lipid 4
DESCRIPTION
lipidTRANSCRIPT
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PENGERTIAN KOLESTEROL
Kolesterol merupakan salah satu bagian dari lemak. Kolesterol tidak
mengandung asam lemak, namun inti sterolnya disintesis dari hasil degradasi
molekul asam lemak, sehingga sifat fisika dan kimianya sama dengan lemak.
Kolesterol merupakan bahan yang menyerupai lilin, sekitar 80% dari kolesterol
diproduksi oleh liver dan selebihnya didapat dari makanan yang kaya akan
kandungan kolesterol seperti daging, telur dan produk berbahan dasar susu. Dari
segi kesehatan, kolesterol sangat berguna dalam membantu pembentukan hormon
atau vitamin D, dapat memecah karbohidrat dan protein, membantu pembentukan
lapisan pelindung disekitar sel syaraf, membangun dinding sel, pelarut vitamin
(vitamin A, D, E, K) dan pada anak-anak dibutuhkan untuk mengembangkan
jaringan otaknya.
Gambar 2.1 Struktur Kimia Kolesterol
Struktur kolesterol terdiri atas : satu sterol yang mempunyai 4 cincin hidrokarbon dengan 8 karbon rantai samping, gugus hidroksil pada atom C nomor 3 posisi b (www.public.iastate.edu).
8
Gambar 2.2 Sifat endogen dan eksogen kolesterol
Kolesterol endogen adalah kolesterol yang disintesis oleh tubuh, dipengaruhi oleh berbagai faktor didalam proses sintesisnya yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh, lipoprotein. Kolesterol eksogen berasal dari makanan, didapat dengan mengkonsumsi sejumlah kolesterol didalam bahan pangan (www.dhmc.org)
PROSES BIOKIMIA KOLESTEROL
Biosintesis Kolesterol
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap, (1) sintesis mevalonat,
suatu senyawa G-karbon, dari asetil-KOA, (2) unit isoprenoid dibentuk dari
mevalonat melalui pelepasan CO2, (3) enam unit isoprenoid mengadakan
kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualena, (4) skualena mengalami
siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol, (5)
Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap selanjutnya,
termasuk pelepasan 3 gugus metil.
9
Tahap 1. Asetil-KoA membentuk HMG-KoA dan mevalonat. Pada
mulanya, dua molekul asetil-KoA berkondensasi membentuk asetoasetil-KoA dan
reaksi kondensasi ini dikatalisis oleh enzim sitosolik tiolase. Alternatif lainnya
berlangsung dalam hati, yaitu asetoasetat yang dibuat dalam mitokondria dalam
lintasan ketogenesis berdifusi kedalam sitosol dan dapat diaktifkan menjadi
asetoasetil-KoA oleh enzim asetoasetil-KoA sintase, dengan menggunakan ATP
dan KoA. Asetoasetil-KoA berkondensasi dengan molekul asetil-KoA selanjutnya
untuk membentuk HMG-KoA dan reaksi kondensasi ini dikatalisis oleh enzim
HMG-KoA sintase. HMG-KoA diubah menjadi mevalonat dalam proses reduksi 2
tahap oleh NADPH dengan dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase, yaitu
suatu enzim mikrosomal yang dianggap mengkatalisis tahap yang membatasi
kecepatan reaksi dalam lintasan sintesis kolesterol.
Tahap 2. Mevalonat membentuk unit isoprenoid yang aktif. Mevalonat
mengalami fosforilasi oleh ATP untuk membentuk beberapa senyawa
terfosforilasi yang akut. Dengan bantuan reaksi dekarboksilasi, terbentuk unit
isoprenoid yang aktif yakni isopentenil difosfat.
Tahap 3. Enam unit isoprenoid membentuk skualen. Stadium ini meliputi
kondensasi 3 molekul isopentenil difosfat untuk membentuk farnesil difosfat.
Proses ini terjadi lewat isomerisasi senyawa isopentenil difosfat yang meliputi
pergeseran ikatan rangkap untuk membentuk dimetilalil difosfat, yang diikuti oleh
kondensasi dengan molekul isopentenil difosfat lainnya, hingga terbentuk
senyawa-senyawa 10-Karbon, yaitu geranil difosfat. Kondensasi selanjutnya
dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat. Dua molekul farnesil
10
difosfat berkondensasi pada ujung difosfat dalam suatu reaksi yang melibatkan,
pertama-tama eliminasi difosfat anorganik hingga terbentuk praskualena difosfat
dan kemudian diikuti oleh reduksi dengan NADPH dengan eliminasi radikal
pirofosfat anorganik sisanya. Senyawa yang dihasilkan adalah skualena. Lintasan
alternatif yang dikenal sebahai “Pintasan (Shunt) trans-metilglutakonat” dapat
ditemukan. Lintasan ini mengeluarkan dimetilalil difosfat dalam jumlah yang
bermakna (5% dalam hati setelah makan kenyang dan naik sampai 33% dalam
hati pada keadaan lapar) dan mengembalikannya lewat trans-3 metilglutakonat-
KoA, menjadi HMG-KoA. Lintasan ini dapat memiliki kemampuan regulasi
terhadap keseluruhan laju sintesis kolesterol.
Tahap 4. Skualena diubah menjadi lanosterol. Skualena mempunyai
struktur yang sangat mirip dengan inti streoid. Sebelum terjadi penutupan cincin,
skualena diubah menjadi skualena 2,3 epoksida oleh enzim oksidase dengan
fungsi campuran didalam retikulum endoplasmik, yaitu enzim skualena
epoksidase. Gugus metil pada C14 dipindahkan kepada C13 dan pada C8 kepada
C14 ketika terjadi sirkulasi yang dikatalisis oleh enzim oksidoskualena
lanosterolsiklase.
Tahap 5. Lanosterol diubah menjadi kolesterol. Dalam tahap akhir ini,
yakni pembentukan kolesterol dari lanosterol, proses tersebut berlangsung dalam
membran retikulum endoplasmik dan meliputi perubahan pada inti steroid serta
rantai samping (Harper, 2003).
11
ASETIL KOA
+ASETOASETIL
KOA
COO
CH2
C CH3 OH CH2
C = O
SKOAHMG - KOA
2 NADPH
HMG - KOA REDUKTASE
(- KOLESTEROL)
COOCH2
CCH3 OH
CH2
CH2OHMEVALONAT
C CH3
CH2
CH2
O OP P
ISOPENTENIL PIROFOSFAT(C5 = unit isopren)
2 Isopren berkondensasi
GERANIL PIROFOSFAT (C10)
C5 (unit Isopren)
FARNESIL PIROFOSFAT (C15)
2 farnesil pirofosfat bergabung
SKUALEN (C30)siklaseLANOSTEROLKOLESTEROLHati Kelenjar endokrin
Garam empedu Hormon steroid
CH2 ATP 2ATP
PI
CO2
Gambar 2.3 Jalur Pembentukan Kolesterol Terbagi menjadi 5 tahap yaitu : Tahap 1, sintesis mevalonat dari asetil-KoA. Tahap 2, unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. Tahap 3, enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualena. Tahap 4, skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol. Tahap 5, kolesterol dibentuk dari lanosterol (Marks & Smith, 2000). Metabolisme Kolesterol
Kolesterol yang berasal dari makanan berupa kolesterol bebas dan
kolesterol ester. Kolesterol ester dihidrolisis oleh kolesterol esterase menjadi
kolesterol yang berada dalam usus. Kolesterol diabsorpsi dari usus dan
dimasukkan ke dalam kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa, yang kemudian
diangkut menuju hati. Dari hati, kolesterol dibawa oleh VLDL untuk membentuk
12
LDL melalui perantara IDL (Intermediate Density Lipoprotein). LDL akan
membawa kolesterol ke seluruh jaringan perifer sesuai dengan kebutuhan. Sisa
kolesterol di perifer akan berikatan dengan HDL dan dibawa kembali ke hati agar
tidak terjadi penumpukan di jaringan. Kolesterol yang ada di hati akan
diekskresikan menjadi asam empedu yang sebagian dikeluarkan melalui feses dan
sebagian asam empedu diabsorbsi oleh usus melalui vena porta hepatik yang
disebut dengan siklus enterohepatik.
Ekskresi Kolesterol
Sekitar setengah dari kolesterol yang dikeluarkan dari tubuh dieksresi
dalam feses setelah diubah menjadi garam empedu. Sisa diekskresi sebagai steroid
netral. Sebagian besar kolesterol yang disekresi dalam empedu diserap kembali,
dan dianggap bahwa kolesterol yang berperan sebagai prazat untuk sterol feses
berasal dari mukosa usus. Koprostanol adalah sterol utama dalam feses; dibentuk
dari kolesterol dalam usus bagian bawah oleh bakteri yang ada di sana. Sebagian
besar ekskresi garam-garam empedu dalam empedu diserap kembali ke dalam
sirkulasi vena porta, diambil oleh hati, dan diekskresi kembali ke dalam empedu.
Ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Garam-garam empedu yang tidak
diserap kembali, atau derivat-derivatnya, diekskresi dalam feses. Garam-garam
empedu mengalami perubahan yang dilakukan oleh bakteri usus. Kecepatan
pembentukan asam-asam empedu dari kolesterol dalam hati menurun oleh infus
garam-garam empedu, menunjukkan adanya mekanisme pengaturan umpan balik
lainnya dirintis oleh hasil suatu reaksi.
13
HUBUNGAN KOLESTEROL DENGAN LIPOPROTEIN
Lipoprotein adalah kompleks lipid-protein yang meliputi sebagian besar
trigliserida dan ester kolesterol yang dikelilingi oleh fosfolipid dan protein.
Lipoprotein bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju ke tempat
penggunaannya. Ester kolesterol dan trigliserida dikelilingi oleh fosfolipid,
kolesterol non ester dan apoprotein.
Unsur-unsur lemak dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida,
fosfolipid dan asam lemak bebas. Hanya seperempat dari kolesterol yang
terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran pencernaan yang diserap
oleh makanan, sisanya merupakan hasil produksi tubuh sendiri oleh sel-sel hati.
Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus.
Keempat unsur lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah.
Kolesterol dan unsur lemak lain tidak larut dalam darah. Agar dapat diangkut
dalam aliran darah, kolesterol bersama dengan lemak-lemak lain (trigliserida dan
fosfolipid) harus berikatan dengan protein untuk membentuk senyawa yang larut
dan disebut dengan lipoprotein.
Berdasarkan pada densitas lipoprotein, komposisinya, ukurannya serta
mobilitas elektroforesis maka liporotein dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kilomikron
Kolesterol dalam makanan diserap dari misel garam empedu ke dalam sel
epitel usus. Kolesterol ini, bersama dengan kolesterol yang disintesis oleh sel,
dikemas dalam kilomikron yang masuk kedalam darah melalui limfe. Protein
14
utama pada kilomikron adalah apoB-48. Dalam limfe dan darah, kilomikron
memperoleh apoCII dan apoE dari HDL. Setelah triasilgliserol kilomikron dicerna
oleh lipoprotein lipase dalam darah, sisa kilomikron akan berikatan dengan
reseptor sel di hati dan mengalami endositosis. Terjadi pencernaan di dalam
lisosom, protein dan lemak diuraikan, asam lemak diputuskan dari ester
kolesterol, dan kolesterol serta proses pencernaan sisa kilomikron lainnya
membentuk depot simpanan di dalam sel hati. Bertambahnya simpanan kolesterol
bebas, pembentukan kolesterol terhambat dan sintesis reseptor LDL oleh hepatosit
tertekan. Akibatnya, karena reseptor diserap melalui proses endositosis,
jumlahnya di membran sel berkurang.
Kilomikron memiliki densitas 0,9-0,94 g/ml dengan ukuran 75-1000 nm
dan komposisinya terdiri dari molekul trigliserida 85-90%, kolesterol 6%, protein
1% dan fosfolipid 5%. Kilomikron dalam plasma akan mengalami katabolisme
oleh enzim lipase, dengan demikian maka kilomikron akan menghilang dari
plasma darah setelah berpuasa selama 12-14 jam.
15
Gambar 2.4 Nasib Kilomikron Kilomikron dibentuk di sel epitel usus, disekresikan ke dalam limfe, masuk ke dalam darah,
menjadi kilomikron matang. Di dinding kapiler, lipoprotein lipase (LPL) yang diaktifkan oleh apo CII mencerna triasilgliserol (TG) pada kilomikron menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak (AL) dioksidasi atau disimpan dalam sel sebagai triasilgliserol. Sisa kilomikron diserap hati melalui proses endositosis dengan bantuan reseptor. Enzim lisosom mencerna sisa kilomikron resebut, dan membebaskan produk tersebut ke dalam sitosol untuk penggunaan kembali oleh sel (Marks & Smith, 2000).
16
2. Prelipoprotein-β atau VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Setelah dibentuk di hati, triasilgliserol kemudian dikemas bersama dengan
kolesterol dari depot simpanan kolesterol, fosfolipid, dan apoB-100 menjadi
VLDL, yang kemudian disekresikan ke dalam darah. Depot simpanan kolesterol
dalam hati berasal dari endositosis dan pencernaan lipoprotein darah di dalam
lisosom atau biosintesis dari asetil koA. Di dalam darah, HDL memindahkan
apoCII dan apoE, serta ester kolesterol ke VLDL.
Di dalam darah, VLDL diubah menjadi IDL melalui digesti triasilgliserol
oleh lipoprotein lipase. Triasilgliserol IDL dapat mengalami penguraian menjadi
LDL, atau IDL dapat kembali ke hati setelah berikatan dengan reseptor di
permukaan sel, yang kemudian diserap melalui proses endositosis dan diuraikan
oleh enzim lisosom. Asam lemak, asam amino dan kolesterol dikembalikan ke
depot simpanan dalam sel hati (Marks & Smith, 2000). Peningkatan kadar LDL
(lipoprotein beta) dalam plasma dapat disebabkan dari peningkatan sekresi
prekursor VLDL dan juga dari penurunan katabolisme LDL (Katzung, 2002).
Densitas VLDL 0,94-1,006 g/ml dengan ukuran 30-70 nm komposisinya
terdiri dari senyawa trigliserida 50-60%, kolesterol 15-19%, protein 8-10% dan
fosfolipid 15-18% (Lucia E.W., 2007).
3. Lipoprotein-β atau LDL (Low Density Lipoprotein)
Apabila triasilgliserol pada IDL dicerna lebih lanjut , baik oleh lipoprotein
lipase (LPL) di berbagai jaringan atau oleh triasilgliserol lipase di sinusoid hati,
akan terbentuk LDL. LDL diserap oleh hati melalui proses endositosis yang
dibantu oleh reseptor. Pencernaan di lisosom mengendapkan kolesterol LDL ke
17
depot simpanan kolesterol hati. Endositosis dan pencernaan LDL di lisosom juga
berlangsung di jaringan di luar hati yang memiliki reseptor LDL. Selain itu,
terjadi pula pengambilan LDL melalui reseptor penyapu yang spesifik, misalnya
pada makrofag.
Densitas LDL 1,006-1,063 g/ml dan ukurannya adalah 15-25 nm.
Komposisinya terdiri dari trigliserida 10%, kolesterol 42-45%, protein 20-26%
dan fosfolipid 23% (Lucia E.W., 2007). LDL disebut juga kolesterol jahat karena
efeknya yang atherogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam
pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan
pembuluh darah. Proses tersebut dinamakan aterosklerosis. Kadar LDL di dalam
darah tergantung dari konsumsi makanan yang tinggi kolesterol dan lemak jenuh,
tingginya kadar VLDL, serta kecepatan produksi dan eliminasi LDL. Jaringan
yang banyak mengandung LDL adalah hati dan kelenjar adrenal (Setiawan D.,
2005).
18
Gambar 2.5 Nasib VLDL dan Biosintesis LDL Triasilgliserol (TG) VLDL diuraikan oleh LPL, menghasilkan IDL. IDL dapat menjalani proses
endositosis yang dibantu oleh reseptor sel hati atau dicerna lebih lanjut, terutama oleh triasilgliserol lipase (HTGL) hati untuk membentuk LDL. Kemudian LDL menjalani proses endositosis dengan dibantu oleh reseptor sel hati atau sel perifer. LDL juga dapat dioksidasi dan diserap oleh reseptor penyapu (scavenger) pada makrofag. Jalur penyapuan ini berperan dalam pembentukan atherosceloris. AL = asam lemak; Pi = fosfat inorganik (Marks & Smith, 2000)
19
4. Lipoprotein-α atau HDL (High Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A, yang memiliki efek
anti-atherogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Densitasnya 1,063-1,21 g/ml
dengan ukuran 7,5-10 nm. Komposisinya terdiri dari 2-5% trigliserida, kolesterol
18-20%, protein 45-50% dan fosfolipid 30% (Lucia E.W., 2007). Fungsi utama
HDL adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya
ke pembuluh darah perifer, lalu keluar dari tubuh lewat empedu. Dengan
demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang.
HDL memindahkan protein apoCII dan apoE ke kilomikron dan VLDL,
lipoprotein yang kaya akan triasilgliserol. ApoCII merangsang penguraian
triasilgliserol dalam partikel-partikel ini dengan mengaktifkan LPL. Penguraian
ini menghasilkan sisa kilomikron (dari kilomikron) dan IDL (dari VLDL). ApoE,
yang terkandung dalam partikel-partikel ini, berfungsi sebagai ligan untuk
reseptor di membran sel hati yang berperan dalam penyerapan sisa kilomikron dan
IDL.
Sewaktu disekresikan ke dalam darah, partikel HDL berukuran kecil dan
berbentuk diskoid. Partikel HDL imatur ini hampir tidak mengandung ester
kolesterol dan triasilgliserol. Setelah HDL menyerap kolesterol dari lipoprotein
dan dari membran sel , kolesterol tersebut diubah menjadi ester kolesterol oleh
aksi LCAT, yang dirangsang oleh apoAI, suatu komponen pada partikel HDL
imatur. Sewaktu terisi oleh ester koleterol dan triasilgliserol, partikel menjadi
besar dan berbentuk seris.
20
Partikel HDL berukuran besar ini (dikenal sebagai HDL3) memindahkan
ester kolesterol ke VLDL untuk dipertukarkan dengan triasilgliserol. Pertukaran
ini diperantarai oleh protein pemindah ester kolesterol (cholesterol ester transfer
protein, CETP). Sewaktu diuraikan oleh LPL, VLDL memindahkan apoCII, yang
semula diperoleh dari partikel HDL, kembali ke partikel tersebut. Akibat
pemindahan lemak dan protein ini ke HDL dan akibat penguraian triasilgliserol,
VLDL berubah menjadi IDL yang berukuran lebih kecil dan lebih padat.
Triasilgliserol pada sebagian pada sebagian partikel IDL mengalami penguraian,
terutama oleh trigliserida lipase hati, apoE dipindahkan ke HDL, dan terbentuk
LDL. LDL memiliki kandungan triasilgliserol yang rendah, kandungan ester
kolesterol yang tinggi, dan tidak memiliki apoprotein CII dan E. Partikel HDL
yang telah berubah sekarang menjadi semakin kecil dan dikenal sebagai HDL2.
nasib partikel ini masih belum diketahui pasti.
Partikel IDL dan LDL mengalami endositosis oleh sel hati dan isinya
dibebaskan melalui kerja enzim lisosom. Dengan demikian kolesterol, yang
dikumpulkan oleh HDL, dikembalikan ke hati. LDL juga mengalami endositosis
oleh sel perifer untuk memberi sel tersebut kolesterol.
21
Gambar 2.6 Fungsi dan nasib HDL HDL nansens (imatur) disintesis di hati dan sel usus. HDL ini mempertukarkan protein dengan kilomikron dan VLDL. HDL menyerap kolesterol (C) dari membran sel. Kolesterol ini diubah menjadi ester kolesterol (CE) oleh reaksi LCAT. HDL memindahkan CE ke VLDL dengan triasilgliserol (TG). Protein pemindah ester kolesterol (CETP) memperantarai pertukaran ini. PL = fosfolipid (Marks & Smith, 2000).
Tabel 2.1 Lipoprotein-lipoprotein Utama Serum Manusia (Katzung, 2002)
Lipid Inti Apolipoprotein dalam urutan kepentingan kuantitatif
HDL Ester kolesteril A-I, A-II, C, E LDL Ester kolesteril B-100 IDL Ester kolesteril, trigliserida B-100, E, C VLDL Trigliserida, beberapa ester
kolesteril Spesies-spesies C, B-100, E
Kilomikron Trigliserida, beberapa ester kolesteril
B-48, C, E, A-I, A-II
Lipoprotein Lp (a) Ester kolesteril B-100, Lp (a)
22
KELAINAN PADA LIPOPROTEIN
Kelainan lipoprotein dideteksi dengan mengukur kandungan lipid dalam
serum setelah 10 jam puasa. Risiko penyakit jantung aterosklerotik meningkat
bersama peningkatan konsentrasi lipoprotein aterogenik, kaitannya berbanding
terbalik dengan kadar HDL, dan dimodifikasi oleh faktor risiko lainnya.
Pada beberapa individu yang menunjukkan adanya kelainan pada
lipoprotein dapat menyebabkan terjadinya hiperlipoproteinemia. Ada berbagai
klasifikasi hiperlipoproteinemia, diantaranya klasifikasi patogenik dan klasifikasi
fenotipik.
Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi patogenik ada dua macam yaitu hiperlipoproteinemia primer
dan hiperlipoproteinemia sekunder.
1. Hiperlipoproteinemia Primer
− Hipertrigliseridemia primer
Hipertrigliseridamia dikaitkan secara epidemiologis dengan
peningkatan risiko terjadinya penyakit koroner. Partikel VLDL yang
berdiameter kecil dan partikel sisanya ditemukan di dalam plak
aterosklerotik.
a. Kilomikronemia primer
Kilomikron biasanya tidak terdapat dalam serum individu yang
telah berpuasa selama 10 jam. Ciri-ciri resesif autosomal dari
defisiensi lipase lipoprotein dan defisiensi kofaktor lipase lipoprotein
23
biasanya dihubungkan dengan lipemia yang parah (2000-2500 mg/dL
trigliserida).
b. Hipertrigliseridemia familial
(1). Parah (biasanya lipemia campuran): suatu pola lipemia
campuran biasanya disebabkan oleh gangguan eliminasi lipoprotein
yang kaya trigliserida, meskipun faktor yang meningkatkan produksi
VLDL memperparah lipemia karena VLDL dan kilomikron merupakan
substrat pesaing bagi lipase lipoprotein. Adanya peningkatan
kecepatan sekresi VLDL juga memperparah lipemia. (2). Sedang
(lipemia endogen): peningkatan kadar VLDL primer diduga
merupakan refleksi sejumlah determinan-genetis dan semakin
diperparah oleh faktor yang meningkatkan kecepatan sekresi VLDL
dari hati, yakni obesitas hipertropik, mengkonsumsi alkohol, diabetes,
dan estrogen eksogen.
c. Hiperlipoproteinemia gabungan familial
Pada keluarga dengan gangguan tersebut, maka individu
tersebut mungkin mengalami peningkatan kadar VLDL, LDL, atau
keduanya, dan pola tersebut dapat berubah setelah beberapa waktu.
Gangguan mendasar diduga melibatkan peningkatan sekresi VLDL
sekitar dua kali lipat. Risiko terjadinya aterosklerosis koroner
meningkat.
24
d. Disbetalipoproteinemia familial
Pada disbetalipoproteinemia familial (dalam keluarga), terjadi
akumulasi sisa-sisa kilomikron dan VLDL. Kadar LDL biasanya
menurun. Oleh karena sisa tersebut kaya dengan dengan ester
kolesteril, maka kadar kolesterol serum mungkin setinggi trigliserida.
Pasien cenderung menjadi gemuk, dan beberapa mengalami gangguan
toleransi glukosa. Faktor tersebut, seperti juga hipotiroidisme, dapat
memperparah lipemia. Aterosklerosis koroner dan aterosklerosis
perifer terjadi lebih sering.
− Hiperkolesterolemia primer
a. Hiperkolesterolemia familial
Kadar LDL cenderung meningkat selama masa anak-anak,
diagnosisnya sering dapat dibuat berdasarkan peningkatan kolesterol
pada darah tali pusat. Pada sebagian besar orang dewasa yang
heterozigot, kadar kolesterol serum biasanya berkisar dari 260 mg/dL
hingga 500 mg/dL. Aterosklerosis koroner cenderung terjadi secara
prematur. Hiperkolesterolemia familial dapat menyebabkan penyakit
jantung koroner pada masa anak-anak, karakteristik dengan kadar
kolesterol yang sangat tinggi dalam serum (sering melebihi 1000
mg/dL). Cacat pada reseptor afinitas tinggi terhadap LDL mendasari
terjadinya kelainan tersebut.
25
b. Kerusakan-ligan apolipoprotein B familial
Kerusakan pada domain ligan apo B100 (regio yang berikatan
pada reseptor LDL) merusak endositosis LDL, sehingga menyebabkan
terjadinya hiperkolesterolemia dalam tingkat keparahan sedang.
c. Hiperlipoproteinemia gabungan familial
Beberapa orang dalam anggota keluarga dengan gangguan ini
hanya terdapat suatu peningkatan kadar LDL. Penyakit koroner dini
lazim terjadi.
d. Hiperlipoproteinemia Lp(a)
Kelainan ini dihubungkan dengan terjadinya peningkatan
aterogenesis, terutama ditentukan oleh allele yang menentukan
peningkatan produksi lipoprotein Lp(a). Kecacatan yang menghambat
eliminasi LDL diduga menambah kadar plasma Lp(a).
e. Hiperkolesterolemia tak tergolongkan
Terdapat jenis hiperkolesterolemia lainnya yang sulit
didefinisikan yang sering bersifat familial tetapi tidak terlalu parah
dibandingkan dengan kelainan yang diuraikan sebelumnya.
− Defisiensi HDL
Kelainan genetis tertentu yang jarang terjadi dihubungkan dengan
kadar HDL yang sangat rendah dalam serum. Hipoalfalipoproteinemia
familial merupakan suatu kelainan HDL yang lebih rajin terjadi dengan
kadar kolesterol HDL biasanya kurang dari 35 mg/dL, dengan transmisi
semi dominan yang jelas. Pasien tersebut cenderung mengalami
26
aterosklerosis prematur, dan kadar HDL yang rendah mungkin menjadi
satu-satunya faktor risiko yang teridentifikasi.
Dengan terjadinya hipertrigliseridemia, maka kadar kolesterol
HDL menjadi rendah karena pertukaran ester kolesteril dari HDL ke dalam
lipoprotein yang kaya trigliserida. Keadaan tersebut diduga berperan pada
efek aterogenik dari hipertrigliseridemia.
2. Hiperlipoproteinemia Sekunder
Sebelum hiperlipoproteinemia primer dapat didiagnosis, harus
dipertimbangkan kemungkinan terdapatnya penyebab sekunder. Kondisi yang
lebih lazim yang dapat dihubungkan dengan terjadinya hiperlipoproteinemia
dirangkum pada tabel di bawah ini. Ketidaknormalan lipoprotein biasanya dapat
diatasi apabila kelainan yang mendasarinya berhasil diobati (Katzung, 2002).
Tabel 2.2 Penyebab Sekunder dari Hiperlipoproteinemia
(Katzung, 2002)
Hipertrigliseridemia Hiperkolesterolemia
Diabetes mellitus
Konsumsi alkohol
Nefrosis berat
Estrogen
Uremia
Kelebihan kortikosteroid
Hipotiroidisme
Penyakit penyimpanan glikogen
Hipopituitarisme
Akromegali
Kelainan kompleks imunoglobulin-lipoprotein
Lipodistrofi
Isotretinoin
Hipotiroidisme
Nefrosis awal
Perubahan lipemia
Kelainan kompleks imunoglobulin-lipoprotein
Anoreksia nervosa
Kolestasis
Hipopituitarisme
Kelebihan kortikosteroid
27
Klasifikasi Fenotipik
Klasifikasi fenotipik dikenal juga sebagai klasifikasi Fredickson yang
membagi hiperlipoproteinemia atas 5 macam berdasarkan jenis lipoprotein antara
lain:
Tipe I, pada tipe ini memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu puasa
bahkan dengan diet lemak normal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
lipoprotein lipase yang dibutuhkan untuk metabolisme kilomikron. Kelainan pada
tipe I biasanya muncul dibawah umur 10 tahun dengan gejala: kolik, nyeri perut
berulang, xanthoma, dan hepatosplenomegali. Pada orang dewasa nyeri yang
mirip akut abdomen sering disertai demam, leukositosis, anoreksia dan muntah.
Tipe II, pada tipe ini terjadi peningkatan kadar LDL-kolesterol dan
apoprotein B dengan kadar VLDL-kolesterol normal atau meningkat sedikit.
Bentuk paling umum hiperlipidemia tipe ini diduga disebabkan oleh penurunan
jumlah reseptor LDL berafinitas tinggi.
Tipe III, konsentrasi IDL serum meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan kadar triasilgliserol dan kolesterol. Pada tipe III
penyebabnya adalah overproduksi atau IDL kurang digunakan, karena mutasi
apolipoprotein E. Timbulnya xanthoma dan penyakit koroner serta vaskuler
perifer yang dipercepat, terjadi pada pasien umur setengah baya.
Tipe IV, kadar VLDL kolesterol meningkat, sedangkan kadar LDL
kolesterol normal atau berkurang, mengakibatkan kolesterol normal atau
meningkat dan peningkatan kadar triasilgliserol yang beredar. Penyebab dari tipe
28
IV adalah overproduksi dan atau berkurangnya pengeluaran VLDL triasilgliserol
dalam serum.
Tipe V, kadar VLDL dan kilomikron sering meningkat. LDL normal atau
berkurang. Ini menyebabkan kadar kolesterol meningkat dan triasilgliserol sangat
meningkat. Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi atau penurunan
bersihan VLDL dan kilomikron. Tipe IV ini paling sering terjadi pada orang
dewasa yang gemuk dan atau diabetik (Harper, 2003).
Tabel 2.3 Klasifikasi Hiperlipoproteinemia Menurut Fredrickson
(Page et. al, 2002)
Tipe Serum kolesterol dan konsentrasi
trigliserida
Lipoprotein yang spesifik
I Trigliserida sangat meningkat
Kolesterol agak meningkat
Kilomikron meningkat
VLDL normal
IIa Kolesterol meningkat
Trigliserida normal
LDL meningkat
IIb Kolesterol meningkat
Trigliserida meningkat
LDL & VLDL meningkat
III Kolesterol meningkat
Trigliserida meningkat
Partikel IDL remnant me-
lebihi batas
IV Trigliserida meningkat
Kolesterol normal
VLDL meningkat
LDL normal
V Trigliserida sangat meningkat
Kolesterol agak meningkat
Kilomikron meningkat
VLDL meningkat
29
PATOFISIOLOGI HIPERKOLESTEROLEMIA
Hiperkolesterolemia merupakan tingginya fraksi lemak darah, yaitu berupa
peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan kadar LDL kolesterol dan
penurunan kadar HDL kolesterol. Kolesterol di metabolisme di hati, jika kadar
kolesterol berlebihan maka akan dapat mengganggu metabolismenya sehingga
kolesterol tersebut menumpuk dihati. Kolesterol yang masuk kedalam hati tidak
dapat diangkut seluruhnya oleh lipoprotein menuju ke hati dari aliran darah
diseluruh tubuh. Apabila keadaan ini dibiarkan untuk waktu yang cukup lama,
maka kolesterol berlebih tersebut akan menempel di dinding pembuluh darah dan
menimbulkan plak kolesterol. Akibatnya, dinding pembuluh darah yang semula
elastis (mudah berkerut dan mudah melebar) akan menjadi tidak elastis lagi.
Kolesterol didalam jaringan meningkat akibat dari: (1) Ambilan
lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor, misal reseptor LDL; (2)
Ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya akan kolesterol ke membran
sel; (3) Sintesis kolesterol; (4) Hidrolisis ester kolesteril oleh enzim ester
kolesteril hidrolase (Murray, 2002).
Hiperkolesterolemia merupakan faktor utama penyebab aterosklerosis.
Peningkatan kolesterol plasma, terutama LDL memiliki peran dalam
aterosklerosis. Reseptor LDL yang dihambat menyebabkan jumlah reseptor LDL
berkurang, sehingga kadar LDL didalam plasma meningkat. LDL yang
menggumpal dalam plasma menyebabkan pengendapan lipid sel, sehingga
kerusakan jaringan bertambah. Hal ini menyebabkan dinding arteri menjadi lebih
30
permebael dan mudah ditembus oleh LDL dengan kadar tinggi dan memicu
pembentukan plak aterosklerosis.
Tabel 2.4 Klasifikasi Kolesterol
(Wuryaningsih L. E., 2007)
Normal mg/dL
Diatas Optimal mg/dL
Krisis (Boderline
High) mg/dL
Tinggi mg/dL
Sangat Tinggi mg/dL
Kolesterol Total
< 200 200-239 ≥ 240
Kolesterol-LDL
< 100 100-129 130-159 160-189 ≥ 190
Kolesterol-HDL
Rendah: < 40
≥ 60
Trigliserida < 150 150-199 200-499 ≥ 500
Patofisiologi Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit terbentuknya plak di dinding arteri besar,
sehingga mempersempit lumen pembuluh tersebut (sehingga aliran darah
terganggu) dan menurunkan elastisitas pembuluh darah tersebut.
Sel endotel dinding arteri mengalami cedera, baik secara mekanis maupun
karena bahan-bahan sitotoksik (termasuk LDL yang teroksidasi). Daerah yang
cedera terpajan ke darah dan menarik monosit, yang akan berubah menjadi
makrofag dan memakan bahan-bahan di sekitarnya (termasuk LDL yang
teroksidasi). Akibat dipenuhi oleh lemak, sel ini berubah menjadi sel busa yang
tertimbun dan menimbulkan fatty streak di dalam dinding pembuluh darah.
Sel endotel dalam keadaan normal menghasilkan prostaglandin I2 (PGI2),
suatu prostasiklin yang menghambat agregasi trombosit. Apabila sel endotel
rusak, trombosit akan menggumpal dan melepaskan tromboksan A2 (TXA2), suatu
31
zat yang mendorong penggumpalan trombosit lebih lanjut. Sel ini juga
melepaskan platelet-derived growth factor (PDGF). Makrofag juga menghasilkan
faktor-faktor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan menyebabkan proliferasi sel otot
polos, yang bermigrasi dari lapisan medial ke intimal dinding arteri.
Sel di dalam lapisan intima melepaskan lemak (triasilgliserol dan
kolesterol) yang kemudian menumpuk di plak yang sedang tumbuh. Lipoprotein
darah, terutama LDL, terus masuk ke lesi dan ikut berperan menambah
penimbunan lemak.
Sel di lesi ini mensekresi kolagen, elastin, dan glikosaminoglikan,
membentuk tudung fibrosa (fibrosa cap), dan muncul kristal kolesterol di bagian
tengah plak. Sel terperangkap di dalam plak dan kemudian mati sehingga
terbentuk kotoran. Juga terjadi kalsifikasi. Ruptur dan perdarahan plak berkapsul
tersebut di pembuluh koroner dapat menyebabkan pembentukan akut bekuan
darah (trombus), yang akan semakin menyumbat pembuluh dan menimbulkan
infark miokardium (Marks & Smith, 2000).
32
Gambar 2.7 Hipotesis Evolusi Perubahan Dinding Arteri Sebagai Respon Terhadap Luka
(1), Normal. (2), Luka pada endotel dengan adhesi monocytes dan platelet. (3), Migrasi monocytes dari lumen dan sel otot polos dari media ke dalam intima. (4), Sel otot polos berkembang dalam
intima. (5), Perkembangan plak (Kumar et. al, 2005).
33
Gambar 2.8 Plak Aterosklerosis Pada Otot Jantung Pembentukan plak aterosklerosis pada otot jantung dapat menyebabkan tersumbatnya pembuluh ateri koroner sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Suplai darah yang mengandung O2 ke
otot jantung berkurang memicu terjadinya iskemik miokard. Inilah yang disebut sebagai penyakit jantung koroner (www.web-books.com/HeartAttack)
Faktor Risiko Aterosklerosis
Faktor risiko suatu penyakit adalah seluruh faktor yang dapat
meningkatkan risiko timbulnya suatu penyakit yang bersangkutan. Berikut adalah
faktor risiko aterosklerosis:
1. Merokok
Merupakan faktor risiko peringkat pertama dalam terjadinya pembentukan
aterosklerosis. Penelitian yang dilakukan oleh lipid research programme
prevalence study menunjukkan bahwa merokok 20 batang atau lebih perhari
mengakibatkan penurunan kadar HDL-kolesterol sebanyak 11% untuk laki-laki
34
dan 14% untuk perempuan. Kandungan nikotin dan karbonmonoksida yang
terdapat dalam rokok terhirup masuk kedalam paru-paru dan masuk kedalam
aliran darah yang dapat mempercepat irama jantung dan mengurangi fungsi
hemoglobin dalam darah. Kandungan nikotin dapat dapat menstimulasi ganglion
simpatik dan medulla adrenal, sehingga mengaktivasi reseptor nikotin. Kemudian
nikotin berikatan dengan reseptor nikotin dan melepaskan epineprin sebagai
neurotransmitter ke dalam darah. Epineprin menstimulasi reseptor β3 di jaringan
adipose sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dan plasma. Asam lemak
dalam plasma meningkat menyebabkan depot simpanan didalam sel hati
meningkat. Akibat bertambahnya simpanan kolesterol bebas yang dapat
menyebabkan sintesis reseptor LDL oleh hepatosit terhambat sehingga jumlah
reseptor LDL di membran sel berkurang. Hal ini mengakibatkan konsentrasi LDL
dalam darah meningkat. Dengan meningkatkan kebiasaan merokok maka akan
dapat meningkatkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan kadar HDL.
35
2. Alkohol
Dalam tubuh alkohol diubah menjadi asetaldehida dengan mediator
alkohol dehidrogenase (ADH). Dengan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
akan dapat meningkatkan kadar asetaldehida yang dapat menginduksi kerusakan
pada hati yang dapat menurunkan metabolisme asam lemak sehingga kadar asam
lemak meningkat dan memicu terjadinya perlemakan di hati. Hati tidak dapat
mensintesis kolesterol menjadi asam empedu yang akhirnya dapat meningkatkan
kadar kolesterol total dan trigliserida.
3. Kurang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang berkolesterol tinggi seperti
daging, jeroan, telur, udang, kerang, kepiting, sumsum tulang, cumi, kulit ayam
dan kikil maka akan dapat dengan cepat meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah. Hal ini biasanya diikuti dengan kurangnya mengkonsumsi jenis bahan
makanan yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, seperti sayuran-
sayuran dan buah-buahan banyak mengandung beraneka macam vitamin yang
berperan dalam metabolisme kolesterol atau menjaga agar kadar kolesterol dalam
tubuh tetap ideal, apabila kurang dalam mengkonsumsi sayuran-sayuran maka
tubuh kita tidak akan mendapatkan aneka vitamin tersebut, sehingga kadar
kolesterol dalam tubuh tidak dapat terkontrol dengan baik.
36
4. Usia
Merupakan salah satu faktor yang alami. Dengan bertambahnya usia atau
semakin tua, bagian organ tubuh akan semakin menurun kemampuannya dalam
berfungsi. Risiko yang paling tinggi adalah diatas usia 40 tahun, dimana
pengerasan bagian dalam arteri berkembang dengan cepat.
5. Jenis kelamin
Dalam hal ini pria mempunyai risiko yang lebih tinggi dari wanita.
Hormon jenis pria dapat mempercepat perkembangan aterosklerosis, sedangkan
hormon jenis wanita melindungi terjadinya aterosklerosis. Namun setelah wanita
mengalami menopouse, hal ini dapat mengakibatkan kadar LDL-kolesterol pada
wanita cenderung meningkat.
6. Faktor genetik atau keturunan
Kadar kolesterol di dalam tubuh yang cukup tinggi dapat disebabkan oleh
faktor genetik. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar kolesterol orang tua dari
bayi tersebut memiliki kadar kolesterol yang tinggi di dalam tubuhnya.
7. Kelebihan berat badan dan jarang berolah raga
Seseorang dengan masalah kegemukan atau kelebihan berat badan
tentunya disebabkan karena ketidakseimbangan antara kalori yang masuk dengan
energi yang dikeluarkan, jarang berolah raga atau kurang gerak. Kegemukan
adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak
secara berlebihan di dalam tubuh. Pada dasarnya salah satu faktor yang
mempengaruhi obesitas adalah berkurangnya hormon leptin. Hormon leptin ini
dihasilkan oleh jaringan adipose yang dapat menekan nafsu makan, bila hormon
37
ini berkurang maka nafsu makan menjadi tidak terkontrol. Hormon leptin
mengendalikan masukkan asam lemak dalam sel, serta sintesis asam lemak dalam
jaringan. Hormon ini memberi signal ke hypothalamus dan merangsang saraf
simpatik untuk melepaskan norephineprin/ephineprin yang kemudian berikatan
dengan beta 3-adenoreceptor. Pada penderita kelebihan berat badan, produksi
hormon leptin dalam tubuhnya berkurang, sehingga asam lemak dalam plasma
meningkat, sintesis reseptor LDL terganggu dan sintesis kolesterol menjadi asam
empedu juga terganggu. Hal seperti ini menyebabkan terjadinya
hiperkolesterolemia.
OBAT YANG DIGUNAKAN PADA PENDERITA HIPERKOLESTERO-LEMIA
Selain dengan diet/ pengaturan pola makan dan berolahraga, untuk
menurunkan kadar lipid darah juga diperlukan terapi dengan menggunakan obat.
Terapi dengan obat meskipun jarang terjadi dapat menimbulkan efek samping
yang parah pada orang yang peka/ hipersensitif.
Klasifikasi penggolongan obat untuk mengobati hiperkolesterolemia
adalah sebagai berikut:
1. Penghambat Reduktase HMG-CoA
− Atorvastatin
− Fluvastatin
− Lovastatin
− Pravastatin
− Rosuvastatin
38
− Simvastatin
2. Resin Pengikat Asam Empedu
− Cholestyramine
− Colestipol
− Colesevalam
3. Penghambat Absorpsi Kolesterol (Ezetimibe)
4. Derivat Asam Fibrat
− Fenofibrate
− Gemfibrozil
5. Nicotinic Acid (Niacin)
6. Agen hipolipidemia lain
− Probukol
− Minyak ikan
Penghambat reduktase HMG-CoA, resin pengikat asam empedu, dan
ezetimibe adalah golongan obat umum yang digunakan untuk mengobati
hiperkolesterolemia, sedangkan derivat asam fibrat dan niacin umum digunakan
untuk mengurangi peningkatan level trigliserida dan untuk meningkatkan level
HDL-C.
Penghambat Reduktase HMG-CoA
Enzim HMG-CoA reduktase adalah enzim yang mengubah HMG-CoA
menjadi asam mevalonat dan enzim ini berperan dalam biosintesis kolesterol.
Dengan menghambat secara kompetitif HMG-CoA reduktase, pravastatin dan
obat lain dalam golongan HMG-CoA reduktase inhibitor mengurangi biosintesis
39
kolesterol hepatik. Obat golongan ini meningkatkan jumlah reseptor LDL hepatik
dan memberi kesempatan lebih banyak LDL untuk dibawa ke hati. Sebagai
hasilnya, pengurangan level LDL-C dalam serum dan pengurangan banyaknya
ketersediaan kolesterol ini yang nantinya akan dirubah menjadi VLDL. Obat
golongan ini juga mengurangi jumlah serum trigliserida.
Efek samping dari golongan obat ini yaitu dapat menimbulkan masalah
pada gastrointestinal seperti kram perut, konstipasi, diare dan nyeri ulu hati. Pada
frekuensi yang jarang, statin meningkatkan level serum enzim hepatik yang dapat
memicu penyakit hepatitis. Efek samping yang serius dari statin adalah
rhabdomyolysis, yang mana ini bentuk potensi yang fatal dari statin sebagai
penginduksi toksisitas otot skeletal (myopathy). Hanya 0,2% pasien yang
menerima statin mendapat efek samping myopathy, dan hanya sedikit kasus
terjadinya perkembangan myopathy menjadi rhabdomyolisis.
Mekanisme tepat yang menggambarkan bahwa statin dapat menyebabkan
perkembangan myopathy menjadi myoglobinuria adalah sebagai berikut:
− Tahap awal mula statin menginduksi myopathy adalah myalgia dengan gejala
rasa sakit pada otot atau kelemahan pada otot tanpa terjadi peningkatan jumlah
kreatinin kinase. Tahap ini bersifat reversible, dapat terjadi sebagai tanda
gejala putus obat dan akan membaik dalam waktu 2-3 minggu.
− Myalgia dapat berkembang menjadi myositis atau terjadinya reaksi inflamasi
pada otot yang ditandai dengan rasa nyeri otot, pelepasan kreatinin kinase otot
kedalam plasma dan peningkatan kadar kreatinin kinase dalam plasma.
40
− Myositis dapat menyebabkan rhabdomyolysis dimana sel-sel otot dihancurkan
dan merilis myoglobin kedalam sirkulasi plasma.
− Myoglobin dapat terakumulasi dalam ginjal dan menyebabkan gagal ginjal
akut. Jika didapati level kreatinin kinase 10 kali lebih tinggi daripada kadar
normal dan warna urin menjadi gelap ini adalah tanda terjadinya
myoglobinuria.
Kombinasi statin dengan fibrates atau dengan nicotinic acid dapat
meningkatkan risiko rhabdomyolysis, oleh sebab itu penggunaannya harus
dibawah pengawasan spesialis supervisi, monitoring fungsi hati dan kreatinin
kinase harus dilakukan, dan sebaiknya kombinasi kedua golongan obat ini
dihindari.
Gambar 2.9 Tempat dan Mekanisme Obat Penghambat HMG-CoA Reduktase
Penghambat HMG-CoA reduktase memblok tahapan biosintesis kolesterol (Brenner & Stevens, 2006)
41
Resin Pengikat Asam Empedu
Bile acid-binding resins adalah obat yang cukup efektif untuk mengobati
hiperkolesterolemia dan punya tingkat keamanan yang baik. Obat golongan ini
biasa digunakan pada pasien yang kontraindikasi/ peka terhadap obat golongan
lain dan pada pasien muda yang membutuhkan terapi obat jangka panjang.
Ketika resin berikatan dengan asam empedu, maka terbentuk suatu ikatan
kompleks asam empedu-resin. Ikatan ini menyebabkan pencegahan siklus
enterohepatik asam empedu. Karena bebas dari siklus enterohepatik maka asam
empedu dapat mengkonversi kolesterol dan membawanya ke hati. Sebagai
akibatnya, reseptor LDL di hati akan ditingkatkan sehingga terjadi peningkatan
ambilan LDL yang akan disertai dengan penurunan kadar kolesterol plasma.
Selain itu, resin juga mempunyai efek relatif kecil dalam meningkatkan nilai
HDL-C dan trigliserida.
Ikatan asam empedu-resin tidak diserap untuk masuk ke sistemik dan tidak
langsung mempengaruhi aktifitas farmakologik sistemik. Obat golongan ini juga
bisa berikatan dengan vitamin A dan vitamin D serta beberapa obat lainnya.
Interaksi ini dapat mengakibatkan gangguan absorpsi nutrisi dan obat-obatan.
Efek samping dari ikatan asam empedu-resin adalah konstipasi, perut
kembung dan gangguan pencernaan lainnya, hal ini bisa dicegah dengan cara
meminum obat disertai segelas air penuh. Efek samping lainnya adalah iritasi
pada daerah perianal dan kemerahan pada kulit.
42
Gambar 2.10 Tempat dan Mekanisme Obat Penghambat Golongan Resin Resin yang diikat asam empedu menghambat reabsorspsi asam empedu dari usus
(Brenner & Stevens, 2006).
Penghambat Absorpsi Kolesterol (Ezetimibe)
Ezetimibe adalah obat yang mekanismenya menghambat absorpsi
kolesterol. Setelah penggunaan obat secara per oral, ezetimibe dalam usus diubah
menjadi metabolit aktif secara farmakologik yaitu ezetimibe-glucuronide.
Metabolit ini didistribusikan melalui sirkulasi ke usus halus dimana kolesterol
akan diserap. Penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa ezetimibe memecah
ikatan kompleks 2 protein (annexin 2 dan caveolin 1) yang merupakan media
transpor kolesterol kedalam intestinal.
Karena mekanismenya yang unik, ezetimibe dapat dikombinasikan dengan
HMG-CoA reductase inhibitor (statin) untuk mengobati hiperkolesterolemia.
Kombinasi statin dosis rendah dan ezetimibe dapat mengurangi risiko toksisitas
43
statin. Meskipun demikian kombinasi ini tetap harus diperhitungkan mengingat
statin juga mempunyai efek samping antara lain sakit kepala dan myalgia.
Gambar 2.11 Tempat dan Mekanisme Kerja Ezetimibe Ezetimibe bekerja menghambat absorpsi kolesterol makanan dari usus (Brenner & Stevens, 2006).
Turunan Asam Fibrat
Fibrat umum digunakan untuk mengobati hipertrigliserida dan defisiensi
HDL dengan cara mengurangi jumlah VLDL trigliserida dan LDL-C dalam
plasma dan meningkatkan jumlah HDL-C (Brenner & Stevens, 2000).
Fibrat merupakan golongan obat yang agonis terhadap reseptor α yaitu
peroxisomal-proliferator-activator receptors (PPAR-α), reseptor ini merupakan
bagian dari faktor transkripsi nuclear dan menstimulasi degradasi oksidasi-β pada
asam lemak. Fibrat meningkatkan aktifitas dari peripheral lipoprotein lipase (LPL)
dengan menurunkan transkripsi apoprotein CIII, sebuah kofaktor penghambat bagi
44
LPL. Penghambatan fungsi LPL merupakan fasilitas masuknya trigliserida dari
VLDL dan kilomikron ke jaringan. Fibrat juga meningkatkan transkripsi
apolipoprotein AI dan AII yang mana merupakan fasilitas transfer ester kolesterol
dari VLDL ke HDL, mengurangi partikel kolesterol remnant dan meningkatkan
partikel HDL. Dengan dosis maksimal Gemfibrozil, HDL ditingkatkan 20%,
trigliserida dikurangi sampai 50% dan dengan mekanisme yang sulit dipahami
LDL kolesterol dikurangi sampai 10%.
Fibrat dapat menyebabkan defisiensi sel darah dan reaksi hipersensitifitas.
Kombinasi dengan HMG-CoA reduktase inhibitor dapat menigkatkan risiko
rhabdomyolisis.
Gambar 2.12 Tempat dan Mekanisme Obat Turunan Asam Klofibrat. Fibrat, misalnya gemifibrozil menstimulasi LPL untuk meningkatkan sekresi VLDL trigliserida
dan mengantarkan asam lemak ke adiposa dan jaringan lain (Brenner & Stevens, 2006).
45
Asam Nikotinat (Niacin)
Nicotinic acid (Niacin) juga dikenal sebagai vitamin B3. Sejumlah kecil
niacin yang terkandung dalam makanan diubah oleh tubuh menjadi kofaktor
enzim untuk reaksi oksidasi pada proses metabolisme. Kofaktor enzim ini adalah
nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) dan derivat fosfat (NAD).
Nicotinic acid secara umum menghambat sintesis dan sekresi VLDL di
hepar. VLDL merupakan pembawa utama trigliserida dalam plasma dan prekursor
pembentukan LDL. Penghambatan sekresi VLDL diikuti dengan penghambatan
lipolisis dalam jaringan adiposa. Akibatnya mengurangi penambahan sirkulasi
asam lemak bebas yang akan digunakan oleh hati untuk mensintesis trigliserida.
Penghambatan lipolisis dikarenakan terikatnya niacin dengan reseptor G-protein
dalam jaringan adiposa.
Efek samping dari niacin adalah terjadinya vasodilatasi dan kemerahan
pada kulit yang disertai dengan rasa gatal dan panas. Pada awal terapi efek ini bisa
diobati dengan pemberian aspirin dan efek ini dapat muncul kembali jika
penggunaan niacin dilanjutkan. Niacin dapat meningkatkan jumlah serum
transaminase yang dapat menyebabkan hepatitis. Obat ini juga dapat
menimbulkan gangguan pada lambung dan memicu peptic ulcer. Terakhir, niacin
dapat menyebabkan intoleransi glukosa pada beberapa pasien dan menyebabkan
diabetes melitus. Oleh sebab itu, nicotinic acid tidak digunakan pada pasien yang
menderita penyakit gangguan funsi hati, peptic ulcer dan diabetes melitus
46
Gambar 2.13 Tempat dan Mekanisme Obat Asam Nikotinat dan Turunannya
Niasin menghambat sekresi VLDL trigliserida dari hati (Brenner & Stevens, 2006).
Agen Hipolipidemia Lain
1. Probukol tidak hanya menurunkan LDL plasma tetapi juga HDL. Obat ini
memiliki karakteristik farmakokinetik yang agak berbeda karena bersifat
lipofilik. Pada penggunaan kronis, probukol dapat berada dalam lemak tubuh
hingga beberapa bulan setelah pemakaian dihentikan. Kegunaan obat ini untuk
terapi dislipidemia atau aterosklerosis masih belum jelas, akan tetapi
seringkali digunakan berkaitan dengan khasiat antioksidannya atau pada
kondisi-kondisi yang parah untuk menurunkan HDL yang meningkat akibat
aksi potensial pada jantung yang berlangsung lama.
47
2. Minyak ikan mengandung asam lemak omega 3 seperti asam eikosapentanoat
yang mana merupakan asam lemak esensial bagi membran biologis. Hasil dari
ingesti minyak ikan adalah penurunan sintesis VLDL dan memperbaiki kliren
partikel remnant. Dosis yang biasa digunakan untuk mengurangi
hipertrigliserida adalah 5 g b.i.d. Efek samping yang dapat terjadi adalah rasa
mual dan bau busuk yang keluar pada saat bersendawa.
48
Tabel 2.5 Lipid-lowering Drugs & Efek Sampingnya (Page et al, 2002)
Golongan
Jenis Obat
Dosis
Efikasi
Mekanisme utama
Efek samping
HMG CoA reductase inhibitors
(statin)
Lovastatin Atorvastatin
Pravastatin Simvastatin Fluvastatin
Cerivastatin
10-80 mg/hari 10-80 mg/hari 10-40 mg/hari 10-80 mg/hari 20-80 mg/hari 0,2-0,3 mg/hari
Signifikan menurunkan
kadar LDL
10-20% trigliserida turun 5-10% HDL naik
20-40% LDL turun 40-60% LDL turun 20-35% 30-50% 20-30% 25-30%
Menghambat
secara kompetitif enzim
biosintetik kolesterol yang menginduksi
ekspresi reseptor LDL.
Mencegah kliren
LDL.
Miopati
Meningkatkan enzim
hepatic transaminase
Potensail miopati jika dikombinasi dengan
fibrates
CYP 3A4 interaction
Fibric acid derivatives (fibrates)
Gemfibrozil Fenofibrate
(micronized)
600 mg b.i.d 200 mg q.d.
40-60% trigliserida turun
10-20% HDL naik Mild LDL Lowering
Mencegah
katabolisme VLDL (Apo C)
Meningkatkan
kadar HDL kolesterol (Apo
A I/II)
Dyspepsia
Meningkatkan risiko
cholelithiasis
Potensail miopati jika dikombinasi dengan
statins
Niacin (Nicotinic
acid)
Immediate
release (crystal) niacin
Sustained
release niacin (Niaspan)
0,5-2 g t.i.d.
1-2 g p.o. q.d.
30-80% trigliserida turun
10-30% HDL naik 10-20% LDL turun
Mengurangi fluks asam lemak dari
jaringan adiposa
Mengurangi produksi VLDL
Cutaneous flushing,
pruritis, rash
Hepatotoksik
Gangguan toleransi glukosa
Hiperuricemia
Exacerbation of
peptic ulcer
Acanthosis nigricans
Bile acid resins
Cholestyramine
Colestipol Colesevelam
4-8 g b.i.d.-t.i.d
5-15 g b.i.d. 625 mg b.i.d
10-25% LDL turun
Meningkatkan kliren intestinal
kolesterol
Perut kembung,
konstipasi
Peningkatan sedikit trigliserida
Interaksi obat (1 jam
sebelum sampai 4 jam sesudah
pemberian dosis resin)
49
KAJIAN TENTANG Garcinia cambogia
Garcinia cambogia banyak tumbuh di India dan Srilanka, juga banyak
tumbuh di kepulauan Sumatra, Indonesia. Buahnya sebesar jeruk dan rasanya
sangat asam. Tanaman ini umumnya dinamakan juga sebagai ”Malabar tamarind”
atau ”pohon asam malabar”.
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Malpighiales
Family : Clusiaceae
Genus : Garcinia
Species : Garcinia gummi-gutta (syn. G. cambogia, G. quaesita)
Komponen senyawa kimia primer dalam Garcinia cambogia:
− Hydroxy citric acid
− Resins: benzopenon
− Xanton: gambogin, morellin dimethyl acetal, isomoreolin B, moreolic acid,
gambogenin dan isogambogenin
− Mucilages (Roth, 2004)
Bagian yang paling sering digunakan adalah daunnya karena kaya akan
serat (fiber) dan Hydroxy Citric Acid (HCA) (Meprofarm, 2006). Serbuk daun
Garcinia cambogia biasanya dibuat dalam bentuk sediaan kapsul atau dalam
bentuk serbuk yang penggunaannya dengan cara diseduh.
50
Secara tradisional, daun Garcinia cambogia digunakan untuk mengobati
konstipasi karena mempunyai efek sebagai laxative kuat. Penelitian terbaru
menyatakan bahwa garcinia dapat digunakan untuk mengurangi berat badan. Dari
salah satu studi kecil diidentifikasi kegunaannya adalah untuk mengurangi sintesis
asam lemak dan asupan makanan yang berujung pada pengurangan berat badan.
Studi lain menyatakan garcinia dapat mengobati gastric ulcers.
Mekanisme kerja HCA dalam tubuh adalah:
− Menghambat kerja enzim ATP-sitrat liase, sehingga dapat menghambat
pembentukan lemak dan kolesterol dari glukosa. Enzim ATP-sitrat liase
merubah asam sitrat ke dalam bentuk acetyl CoA proses ini terjadi di luar
mitokondria (mitokondria adalah tempat pembuatan energi). Acetyl CoA
merupakan zat dasar malonyl CoA. Jadi dengan adanya HCA maka ATP-
sitrate liase dihambat dan asam sitrat tidak dirubah menjadi acetyl CoA
sehingga malonyl CoA sebagai faktor pembentuk asam lemak juga tidak
terbentuk. Penelitian menunjukkan HCA dapat menurunkan pembentukan
asam lemak kira-kira sampai 40-80% pada rentang waktu antara 8-12 jam
sesudah makan.
− Merangsang pengiriman sinyal rasa kenyang ke otak pada saat kadar glikogen
dan glukosa hati meningkat. Dengan demikian, nafsu makan dapat ditekan dan
asupan makanan berkurang (Meprofarm, 2006)
51
Gambar 2.14 Struktur Kimia (-)-Hydroxy Citric Acid
Gambar 2.15 Daun dan Buah Garcinia cambogia
(www.nutranews.com/GarciniaCambogia)
Salah satu sediaan obat tradisional yang mengandung serbuk daun
Garcinia cambogia adalah teh herbal garcinia produk ”X”. Obat tradisional ini
sekarang sedang populer di Malaysia, dikemas dalam bentuk teabag yang
penggunaannya dengan cara diseduh seperti menyeduh teh pada umumnya dan
termasuk dalam produk keluaran Malaysia yang bermutu karena diolah
berdasarkan standar GMP Accredited Company. Teh herbal garcinia digunakan
OO
OHO
HO
OHOH
OH
52
secara tradisional untuk mengurangi berat badan dengan menekan nafsu makan
dan mengencangkan otot-otot tubuh.
Setiap teabag (4g) teh herbal garcinia produk ”X” mengandung 8 macam
bahan tanaman antara lain:
1. Daun Garcinia cambogia 1,4g
2. Daun Pimenta officinalis 0,2g
3. Daun Strobilanthes crispus/ Sericocalyx crispus 0,2g
4. Biji Trigonella foenum graecum 0,8g
5. Biji Nigella sativa L. 0,799g
6. Daun Cinnamomum zeylanicum 0,2g
7. Daun & Rimpang Curcuma longae 0,4g
8. Daun & Buah Gingko biloba 0,001g
Daun Pimenta officinalis
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Pimenta
Species : P. dioica (syn. Pimenta officinalis)
53
Komponen senyawa kimia primer:
− Volatile oil: eugenol sebagai antifungal, antioksidan, central nervous system
depressant; methyleugenol dan caryophylene sebagai antioksidan, central
nervous system depressant dan enzim pencernaan.
− Vitamin: A; C; Thiamin; Riboflavin; Niacin
− Flavonoid: quercetin sebagai antiinflamasi
− Glycoside
− Sesquiterpen
− Mineral
− Tannin sebagai antiinflamasi, negatif inotropic, hipotensi
− Resin (Roth, 2004)
Allspice dapat digunakan untuk memperbaiki sistem saluran cerna, perut
kembung, nyeri otot, dan sakit gigi. Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai
antimikroba dan treatment untuk diabetes dan hipertensi (Roth, 2004).
Gambar 2.16 Daun dan Buah Pimenta officinalis
(www.resimao.org/images/07.59.24piment.jpg)
54
Daun Strobilanthes crispus/ Sericocalyx crispus
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Order : Solanales
Family : Acanthaceae
Genus : Strobilanthes
Species : S. crispus
Ciri tanaman:
Terna semusim, tegak, tinggi 0,5 m sampai 1 m. Daun berhadapan,
bertangkai pendek, helai daun berbentuk lanset melonjong atau hampir jorong,
pinggir daun bergerigi, panjang helai daun 9 cm sampai 18 cm, lebar helai daun 3
cm sampai 8 cm, kedua permukaannya kasar. Perbungaan tersusun dalam bulir
padat, gagang bunga lebih panjang dari kelopak; kelopak tertutup dengan rambut-
rambut pendek; mahkota berbentuk corong, terbagi 5, panjang 1,5 cm sampai 2
cm; berambut, berwarna kuning; benang sari 4. Buah berbentuk gelendong,
mengandung 2 sampai 4 biji (MMI, 1977).
Strobilanthes crispus (Keji Beling) mengandung mineral tinggi, terutama
potassium (10.900 mg/100 g), kalsium (5.185 mg/100g), sodium (2.593 mg/100
g), besi (255 mg/100 g) dan fosfor (201 mg/100 g). Akan tetapi, kandungan serat
keji beling sedang dan kandungan karbohidrat, vitamin C, riboflavin, dan tiamin
55
rendah. Salah satu khasiatnya adalah sebagai antiperoksidasi lemak dengan
menghambat enzim peroxidase glutation di dalam hati.
(a) (b)
Gambar 2.17 Daun Strobilanthes crispus
(a). Sisi atas daun (b). Sisi bawah daun (www.greenculturesg.com/articles/jan06/flowers.jpg)
Gambar 2.18 Bunga Strobilanthes crispus (www.greenculturesg.com/articles/jan06/flowers.jpg)
56
Biji Trigonella foenum graecum
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Trigonella
Species : T. foenum-graecum
Ciri tanaman:
Terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30 cm sampai 60 cm. Daun berbentuk
bundar telur terbalik sampai bentuk baji, panjang 20 cm sampai 25 cm. Bunga
tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun. Panjang kelopak bunga 8 cm sampai
10 cm, bergigi. Mahkota bunga berwarna kuning terang. Buah polong gundul,
memanjang sampai bentuk lancet, panjang 5 cm sampai 10 cm, berisi 10 biji
sampai 20 biji (MMI, 1979).
Komponen senyawa kimia primer:
− Saponin: Diosgenin, yamogenin, gitogenin, tigogenin dan neotigogens
− Alkaloid: gentianine, carpaine, choline, trigonelline
− Asam amino: lysine, hydroxyisoleucine, triptofan, histidin, arginin
− Coumarin
− Vitamin, Mineral dan Fiber
57
Dapat digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan seperti
konstipasi, dyspepsia, dan gastritis; merangsang pengeluaran air susu ibu;
mengurangi perasaan tidak nyaman pada saat menstruasi dan menopause.
Penggunaan secara topikal dapat memberikan rasa hangat, mengobati luka
bernanah dan selulit. Berdasarkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai
antioksidan, untuk penderita diabetes mellitus, gastric ulcers, hiperkolesterol, dan
infeksi seperti tuberculosis (Roth, 2004). Digunakan secara internal untuk
mengobati kehilangan nafsu makan, merangsang pengeluaran air liur. Secara
eksternal untuk mengobati inflamasi lokal. Berkhasiat antiseptik ringan
(Blumenthal, 1998).
Gambar 2.19 Biji Trigonella foenum graecum
(www.fenugreekseed.net/fenugreek1.jpg)
58
Biji Nigella sativa L.
Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia Selatan.
Nama lain Nigella Sativa diantaranya adalah : Kalonji (bahasa Hindi), Kezah
(Hebrew), Chamushka (Rusia), Habbatus Sauda’ (Arab), Siyah daneh (Persian),
Fennel Flower / Black Carraway / Nutmeg Flower / Roman Coriander / Black
Onian Seed (English), atau Jintan Hitam (Indonesia).
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Ranunculales
Family : Ranunculaceae
Genus : Nigella
Species : N. sativa
Ciri tanaman:
Terna setahun berbatang tegak. Batang biasanya berusuk dan berbulu
kasar, rapat atau jarang-jarang dan disertai adanya bulu-bulu yang berkelenjar.
Bentuk daun lanset berbentuk garis, panjang 1,5 cm sampai 2 cm, ujung
meruncing, terdapat 3 tulang daun yang berbulu. Daun bagian bawah bertangkai
dan bagian atas duduk. Daun pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar
telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil
membentuk sudut yang pendek dan besar. Biji hitam, jorong bersudut 3 tak
beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm (MMI, 1979).
59
Gambar 2.20 Biji Nigella sativa (www.wikipedia.com/images/nigella-sativa.jpg)
Kandungan kimia dalam jinten hitam antara lain:
− Oleat (Omega 9), Linoleat (Omega 6), Linolenat (Omega 3)
− Minyak esensial; Thymoquinone sebagai komponen utama
− Fitosterol
− Alkaloid (Nigelleine dan Nigellamine-n-oxide)
− Saponin
− Asam-asam amino (Ali BH & Blunden G., 2003)
Jinten hitam (Nigella sativa L.) digunakan sebagai pengobatan tradisional
untuk mengobati ataupun mencegah penyakit dan kondisi-kondisi termasuk asma,
diare dan dislipidemia. Biji atau minyak jinten hitam punya aktifitas sebagai
antiinflamasi, analgesik, antipiretik, antimikroba, menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan respirasi.
60
Daun Cinnamomum zeylanicum
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Species : C. verum (syn. C. zeylanicum)
Ciri tanaman:
Tinggi tanaman 6-12 m, akan tetapi pada tempat yang cocok bisa
mencapai 18 m. Batang berwarna keabu-abuan dan berbau harum, percabangan
dekat tanah, pada ranting tua sering tidak tumbuh daun-daun baru (gundul), tajuk
kekar, dan mahkotanya berbentuk kerucut. Daun berbentuk bulat telur, agak
memanjang dengan ujung bulat/tumpul, meruncing dan lokos (licin dan
mengkilap), dan berwarna merah pada waktu masih muda, dan berubah menjadi
hijau tua di permukaan atas dan pucat keabu-abuan di bagian bawah. Bunga kecil,
tidak menarik, berbentuk lonceng dengan bau yang tidak enak, dan tumbuh dalam
ketiak daun dan dipucuk-pucuk ranting, warnanya putih kekuning-kuningan, dan
berbunga pada bulan Juli hingga September. Buah buni memanjang berwarna
merah coklat.
Komponen senyawa kimia primer: Ethyl cinnamate, eugenol,
cinnamaldehyde, beta-caryophyllene, linalool, dan methyl chavicol.
61
Digunakan untuk mengobati kehilangan nafsu makan, dyspepsia ringan,
bloating, flatulence, antibakteri, fungistatik, meningkatkan motilitas usus
(Blumenthal, 1998).
Gambar 2.21 Daun Cinnamomum zeylanicum (home.hiroshima-u.ac.jp/021202Cinnamon2.jpg)
Daun & rimpang Curcuma longae
Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah sekaligus tanaman obat-
obatan. Habitat asli tanaman ini adalah wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara.
Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo–Malaysia,
Thailand, Cina, India, Vietnam, Taiwan, Filipina, Australia bahkan Afrika.
Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di ladang, dihutan
(misalnya hutan jati), ataupun ditanam di pekarangan rumah, di dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut. Selain itu,
kunyit dapat tumbuh dengan baik ditanah yang baik tata pengairannya, curah
hujannya cukup banyak (2000 mm–4000 mm), atau ditempat dengan sedikit
62
kenaungan. Namun, untuk mendapatkan rimpang kunyit yang besar, sebaiknya
ditanam ditanah lempung berpasir.
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Zingiberidae
Order : zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : C. longa
Ciri tanaman:
Secara Umum:
− Berupa terna parenial, tingginya 0,75 m - 1,00 m, tumbuh membentuk
rumpun. Batang semu, tegak, silindris, dan berwarna hijau kekuningan
− Batang atau rimpang kunyit seperti umbi, terdapat dalam tanah, bercabang
banyak, tebal dan berdaging seperti gasing, dan bagian dalamnya
berwarna kuning jingga
− Akar serabut berwarna coklat muda
− Berbau khas aromatik, rasa agak getir (agak pedas, agak pahit)
Helaian Daun (Lamina):
− Daun tunggal tersusun dalam 2 baris
− Bentuk daunnya lanset (lanceolatus)
63
− Ujung daunnya lancip berekor (caudatus)
− Helaian daun biasanya lebar dengan ibu tulang yang tebal pula
− Tulang-tulang cabang sejajar dan rapat antara satu sama lainnya (simetris)
serta menyerong ke atas (menyirip)
− Berwarna hijau muda mulus
− Tangkai Daun (Petiolus):
− Tangkai daun pendek berupa pelepah yang akan membentuk batang semu,
tanpa lidah-lidah, dan berambut halus jarang-jarang
Pelepah/Upih Daun (Vagina/Sheath):
− Terdapat lidah–lidah pada batas lamina dan sheath
− Tipe sheath ada yang terbuka dan ada yang tertutup
Bunga (Flos):
− Bunga majemuk
− Perbungaan terminal dan bersisik
Hiasan Bunga:
− Memiliki tenda bunga (bagian kelopak dan mahkota yang tidak dapat
dibedakan dengan jelas)
− Daun kelopak berbentuk lanset dan berambut
− Kelopak bunga berbentuk silindris (tabung), bercangap 3, tipis seperti
serabut, dan berwana ungu
− Pangkal daun pelindung berwarna putih keunguan
64
Komponen senyawa kimia primer:
− Volatile oil: curcumin I, II, III sebagai antikanker; antioksidan; sesquiterpen
− Diferuloylmethane
− Gula, Resin, Vitamin C, Mineral (Potassium), dan Carotene (Roth, 2004).
Untuk kondisi dyspepsia dan antiinflamasi (Blumenthal, 1998).
Digunakan pada pengobatan tradisional cina dan india untuk mengobati
gangguan menstrual, colic, inflamasi, bruising, dyspepsia, hematuria dan perut
kembung. Berdasarkan penelitian dapat digunakan untuk treatment pada penyakit
paru, gastrointestinal dan kanker payudara; virus; nyeri sendi seperti arthritis;
hepatoprotektif; hipolipidemia.
Gambar 2.22 Daun, Rimpang dan Bunga Curcuma longae (www.mdidea.com/products/new/curcumae_longae03.jpg)
65
Daun & buah Gingko biloba
Klasifikasi tanaman:
Kingdom : Plantae
Division : Ginkgophyta
Class : Ginkgoopsida
Order : Ginkgoales
Family : Ginkgoaceae
Genus : Ginkgo
Species : G. biloba
Komponen senyawa kimia primer:
− Flavonoid: kaempferol; quercetin, isorhamnetin; myricetin sebagai
antiinflamasi
− Diterpen: gingkolides sebagai penghambat platelet, neuroprotective
− Sesquiterpen: bilobalide
− Triterpen: sterol, benzoic, ginkgolic (Roth, 2004).
Digunakan sebagai antioksidan, mengurangi gangguan fungsi cerebral dan
perifer, penyakit arteri perifer, disfungsi seksual, asma, glaucoma, gejala
menopause, multiple sclerosis, sakit kepala, arthtritis.
Untuk gangguan sirkulasi arteri, gangguan sirkulasi serebral, defisiensi
sirkulasi serebral, vertigo, kurangnya libido, ejakulasi dini, fungsi hati dan ginjal
(Blumenthal, 1998). Untuk insufisiensi serebral, vertigo dan tinnitus, penyakit
pembuluh perifer, asma, colorectal cancer, dan lain-lain (Blumenthal, 2003).
66
Gambar 2.23 Daun dan Buah Gingko biloba (www. Palaeobotany.org/images/ginkgo/fig2.jpg)
KAJIAN TENTANG MINYAK BABI
Minyak babi (lard) diperoleh dari lemak babi melalui dua cara yaitu cara
basah dan cara kering. Cara basah adalah dengan mencampurkan lemak babi
dengan air lalu dipanaskan dengan suhu tinggi. Karena sifat minyak tidak larut air,
maka minyak babi akan terpisah dan mengambang pada permukaan air. Cara
kering adalah dengan memanaskan secara langsung minyak babi pada suhu tinggi
di atas wajan. Kedua proses ini menghasilkan dua produk yang berbeda. Lard
yang diperoleh dengan cara basah mempunyai rasa hambar dan warna yang lebih
terang, sedangkan lard yang diperoleh dengan cara kering berwarna coklat dan
memiliki rasa yang gurih. Lard dapat dicampur kedalam makanan dan dapat
digunakan sebagai bahan pembuat sabun.
67
Kandungan komposisi lemak dalam minyak babi adalah sebagai berikut:
− Saturated fats 38-43% terdiri dari asam palmitat 25-28%, asam stearat
12-14% dan asam myristad 1%.
− Unsaturated fats 56-62%
− Monounsaturated fats 47-50% terdiri dari asam oleat 44-47% dan
asam palmioleat 3%
− Polyunsaturated fats yaitu asam linoleat 6-10%
Sedangkan kandungan nutrisi dalam 100 gram lard adalah sebagai berikut:
− Karbohidrat 0 g
− Lemak
Saturated 39 g
Monounsaturated 45 g
Polyunsaturated 11 g
− Protein 0 g
− Kolesterol 95 mg
− Zinc 0,1 mg
− Selenium 0,2 mg
Minyak babi yang diperoleh dengan pemanasan mempunyai kandungan
lemak jenuh yang tinggi. Hal ini disebabkan karena terurainya lemak tak jenuh
menjadi lemak jenuh akibat proses pemanasan. Lemak jenuh inilah yang berperan
dalam peningkatan kadar kolesterol dalam darah.
68
Tabel 2.6 Komposisi Asam Lemak dari Beberapa Lemak dan Minyak (Hart, Craine, Hart, 2003)
Sumber Asam jenuh (%) Asam tak jenuh (%)
C10 Dan kurang
C12 Laurat
C14 Miristat
C16 Palmitat
C18 Stearat
C15 Oleat
C18 Linoleat
Lemak hewan - Mentega - Lemak babi - Lemak sapi - Manusia
12 - - -
3 -
0,2 1
12 1 3 3
28 28 28 25
10 14 24 8
26 46 40 46
2 5 2 10
Minyak nabati Zaitun Sawit Jagung kacang
- - - -
- - - -
1 2 1 -
5 43 10 8
2 2 2 4
83 43 40 60
7 8 40 25
KAJIAN TENTANG TIKUS PUTIH (Rattus norwegiens)
Tikus putih yang sering digunakan untuk uji farmakologik obat adalah
jenis Rattus norwegiens. Anatomi fisiologik tubuh tikus adalah spesifik, yaitu
tidak memiliki kandung empedu. Esofagus bermuara ke dalam lambung dan
memiliki struktur anatomi yang tidak lazim sehingga tikus tidak dapat muntah.
Hewan ini relatif tahan terhadap infeksi, tergolong cerdas, aktif di malam hari dan
dapat tinggal di kandang sendirian asal masih dapat melihat atau mendengar suara
tikus lain.
Biasanya tikus mulai kawin pada usia 8-9 minggu. Tiap 4-5 hari biasanya
terjadi fase estrus dan segera sesudah beranak. Biasanya fase estrus tersebut
berlangsung sekitar 12 jam, dan lebih sering terjadi pada malam hari daripada
siang hari. Yang terlihat pada fase ini hanya sel-sel epitel yang mengalami
penandukan dan seringkali tanpa inti. Kemudian 15 hari selanjutnya terjadi fase
metestrus I, yang terlihat sel-sel epitel yang mengalami penandukan. Pada fase
69
metestrus II berlangsung sekitar enam jam, pada sel epitel yang mengalami
penandukan mulai tampak leukosit. Dilanjutkan tahap akhir yakni fase diestrus
yang berlangsung antara 57-60 jam, yang terlihat sel epitel dan leukosit (Smith,
1988).
Tikus menjadi dewasa setelah berumur 40-60 hari. Bobot badan normal
tikus jantan dewasa adalah 300-400 g dan maksimum 500 g, sedangkan tikus
betina 250-300 g dengan bobot maksimumnya 350 g. Masa hidup tikus putih
singkat yaitu tidak lebih dari 3 tahun. Keuntungan penggunaan hewan coba tikus
putih yaitu lebih mudah untuk berkembang biak, lebih cepat menjadi dewasa dan
tidak memperlihatkan musim kawin.
Gambar 2.24 Penggolongan Bagian Tubuh Tikus 1, Cranial/ Anterior. 2, Lateral. 3, Superior/ Dorsal. 4, Inferior/ Ventral. 5, Caudal/ Posterior.
(plato.wilmington.edu/faculty/dtroike/Mouse_anatomy)
2 4 1
3
5
70
Gambar 2.25 Organ Abdominal/ Ventral Tikus Putih (a)
Gambar 2.26 Organ Abdominal/ Ventral Tikus Putih (b) 1, Paru-paru dalam toraks. 2, hati. 3, lambung. 4, limpa. 5, ginjal kiri. 6, vesical seminal kiri. 7,
urinary bladder. 8, usus halus. 9, usus besar. 10, testis kiri (plato.wilmington.edu/faculty/dtroike/Mouse_anatomy)
1
5
6
7
2
3 4
8 9 10