perlu)m) Oksigen (bila perlu)2) Pelaksanaana) Cuci tanganb) Menyiapkan kamar dan tempat tidur serta peralatan yang diperlukan siap pakai sesuai kebutuhan pasien (disesuaikan dengan fasilitas kelas perawatan)c) Pasien dan keluarga diterima dengan ramah, penuh perhatian, hangat dan mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga dengan mengklarifikasi nama pasiend) Perawat memperkenalkan nama dan jabatannya dan memberitahukan penanggung jawab pasiene) Bila pasien dapat berdiri, ditimbang dahulu berat badannya, diukur tinggi badannya sebelum dibarungkan ditempat tidur, kecuali jika sudah ditimbang di poliklinik/IGD. Jika pasien memerlukan tindakan segera maka pasien langsung diantar ke kamar pasienf) Membaringkan pasien ditempat tidur dan memberikan posisi yang nyaman pada pasien dan melakukan tindakan sesuai kebutuhang) Melakukan klarifikasi ulang kepada pasien/keluarga tentang dokter penanggung jawab pelayananh) Kenalkan pasien dan keluarga dengan teman sekamar jika pasien memesan kamar semi pribadii) Serah terima kelengkapan berkas catatan medik pasienj) Melakukan pengkajian keperawatank) Melaporkan kepada dokter penanggung jawab pelayanan untuk tindakan pengobatan yang harus dilakukan segera dan data-data pasienl) Perawat memberitahukan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang telah dan akan dilakukanm) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan serta melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah direncanakann) Melaporkan jenis makanan pasien kepada petugas gizi sesuai dengan dietnyao) Melakukan orientasi ruangan kepada pasien/keluarga tentang fasilitas yang ada dan cara penggunaannyap) Memberikan informasi kepada pasien/keluarga sesuai dengan prosedur pemberian informasi untuk pasien/keluargaq) Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanyar) Memasang identitas pasien dan mengisi papan identitas pasiens) Melengkapi dokumentasi Asuhan Keperawatan

7