lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/2700/3/bab ii.pdf · sabun...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
14
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Pada bab ini, peneliti ingin memaparkan dan membahas dua penelitian yang
sudah pernah ada sebelumnya yang digunakan sebagai referensi penelitian, berkaitan
dengan penggunaan brand ambassador, word of mouth dan kaitannya dengan brand
image. Penelitian milik Yudha Gozali asal Universitas Tarumanegara, berjudul
“Pengaruh E-WOM terhadap Brand Image dan Purchase Intention (Kasus Industri
Mobil “D”). Penelitian ini menggunakan surveri dengan menyebarkan kuesioner
untuk mendapatkan data dari responden yang mengisi angket. Populasi pada
penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Tarumanegara yang menggunakan mobil
dari industri “D”, serta menggunkan teknik sampling purposive sampling.
Penelitian kedua milik Nihayatul Mardiyah dari Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga yang berjudul “Pengaruh Brand Ambassador Terhadap Brand Image
Sabun Lux” pada penelitian ini hanya memiliki 2 variavel yaitu X terhadap Y, masih
menggunakan kuisioner yaitu responden dibagikan angket untuk diisi. Populasi pada
penelitian ini adalah Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta.
Tabel 2.1 Penelelitian Terdahulu
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
15
PENELITI Yudha Gozali Nihayatul
Mardiyah
Midori Kharisma
UNIVERSITAS Universitas Taruma
Negara
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga
Universitas
Multimedia
Nusantara
JUDUL Pengaruh E-WOM
Terhadap Brand
Image dan Purchase
Intention (Kasus
Industri Mobil “D”).
Pengaruh Brand
Ambassador
Terhadap Brand
Image Sabun
Lux.
Pengaruh
Penggunaan Brand
Ambassador
Chelsea Islan Dan
word of mouth
Terhadap Brand
Image.
TUJUAN Peneliti ingin
mengetahui pengaruh
E-WOM terhada brand
image dan purchase
intention.
Peneliti ingin
melihat apakah
penggunaan
brand
ambassador
dapat
Peneliti ingin
melihat pengaruh
secara bersama-
sama antara
variabel brand
ambassador dan
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
16
berpengaruh
terhadap brand
image.
word of mouth
terhadap brand
image.
Pendekatan
Penelitian
Kuantitatif. Kuantitatif. Kuantitatif.
Sifat Penelitian Eksplanatif. Eksplanatif. Eksplanatif.
Metode
Pengumpulan Data
Survei. Survei. Survei.
Hasil Penelitian Terdapat pengaruh
yang signifikan.
Terdapat
pengaruh antara
brand
ambassador
terhadap brand
image sabun lux.
Terdapat pengaruh
antara penggunaan
brand ambassador
Chelsea Islan dan
word of mouth
terhadap brand
image Oppo F1S.
Kebaharuan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tiga variabel
dalam penelitian yaitu Brand Ambassador (X1), Word of Mouth (X2), dan Brand
Image (Y), dimana dua variabel dependent memengaruhi variabel independent.
Penelitian ini juga menggunakan teknik sampling Cluster dengan populasi mahasiswa
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
17
di Tangerang, serta melihat dan membahas sisi persingan industri smartphone yang
berkembang pesat belakangan ini.
2.2 Teori dan Konsep
2.2.1. Marketing Communication
Marketing yang dipahami sebagai pemasaran merupakan bagaimana
caranya agar dapat mengatur hubungan dengan konsumen yang
menguntungkan (Kotler & Armstrong, 2012, h. 4). Marketing merupakan
sebuah proses dimana perusahaan menciptakan value untuk konsumen,
sehingga membentuk hubungan dengan konsumen yang kuat sehingga bisa
mendapatkan value dari konsumen sebagai timbal balik, selain itu marketing
juga merupakan bagaimana mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan
sosial dan manusia (Kotler & Armstrong, 2012, h. 5).
Ada dua konsep yang perlu diperhatikan dalam marketing, yaitu needs,
wants¸ & demands (kebutuhan, keinginan, dan permintaan). Needs adalah
sebuah kebutuhan yang diperlukan oleh manusia, termasuk kebutuhan fisik
dasar untuk makan, pakaian, keamanan, kebutuhan sosial, kasih sayang,
pengetahuan, dan ekspresi diri. Sedangkan Wants merupakan kebutuhan yang
diperlukan oleh manusia, yang dipengaruhi oleh budaya dan kepribadian
individu itu sendiri, tergantung pada objek yang dapat memuaskan kebutuhan
individu tersebut.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
18
Kedua hal ini yaitu needs & wants memiliki pengaruh terhadap
demands, yaitu ketika seseorang sudah memiliki wants yang diperkuat dengan
kekuatan membeli (buying power), maka wants akan bergerak dan berubah
menjadi demands. Dengan wants yang dimiliki seseorang maka permintaan
akan suatu produk akan datang dengan keuntungan yang memberikan nilai
dan kepuasan yang tinggi.
Dalam melakukan pemasaran produk, perusahaan juga perlu
melakukan strategi yang tepat, sehingga dalam marketing sendiri, kita
mengenal adanya konsep marketing mix. Marketing Mix merupakan
seperangkat alat pemasaran untuk menghasilkan respon yang diinginkan pada
target market (Kotler & Armstrong, 2012, h. 51).
Dalam Marketing Mix kita kenal dengan 4P, yaitu product, price,
place & promotion. Berikut penjabaran dari 4P:
1. Product
Barang dan jasa yang dihasilkan dan ditawarkan oleh
perusahaan kepada target market.
2. Price
Harga atau nominal yang harus dibayarkan oleh konsumen,
terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
19
3. Place
Tempat pendistribusian produk atau tempat dimana konsumen
dapat mencari produk milik perusahaan. Berkaitan dengan
distribusi dan keterjangkauan konsumen dalam mendapatkan
barang yang diasilkan perusahaan.
4. Promotion
Aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik minat
konsumen, dengan memberikan promosi-promosi seperti
diskon, pemberian marchandise untuk membujuk target
konsumen agar mau membeli produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan.
Promosi merupakan salah satu bagian dari marketing mix. (Kotler dan
Keller, 2013, h. 512) mengungkapkan bahwa setidaknya ada delapan konsep
yang tergabung dalam promotion mix untuk mengkomunikasikan value serta
membangun hubungan dengan konsumen.
1. Advertising
Iklan, dipahami sebagai segala bentuk nonpersonal, seperti
promosi ide, barang, atau layanan oleh sponsor yang telah
disepakati.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
20
2. Sales Promotion
Aktivitas jangka pendek untuk mendorong penjualan produl,
serta pembelian oleh konsumen.
3. Personal Selling
Pendekatan personal dengan calon konsumen, untuk
mendorong terjadinya pembelian serta membangun hubungan
dengan konsumen.
4. Public Relations
Membangun hubungan yang baik dengan para pemangku
kepentingan perusahaan, menciptakan publisitas, membentuk
citra perusahaan, mempertahankan, dan mengendalikan
pemberitaan buruk mengenai perusahaan.
5. Direct Marketing
Membangun hubungan langsung dengan para calon konsumen,
lewat surat, e-mail, telepon, facsimile, dan saluran penghubung
nonpersonal lainnya untuk mendapat respond an menjalin
hubungan yang lebih lama.
6. Event & Experiences, sebuah aktivitas yang dibuat oleh
perusahaan atau program yang digunakan untuk menciptakan
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
21
maupun meningkatkan aktivitas untuk konsumen dan calon
konsumen.
7. Interactiver Marketing, kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk menarik perhatian orang untuk meningkatkan kesadaran
akan merek maupun produk, juga bisa dilakukan untuk
memperbaiki image serta meningkatkan penjualan produk
maupun jasa.
8. Word of Mouth Marketing, suatu kegiatan pemasaran lewat
perantara individu satu ke individu lainnya, secara lisan, tulisan,
maupun menggunakan alat komunikasi elektronik lainnya.
2.2.2. Public Relations
Public Relations sebagai bagian dari promotion mix yang menjadi
bagian penting dimana fungsi dan tujuannya menurut Kotler dan Amstrong
(2012, h. 432) adalah membangun hubungan yang baik dengan berbagai
kalangan, untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra
perusahaan, dan menangani serta menghadapi berita, rumor, dan kejadian
yang tidak menyenangkan”. Praktisi public relations melakukan komunikasi
dengan pihak eksternal maupun internal perusahaan untuk semakin membantu
mengembangkan bisnis perusahaan serta hubungan yang positif, sehingga
tujuan organisasi dapat didukung juga oleh masyarakat. Praktisi PR juga
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
22
mengembangkan, meriset, melaksanakan, dan mengevaluasi program-
program yang relevan.
Menurut Cutlip, Centre da Canfield yang dikutip oleh Rosady Ruslan
(2014, h. 19) merumuskan lima fungsi public relations sebagai berikut:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama.
2. Membina hubungan yang harmonis, antara organisasi dengan publiknya
yang merupakan khalayak
3. Mengidentifikasi dan menganalisis segala hal yang berkitan dengan opini
publik, persepsi, dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi tercapainya tujuan bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah, mengatur arus informasi, dan publikasi
sehingga tercipa citra yang positif.
PR sendiri di dalam perusahaan juga memiliki peran terhadap brand
adalah menciptakan brand awareness. Selain awareness praktisi PR juga
memiliki peran sebagai fasilitator untuk menyampaikan pesan terhadap
sebuah brand mengenai seperti apa pandangan yang diberikan masyarakat
terhadap brand dengan memengaruhi masyarakat lewat nilai-nilai atau
keunggulan yang ada dari brand tersebut.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
23
2.2.3. Brand
Brand atau mereka, bagi sebuah organisasi atau perusahaan bukan
hanya sekadar logo maupun simbol, melainkan sebuah identitas bagi
perusahaan maupun produk. Merek memiliki daya tarik serta mendapatkan
perhatian yang besar dalam komunikasi perusahaan kepada publik.
Brand merupakan nama, tanda, simbol, terminologi, simbol atau
desain kombinasi dari keseluruhannya, serta ditunjukan untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari penjual satu dengan lainnya, yang
berguna untuk menjadi pembeda atau diferensiasi diantara merek satu dengan
kompetitor lainnya, selain itu brand adalah tentang bagaimana sebuah produk
maupun jasa bisa membedakan diri dari produk jasa lainnya (Kotler & Keller,
2012, h. 241). Merek memiliki beberapa peran yang penting salah satunya
untuk membantu mengidentifikasi produk yang sejenis. Konsumen tau
mengenai brand lewat pengalaman konsumen itu sendiri dengan brand
tersebut di masa lalu, dan lewat program-program pemasaran lainnya,
sehingga pada akhirnya dapat menmilih brand mana yang dapat memenuhi
kebutuhannya.
Brand yang kredibel juga dapat membedekan kualitas dengan brand
lainnya, sehingga pembeli dapat mudah memilih produk atau kembali
melakukan pembelian terhadap produk.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
24
Ada tujuh elemen dalam brand menurut Keller (2008, h. 145-146)
diantaranya:
1. Brand names: nama dari merek, menggunakan tema atau
asosiasi utama dari produk.
2. Uniform Resource Locators (URLs): suatu domain yang
menunjukkan lokasi dari halaman situs.
3. Logos & Symbols: logo sebagai visual yang mewakili nama
perusahaan. Logo berupa kata-kata yang penulisannya
memiliki ciri yang sangat khas, dan simbol dalam bentuk
lambang atau bentuk gambaran yang bukan berupa kata-kata.
4. Characters: sosok ataupun tipe dari simbol merek yang bisa
berbentuk dalam wujud manusia maupun karakter hidup
lainnya, yang biasanya diperkenalkan lewat iklan, kampanye,
dan desain dalam kemasan suatu produk.
5. Slogans: informasi yang dikomunikasikan secara deskriptif
maupun persuasive mengenai merek lewat sebuah frasa singkat.
6. Jingles: pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh
perusahaan lewat musik yang diciptakan, untuk menarik
perhatian dan diharapkan dapat diingat oleh pendengar.
7. Packaging: kemasan pada produk yang dirancang sedemikian
rupa sesuai dengan produk.
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
25
2.2.4. Brand Ambassador
Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk menarik
minat beli konsumen adalah dengan penunjukkan brand ambassador.
Pemakaian brand ambassador dilakukan oleh perusahaan untuk memengaruhi
dan mengajak konsumen untuk membeli dan menggunakan produk, brand
ambassador sendiri biasanya menunjuk selebriti yang terkenal (Royan, 2004,
h. 7). Ketika selebriti menjadi brand ambassador maka terbentuk semiotika
identitas yang merepresentasikan gambaran dari produk yang diwakili dan
diharapkan dapat memengaruhi calon konsumen (Harley, 2012, h. 271).
Selebriti yang digunakan dapat dari berbagai kalangan, seperti yang
diungkapkan oleh Shimp (2003, h. 460) selebriti dapat meliputi aktor, atlet,
penghibur yang dikenal lewat prestasinya masing-masing.
Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan untuk memiliki brand
ambassador menurut Shimp (2003, h. 464):
1. Kredibilitas Selebriti
Pemilihan brand ambassador menggunakan selebriti sangatlah
perlu dilihat kredibilitasnya. Kredibilitas tersebut dapat terlihat
dari tingkat kepercayaan maupun keahlian selebriti tersebut.
Orang yang dipercaya dianggap dapat meyakinkan seseorang
calon konsumen untuk mengambil suatu tindakan pembelian.
2. Kecocokan Selebriti dengan Khalayak
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
26
Atlet dan selebriti akan menjadi representasi produk yang
diwakilinya. Alasan sebuah produk memakai brand
ambassador seoarang selebriti maupun atlet, karena mereka
cocok dengan produk dan juga target dari produk tersebut.
3. Kecocokan Selebriti dengan Merek
Perusahaan mempertimbangkan selebriti seperti apa yang akan
menjadi brand ambassador dari produk mereka, sosok selebriti
yang diangkat harus sesuai dengan merek yang diwakili,
bagaimana citra selebiriti tersebut, nilai, dan perilaku harus
sesuai dengan kesan dan tujuan yang diinginkan untuk merek
atau produk yang diiklankan.
4. Daya Tarik
Daya tarik atlet maupun selebriti menjadi aspek yang paling
dipertimbangkan, daya tarik yang ada meliputi, keramahan,
menyenangkan, fisik yang baik, memiliki karir atau profesi,
dan pekerjaan yang mendukung tujuan yang ingin dicapai.
5. Pertimbangan lain
Perusahaan perlu mempertimbangkan hal lain, seperti
kemungkinan selebriti dan atlet jauh dari permasalahan yang
bisa membuat citra buruk, sulit tidaknya bekerjasama, seberapa
banyak barang atau produk yang sudah didukung oleh mereka,
Pengaruh Penggunaan..., Midori Kharisma, FIKOM UMN, 2017
27
jika terlalu berlebihan dan banyak maka kredibilitas akan
menurun, dan biaya yang dikeluarkan.
Brand ambassador menurut Lea-Greenwood (2012, h. 77) juga harus
memiliki indikator-indikator seperti berikut ini:
1. Trasnference, dimana seorang selebritas mendukung merek
yang didukung sesuai profesi mereka.
2. Congruence (kesesuaian) ambassador harus sesuai atau cocok
antara merek dengan selebriti.
3. Credibility, seorang ambassador yang digunakan harus
memiliki pengetahuan, serta memiliki pengalaman tersebut
dapat dipercaya.
4. Daya tarik, penampilan secara fisik maupun non fisik yang
dimiliki oleh seorang brand ambassador tersebut dapat
menarik perhatian konsumen dan calon konsumen.
5. Power, kekuatan yang dimiliki oleh brand ambassador serta
memiliki kharismanya tersendiri, sehingga konsumen dapat
terpengaruh.
Menurut Lea-Greenwood (2012, h. 87), seorang brand ambassador
tentunya memiliki manfaat bagi perusahaan maupun produk yang
menggunakannya, beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut:
1. Press Coverage
28
2. Changing perception of the brand
3. Attracting new customers
4. Freshning up an existing campaign
2.2.5. Word of Mouth
Ketika brand ambassador yang digunakan telah memberikan kekuatan
terhadap brand, maka timbulah komunikasi word of mouth atas penggunaan
ambassador tersebut. Untuk itu word of mouth dari mulut ke mulut
merupakan salah satu teknik pemasaran yang sangat efektif, karena dapat
memberikan komunikasi berupa informasi bahkan sampai pada tahap
merekomendasikan mengenai brand tersebut.
Word of Mouth adalah sebuah pembicaraan yang alami terjadi diantara
orang-orang (Sernovitz 2006, h. 5). Word of Mouth sendiri secara signifikan
dapat meningkatkan pengetahuan serta respon konsumen terhadap suatu
brand. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (2005, h. 638) ada dua manfaat
yang diperoleh dari word of mouth, yaitu:
1. Komunikasi dari mulut ke mulut lebih meyakinkan, karena kata-kata
yang dieluarkan oleh seseorang merupakan suatu apresiasi maupun
promosi yang berasal dari seseorang maupun konsumen dan dilakukan
sehingga dapat memengaruhi orang lain.
2. Komunikasi dari mulut ke mulut juga tidak mengeluarkan biaya yang
mahal.
29
Proses komunikasi dari mulut ke mulut dapat terjadi setiap saat, setiap
waktu orang melakukan interaksi satu sama lain, bertukar pikiran, informasi,
serta memberikan pendapat.
Ada dua jenis word of mouth (Sernovitz, 2012, h. 5-6), yakni:
1. Organic word of mouth, yaitu pembicaraan yangs secara alami terjadi
akibat kualitas yang baik dari perusahaan maupun produk.
2. Amplifie word of mouth, yaitu pembicaraan yang dimulai lewat suatu
kampanye yang disengajakan untuk membuat orang-orang berbicara
atau membicarakan.
Masih menurut Sernovitz (2012, h. 19-23) terdapat lima elemen dasar
untuk membentuk word of mouth, yaitu:
1. Talkers merupakan sekelompok atau orang yang memiliki antusiasme
dalam menyebarkan informasi maupun pesan. Talkers biasanya
cenderung senang dalam berbagi cerita kepada orang-orang disekitar
mereka.
2. Topics adalah sebuah informasi maupun pesan yang tercipta ketika
adanya suatu perbincangan.
3. Tools merupakan sebuah alat atau saluran komunikasi yang dipakai
untuk mengetahui informasi mengenai brand.
30
4. Taking Part adalah kegiatan yang dilakukan pihak perusahaan agar
terlibat dengan percakapan yang dilakukan oleh talkers sehingga dapat
menjadi bagian dari konsumennya juga.
5. Tracking merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
mengukur serta memahami kebutuhan konsumen para produk maupun
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
Jika sebelumnya Sernovitz mengungkapkan adanya 5 elemen, maka
(Godes dan Mayzlin, 2004, h. 1-5) mengemukakan adanya dua elemen
word of mouth, yaitu:
1. Volume ketika seorang individu sering membicarakan maupun
merekomendasikan suatu hal pada percakapan sehari-hari, diskusi
secara formal maupun informal, ketika semakin banyak percakapan
yang terjadi, tentunya akan semakin banyak orang yang mengentahui
hal tersebut.
2. Dispersion adalah tingkatan dimana percakapan mengenai produk
sudah menjadi bagian komunikasi sehari-hari. Percakapan yang terjadi
bisa melalui keluarga, teman atau kerabat, orang yang berbeda status
sosial, pengalaman, maupun yang tidak berpengalaman.
2.2.6. Brand Image
Ketika brand didukung oleh penggunaan brand ambassador dan word
of mouth yang baik, maka hal ini akan dengan mudah memengaruhi image
31
brand tersebut. Sebuah brand image yang baik dan positif akan dengan
bercirikan pula karakteristik yang baik bagi brand tersebut pada benak
konsumen. Brand image sangatlah penting, bukan hanya untuk produsen
melainkan untuk konsumen juga, brand image diharapkan dapat sesuai
dengan karakteristik image yang diinginkan oleh pengguna merek. Menurut
Kotler dan Armstrong (2001, h. 225) brand image merupakan “the set of
benefits consumers hold about a particular brand” yang merupakan
sekumpulan kepercayaan yang dimiliki konsumen mengenai merek tertentu.
Brand image terbentuk lewat asosiasi merek (brand associations) yang berada
pada benak konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Aaker (2006, h. 109)
bahwa sebuah asosiasi brand adalah seluruh hal yang berhubungan dengan
ingatan atau memori mengenai brand tersebut. Hal ini mengungkapkan bahwa
sebuah asosiasi sebuah merek akan ada di dalam benak atau ingatan
konsumen.
(Keller, 2003, h. 3) asosiasi mereka dapat dibedakan melalui tiga hal
berikut:
Atribut Gambaran mengenai karakteristik dari suatu produk
ataupun jasa, apa yang dapat dipikirkan oleh konsumen
mengenai produk yang ditawarkan, lewat fitur sebuah produk,
dan segala hal yang terlihat dalam suatu pembelian ataupun
32
konsumsi suatu merek. Berikut beberapa tingkatan yang terdapat
pada suatu atribut.
Product Related Atributes Atribut yang dapat dipahami sebagai
suatu komponen fisik yang dibutuhkan oleh produk, agar produk
dapat dicari oleh konsumen dan berkaitan dengan kemampuan
produk. Bentuk fisik dan keuntungan ketika menggunakan
produk menjadi aspek yang terdapat pada product related
attributes.
Non Product Related Atributes Atribut yang berhubungan
dengan aspek eksternal yang ada pada produk atau jasa berkaitan
dengan pembelian dan konsumsi.
Harga, berhubungan dengan kualitas dan kemampuan produk
maupun jasa yang ditawarkan. Harga dapat memengaruhi
persepsi yang dapat menggambarkan segmentasi konsumennya.
Packaging, tampilan produk, memengaruhi konsumen juga
untuk membeli produk, packaging yang baik dan menarik
seringkali membuat terjadinya pembelian serta menjadi nilai
tambah dari konsumen.
User imagery, terbentuk berdasarkan, siapa saja orang-orang
yang menggunakan produk tersebut, dapat dibedakan lewat
karakteristik demografis, jenis kelamin, ras, usia, dan aspek
33
psikografis. Berkaitan dengan waktu, lokasi, jenis, dan aktivitas
formal maupun informal lainnya.
1. Benefits (Manfaat)
Berkaitan dengan penilaian pribadi para konsumen terhadap
atribut produk dan jasa. Kegunaan yang dapat diberikan oleh
produk kepada konsumen, dibagi menjadi tiga:
Functional benefits
Keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan
suatu produk. Biasanya lebih berkaitan dengan kebutuhan
dasar konsumen, kebutuhan rasa aman, fisiologis, dan
keinginan untuk mendapatkan solusi, bahkan meringankan
pekerjaan.
Experiental benefits
Penggunaan suatu produk maupun jasa, dapat
memberikan suatu pengalam tersendiri bagi
pemakainya.
Symbolic benefits
Keuntungan simbolik yang didapatkan ketika memakai
suatu produk, seperti diakui oleh masyarakat sosial atau
penerimaan sosial, dapat meningkatkan rasa percaya
diri.
34
2. Brand Attitudes
Keseluruhan penilaian atau evaluasi terhadap suatu merek,
penting dalam memengaruhi sikap konsumen terhadap merek tersebut
dan memengaruhi keputusan pembelia. Brand attitudes adalah
gabungan dari penilaian konsumen atau attributes dan benefits yang
dimiliki oleh suatu merek.
Ada tiga komponen pendukung brand image menurut Sutisna
dan Prawita (2001, h. 80) yaitu:
1. Corporate Image adalah sekumpulan asosiasi yang ada pada
benak konsumen atau dipersepsikan konsumen kepada
perusahaan yang meproduksi atau membuat pdoruk maupun
jasa.
2. User Image merupakan asosiasi yang dipersepsikan oleh
konsumen kepada pemakai yang menggunakan produk maupun
jasa tersebut.
3. Product Image adalah asosiasi yang ada di benak konsumen
terhadap suatu produk tertentu.
2.3. Hipotesis Teoretis
Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara terhadap penelitian yang
kebenarannya harus diuji atau sedang diuji secara empiris dengan analisis penelitian
berdasaekan data yang didapatka di lapangan. Hipotesis pada penelitian ini adalah :
35
H1: Terdapat pengaruh bersamaan antara Brand Ambassador dan Word of
Mouth terhadap Brand Image.
Penggunaan brand ambassador sebagai salah strategi dari perusahaan untuk
menarik konsumen dan menciptakan image dianggap sebagai salah satu upaya yang
cukup efektif. Karakteristik-karakteristik yang dimiliki seorang ambassador harus
dapat selaras dengan brand maupun produk milik perusahaan yang dipasarkan.
Kredbilitas, kecocokan dengan khalayak, kecocokan dengan merek, daya tarik, dan
peritmbangan lainnya merupakan aspek-aspek yang dapat mendukung. Ketika
penggunaan brand ambassador memberikan nilai lebih bagi suatu brand lewat
produk maupun secara langsung brand yang dipromosikan, maka dengan
sendirinyapun word of mouth mulai tercipta pada kalangan masyarakat mulai dari
penyebaran informasi sampai pada tahap rekomendasi.
H2: Terdapat pengaruh Brand Ambassador terhadap Brand Image
Pemakaian brand ambassador dilakukan oleh perusahaan untuk memengaruhi
dan mengajak konsumen untuk membeli dan menggunakan produk, brand
ambassador sendiri biasanya menunjuk selebriti yang terkenal (Royan, 2004, h. 7).
36
Ketika selebriti menjadi brand ambassador maka akan terbentuk semiotika identitas
yang merepresentasikan gambaran dari produk yang diwakili dan diharapkan dapat
memengaruhi calon konsumen (Harley, 2012, h. 271). Pada saat ini setiap perusahaan
mulai menggunakan banyak strategi untuk memasarkan brand serta produk
terbaiknnya. Penggunaan brand ambassador diharapkan dapat membantu perusahaan
dalam semakin memperkenalkan dan mendistribusikan segala bentuk informasi
kepada publiknya, lewat kualitas dan integritas yang dimiliki oleh brand ambassador,
disini yang dimaksudkan adalah Chelsea Islan.
Sebagai ambassador atau duta bagi brand tertentu diharapkan seseorang
tersebut dapat mewakili seluruh hal yang ada kaitannya mengenai perusahaan
tersebut, ambassador tersebut harus mampu mewujudkan dan menerapkan nilai-nilai
yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut mendorong terciptanya brand image dalam
benak konsumen maupun calon konsumen akan perusahaan.
H3: Terdapat pengaruh Word of Mouth terhadap Brand Image
Word of Mouth adalah sebuah pembicaraan yang alami terjadi diantara orang-
orang (Sernovitz 2006, h. 5). Ketika brand ambassador yang digunakan telah
memberikan kekuatan terhadap brand, maka timbulah komunikasi word of mouth
atas penggunaan ambassador tersebut. Untuk itu word of mouth dari mulut ke mulut
merupakan salah satu teknik pemasaran yang sangat efektif, karena dapat
memberikan komunikasi berupa informasi bahkan sampai pada tahap
37
merekomendasikan mengenai brand maupun produk tersebut serta memberikan
image terhadap brand terserbut.
Kegiatan word of mouth ini bukan hanya dilakukan oleh konsumen yang telah
menikmati suatu produk, kegiatan ini juga bisa dilakukan oleh calon konsumen yang
menikmati berbagai informasi mengenai produk maupun industri tersebut. Seperti
eksperimen yang telah dilakukan oleh Saveri, dkk pada tahun 2014 menunjukkan
hasil bahwa brand image memberikan dampak yang signifikan pada persepsi
seseorang mengenai kualitas dan nilai. Word of mouth dapat memengaruhi seseorang
terhadap brand image dan persepsi karena word of mouth merupakan bagian dari
sebuah ekspresi baik dalam bentuk positif maupun negatif yang dapat memengaruhi
brand image suatu produk.
2.4. Hipotesis Statistik
H1: Terdapat pengaruh bersamaan antara brand ambassador dan word of mouth
terhadap brand image.
H0: Tidak terdapat pengaruh bersamaan antara brand ambassador dan word of mouth
terhadap brand image.
H2: Terdapat pengaruh brand ambassador terhadap brand image.
H0: Tidak terdapat pengaruh brand ambassador terhadap brand image.
H3: Terdapat pengaruh word of mouth terhadap brand image.
H0: Tidak terdapat pengaruh word of mouth terhadap brand image.
38
2.5. Kerangka Pemikiran
Bagan 2.1
Marketing Communication
Brand Ambassador
(Chelsea Islan)
Karakteristik
1. Expertise
2. Trustworthiness
3. Attractiveness
4. Power
Word of Mouth
1. Talkers
2. Topics
3. Tools
4. Volume
5. Dispersion
Brand Image
Oppo F1S
Komponen
1. Corporate
Image
2. User Image
3. Product Image