lit/do jelli -...

78
{ •. Lit/DO / jell I SKRIPSI SISTEM PEMBINAAN AKHLAK (Studi Kasus pada Organisasi Persatuan Islam (Persis) Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumbeljaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat) Oleh: Abdul Mufallah NIM: 0018218283 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H/2006

Upload: duongtu

Post on 31-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

{ •. Lit/DO / jell I

SKRIPSI

SISTEM PEMBINAAN AKHLAK(Studi Kasus pada Organisasi Persatuan Islam (Persis)

Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumbeljaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)

Oleh:

Abdul MufallahNIM: 0018218283

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANJURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1427 H/2006

Page 2: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

SISTEM PEMBINAAN AKHLAK(Study Kasus pada Organisasi Persatuan Islam (Persis)

Desa Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruanuntuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Smjana Tarbiyah

Oleh:

Abdul MufallahNIM: 00]8218283

Di bawah Bimbingan

Pc~'MANIP: 150222550

JURUSAN KI-MANAJEMEN PENDIDIKANFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IDDAYATULLAHJAKARTA1427 H/2006

Page 3: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul SISTEM PEMBINAAN AKHLAK (Study Kasus pada

Organisasi Persatuan Islam (Persis) Desa PanjaIin Kidul, Kecamatan SumbeJjaya,

Kabupaten Majalengka, Jawa Barat) yang disuslm oleh Abdul MufaIlah dengan

Nomor Induk Mahasiswa: 0018218283, telaIl diujikan daIam sidang munaqasah

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (DIN) Syarief

Hidayatullah Jakarta pada tanggaI 29 Januari 2007, skripsi ini telah diterima sebagai

salaIl satu syarat untuk memperoleh gelar saJjana strata satu (S-I) pada jurusan

Kependiddikan Islam Program Studi Mananejemen Pendidikan.

Jakarta, 29 Januari 2007

Sidang Munaqosah

DekanlKetua merangkap Anggota

Penguji I,

Dra. Yefuelty Z, M.PdNIP. 150209382

Pembantu DekanlSekretaris Merangkap Anggota

Anggota

Penguji II,

H. Sukarna SyariefNIP. 150640 658

Page 4: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

6. Keluarga Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah

Jakarta

7. Mamang Udin, yang telah bersedia memberikan infOImasi, tumpangan,

dan makan gratis ketika penulis berada di Panjalin Kldul, Majalengka.

8. Ayah, Bunda, Ayuk Aini, Adeng Mus, Adeng Lia, dan Adeng Rida, yang

selalu mendo'akan dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan

tulisan ini.

9. Istriku Lina Wahyuni dan Anakku Kaori Tsuraya el-ya Zuha, yang selalu

setia dan sabar mendampingi penulis dalam segala aktifitas, termasuk

dalam penulisan skripsi ini.

10. Kerabat yang selama ini setia menjadi ternan diskusi Nasir, Mujib, Fahmi,

Ojie, Amin, Evi, Imad, Paehan, Jarwo, Abi dan Ucup.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu selesainya skripsi ini, semoga segala bantuan yang diberikan mendapat

balasan dari Allah swt.

Jakarta, Desember 2006

Penulis

Page 5: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

DAFTARISI

KATAPENGANTAR 1

DAFTARISI 111

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah I

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8

C. Sistematika dan Teknik Penulisan 9

BABII TENTANG SITEM PEMBINAN AKHLAK

A. Pengertian Sistem Pembinaan II

B. Pengertian Akhlak 14

C. Pembagian Akhlak 16

D. Dasar dan Tujuan Fundamental Pembinaan Akhlak 17

E. Metode Pembinaan Akhlak 20

F. Signifikansi dan Proses Pembinaan Akhlakdi Masyarakat 24

BAB III PERSATUAN ISLAM

A. Sejarah Persis 27

B. Dewan Hisbah Persis sebagai Pusat PengambilanKeputusan Hukum 35

C. Tujuan dan Cita-Cita Persis 43

BabIV METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian 49

B. Obyek Penelitian 50

C. SumberData 52

D. Populasi dan Sample 53

E. Teknik Pengumpulan Data 53

F. Teknik Analisa Data 54

)111

Page 6: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BabV

Bab V HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Persis Masuk ke Desa Panjalin

B. Sitem Persis dalam Membina Akh1ak Masyarakat diDesa Panjalin Kidul

1. Sistem Tabligh

2. Sistem Persekolahan

C. Pengarub Sistem Pembinaan Persisi terhadapPerbaikan Akhlak Masyarakat Desa Panjalin

D. Faktor yang Menghanlbat dan MendorongKeberhasilan Pembinaan Persis di Panjalin Kidul

1. Faktor yang Menghambat

2. Faktor yang Mendukung

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

55

59

60

62

66

69

70

72

74

Page 7: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini terdapat beberapa perubaban yang teIjadi di tengah masyarakat yang

menimbulkan keprihatinan bersama. Misalnya, masyarakat tidak lagi merasa

sungkan, malu, apalagi takut untuk melakukan kekerasan, penganiayaan, penjarahan,

dan pengrusakan, bahkan pembunuhan. Sebagian masyarakat merasa bangga sambi!

membusungkan dada, mengepalkan tinju, mengacung-acungkan senjata dengan tanpa

rasa bersalab, ketika mereka membuat manusia lain sekarat atau hilang nyawa,

meskipun seringkali dengan dalih atau alasan yang amat sepele. Mereka merasa

gagab ketika orang-orang di sekitarnya merasa terganggu, ketakutan, atau terteror

atas "kehebatan" dan "keberanian" mereka.

Manakala mereka berulah, mereka merasa seolab bagai tokoh, artis, atau

selebritis. Di sinilab ironisnya, mereka yang menjadi pelaku vandalisme dan

brutalisme justru mendapat tempat di media, sementara orang-orang yang rajin dan

berprestasi hanya mendapat kolom keell saja. Wajar saja jika pelajar maupun generasi

muda saat ini berpikir buat apa susab-susah belajar, buat apa repot-repot disiplin, buat

apa mengikuti nasihat orang tua atau guru, kalau semua itu tidak akan membawa pada

pengakuan atas keberadaan mereka. Lebih baik berulab, norak, gaul, dan sebagainya.

Catatan media massa tentang hal ini juga tidak jauh berbeda. Masih belum hilang

dari ingatan kita peristiwa adu otot antar anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang

Page 8: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

terhormat dalam Sidang Tahunan beberapa bulan lalu. Belurn lagi, tingkah polah

mereka yang menghambur-hamburkan uang negara (yang diambil dari pajak yang

dibayar masyarakat) untuk kepentingan mereka sendiri (korupsi). Dan yang sampai

saat ini pun masih teJjadi, yaitu parade pamer mobil-mobil mewah seharga milyaran

rupiah di jalan-jalan raya di Jakarta. Sang empunya mobil seolah-olah tidak melihat

bahwa di beberapa perempatan jalan yang mereka lalui ada beratus-ratus orang yang

susah payah, dari pagi sampai malam, menghimp udara jalanan yang berdebu dan

kotor, hanya untuk mendapatkan uang yang hanya cukup untuk makan sekeluarga

esok hari.

Dahulu bangsa Indonesia, yang mayoritas muslim, dikenal sebagai bangsa yang

santun dan memiliki nilia-nilai yang luhur. Bangsa Indonesia begitu dihormati dan

disegani karena keramahan dan sopan santunnya. Namun, segalanya seperti hilang

begitu saja ketika badai krisis ekonomi melanda negeri ini. Kenyataannya malah

menunjukkan bahwa keterpurukan ekonomi tersebut berkembang menjadi krisis

multidimensional. Memasuki era reformasi, kehidupan politik amburadul. Tatanan

budaya, nilai-nilai akhlak, serta penghargaan terhadap sesama manusia ikut merosot.

Keteladanan pun kian tipis.

Kebanggaan yang selama ini ditanarnkan sebagai bangsa yang paling disegani di

antara negara semmpun tiba-tiba pupus, ditandai terusimya ratusan ribu tenga keJja

Indonesia dari negeri jiran (Malaysia). "Prestasi" yang paling menonjol dicapai

2

Page 9: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Sehubungan dengan hal itu, tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pada

pendidikanlah tempat bergantung nasib dan masa depan bangsa ini. Pendidikan

adalah sumber bagi ilmu dan pengetahuan. Bila bangsa ini melalaikan pendidikan,

berarti bangsa ini sedang menelantarkan masa depannya sendiri.

Ironisnya sejak Soekamo sampai Megawati menjabat sebagai presiden,

pendidikan tetap dianaktirikan. Kalau para pemimpin negeri ini tidak memiliki ambisi

kebangsaan melalui pendidikan, jangan tanya apa dan bagaimana bangsa Indonesia di

masa yang akan datang, karena sudah pasti meyakitkan untuk dijawab

Dari ungkapan para pakar dan praktisi pendidikan, terungkap kritik bahwa kelas

belajar di sekolah-sekolah Indonesia tidak ubahnya sebagai proses transfer

pengetahuan dari guru ke murid. Guru tidak berperan sebagai individu yang

merangsang kemampuan anak untuk menemukan informasi serta pemahaman atas

sesuatu yang dipelajari. Mood tidak diajak untuk mengenal, mengetahui, memahami,

menyikapi realitas kehidupan. Padahal yang seharusnya dijalankan guru di dalam

kelas adalah mengajak anak untuk mengenal dan mengetahui realitas kehidupan

sehari-hari agar kemudian terdorong untuk melakukan penyikapan-penyikapan yang

tepat pada realitas tersebut.

Seperti yang diungkapkan John Dewey, adalah pendidikan sejati jika datang dari

rangsangan terhadap kemampuan-kemampuan seorang anak melalui tuntutan­

tuntutan situasi-situasi sosial di mana anak itu menemukan dirinya. Lewat tuntutan­

tuntutan itu sianak dirangsang untuk bertindak sebagai anggota dari sebuah kesatuan,

untuk berkembang dari kesempitan tindakan dan perasaannya semula, dan untuk

4

Page 10: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

memahami dirinya dari titik tolak kesejahteraan kelompok di mana ia menjadi

bagiannya. Melalui tanggapan-tanggapan yang dibuat oleh orang-orang lain terhadap

tindakan-tindakannya itu, ia menjadi tahu apa arti semua tindakan tadi dalam ranah

sosial.3

Prof. C.E Beeby menggambarkan bahwa suasana keJas beJajar di sekolah-sekolah

Indonesia sebagai ruang primitif yang membosankan, serta miskin imajinasi.

Bayangkan saja, "setelah guru masuk kelas dan pintu ditutup, guru berhadapan

dengan 3-40 orang murid, ditemani sehelai papan tulis hitam lengkap dengan

penghapus dan sepotong kapur, serta buku lusuh di atas sebuah meja yang berlapis

kain wama-warni dengan motif kembang". Sepanjang pengalaman mengajar, sang

guru tidak pernah melihat guru lain mengajar, dan tidak pernah ada guru atau

pengawas yang melihat dia mengajar". Praktek sudah menjadi ritual yang

berlangsung turun temurun4•

Jurang antara tuntutan pendidikan sejati dengan kenyataan sekoJah yang

demikian, tentu tidak bisa dipisahkan dari problematika tenaga pengajar (guru). Ada

apa dengan guru-guru di sekolah? Mengapa bisa terjadi? Apa solusi yang ditawarkan?

Semua itu merupakan deretan pertanyaan yang tak kujung usai untuk dijawab.

Boleh jadi pemyataan di atas terasa berlebihan, tapi bukan berarti mengajak kita

untuk menutup diri atas kenyataan yang telah berlangsung 60 tahun sejak Indonesia

3 William F. O'neil, Ideologi-ideologi Pendidikan, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002), eeL Ke-2, hal.380

4 C.E. Beeby, Pendidikan Di Indonesia (Penilaian dan Pedoman Perencanaan), (Jakarta: LP3ES, Juni1987), eet. Ke-3 hal. 79-83

5

Page 11: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

merdeka. Yang harns dicatat, selama ini bukan tidak ada upaya perbaikan, tetapi

upaya-upaya tersebut belum dirasakan dampaknya oleh masyarakat, terutama untuk

sekolah-sekolah negeri.

Inilah kemudian yang mendorong munculnya berbagai kreasi di masyarakat untuk

turut andil dalam melakukan pembenahan sitem pendidikan nasional. Berbagai cara

dilakukan, dari mulai memberikan usulan konstruktif secara intesif saat perumusan

regulasi, sampai memunculkan sistem pendidikan sendiri dengan beragam pola.

Masing-masing. Ada yang dalam bentuk pendidikan formal (sekolah), ada pula yang

berbentuk pendidikan nonformal yang kemudian dikenal dengan istilah pembinaan.

Dalam lipatan sejarah Indonesia, sesungguhnya upaya masyarakat yang demikian

sudah berlangsung lanla. Misalnya, kelahiran Serikat Dagang Islam (1911 M.) [yang

kemudian menjadi Serikat Islam, 1912 M.] secara tegas merupakan usaha menembus

dominasi ekonomi Belanda. Lahirnya Muhanunadiyah (1912 M.) dengan gerakan

amal usahanya di bidang sosial dan pendidikan, merupakan bentuk usaha untuk

memberi akses bagi masyarakat pada pendidikan, dan pelayanan sosial. Demikian

juga dengan kelahiran organisasi Persatuan Islam (selanjutuya disebut Persis, pen.)

pada tahun 1923 M di Bandung. Persis hadir saat itu merupakan sebuah upaya untuk

mendobrak kebekuan pemahaman, pemikiran, dan penga."1IaIan keislaman melalui

gerakan dakwah dan pendidikan.5 Persis, mencurahkan perhatiannya terutama pada

promosi Islam puritan dan banyak menjalankan aktivitas seperti; penerbitan, debat

, Shiddiq Amien, dalam Kala Pengantar buku Dadan Wildan; Pasang Surut Gerakan Pembaharuan diIndonesia; Potret Pejalanan Sejarah Organisasi Persatuan Islam (persis), (Handung: Persis Press,2000), h.1l

Page 12: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

publik, aksi politik, tabligh, dan pendidikan untuk mencapal tujuan-tujuannya. Pada

masa kejayaannya, yakni sekitar tahun I920-I950-an. Persis merupakan perhimpunan

yang ideologis dan sangat kontroversial pada saat itu.6

Dikatakan kontroversial karena organisasi ini lebih menekankan pada upayanya

dalam mendefinisikan penegakkan Islam, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan

perilaku muslim yang semestinya bagi masyarakat Indonesia.

Dalam menggambarkan Islam, para aktivis Persis menghindari pelbagai konsep

dan generalisasi yang samar dan lazim di Indonesia, apalagi sampai menyibukkan diri

dengan rincian dan substansi perilaku keagamaan. Para anggota Persis lebih

mengedepankan pandangan-pandangan yang rasional dan jelas tentang budaya

tradisional Indonesia, tentang institusi-institusi yang diilhami dari budaya "Barat",

dan tentang pemikiran dan praktik keagamaan muslim tradisionai. 7

Di Majalengka, tepatnya di desa Panjalin Kidul, sekitar tahun I970-an telah

berdiri pesantren Persis. Jauh sebelum Persis masuk ke desa ini, akhlak

masyarakatnya jauh dari nilal-nilal islam. Khusunya untuk desa Panjalin, masyarakat

di desa ini walau sudah beragama, namun masih menaruh kepercayaan kepada benda-

benda keramat seperti cincin atau keris. Bagi mereka yang menyimpan dan

memelihara benda keramat tadi dengan balk, diyakini akan menjadi jalan pintas untuk

memperoleh keuntungan dan meberikan manfaat dalam berbagai aspek kehidupan.

Begitu pula sebaliknya. Kenyataan tersebut berimplikasi pada laku masyarakat dalam

6 Howard M. Federspiel, Labirin ldeologi Muslim, (Jakarta: Serambi, 2004), cet.!, h. 9

7 Ibid., h.IO

7

Page 13: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

mengatasi persoalan-persoalan kehidupan. Masyarakat tidak terdorong untuk

menggali ilmu pengetahuan, masyarakat menganggap keJja keras merupakan suatu

hal yang sia-sia, dan seterusnya.8 Tetapi sekarang setelah Persis masuk ke wilayah

ini, sedikit demi sedikit yang dernikian mulai berkurang.

Dalam konteks penelitian ini penulis merasa tertarik untuk menelaah

bagaimanakan sistem pendidikan atau pembinaan yang dijalankan oleh Persis.

Selanjutnya penelitian ini penulis beri Judul SISTEM PEMBINAAN AKHLAK;

STUDY KASUS PADA ORGANISASI PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DESA

PANJALIN KIDUL, KECAMATAN SUMBERJAYA, KABUPATEN

MAJALENGKA. JAWA BARAT.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Penulis menyadari bahwa Persis tidak hanya konsen melakukan pembinaan

masyarakat, ia pun terlibat dalam perpolitikan negeri ini. Namun demikian penulis

tidak akan meneliti semua gerak langkah langkah yang dilakukan oleh persis, penulis

membatasi penelitian ini hanya pada masalah yang berkaitan langsung dengan sistem

pembinaan Persis dalam membina akhIak masyarakat, dalam hal ini masyarakat Desa

Panjalin Kidul, Kecamatan SumbeJjaya, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Kemudian agar penilitian ini fokus, penulis membuat rumusan penelitian sebagai

berikut:

• !bu Iyoh, istri adi Junaedi, aim., wawancara pribadi di rumah kediamannya, desa Panjalin Kidul,kabupaten Majalengka. Pada bar! Jum'at, 18 Pebruari 2005

8

Page 14: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BabIV

BabV

BabVI

Metodologi Penelitian. lsi dari bab ini adalah Tujuan dan manfaat

penelitian, Obyek penelitian, sumber data, populasi dan sample,

tekhnik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

HasH Penelitian yang mencakup; Sejarah masuknya Persis ke desa

Panjalin, sitem Persis dalam membina akhlak: masyarakat di Desa

Panjalin Kidul, pengaruh sistem pembinaan persis terhadap

perbaikan akhlak masyarakat, serta faktor yang menghambatan dan

mendorong keberhasilan pembinaan.

Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustakan

Teknik penulisan karya ilmiah il1i mengacu pada Pedoman Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi edisi terbaru yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press.

Page 15: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABII

TENTANG SISTEM PEMBINAAN AKHLAK

A. Pengertian Sistem Pembinaan

Tata kehidupan dunia ini sesunggubnya merupakan suatu sistem. Dikatakan

sistem, karena di dunia ini terdapat sejumlah komponen yang memiliki fungsi yang

saling terkait antara satu dan lainnya untuk mewujud dalam satu kesatuan tertentu.

lalah Salisbury (1996 : 22) yang menjelaskan bahwa "a system is a group of

components working together as a functional unit". Sejalan dengan pikiran Bury,

.Tohshon (1978) berpendapat bahwa sistem ialah suatu keterpaduan yang saling

berkombinasi untuk membentuk kebuJatan. Seperti yang dicontohkan oleh Winardi

(1980). Ia mencontohkan sistem ekonomi, terdiri dari elemen lembaga-Iembaga atau

pranata ekonomi, lembaga sosial, lembaga politik, ide-ide yang mengarah pada

kelancaran proses produksi, distribusi dan konsumsi barang di masyarakat1•

Memahami kembali i1mu tentang sistem, akan mengahantarkan seseorang

memahami perilaku manusia dalam kontestasinya di masyarakat, atau minimal dalam

organisasi yang merupakan meniatur masyarakat. Sistem organisme dalam teori

sistem umum adalah natural dengan segala hukum, prinsip, dan sifatnya. Di sisi lain,

munc\llnya berpikir, menciptakan berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

I Syarifudin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2004) hal.15-16

Page 16: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Salah satu sistem yang tercipta dari proses berpikir manusia adalah sekolah.

Keberadaan sekolah merupakan satu institusi sosiaI yang memliki peranan strategis

dalam kehidupan masyarakat. Sebagai salah satu komponen kelembagaan di

masyarakat, sekolah sangatiah menentukan dinanlika masyarakatnya. Di sisi lain,

masyarakat juga mempengaruhi perkembangan sekolah dari waktu ke waktu.

Hanya s~a, sekolah merupakan organisa.si pendidikan formal yang menjelaskan

progranl pendidikan bagi peserta belajar dengan tujuan dan aturan yang berlaku pada

suatu negara tertentu. Di Indonesia terdapat aturan, seperti UU No 2 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Karena tuntutan masyarakat, UU tersebut dalam

perjalanannya diperbahami. Perbaikan itu kemudian di kenai dengan UU No 20

Tahun 2003, tetap dengan sebutan Sistem P'endidikanNasionaI.

Dalam organisasi masyarakat, ditemukan pula karya pikir manusia yang sejalan

dengan sistem persekolahan. Sistem pembinaan, sebutannya. Secara etimologi kata

pembinaan berasal dari kata bina yang mengandung arti membangun, mendirikan,

mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil lebih baik.2

Terminologinya, kata pembinaan sering disamaartikan dengan kata pendidikan.

Orang kadang menggunakan kata pendidikan untuk merujuk pembinaan, atau

menggmmkan istilah pembinaan untuk rnaksud pendidikan. Mungkin karena

substansinya kednit istilah tersebut memiliki kemiripan, sehingga orang seringkali

2 Depdikbud, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 134

Page 17: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

tidak terlalu meperdulikan istilah mana yang akan digunakan, yang terpenting adalah

substansi dan alur pikirannya benar.3

Sitem pembinaan tersebut muncul didasari atas kebutuhan organisasi terhadap

ketersediaan generasi yang akan melanjutkan perjuangan organisasi untuk mencapai

tujuan yang dicita-citakan.

Selanjutnya, dapat dipahami bahwa sistem pembinaan merupakan subsitem dalam

pencapaian tujuan dan cita-cita dari sebuah organisasi, yang dalam implementasinya

subsistem ini berdiri sebagai sistem tersendiri. Hal ini dikarenakan shem pembinaan

memiliki unsur dan komponen tersendiri. Kompenen-kompenen tersebut terdiri dari

kepala program pembinaan, staf-staf program pembinaan, tenaga pembina,

penyelenggara pembinaan, pengawasan dan pengendalian mutu pembinaan, dan tidak

lupa pula orang yang dibina. Selain itu terdapat pula unsur atau komponen lain,

seperti orientasi atau fokus pembinaan, materi pembinaan, metode pembinaan,

lembaga-lembaga pembinaan, sarana dan prasarana pembinaan, tekhnologi yang

digunakan, dan biaya pembinaan. Kemudian karen.a organisasi masyarakat tidak bisa

lepas dari konteks masyarakatnya, maka mrsur atau kompenen yang terpenting pula

adalah masyarakat itu sendiri.

3 Dedih Surana, IQ, EQ, dan SQ da/am Pembinaan Akhlaq Kalrintah, Jurnal; Ta'dib. (Bandung:Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Bandung), Vol. 2, : Pebruari'2002, hal. 101

Page 18: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

B. Pengertian Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yang artinya tabiat,

kebiasaan, perangai.4 Kata ini ada namun jarang ditemukan dalam al-Qur'an. la

banyak ditemukan dalam hadist-hadist Nabi SWA. Salah satunya yang paling populer

adalah yang artinya sebagai berikut:

Artinya:"Sesungguhnya aku diulus hanya untuk menyempurnakan akhlak"(H R. Malik). 5

Sedangkan di dalan1 al-Qur'an hanya ditemukan bentuk tunggal dari kata tersebnt,

yaitu khuluq. Kata tersebut terdapat dalam al-Qur'an surat Al-qalam ayat 4 yang

artinya:

Artinya:"Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di alas budi pekerli yangagung". (Q.S. AI-Qalaml68:4)

Pemikir muslim mencoba mendefinisikan akhlak, di antaranya Ibnu Miskawaih.

Seperti dikutip Abuddin Nata, bahwa akJJlllk adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang mendorong sesorang untuk melakuk.an perbuatan tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan.6 Pendapat ini senada dengan apa ungkapan Al-Ghazali. Menurut

4 K. H. A. W. Munawwir, Kamus Arab-fndon€sia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997),cet. ke-14

5 Anas Bin Malik, AI-Mualhlha, (Mesir: Darnl Hadist; 19Q;l),jilid r. cet. Ke-2, hal. 690

6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuj.. (Jakarta: Rajawali Perss, 26tliZ), cet. ke-4, hal 3

Page 19: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

AI-Ghazali akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan

pertimbangan.7

Sedangkan dalam wacana filsafat, akhlak disamakan dengan etika dan moral.

Menururt Cak Nur sebagaiman dikutip oleh Aep Saepudin, terdapat pengertian erat

sekali antara antara akhlak dan etika, sehingga sering kali tidak dapat dibedakan

dengan cennat.8

Akan tetapi menurut Quraisy Shihab, akhlak berbeda dengan etika. Etika

menyangkut perilaku lahiriah, sedangkan akhlak berhubungan dengan perilaku

lahiriah maupun bathiniah manusia.9

Dengan demikian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang

menjelma menjadi gerak refleks seseorang. Dikatakan gerak refleks karena tindakan

atau perbuatan yang muncuJ benar-benar berasal dari dalam dalam diri t1ll1pa adanya

pengaruh pemikiran atau pertimbangan yang panjang. Ia muncuJ begitu saja, karena

proses pembelajaran atau pembiasaan yang dijalani.

Berangkat dari pendefinisian kata pembinaan dan akhlak di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah suatu upaya

yang dilakukan secara berdaya guna oleh seseorang atau sekolompok orang dalam

7 AI-Ghazali, Ihya U1mu ai-din, Jilid III, (Beirut: Dar ai-Fila, t.t), hal. 56

8 Aep Saefudin, Akhlak dalam PerspektifWacana Pemikir Muslim, Jurnal Ta'dib, op.cit, hal. 15

9 Quraisy Shihab, Wawasan AI-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1998), cet. ke-7, hal. 261

Page 20: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

rangka membangun serta mengembangkan perilaku lahiriyah dan bathiniah seseorang

menuju idealitas pribadi yang dicita-citakan.

C. Pembagian Akhlak

Dalam bukunya yang beJjudul wawasan AI-Quran, Prof. DR. Quraisy Shihab

membagi akWak ke dalam tiga bagian menurut sasarannya yaitu; a) akhlak terhadap

Allah SWT, b) akhlak terhadap sesama manusia dan c) akWak terhadap lingkungan.

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan pengakuan dan kesadaran bahwa tiada

tuhan melainkan Allah SWT. Dialah Alllah SWT yang memiliki sifat-sifat terpuji.

Kemudian, selain akhlak terhadap Allah SWT yang merupakan manifestasi dari

hubungan manusia kepada Allah SWT (hablum minallah), manusia juga diwajibkan

untuk menjaga hubungan antar sesama manusia sebagai manifestasi (hablum

mina11Os). lnilah yang disebut oleh Quraisy Shihab sebagai akhlak terhadap sesama

manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya bentuk larangan melakukan hal-hal

negatif seperti, menyakiti fisik sampai membunuh, atau mengambil hak orang hak

orang lain tanpa alasan yang dibenarkan, namun juga harns menjaga aspek-aspek

psikologis dari diri seseorang, seperti larangan mengunjing, memfitnah dan lain-lain.

Pembagian ketiga adalah akhlak terhadap lingkungan. Akhlak terhadap

lingkungan merupakan akhlak terhadap segala sesuatu yang berada <Ii sekitar

manusia, baik itu tumbuhan serta hewan serta benda-benda 1$ bernyawa.

Page 21: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Pembagian akhlak tersebut tidak lain perwujudan dari peran kekhalifaan yang

disandang manusia di muka bumi ini. Kekhalifaan yang diemban manusia merupakan

perwujudan tugas manusia sebagai rahmatallil 'alaminIO•

D. Dasar dan Tujuan Fundamental Pembinaan Akhlak

Dalam Q.S (30:30) telah dinyatakan bahwa fitrah manusia adalah tunduk dan

patuh kepada Allah SWT. Sebagaimana diterangkan Q.S (7:172), hal ini merupakan

persaksian manusia pada Allah SWT tatkala masih dalam rahim Ibu. Fitrah manusia

juga dilengkapi dengan kecenderunganfujur dan taqwa (Q.S.91:8). Dengan fitrah ini

manusia memiliki nilai-nilai I1ahiyah yang berasal dari ruh-Nya (Q.S.l5:29, 38:72,

58:22).

Dengan nilai dasar dan potensi dasar, manusia akan membentuk jati dirinya

(Q.S.9t:9-10) yang akan menjadi bekal bagi manusia dalam mengarungi samudera

kehidupan dalam rangka menjalankan amanah (Q.S.33:173) sebagai khalifah Allah

SWT.

Fungsi khalifah yang dijalankan oleh manusia adalah mewujudkan kemakmuran

dan menegakkan nilai-nilai Ilahiyah di mnka bumi (Q.S.2:30, 6:165, 27:62, 35:39).

Allah SWT memberikan amanah pada manusia sebagai khlafiah di muka bumi tentu

bukan tanpa bekal. Bekal utama adalah manusia diberikan kemampuan untuk

memahami serta menguasai hukum-hukum kebenaran yang terkandung dalam seluruh

10 Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur'an. op.cit. hal 261-270

Page 22: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

(happiness). Binatang hanya mencari dan merasakan kenikmatan. Oleh karena itu

manusia perlu mengembangkan sisi insaniyahnya. 12

Sisi insaniyah manusia, menurut hemat penulis telah tercatat dalam sejarah

penciptaan manusia, yakni sebagai hambaNya untuk mengemban amanah menjadi

khalifah Allah SWT dalam rangka mewujudkan suatu tatanan masyarakat dan

kehidupan yang mardhatillah. Manusia yang berhasil mengemban amanah tersebut

adalah generasi rabbi radhiyya yang mempunyai kapasitas akhlak yang dilandasi

zikir, pikir dan amal yang utuh dan berkualitas (Q.S. 5:54, 3:190-191). Untuk

mempersiapkan dan membentuk generasi tersebut maka dibutuhkanlah suatu

pembinaan.

Pembinaan ini bertujuan untuk menekan potensi fujur seorang manUSla, dan

mendorong muculnya potensi taqwa. Mem':lng potensi positifmanusia lebih dominan

dibanding dengan potensi negatifuya, haya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari

daya tarik kepada kebaikan. 13 Inilah kemudian yang seringkali menyeret manusia

untuk berpaling dari fitrahnya dan menglkuti aIur nafsu kerhidupan sehingga

derajatnya Sl'!ma bahkan bisa lebih rendah dari hewan. PefSOaiarmya kemudian adalah

bagaimana metodenya?

12 Jalaluddin Rahmat, Meraih Cinta lIahi; Pencerahan Sujistik, (B'andung: Rosdakarya, 200 I), cet. ke­5, hal. 309.

13 Quraisy Shihab, WawasanAI-Qu'an, op.cit. hal. 286.

Page 23: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

E. Metode Pembinaan Akhlak

AI-Ghazali mengatakan bahwa pembinaan bisa dilakukan dengan eara beljuang

melawan hawa nafsu (mujahadah) dan latihan-Iatiban ruhani (riyadhah). Yaitu

dengan memaksakan diri untuk melakukan perbuatan tertentu yang merupakan buah

dari suatu jenis perangai yang ingin dimiliki. Misalnya Jika seseorang ingin memiliki

akhlak dermawan dan lepas dari bakhil, maka ia harus terns menuntun dirinya agar

berusaha menginfakkan harta dalam waktu yang eukup lama. Kemudian ia juga harus

berupaya melawan keeenderungan bersifat bakhil yang ada pada dirinya, sehingga

pada ahirnya keeenderungan tersebut hilang dan muneullah akhlak dermawan. 14

Senada dengan pandangan diatas, Nureholis Madjid mengungkapkan bahwa, jika

komitmen itu tetanam eukup kuat dan mengakar dalam jiwa, maka manusia dengan

"watak" kebaikan (akhlak al-karimah). Baginya berbuat baik tidak lagi merupakan

beban, melainkan menyatu dengan dirinya (habits). 15

Membangun kepribadian manusia menuju insan yang dominan sisi insaniyahnya,

merupakan usaha mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Karena itu menurut

Ibnu Miskawih "keutamaan tidak mungkin bisa dieapai keeuali jiwa itu bersih dari

perbuatan keji, yaitu nafsu badani yang hina serta keji hewani yang tereela".16

14 AI-Ghazali, Tahzib al-Akhlak wa Mua 'Iajat Amradh al-Qulub, diterjemahkan oleh Muhammad AI­Baqir dengan judul Mengobati Penyakit Hati, Membentuk Akhlak Mulia, (Bandung: Karisma, 2000),eet. ke-7, hal. 49.

IS Nureholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, (Jakarta: Paramadina, 1999), eet ke-5, hal 169

16 Ibnu Miskawih, Tadzhubul Akhlak, (ter: Jalan Menuju Kesempurnaan Akhlak, Penerjemah: HelmiHidayat), (Bandung: MiLml, 1994), eet. ke-I, hal. 39

Page 24: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Melengkapi apa yang disampaikan tokoh di atas, Abuddin Nata menyampaikan

pandangannya bahwa sebetulnya dalam rukun Islam sudah terkandung upaya

pembinaan akhlak. Contohnya rukun Islam pertam~ yaitu mengucapkan dua kalimat

syahadat, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT, dan aku bersaksi

bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT". Kalimat ini mengandung pemyataan

bahwa selama hidupnya manusia hanya tundnk kepada aturan dan tuntunan Allah

SWT. Orang yang tunduk dan patuh kepada Allah SWT pasti memiliki akhlak mulia.

Dengan demikian melalui penghayatan dua kalimat syahadat, secara tidak langsung,

seseorang dibina agar memiliki kesadaran untnk berakhlak baik. 17 Begitupun dengan

shalat, puasa, zakat, dan haji. Shalat jika dikeIjakan dengan khusyu akan melahirkan

akhlak yang baik Q.S (29:45). Karena shalat seseorang barn akan diterima oleh Allah

SWT jika berimplikasi positif terhadap relasi sosialnya. Bnkan sebailikya,. shalat

ditunaikan, sementara dalam dirinya masih tertanam kesombongan, iri, dengKi, kikir

dan lain sebagainya.

Kemudian puas~ menurut Jalaluddin Rahmat, puasa adalah madrasah ruhaniyah

yang mengajarkan keikhlasan, kebersihanjiw~ ihsan dan ibadah (ketaatan).18 Karena

itu Ali bin Abi Thalib pemah berpesan, "Jangan jadikan perutmu kuburan hewan ",

Maksudny~ kita tidak boleh terlalu banyak makan daging, apalagi cara

memperolehnya dengan jalan yang tidak halal. 19

17 Abuddin Nata, op.cit. hal. 158

18 Jalaluddin Rahmat, Renungan-Renungan Sufistile, (Bandung: Mizan, 2003), eel. ke-15, hal3?

19 Ibid, hal. 43

Page 25: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Puasa juga meIatih seseorang untuk dapat mengendalikan emosinya, sebagaimana

yang disabdakan oIeh RasuIuIIah SAW yang artinya:

Artinya:"Abu Hirairah ra. berkata: bahwasanya Rasululloh saw, bersabda, "Jikasalah seorang dari kamu sedang berpuasa, makajanganlah ia berkata kejidan jangan rebut (marah), dan jika ada ada seseorang yang memaki ataumenjaknya berkelahi. hendaklah ia mengatakan "saya sedang berpuasa"dua kali ". (H.R. Bukhari).20

Zakat pun demikian, dengan zakat seseorang diIatih untuk membersihkan diri dari

sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan berbagi nikmat kepada sesarna.

Terakhir ibadall haji ke bailulloh. Dalanl haji terdapat niIai pembinaan akhIak

yang amat Iuas, karena ibadah haji merupakan ibadah yang menuntut persyaratan

yang banyak, seIain menguasai iImunya, ibadah haji menuntut fisik yang sehat,

kesabaran yang prima dan ditopang oIeh biaya yang tidak sedikit sebagaimana tertera

daIam al-Qur'an, surat al-Baqarah ayat I97 di bawah ini:

Artinya:

20 Muhammad !bnu Abdullah bin Ismail AI-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Mesir: Dar aHhya al-Kutubal-'Arabi, tt), Jilid I, haL 324.

Page 26: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

"Musim haji adalah bulan yang dimaklumi, barang siapa yangmenetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan hajim, maka tidakboleh berkata kotor, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalammasa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,niscaya Allah SWT mengetahuinya. BerbekAllah SWT, dan sesungguhnyasebaik-baiknya bekal adalah takwa. Bertafcwalah pada-Ku hai orang­orang yang berakal. (Q.S. al-Baqoroh/2: 197).21

Metode lain dalam pembinaan akhlak juga diperkenalkan oleh Abul Quasem.

Metode yang dimaksud adalah metode keteladanan. Alasannya bahwa secara alamiah

manusia itu peniru. Tabiat seseorang tanpa sadar bisa mendapat kebaikan dari tabiat

orang lain. .Jika seseorang bergaul dengan orang-orang saleh dalam kurun waktu

tertentu, dia dengan tidak sadar akan menumbuhkan dalam dirinya sendiri beberapa

kebaikan orang-orang saleh tersebut, dan juga secara sadar banyak belajar dari

mereka.22

Apa yang dimaksudkan oleh Abul Quasem ini menurut pikiran penulis senada

dengan pepatah yang sering-muncul di masyarakat, yakni guru kencing berdiri, maka

mood kencing berlari. Bdakangan pepatah tersebut di protes kaum gender. Menurut

mereka pepatah tersebut tidak relevan dan bias gender. Dikatakan bias gender karena

guru yang kencing berdiri meniscayakan bahwa guru hanyalah kaum laki-laki.

Padahal perempuanjuga guru.

21 Abuddin nata, Op.ciL hal. 162.

22 M. Abdullah Quasem, EtikaAI-Ghazali, (Bandung: PUSTAKA, 1998), eet. ke-I, hal. 94

Page 27: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

F. Sigllifikansi dan Proses pembinaan Akhlak di Masyarakat

Seiring dengan kemajuan zaman, masyarakat justru dihadapkan pada berbagai

masalah-masalah kehidupan. Harnpir kehabisan bahasa untuk mengungkapkan

relung-relung permasalahan tersebut. Berbagai implikasi dari bermunculan lantaran

ragamnya problematika itu, mungkin tidak sulit bagi kita menemukan orang-orang

yang depresi mental, stres, serta ketakutan menatap masa depan. Ungkapan yang pas

untuk melukiskan kenyataan tersebut pemah terlontar dari seorang Kuntowijoyo.

Menurut beliau, umat manusia saat ini telah berhasil mengorganoisasikan ekonomi,

menata struktur politik, serta memballgun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri.

Tapi pada saat yang sarna, kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadi

tawanan bagi ciptaan-ciptaannya itU.23

Keadaan demikian sunggub potellsial bagi muncuillya jarak antara manUSla

dellgan Allah SWT. Keadaan masyarakat yang diungkapkan oleh Kuntowijoyo itu,

menurut Jalaluddin Rahmat sungguh potensial membuat manusia menjadi lupa diri

dan terjerabab ke dalam jurang Syrikik, free sex, perjuadian, dan seterusnya24•

Disinilah signifikasi pembinaan akhlaq menjadi utama. Apapun bentuk dan

pendekatannya. Pencapaian tujuan pembinaan akhlak tidak lain dalarn rangka

mellgupayakan tumbuhnya kesadaran dan pemenuhan kualifikasi manusia sebagai

abdullah dan lchalifatullah. Proses pencapaian tersebut tentu hams dilakukan dengan

23 Kuntowijoyo, Paradigma Islam In/erpre/asi un/uk Aksi, (Bandung; Mizan, 1993), cet. ke-5, hal. 159

24 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1999), cet. ke-II, hal. 260-269

Page 28: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

pembentukan sikap, penambahan wawasan serta pemberian bekal keterampilan.

Ketiga ranah tersebut harns dikelola secara utuh dan proposional.

Tujuan akhir dari pembinaan adalah semata-mata mencari ridlo dari Allah SWT.

Untuk mencapai tujuan akhir tersebut ditempuh berbagai terminal atau tujuan antara

yang rumusannya disesuaikan dengan bentuk program pembinaan yang

diselenggarakan.

Selanjutnya yang periu kita kemukakan di sini adalah proses yang dapat

memberikan gambaran lebih lanjut semacam tahapan-tahapan dalam upaya

memahami proses khas pendidikan Islam, yaitu :

I. Proses awal yang hams dijalani dalam melakukan pembinaan adalah

meningkatkan iman itu menjadi iman yang signifikan, sehingga ketika disebut

nama Allah SWT maka hatinya bergetar. Proses ini hanya akan teIjadi jika

manusia tersebut dapat membaca ayat-ayat Allah SWT (Q.S.Al Anfal: 2) dan

hatinya tidak dikunci mati oleh Allah SWT. Hal ini berkaitan dengan hidayah

dan hikmah yang diberikan atau tidak oleh Allah SWT. Sementara itu Allah

SWT mensyaratkan manusia akan mendapatkan hikmah dan hidayah bila

manusia tersebut membuka diri dengan proses pensucian jiwa (tazkiyatun

nafs) (Q.S.Ali Imran:I64, Asysyams 8-10).

2. Pengakuan keimanan ini tidak akan memiliki arti apa-apa di hadapan Allah

SWT sebelum diikuti dengan ketundukan secara sukarela kepada Allah SWT,

Contoh ekstrim, makhluk yang beriman akan tetapi kufur dan tidak mau

tunduk kepada Allah SWT adalah iblis, dan karena kedurhakaannya inilah

Page 29: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

yang mengakibatkan Allab SWT mengutuknya menjadi makhluk yang nanti

ketika di akhirat akan kekal di dalam neraka. Di samping itn pamanda Nabi

Muhammad SAW, yaitn Abu Thalib, Meskipun ia adalab pembela dakwab

kemenakannya, dan untuk itn dia telab beramal baik (shalih), namun itn bukan

karena sikap tunduknya kepada Allab SWT.

3. Demikian pula selanjutnya, keimanan dan ketundukan tidak akan memiliki

nilai lebih sebagai manusia, jika tidak diwujudkan dalam amal shalih. Allab

SWT selalu meminta pertanggung jawaban orang-orang yang beriman tentang

amal shalih apa yang telah diperbuatnya. Amal shalih ini pula yang menjadi

prasyarat diakuinya manusia sebagai khalifah di muka bumi (Q.S.Annur: 55).

Amal shalih di s;ni dimaksudkan sebagai segala perbuatan yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh sesuai dengan hukum-hukum Allab SWT

(sunnatullah). Dengan kekhalifaban Islam di muka bumi, maka jaminan peran

Islam sebagai raharnatan lil 'alarnin akan dicapai.

Proses pendidikan Islam ini (1-3) akan berlangsung secara bertabap dan simultan

(berullHlg-ulang) dengan intensitas dan bobot yang semakin lama semakin tinggi.

Tabapan yang dimaksud bukanlab dibatasi olehjeda, namun merupakan satn kesatnan

proses yang dalam kasus tertentn tidak dapat dibedakan antar tabapful. Dari waktn ke

waktn harns ada perkembangan pemabaman, keimanan, ketundukan dan amal shalih.

Sebagaimana telab disinyalir oleh Nabi SAW babwa setiap saat harus ada

perkembangan kualitas diri dan jamaab dan setiap diri harns waspada terhadap naik

tnrunnya kualitas iman.

Page 30: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABIII

PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

A. Sejarah Persis

Pada pennulaan abad ke-20, ketika rasa nasionalisme bangsa Indonesia baru

tumbuh, kata Islam merupakan kata pemersatu bagi bangsa Indonesia dalam

menghadapi bangsa koloniaI, bukan hanya dengan Belanda, tapi juga dengan orang

Cina. Pada masa penjajahan kolonial, umat Islam dihadapkan pada situasi teIjepit;

agama Islam sering kali hanya dijadikan serangan, cemoohan, setta tuduhan dan

celaan orang-orang yang tidak menyukainya. Semua itu dilancarkan baik dengan lisan

maupun tulisan, melalui ceramah-ceramah, mimbar gereja, pelajaran sekolall maupun

berupa karangan yang dimuat dalam surat kabar serta majalall dalam berbagai ballasa,

dengan maksud tiada lain untuk menanamkan benih-benih kebencian dalam hati

kaum dan bangsa pribumi Indonesia terutama terhadap Islam dan pemeluknya.1

Cikal bakallahimya Persis, datang dari sebuall gang-(jalan kecil) yang diberinama

Gang Pakgade. Di sana berkumpul sekelompok kaum saudagar atau para pedagang

yang sering disebut dengan 'urang pasar,.2 Meskipun sarna keciffiya dengan gang

yang lain dan tidak memiliki keistimewaan apapun, namun 'Gang Pakgade inilall yang

telall mengukir sejarall berdirinya suatu gerakan keagamaan yang membawa

I Dadan Wildlm, Pasang Surut. GerakanPembaharuan Islam dl Indonesia, (Bandung: Persis Press,2000), cet.I, b.29

2 (bahasa stliIda) yang artinya sebuah komunitas orang yang bekeljll'di seklor perekonomian (di pasar)yang kemudiart meitjfid1 sebulan bagi sekelompok masyarakat yang memiliki lebih banyak kebebasandalam hal adat istiadat, mereka lebih bebas dibandingkan dengan para pegawai atau menak (petinggiatau bangsawan Sunda)

Page 31: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

pembaharuan Islam dengan semboyan kembali kepada AI-Qur'an dan AS-SUIll1ah

serta membersihkan Islam dari khurajat3 dan bid'ah4 yang mengotorinya. Organisasi

yang berdiri di Gang ini yang kemudian dikenal dengan nama Jam'iyyah atau

organisasi Persatuan Islanl (Persis).5 Sementara Rosidi sendiri melukiskan sebagai

berikut:

Di kota Bandung terdapat sebuah gang keeil yang letaknyadisebelah selatan Jalan Raya Barat, sejajar dengan jalan raya tersebut.Ujung timur gang itu berakhir di Gang Kate, sedangkan ujung baratnyadi Gang Sutur. Gang itu sendiri diriamakan Gang Belakang Pakgade,karena dahulu terletak dibelakang pe'gadaian negeri yang berdiri dipinggir jalan raya. Dalam pereakapan sehari-hari, orang biasamenyingkatnya dengan menyebut Gang Pakgade saja.

Di kiri kanan gang, yang boleh dikatakan pendek itu, terdapatrumah-rumah sederhana, sebagian setengah batu, sebagian lagi darikayu dengan dinding anyaman bambu, yang dihuni oleh orang-orang"bebas ", yaitu para pedagang dan pengusaha kecil, tukang-tukang kuli,walaupun ada juga pegawai rendah pemerintah, atau buruh perusahaanswasta yang tinggal di situ. Letalm)!a yang masih di lingkungan pasar(Pasar Baru dan Pasar Babatan, letafarya tak jauh di seberang utarajalan raya), turut memberi warna terhadap orang-orang yang menjadipenghuninya.

Di Gang BelGiang Pakgade juga yang tinggal bukan hanya orangSunda saja. Di sana ada orang Palembang, Jawa, dan Keling. HanyaCina yang tidak ada, karena orang Cina terpisah pemukimannya diPeeinan. Meskipun kelihatannya Gang Belakang Pakgade tersebut tidakada bedanya dengan puluhan gang lainnya di kota Bandung, sepertiGang Durman, Gang Kasmin, Gang Alipin, Gang Pangampaan, danlain-lain. Namun, Gang Belakang Pakgade itu pernah menjadi terkenaldi seluruh Indonesia, bahkan juga sampai di Singapura dan Malaya,karena dari salah sebuah rumah sederhana yang terletak di gang itu

3 Dalam kamus umum bahasa Indonesia artinya dongeng atau ajaran, dsb, yang bukan-bukan; takhyul.

4 Ajaran yang menyalahi ajaran yang benar; menambah alau mengurangi ajaran dalam Islam, ataudalam beribadah5 Tercatal dalam majalah Risalah pada bulan Mei 1990 hal. 12. Risalah ini adalah salah satu majalahyang dikeluarkan 'o'leh organisasi Persis pada Bidgar (Bidang Garapan) Publikasi. Baca juga dalambukunya Dadan Wlldan, op. cit., h. 20

Page 32: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

disebarkan gagasan memurnikan Islam dengan semboyan, "Kembalikepada AI-Qur 'an dan As-Sunnah dan membersihkan Islam darikhurafat dan bid'ah yang mengotorinya ". 6

Ide pendirian organisasi ini berasal dari pertemuan-pertemuan yang bersifat

kenduri yang diadakan secara berkala di rumah salah seorang anggota kerabat yang

berasal dari Palembang, tapi telah lama menetap di Bandung. Mereka adalah

keturunan dari tiga keluarga yang pindah dari Palembang dalam abad ke-18 yang

mempunyai hubungan erat satu sama lain, melalui hubungan perkawinan. Selain itu,

adanya kepentingan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya dalam usaha

perdagangan serta dengan adanya kontak antara anggota-anggota generasi yang

datang kemudian, dalam mengadakan studi tentang agama ataupun kegiatan-kegiatan

lainnya.

Tamu-tamu yang datang dalam acara kenduri itu, tentunya tidak hanya dari

kalangan Familinya saja, akan tetapi dari kalangan luarpun diundangnya. Dan pada

umumnya mereka sangat senang menerima undangan kenduri itu, antara lain

disamping bisa mempelajari agama Islam, juga tertarik dengan masakan

Palembangnya yang sangat khas itu. Topik pembicaraan dalamkenduri itu

bermacam-macam, misalnya masalah-masalah agama yang dimuat dalam majalah AI-

Munir yang terbit di Padang, majalah AI-Manar yang terbit di Mesir, dan pertikaian

antara AI-Irsyad dan Jami 'at Khaer di Jakarta. Selain itu mereka pun menaruh

perhatian pada organisas:-organisasi keislaman, seperti Sarekat Islafu yang pada

6Ibid., h.30., atau Jiha! Iebihjelasnya, Rosidi, 1990, h.IS-I?

Page 33: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

waktu itu mengalami perpecahan akibat pengaruh paham komunis (Daliar Noer,

1985:96).

Pertemuan-pertemuan dalam kenduri itu pada akhimya menjelma menjadi

kelompok studi (study club) dalam bidang keagamaan, para anggota kelompok

tersebut dengan penuh kecintaan menelaah, mengkaji, serta menguji ajaran-ajaran

yang diterimanya. Sedangkan di pihak lain (di luar sana), keadaan kaum muslimin

Indonesia tenggelam dalam taqlid,7 jumud,8 khurafat, takhayul,9 bid'ah, dan syiril!°

sebagaimana terdapat di dunia Islam lainnya serta diperkuat oleh cengkraman kaum

penjajah Belanda. Para anggota ini semakin lama mengkaji ajaran Islam, semakin

tallU hakekat Islam sebenarnya dan mereka semakin sadar akan keterbelakangan dan

kejumudan yang menyadarkan mereka untuk membuka pintu ijtihai J dan

mengadakan pembaharuan (tajdid) serta pemumian (purifikasi) ajaran agama Islam di

masyarakat. Dntuk ituIah mereka kemudian mengajarkan apa yang telah diketahuinya

kepada sesama muslim lainnya di kampung halaman mereka masing-masing.

Setiap kelompok yang telah tersebar di berbagai tempat selalu mengadakan

kontak hubungan dengan kelompok pertama yang ada di kota Bandung dan

mengadakan hubungan satu sama lainnya secara horizontal (mendatar) tanpa

7 Tunduk alau percaya saja apa kala orang; mengikut, menurut, meniru, lanpa mengetahui dalil,keterangan alau rujukan yang jelas dan kuat sehingga akhiruya menjadi laqlid bUla. Kebalikannyaadalah i'tiba. Mengikut, menurut, percaya yang diikuti dengan dalil alau keterangan syar'i yang kuat.

, Kaku; kerns; beku; kolot.

9 Hanya khayalan belaka; sesuatu yang hanya di angan-angan saja.

10 Mempercayai bahwa Allah SWT itu banyak, keyakinan alau perbuatan mensekutukan Allah SWT.

II Usaha dellgan sungguh-sungguh dalam suatu hal.

Page 34: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

usaha, dan suara Islam itu maka jam'iyyah atau organisasi itu dinamakan 'Persatuan

Islam' (disingkat Persis). 13

Selain itu nama tersebut diilharni pula oleh firman Allah SWT daiamAI-Qur'an

surat Ali Imran ayat 103, yang berbunyi;

(103 : 0 1.>= JI) 1)Y3'::!J I;j.Q-? ~I ~ I.;:; 41JArtinya:"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (undang­undang/aturan) agama Allah SWT danjanganlah bercerai-berai... ",

serta sebuah hadits nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, yang berbunyi;

"Kekuatan Allah SWT itu ada bersama· jama 'ah". Ayat dan hadits nabi tersebut

kemudian dijadikan rnoto Persis dan tertera.di dalam lambang Persis dalam lingkaran

bintang bersudut dua belas.

Persis rnerupakan organisasi yang mempunyai ciri khas tersendiri dibanding

dengan organisasi lain yang sama-sarna berdiri pada awal abad ke-20, ini terlihat pada

kegiataunya yang rnenitikberatkan pada pembentukan faham keagamaan. Lain halnya

dengan organisasi.Budi Utomo (1908) yang bergerak pada bidang pendidikan bagi

orang-orang pribmni (khususnya bagi orang-orang Jawa), Setikat: Islam (1912) yang

hanya bergerak untuk kemajuan pada bidang perdagangan dan politik, dan

Muharnmadiyyah (1912) gerakannya diperuntukkan bagi kesejahteraan sosial

masyarakilt muslim dan kegiatan pendidikan keagamaan. 14

13 DadaIFWiltla1¥/lP.cit., h.34

14 Ibid., h.35. lihat pula Howard M. Federsfiel, 1970., h.11

Page 35: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Sebagai suatu orgamsasl peIjuaugau yaug bertujuau untuk menyusun dau

menciptakan masyarakat yaug beIjalau di dalamnya ajarau dau hukum Islam, Persis

mempunyai paudaugau dan aualisis peIjuaugau yaug sesuai dengau dasar

keyakinaunya. Sejak awal berdirinya, Persis menitikberatkau peljuaugaunya pada

penyebarau dau penyiarau paham A1-Qur'an dau As-Sunnah kepada masyarakat

muslim, dau bukan untuk memperbesar dau memperluas jumlah auggota dalam

orgauisasi. Persis pada umumnya kuraug memberikau tekauau pada kegiatau

organisasinya sendiri, ia tidak terlalu berminat untuk membentuk bauyak cabaug atau

menambah sebauyak mungkin auggota. Pembentukau cabaug bergautung pada

inisiatif peminat semata dau bukau didasarkau kepada suatu rencaua yaug dilakukau

oleh Pimpinau Pusat.

Menurut M. Federsfiel, keauggotaau Persis kuraug dari 20 oraug saja pada tahun­

tallun pertama. Aktivitasnya pun berkisar pada shalat jum'at, ketika auggota dataug

bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajarau agama yaug diberikau oleh

sejumlah tokoh Persis. Satu-satunya syarat keauggotaau pada masa-masa awal adalah

ketertarikamlya pada agama Islam yaug selalu di fasilitasi oleh para auggota Persis

dengau membuka kursus studi keislamau secara umum.

Sekitar tahun 1924, AI1mad Hassau (u1ama asal Singapura) bergabung dengau

gerakau ini. Kehadirau A. Hassau memberikau corak dau warna barn dalam

peIjuaugau Persis. Ia merupakau auggota yaug paudaugaunya memberikau format

dau identitas nyata kepada Persis dau secara teraug-teraugau menempatkau dirinya ke

dalam barisau muslim modernis. A. Hassau dataug ke Baudung sebenarnya bukau

Page 36: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

untuk mendalami ilmu agama, tetapi untuk mempelajari eara menenun di suatu

lembaga tekstil pemerintah. Semasa di Bandung, A. Hassan tinggal di rumah H.

Muhammad Yunus yang merupakan salah seorang pendiri Persis. Maka seeara tidak

sengaja ia telah menempatkan dirinya pada pusat kegiatan keagamaan yang telah

menjadi perhatian utamanya sebelum datang ke Bandung atau bahkan sebelum datang

ke Indonesia.

Ahmad Hassan masuk menjadi anggota Persis bukan karena tertarik dengan

paham-paham ajaran yang dibawa oleh Persis sendiri, akan tetapi temyata malah A.

HassanJah yang membawa Persis menjadi gerakan ishlah. A. Hassan sadar bahwa

pemikirannya hams segera dituangkan ke dalam sebuah gerakan, agar bisa

berkembang seeara efektif. Pada akhimya tampak gabungan antara pemikiran dan

pandangan A. Hassan yang tajam dengan eiri Persis yang keras telah melahirkan

gerakan paham yang eepat meluas.

Tokoh lain yang sangat berpengaruh dan telah memberikan wama tersendiri

dalam peIjuangan Persis yaitu Muhammad Natsir. Beliau adalah salah seorang murid

A. Hassan yang sering datang ke rumalmya untuk mempelajari ilmu agama ketika ia

masih belajar di sekolah menengah di Bandung. Natsir dilahirkan di Arahan Panjang

apad 17 Juli 1908. Ia adalah anak dari seorang pegawai pemerintahan. Ia pergi ke

Bandung pada tahun 1927 untuk melanjutkan studinya di AMS (setingkat SMU

sekarang). Selama di Bandung, minat untuk belajar agamanya semakin berkembang.

Dengan demikian, A. Hassan dan M. Natsir adalah dua tokoh -disamping tokoh-

Page 37: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

tokoh lainnya- yang mempunyi peran yang sangat penting pada masa awal berdirinya

organisasi Persis.

C. Dewan Hisbah sebagai Pusat Pengambilan Keputusan Hukum

Persatoan Islam (Persis) sebagai sebuah ormas adalah aset yang sangat berharga

Kelahirannya memuncuIkan beragam ide yang bermuara pada cita-cita kembali pada

AI-Qur'an dan As-Sunnah. Pendiriannya bermula dari pertemuan antar pedagang

yang membicarakan masalah-masalah seputar agama, termasuk seputar

perkembangan organisasi-organisasi Islam yang telah berdiri pada saat ito dan tengah

mengalami gonjang-ganjing, seperti Sarikat Islam. Haji Zamzam dan Haji M. Yunus

adalah penggagas awal dari kelompok stodi ini. Dari berbagai kajian yang mereka

lakukan, dapat disimpulkan bahwa praktek ibadah yang diyakini masyarakat pada

saat itu seputar taqlid, khurafat, takhayul, bid'ah, dan syirik yangjelas sangat dibenci

Islam.

Dewan Hisbah adalah salah sato lembaga hokum Islam yang dirniliki Persis.

Sebagaimana disebutkan di atas tadi, Dewan Hisbah adalah pengejawantahan [mata

rantai] dari pengkajian hukum Islam yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. M.

Yunus. Sekalipun tidak memakai nama dewan hisbah, namun hakekatnya "Dewan

Hisbah" telah lahir sebelum di deklarasikannya Persis. Terbukti para tokoh tersebut

telah berhasil membuat istinbat hukum mengenai bid'ah atau tidaknya suatu amalan

yang berlakn saat ito. Lebih jauh lagi mereka berketetapan bahwa hokum Islam perlu

dimurnikan kembali dari kotoran bid'ah, khUrafut,-dan takhayuI.

Page 38: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Pada awal-awal pendirian Persis hingga akhir kepemimpinan KH. Isa Anshary

atau antar tahun 1923 hingga 1958, berkat sosok A. Hassan yang begitu piawai dan

kuat pengaruhnya karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya, maka Dewan Hisbah

Persis mengalami kemajuan yang pesat, dalam arti dikenal sangat luas. Bahkan

anggotanya banyak yang dikenal hingga kini.

Pada saat itu pada masa kepemimpinan A. Hassan] tidak memakai nama Dewan

Hisbah akan tetapi dengan nama "Majelis Ulama". Bam pada masa kepemimpinan

KH.E. Abdurahrnan (1962-1983) berubah menjadi Dt<wan Hisbah. Namun Majelis

Ulama kemudian dipakai oleh lembag;l negara (MUI) sampai sekarang. M~elis

Ulama Persatu!W Islam secara resmi berdiri pasca MUktamarkeenam di Bandung, 15­

18 Desember 1956.

Pada masa Persis dipimpin oleh KH.E.Abdurahrnan, Dewan Hisbah tidak beIjalan

sebagaimana sebelurnnya. Sekalipun sempat dipimpin oleh KH. Abdul KOOir Hassan

(putra A.Hassan), namun karena kesihl.l,kan bella#, Dewan Hisbah tidak beIjalan.

Akhirnya Dewan Hisbah, dikelola olen KH.E. Alxturahrnan seorang diri. Pada

tanggal 12 April 1983 KH.E. AbdurahmllQ waM, dan kepemimpinan Persis

selanjutnya diserahkan kepada KH.A. Latili Muchtar, M.A. Dan pada masa

kepemimpinannya Dewan Hisbah Persisbei:fuIIgsi kembali.

Pada tanggal 12 Oktober 1997, Ketua Umum PP Persis sekaligus anggota Dewan

Hisbah Persis, KH.A. Latief Muchtar, M.A wafat. Maka tampuk ke-pemimpin-an

Persis depegang oleh Drs. Shiddiq Amicn, MBA. Dewan Hisbah pasca Muktamar ke

XII di Jakarta, 9-11 Syptember 200(}tampil dengan wajah bam, yang muda dan

Page 39: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

energik. Berikut tasykul Dewan Hisbah masa kepemimpinan Drs. Shiddiq Amien,

MBA periode tahun 2000-2005:

Ketua

WakulKetua

Sekretaris

Wk. Skretaris

Anggota:

: KH.A. Syuhada (Cianjur)

: KH. Usman Shokehudin (Bandung)

: KH. De. Abdurahman, MA. (Bandung)

: H. Wawan Shafwan (Bandung)

I. KH.A. Ma'shum Nawawi (Majalengka).,

2. KH.A. Ghazali (Cianjur).,

3. KH.I. Shodiqin (Bandung).,

4. KH.M. Romli (Bandung).,

5. KH. Aeeng Zakaria (Garnt):,

6. Drs. H.A. Mubin, SH. (Jakarta).,

7. KH. Ghazi Abdul Qodir, Le. (Bangil).,

8. KIf. Abdul Qodir Shodiq (Bandung).,

9. KH. Ad-Dailamy Abu Hurairah (Madura).,

10. KH. Abdurahman Ks. (Tasikmillaya).,

II. KH. Luthfi Abdulah Ismail Le (Bangil).,

12. KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA.,

13. H. Taufiq Rahman Azhar, S.Ag.,

14. KH. Drs. Entang Muehtar ZA.,

IS. Drs. H. Uus Muhanunad Ruhiyat.,

16. M. Rahmat Najieb, BAY

15 KH.DJ;S, Shiddiq Amien, MBA, dkk (ed.), Kumpulan Keputusan Dewan Hisbah Persis, 2001, h.11

Page 40: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Namun tak lama setelah Muktamar Persis Ke XII <Ii Jakarta, pada tanggal 21

Oktober 2000, KH.A. Ma'shum Nawawi dari Majalengka wafat di RS. AI-Islam

Bandung dan dimakamkan di Majalengka. Beliau selain anggota dewan Hisbah juga

Ketua Majelis Tarbiyyah PP Persis dan pegasuh pondok pesantren Persis No.92

Majalengka.

Dewan Hisbah bukanlah pembuat hukum atau sumber hukum, karena sumber

hukum hanyalah AI-Qur'an dan As-Sunnah atau pembuat hukum hanyalah Allah

SWT dan Rasul-Nya. Dewan Hisbah hanyalah pengawas hukum agar hukum berlaku

atau diberlakukan terutama dikalangan anggota Persis, sekaligus mengawasi agar

tidak terjadi praktik bid'ah, takhayul, dan praktik-praktik lainnya yang tidak sesuai

dengan Islam.

Ketua Dewan Hisbah KH.A. Syuhada, dalam makalahnya tentang Dewan Hisbah

menyebutkan bahwa keberadaan Dewan Hisbah berfungsi menjaga agar tidak teJjadi

pelanggaran dengan cara menegur dan meInperbaiki perbuatan yang tidak sesuai

dengan AI-Qur'an dan As-Sunnah. Selanjutnya KH.A. Syuhada menjelaskan, Dewan

Hisbah di janlan khalifah Vmar bin Khattab melileriksa timbangan dan sukatan <Iii

pasar agar tidak teJjadi penipuan atau pemalsuan. Mereka bukan mencari-cari

kesalahan orang, melainkan agar tidak teIjadi pelanggaran yang menjurus kepada

dosa besar.

Secara umum tugas Dewan Hisbah sebagaimana disebutkan di alas, yaitu sebagai

pengawas hukum Islam dan menjaga agar tidak teIjadi pelanggaran hukum Islam.

Page 41: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Jika mengacu pada tujuan awal pendirian Persis, tugas Dewan Hisbah secara umum

adalah:

1. menyelamatkan aqidah umat dan menyelamatkan umat dalam beraqidah,

2. menyelamatkan ibadah umat dan menyelanlatkan umat dalam beribadah,

3. menyelamatkan muamalah umat dan menyelamatkan umat dalam

bermuamalah.

Sementara ugas dan kewajiban Dewan Hisbah lebih khusus, sesuai arahan PP

Persis, diatur dalam Qanun Dakhili (Anggaran Rumah Tangga) Bab VI pasaI3?:

1. Dewan Hisball berkewajiban meneliti hukum-hukum Islam;

2. Dewan Hisbah berkewajiban mengawasi pelaksanaan hukum Islam;

3. Dewan Hisbah berkewajiban membuat petunjuk pelaksanaan ibadah untuk

keperluan anggota jam'iyyah;

4. Dewan Hisbah berkewajiban memberi teguran kepada anggota Pesis yang

melakukan pelanggaran hukum Islam melalui Pimpinan Pusat. 16

Dewan Hisbah pun di dalanmya terdiri dari tiga komisi; Pertama, Komisi Ibadah

Mahdah. Kedua, Komisi Mu'amalah. Ketiga, Komisi Aliran Sesat. Tugas-tugas

komisi tersebut dijelaskan dalam Pedoman KeIja Dewan Hisbah sebagai berikut:

16 Qaunun Asasi, Qanun Dakhili, dan Pedoman KeJja Persaluan Islam, periode 2000-2005, h.32

Page 42: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

1. Komisi Ibadah Mahdah

a) menyusun konsep petunjuk pelaksana ibadah praktis untuk pegangan

anggota dan ealon anggota,

b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;

e) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.

2. Komisi Mu'amalah

a) mengadakan pembahasan masalah-masalah kemasyarakatan (mu'amalah)

yang muneul dalam masyarakat, baik atas hasil pemantauan atau atas

dasar masukan dari komisi lain atau darilluar;

b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;

e) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.

3. Komisi Aliran Sesat

a) melakukan penelitian dan pembahasan mengenm aliran-aliran yang­

muneul di masyarakat;

b) merumuskan hasil sementara pembahasan dalam sidang komisi;

c) mempresentasikan hasil sidang komisi dalam sidang lengkap.17

Sidang-sidang komisi dipimpin oleh ketua komisi dibantu oleh salah seorang

anggota komisi.

Metodologi pengambilan keputusan hukum Islam yang dilakukan Dewan Hisbah

bersumber pada AI-Qur'an dan As-Sunnah. AI-Qur'an kitab yang diturunkan kepada

17 Gp. cit. b.17

Page 43: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

nabi Muhammad Saw., yang ditulis dalam mushafyang diriwayatkan sampai kepada

kita dengan jalan yang mutawatir. As-Sunnah adalah apa-apa yang datang dari Nabi

Saw. selain AI-Qur'an, baik itu ucapannya, perbuatannyllo maupun sikap diamnya

(taqrir). Kedua sumber syar'i ini bagi seluruh oganisasi Islam modernis telah menjadi

kesepakatan bersama. Menurut bahasa, hukum (ahkam) adalah menetapkan sesuatu

terhadap sesuatu atau meniadakan sesuatu daripadanya. i8 Ketetapan ada yang

ditentukan oleh syar'i, akal, dan ada yang oleh adat. Keketapan yang ditentukan oleh

syar'i ini disebut hukum syara '.

Jadi, hukum syara' adalah keputusan yang diatur oleh syar'i untuk seluruh

manusia mukallaf(orang yang sudah kena aturan hukum Islam atau orang yang sudah

balligh) yang bersifat tuntutan atau pilihan. Hukum syara' menurut kesepakatan

ulama fiqih, terbagi lima:

I. ijab, ialah yang bersifat tuntutan keras untuk dilakukan, dan perbuatannya

disebut wajib;

2. nadb, ialah yang bersifat tuntutan yang tidak keras, dan perbuatannya diwbut

mandub;

3. tahrim, ialah bersifat tuntutan agar ditinggalkan dengan tuntutan yang keraf>,

perbuatannya disebut haram;

4. karahah, ialall tuntutan agar ditinggalkan dengan tuntutan yang tidak keras,

perbuatannya disebut makruh;

18 Ibid. h.25-27

Page 44: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

5. ibahah, ialah yang sifatnya pilihan, tidak dilarang untuk dilakukan dan tidak

salah bila ditingalkan, perbuatannya disebut mubah, halal, atau jaiz.

Jadi jika dilihat dari hukum syara', seluruh aspek kehidupan manusia tidak ada

yang terlepas dari hukum, baik itu wajib, hararn, sunnah, dan yang lainnya. Maka

para ularna dituntut untuk memberi kepastian hukum dalarn semua perilaku hidup

manusia, naik dalarn hal-hal yang pernah teJjadi ataupun yang tidak pernah teJjadi

pada zanlan Rasulullah Saw. seperti masalah donor darah, bayi tabung, transeksual,

dan masalah kontemporer lainnya.

Dalarn membahas masalah Ijtihad, Dewan Hisbah menggunakan kaidah ushul

fikih sebagaimana lazimnya para fuqaha. Dewan Hisbah tidak mengingatkan pada

salah satu madzhab, tapi pendapat para imarn madzhab menjadi bahan pertimbangan

dalarn mengarnbil ketentuan hukum, sepanjang sesuai denganjiwa AI-Qur'an dan As­

Sunnah.

Di sini, para ularna harusnya menyadari bahwa sekalipun telah sepakat dengan

rumusan yang sarna, namun belum tentu hasil ijtihadnya sarna, karena masih

tergantung pada ketepatan, keahlian, kejelian, ketelitian, dalarn mengarnbil suatu

keputusan dan me~au dari berbagai aspeknya. Untuk itu diperlukan sekali ..jiwa

yang tetbuka, berani mengoreksi pendapat orang lain, dan rela menerima koreksi

jikalau hasilljtihadnya keliru.

Page 45: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

D. Tujuan dan eita-eita Persatuan Islam

Tujuan dan cita-cita Persis diwujudkan dalam Rencana Jihad sebagaimana

tercanturn dalanl Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persis Bab II Pasal 1 tentang

rencana jihad urnum sebagai berikut :

I. Mengembalikan kaurn muslimin kepada pimpinan Al-Qur'an dan As-Sunnal1;

2. Menghidupkan ruhul jihad dalam kalangan umat Islam;

3. Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taqlid, dan syirik dalam kalangan urnat

Islam;

4. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah islamiyah kepada segenap

lapangan masyarakat;

5. Mengadakan, memelihara, dan memakmurkan masjid, surau, dan langgar

serta tempat ibadal1lainnya untuk memimpin peribadatan urnat Islam menurut

sunnah nabi yang sebenarnya menuju kehidupan taqwa;

6. Mendirikan pesanten atau madrasal1 untuk mendidik putera-puteri Islam

dengan dasar AI-Qur'an dan As-Surmal1;

7. Menerbitkankitab, buku, majalaI1 dan siaran-siaran lainnya guna

mempertinggi kecerdasan kaurn muslimin dalam segala lapangan ilmu

pengetal1uan;

Page 46: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

8. Mengadakan dan memelihara hubungan yang baik dengan segenap organisasi

dan gerakan Islam di Indonesia dan seluruh dunia Islam, menuju terwujudnya

persatuan alam Islami.19

Sedangkan rencana jihad khususnya, tercantum di dalam Qanun Asasi Bab II

pasal 2 sebagai berikut :

I. Membentuk hawariyyun Islam yang terdiri dari muballighin dan muballighat

dengan jalan mempertajam serta memperdalam pengertian mereka dalam

soal-soal dan ajaran Islam;

2. Mendidik dan membentuk warga dan anggota Persis supaya menjadi uswatun

hasanah bagi masyarakat sekelilingnya, baik dalam lapangan aqidah dan

ibadah maupun dalam muamalah;

3. Mengadakan tantangan dan perlwanan terhadap aliran yang mengancap hidup

keagamaan pada umumnya dan hidup keislaman pada khususnya, seperti

paham materialisme, atheisme, dan komunisme;

4. Melakukan amar ma 'ruJdan nahi munkar dalam segala ruang dan waktu, dan

melawan golongan musuh-musuh Islam dengan cara yang sepadan sesuai

dengan ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah.20

19 Tercatat dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar) Persatuan Islam tahun 1957, h.6-7. kenapa sayamengutip Angaran Dasar tahun 1957, hal ini dimaksudkan untuk melihat kerangka berpikir Persis padatahap awal. Inilah yang merupakan tonggak awal yang melandasi Anggaran Dasar Persis pada periodeberikutnya. Tujuan dan cita-cita Persis selalu dirumuskan kembali pada setiap Muktamar, lima tahunsekali.

20 Ibid. Qanun Asasi Persis, 1957. h.6-7

Page 47: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Pada Qanun Asasi Persis hasil Muktamar ke-ll di Jakarta tahun 1995,

dirumuskan bahwa tujuan Persis (Bab I pasal 4) adalah sebagai berikut :

1. Anggotanya mengamalkan ajaran Islam menurut tuntunan Al-Qur'an dan As­

Suunah.

2. Sebagian anggotanya menjadi Thoifatun Mutafaqihuna.li dien (sekelompok

orang yang memperdalanl agama) atau ulama.

3. KaUlll muslimin yang menempatkan dirinya pada aqidah dan syariah menurut

tuntunan Al-Qur'an dan AS-SUffilah.

4. Para anggota dan Umat Islam di Indonesia umunmya dapat ikut serta secara

aktif dalam pembangunan nasional, demi terwujudnya masyarakat adil

makmur yang diridlai oleh Allah SWT.

5. Umat manusia menjadi hamba Allah SWT. Yang bertaqwa kepadanya.21

Tujuan ini dirumuskan dalam rencana jihad Bab I Pasal 6 sebagai berkut :

1. Dalam lingkffilgan anggota ialah dengan mendidik dan membina para anggota

untuk :

a) Menjadi uswatun hasanah bagi keluarga dan masyarakat dalam

mengamalkan syari'at Islam.

b) Menjadi ulama, zu'ama, ashabu, dan hawariyun Islam dengan jalan

memperkaya ilmu dan memperdalam pengertian tentang ajaran Islam

sehingga mampu bertindak sebagai muballigh dan muballighat.

21 Ibid.

Page 48: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

c) Mengadakan, memelihara, dan memakmurkan masjid, mushalla, dan

wakaf.

d) Mendirikan dan mengembangkan lembaga-Iembaga pendidikan Islam.

e) Mengadakan dan mengembangkan perpustakaan Islam.

f) Melaksanakan penelitian dan pengkajian ilmiah keislaman dalam rangka

memelihara dan mengembangkan ruhul jihad.

g) Mengadakan dan mengembangkan penerbitan leagamaan sebagai salah

satu media dalwah.

h) Memelihara keutuhanjam'iyyah dan mengembangkannya.

i) Menjadi pelopor dan pelaksana Ikramul Aitam.

j) Mendirikan lembaga kesehatan Islami.

k) Mendirikan lembaga-Iembaga ekonomi Islami.

I) Mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya yang

sejalan dengan tujuanjam'iyyah.22

2. Dalam lingkungan umat dengan :

a) MelakEanakan dakwah melalui berbagai cara dan media yang ma'ruf.

b) Membela dan menyelamatkan umat Islam dari gangguan musuh-musuh

Islf/lll d~ngan cara haq dan ma 'ruf

c) Menghidupkan dan memelihara ruhul jihad dan ijtihad.

22 Ibid.

Page 49: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

d) Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taq/id, syirik, dan munkarat

lainnya.

e) Menjalin dan memelihara hubungan baik dengan segenap organisasi Islam

lainnya baik nasional maupun intemasional sebagai perwujudan prinsip

kaljasadil wahid dalam menuju terwujudnya bunyanulIslam.23

Secara ringkas, tujuan Persis pada dasarnya adalah menginginkan terlaksananya

syari'at Islam berlandaskan AI-Qur'an dan As-Sunnah secara kaffah dalanl segala

aspek kehidupan untuk :

I. "menyelematkan aqidah umat dan menyelamatkan dan menyelamatkan umat

dalam beraqidah;

2. menyelamatkan ibadah umat dan menyelamatkan umat dalam beribadah; dan

3. menyelamatkan muamalah umat dan menyelamatkan umat dalam

bermuamalah.,,24

Denganjalan;

I. Mengembangkan dan memberdayakan potensi jam'iyyah demi terwujudnya

jam'iyyah sebagai surotun mushagaratun anilIslam wahikmatuhu al asma.

2. Meningkatkan pengamalan dan pemahaman keislaman anggota khususnya

dan umat Islam pada umumnya, sehingga tercipta barisan ulama, zuama,

ashabun, dan hawariyun Islam yang senantiasa iltizamterhadap risalah Allah

SWT.

23 Pengurus Pusat (PP) Persis, 1995. h. 6-8

24 Dadan Wildan, Pasang Surut, op.cit, hAO

Page 50: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

3. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan anggota kbususnya dan umuat

Islam pada umumnya dalam bermuamalah seeara jamai dalam setiap aspek

kehidupan.25

Sementara dalam Qanun Asasi hasH Muktamar ke-XII pada tahun 2000 di

Jakarta, dirumuskan bahwa tujuan Persis tereantum pada Bab I PasaI 3, yaitu;

"terlaksananya syari 'at Islam berlandaskan Al-Qur 'an dan As-Sunnah secara kaffah

dalam segala aspek kehidupan". Dan reneana jihadnya tereantum pada Bad I PasaI 5

yaitu:

I. Mengembangkan dan memberdayakan potensi Jam'iyyah demi terwujudnya

Jam'iyyah sebagai shuratun mushaghgharatun ani! Islam wa hikmatuhu al-

asma.

2. Meningkatkan pemahaman dan pengamaIan keislaman bagi anggota

khususnya dan un1at Islam pada umunmya sehingga tereipta barisan ulama,

zu 'ama, ashabun, dan hawariyyun Islam yang senantiasa iltizam terhadap

risalah Allah SWT.

3. Meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan anggota kbususnya dan umat

Islam pada umunmya daIam bermuamaIat seeara jama 'i daIam setiap aspek

kehidupan.26

25 Ibid., hAl

26 Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persatuan Islam (Persis) hasH Muktamar ke-XII di Jakarta, tahun2000

Page 51: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABIV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah:

I. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan Persis dalam membina akhlak

masyarakat.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan Persis terhadap perbaikan akblak

masyakat.

3. Untuk memperlajari faktor-faktor yang menghambat atau yang mendorong

keberhasilan Persis dalam membina akhlak masyarakat

4. Untuk menyelesaikan tugas akbir S-I di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini nantinya akan bermanfaat dalam menambah khazanah infOlll1asi

seputar Persis, tetutama dalam hal upaya Persis membina akblak masyarakat. Selain

itu, semoga dari informasi yang sederhana ini, akan bermanfaat bagi Persis dalam

merumuskan inovasi-inovasi barn dalam membina akhlak masyarakat. Pada akhirnya,

penulisan karya ilmiah ini diharapkan akan bermanfaat bagi masyarakat luas yang

bermaksud mengakses informasi tentang Persis.

Page 52: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

B. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah beberapa kelompok struktural Persis ( Pengurus

Cabang Persis Snmber Jaya, Jama'ah Persis Desa Panjalin Kidul) dan non Persis

yang ada di sekitar lokasi penelitian.

Secara geografis, desa Panjalin Kidul merupakan desa yang berada di wilayah

hukum kecamatan SnmbeJjaya yang terletak di ujung Timur pusat kota kabupaten

Majalengka, dan berbatasan langsung dengan kabupaten Cirebon. Bila kita rinei,

batas wilayah desa Panjalin Kidul ini adalah; dari sebelah Timur berbatasan dengan

kecamatan Ciwaringin, kabupaten Cirebon. Sebelah Barat berbatasan dengan desa

Rancaputat, kabupaten Majalengka. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa

Paningkiran, Kabupaten Majalengka Dan sebelah Utara berbatasan dengan desa

Panjalin Lor, kabupaten Majalengka dan desa Budur, kecamatan Ciwaringin,

kabupaten Cirebon. 1

Nama Desa Panjalin diambil nan bahasa jawa (Penjalin) yang berarti ro~.

Riwayat desa ini bermula dari sebuah pesantren (padepokan) yang terletak di daerah

Pagar Gunung sebelah selatan Leuwiknjang-Leuwimunding, Kabupaten Majalengka.

Pesantren tersebut di pimpin oleh seorang ulama yang dikenal samar oleh penduduk

setempat dengan sebutan Buynt Depok. Terdengar samar karena tidak ada prasasti

yang dapat dijadikan sebagai patokan. Konon Buynt Depok memiliki seorang putrid

yang kemudian menikah dengan salah seourang santrinya yang cukup terkenal, yaitu

I Dokumeotasi desa Paojalio Kidul, tahuo 2005

Page 53: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Tuan Raina. Dari hasil perkawinan Tuan Raina dengan putri Buyut Depok tersebut

lahir seorang putra yang diberi nama Ki Banjar. Dalam keseharian Ki Banjar

berteman dengan Sanata yang merupakan putra dari seorang murid ayahnya yang

berasal dari Leuwimunding. Namanya Demang Sentong. Pada usia dewasa, Sanata

melihat seorang perempuan cantik yang sedang mandi di pinggir kali, di bawah hutan

rotan yang rindang. Perempuan itu bernama Sarini, dan tak lama kemudian Sanata

meillkahinya. Hutan rotan tempat Sanata menemukan sang pujaan hati itulah yang

kemudian menjadi desa Panjalin. Prosesnya berawal dari niat Sanata untuk menetap

bersama istrinya di hutan rotan tersebut. Sanata bersama istrinya kemudian

melakukan penebangan rotan agar layak sebagai wilayah kediaman. Baru beberapa

ratus meter dalam proses penebangan hutan rotan iill, Sanata menemukan banyak

kesulitan. Hutannya yang sangat lebat membuat Sanata kelimpungan, disamping itu

juga banyak binatang buasnya, terutama ular-ular berbisa. Merasa dirinya tidak

mampu, maka Sanata teringat kepada ternan se-perguruannya di Pagar Gunung, yaitu

Ki Banjar dan meminta bantuan kepadanya. Setelah Sanata mengemukakan

permasalahannya kepada Ki Banjar, Ki Banjar terpanggil untuk membantu Sanata,

Sesampainya di hutan, Ki Banjar mulai melakukan tugasnya. Pertama-tama

melakukan penangkapan ular-ular berbisa, lalu dikumpulkan di dalam sebuah tempat,

kemudian dibuangnya jauh-jauh. Setelah itu, untuk mempercepat proses pembukaan

tanah Panjalin, maka Ki Banjar berinisiatif untuk membakamya. Ki Banjar

melakukan pembakaran hutan itu dibantu dengan lontamya.2 Sambi! membakar ia

2 Lontar adalah sejenis benda penutup kepala yang cukup lebar, biasanya terbuat dari rotan atau

Page 54: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

berkata: "Rutan mana saja yang terkena jilatan api ini, maka itulah tanah desa

Panjalin". Proses pembakaran hutan dimulai dari tengah hutan Panjalin (sekarang

daerah itu bernama Lontangjaya). Setelah usai, Ki Banjar membawa keluarganya dan

memutuskan untuk tinggal bersama Sanata dan istrinya di sana sampai tutup usia.

Mereka dimakamkan di tanah Panjalin. Penduduk setempat meyakini bahwa

penduduk asH Desa Panjalin merupakan keturunan dari ketiga orang itu, yakni Ki

Banjar, Sanata, dan Sarini. Panjalin untuk suatu wilayah setingkat desa memang luas,

oleh karena itu kemudian Panjalin dipecah menjadi dua desa, yaitu Panjalin Kidul dan

Panjalin Lor.3

C. Sumber Data

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan focus penelitian lill, penulis

menetapkan sunlber-sumber data sebagai berikut:

I. Tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku atau majalah-majalah yang di

terbitkan Persis yang berkaitan fokus Nnetitian.

2. Narasumber yang akan penulis wanwancara tentang hal-hal yang

bersangkutan dengan penelitian, yaitu pengurus dan jama'ah Persis,

simpatisan Persis, dan anggota masyarakat yang ditokohkan oleh lingkungan

setempat.

bambu.

3 Yudi Miladi dan Haeruddin, Sejarah dan Kandisi ObjektifDesa Pa'1ialin, tiadak diterbitkllh,..mun1982. dan HasH wawancara dengan sesepub desa pada bulan Pebl1Jari 2005

Page 55: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

D. Populasi dan Sample

Desa Panjalin Kidul memiliki luas wilayah 235.044 ha. Mayoritas masih dalam

bentuk pesawahan. Terdiri dari 22 Rukun Tetangga, 9 Rukun Warga, dan 5 blok

(blok senin, selasa, rabu, kamis dan jum'at). Blok senin ada 5 wilayah pedusunan,

blok selasa ada 4 wilayah, blok rabu ada 5 wilayah, blok kamis ada 3 wilayah, dan

blok jum'at ada 5 wilayah. Wilayah disini sama dengan pedusunan. Hasil sensus

tahun 2005, penduduk desa Panjalin Kidul beIjumlah 9.433 jiwa. Kalau kita bagi

antara laki-Iaki dan perempuan adalah sebagai berikut, perempuan ada 5.142 orang,

dan laki-Iaki ada 4.291 orang.4

Dalam konteks penelitian ini, tentu penulis tidak menjangkau semua penduduk.

Penulis hanya mengambil sample secara purposuf (sifat yang dimaksud). Terkait

dengan jumlah yang dijadikan sample dalam penelitian ini, menurut Strauss tidak ada

ketentuan baku yang harns dipenuhi dalam suatu penelitian kualitatif.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data dan memperoleh informasi yang berhubungan

dengan hal tersebut di atas, malm penulis menggunakan metode:

I. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ); Penelitian ini dilakukan dengan

membaca literatur, terutama tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku atau

4 Dokumentasi desa Panjalin Kidul, tahun 2005

Page 56: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

majalah-majalah yang di terbitkan Persis yang berkaitan dengan masalah yang

diangkat.

2. Penelitian Lapangan ( Field Research ); Peneliti terjun langsung ke lapangan.

Peneliti mengamati dan menghadiri peristiwa-peristiwa yang teIjadi dengan

menggunakan pendekatan seeara intersubyektif. Pendekatan yang

menggunakan ukuran obyektifitas dengan menggunakan variable yang dapat

diukur.

3. Interview; Peneliti mengadaklm wawaneara langsung dengan narasurnber

tentang hal-hal yang bersangkutarr dengan penelitian, yaitu jama'ah Persatuan

Islam (Persis), simpatisan Persis, dan anggota masyarakat yang di tokohkan di

lingkungan se1).itar.

F. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis mellj!;gunakan pendekatan kualitatif

atau disebut juga dengan naturalistic inqu{ri (inquiri alamiah I paradigma alamiah)

(Lexy J. Moleong 2002:15). Karena pendekatan kua1it;ltif t>ebagai dasar, maka dalam

melakukan penelitiarr, maka penelitiannya lebih bersifat induksi (dari khusus ke

urnurn).

Page 57: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABV

HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Persis Masuk ke desa Panjalin

Kondisi sosial Majalengka sekitar taboo 1972 bisa dikatakan jauh terbelakang.

Hal ini tampak dari perilaku atau akhlak masyarakatnya. Kbusooya ootuk desa

Panjalin, masyarakat di desa ini walau sudab beragama, namun masih menaruh

kepercayaan kepada benda-benda keramat seperti cincin atau keris. Bagi mereka,

menyimpan dan memelihara benda keramat dengan baik, diyakini akan menjadi jalan

pintas untuk memperoleh keootungan dan meberikan manfaat dalam berbagai aspek

kehidupan. Begitu pula sebaliknya.

Kenyataan tersebut berimplikasi pada laku masyarakat dalam mengatasi

persoalan-persoalan kehidupan. Masyarakat tidak terdorong ootuk menggali ilmu

pengetabuan, masyarakat menganggap keIja keras merupakan suatu hal yang sia-sia,

dan seterusnya.

lnilab yang yang menggugab seorang yang bemama Odi Jooaedi ootuk pulang ke

Kampoog halamannya di Sumur Kadu, desa Panjalin, kecamatan SumbeIjaya­

Majalengka. Odi Jooaedi sebelumnya mengenyam pendidikan dan pengalaman di

kota Bandung. Kepulangan Odi Jooaedi membawa misi ootuk menyadarkan

Page 58: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

masyarakat bahwa dalam beragama ada aturannya, dan dalam bertindak ada

tuntunallnya, yakni dua (2) warisan Rasulullah SAW, yaitu AI-quran dan AS-SUlUlah. 1

Odi Junaedi adalah putra Bapak Dulhadi, lahir di Majalellgka, pada tanggal 15

Juni 1923. Beliau mantan komandan Hisbullah, kompi Sapujagat, pada masa

penjajahan Belanda. Ia pemah juga mondok beberapa tahun di pesantren Babakan,

Ciwaringin-Cirebon. Ia juga pemah menjadi aktivjs pemuda Persatuan Vmat Islam

(PUI) Majalengka. Ia pemah pula bekeIja sebagai pembantu Sekretariat Konstituante

di Partai Masyumi,z yang pada saat itu dipimpin oleh Muhannnad Natsir. Ia wafat

pada tanggal 15 Juni 1995 pada usia 72 tabUIl'dan disemayamkan di kampung

halamannya.3

Mengawali misinya, Odi Junaedi pertama kali menyadarkan keluarganya. Barn

kemudian tahap demi tahap ia menyadarkan masyarakat di sekitarnya. Odi Junaedi

dalam menjalankan misinya bukan tidakada kendala. Kendala yang terberat adalah

pola berpikir masyarakat yang masih mistis. Hal ini menyadarkan Odi Junaedi bahwa

untuk menjalankan misi tersebut harns beIjamaah. Ia selanjutnya mendialogkan

persoalan ini pada Vstad C. Sirojudin (salah seorang pengurus Persis dari Cabang

Cirebon). Setelah melalui proses dialog di antar keduanya, mereka bersepakat untuk

segera membentuk pengurus Persis Cabang Majalengka yang terpisah dari Cabang

I !bu [yoh, istri Odi Junaedi, aim., wawancara pribadi di rumab kediamannya, desa Panjalin Kidul,kabupaten Majalengka. Pada hari Jum'at, 18 Pebruari 2005

2 Sebelum Partai Masyumi di bubarkan oleh Nasution (1958).

3 Agus, putra pertama aIm, Odi Junaedi, wawancara pribadi di rumahnya, pada tanggal 16 Mei 2005

Page 59: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Cirebon. Barulah pada bulan April 1978 dibentuk Pimpinan Cabang Persis

Majalengka yang berpusat masih di desa Panjalin dengan struktur sebagai berikut:

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Bendahara

Bidang-bidang

: Odi Junaedi

: Barmawi

: Kantun Ibrahim

: M. Ma'ruf, BA

Bidang garapan Tabligh

Bidang Humas

: K. Ibrahim

: C. Sirojudin

Saat itu, kepengurusan Persis dibawah pimpinan Odi Junaedi ini baru memiliki

anggota sejumlah 10 orang saja. Setelah terbentuk, Odi Junaedi bersama pengurus

dan sepuluh anggotanya mengibarkan kembali bendera perjuanggannya. Mula-mula

mengadakan pengajian dengan metode ceramah dan diskusi. Sebagai pusat

aktifitasllya saat itu adalah masjid Ishlahul Ibadah. Masjid ini sangat sederhana,

luasnya hanya berukuran 5 X 8 meter. Di masjid ini pula pertama kalinya organisasi

Persis di Majalengka melaksanakan shalatjum'at-an.4

Kegiatan pengajian dengan metode ceramah dan diskusi terselJut berlangsung

lama Karena disambut balk oleh penduduka setempat dan jama'ah Persis dari desa

Cisambeng, desa Palasah, dan desa Majasari, serta tak jarang pula datang dari

jama'ah Persis cabang Cirebon.

4 Kantun Ibrahim sebagai saksi sejarah, wawancara pribadi di rumabnya, pada taoggal 16 Juti 2005.Beliau juga mantan ketua umum Persis Cabang Sumbeljaya selama dna periode di akbir tabuo 90-an.

Page 60: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Untuk memperluas pengaruh Persis pada saat itu, Odi Junaedi menemui salah

seorang tokoh Pill yang mendapat julukan sebagai "harimau" Majalengka, yaitu

KH.A. Ma'shum Nawawi. Pertimbangan strategisnya saat itu adalah terdengar kabar

bahwa KH.A. Ma'shum Nawawi akan mengundurkan diri dari jabatannya. Hasilnya

adalah bergabungnya KH.A. Ma'shum Nawawi ke dalam organisasi Persis pada

tabun 1983.5

Setelah bergabungnya KH.A. Ma'shum Nawawi ke dalamjam'iyyah Persis maka

organisasi ini semakin berkembang pesat di Majalengka. Apalagi setelah beliau

memegang amanah sebagai Ketua Cabang Persis terpilih (menggantikan Odi Junaedi)

pada Musyawarah Cabang (MUSCAB) tanggal 60ktober 1983.6 Demi kepentingan

politis dan juga strategis dalam membina akhlak masyarakat, maka beliau langsung

memindahkan sekretariat cabang Persis ke pusat kota Kabupaten, dan segala aktifitas

kegiatannya berpusat di Masjid AI-Ishlah, jalan Emen Slamet, Majalengka Kulon.

Ulama yang satu ini memang telah banyak makan asam-garam dan sangat kenai

dengan medan. Kenyataan ini memebawa implikasi pada perluasan keJja Persis.

Berdasarkan catatan penulis, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tabun beliau

telah berhasil membukajaringan, beberapa Pimpinan Cabang dan Pimpinan Jama'ah

barn yang hampir di seluruh pelosok desa di wilayah kabupaten Majalengka berhasil

ditembusnya.

5 Ina Nurjanah, KH.A. Ma'sum Nawawi dan Pengaruhnya terhadap Perkembangan PersisMajalengka, (Pesantren Persis Majalengka, Karya Tulis I1miah tidak diterbitkan, 2000), h.26

6 Ibid., h. I3

Page 61: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Tak lama kemudian, pada tahun 1992 Persis Majalengka yang tadinya berstatus

Pimpinan Cabang, dikukuhkan menjadi Pimpinan Daerab (PD) Perisis dan masih

dipimpin oleh KH.A. Ma'shum Nawawi. Pada tanggal 21 Oktober 2000, KH.A.

Ma'shum Nawawi menghembuskan nafas terakhimya di Rumab Sakit AI-Islam

Bandung. Estafeta peIjuangan dilanjutkan oleh Drs. Syafa'at (1996-2000), dan

Muhanunad Ridwan (2000-sekarang).

B. Sistem Persis dalam Membina Akldak.Masyarakat di Desa Panjalin Kidul

Persis Panjalin Kidul memiliki otonemi dalam membina akhlak masyarakat,

namun tetap sejalan dengan kebijakan stmktur di atasnya, seperti Pimpinan Cabang

(PC) atau Pimpinan Daerah (PD) dan begitu seterusnya sampai Pimpinan Pusat (PP)

di Bandung.

Sistem pembinaan Persis Panjalin Kidul dalam membina akhlak masyarakat

setempat cukup berpariasi. Dari berbagai pariasi tersebut, penulis membagi dalam

dua bagian, yakni pertarna, sistem yang berlaku sesaat dengan memanfaatkan

momentum hari-hari besar dan momentum lainnya, selanjutnya penulis sebut sistem

tabligh. Kedua, sistem yang berlaku jangka panjang, yang penulis sebut dengan

sistem persekolaban. Uraian selanjutnya penulis fokuskan pada sistem tabligh dan

persekolaban.

59

Page 62: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

1. Sistem Tabligh

Sistem tabligh senantiasa dilakukan Persis di mana pun mereka berada. Dalam

pengamatan penulis. Tabligh yang dijalankan oleh Persis tidak diartikan ceramah atau

khotbah saja, tetapi juga bisa dalam bentuk Tanya jawab, diskusi, atau debat terbuka.

Tabligh pun tidak hanya dilakukan secara individu, tetapi juga ada yang dilakukan

secara bersama-sama.

Tabligh di Persis yang penulis temukan di daerah penelitian ini, ada yang bersifat

inisiatif dari Pimpinan Pusat, ada pula yang bersifat usulan atau permintaan dari

Pimpinan-pimpinan Cabang. Pada setiap lapisan struktur, Tabligh langsung di bawah

tanggungjawab Bidang Garapan Dakwah yang pada periode tertentu dievaluasi.

Tabligh di Persis setempat tidak hanya dilakoni oleh kaum pria, tetapi juga

dilakoni oleh kaum istri (perempuan) yang tergabung dalam PersistIi. Persistri

merupal(an badan otonom dari Persis. Selain PersistIi, ada badan otonom lain yang

juga melakukan tabligh, yaitu Pemuda Persis dan Pemudi PcUli$ yang masing-masing

memiliki fokus tablighnya sendiIi.

Untuk Persis kaum tua (termasuk di dalamnya PersistIi), materi tablighnya lebih

di tekan pada tema-tema yang berikatan dengan tata ibadah, hari ahir, kehidupan

berumah tangga, serta tema-tema kemasyarakatan pada urnumnya. Sementara untuk

Pemuda dan Pemudi Persis, materi tablighnya seputar semangat beribadah, motivasi

bel'\iar, motivasi berprestasi, kewirausahaan, keorganisasian, serta akhlak bergaul.

Aktifitas tabligh di daerah ini ada yang bersifat rutin dan ada pula yang bersifat

berkala. Untuk yang rutin biasanya di selenggarakan di pengajian-pengajian ba'da

60

Page 63: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

subuh atau ba'da 'isya dan pengajian malam jum'at yang dilaksanakan di rumah­

rumah penduduk. Sedangkan yang berkala dilakukan pada hari-hari besar, seperti

maulid Nabi, isra' mi'raj, idul fitri, idul adha, dan Bulan Rhamadhan. Khusus untuk

bulan rhamadhan, Pemuda dan Pemudi Persis biasanya menyelenggarakan pesantren

kilat.

Guna memperkuat tali silaturrahmi dan menambah semangat serta memperdalam

materi sebagai muballigh, Pimpinan Pusat (PP) Persis membuat wadah semacam korp

muballigh. Korps muballigh ini disebut Tamhiedul Muballighin. Dalam wadah ini,

para muballigh dapat menceritakan pengalamannya pada muballigh-muballigh lain

yang berasal dari berbagai cabang atau daerah di mana Persis Berada.

Untuk memperdalam materi-materi tabligh, para muballigh yang sudah tergabung

dalam wadah ini sewaktu-waktu menggelar diskusi umum, seminar dan lain

sebagainya. Diskusi atau seminar seperti ini, waktunya ada yang tetap sesuai

kesepakatan anggot~ ada pula yang tidak tetap, bergantung pada undangan dari

masing-masing PC atau PD.

Mubaligh-mubaligh yang melakoni tabligh di Persis Panjalin kidul ini, bukan

tidak mengahadapi masalah. Masalah yang dihadapi antara lain, masalah pendanaan

dan masalah resistensi dari masyarakat setempat dalam bentuk cemoohan, cercaan,

bahkan terror. Namun tidak sampai pada benturan fisiko

Karena kegigihan atau ruhul jihad (semangat juang) dari para pengurus dan

mubaligh Persis, persoalan dana bisa teratasi melalui dua mekanisme. Mekanisme

pertama melalui sumbangan rutin pengurus danjama'ah, dan mekanisme yang kedua

(;1

Page 64: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

melalui mekanisme kotak muhsinin (Kotak amal) yang bisa diisi oleh jama'ah atau

simpatisan yang membagi rezeki pada saat pengajian-pengajian atau eeramah­

eeramah dilaksanakan.

Mellurut beberapa sumber yang sempat penulis wawaneara, dana yang terkumpul

dari dua mekanisme tersebut bisa dikatakan berlebih untuk mendanai aktifitas tabligh.

Kelebihan dana tersebut, selanjutnya dimanfaatkan oleh pengurus persis untuk

memberikan beasiswa pada anak-anak yang orang tuanya kurang mampu.

Pemberian beasiswa ini, ternyata menjadi "senjata" efektif untuk menarik simpati

masyarakat. Mayarakat yang tadinya risisten terhadap tabligh yang dijalankan Persis,

lambat laun berbalik mendukung, kalaupun tidak mendukung, miuimal tidak

menggangu. Artinya eemoohan, eereaan, dan juga terror pada ahirnya menjadi hilang

bak ditelan bumi.7 Pemberian beasiswa ini kemudian memberi inspirasi kepada

pengurus Persis Panjalin untuk mendirikan sekolah.

2. Sistem Persekolahan

Sistem persekolahan ini muneul merupakan akumulasi dari tabligh yang

dilakukan Perisis <Ii masjid-masjid sebagaimana diungkap pada uraian di atas. Tetapi

bukan berarti sitem tabligh menjadi tiada, tabligh sampai tulisan iui disusun masih

terus beJjalan sebagairnana diuraikan di atas.

7 Pipin Arifin, wawancara pribadi. pada tangga127 Agustus 2005

62

Page 65: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Dalam sistem persekolahan yang dimunculkan oleh Persis dapat dikatakan

persekolahan modem. Dikatakan demikian karena PIU1l guru diwajibkan untuk

mengikuti tren yang teIjadi masyarakat. Ini sesuai dengan pola berpikir Persis dalam

memandang sesuatu hams dengan empiris dan rasional. Selain itu, kurikulum

dikembangkan berdasarkan inisiatif bersama, terutama sesama jama'ah Persis.8

Berdirinya pondok pesantren Persis pada tahun 1989 di Panjalin iill, merupakan

awal persekolahan dimulai. Saat itu ada 14 orang yang tercatat sebagai santri. Karena

belum memiliki ruang belajar sendiri, aktifitas belajar pondok pesantren tepusat di

serambi masjid AI-Islah sebelah selatan. Bila hari jum'at tiba, kursi dan mejanya

diletakkan di pelataran masjid, sebab serambi masjid juga akan digunakan untuk

sholatjum'at.

Setiap tahun ajaran baru, jumlah santri di pondok pesantren ini selalu mengalami

peningkatan. Kenyataan tersebut mendorong pihak pengelola pesantren berupaya

untuk mendirikan gedung yang berfungsi sebagai ruang belajar. Upaya yang

dilakukan antara lain mencari donatur dari internal Persis sendiri. Dalam waktu tiga

bulan, pembangunan gedung pertama pun usai dan siap untuk digunakan. Bagunan

tersebut terletak di jalan Tubagus Rangin, Majalengka Kulon. Selanjutnya bangunan

tersebut dipergunakan untuk sekolahjenjang Tsanawiyah9•

Karena kegigihan para pengelola, dalam empat sampai lima tahun kemudian,

pesantren iill kembali mendirikan bagunan, tetapi tidak terletak pada lokasi yang

8 Howard M. Federspiel, Labirin Ideologi Muslim, (Jakarta: Serambi, 2004), h.1529 Jenjang Tsanawiyah adalah jenjang sekolah setingkat SLTP yang dapat diselesaikan selama tigatahun.

63

Page 66: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

sama. Bagunan yang kemudian dipergunakan untuk jenjang Takhasus lO dan

Mu 'alimin ll ini beralamat di jalan Siti Arrnila, Majalengka Kulon. Jarak diantara

keduanya sekitar satu kilo meter. Santrinya berasal dari berbagai kota di Jawa Barat,

seperti; bandung, Cirebon, Indramayu, Kuningan, Garut, Sumedang, Sukabumi,

Ciamis dan lain-lainY

Peran seorang guru dalam persekolah persis ini, di satu sisi sangat dekat dengan

pemikiran Al-Ghazali dalam kitabnya yang beJjudul talim muta'allim. Dalam kitab

tersebut dinyatakan bahwa, keberhasilan seorang pelajar atau santri dalam menuntut

ilmu tergantung pada guru yang cerdas, baik akhlaknya, lurus tabiatnya, bersih

hatinya, dan menyukai ilmu pengetahuan atau memiliki semangat belajar. Pada sisi

lain, dekat pula dengan konsep pendidikannya ikhwan al-safa yang menempatkan

murid atau santrilall sebagai penentu keberhasilan belajar, caranya dengan

memak-simalkan panca indra dalam melihat kenyataan a1am, mengolah informasi

yang djsampaikan orang lain, baik melalui lisan ataupun tulisan. 13

Sehubungan dengan materi atau pelajaran yang dipelajari, untuk tingkat

tsanawiwyah dan Mu 'alimin, di Pesantren Persis ini sekurang-kurangnya memuat

pelajaran mengenai; Ilmu Tauhid, Ilmu Akhlak, a1-Qur'an, a1-Hadist, Ilmu Tafsir,

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Syari'ah, Bahasa Arab dan

10 Jenjang Takhasus adalab jenjang suatu jenjang persekolahan untuk mempersiapkan santri masuk kejenjang Mu'alimin di Persis. Santri yang memasuki jenjang ini adalab mereka-mereka yang lulusSLTP dan ingin melanjutkan ke jejang Mu'a1irnin. Jenjang ini dapat di tempuh selarna satu tahun

II Jenjang Mu'alimin adalahjenjang setingkat SLTA, yang dapat diselesaikan selama tiga tahun.

12 Hasil observosi penulis di lapangan pada tanggal 12 Juli 2005

13 Wawancara Pribadi dengan tokoh masyarakat setempat, pada 09 September 2005

64

Page 67: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Sastra Insonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Ilmu Pengetahuan AIam (IPA),

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Sejarah Nasional Umum, Ilmu Jiwa, Ilmu Mendidik

dan Menejemen Jam'iyyah (keorganisasian).14

Seiring dengan perkembangan di atas, pimpinan Persis Panjalin Kidul pada tahun

2003 bekeIjasama dengan~enganPimpinan Cabang (PC) Persis Sumber Jaya dan PC

Persistri (Persatuan Islam Istri) SumbeIjaya mendirikan lembaga pendidikan

Raudhatul Athfal (RA) atau Taman Kanak-Kanak (TK) yang diberi nama RA/TK

Baiturrahiem. RA/TK ini berlokasi di desa Panjalin Kidul. Sampai tahun 2006 ini

RA/TK tersebut baru menelorkan alumni sebanyak dua angkatan. Kini siswanya

berjumlah 63 orang, terbagi dalam dua kelas, dengan jumIah tenaga pengajar

sebanyak lima orang guru.

Metode belajar di TK tersebut hampir sama dengan TK-TK lainnya, yakni belajar

sambil bermain. Dengan bermain anak tidak merasakan belajar sebagai beban. Dalam

permainan itulah terdapat berbagai pelajaran,termasuk pelajaran akhIak yang telah

dicontohkan oleh Rasulullah SAW. 15

Khusus untuk pendidikan baca tulis al-Quran, dibuatlah Taman Pendidikan al-

Qur'an (TPA). Dalam penyelenggaraanya, TPA diselenggarakan oleh masing-masing

Pimpinan Jama'ah Persis di mushalla-mushalla "kepunyaan" Persis. Gurunya adalah

14 Keputusan PP. Persis, No.0452/B.I-C.l/PP/1996, tentang Pedoman Sisetem Pendidikan PersatuanIslam (Persis), h.25-26

15 Siti Rohmah (salah seorang guru RAfrK Baiturrahiem Panjalin), Wawancara Pribadi pacta tanggal21 Agustus 2005

65

Page 68: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

para Pemuda dan Pemudi Persis di Panjalin. Aktifitas belajar pada TPA tersebut

dimulai seusai shalat Maghrib, sampai menjelang shalat Isya'.

Di panjalin kidul Persis memiliki empat buah mushalla; Mushallah Baiturrahiem,

Mushallall ishlahul Ibadah, Mushallah Muhajirin, dan Mushalla Nurul Hidayall.

Untuk Mushallah Baiturrahiem, kini muridnya ada 50 orang. Sementara untuk di

mushalla-mushalla lainnya, jumlah muridnya berkisar antara 30-40 orang. Materi

yang dipelajari antara lain; Praktik Ibadah, hafalan ayat-ayat pendek, hafalan hadist,

dan sejarah islam dasar. Khusus untuk murid bam (belum bisa baca al-Qur'an),

mereka belajar Iqra'. Di mushallah ini, santri diajari juga tentang pentingnya belajar

dan cara bergaul sebagai bekal di hari depan.

Untuk mengasah semangat belajar dan melatih kemampuan para pengajar dalam

mengajar mengajar, para Pemuda dan Pemudi Persis di desa ini dilibatkan untuk

mengajar sekolah madrasah, layaknya guru bantu. Lazimnya pelajaran yang

dipercayakan pada Pemuda dan Pemudi Persisi ini adalah pelajaran ilmu Fiqh,

Akhlak, Praktik Ibadah, Bahas Arab, hafalan al-Qur'an, dan sebagainya yang terkait

dengan tema-tema keagamaan.

C. Pengaruh Sistem Pembinaan Persis Terhadap Perbaikan Akhlak

Masyarakat Desa Panjalin Kidul

Sudah menjadi ciri khas organisasi Persis, dalam membina akhlak masyarakat

senantiasa berangkat dari persoalan tata ibadah, atau dengan kata lain mulai dari

"pemurnian" praktek-praktek keagamaan. Karena itulah Persis p'lfga awal masuk ke

hh

Page 69: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Panjalin (1972) kurang diminati (untuk tidak mengatakan dibenci) oleh masyarakat.

Betapa tidak, masyarakat yang tadinya percaya pada benda-benda yang dianggap

keramat, dihadapan Persis masyarakat tersebut menjadi sekelompok orang yang

syirik. Masyarakat yang tadinya terbiasa sho1at subuh menggunakan do'a kunut,

dihadapan persis menjadi masyarakat yang bid'ah, dan seterusnya. Menururt Persis,

sesungguhnya praktek-praktek keagamaan yang tidak ada tuntunannya dalam al­

Qur'an dan assunnah sebagai praktek yang bid'ah (mengada-ada).

Dalam sebuah wawancara dengan salah satu Pengurus Persis setempat, penulis

mendapatkan komentar bahwa apa yang diyakini Persis, boleh jadi booar adanya.

Tetapi cara menyampaikannya yang masih perlu diperbaiki. 1ni1ah yang menggugah

pengurus Persis dibawah pimpinan KH.A. Ma'shum Nawawi meminta setiap

muballigh Persis yang akan membina masyarakat, harns mengenal siapa, dimana, dan

bagaimana latar belakang masyarakat tersebut. Sehingga setiap pembinaan yang

dilakukan dapat menarik simpati masyarakat, seperti program beasiswa yang telah

dipaparkan sebelumnya. 16

Pembinaan akhlak terhadap masyarakat setempat yang dilakukan oleh Persis di

Panjalin yang dilakukan sejak tahun 1972 hingga penulisan ini dilakukan, bisa

dikatakan ada hasilnya. Berdasarkan penelitian penulis, setidaknya beberapa hasil

yang diperoleh sebagai berikut; pertama, pada aspek akhlak beribadah, masyarakat

yang tadinya terbiasa rhelakukan ritual-ritual tertentu seperti minta-minta kekuburan,

16 Pipin Aritin, wawancara pribadi, pada tanggal 27 Agustus 2005

67

Page 70: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

gelar sesajajen, serta ketergantungan dengan benda-benda kramat, saat ini sudah bisa

dikatakan tidak lagi dilakukan.

Kedua pada aspek pendidikan. Sebelum Persis hadir ke daerah ini, pendidikan

bukan hal yang menjadi perioritas penduduk setempat. Tapi berkat kegigihan Persis,

saat ini pendidikan sudah menjadi hal yang di prioritaskan. Terbukti dengan adanya

sejumlah penduduk yang bertitel SaIjana, baik itu SI maupun S2. Berdasarkan

catatan penulis, penduduk setempat yang sudah sarjana ada 102 orang. Selain itu, di

sana sudah berdiri enam buah Sekolah Oasar (SO), sebuah Sekolah Menengah

Pertarna (SMP), sebuah Madrasah Tsanawiyah (MTS), dan sebuah Madrasah

Ibtidaiyah. Oitambah dengan dua buah Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudatul

Athfal (RA) yang dibuka sejak tahun 2003 yang lalu.

Ketiga, sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan warga desa ini tercermin

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. KesimpuIan ini.didasarkan pada perilakn

masyarakat ketika ada pekeIjaan yang sifatnya melibatkan banyak orang. Seperti

dalam pembangunan sarana ibadah (masjid dan mushollah), pembangunan sekolah,

dan pembangunan fasilitas-fasilitas sosiallainnya.

Selain tiga hal di atas, pembinaan yang dilakukan oleh Persis di daerah ini pun

sudah berhasil menyadarkan masyarakat dari usaha-usaha ']alan-pintas" untuk

memperoleh kemaslahatan hidup kepada benda atau tempat keramat, menjadi

masyarakat yang sadar akan keIja nyata atau usaha, seperti berdagang dan bertani.

68

Page 71: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

D. Faktor yang menghambatan dan mendorong keberhasilan pembinaan

Persis di P~lljalinKidul

1. Faktor yang Meughambat

Berdasarkan eatatan penulis ada beberapa faktor yang menghambat jalannya

pembinaan akhlak yang dilakukan Persis di daerah penelitian ini, antara lain yang

berasal dari dalam persis sendiri, seperti kemampuan para muballigh Persis dalam

memahami realitas masyarakat yang akan dijadikan sasaran pembinaan. Karena

pemahaman terhadap realitas masyarakat yang kurang, maka pendekatan ata eara­

eara yang ditempuh dalam membina akhlak masyarakat setempat menjadi kurang

tepat. lnilah yang memieu muneulnya risistensi masyarakat terhadap upaya-upaya

pembinaan yang dilakukan oleh Persis.

Hambatan lain yang muneul dari internal persis adalah keuangan. Kenyataan ini

berpengaruh pada keterbatasan fasilitas dalam melakukan pembinaan akhlak

masyarakat setempat. Karena fasilitas terbatas, maka laju peIjuangan persis terkadang

lamban.

Selain hambatan yang muneul dari internal Persis, tentu ada ham'batan yang

muneul dari luar Persis. Dalam konteks ini hambatan yang muncul dari masyarakat

setempat, antara lain yang penulis eatatan adalah pola berpikir masyarakat setempat

yang boleh dikatakan masih prirnitif. Seperti yang telah penulis uraikan sebelumrtya

bahwa pada awal-awal Persis hadir ke daerah ini, masyarakat menggantungkan alur

kehidupannya pada benda-benda yang dianggap merniliki kekuatan gaib (benda

kramat).

69

Page 72: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Belakangan, praktek yang demikian memang bisa dikatakan sudah tidak ada lagi.

Masyarakat kemudian memiliki pola pikir bahwa alur kehidupan harns dijalani

melalui usaha-usaha nyata. Namun bukan berarti tidak ada lagi hambatan yang

dialami oleh Persis untuk membina akhlak masyarakat setempat, sebab setelah

masyarakat bergerak ke usaha-usaha nyata, masyarakat kemudian menjadi sibuk

beketja.

2. Faktor yang Mendukung

Seperti halnya di atas, faktor pendudukung Persis dalam membina akhlak

masyarakat setempat juga muncul dari dua sisi, yakni dari internal Persis dan dari

Masyarakat setempat.

Berdasarkan catatan penulis, secara internal Persis didukung oleh para pengurus

dan muballigh yang memiliki kegigihan dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya, semangat belajar insan-insan Persis juga tinggi, serta yang tak boleh

dilupakan kerelaan para pengurns dan muballigh persis untuk berkorban tenaga dan

bahkan juga materi.

Pengorbanan.demi pengorbanan yang dijalani insan-insan Persis iui, berimplikasi

pada kekompakan atau kebersamaan mereka dalam menghadapi segala cobaan­

cobaan atau hambatan-hambatan yang dihadapi.

lui kemudian menjadi salah satu modal bagi persis untuk mendapatkan dukungan

dari masyarakat, seperti apa yang terjadi pada KH.A. Ma'shum Nawawi (baca;

"harimau" Majalengka) yang mau bergabung bersama-sama Persis.

70

Page 73: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Masyarakat pun menjadi tidak segan-segan merelakan sebagaian hartanya ketika

Persis akan membangun masjid, mushallab, sekolab, serta RA/TK. Karena

masyarakat menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh persis ini, merupakan

sesuatu yang memang menjadi kebutuhan bersama-sama.

Bagi mereka yang tidak memiliki kecukupan harta, masyarakat ikhlas

menyumbang tenaga. lni nampak sekali tatkala dilakukan pembangunan masjid,

musha1lab, sekolab, serta RA/TK. Masyarakat berduyun-duyun datang kelokasi

pemhangunan dengan berbekal alat yang mereka miliki.

Berdasarkan pengakuan salab seorang masyarakat setempat, ini tidak akan teIjadi

seindab yang dikatakan tadi, jika tidak memperoleh dukungan dari struktur

pemerintah setempat. Mulai dari Rt, Rw, Lurab, sampai kecanlatan. Artinya, struktur

pemerintah pun memberikan dukungan terhadap upaya-upaya yang dilakukan oleh

Persis dalam membina akhIak masyarakat PanjaliH Kidul.

71

Page 74: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

BABVI

PENUTUP

A. Kesimpnlan

Berdasarkan penelitian dan uraian sebelurnnya, Penulis berkesimpulan babwa

Persis Panjalin Kidul tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk taat menjalankan

ritual agama, tetapi mengupayakan agar masyarakat dapat menjalankan ritual tersebut

dengan "sempuma" sesuai al-Quran dan al-Hadist serta berdampak pada laku

keseharian. Dengan kesempumaan tersebut, masyarakat diharapkan sampai pada

penghayatan serta pemabaman babwa sesungguhnya ritual-ritual tersebut sungguh

berkolerasi positif terhadap perilaku kehidupan sehad-had. Secara terperinci,

kesimpulan penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:

I. Masuknya Persis ke Panjalin Kidul ini dibawa oleh Odi Junaedi melalui

proses yang panjang, dengan dilatar belakangi oleh kondisi masyarakat

yang masih tergolong primitif. Kondisi ini juga mempengaruhi laku

masyarakat dalam menjalani realitas kehidupan. Masyarakat panjalin pada

saat itu percaya babwa menyimpan dan merawat benda-benda yang

dianggap memiliki kekuatan ghaib dapat menjadi jalan pintas untuk

memperoleh keuntungan dan memberikan manfaat dalam berbagai aspek

kehidnpan.

Page 75: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

2. Sistem yang dijalankan oleh Persis untuk membina masyarakat setempat

melalui dua sistem. Pefama, sistem tabligh, sistem yang berlaku sesaat

dengan memanfaatkan momentum hari-hari besar dan momentum lainnya.

Kedua, sistem persekolahan, suatu sistem yang berlaku jangka panjang.

3. Dengan masuknya Persis ke Panjalin, Masyarakat tidak lagi menyandarkan

realitas kehidupan pada benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan

ghaib. Masyarakat juga tidak lagi minta-minta kekuburan, gelar sesajajen,

serta ketergantungan dengan benda-benda kramat. Masyarakat panjali

kemudian percaya bahwa kenyataan hidup hanya bisa dihadapi dengan

belajar dan kerja-keIja nyata. Kemudian tawakkal pada Allah.

4. Faktor yang menghambat Persis dalam membina masyarakat antara lain

keuangan dan keterbatasan kemampuan pengurus dan muballigh persis

dalam memallami realitas masyarakat. lni berimplikasi pada kelambanan

dan kurang tepatnya pendekatan yang digunakan Persis dalam membina

masyarakat. Selain itu, pola pikir masyarakat yang masih primitif dirasakan

Persis juga sebagai penghambat, yang padaahirnya menuntut kerja-keIja

ekstra dari pengurus dan muballigh Persis agar masyarakat menerima

kehadiran mereka. l3elakangan, hambatan yang dihadapi oleh Persis adalah

kesibukan masyarakat.

5. Faktor pendukungnya adalah kegigihan dan kekompakan pengurus dan

muballigh dalam menghadapi kenyataan masyarakat. Hal ini berpengaruh

pada bertambalmya faktor pendukung lainnya, seperti bergabungnya

Page 76: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

"harimua" majalengka, KH.A. Ma'shum Nawawi. Kemudian munculnya

kemauan berpartisipasi dari beberapa anggota masyarakat dalam bentuk

materi, dan tenaga. Hal ini tidak akan didapat oleh Persis jika tidak

didukung oleh program-program pembinaan Persis yang menyentuh

problem masyarakat, seperti program beasiswa.

B. Saran-Saran

Diawal bab ini, penulis menungkapkan sebuah kenyataan globalisasi yang

dihadapi negeri ini. Hal ini tentu turnt mempengaruhi individu atau masyarakat,

termasuk masyarakat Panjalin. Sudah barang tentu, pengaruh yang timbul dari

kenyataan tersebut bisa menjadi ancaman yang sewaktu-waktu dapat mematikan

potensi-potensi yang ada pada individu dan masyarakat. Tapi dapat pula menjadi

peluang bagi individu dan masyarakat untuk berkembang.

Untuk dapat menjadikan kenyataan globalisasi ini menjadi peluang, maka tidak

hanya menuntut individu atau masyarakat yang memiliki keindahan akhlak, tetapi

juga menuntut munculnya individu atau masyarakat yang kreatif.

Oleh karena itu, tidak ada kata usai dalam membina masyarakat. Bahkan dengan

adanya kenyataan globalisasi tersebut, justru kelompok-kelcimpok yang menaruh

perhatian untuk membina masyarakat seperti Persis dituntut untuk selangkah lebih

kreatif dibanding kelompok masyarakat yang akan dibina, sehingga bisa menjadi

motivasi tersendiri bagi kelompok masyarakat yang dibina.

Page 77: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

Sehubungan dengan hal itu, bukanlah sesuatu yang berlebihan jika penulis

menyampaikan sara-saran kepada Persis panjalin sebagai berikut:

I. Persis Panjalin Kidul melakukan pemetaan kembali atas kekuatan,

kelemahan, tantangan dan peluang agar dapat merumuskan metode dan

strategi yang visioner dan efektif dalam membina masyarakat.

2. Sehubungan dengan masih adanya muballigh-muballigh dan pengurus

Persis yang merasa sudah mapan dengan pola lama dalam membina

masyarakat, penulis menyarakan agar dibuat suatu sistem pembinaan yang

membuka peluang para muballigh dan pengurus tersebut dapat belajar dari

gerakan pembinaan masyarakat yang diselenggarakan oleh kelompok lain.

Bahkan jika memungkin sampai belajar ke luar negeri.

3. Materi atau fokus pembinan sebaiknya tidak terbatas pada akhlak dalam

arti sempit, seperti akhlak dalam beribadah dan akhlak bergaul saja. Tetapi

dapat dikembangkan kearah yang lebih luas, istilah penulis akhlak yang

bersifat kontekstual. Misalnya ketika membina masyarakat petani, Persis

dapat mengangkat topik-topik seperti cara-cara mengelola lahan pertanian

yang tidak menzolimi alam, teknik bertani yang tidak merusak alam, politik

pertanian yang tidak menindas, sampai pada pengolahan hasil pertanian

yang kreatif.

Page 78: Lit/DO jellI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16084/1/ABDUL... · B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 8 C. Sistematika dan Teknik Penulisan

4. Metode pembinaan. Dalam hal ini Persis sebaiknya mengembangkan

metode yang memungkinkan munculnya partisipasi masyrakat. lni didasiri

dari sebuah kesadaran bahwa dengan globalisasi masyarakat juga memiliki

segudang informasi yang boleh jadi melampaui informasi yang dimiliki

para mublligh dan pengmus Persis yang membina masyarakat.

Dari beberapa saran diatas, penulis harapan penulis semoga gerakan yang

dijalankan oleh Persis Panjalin tidak terjebak menjadi kelompok yang stagnan Galan

ditempat) dalam membina masyarakat. Wallahu 'alamo