lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/lampiran.pdfn:...

33
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Upload: vonguyet

Post on 03-Aug-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP 

 

 

 

 

 

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.

Page 2: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

53

LAMPIRAN

1. Lampiran A : Interview Guide

2. Lampiran B : Transkrip wawancara

3. Lampiran C : Foto dengan Informan

4. Lampiran D : Curiculum Vitae

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 3: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

54

INTERVIEW GUIDE

ASPEK PERTANYAAN

1. Informasi awal perceraian a. Apakah perceraian sudah sah?

b. Kapan perceraian sah di pengadilan?

c. Usia anak ketika perceraian terjadi?

d. Usia anak saat ini?

e. Pemicu perceraian apakah dari masalah

kecil hingga ke titik terburuk atau itu

terjadi dengan cepat sebelum waktu

perceraian?

2. Upaya komunikasi ibu

dengan anak

a. Seberapa sering menghabiskan waktu

dengan anak?

b. Dalam seminggu bisa berapa kali bertemu

dengan anak?

c. Apa saja kesibukan rutin Anda?

3. Identifikasi kepribadian

anak

a. Apakah anak Anda sering bercerita

tentang masalah yang dihadapinya di

sekolah?

b. Apakah anak Anda pernah menceritakan

masalah pribadinya?

c. Apakah anak Anda sering bercerita tentang

teman-temannya?

d. Apa saja kegiatan anak sehari-hari?

e. Selain sekolah, apa saja kegiatan yang

dilakukan anak?

4. Bagaima porsi dalam

berpendapat dan

mendengarkan

a. Apakah ibu mengutarakan penyebab

perceraian?

b. Bagaimana respon anak setelah

dijelaskan? Apa anak juga mengutarakan

dari perspektifnya?

5. Bagaimana keterlibatan

anggota keluarga dalam

mengambil keputusan

a. Bagaimana akhirnya perceraian tersebut

diputuskan?

b. Apakah ada diskusi?

c. Apakah ada penjelasan tentang perceraian

sebelumnya?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 4: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

55

6. Keterbukaan a. Seberapa penting perceraian itu harus

dikomunikasikan ke anak?

b. Apakah anak masih memiliki akses

komunikasi dengan ayahnya?

c. Bagaimana perceraian dijelaskan oleh ibu

kepada anak?

7. Kejujuran a. Seberapa penting penyebab perceraian

dikomunikasikan kepada anak?

b. Apakan Anda terbuka dengan penyebab

perceraian itu sendiri?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 5: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

56

Nama : Jane Cindy, M.Psi, Psikolog

Pekerjaan : Psikolog Anak (RSPI Bintaro & Klinik Pela 9)

Usia : 27 tahun

Hari/Tanggal : Sabtu/22 April 2017

Tempat : UNION, Pondok Indah Mall

P: Hai kak Jane, jadi gini gue mau bikin skripsi yang neliti tentang perceraian

dan mengerucut tentang, gue pengen tau gimana sih strategi orang tua

ngomong ke anaknya tentang perceraian ke anak yang introvert sama

extrovert.

N: Ohh… ok. Berarti konsen ke kepribadian anaknya kan ya? Bukan orangtuanya?

P: Iyaa. Yang gue konsentrasiin gimana perbedaan strategi ke anak introvert

trus gimana strategi ke anak extrovert.

N: Ok ok… jadi apa yang mau lo tau dulu?

P: Orang-orang, khususnya anak-anak pasti kepribadiannya terbagi ya antara

introvert extrovert. Sebenernya itu cara mengidentifikasikan harus dengan

survey kuesioner atau bisa dengan pertanyaan-pertanyaan lisan?

N: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian

atau observasi gitu ya harus survey, harus bener-bener di teliti. Tapi

sebenernya untuk kayak identifikasi awal gitu gampang kok. Cukup tanya-tanya

aja, apalagi anak-anak usia sekolah ya itu gampang sih. Kita tanya-tanya aja

aktivitasnya.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 6: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

57

P: Nah nanti kan gue bakal ngobrol sama orangtuanya. Pertanyaan yang

gimana yang bisa nge identifikasiin kalo ini anakya dia introvert apa extrovert.

N: Ya kalau ngobrol sama orang tuanya, kita pastiin dulu tuh pertamanya : apa orang

tuanya sering ketemu anaknya apa enggak? Terus apa orang tuanya itu sering

berkomunikasi sama anaknya. Dari situ kita bisa nge gali lagi apa anaknya suka

ceerita-cerita sama papa atau mamanya. Kalau emang cukup sering ketemu di

rumah kan bisa kelihatan. Kalau itu anak yang introver pasti dia akan lebih tertutup

dan jarang cerita ke orang tuanya tapi kalau ekstraver ya pasti anaknya akan lebih

eskpresif atau sering cerita. Ceritanya itu ya macem-macem. Kalau anak-anak masih

usia sekolah entah cerita tentang temennya di sekolah, tentang guru yang nyebelin

atau mungkin tadi dia di sekolah suskses ngerjain apa. Pokoknya kalau ada hal yang

menyedihkan atau yang menyenangkan atau yang bisa buat emosi dia naik, dia

cerita.

P: Abis itu ada pertanyaan apa lagi yang bisa mengidentifikasi kepribadian si

anak lewat pertanyaan ke orangtua?

N: Habis itu bisa tuh ditanya kegiatan dia di sekolah selain belajar tuh apa

lagi? Misalnya ngambil ekstrakulikuler apa? Nah dari pemilihan

ekstrakulikuler bisa ketahuan kepribadian anak. Kalau itu anak milih

ekstrakulikuler yang lebih individual kegiatannya kayak misalnya elektro, komputer

gitu, pokoknya yang individual kegiatannya pasti dia tipe kepribadian yang intraver.

Tapi kalau dia milih yang kegiatannya lebih groupping gitu ya kayak basket, futsal

atau perempuan misalnya kayak modern dance atau ekstrakulikuler public speaking

gitu berati kecenderungannya dia ekstrover. Tapi penting juga untuk ditanya ya ke

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 7: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

58

orang tuanya apa ekstrakulikulernya yang milih si anaknya sendiri atau orang

tuanya.

Selanjutnya setelah ekstrakulikuler, bisa ditanya juga apa anaknya les di luar dari

belajar di sekolah? Les apa saja? Nah kalau ini anaknya gak ikut les apa-apa ataupun

ikut les, kegiatan di rumah ngapain aja? Kalau kecenderungannya sering di kamar

atau ya sibuk sama gadgetnya ya berarti dia cenderung intraver. Tapi kalau ini anak

setelah sampai rumah dia yang ngobrol sama orang tuanya atau ngelakuin hobi-

hobinya tapi gak melupakan lingkungannya berati ini akan tergolong ekstraver.

Tapi yang perlu jadi catatan tuh apa orang tuanya ngajak ngobrol, ngajak

berkomunikasi. Nah ketika diajak berkomunikasi apa anaknya merespon dengan

baik atau seperti ogah-ogahan.

P: Selain interaksi orangtua sama si anak, ada lagi gak yang bisa untuk

mengindentifikasikan si kepribadian? Kayak pengamatan si orangtua

mungkin?

N: Bisa aja sih kita ngedengerin gimana pengamatan dari orang tua. Tapi pengamatan

ini yang kita arahin gitu sih lewat pertanyaan juga. Misalnya kita tanya gimana

perilaku anak ketika lagi kumpul dengan keluarga besar? Apakah dia bisa gabung

dengan anak-anak seumurannya? Bisa main bareng? Atau kalau ngobrol bisa asik

sama yang sepantaran? Dari situ kelihatan apa anak ini bisa mudah terbuka dengan

lingkungannya. Kalau anak yang cenderung introver malah akan lebih diem aja atau

gak bisa main sama yang lain atau ya ‘gelendotan’ sama orang tuanya.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 8: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

59

Bisa ditanya juga apakah gurunya di sekolah pernah berkomentar tentang sisi sosial

si anak di sekolah. Apakah bermasalah? Apakah punya banyak teman atau

cenderung penyendiri? Nah itu bisa di pelajari.

P: Kalau udah ketahuan anak ini memiliki kepribadian baik introvert atau

extrovert. Gimana gue memulai untuk tahu cara mereka berkomunikasi?

Pertanyaan gimana sih yang bisa nge gali keterbukaan orang?

N: Sebenernya ya kalau mau menggali keterbukaan itu gak gampang sih apalagi kalau

yang diwawancarain itu strangers atau mungkin malah yang deket banget karena

ada ketakutan secara psikologis kalau cerita tentang hal pribadi. Tapi untuk awal-

awal bisa langsung tanya-tanya tentang hal-hal yang mendasar.

Pertanyaan pertama misalnya kapan perceraiannya sah di pengadilan? Lalu kapan

konflik itu mulai muncul? Setelah berapa lama pernikahan? Lalu si anak usia berapa

pas perceraian itu terjadi?

Nah setelah nge brief dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, bisa mulai tanya

tentang apa dia pernah nyampein tentang perceraian si orang tua itu dengan

pasangannya gak? Kalau pernah ya ditanya gimana cara nyampeinnya? Atau kalau

engga tanya alesannya kenapa gak kasih nyampein.

Ketika nyampein ke anak tuh gimana? Apa ada momen khusus atau tiba-tiba

terlintas untuk ngomong gitu aja?

Kalau emang gak pernah disampein ke anak, apakah anak tersus aktif bertanya

tentang kondisi keluarganya?

Setelah itu baru bisa tanya yang lebih intim misalnya bagaimana reaksi anak setelah

dikasih tau kalau si orang tua ini mau cerai? Kronologis ceritanya gimana? Gimana

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 9: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

60

cara jelasin kalau orang tuanya gak akan serumah lagi? Mungkin bisa ditanya

pernah gak jelek-jelekin mantan pasangan?

Selanjutnya bisa ditanya lagi apakah orang tuanya terbuka dengan penyebab

perceraiannya? Kalau enggak kenapa?

Habis itu ya bisa juga digali kenapa sih dia sampai cerita tentang perceraiannya?

Seberapa penting menurut dia? Bisa ditanya juga apakah si anak masih punya

kesempatan unuk bertemu atau berkomunikasi sama mantan suami/istrinya.

P: Ok… selain itu ada lagi?

N: Ya itu aja sih nanti pertanyaannya bakal ngalir aja kok. Kayak ngobrol biasa aja

sih. Nanti kalau suasanya makin cair kan pertanyaan bisa digali lebih dalam. Intinya

ya keterbukaan itu butuh waktu kan. Jadi sabar-sabar aja untuk nanya pertanyaan-

pertanyaan yang cetek gitu di awal.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 10: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

61

Nama : Meliana (Disamarkan )

Pekerjaan : Wiraswasta

Usia : 48 tahun

Hari/Tanggal : Sabtu/17 Juni 2017

Tempat : Kediaman pribadi (rumah)

P: Hai tante. Jadi disini aku mau melakukan penelitian sih tentang perceraian.

Lebih fokus ke gimana tante punya strategi untuk ngomongin tentang

perceraian ke Syifa.

N: Oh iya. Yang temennya Syifa kamu ya?

P: Oh bukan tante. Yang temen Syifa si Evan.

N: Oh ok.. tapi kamu satu angkatan sama Syifa ya?

P: Syifa dibawah aku satu tahun sih te..

N: Iya ya… makanya dia masih magang nih ya

P: Iya tante bener..

N: Ok…ok…. Gimana?

P: Iya nih tan, sebelumnya aku mau nanya dulu. Nanti kan pasti ada pembahasan

trus wawancara ini kan dibikin transkripnya. Nah pasti ada ngelampirin data

tante. Kalau dari tante untuk nama gitu mau disamarkan atau boleh aku

cantumin?

N: Hehehe…. Di samarin aja kali ya

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 11: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

62

P: Ok siap tante. Nih kita ngobrolnya nyantai aja ya. Hehehehe. Ngomong-

ngomong dulu perceraian sah nya kapan ya?

N: Sejak tahun 1997 lah kurang lebih

P: Nah itu sampai ada keputusan untuk cerai konfliknya udah ada dari awal

masalah yang kecil-kecil di awal atau emang ada pemicunya yang besar gitu

konfliknya?

N: Sebenarnya awal-awal pernikahan kami sih baik-baik saja, masih romantis dan

komunikasi kami masih sangat baik. Konflik tuh muncul dan makin intens itu

kurang lebih 6 bulan sampai 1 tahun menjelang kami bercerai

P: Ok. Jadi numpuk-numpuk gitu ya? Dulu Syifa umur berapa tan waktu

perceraian?

N: Usia anak saya waktu perceraian sekitar 1 tahun

P: Sekarang dia umur 21 berati ya?

N: Iya, dia kan kelahiran 96

P: Nah tante nih sering gak sih ngabisin waktu sama Syifa?

N: Intensitas waktu saya dengan anak saya sebenernya sangat intens ya tapi ya gitu...

walaupun dengan intensitas yang seperti itu agak jarang lah bener-bener yang

quality time bareng.

P: Kalau diukur seminggu nih, berapa kali pasti ketemu sama dia?

N: Ketemu mah pasti setiap hari

P: Sekarang kegiatan tante nih, sekarang sibuk ngapain aja tan?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 12: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

63

N: Iya usaha saya kan dari dulu ini-ini aja. Kegiatan saya sih cuma bekerja aja ya mbak

dan kantor saya kan di rumah jadi jarang sekali aktifitas diluar rumah. Namanya

juga orang tua tunggal, jadi saya harus bekerja untuk menafkahi keluarga. Ya gini

lah kerjaan saya ya ngurusin usaha aja.

P: Nah si Syifa nih dulu kegiatannya waktu sekolah apa aja sih? Mungkin kayak

ekstrakulikulernya gitu?

N: Dulu? Waktu sekolah ya ikut eskul basket gitu sih setau saya. Kalau sekarang kan

udah kuliah, masih juga saya tau dia ikut basket gitu sama temen-temennya.

Sekarang juga udah mahasiswi semester akhir kan jadi ya ke kampus juga gak

sering-sering banget. Paling ya kegiatan dia sekarang tuh magang di perusahaan

swasta gitu.

P: Kalau komunikasi sama tante di rumah gimana? Sering gak?

N: Kalau komunikasi ya cukup sering sih soalnya kan kita serumah dan ya cukup

sering ketemu. Tapi ya cuman ngomongin yang biasa-biasa aja. Kayak misalnya

kalo dia besok mau kemana atau dia ada perlu uang apa untuk kuliahnya baru deh

ngomong sama saya.

P: Nah pernah gak sih dulu dia cerita-cerita tentang temen-temennya di sekolah

gitu? Apa cerita temen yang baik atau ada yang nyebelin gitu?

N: Wah jarang banget mbak dia cerita tentang temen-temennya. Dulu waktu sekolah

juga. Dia dulu tuh waktu sekolah ya abis sekolah kalau gak les ya pulang trus mandi

trus istirahat. Kadang ya nonton tv tapi seringnya di kamar mulu. Gak tau deh

ngapain di kamar, anak perempuan gitu kali ya. Kadang suka saya masuk ke

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 13: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

64

kamarnya pengen tau dia ngapain gitu kan. Ya kadang saya liat dia lg mainan hp

atau ya gak tau asik sama laptopnya. Saya juga gak enak deh mau ngajak ngobrol

yang gimana-gimana.

Tapi sih pernah ya sesekali temennya dibawa ke rumah. Tapi ya gitu sama aja

temennya dateng cuman nyapa saya trus udah masuk kamarnya dia aja gitu.

P: Kalau kayak problem di sekolah gitu dia pernah cerita gak?

N: Gak pernah sih ya mbak dia cerita punya masalah dulu di sekolah atau sekarang di

kampus. Dulu waktu sekolah aja saya gak pernah tau gimana ulanganya bisa apa

enggak. Ya tau-taunya udah rapotan aja. Tapi ya untungnya anak saya gak pernah

bermasalah nilainya.

P: Kalau masalah pribadinya gimana tante? Pernah gak sih dia cerita atau kasih

tau dia ada temen spesial gitu?

N: Aduh apalagi masalah pribadinya mbak. Kadang ya pernah gitu kan saya lihat lah

foto di facebooknya ada gitu sama cowok. Saya sih gak marah toh anak muda, saya

nanya lah ke dia itu pacarnya ya? Itu juga harus dikorek-korek, harus dipaksa cerita

baru akhirnya ngaku. Ya gitu lah jarang sih dia cerita sama saya apalagi yang

masalah pribadi. Mesti dipaksa dulu.

P: Nah kalau dari tante sendiri dengan tipe anak yang mungkin gak terlalu

terbuka dengan masalah-masalah pribadinya, tante pernah cerita gak sih

menjelaskan tentang perceraian itu?

N: Kalau dulu pas mau cerai ya saya gak cerita kan juga masih baru 1 tahun dia

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 14: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

65

P: Tapi dia pernah gak nanya gitu ke tante tentang perceraian tante dengan

mantan suami dulu?

N: Seiring berjalannya waktu, saat anak saya mulai dewasa, dia mulai bertanya ayah

mana? Disitu mulai deh saya bingung jawabnya tapi pelan-pelan pas anak saya

mulai masuk SMP, saya jelasin deh ke dia kalau ayahnya sudah tidak tinggal bareng

sama kita. Dia sih terkesan cuek ya atau kayak gak ada ekspresi gitu lah mbak. Gak

tau sedih gak tau seneng atau biasa aja karena memang pada dasarnya dia tertutup

tapi kadang saya suka nemuin dia nangis sambil ngeliatin foto saya dan mantan

suami saya. Mungkin dia bingung kali ya kemana ayahnya, mungkin dia kayak

sedih dan bingung, ya anak 1 tahun mana inget muka sih. Ya udah cuman liat

fotonya itu sekarang. Abis saya ngeliat itu saya ngejelasin ke dia apa yang

sebenarnya terjadi sampai harus bercerai dan kenapa dia harus tinggal bersama

dengan saya bukan dengan ayahnya.

P: Nah tapi menurut tante penting gak sih perceraian itu dijelasin ke anak?

N: Menurut saya pribadi, perceraian harus dikomunikasikan kepada anak. Karena mau

gimana pun perceraian itu menyebabkan keadaan yang berbeda. Lah kalau kita gak

komunikasikan ke si anak, gimana si anak bisa ngerti dan nerima. Dia bisa bingung

kok temen-temennya ada mama ada papa. Kok aku cuman mama? Nanti ya kalau

gak dikasih tau, dia bisa aja loh mencari tau ke orang lain dan menganggap bahwa

perceraian ini hasil dari keluarga yang gagal trus dia jadi terjerumus ke hal-hal

negatif, padahal kan gak seperti itu realitanya. Makannya walaupun memang anak

saya ini tertutup saya harus selalu kasih tau dia, kasih dia pengertian dan selalu

berusaha menjadi tempat anak saya cerita atau tempat anak saya bertanya. Gak

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 15: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

66

mudah memang tp ini sebuah hal yang wajib harus kudu di kasih tau dan di damping

supaya dia tetap menganggap arti sebuah keluarga walaupun tanpa salah satu dari

orang tua. Saya sih gak tau ya gimana dia sekarang ngerasanya soalnya bener-bener

susah ditebak dan dia tuh gak pernah ada respon sedih seneng atau gimana gitu.

Tapi yang penting saya udah nyampein.

P: Kenapa kok menurut tante penting untuk di komunikasiin?

N: Karena saya mempunyai prinsip jujur dan terbuka, jadi penyebab perceraian itu

harus saya kasih tau. Gak semua langsung saya kasih tau ke anak tapi ya pelan-

pelan lah. Biar nanti sambil berjalannya waktu kalau dia udah bisa dikasih tau hal-

hal dewasa, baru lah.

P: Waktu itu gimana tuh tante akhirnya komunikasiin ke anak tentang

perceraian itu? Nyari momen yang pas gitu?

N: Ya kan anak saya punya sifat tertutup, jadi untuk menyampaikan pun saya harus

mencari momen atau membuat momen yang kondusif supaya si anak juga lebih

mudah menerimanya. Saya juga nyampeinnya dengan ke dia apa yang saya alami

sehingga hal ini harus terjadi. Tujuannya supaya anak saya ngerti apa sih yang

dialami oleh orang tuanya dan selain itu supaya si anak juga belajar dari kesalahan

orang tuanya jadi saat dia menikah nanti tidak mengulangi kesalahan yang sama.

P: Terus respon dia gimana?

N: Ya gitu lah dia gak ada menunjukan respon yang berarti banget mbak. Kayak biasa

aja tapi emang diawal dia pernah mengintervensi. Dia gak langsung menerima ya

karena alesannya merasa membutuhkan sosok seorang ayah dalam hidupnya. Tapi

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 16: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

67

dengan kemauan dan usaha saya untuk menyampaikan pelan-pelan ke anak

akhirnya sih dia juga bisa mengerti dan menerima ya. Untuk memenuhi kebutuhan

sang anak, saya juga menjadi menjalankan dua peran yaitu sebagai ibu dan juga

sebagai ayah.

P: Tante bener-bener terbuka gak tentang penyebab perceraian itu sendiri?

N: Ya. Itu karena prinsip saya dan saya ga mau anak saya punya pemikiran bahwa saya

itu suka menutup-nutupi sesuatu dan takutnya dia nanti ikutan jd pribadi yang

menutup-nutupi. Kalau seperti itu kan repot dia pas udah berkeluarga nanti.

P: Lalu sekarang dia masih komunikasi sama ayahnya gak?

N: Dulu sih waktu dia kecil saya masih ngebatasi dia untuk kontak sama ayahnya. Ya

mungkin faktor sakit hati saya juga lah ya. Tapi sekarang saya sudah ikhlas lah

sama masa lalu saya. Jadi ya saya sekarang sudah mulai dorong dia untuk tetep

bangun silahturahmi sama ayahnya. Sejak dia umur 17 kalau gak salah deh, setiap

lebaran pergi ke tempat ayahnya.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 17: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

68

Nama : Intan (disamarkan)

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Usia : 56 tahun

Hari/Tanggal : Sabtu/10 Juni 2017

Tempat : Kediaman pribadi (rumah)

P: Tante, makasih banyak loh ya udah nyiapin waktu buat aku

N: Iya…. Sama-sama kan enak kalau weekend gini. Kalau lunch time mah takutnya

cuman bisa bentar kan

P: Ok. Jadi gini, aku tuh bikin penelitian tentang perceraian yang gimana si

orangtua ini ngomong ke anaknya tentang perceraian.

N: Hmmm….

P: Nah sebelumnya nih aku mau minta ijin dulu. Nanti data tante kayak nama

gitu boleh dipublikasi atau mau disamarkan nih tan?

N: Gak usah dipublikasi ya.

P: Ok tante. Itu perceraian sah nya kapan tan? Udah sah kan?

N: Udah, udah sah. Sejak 2012 lah.

P: Nah kalau perceraian itu kan pasti ada penyebabnya entah konflik atau apa.

Itu konflik muncul apakah dari awal perceraian dikit-dikit trus jadi numpuk

atau emang langsung ada satu konflik besar gitu?

N: Konflik? Ya dari awal pernikahan langsung kelihatan gelagat-gelagat aneh dari

mantan suami saya. Jadi ya dari gelagat aneh numpuk-numpuk gitu lah beban saya.

P: Waktu bercerai itu anak-anak umur berapa?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 18: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

69

N: Sebenernya sih konflik itu udah dari anak-anak kecil, ya pas SD tapi benar-benar

baru berani ngomong ke anak-anak ya setelah mereka besar kurang lebih pas mereka

udah SMP dan SMA lah

P: Sekarang anak-anak udah umur berapa, tante?

N: 25 tahun yang kakaknya terus adiknya 22 tahun

P: Dulu waktu masih terjadi konflik atau pas mau bercerai itu, tante sering gak

sih ngabisin waktu sama anak-anak?

N: Ya pokoknya saya itu kan kerja jadi ya paling pagi cuman ketemu sebentar. Lalu

nanti ketemu anak lagi pas pulang kerja. Kalau minggu gitu, saya pergi gereja

bareng sama anak-anak dan dulu sama mantan suami juga.

P: Seminggu berapa kali tante pasti ketemu sama anak-anak dulu?

N: Setiap hari saya pasti ketemu. Kecuali kalau memang ada urusan kantor atau acara

gereja, ya paling beberapa hari saja, tapi itu juga tidak sering, cuman sesekali saja.

P: Dulu kegiatan tante sama sekarang masih sama gitu? Ngapain aja?

N: Ya sama lah dari dulu begini-begini aja. Kalau pagi saya pergi kerja, sampai sore

baru pulang dan sampai rumah sekitar jam 7an lah. Lalu ya paling sampai rumah

kumpul sama anak-anak. Begitu aja.

P: Dulu nih anak tante yang kedua ini waktu sekolah dulu kegiatannya ngapain

aja selain sekolah?

N: Ya kalau kegiatan non akademis di sekolah, dia ikut ekstrakulikuler. Waktu itu dia

ikut ekstrakulikuler basket, ya karena dia sukanya itu. Terus kalau di rumah ya

paling istirahat terus malemnya belajar lagi di rumah buat pelajaran besok. Dulu

waktu masih kecil ya main lah sama tetangga-tetangga disini.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 19: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

70

P: Pernah atau sering gak sih si adik ini cerita atau ngobrol sama tante?

N: Ya cukup sering lah kita kalau lagi ngumpul ya ngobrol-ngobrol kok.

P: Si adik ini suka gak dulu cerita tentang temen-temen sekolahnya gitu sama

tante? Misalnya ada temennya yang ngeselin atau mungkin temennya yang

baik gitu?

N: Kalau si adik ya beberapa kali pernah cerita sama saya tentang teman-temannya

yang disekolah punya masalah dengan dia atau mungkin temannya baik. Tapi kalau

kakaknya gak pernah cerita tentang teman-temannya. Misalnya kayak waktu dulu

tuh pernah lah ada temennya yang suka manfaatin dia katanya. Kayak dia dibawain

uang jajan suka jajanin temennya. Tapi giliran dia lagi gak ada uang jajan, dia

dicuekin sama temennya itu. Ya biasa lah dulu anak-anak masih yang gimana gitu

kan sama temen.

P: Kalau masalah di sekolah, dia pernah cerita gak sama tante?

N: Kalau masalah akademis kayak nilai begitu sih jarang ya. Anak saya prestasinya

juga bagus di sekolah dan saya selalu menekankan untuk anak-anak dapat nilai

bagus. Kalau permasalahan yang lain paling cuman tentang teman-temannya aja sih.

Itu juga yang sering bercerita si adik. Kalau kakaknya gak pernah.

P: Kalau masalah pribadi suka gak dia cerita sama tante?

N: Si adiknya sih suka ya cerita sama saya ya curhat-curhat gitu lah tentang ada orang

yang deket sama dia misalnya.

P: Nah kalau ketika ngomongin perceraian nih ya tante. Tante pernah gak sih

cerita sama anak-anak terutama si adik ini. Bagaimana perceraian atau

sebelum bercerai tante gimana jelasin ke anak-anak?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 20: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

71

N: Pernah tapi ya saya gak menjelaskan yang gimana-gimana banget. Mereka kan dulu

masing pada sekolah, masih kecil-kecil jadi saya gak cerita-cerita ke mereka. Waktu

itu pas mereka sudah besar-besar, saya cuman kasih tau kalau memang anak-anak

setuju untuk saya bercerai, resikonya tuh ada aja. Ada lah diomongin tetangga atau

nanti bisa aja dia jadi minder di sekolah. Jadi ya saya cuman kasih tau ke mereka

tentang resiko-resiko apa yang akan mereka hadapi nanti setelah bercerai dan ya

ternyata mereka bisa terima.

Soalnya emang saya mantep untuk bercerai ya gara-gara mereka. Jadi dulu ya waktu

mereka masih sekolah gitu saya gak berani yang untuk ngmg gimana sama mereka,

juga lagian saya belum bisa ngomog sama mereka takut terganggu sekolahnya. Nah

pas mereka udah besar-besar udah ngerti sendiri akhirnya, ya mereka yang ngerasa

kalau emang saya udah gak mampu lagi, ya cerai aja. Saya yakini mereka, “yakin

nih?” ya udah ketika mereka yakin baru saya berani jalan ke pengadilan.

P: Si anak-anak ini tau akhirnya tentang kondisi hubungan ibu, apa akhirnya ibu

cerita atau dia yang nanya?

N: Anak saya gak pernah bertanya yang gimana sih soalnya mereka yang akhirnya tau

sendiri tentang hubungan saya dengan mantan suami. Saya juga tidak pernah ribut

di depan anak-anak dulu. Akhirnya dengan berjalannya waktu ya anak bisa menilai

sendiri sikap papinya, bagaimana tingkah papinya, kok papinya gak pernah kerja.

Dulu itu awalnya dari si adiknya ini yang pulang sekolah nangis karena kan

biasanya di sekolah itu suka disuruh isi kuesioner. Ayahnya namanya siapa?

Umurnya berapa? Kerjanya apa? Nah ya dia bingung mau jawab apa karena yang

dia tau, papinya gak kerja apa-apa.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 21: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

72

P: Nah kalau menurut tante, seberapa penting sih perceraian itu harus

dikomunikasikan ke anak?

N: Ya menurut tante sih sangat penting ya. Karena perceraian ini kan bukan suatu hal

yang main-main tetapi sesuatu hal yang akan menimbulkan situasi baru yang sangat

jauh berbeda. Puji Tuhan anak-anak bisa menerima dan malah kondisi keluarga

tante sekarang jauh lebih baik, tidak seperti yang tante takutkan lah pokoknya.

P: Kalau tadi nih kan perceraiannya yang diomongin ke anak. Penting gak sih

menurut tante ketika penyebab perceraian itu dijelasin ke anak? Kan gak

mungkin dong tante ketika ngasih tau ke anak-anak akan bercerai tapi gak

kasih tau kenapa.

N: Sebenernya penting ya supaya anak juga tau apa penyebabnya dari awal. Supaya

tidak ada yang ditutup-tutupi juga.

P: Waktu itu gimana sih tante nyampein ke anak-anak rencana untuk bercerai?

Apa nyari momen yang pas gitu?

N: Ya waktu itu memang kan anak saya yang sadar sendiri bagaimana keadaan

papinya. Waktu akhirnya anak saya paham dan dia yang melihat saya sudah gak

nyaman, ya mereka yang malah mendesak, “kalau emang udah gak nyaman, mau

cerai, ya cerai aja”. Akhirnya suatu waktu ketika saya rasa waktunya pas, saya coba

kumpulkan anak-anak dan saya ngomongin ke mereka kalau kondisi hubungan saya

dengan mantan suami waktu itu seperti apa. Saya beberkan semua apa yang saya

rasakan dan saya minta pendapat bagaimana kalau saya akan mengugat cerai suami

saya.

P: Lalu udah diomongin gitu, respon anak-anak gimana?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 22: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

73

N: Ya anak memang mendukung dari awal karena mereka tidak ingin melihat saya

terus menanggung beban sendiri. Dari awal mereka kan lihat ketimpangan diantara

orang tuanya. Dan semakin berjalannya waktu, semua makin terjawab dan mereka

melihat realitasnya yang terjadi. Setelah saya terbuka dengan kondisi hubungan

saya dan akan melakukan perceraian, ya anak menunjukan reaksi yang mendukung.

Bahkan kan mereka berdua bersedia menjadi saksi ketika dalam persidangan waktu

itu.

Sebenernya yang banyak vokal sih yang kecil ya. Kalau kakaknya ya gitu lah iya-

iya aja. Ngedukung sih dia walaupun dia sempet bilang kalau bisa dipertahanin ya

pertahanin kalau emang saya udah gak kuat ya udah gimana lagi. Tapi ya gitu

keliatannya kan kuat dia padahal ya pembantu pernah ngedapetin dia nangis gitu.

P: Lalu tante sendiri terbuka gak sama anak-anak tentang penyebab perceraian

tante?

N: Ya toh sebelum saya bercerita ke anak-anak, anak-anak sudah tau dengan

berjalannya waktu. Saya tidak menutup-nutupi apa yang terjadi di hubungan saya

dengan mantan suami dan saya menyampaikan apa yang benar-benar terjadi dan

saya rasakan. Namun tetap saja namanya ibu, saya gak mau kondisi psikis anak saya

terganggung. Jadi ada lah beberapa hal atau kejadian antara saya dan suami yang

gak saya ceritakan. Saya takutnya nanti kalau saya ceritakan nanti dia jadi kepikiran

atau jadi nanti prestasi di sekolahnya menurun.

P: Sekarang anak-anak masih ada waktu buat ketemu atau komunikasi sama

papanya gak?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 23: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

74

N: Sebetulnya saya selalu mendorong anak-anak saya untuk terus berkomunikasi

dengan papinya. Toh juga gimana-gimana itu papi mereka kan. Kayak kalo pas

papinya ulang tahun saya suruh mereka ucapin. Ya begitu tapi sekarang kan terbatas

oleh jarak karena sekarang mantan suami saya tinggal di Makassar.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 24: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

75

Nama : Diana (Disamarkan)

Pekerjaan : Pegawai Salon

Usia : 40 tahun

Hari/Tanggal : Selasa/13 Juni 2017

Tempat : Starbucks Bintaro Sektor 9

P: Halo mbak. Maaf ya waktu liburnya jadi aku ganggu. Hehehe…

N: Iya gak apa-apa kok kak. Senggang kok waktunya

P: Nih kan aku lg bikin skripsi. Aku bahas tentang perceraian. Aku tuh mau tau

gimana sih strategi orangtua yang cerai ini jelasin ke anaknya tentang

perceraian.

N: Oh iya kak.

P: Nah sebelumnya aku kan nanti nulis hasil wawancara kita nih, makanya aku

rekam. Ini nanti data mbak kayak nama gitu boleh ditulis atau disamarkan

aja?

N: Disamarkan aja ya kak. Malu lah cerai-cerai gini.

P: Oh iya-iya mbak siap. Nah jadi perceraiannya udah sah ya mbak? Dari tahun

berapa?

N: Oh iya udah sah. Duh aku lupa ya pastinya kapan. Rasanya waktu cepet banget.

Sekitar 6 tahun yang lalu lah.

P: Lalu sebelum bercerai itu konflik udah terjadi setelah menikah ada masalah

kecil-kecil atau ya gara-gara satu masalah besar?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 25: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

76

N: Ya pertama mungkin ya karena saya nikah pas umur 18 tahun, masih kecil banget.

Begitu lulus dan almarhum bapak saya orang yang fanatik banget sama agama kan,

jadi ya begitu ada yang suka main ke rumah gitu kan ya aku disuruh nikah. Ya aku

dulu tuh belum ngerti gimana yang namanya ngejalanin rumah tangga. Jadi ya gak

punya gambaran, mungkin karena masih polos ya jadi gak tau tuh rumah tangga

bakal gimana-gimana ya gak tau. Semuanya ya sambil belajar. Masak nasi aja yang

belajar gitu ini nasinya segini, takarannya seberapa.

Dari mulai aku mulai hamil anak ketiga itu sih kak mulai lah ada masalah silih

berganti. Terus lanjut sebelum aku hamil anak terakhir ini kan aku sempet

keguguran terus dikuret. Nah disitu makin memuncak lah sampe akhirnya pas udah

lahiran anak terakhir ya aku kayak ngerasa ya udalah ini terakhir terus saya udah

cukup akhirnya ya saya dibalikin lah istilahnya ke orang tuaku sama mantan suami.

P: Kegiatan anak-anak mbak ngapain aja berarti?

N: Ya kalau yang besar sekarang udah kerja kak. Dia kerja sama adikku kan yang

paling kecil di sektor 3. Kalau yang lain ya masih pada sekolah di kampung. Aku

ya walaupun bisa dibilang gak selalu sama anak-anak ya tapi udah tau lah gaya-

gayanya anak aku.

Anak yang pertama tuh orangnya pendiem banget. Susah sekarang kalau dibilangin.

Anak yang kedua yang cewek, itu masih SMP kelas 2. Itu juga pendiem anaknya

tapi emosional banget. Kalau apa-apa harus cepet dikasihnya. Yang ketiga itu

pendiem banget. Polos gitu juga anaknya, kalo ngomong aja harus dipaksa dulu

baru ngomong. Yang ketiga tuh kelas 5 sd, cewek. Kalau yang terakhir anaknya

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 26: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

77

aktif suka ikut-ikut kegiatan masjid gitu. Tapi mungkin gara-gara anak bontot ya

dia masih kelas 1 SD dan kalau apa-apa ya mesti diturutin.

P: Ketika menghadapi anak mbak yang paling besar itu, apa masih suka

komunikasi sama dia dulu waktu sebelum bercerai dan sekarang setelah

bercerai?

N: Aku mah gak pernah absen kak buat telfon anak-anak. Minimal tuh 2 hari sekali.

Aku telfon mereka. Tanya gimana sekolahnya? gimana nilainya? kalau lagi puasa

gini ya nanya puasa gak? Ngaji gak? Pokoknya aku pantau terus lah mereka. Dan

semua aku ajak ngomong sampai yang besar juga. Ya kalau diajak ngomong gitu

sih pada ‘iya-iya aja’ tapi yang penting aku pantau terus.

Kalau yang besar ini orangnya acuh banget kak. Ya kalau dibilangin susah, ya kalau

aku gimana atau ngomong apa kayak gak digubris gitu lah. Sejak pisah lah sama

mantan suami.

P: Kalau emang kelihatan keanehan si anak pertama itu, dia sebelumnya atau

dulu pernah nanya gak sih ke mbak tentang apa yang terjadi di keluarganya

atau kenapa kok gak serumah lagi gitu?

N: Gak pernah dia nanya sih tapi kayak menunjukan dengan sikap dia yang begitu deh.

Mungkin berjalannya waktu ya dia ngerti sendiri kalau aku sama mantan suami udah

gak serumah lagi. Ya mungkin sikapnya dia yang jadi acuh sama aku sama

bapaknya ya kayak bentuk protes gitu lah sama yang terjadi. Cuman ya susahnya

dia itu susah ditebak lah sikapnya. Gara-gara dia anaknya susah ditebak jadi saya

gak tau apa yang dia rasain atau dia gimana.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 27: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

78

P: Ketika dulu ada konflik dan terjadi di rumah, apa anak-anak juga ada di

rumah juga? Terus respon anak-anak gimana?

N: Ya iya dulu ya deket-deket mau cerai itu sering lah berantem. Ya anak-anak ada di

rumah juga tapi ya gak ada komentar apa-apa mereka. Diem aja kalo liat aku sama

mantan suami dulu ribut.

P: Apa mbak sebagai orang tua yang dapat hak asuh anak nih, pernah gak jelasin

ke anak-anak apa yang terjadi dengan hubungan mbak dan mantan suami?

Terutama ke anak paling besar.

N: Aku sih gak pernah jelasin langsung ya gimana-gimana. Soalnya ya aku ngerasa

yang penting aku bisa besarin mereka dengan baik. Aku juga gak pernah nyeritain

yang gimana-gimana tentang mantan suami. Pokoknya aku gak pernah jelek-jelekin

mantan suami lah prinsipnya. Malah ya yang aku denger dia yang suka jelek-jelekin

aku ke anak-anak. Tapi ya udalah saya biarin aja.

P: Walaupun gak pernah cerita yang langsung tentang keadaan rumah tangga

mbak, tapi kan pasti kondisi ketika masih ada mantan suami dan setelah tidak

ada beda. Nah itu gimana mbak jelasin ke anak-anak, terutama ke yang paling

besar?

N: Aku tuh kalau ngomong ke anak-anak jelasin kayak gitu gak pernah dibeda-bedain.

Pokoknya aku yang pernah ngomong ke mereka gini “Sekarang ibu cari uang

sendiri. Jadi kalian kalau mau atau pengen apa-apa harus sabar ya”. Ya paling begitu

doang.

P: Anak mbak yang pertama, itu kegiatannya ngapain aja? Atau mungkin di

rumah pendiem tapi ternyata suka main keluar sama temen-temennya gitu?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 28: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

79

N: Ya dia mah di rumah-rumah aja. Kalau udah di rumah tuh mainan hp aja. Semua

anakku sibuk sama hpnya aja, soalnya ya aku udah kasih. Terus sekarang kan yang

paling besar itu udah kerja di sektor 3, waktu itu sempet tinggal sama aku kan tapi

gak betah dia cuman sehari. Kerjanya telfonan mulu sama pacarnya lah itu.

Ya kadang dulu kalo di kampung ya main sama temen-temennya tapi gak sering

banget sih lagian kalau di kampung ya temen itu-itu aja. Lebih sering dia ya di

rumah.

P: Nah itu si anak pertama sekarang udah punya pacar, dia cerita sama mbak?

N: Ah enggak lah. Kayak gitu ya aku tau sendiri lah, orang juga pernah muda. Ya kayak

gitu aku tanya bolak-balik dulu. Harus dipaksa dulu baru akhirnya dia cerita. Ya

aku sih gak gimana-gimana dia punya pacar terserah tapi aku tetep nasihatin

pokoknya pacaran ya yang bener.

P: Pernah gak si anak pertama ini cerita-cerita sama mbak? Atau tentang

masalahnya? Atau kalau telfonan gitu apa sih yang diomongin?

N: Gak pernah sih. Dia kan orangnya gak bisa aku tebak dan juga dia gak terbuka gitu

lah kak. Jadi kalau telfonan biasanya ya aku yang suka nanya dulu waktu masih

sekolah, sekolahnya gimana. Atau juga aku nanya gimana nurut gak sama mbahnya.

Kalau dianya sendiri mah kalo lagi telfonan sama aja kayak adik-adiknya. Kalau

minta sesuatu aja ngomong. Misalnya minta ini atau minta itu. Gak pernah

nyeritaiin apa-apa.

P: Tapi apa menurut mbak itu penting untuk menceritakan ke anak tentang

perceraian? Kalau nih ya suatu saat ada anak mbak nanya ada apa dengan

keluarganya? Mbak apakah mau untuk jawab?

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 29: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

80

N: Ya kalau aku sih prinsipnya biar dia sambil berjalan waktu, makin dewasa, mereka

makin ngerti. Toh itu yang terjadi di anak aku yang pertama. Dia ngerti sendiri kan.

Tapi ya kalau emang nanti ada yang nanya baru aku jelasin tapi aku jelasin gimana

lah caranya pakai bahasa mereka supaya mereka ngerti juga.

P: Apa anak-anak masih suka komunikasi sama Bapak?

N: Oh ya masih. Suka nelfon juga kan. Itu juga aku yang suruh kak, ya gimana-gimana

itu anaknya dia juga. Dia juga harus bertanggung jawab sama anak-anaknya

walaupun ya gitu lah dari dulu cara ngedidik aku sama mantan suami itu beda

banget.

Kalau lebaran juga masih suka dateng kok mantan suami. Pokoknya ya kayak biasa

lah cuman ya sekarang udah gak ada hubungan lagi aja, udah gak satu rumah lagi

gitu.

P: Emang cara ngedidik anak yang gimana beda antara mbak sama mantan

suami?

N: Ya kalau dia ngedidik pakai kekerasan, kasar sama anak-anak. Kalau aku kan

enggak prinsipnya nyubit anak aja enggak. Cuman ya paling ngomel, marah itu kan

wajar namanya juga ibu-ibu.

Kadang ya yang kayak gitu-gitu juga bikin anak pertama aku acuh gitu lah.

Mungkin ngeliat bapaknya kalau ngedidik dengan kasar gitu kan atau juga pernah

ngeliat atau ngedenger aku sama mantan suami ribut gitu atau ya karena kecewa

sama perceraian orang tuanya jadi ya membangkang gitu. Kalau dibilangin susah

banget. Paling susah kalau Bapaknya yang bilangin. Kalau aku yang bilangi ya

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 30: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

81

paling “iya-iya” doang tapi gak pernah ngelawan yang sampai gimana sih. Paling

sama Bapaknya begitu.

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 31: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

82

Peneliti bersama informan : Jane Cindy, M.Psi, Psikolog

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 32: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

83

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

1. Nama : Yosia Margaretta Situmeang

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1995

3. Alamat Rumah : Graha Bintaro GR 30 / 39,

Tangerang selatan

3. Telepon : 081336370856

4. E-mail : [email protected]

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Status : Belum Menikah

7. Kesehatan : Baik

8. Tinggi dan Berat Badan : 174cm / 54kg

A. PENDIDIKAN

1. Formal

a. Universitas Multimedia Nusantara, Fakultas Ilmu Komunikasi ,

Jurnalistik, 2013-sekarang

b. Sekolah Menengah Atas Santa Maria Surabaya , 2010-2013

c. Sekolah Menengah Pertama Santa Maria Surabaya, 2007-2010

d. Sekolah Dasar Katolik Karitas 3 Surabaya , 2006-2007

e. Sekolah Dasar Katolik RICCI 2 Tangerang, 2001-2006

2. Informal

a. Probest Presenter and Broadcasting School Surabaya, 2013

b. Canadian English Course Surabaya, 2010-2013

c. Double Eight English Speaking Class Surabaya, 2008-2009

d. ZIVA Makeup Artist Professional Class 2015-2016

B. PENGALAMAN KERJA

1. Freelance Model of Youngs Management Jakarta 2008 - 2013

2. International Language Program’s English Teacher 2014-2015

C. PRESTASI

1. Semifinalis 20 Besar Miss UMN 2014

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017

Page 33: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5233/8/LAMPIRAN.pdfN: Sebetulnya untuk tahu lebih dalam dan untuk psikolog yang bikin penelitian atau observasi

Pola Komunikasi Ibu..., Yosia Margaretta, FIKOM UMN, 2017