lima tahun iptek kelautan - pusat riset kelautan

31
Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati Lima tahun Iptek Kelautan 2002 - 2007 wilnon

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Pusat RisetWilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati

Lima tahunIptek Kelautan

2002 - 2007

wiln

on

Page 2: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar BelakangSecara garis besar konsep pengembangan dan pengelolaan suatu sumberdaya kelautan dan perikanan harus berwawasan lingkungan dan lestari. Tujuan kajian daya dukung adalah untuk mempelajari kamampuan suatu wilayah perairan serta bagian-bagiannya untuk menampung dan menahan dampak aktifitas manusia yang dilakukan di wilayah perairan tersebut. Kajian dan analisis daya dukung bisa ditinjau dari berbagai aspek misalnya:lEkosistim lSosio-ekonomilKondisi fisik alamlKualitas kehidupanlKependudukan

Dari kajian dan analisis tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan seperti halnya perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan wisata bahari.

Aktifitas Kegiatan1. Daya dukung lingkungan Teluk dan Selat Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan 2. Ekspedisi Wallacea Indonesia gambaran secara ilmiah daya dukung perairan 3. Daya Dukung Teluk Cendrawasih teluk dan selat guna menunjang kegiatan

pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia. Untuk memahami kondisi ekosistem dimana aktifitas penangkapan dan budidaya perikanan

Daya dukung suatu perairan merupakan keadaan berlangsung, diperlukan suatu pendekatan yang yang sangat dinamis karena dipengaruhi oleh dapat menggambarkan keseluruhan komponen variasi temporal dan spasial faktor-faktor biotik dalam ekosistem tersebut. Hal ini berarti dan abiotik dari ekosistem perairan tersebut. diperlukan suatu metodologi yang dapat Pengaruh dari parameter lingkungan terhadap menampilkan kondisi hidro-oseanografi, alur biota yang hidup, terutama yang bernilai perpindahan biomasa dari setiap komponen yang ekonomis penting di dalam suatu ekosistem, terdapat dalam ekosistem tersebut, dan merupakan dasar penentuan pola pembangunan

melakukan diagnosa terhadap kinerja tiap kelautan dan perikanan suatu wilayah perairan.

komponen variabel abiotik, biotik, sosial dan

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TELUK DAN SELAT

Daya DukungLingkungan Laut

ekonomi.yang berlangsung dalam suatu daerah species approach. Biomasa yang diestimasi perikanan. Untuk itu, pendekatan yang diterapkan dengan prinsip keseimbangan biomassa dalam adalah menggunakan Hidrodinamika, Ecopath suatu ekosistem menghasilkan nilai yang bervariasi dan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries). terhadap masing-masing kelompok fungsional

(functional groups) yang terdapat dalam suatu Kegiatan kajian daya dukung lingkungan teluk ekosistem berdasarkan posisi kelompok fungsional dan selat ini dilakukan di empat perairan yang dalam trophic level. Hasil kajian ini dapat menjadi berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, bahan acuan bagi pengambil kebijakan perikanan Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Ruang lingkup dari di Indonesia, terutama dalam hal penentuan kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu jumlah serta jenis ikan yang ditangkap.hidro-oseanografi di empat lokasi tersebut, potret transfer biomassa yang berasal dari organisme Dengan keterbatasan yang ada dalam hal yang hidup di dalam perairan tersebut di tiga ketersediaan data, kita dapat mengetahui prioritas lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk Ekas), penelitian yang akan dilakukan kedepan, yakni serta pengukuran indikator kinerja perikanan dengan tidak melakukan pengulangan penelitian untuk komponen sosial ekonomi wilayah di dua bagi sesuatu topik. Lebih baik hal ini diarahkan lokasi yaitu Selat Sunda dan Teluk Tomini. untuk mengisi kekosangan dalam mengestimasi

berbagai parameter populasi seperti biomassa dan Dari studi daya dukung perairan di beberapa kebiasaan makan (feeding habit) dari berbagai lokasi dengan menggunakan metode Ecopath, species yang tergolong ekonomis penting.dipaparkan hasil yang dapat digunakan untuk Estimasi dari paramater populasi seperti yang studi dinamika populasi ikan dengan dipaparkan dalam kajian ini merupakan standard

menggunakan bagi penggunaan ecopath apabila akan pendekatan dilakukan di daerah lain. Seadng

multi- pendekatan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) menunjukkan bahwa: 'Aspek teknologi, yang terdiagnosa berkinerja rendah sehubungan dengan penggunaan cara-cara penangkapan ekstraktif, pada kondisi ekologis yang baik, tidak mampu menciptakan kinerja

ekonomi yang baik'.

Meningkatnya intensitas dan kualitas konflik antar alat tangkap atau kelompok

nelayan perlu diwaspadai karena dapat menjurus pada turunnya kinerja perikanan

wilayah tersebut, yang berarti menempat

Page 3: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar BelakangSecara garis besar konsep pengembangan dan pengelolaan suatu sumberdaya kelautan dan perikanan harus berwawasan lingkungan dan lestari. Tujuan kajian daya dukung adalah untuk mempelajari kamampuan suatu wilayah perairan serta bagian-bagiannya untuk menampung dan menahan dampak aktifitas manusia yang dilakukan di wilayah perairan tersebut. Kajian dan analisis daya dukung bisa ditinjau dari berbagai aspek misalnya:lEkosistim lSosio-ekonomilKondisi fisik alamlKualitas kehidupanlKependudukan

Dari kajian dan analisis tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai kepentingan seperti halnya perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan wisata bahari.

Aktifitas Kegiatan1. Daya dukung lingkungan Teluk dan Selat Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan 2. Ekspedisi Wallacea Indonesia gambaran secara ilmiah daya dukung perairan 3. Daya Dukung Teluk Cendrawasih teluk dan selat guna menunjang kegiatan

pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia. Untuk memahami kondisi ekosistem dimana aktifitas penangkapan dan budidaya perikanan

Daya dukung suatu perairan merupakan keadaan berlangsung, diperlukan suatu pendekatan yang yang sangat dinamis karena dipengaruhi oleh dapat menggambarkan keseluruhan komponen variasi temporal dan spasial faktor-faktor biotik dalam ekosistem tersebut. Hal ini berarti dan abiotik dari ekosistem perairan tersebut. diperlukan suatu metodologi yang dapat Pengaruh dari parameter lingkungan terhadap menampilkan kondisi hidro-oseanografi, alur biota yang hidup, terutama yang bernilai perpindahan biomasa dari setiap komponen yang ekonomis penting di dalam suatu ekosistem, terdapat dalam ekosistem tersebut, dan merupakan dasar penentuan pola pembangunan

melakukan diagnosa terhadap kinerja tiap kelautan dan perikanan suatu wilayah perairan.

komponen variabel abiotik, biotik, sosial dan

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN TELUK DAN SELAT

Daya DukungLingkungan Laut

ekonomi.yang berlangsung dalam suatu daerah species approach. Biomasa yang diestimasi perikanan. Untuk itu, pendekatan yang diterapkan dengan prinsip keseimbangan biomassa dalam adalah menggunakan Hidrodinamika, Ecopath suatu ekosistem menghasilkan nilai yang bervariasi dan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries). terhadap masing-masing kelompok fungsional

(functional groups) yang terdapat dalam suatu Kegiatan kajian daya dukung lingkungan teluk ekosistem berdasarkan posisi kelompok fungsional dan selat ini dilakukan di empat perairan yang dalam trophic level. Hasil kajian ini dapat menjadi berbeda karakter yaitu Selat Sunda, Teluk Tomini, bahan acuan bagi pengambil kebijakan perikanan Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Ruang lingkup dari di Indonesia, terutama dalam hal penentuan kegiatan ini dapat dibagi atas tiga bagian yaitu jumlah serta jenis ikan yang ditangkap.hidro-oseanografi di empat lokasi tersebut, potret transfer biomassa yang berasal dari organisme Dengan keterbatasan yang ada dalam hal yang hidup di dalam perairan tersebut di tiga ketersediaan data, kita dapat mengetahui prioritas lokasi (Selat Sunda, Teluk Saleh dan Teluk Ekas), penelitian yang akan dilakukan kedepan, yakni serta pengukuran indikator kinerja perikanan dengan tidak melakukan pengulangan penelitian untuk komponen sosial ekonomi wilayah di dua bagi sesuatu topik. Lebih baik hal ini diarahkan lokasi yaitu Selat Sunda dan Teluk Tomini. untuk mengisi kekosangan dalam mengestimasi

berbagai parameter populasi seperti biomassa dan Dari studi daya dukung perairan di beberapa kebiasaan makan (feeding habit) dari berbagai lokasi dengan menggunakan metode Ecopath, species yang tergolong ekonomis penting.dipaparkan hasil yang dapat digunakan untuk Estimasi dari paramater populasi seperti yang studi dinamika populasi ikan dengan dipaparkan dalam kajian ini merupakan standard

menggunakan bagi penggunaan ecopath apabila akan pendekatan dilakukan di daerah lain. Seadng

multi- pendekatan Rapfish (Rapid Appraisal for Fisheries) menunjukkan bahwa: 'Aspek teknologi, yang terdiagnosa berkinerja rendah sehubungan dengan penggunaan cara-cara penangkapan ekstraktif, pada kondisi ekologis yang baik, tidak mampu menciptakan kinerja

ekonomi yang baik'.

Meningkatnya intensitas dan kualitas konflik antar alat tangkap atau kelompok

nelayan perlu diwaspadai karena dapat menjurus pada turunnya kinerja perikanan

wilayah tersebut, yang berarti menempat

Page 4: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

kan perikanan ini pada resiko ketidak-berlanjutan yang lebih besar. Untuk itu perlunya penyempurnaan kebijakan menyangkut keberadaan alat yang destruktif, pemberdayaan nelayan lokal, pembatasan investasi yang menjurus pada inefisiensi dan overeksploitasi dan, sinkronisasi pengaturan. termasuk kebijakan perijinan antara pengelola pelabuhan dan dinas perikanan.

Ekspedisi Wallacea Indonesia adalah suatu kegiatan penelitian yang bersifat eksplorasi khususnya inventarisasi keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan. Maksud dari kegiatan ekspedisi wallacea indonesia ini adalah: Melanjutkan penelitian A.R. Wallace di wilayah laut, karena teori Wallacea umumnya membicarakan mengenai keanekaragaman hayati di daratan, sedangkan di laut belum banyak diulas, Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan di daerah penelitian, khususnya wilayah laut dan pesisir., dan menumbuhkan minat generasi muda untuk melakukan penelitian kelautan.

Dari kegiatan ini diharapkan bisa tersusunnya suatu dokumen mengenai keanekaragaman hayati laut, dan juga kondisi lingkungannya dan kemungkinan pengembangan obyek-obyek penelitian sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat. Kegiatan Ekspedisi Wallacea Indonesia ini telah diselenggarakan oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2004 dan 2005.

Pada Tahun 2004, kegiatan EWI dilaksanakan di di perairan Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan (Pulau Bonerate dan Kalatoa), Selawesi Tenggara (Pulau Kabaena dan sekitarnya) dan Sulawesi Tengah (Bokan Kepulauan). Pada tahun 2004 ini kegiatan EWI selain melakukan penelitian ilmiah yang pesertanya berasal dari BRKP, instansi penelitian lain, Universitas, dan mahasiswa tingkat akhir, juga dilakukan kegiatan pengenalan kelautan terhadap generasi muda, dalam hal ini adalah pramuka. Sedangkan pada tahun 2005 kegiatan EWI dilaksanakan di Teluk Tomini, khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Kegiatan EWI merupakan kegiatan penelitian yang bersifat eksplorasi dan menitikberatkan pada

EKSPEDISI WALLACEA INDONESIA

DAYA DUKUNG DI TELUK CENDRAWASIH

penelitian – penelitian di bidang:Geologi, Oseanografi, Biologi, dan Sosial Ekonomi.Hasil-hasil penelitian EWI tahun 2004 dan 2005 merupakan dokumen yang berisi inventarisasi keanekaragaman hayati pesisir dan laut, karakteristik pantai serta kondisi oseanografi baik fisik maupun biologi di lokasi penelitian. Diharapkan hasil-hasil ekspedisi ini dapat dipakai untuk pengembangan daerah penelitian tersebut oleh para stake holder secara terpadu dan berkelanjutan. Disamping itu, ekspedisi ini sekaligus menjadi alat promosi bagi daerah penelitian baik di media cetak maupun elektronik.

I. Latar belakang Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati - Badan Riset Kelautan dan Perikanan, sejak tahun 2005 melakukan penelitian "Inventarisasi Dayadukung Teluk Cenderawasih". Salah satu fokus wilayah penelitian ini adalah kawasan perairan Kabupaten Teluk Wondama. Penelitian ini direncanakan secara bertahap dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.

Penelitian dilakukan atas pertimbangan beberapa hal sebagai berikut:

1. Geostrategis dan geopolitis kawasan Teluk CenderawasihTeluk Cenderawasih ke depan memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan sebagai wilayah andalan di kawasan Indonesia Bagian Timur, dan sekaligus sebagai "Gerbang Timur Indonesia" di kawasan Pasifik.

2. Tantangan Penataan Wilayah Laut dalam suatu kawasan perairan telukDipandang berdasarkan aspek geo-bio-sosio-eco, kawasan suatu teluk memiliki karakteristik yang

spesifik. Teluk Cenderawasih sebagai teluk terbesar di Indonesia yang dikelola oleh 2 (dua) Provinsi dan 7 (tujuh) Kabupaten dipandang mendesak untuk segera menyusun Rencana Penataan Wilayah Laut Terpadu yang dapat mendukung prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Dalam penyusunan rencana ini, peran data ilimiah mengenai sumberdaya sangatlah menentukan.

3. Kabupaten Teluk Wondama sebagai wilayah pemekaranKabupaten Teluk Wondama merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Manokwari (UU No. 26 Tahun 2002 tentang Pemekaran Wilayah Kabupaten Manokwari), memerlukan secara mendesak data dan informasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimilikinya guna merumuskan arah kebijakan pengelolaan sumberdayanya.

Secara garis besar penelitian "Inventarisasi Dayadukung Teluk Cenderawasih" diharapkan dapat menghasilkan:1. data dan informasi sumberdaya kelautan dan perikanan serta kondisi dayadukung wilayah pesisir dan laut,2. usulan pola zonasi pemanfaatan yang didasarkan pada prinsip keselarasan antar matra, antar sektor serta antar wilayah administrasi.Selanjutnya keberadaan data dan analisa ilmiah tersebut, dapat memberikan dukungan terhadap perumusan kebijakan pengelolaan kawasan Teluk Cenderawasih dan dapat bertindak sebagai masterpiece pengelolaan kawasan teluk secara terpadu di Indonesia.

Selain itu hasil akhir dari penelitian ini, diarahkan pada persiapan penerapan kebijakan kadaster laut. Adanya dukungan perencanaan terpadu sejak dini di kawasan Teluk Cenderawasih, akan menentukan perkembangan kawasan Teluk Cenderawasih ke depan, untuk dijadikan kawasan yang dapat diandalkan di Indonesia Timur dan sekaligus di kawasan Pasifik.

II. Penelitian di kawasan perairan Kabupaten Teluk WondamaSebagai tahap pertama penelitian "Inventarisasi Dayadukung di kawasan perairan Kabupaten Teluk Wondama" difokuskan pada inventarisasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan tema dan hasil penelitian:

a. Kondisi HidrografiPenelitian telah menghasikan Peta Kedalaman Perariran Teluk Wondama dan informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk: lPerencanaan alur pelayaran lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan laut lPerencanaan pengembangan bangunan laut

b. Kondisi OseanografiData dan informasi tentang kondisi salinitas, suhu, arus dan gelombang merupakan hasil penelitian bidang oseanografi. Pengolahan dan analisa data jenis ini dapat berguna bagi:lPemantauan dinamika lautlPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan laut lPemantauan kualitas lingkungan laut

c. Kondisi Kualitas AirDemikian pula hasil penelitian kualitas air di Teluk Wondama dapat digunakan bagi:lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan lautlPemantauan kualitas lingkungan laut

d. Kondisi Karakteristik PantaiData dan informasi tentang morfologi, dinamika pantai dan karateristik pantai sangat diperlukan bagi perencanaan pengembangan wilayah pesisire. Kondisi Ekosistem PesisirPenelitian ditekankan pada inventarisasi data sebaran mangrove, lamun dan terumbu karang dan diharapkan data yang ada dapat dijadikan acuan:lPemantauan kualitas lingkungan pesisir dan

laut lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan pesisir

Hasil penelitian secara keseluruhan ditemukan, bahwa kawasan pesisir dan laut Teluk Wondama memiliki potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya pembangunan Kabupaten Teluk Wondama. Namun demikian karena hampir seluruh wilayah perairannya termasuk dalam wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih, maka atas dasar pertimbangan data ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengelolaan sumberdaya yang selaras dan dapat mengakomodasi semua kepentingan ini wilayah ini.

Page 5: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

kan perikanan ini pada resiko ketidak-berlanjutan yang lebih besar. Untuk itu perlunya penyempurnaan kebijakan menyangkut keberadaan alat yang destruktif, pemberdayaan nelayan lokal, pembatasan investasi yang menjurus pada inefisiensi dan overeksploitasi dan, sinkronisasi pengaturan. termasuk kebijakan perijinan antara pengelola pelabuhan dan dinas perikanan.

Ekspedisi Wallacea Indonesia adalah suatu kegiatan penelitian yang bersifat eksplorasi khususnya inventarisasi keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan. Maksud dari kegiatan ekspedisi wallacea indonesia ini adalah: Melanjutkan penelitian A.R. Wallace di wilayah laut, karena teori Wallacea umumnya membicarakan mengenai keanekaragaman hayati di daratan, sedangkan di laut belum banyak diulas, Inventarisasi keanekaragaman hayati dan kondisi lingkungan di daerah penelitian, khususnya wilayah laut dan pesisir., dan menumbuhkan minat generasi muda untuk melakukan penelitian kelautan.

Dari kegiatan ini diharapkan bisa tersusunnya suatu dokumen mengenai keanekaragaman hayati laut, dan juga kondisi lingkungannya dan kemungkinan pengembangan obyek-obyek penelitian sebagai masukan bagi pemerintah daerah setempat. Kegiatan Ekspedisi Wallacea Indonesia ini telah diselenggarakan oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Nonhayati sebanyak dua kali yaitu pada tahun 2004 dan 2005.

Pada Tahun 2004, kegiatan EWI dilaksanakan di di perairan Provinsi Provinsi Sulawesi Selatan (Pulau Bonerate dan Kalatoa), Selawesi Tenggara (Pulau Kabaena dan sekitarnya) dan Sulawesi Tengah (Bokan Kepulauan). Pada tahun 2004 ini kegiatan EWI selain melakukan penelitian ilmiah yang pesertanya berasal dari BRKP, instansi penelitian lain, Universitas, dan mahasiswa tingkat akhir, juga dilakukan kegiatan pengenalan kelautan terhadap generasi muda, dalam hal ini adalah pramuka. Sedangkan pada tahun 2005 kegiatan EWI dilaksanakan di Teluk Tomini, khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Kegiatan EWI merupakan kegiatan penelitian yang bersifat eksplorasi dan menitikberatkan pada

EKSPEDISI WALLACEA INDONESIA

DAYA DUKUNG DI TELUK CENDRAWASIH

penelitian – penelitian di bidang:Geologi, Oseanografi, Biologi, dan Sosial Ekonomi.Hasil-hasil penelitian EWI tahun 2004 dan 2005 merupakan dokumen yang berisi inventarisasi keanekaragaman hayati pesisir dan laut, karakteristik pantai serta kondisi oseanografi baik fisik maupun biologi di lokasi penelitian. Diharapkan hasil-hasil ekspedisi ini dapat dipakai untuk pengembangan daerah penelitian tersebut oleh para stake holder secara terpadu dan berkelanjutan. Disamping itu, ekspedisi ini sekaligus menjadi alat promosi bagi daerah penelitian baik di media cetak maupun elektronik.

I. Latar belakang Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati - Badan Riset Kelautan dan Perikanan, sejak tahun 2005 melakukan penelitian "Inventarisasi Dayadukung Teluk Cenderawasih". Salah satu fokus wilayah penelitian ini adalah kawasan perairan Kabupaten Teluk Wondama. Penelitian ini direncanakan secara bertahap dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun.

Penelitian dilakukan atas pertimbangan beberapa hal sebagai berikut:

1. Geostrategis dan geopolitis kawasan Teluk CenderawasihTeluk Cenderawasih ke depan memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan sebagai wilayah andalan di kawasan Indonesia Bagian Timur, dan sekaligus sebagai "Gerbang Timur Indonesia" di kawasan Pasifik.

2. Tantangan Penataan Wilayah Laut dalam suatu kawasan perairan telukDipandang berdasarkan aspek geo-bio-sosio-eco, kawasan suatu teluk memiliki karakteristik yang

spesifik. Teluk Cenderawasih sebagai teluk terbesar di Indonesia yang dikelola oleh 2 (dua) Provinsi dan 7 (tujuh) Kabupaten dipandang mendesak untuk segera menyusun Rencana Penataan Wilayah Laut Terpadu yang dapat mendukung prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Dalam penyusunan rencana ini, peran data ilimiah mengenai sumberdaya sangatlah menentukan.

3. Kabupaten Teluk Wondama sebagai wilayah pemekaranKabupaten Teluk Wondama merupakan wilayah pemekaran Kabupaten Manokwari (UU No. 26 Tahun 2002 tentang Pemekaran Wilayah Kabupaten Manokwari), memerlukan secara mendesak data dan informasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang dimilikinya guna merumuskan arah kebijakan pengelolaan sumberdayanya.

Secara garis besar penelitian "Inventarisasi Dayadukung Teluk Cenderawasih" diharapkan dapat menghasilkan:1. data dan informasi sumberdaya kelautan dan perikanan serta kondisi dayadukung wilayah pesisir dan laut,2. usulan pola zonasi pemanfaatan yang didasarkan pada prinsip keselarasan antar matra, antar sektor serta antar wilayah administrasi.Selanjutnya keberadaan data dan analisa ilmiah tersebut, dapat memberikan dukungan terhadap perumusan kebijakan pengelolaan kawasan Teluk Cenderawasih dan dapat bertindak sebagai masterpiece pengelolaan kawasan teluk secara terpadu di Indonesia.

Selain itu hasil akhir dari penelitian ini, diarahkan pada persiapan penerapan kebijakan kadaster laut. Adanya dukungan perencanaan terpadu sejak dini di kawasan Teluk Cenderawasih, akan menentukan perkembangan kawasan Teluk Cenderawasih ke depan, untuk dijadikan kawasan yang dapat diandalkan di Indonesia Timur dan sekaligus di kawasan Pasifik.

II. Penelitian di kawasan perairan Kabupaten Teluk WondamaSebagai tahap pertama penelitian "Inventarisasi Dayadukung di kawasan perairan Kabupaten Teluk Wondama" difokuskan pada inventarisasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan tema dan hasil penelitian:

a. Kondisi HidrografiPenelitian telah menghasikan Peta Kedalaman Perariran Teluk Wondama dan informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk: lPerencanaan alur pelayaran lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan laut lPerencanaan pengembangan bangunan laut

b. Kondisi OseanografiData dan informasi tentang kondisi salinitas, suhu, arus dan gelombang merupakan hasil penelitian bidang oseanografi. Pengolahan dan analisa data jenis ini dapat berguna bagi:lPemantauan dinamika lautlPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan laut lPemantauan kualitas lingkungan laut

c. Kondisi Kualitas AirDemikian pula hasil penelitian kualitas air di Teluk Wondama dapat digunakan bagi:lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan lautlPemantauan kualitas lingkungan laut

d. Kondisi Karakteristik PantaiData dan informasi tentang morfologi, dinamika pantai dan karateristik pantai sangat diperlukan bagi perencanaan pengembangan wilayah pesisire. Kondisi Ekosistem PesisirPenelitian ditekankan pada inventarisasi data sebaran mangrove, lamun dan terumbu karang dan diharapkan data yang ada dapat dijadikan acuan:lPemantauan kualitas lingkungan pesisir dan

laut lPerencanaan pengembangan lahan

budidaya perikanan pesisir

Hasil penelitian secara keseluruhan ditemukan, bahwa kawasan pesisir dan laut Teluk Wondama memiliki potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sebagai sumberdaya pembangunan Kabupaten Teluk Wondama. Namun demikian karena hampir seluruh wilayah perairannya termasuk dalam wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih, maka atas dasar pertimbangan data ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengelolaan sumberdaya yang selaras dan dapat mengakomodasi semua kepentingan ini wilayah ini.

Page 6: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang

EKSPEDISI INSTANT

Aktifitas Kegiatan

3. Argo Float dan GOOS4. Dinamika Marin-AtmosferKepulauan Indonesia yang letaknya menyebar di

sebelah-menyebelah katulistiwa, iklim dan cuacanya pada keadaan normalnya sangat

(International Nusantara STratification ANd bergantung pada peralihan atau pelangsungan Transport) (course) Sistem Monsun Austro-Asia di kawasan

ini. Kaadaan iklim dan cuaca ini sangat bervariasi Perairan Indonesia merupakan zona kritikal sesuai dengan variabiliti monsun, dan 'chokepoint' untuk memahami variabilitas iklim berhubungan dengan fenomena interaksi laut-seperti El Nino dan La Nina. Ada aliran massa air atmosfer yang berawal di Samudra Pasifik (El dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia Nino/La Nina) dan di Samudra Hindia (Modus melewati perairan Indonesia, yang dikenal sebagai Dwikutub Hindia = Indian Dipole Mode).Arus Lintas Indonesia. Pada saat terjadi El Nino, elevasi muka air rerata di bagian barat Samudra Kondisi dan karakteristik massa airnya pun di Pasifik turun, maka arus ini akan melemah. Indikasi lapisan paras dan lapisan terkincau (mixed layer) bahwa jika Arus Lintas Indonesia mulai melemah ikut dipengaruhi oleh Sistem Monsun Austro-Asia maka akan terjadi El Nino.dan di lapisan-lapisan jeluk terutama dipengaruhi

oleh arus Arlindo yang mengalir dari Samudra Fenomena Arus Lintas Indonesia ini sangat menarik Pasifik ke Samudra Hindia. para peneliti oseanografi dunia maupun Indonesia. Dalam rangka itu maka pada 12 Desember 2002 di Selain itu juga tidak boleh terlupakan ialah Scripps Institution of Oceanography, San Diego - ancaman alamiah (natural hazards) terhadap Amerika dibuatlah kesepakatan bersama antara ekosistem laut sekaligus biota yang hidup di Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Belanda dan dalamnya atau manusia yang hidup di dekatnya. Perancis untuk melakukan Ekspedisi INSTANT Ancaman ini ada yang bersifat hayati maupun non-(International Nusantara STratification ANd hayati. Mulai ledakan pertumbuhan plankton Transport) dari tahun 2003 sampai tahun 2007. beracun (HAB = harmfull algal bloom), gempa Aktifitas yang dilakukan di Selat Makassar, Pintasan tektonik maupun vulkanik yang mengakibatkan Lifamatola Selat Lombok, Selat Ombai, dan di gelombang tsunami, ataupun masalah siklon tropis Pintasan Timor adalah memasang beberapa yang mengakibatkan badai hujan yang mooring, mengangkat dan memasang kembali menimbulkan banjir, tanah longsor, angin ribut mooring serta mengangkat mooring.ataupun kecelakaan kapal.

Setiap tahun, dengan wahana apung Kapal Riset Baruna Jaya I dan Baruna Jaya VIII, Ekspedisi ini 1. Ekspedisi INSTANTdiikuti oleh para peneliti dan dosen serta 2. Ekspedisi Antartika

mahasiswa dari kelima negara. Selain pemasangan Sedang peralatan statis adalah peralatan yang mooring, selama ekspedisi juga dilakukan dibenamkan di laut pada jangka waktu dan posisi Pemasangan alat Pengukur Tekanan Laut Dangkal, tertentu. Peralatan statis ini dapat dikelompokkan Pengukuran CTD - Conductivity Temperature lagi atas peralatan yang dipasang secara Depth, Pengambilan Sampel Air, Pengukuran rangkaian menggunakan teknik tambatan, dan Kecepatan Dan Arah Arus, Pengukuran Parameter atau terpisah Nir-Tambatan. Teknik tambatan Meteorologi dan Pengamatan Mamalia Laut didefinisikan sebagai penambatan beberapa alat Dalam Ekspedisi ini keandalan dan kelengkapan pengukur parameter oseanografi dalam suatu fasilitas, tidak pernah luput dari perhatian para untaian. Peralatan ini ditambatkan secara pakar Oseanografi negara peserta. berurutan pada kedalaman tertentu. Pengembangan kapasitas dan kapabilitas serta pengembangan sumberdaya manusia yang Dengan dukungan peralatan tersebut maka kompeten dibidang Oseanografi. Peralatan yang informasi dan manfaat yang diperoleh dalam digunakan adalah untuk mengukur secara in situ ekspedisi ini antara lain masa air yang akurat kondisi oseanografi mulai dari lapisan permukaan representasi ARLINDO yang tepat untuk hingga mencapai kedalaman sekitar 2000 meter memodelkan perubahan iklim, kemampuan untuk di bawah permukaan laut. Peralatan tersebut mensimulasi dan memprakirakan variabilitas iklim, dikelompokkan atas : Peralatan Tambatan Laut

prakiraan El Nino dan La Nina serta Asian-Jeluk (Deep Sea Mooring), Peralatan Nir-Tambatan

Australian Monsoon dan pemahaman proses yang (Non-Mooring) dan Peralatan Pendukung

mendukung stok ikan dengan menghitung Penelitian Lainnya.

Dinamika danKebencanaan Laut

Page 7: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang

EKSPEDISI INSTANT

Aktifitas Kegiatan

3. Argo Float dan GOOS4. Dinamika Marin-AtmosferKepulauan Indonesia yang letaknya menyebar di

sebelah-menyebelah katulistiwa, iklim dan cuacanya pada keadaan normalnya sangat

(International Nusantara STratification ANd bergantung pada peralihan atau pelangsungan Transport) (course) Sistem Monsun Austro-Asia di kawasan

ini. Kaadaan iklim dan cuaca ini sangat bervariasi Perairan Indonesia merupakan zona kritikal sesuai dengan variabiliti monsun, dan 'chokepoint' untuk memahami variabilitas iklim berhubungan dengan fenomena interaksi laut-seperti El Nino dan La Nina. Ada aliran massa air atmosfer yang berawal di Samudra Pasifik (El dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia Nino/La Nina) dan di Samudra Hindia (Modus melewati perairan Indonesia, yang dikenal sebagai Dwikutub Hindia = Indian Dipole Mode).Arus Lintas Indonesia. Pada saat terjadi El Nino, elevasi muka air rerata di bagian barat Samudra Kondisi dan karakteristik massa airnya pun di Pasifik turun, maka arus ini akan melemah. Indikasi lapisan paras dan lapisan terkincau (mixed layer) bahwa jika Arus Lintas Indonesia mulai melemah ikut dipengaruhi oleh Sistem Monsun Austro-Asia maka akan terjadi El Nino.dan di lapisan-lapisan jeluk terutama dipengaruhi

oleh arus Arlindo yang mengalir dari Samudra Fenomena Arus Lintas Indonesia ini sangat menarik Pasifik ke Samudra Hindia. para peneliti oseanografi dunia maupun Indonesia. Dalam rangka itu maka pada 12 Desember 2002 di Selain itu juga tidak boleh terlupakan ialah Scripps Institution of Oceanography, San Diego - ancaman alamiah (natural hazards) terhadap Amerika dibuatlah kesepakatan bersama antara ekosistem laut sekaligus biota yang hidup di Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Belanda dan dalamnya atau manusia yang hidup di dekatnya. Perancis untuk melakukan Ekspedisi INSTANT Ancaman ini ada yang bersifat hayati maupun non-(International Nusantara STratification ANd hayati. Mulai ledakan pertumbuhan plankton Transport) dari tahun 2003 sampai tahun 2007. beracun (HAB = harmfull algal bloom), gempa Aktifitas yang dilakukan di Selat Makassar, Pintasan tektonik maupun vulkanik yang mengakibatkan Lifamatola Selat Lombok, Selat Ombai, dan di gelombang tsunami, ataupun masalah siklon tropis Pintasan Timor adalah memasang beberapa yang mengakibatkan badai hujan yang mooring, mengangkat dan memasang kembali menimbulkan banjir, tanah longsor, angin ribut mooring serta mengangkat mooring.ataupun kecelakaan kapal.

Setiap tahun, dengan wahana apung Kapal Riset Baruna Jaya I dan Baruna Jaya VIII, Ekspedisi ini 1. Ekspedisi INSTANTdiikuti oleh para peneliti dan dosen serta 2. Ekspedisi Antartika

mahasiswa dari kelima negara. Selain pemasangan Sedang peralatan statis adalah peralatan yang mooring, selama ekspedisi juga dilakukan dibenamkan di laut pada jangka waktu dan posisi Pemasangan alat Pengukur Tekanan Laut Dangkal, tertentu. Peralatan statis ini dapat dikelompokkan Pengukuran CTD - Conductivity Temperature lagi atas peralatan yang dipasang secara Depth, Pengambilan Sampel Air, Pengukuran rangkaian menggunakan teknik tambatan, dan Kecepatan Dan Arah Arus, Pengukuran Parameter atau terpisah Nir-Tambatan. Teknik tambatan Meteorologi dan Pengamatan Mamalia Laut didefinisikan sebagai penambatan beberapa alat Dalam Ekspedisi ini keandalan dan kelengkapan pengukur parameter oseanografi dalam suatu fasilitas, tidak pernah luput dari perhatian para untaian. Peralatan ini ditambatkan secara pakar Oseanografi negara peserta. berurutan pada kedalaman tertentu. Pengembangan kapasitas dan kapabilitas serta pengembangan sumberdaya manusia yang Dengan dukungan peralatan tersebut maka kompeten dibidang Oseanografi. Peralatan yang informasi dan manfaat yang diperoleh dalam digunakan adalah untuk mengukur secara in situ ekspedisi ini antara lain masa air yang akurat kondisi oseanografi mulai dari lapisan permukaan representasi ARLINDO yang tepat untuk hingga mencapai kedalaman sekitar 2000 meter memodelkan perubahan iklim, kemampuan untuk di bawah permukaan laut. Peralatan tersebut mensimulasi dan memprakirakan variabilitas iklim, dikelompokkan atas : Peralatan Tambatan Laut

prakiraan El Nino dan La Nina serta Asian-Jeluk (Deep Sea Mooring), Peralatan Nir-Tambatan

Australian Monsoon dan pemahaman proses yang (Non-Mooring) dan Peralatan Pendukung

mendukung stok ikan dengan menghitung Penelitian Lainnya.

Dinamika danKebencanaan Laut

Page 8: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

pengaruh dari ocean mixing dan sea-air fluxes pada laut-laut yang berpengaruh, seperti Laut Flores dan Laut Banda.

Kegiatan lapangan Ekspedisi INSTANT telah berakhir di akhir tahun 2006, namun saat ini kegiatan pengolahan data terus dilakukan baik di dalam maupun diluar negeri. Dengan besarnya potensi data yang terkumpul melalui program ini diharapkan bisa menjawab berbagai permasalahan yang terkait dengan pergerakan massa air yang melintasi perairan Indonesia beserta dampak yang dibawanya, baik dari aspek oseanografi, klimatologi dan perikanan.

Beberapa hasil Ekpedisi ini disajikan dalam tulisan ilmiah yang telah dipublikasikan dan dipresentasikan dalam seminar nasional maupun internasional, demikian juga dalam bentuk buku review tentang Arlindo (ISBN 979-3768-08-8), Menguak Arus Lintas Indonesia (ISBN 979-3768-06-1) dan Atlas Laut Indonesia 2005 (ISBN 979-3768-09-6). Sedang untuk hasil dalam capacity building dari kegiatan ini antara lain pelatihan pengolahan data bagi para peneliti muda Indonesia selama 3 bulan di CSIRO Australia dan NIOZ Belanda, serta studi pasca sarjana di LDEO, Columbia University, Amerika. Disamping itu data-data dari Ekspedisi ini juga digunakan untuk tugas akhir dan tesis para mahasiswa S1 dan S2 dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, IPB, UNRI, UNDIP, UHT dan STTAL.

Antartika selalu menjadi laboratorium dunia yang menarik bagi para peneliti dari berbagai negara, termasuk para peneliti Indonesia. Menyadari hal itu, Badan Riset Kelautan dan Perikanan – Departemen Kelautan dan Perikanan mengirimkan para peneliti Indonesia untuk bergabung bersama para peneliti Internasional lainnya melakukan ekspedisi Antartika. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang kontinyu dilakukan sejak tahun 2000/01 hingga tahun 2005/06, dalam bentuk kerjasama dengan Pemerintah Australia, melalui Australian Antarctic Division (AAD).

Ekspedisi Antartika merupakan kegiatan penelitian Internasional yang bertujuan mempromosikan nilai Benua Antartika dan Pulau-pulau di sekitarnya serta perairan yang mengelilinginya bagi kepentingan umat manusia, melindungi integritas kehidupan margasatwa dan ekosistemnya yang

EKSPEDISI ANTARTIKA (2002 – 2006)

unik dan asli, dan untuk memahami bagaimana ilmuwan kedua Indonesia yang berhasil mendarat daerah ini mempengaruhi proses-proses fisik yang di Antartika. Ekspedisi ini melakukan penelitian mengatur iklim dan ekologi bumi ini. Selain tentang potensi ikan es, sejenis makarel, yang ada memperoleh gambaran kondisi perairan Antartika di Perairan Antartika guna mengetahui apakah dan manfaatnya baik langsung maupun tidak volume rantai makanan di perairan sekitar langsung bagi Indonesia, kegiatan ekspedisi ini Antartika cukup tersedia. Kegiatan yang dikenal juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya sebagai Predator Prey Investigation Ecosystem peneliti dan kompetensi mereka di tingkat Study ini dipimpin oleh ilmuwan biologi Australian Internasional. Antarctic Division (AAD), Dr. Richard Williams,

menggunakan kapal riset Aurora Australis.Tahun 2001/2002, Indonesia mengirimkan Dr. Agus Supangat dari Pusris Wilayah Laut dan Anastasia Rita Tisiana Dwi Kuswardhani, MT dari Sumberdaya Non Hayati - BRKP dan Muhammad Badan Riset Kelautan dan Perikanan serta Lusia Lukman dari Universitas Hasanuddin. Titik berat Manu, MSc dari Universitas Sam Ratulangi, ekspedisi adalah pada bidang Oseanografi Manado adalah ilmuwan Indonesia berikutnya terutama untuk mempelajari perilaku arus laut di yang bergabung dengan tim ekspedisi Antartika perairan Antartika dan interaksinya terhadap tahun 2004/2005. Pengukuran oseanografi perairan Indonesia. Selain itu dilakukan dilakukan di sepanjang jalur ekspedisi yaitu berupa pemancangan bendera Merah Putih di benua arus, kedalaman, salinitas dan temperatur. Hasil Antartika. kajian awal Tim Ekspedisi Antartika Voyage III ini

menunjukkan adanya penurunan kadar garam di Tim Ekspedisi Antartika 2002/2003, yang terdiri perairan sekitar Benua Antartika. Sebaliknya dari Ichwan Makmur Nasution, M.Sc, dan Vera kandungan chlorofluorocarbon (CFC) meningkat Sabariah yang kemudian menjadi perempuan signifikan. Selain itu data tingkat salinitas hasil Indonesia pertama yang menjejakkan kaki di pengukuran saat ini ternyata lebih rendah benua Antartika. Salah satu topik kajian Tim dibandingkan satu dekade sebelumnya. Dari data-Antartika 2003 dari Indonesia adalah studi data tersebut disimpulkan bahwa telah terjadi ganesa, sebaran serta potensi udang krill pencairan es di Kutub Selatan. (Euphausia superba) yang dikenal sebagai udang khas benua Antartika, di perairan sekitar Pada tahun 2005/2006, Agustinus Anung Widodo Antartika. Prakiraan potensi krill di Antartika bisa (bidang cetacean) dari Balai Riset Perikanan Laut-mencapai 500 juta ton/tahun. Ini adalah sumber Pusat Riset Perikanan Tangkap-BRKP dan Dharma makanan utama habitat laut di Antartika dan di Arif Nugroho (bidang biologi krill) dari P2O-LIPI perairan Samudera Selatan. Mereka juga menjadi ekspedisioner. Ekspedisi saat ini menemukan bahwa udang krill ini ternyata dinamakan BROKE-West, Baseline Research of dijumpai pula di Samudera Hindia sebelah selatan Oceanography, Krill and the Environment dengan Jawa dan Nusa Tenggara. tujuan antara lain untuk mengetahui kelimpahan Tahun 2003/2004, Utami Retno Kadarwati sumberdaya krill secara akurat dalam rangka menjadi anggota tim ekspedisi dari Badan Riset menentukan batasan jumlah krill yang dapat Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan dieksloitasi di southern ocean. Perikanan Indonesia dan merupakan perempuan

Page 9: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

pengaruh dari ocean mixing dan sea-air fluxes pada laut-laut yang berpengaruh, seperti Laut Flores dan Laut Banda.

Kegiatan lapangan Ekspedisi INSTANT telah berakhir di akhir tahun 2006, namun saat ini kegiatan pengolahan data terus dilakukan baik di dalam maupun diluar negeri. Dengan besarnya potensi data yang terkumpul melalui program ini diharapkan bisa menjawab berbagai permasalahan yang terkait dengan pergerakan massa air yang melintasi perairan Indonesia beserta dampak yang dibawanya, baik dari aspek oseanografi, klimatologi dan perikanan.

Beberapa hasil Ekpedisi ini disajikan dalam tulisan ilmiah yang telah dipublikasikan dan dipresentasikan dalam seminar nasional maupun internasional, demikian juga dalam bentuk buku review tentang Arlindo (ISBN 979-3768-08-8), Menguak Arus Lintas Indonesia (ISBN 979-3768-06-1) dan Atlas Laut Indonesia 2005 (ISBN 979-3768-09-6). Sedang untuk hasil dalam capacity building dari kegiatan ini antara lain pelatihan pengolahan data bagi para peneliti muda Indonesia selama 3 bulan di CSIRO Australia dan NIOZ Belanda, serta studi pasca sarjana di LDEO, Columbia University, Amerika. Disamping itu data-data dari Ekspedisi ini juga digunakan untuk tugas akhir dan tesis para mahasiswa S1 dan S2 dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia seperti ITB, IPB, UNRI, UNDIP, UHT dan STTAL.

Antartika selalu menjadi laboratorium dunia yang menarik bagi para peneliti dari berbagai negara, termasuk para peneliti Indonesia. Menyadari hal itu, Badan Riset Kelautan dan Perikanan – Departemen Kelautan dan Perikanan mengirimkan para peneliti Indonesia untuk bergabung bersama para peneliti Internasional lainnya melakukan ekspedisi Antartika. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang kontinyu dilakukan sejak tahun 2000/01 hingga tahun 2005/06, dalam bentuk kerjasama dengan Pemerintah Australia, melalui Australian Antarctic Division (AAD).

Ekspedisi Antartika merupakan kegiatan penelitian Internasional yang bertujuan mempromosikan nilai Benua Antartika dan Pulau-pulau di sekitarnya serta perairan yang mengelilinginya bagi kepentingan umat manusia, melindungi integritas kehidupan margasatwa dan ekosistemnya yang

EKSPEDISI ANTARTIKA (2002 – 2006)

unik dan asli, dan untuk memahami bagaimana ilmuwan kedua Indonesia yang berhasil mendarat daerah ini mempengaruhi proses-proses fisik yang di Antartika. Ekspedisi ini melakukan penelitian mengatur iklim dan ekologi bumi ini. Selain tentang potensi ikan es, sejenis makarel, yang ada memperoleh gambaran kondisi perairan Antartika di Perairan Antartika guna mengetahui apakah dan manfaatnya baik langsung maupun tidak volume rantai makanan di perairan sekitar langsung bagi Indonesia, kegiatan ekspedisi ini Antartika cukup tersedia. Kegiatan yang dikenal juga dapat meningkatkan kualitas sumberdaya sebagai Predator Prey Investigation Ecosystem peneliti dan kompetensi mereka di tingkat Study ini dipimpin oleh ilmuwan biologi Australian Internasional. Antarctic Division (AAD), Dr. Richard Williams,

menggunakan kapal riset Aurora Australis.Tahun 2001/2002, Indonesia mengirimkan Dr. Agus Supangat dari Pusris Wilayah Laut dan Anastasia Rita Tisiana Dwi Kuswardhani, MT dari Sumberdaya Non Hayati - BRKP dan Muhammad Badan Riset Kelautan dan Perikanan serta Lusia Lukman dari Universitas Hasanuddin. Titik berat Manu, MSc dari Universitas Sam Ratulangi, ekspedisi adalah pada bidang Oseanografi Manado adalah ilmuwan Indonesia berikutnya terutama untuk mempelajari perilaku arus laut di yang bergabung dengan tim ekspedisi Antartika perairan Antartika dan interaksinya terhadap tahun 2004/2005. Pengukuran oseanografi perairan Indonesia. Selain itu dilakukan dilakukan di sepanjang jalur ekspedisi yaitu berupa pemancangan bendera Merah Putih di benua arus, kedalaman, salinitas dan temperatur. Hasil Antartika. kajian awal Tim Ekspedisi Antartika Voyage III ini

menunjukkan adanya penurunan kadar garam di Tim Ekspedisi Antartika 2002/2003, yang terdiri perairan sekitar Benua Antartika. Sebaliknya dari Ichwan Makmur Nasution, M.Sc, dan Vera kandungan chlorofluorocarbon (CFC) meningkat Sabariah yang kemudian menjadi perempuan signifikan. Selain itu data tingkat salinitas hasil Indonesia pertama yang menjejakkan kaki di pengukuran saat ini ternyata lebih rendah benua Antartika. Salah satu topik kajian Tim dibandingkan satu dekade sebelumnya. Dari data-Antartika 2003 dari Indonesia adalah studi data tersebut disimpulkan bahwa telah terjadi ganesa, sebaran serta potensi udang krill pencairan es di Kutub Selatan. (Euphausia superba) yang dikenal sebagai udang khas benua Antartika, di perairan sekitar Pada tahun 2005/2006, Agustinus Anung Widodo Antartika. Prakiraan potensi krill di Antartika bisa (bidang cetacean) dari Balai Riset Perikanan Laut-mencapai 500 juta ton/tahun. Ini adalah sumber Pusat Riset Perikanan Tangkap-BRKP dan Dharma makanan utama habitat laut di Antartika dan di Arif Nugroho (bidang biologi krill) dari P2O-LIPI perairan Samudera Selatan. Mereka juga menjadi ekspedisioner. Ekspedisi saat ini menemukan bahwa udang krill ini ternyata dinamakan BROKE-West, Baseline Research of dijumpai pula di Samudera Hindia sebelah selatan Oceanography, Krill and the Environment dengan Jawa dan Nusa Tenggara. tujuan antara lain untuk mengetahui kelimpahan Tahun 2003/2004, Utami Retno Kadarwati sumberdaya krill secara akurat dalam rangka menjadi anggota tim ekspedisi dari Badan Riset menentukan batasan jumlah krill yang dapat Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan dieksloitasi di southern ocean. Perikanan Indonesia dan merupakan perempuan

Page 10: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

ARGO FLOAT DAN GOOSArgo float dan data yang dihasilkan dapat Indonesia sebagai anggota dari komunitas riset dikatakan sebagai berikut :1) The Ship-of-kelautan dunia, melakukan riset bersama CSIRO Opportunity XBT and moorings thermal network. Marine Research – Australia dalam hal Argo merupakan turunan dari network XBT yang pemantauan (monitoring) laut yang bekerja secara mengukur temperatur permukaan laut, dengan kontinyu menggunakan suatu instrumen tambahan kemampuan untuk spatial coverage “Robotic/Autonomous Profiling Floats” atau lebih and extent, kedalaman dan akurasi yang tinggi. dikenal dengan nama “Argo Floats”. Instrumen Selain itu float Argo juga harus mampu yang telah di-deploy di Samudera Hindia (sejak mengumpulkan data tentang salinitas dan September 2002) ini bertenaga baterai dan reference velocity. 2) TOPEX/POSEIDON altimetric bekerja secara otomatis dengan menggunakan data. Integrasi data pada float dengan data pompa hidrolik untuk manuver vertikal mengukur altimetri merupakan salah satu parameter penting temperatur dan salinitas air hingga kedalaman yang harus dilakukan saat desain awal. Oleh 2000 meter. Kegiatan ini masuk dalam jaringan karena itu, desain float harus mempunyai internasional GOOS(Global Ocean Obser-vation kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-System) sehingga bisa mengakses 3000 float di persoalan yang berhubungan dengan klimat seluruh dunia.seperti yang telah dilakukan oleh data altimeter Studi ini mengkhususkan diri pada analisis (TOPEX/POSEIDON). 3) WOCE hydrographic and stratifikasi air laut dan variabilitasnya berdasarkan float data. Argo dapat dikatakan merupakan versi data-data salinitas, temperatur, dan tekanan air baru dari WOCE. Dan sebagaimana diketahui, laut (S, T, P) di kawasan Samudera Hindia tersebut float WOCE selama ini adalah satu-satunya dari hasil pengukuran ARGO FLOAT yang dikelola sumber data untuk keperluan estimasi spesifik oleh CSIRO – Australia. Sehingga dari data S, T, P dengan menggunakan tekanan sebagai referensi. dari ARGO FLOAT bisa diketahui profil dan Karena itu desain float Argo harus dapat variabilitas data S, T, P dan estimasi kedalaman memperluas rentang daerah pengukuran float stratifikasi air laut dan variabilitasnya, yaitu: WOCE. 4) Requirements for constraint of ocean lapisan tercampur (mixed layer), lapisan dimana models. Data dari suatu pengukuran in situ akan faktor oseanografis berubah cepat, yaitu dimana lebih akurat bila digabungkan dengan data/citra terjadi perubahan cepat pada suhu (termoklin), satelit dan model, selain juga meningkatkan ocean salinitas (haloklin), dan densitas (piknoklin), dan state estimation, ocean forecasts and prediction lapisan laut dalam (deep layer).dan untuk mengetahui lebih dalam tentang coupled climate system.

Komponen utama Argo float adalah sebuah sensor CTD buatan SEABIRD yang dipasang pada sebuah pelampung robotic yang bisa secara otomatis bergerak naik-turun dalam selang waktu setiap 10 hari sekali.

Hasil salah satu studi Argo Float ini telah menunjukkan bahwa kedalaman lapisan termoklin dan haloklin di sekitar kepulauan Andaman, Nicobar, dan Nias antara 120 – 150 meter. Informasi ini sangat diperlukan sebagai masukan pemodelan oseanografi, baik yang terkait dengan sistem peringatan dini tsunami maupun untuk keperluan lain seperti estimasi lokasi penangkapan ikan di laut. Variabilitas faktor salinitas, temperatur, dan densitas air laut di sekitar lokasi studi sangat dipengaruhi dan mempengaruhi sistem arus di Samudra India, khususnya oleh arus monsoon ekuatorial (EMC) dan arus pantai India

timur (EICC). Pada saat monsoon TL (sekitar bulan mekanisme penyebaran kelimpahan energi (dari Desember-April), EMC dan EICC bergerak ke arah matahari) yang dari daerah ekuator ke daerah barat sehingga massa air dari sekitar lokasi studi kutub. Sementara itu, efektifitas dan dibawa menuju ke Samudra India mempengaruhi kesetimbangan penyerapan energi dari matahari massa air di sana. Pada saat monsoon BD (sekitar oleh bumi ditentukan oleh komposisi konstituen bulan Juni-Oktober), EMC dan EICC bergerak ke minor dan jumlah aerosol atau partikulat di arah timur sehingga massa air Samudra India atmosfer. Dalam hal ini, antara laut dan atmosfer mempengaruhi massa air di sekitar lokasi studi. terjadi pertukaran gas-gas yang berperan penting Data-data Argo di sekitar lokasi studi ini cukup bagi iklim seperti CO2 (gas rumah kaca) dan representatif digunakan untuk pemantauan dimetil sulfat pembentuk aerosol yang berdampak variabilitas iklim monsoon di Indonesia dan sistem mendinginkan (kebalikan dari efek rumah kaca). arus di Samudra Hindia dan di kepulauan Pertukaran materi antara laut-atmosfer dalam Nusantara. bentuk uap air dan hujan jelas merupakan faktor

dominan dalam sistem cuaca dan iklim bumi.

Interaksi laut-atmosfer berskala global telah Hasil-hasil penelitian mutakhir mengenai dinamika banyak diteliti oleh para ahli baik dari sisi sains laut dan atmosfer menunjukkan bahwa atmosfer maupun oseanografi. Fenomena seperti pemahaman mengenai interaksi antara keduanya El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai Ocean Dipole Mode (IODM) merupakan dua fenomena cuaca dan iklim di daerah Benua fenomena iklim global yang mempengaruhi Maritim Indonesia (BMI). Kajian mengenai seluruh atau sebagian sistem iklim di BMI, yang interaksi laut-atmosfer pada intinya ditujukan diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera untuk mengetahui mekanisme dan proses-proses Hindia. Dalam skala waktu yang lebih pendek yang menentukan pertukaran energi dan materi fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), yang di dekat batas laut-atmosfer. Energi dalam bentuk berkaitan dengan adanya gerakan pusat momentum pada umumnya ditransfer dari pembentukan awan (konveksi) dari tengah atmosfer ke laut berupa stress angin yang Samudera Hindia ke arah timur menuju Samudera membangkitkan gelombang dan arus laut. Karena Pasifik, diketahui dapat membangkitkan laut dapat menyerap dengan baik radiasi gelombang Kelvin di laut (oceanic Kelvin wave). gelombang pendek dari matahari sebagai sumber Dalam berbagai teori tentang mekanisme ENSO panas, maka energi dalam bentuk panas laten dan IODM, gelombang Kelvin disebutkan dapat maupun panas sensible banyak ditransfer dari laut mempengaruhi kedalam termoklin dan memicu ke atmosfer. Iklim bumi pada dasarnya dibangun terjadinya perubahan temperatur muka air laut. oleh dinamika atmosfer dan laut dimana terjadi

DINAMIKA MARIN-ATMOSFER

Page 11: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

ARGO FLOAT DAN GOOSArgo float dan data yang dihasilkan dapat Indonesia sebagai anggota dari komunitas riset dikatakan sebagai berikut :1) The Ship-of-kelautan dunia, melakukan riset bersama CSIRO Opportunity XBT and moorings thermal network. Marine Research – Australia dalam hal Argo merupakan turunan dari network XBT yang pemantauan (monitoring) laut yang bekerja secara mengukur temperatur permukaan laut, dengan kontinyu menggunakan suatu instrumen tambahan kemampuan untuk spatial coverage “Robotic/Autonomous Profiling Floats” atau lebih and extent, kedalaman dan akurasi yang tinggi. dikenal dengan nama “Argo Floats”. Instrumen Selain itu float Argo juga harus mampu yang telah di-deploy di Samudera Hindia (sejak mengumpulkan data tentang salinitas dan September 2002) ini bertenaga baterai dan reference velocity. 2) TOPEX/POSEIDON altimetric bekerja secara otomatis dengan menggunakan data. Integrasi data pada float dengan data pompa hidrolik untuk manuver vertikal mengukur altimetri merupakan salah satu parameter penting temperatur dan salinitas air hingga kedalaman yang harus dilakukan saat desain awal. Oleh 2000 meter. Kegiatan ini masuk dalam jaringan karena itu, desain float harus mempunyai internasional GOOS(Global Ocean Obser-vation kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-System) sehingga bisa mengakses 3000 float di persoalan yang berhubungan dengan klimat seluruh dunia.seperti yang telah dilakukan oleh data altimeter Studi ini mengkhususkan diri pada analisis (TOPEX/POSEIDON). 3) WOCE hydrographic and stratifikasi air laut dan variabilitasnya berdasarkan float data. Argo dapat dikatakan merupakan versi data-data salinitas, temperatur, dan tekanan air baru dari WOCE. Dan sebagaimana diketahui, laut (S, T, P) di kawasan Samudera Hindia tersebut float WOCE selama ini adalah satu-satunya dari hasil pengukuran ARGO FLOAT yang dikelola sumber data untuk keperluan estimasi spesifik oleh CSIRO – Australia. Sehingga dari data S, T, P dengan menggunakan tekanan sebagai referensi. dari ARGO FLOAT bisa diketahui profil dan Karena itu desain float Argo harus dapat variabilitas data S, T, P dan estimasi kedalaman memperluas rentang daerah pengukuran float stratifikasi air laut dan variabilitasnya, yaitu: WOCE. 4) Requirements for constraint of ocean lapisan tercampur (mixed layer), lapisan dimana models. Data dari suatu pengukuran in situ akan faktor oseanografis berubah cepat, yaitu dimana lebih akurat bila digabungkan dengan data/citra terjadi perubahan cepat pada suhu (termoklin), satelit dan model, selain juga meningkatkan ocean salinitas (haloklin), dan densitas (piknoklin), dan state estimation, ocean forecasts and prediction lapisan laut dalam (deep layer).dan untuk mengetahui lebih dalam tentang coupled climate system.

Komponen utama Argo float adalah sebuah sensor CTD buatan SEABIRD yang dipasang pada sebuah pelampung robotic yang bisa secara otomatis bergerak naik-turun dalam selang waktu setiap 10 hari sekali.

Hasil salah satu studi Argo Float ini telah menunjukkan bahwa kedalaman lapisan termoklin dan haloklin di sekitar kepulauan Andaman, Nicobar, dan Nias antara 120 – 150 meter. Informasi ini sangat diperlukan sebagai masukan pemodelan oseanografi, baik yang terkait dengan sistem peringatan dini tsunami maupun untuk keperluan lain seperti estimasi lokasi penangkapan ikan di laut. Variabilitas faktor salinitas, temperatur, dan densitas air laut di sekitar lokasi studi sangat dipengaruhi dan mempengaruhi sistem arus di Samudra India, khususnya oleh arus monsoon ekuatorial (EMC) dan arus pantai India

timur (EICC). Pada saat monsoon TL (sekitar bulan mekanisme penyebaran kelimpahan energi (dari Desember-April), EMC dan EICC bergerak ke arah matahari) yang dari daerah ekuator ke daerah barat sehingga massa air dari sekitar lokasi studi kutub. Sementara itu, efektifitas dan dibawa menuju ke Samudra India mempengaruhi kesetimbangan penyerapan energi dari matahari massa air di sana. Pada saat monsoon BD (sekitar oleh bumi ditentukan oleh komposisi konstituen bulan Juni-Oktober), EMC dan EICC bergerak ke minor dan jumlah aerosol atau partikulat di arah timur sehingga massa air Samudra India atmosfer. Dalam hal ini, antara laut dan atmosfer mempengaruhi massa air di sekitar lokasi studi. terjadi pertukaran gas-gas yang berperan penting Data-data Argo di sekitar lokasi studi ini cukup bagi iklim seperti CO2 (gas rumah kaca) dan representatif digunakan untuk pemantauan dimetil sulfat pembentuk aerosol yang berdampak variabilitas iklim monsoon di Indonesia dan sistem mendinginkan (kebalikan dari efek rumah kaca). arus di Samudra Hindia dan di kepulauan Pertukaran materi antara laut-atmosfer dalam Nusantara. bentuk uap air dan hujan jelas merupakan faktor

dominan dalam sistem cuaca dan iklim bumi.

Interaksi laut-atmosfer berskala global telah Hasil-hasil penelitian mutakhir mengenai dinamika banyak diteliti oleh para ahli baik dari sisi sains laut dan atmosfer menunjukkan bahwa atmosfer maupun oseanografi. Fenomena seperti pemahaman mengenai interaksi antara keduanya El Nino Southern Oscillation (ENSO) dan Indian merupakan kunci untuk menjelaskan berbagai Ocean Dipole Mode (IODM) merupakan dua fenomena cuaca dan iklim di daerah Benua fenomena iklim global yang mempengaruhi Maritim Indonesia (BMI). Kajian mengenai seluruh atau sebagian sistem iklim di BMI, yang interaksi laut-atmosfer pada intinya ditujukan diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera untuk mengetahui mekanisme dan proses-proses Hindia. Dalam skala waktu yang lebih pendek yang menentukan pertukaran energi dan materi fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), yang di dekat batas laut-atmosfer. Energi dalam bentuk berkaitan dengan adanya gerakan pusat momentum pada umumnya ditransfer dari pembentukan awan (konveksi) dari tengah atmosfer ke laut berupa stress angin yang Samudera Hindia ke arah timur menuju Samudera membangkitkan gelombang dan arus laut. Karena Pasifik, diketahui dapat membangkitkan laut dapat menyerap dengan baik radiasi gelombang Kelvin di laut (oceanic Kelvin wave). gelombang pendek dari matahari sebagai sumber Dalam berbagai teori tentang mekanisme ENSO panas, maka energi dalam bentuk panas laten dan IODM, gelombang Kelvin disebutkan dapat maupun panas sensible banyak ditransfer dari laut mempengaruhi kedalam termoklin dan memicu ke atmosfer. Iklim bumi pada dasarnya dibangun terjadinya perubahan temperatur muka air laut. oleh dinamika atmosfer dan laut dimana terjadi

DINAMIKA MARIN-ATMOSFER

Page 12: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

ENSO atau El Nino southern oscillation adalah fenomena alam global yang berpusat di samudra Pasifik. Fluktuasi atau osilasi dari ENSO terdiri dari tiga fenomena yaitu kondisi normal, El Nino dan La Nina.Dampak atau pengaruh El Nino tidak seragam dalam tahun kejadian El Nino. Ada bulan bulan dimana dampak tersebut menjadi maksimal dan ada saat kapan dampak tersebut mulai terasa. Episode El Nino mulai terasa pada bulan April dan berkembang hingga mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September. Setelah itu dampak dari El Nino tersebut akan menghilang pada akhir tahun. Karena dampak dari ENSO sangat terasa pada saat Indonesia mengalami musim kemaran, maka dari gejala alam diatas, yaitu El Nino dan La Nina, kasus El Nino akan memberikan dampak yang lebih merusak. Hal ini dikarenakan sifat dari El Nino yang akan memberikan kekeringan yang lebih pada saat kita mengalami musim yang telah kering. Sedangkan pada kasus tahun La Nina, kekeringan di musim kemarau akan berkurang dengan kejadian sebaliknya dari El Nino. Dampak ENSO akan tidak terasa pada puncak musim hujan karena sistim monsoon dan arus laut menghambat pengaruh tersebut. Besarnya dampak El Nino pada musim kemarau dan menghilangnya dampak tersebut pada musim hujan lebih disebabkan oleh sirkulasi laut wilayah Indonesia. Pada pertengahan musim kemarau, arus laut akan mengalirkan masa laut dari wilayah kolam hangat ke wilayah timur Indonesia. Pada saat El Nino, sirkulasi arus laut ini membawa masa air dingin yang menghambat hujan ke wilayah Indonesia. Pada paruh setengah tahun berikutnya, sirkulasi arus laut akan membawa masa air dari wilayah Indonesia keluar menuju kolam hangat dan menghambat dampak ENSO bagi wilayah Indonesia.

Selain pengaruh dari samudra Pasifik, Indonesia, terutama wilayah bagian barat dipengaruhi oleh aktivitas lautan di samudra India. Sama seperti di samudra Pasifik, indikator pengaruh tersebut dinyatakan dengan besarnya nilai suhu permukaan laut. Di samudra India dikenal sebuah gejala yang disebut sebagai Indian Dipole yang agak berbeda dengan yang di Pasifik. Untuk di samudra India, dipole mengacu pada dua tempat sehingga aktivitas gejala tersebut ditandai dengan anomali dari perbedaan suhu muka laut kedua tempat tersebut. Perbedaan perubahan suhu muka laut untuk wilayah 50°E - 70°E / 10°S - 10°N (tengah samudra India) dikurangi 90°E -

110°E / 10°S – equator (sebelah barat pantai Sumatera adalah indikator gejala ini. Apabila terjadi indeks sangat negatif (dibawah -1) yang berarti suhu di tengah samudra India lebih hangat daripada di pantai barat Sumatera, maka wilayah Indonesia Bagian barat mendapat resiko kekeringan. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka wilayah yang sama akan mengalami curah hujan tinggi.

Untuk skala intra seasonal atau antara 30 – 90 hari, terdapat dominasi pengaruh pergerakan daerah konveksi dari samudra India ke arah timur yang merupakan perpanjangan dari aktivitas Indian Ocean Dipole. Dalam beberapa kasus terlihat bahwa pengaruh dari aktivitas Indian Dipole memberikan pengaruh jangka panjang terhadap kondisi waduk waduk di pulau Jawa. Pergerakan variabilitas intra seasonal ini membawa akibat daerah hujan yang tinggi pada daerah yang dilaluinya. Variabilitas atau osilasi intra seasonal ini dikenal dengan istilah Madden Julian Oscillation (MJO) sesuai nama pencetusnya.

Page 13: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

ENSO atau El Nino southern oscillation adalah fenomena alam global yang berpusat di samudra Pasifik. Fluktuasi atau osilasi dari ENSO terdiri dari tiga fenomena yaitu kondisi normal, El Nino dan La Nina.Dampak atau pengaruh El Nino tidak seragam dalam tahun kejadian El Nino. Ada bulan bulan dimana dampak tersebut menjadi maksimal dan ada saat kapan dampak tersebut mulai terasa. Episode El Nino mulai terasa pada bulan April dan berkembang hingga mencapai puncaknya pada bulan Agustus dan September. Setelah itu dampak dari El Nino tersebut akan menghilang pada akhir tahun. Karena dampak dari ENSO sangat terasa pada saat Indonesia mengalami musim kemaran, maka dari gejala alam diatas, yaitu El Nino dan La Nina, kasus El Nino akan memberikan dampak yang lebih merusak. Hal ini dikarenakan sifat dari El Nino yang akan memberikan kekeringan yang lebih pada saat kita mengalami musim yang telah kering. Sedangkan pada kasus tahun La Nina, kekeringan di musim kemarau akan berkurang dengan kejadian sebaliknya dari El Nino. Dampak ENSO akan tidak terasa pada puncak musim hujan karena sistim monsoon dan arus laut menghambat pengaruh tersebut. Besarnya dampak El Nino pada musim kemarau dan menghilangnya dampak tersebut pada musim hujan lebih disebabkan oleh sirkulasi laut wilayah Indonesia. Pada pertengahan musim kemarau, arus laut akan mengalirkan masa laut dari wilayah kolam hangat ke wilayah timur Indonesia. Pada saat El Nino, sirkulasi arus laut ini membawa masa air dingin yang menghambat hujan ke wilayah Indonesia. Pada paruh setengah tahun berikutnya, sirkulasi arus laut akan membawa masa air dari wilayah Indonesia keluar menuju kolam hangat dan menghambat dampak ENSO bagi wilayah Indonesia.

Selain pengaruh dari samudra Pasifik, Indonesia, terutama wilayah bagian barat dipengaruhi oleh aktivitas lautan di samudra India. Sama seperti di samudra Pasifik, indikator pengaruh tersebut dinyatakan dengan besarnya nilai suhu permukaan laut. Di samudra India dikenal sebuah gejala yang disebut sebagai Indian Dipole yang agak berbeda dengan yang di Pasifik. Untuk di samudra India, dipole mengacu pada dua tempat sehingga aktivitas gejala tersebut ditandai dengan anomali dari perbedaan suhu muka laut kedua tempat tersebut. Perbedaan perubahan suhu muka laut untuk wilayah 50°E - 70°E / 10°S - 10°N (tengah samudra India) dikurangi 90°E -

110°E / 10°S – equator (sebelah barat pantai Sumatera adalah indikator gejala ini. Apabila terjadi indeks sangat negatif (dibawah -1) yang berarti suhu di tengah samudra India lebih hangat daripada di pantai barat Sumatera, maka wilayah Indonesia Bagian barat mendapat resiko kekeringan. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka wilayah yang sama akan mengalami curah hujan tinggi.

Untuk skala intra seasonal atau antara 30 – 90 hari, terdapat dominasi pengaruh pergerakan daerah konveksi dari samudra India ke arah timur yang merupakan perpanjangan dari aktivitas Indian Ocean Dipole. Dalam beberapa kasus terlihat bahwa pengaruh dari aktivitas Indian Dipole memberikan pengaruh jangka panjang terhadap kondisi waduk waduk di pulau Jawa. Pergerakan variabilitas intra seasonal ini membawa akibat daerah hujan yang tinggi pada daerah yang dilaluinya. Variabilitas atau osilasi intra seasonal ini dikenal dengan istilah Madden Julian Oscillation (MJO) sesuai nama pencetusnya.

Page 14: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang

KIOS IPTEK

pendidikan pada masyarakat pengguna khususnya nelayan dan pembudidaya ikan dalam mengakses Suksesnya sebuah riset dinilai dari dan memperoleh informasi.dimanfaatkannya secara luas penemuan riset

tersebut oleh para pemangku kepentingan Tujuan disediakannya kios iptek antara lain : kelautan dan perikanan. Oleh karena itu penyiapan mendekatkan iptek kelautan dan perikanan ke paket teknologi kelautan dan perikanan; penyiapan masyarakat di daerah agar dapat menambah rekomendasi analisis pelaksanaan kebijakan wawasan masyarakat dalam bidang kelautan dan pembangunan kelautan serta diseminasi dan perikanan, memberikan kemudahan dalam promosi hasil riset kelautan dan perikanan mengakses dan memperoleh informasi iptek merupakan kebijakan dalam renstra BRKP untuk kelautan dan perikanan secara langsung oleh mempercepat proses penyerapan dan pemanfaatan masyarakat pengguna, peningkatan sumber daya hasil riset oleh para pemangku kepentingan manusia dan sumber daya informasi lokal dalam sebagai upaya pemasyarakatan IPTEK Kelautan dan memberikan pelayanan informasi Iptek terutama Perikanan. Hasil riset disosialisasikan melalui kepada masyarakat pengguna khususnya nelayan berbagai kegiatan diseminasi, promosi dan dan pembudidaya ikan,pemberdayaan unit-unit pelayanan jasa, forum/lokakarya, media elektronik pelayanan teknis lingkup Departemen dan cetak, pelatihan, pameran, kios IPTEK, gelar Kelautan dan Perikanan dalam penyediaan teknologi, dan perpustakaan maupun kaloborasi informasi Iptek Kelautandengan mitra. Hasil penelitian disebarkan pula

melalui penerbitan publikasi ilmiah berupa jurnal, warta dan audiovisual.

Aktifitas Kegiatan1. Kios Iptek, 2. Publikasi3. Pameran, Lokakarya, Forum, Seminar.4. Kerjasama Riset5. Peran di Dunia Internasional

Kios Iptek merupakan kegiatan Badan Riset Kelautan dan Perikanan dalam mengupayakan penyediaan informasi hasil Riset Kelautan dan Perikanan guna mendorong pemberdayaan dan pengembangan masyarakat berwawasan informasi dengan memberikan kemudahan, layanan dan

Diseminasi danPromosi

Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan BRKP Indonesia, seperti : oseanografi, akustik dan guna menunjang Pelabuhan Perikanan Samudera instrumentasi, inderaja, kewilayahan, sumberdaya dan Nusantara dalam menjalankan salah satu nonhayati, energi, arkeologi bawahair dan fungsinya yang tercantum pada Kep.Men. No. lingkungan. Naskah yang dimuat dalam jurnal ini 26i/MEN/2001 yaitu pengembangan dan terutama berasal dari hasil penelitian maupun pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil kajian konseptual yang berkaitan dengan kelautan riset. Informasi tersebut disediakan dalam bentuk : Indonesia, yang dilakukan oleh para peneliti, Model hasil riset, buku (jurnal, prosiding, buletin, akademisi, mahasiswa, maupun pemerhati buku panduan, laporan/kumpulan hasil penelitian permasalahan kelautan baik dari dalam dan luar dan warta), Leaflet dan booklet, Poster, VCD/CD negeri.rom. Kios Iptek binaan Pusris Wilnon berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat, yang mewakili wilayah Sumatera.

Kebijakan BRKP dalam rangka untuk mempercepat proses penyerapan dan

Hasil kegiatan penelitian Pusris Wilnon disebarkan pemanfaatan hasil riset oleh para pemangku melalui penerbitan publikasi ilmiah berupa buku, kepentingan merupakan upaya pemasyarakatan laporan teknis, jurnal, warta dan audiovisual. Ada IPTEK Kelautan dan Perikanan, melalui berbagai lebih dari 136 judul koleksi Buku Perpustakaan, kegiatan seperti pameran, forum/lokakarya, Buku terbitan WILNON – 20 judul, 6 topik leaflet, pelatihan, dan gelar teknologi. Ada beberapa Poster – 25 buah, Peta NKRI – 43 lembar dan event nasional yang selalu digunakan untuk Profil Pusris Wilnon – film (DVD) berdurasi – 5', melakukan diseminasi tersebut, antara lain :film dokumentasi kegiatan Ekspedisi INSTAN 1. Pameran Industri Bahariberdurasi 30 menit, film dokumentasi kegiatan 2. Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Ekspedisi Antartika berdurasi 30 menit. Nasional

3. RITECH Research and Innovation Jurnal Segara yang terbit sejak tahun 2005, sejak Technologyedisi pertama sampai dengan sekarang sudah 4. Pameran Nasional atau PENASlebih dari 50 artikel ilmiah baik dalam bahasa 5. Pameran Hari Pangan Seduniainggris maupun bahasa indonesia sudah dimuat. 6. Hari Keluarga NasionalJurnal ini diasuh oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan 7. Pameran Agro dan Expo FoodSumberdaya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan 8. Pameran Konferensi AkuakulturPerikanan – DKP, dengan jadual penerbitan satu 9. Pameran Agrinex Indonesiavolume setiap tahunnya dengan tujuan 10. Hari Nusantaramenyebarluaskan informasi ilmiah tentang perkembangan ilmiah bidang kelautan di

PAMERAN, LOKAKARYA, FORUM, SEMINAR

PUBLIKASI

Page 15: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang

KIOS IPTEK

pendidikan pada masyarakat pengguna khususnya nelayan dan pembudidaya ikan dalam mengakses Suksesnya sebuah riset dinilai dari dan memperoleh informasi.dimanfaatkannya secara luas penemuan riset

tersebut oleh para pemangku kepentingan Tujuan disediakannya kios iptek antara lain : kelautan dan perikanan. Oleh karena itu penyiapan mendekatkan iptek kelautan dan perikanan ke paket teknologi kelautan dan perikanan; penyiapan masyarakat di daerah agar dapat menambah rekomendasi analisis pelaksanaan kebijakan wawasan masyarakat dalam bidang kelautan dan pembangunan kelautan serta diseminasi dan perikanan, memberikan kemudahan dalam promosi hasil riset kelautan dan perikanan mengakses dan memperoleh informasi iptek merupakan kebijakan dalam renstra BRKP untuk kelautan dan perikanan secara langsung oleh mempercepat proses penyerapan dan pemanfaatan masyarakat pengguna, peningkatan sumber daya hasil riset oleh para pemangku kepentingan manusia dan sumber daya informasi lokal dalam sebagai upaya pemasyarakatan IPTEK Kelautan dan memberikan pelayanan informasi Iptek terutama Perikanan. Hasil riset disosialisasikan melalui kepada masyarakat pengguna khususnya nelayan berbagai kegiatan diseminasi, promosi dan dan pembudidaya ikan,pemberdayaan unit-unit pelayanan jasa, forum/lokakarya, media elektronik pelayanan teknis lingkup Departemen dan cetak, pelatihan, pameran, kios IPTEK, gelar Kelautan dan Perikanan dalam penyediaan teknologi, dan perpustakaan maupun kaloborasi informasi Iptek Kelautandengan mitra. Hasil penelitian disebarkan pula

melalui penerbitan publikasi ilmiah berupa jurnal, warta dan audiovisual.

Aktifitas Kegiatan1. Kios Iptek, 2. Publikasi3. Pameran, Lokakarya, Forum, Seminar.4. Kerjasama Riset5. Peran di Dunia Internasional

Kios Iptek merupakan kegiatan Badan Riset Kelautan dan Perikanan dalam mengupayakan penyediaan informasi hasil Riset Kelautan dan Perikanan guna mendorong pemberdayaan dan pengembangan masyarakat berwawasan informasi dengan memberikan kemudahan, layanan dan

Diseminasi danPromosi

Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan BRKP Indonesia, seperti : oseanografi, akustik dan guna menunjang Pelabuhan Perikanan Samudera instrumentasi, inderaja, kewilayahan, sumberdaya dan Nusantara dalam menjalankan salah satu nonhayati, energi, arkeologi bawahair dan fungsinya yang tercantum pada Kep.Men. No. lingkungan. Naskah yang dimuat dalam jurnal ini 26i/MEN/2001 yaitu pengembangan dan terutama berasal dari hasil penelitian maupun pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil kajian konseptual yang berkaitan dengan kelautan riset. Informasi tersebut disediakan dalam bentuk : Indonesia, yang dilakukan oleh para peneliti, Model hasil riset, buku (jurnal, prosiding, buletin, akademisi, mahasiswa, maupun pemerhati buku panduan, laporan/kumpulan hasil penelitian permasalahan kelautan baik dari dalam dan luar dan warta), Leaflet dan booklet, Poster, VCD/CD negeri.rom. Kios Iptek binaan Pusris Wilnon berlokasi di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat, yang mewakili wilayah Sumatera.

Kebijakan BRKP dalam rangka untuk mempercepat proses penyerapan dan

Hasil kegiatan penelitian Pusris Wilnon disebarkan pemanfaatan hasil riset oleh para pemangku melalui penerbitan publikasi ilmiah berupa buku, kepentingan merupakan upaya pemasyarakatan laporan teknis, jurnal, warta dan audiovisual. Ada IPTEK Kelautan dan Perikanan, melalui berbagai lebih dari 136 judul koleksi Buku Perpustakaan, kegiatan seperti pameran, forum/lokakarya, Buku terbitan WILNON – 20 judul, 6 topik leaflet, pelatihan, dan gelar teknologi. Ada beberapa Poster – 25 buah, Peta NKRI – 43 lembar dan event nasional yang selalu digunakan untuk Profil Pusris Wilnon – film (DVD) berdurasi – 5', melakukan diseminasi tersebut, antara lain :film dokumentasi kegiatan Ekspedisi INSTAN 1. Pameran Industri Bahariberdurasi 30 menit, film dokumentasi kegiatan 2. Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Ekspedisi Antartika berdurasi 30 menit. Nasional

3. RITECH Research and Innovation Jurnal Segara yang terbit sejak tahun 2005, sejak Technologyedisi pertama sampai dengan sekarang sudah 4. Pameran Nasional atau PENASlebih dari 50 artikel ilmiah baik dalam bahasa 5. Pameran Hari Pangan Seduniainggris maupun bahasa indonesia sudah dimuat. 6. Hari Keluarga NasionalJurnal ini diasuh oleh Pusat Riset Wilayah Laut dan 7. Pameran Agro dan Expo FoodSumberdaya Nonhayati, Badan Riset Kelautan dan 8. Pameran Konferensi AkuakulturPerikanan – DKP, dengan jadual penerbitan satu 9. Pameran Agrinex Indonesiavolume setiap tahunnya dengan tujuan 10. Hari Nusantaramenyebarluaskan informasi ilmiah tentang perkembangan ilmiah bidang kelautan di

PAMERAN, LOKAKARYA, FORUM, SEMINAR

PUBLIKASI

Page 16: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Cooperative Agreement between AMFR-RI and Disamping itu bekerjasama dengan Internasional Australian Antarctic Division for ocean scientific Seabed Authority (ISA) Pusris Wilnon melakukan research in Antarctic.kegiatan Internasional Seminar On Minerals and Kerjasama dalam rangka pengiriman para Other Resources Found In Marine Areas Beyond ekspedioner Indonesia ke benua Antartika.The Limits of National Jurisdiction, di Manado Penandatanganan “Cooperative Agreement” pada tanggal 5 – 7 Maret 2007. Seminar dibuka antara BRKP dan AAD: Dr. Tony Press dan Dr. resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Indroyono Soesilo dengan disaksikan oleh Dr dihadiri Sekjen ISA, Duta Besar Satya Nandan dan Conall O'Connell (Deputy Secretary) dan Mr David 100 peserta dari 15 negara, dengan pembicara Borthwick (Secretary of the Department of the utam dari Jamaica, Fiji, India, Jerman, Kanada, Environment and Heritage). Australia, Ghana, Cina dan Indonesia. Hasil

seminar tersebut antara lain Indonesia Cooperative Agreement between AMFR-RI and mengusulkan kiranya wilayah di Samudera Hindia,

sekitar 90 East Ridge, sebelah Barat Daya Pulau LDEO-USA for SCIENTIFIC and EDUCATIONAL Sumatera, dapat dipertimbangkan sebagai COOPERATION ON OCEAN SCIENCE ANDWilayah Lisensi Indonesia yang diberikan oleh ISA TECHNOLOGY. - Implementation Agreement for dan Indonesia juga berupaya untuk mendapatkan The International Nusantara STratification ANd bagian dari 8 wilayah kontrak yang telah Transport (INSTANT), Provisional: 12 Dec 2002, mendaptkan lisensi ISA. Final Draft: 7 Feb 2003.

Berdasarkan rapat 17 November 2006, ada pembicaraan tentang Kemungkinan Perpanjangan IA INSTANT. Usulan/statement tentang hal tersebut oleh Dr. Dwi Susanto. Secara dokumen Pusris Wilnon memberikan jasa riset dalam bentuk resmi, tetapi 1 buah Mooring buoy telah dipasang kerjasama riset, data dan informasi, alih teknologi, kembali di Selat Makassar (life-time batteries ± 2 survey dan pemetaan, jasa bimbingan dan years), belum diketahui tindak lanjut akan hal ini, pendampingan dan layanan jasa konsultasi. sehingga hal ini perlu ditindaklanjuti untuk Kerjasama riset ini baik dengan para pemangku kejelasan program riset di lingkup PRWLSNH kepentingan dalam maupun luar negeri. Berikut Tahun 2008. MASIH DALAM PROSES, sudah ada beberapa nota kesepahaman dengan pihak dirapatkan & direvisi oleh KSP-BRKP, BKLN-DKP, luar yang ada di Pusris Wilnon.BIRO HUKUM-DKP, SETNEG & DEPLU, kemudian diserahkan kembali ke pihak LDEO. Beberapa kerjasama riset yang telah

ditandatangani antara lain adalah;

KERJASAMA RISET YANG DITANDATANGANI

Berdasarkan IA tersebut: 1. Cruise telah berakhir di Tahun 2006,2. Publikasi secara workshop/meeting dilakukan

di Tahun 2007.3. Publikasi di Jurnal International dilakukan

secara bersama mulai Tahun 2008,4. Training di NIOZ selama ada 3 bulan di Tahun

2007,5. Kesempatan M.Sc Program di Columbia

University untuk 2 orang masih belum digunakan.

6. Masih ada kesempatan training di LOCEAN @ 3 bulan di Tahun 2007 dan 2008.

Sedangkan untuk sulan perpanjangan kerjasama:Memorandum of Understanding (MoU) between MMAF-RI and CSIRO Concering SEA EXPLORATION, OCEANOGRAPHY,AND FISHERIES (End date: 6 November 2005).Implemetation Agreement (IA) between CSIRO and MMAF for COOPERATION ON THE IMPLEMENTATION OF ARGO IN INDONESIA WATERS (June 2003). MASIH DALAM PROSES, sudah diusulkan melalui Sekretariat BRKP kepada DKP dan disetujui oleh BKLN-DKP dan BIRO HUKUM-DKP untuk dipepanjang, selanjutnya menunggu persetujuan dari SEKRETARIAT JENDERAL DKP.

Implementation Agreement between FIO-China and AMFR for the Research Program: “Dynamics of Karimata Strait”. TELAH DITANDATANGANI. Siap di-implementasikan mulai Tahun 2007. Direncanakan kegiatan lapangan berupa pemasanagn mooring akan dimulai bulan November 2007.

Implementation Agreement between FIO-China and AMFR for the Research Program: “The Java Upwelling Variations and Impacts on Seasonal Fish Migration”.TELAH DITANDATANGANI. Siap di-implementasikan mulai Tahun 2007. Direncanakan kegiatan lapangan berupa pemasanagn mooring akan dimulai bulan November 2007.

Ada beberapa Ekspedisi Ilmiah yang diselenggarakan oleh Pusris Wilnon, dalam rangka kerjasama riset nasional maupun internasional selama kurun waktu 2001 – 2006, antara lain :

1. Antartika (2002 – 2006)

Ekspedisi Ilmiah

2. INSTANT (2002 – 2006)3. IASHAA (2001 – 2002)4. BANDAMIN (2002 – 2003)5. Wallacea (2004 – 2005)

PERAN DI DUNIA INTERNASIONAL1. Program INSTANT (International Nusantara

STratification ANd Transport) Program ini merupakan kerjasama antara International Council Science, Intergouvernmental Oceanographic Commision-UNESCO dan World Meteorological Organization dalam rangka World Climate Research Program.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pada 12 Desember 2002 di Scripps Institution of Oceanography, San Diego - Amerika dibuatlah kesepakatan bersama antara Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Belanda dan Perancis untuk melakukan Ekspedisi INSTANT (International Nusantara STratification ANd Transport) dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Aktifitas yang dilakukan di Selat Makassar, Pintasan Lifamatola Selat Lombok, Selat Ombai, dan di Pintasan Timor adalah memasang beberapa mooring, mengangkat dan memasang kembali mooring serta mengangkat mooring.

2. Program Argo FloatArgo Float merupakan program Intergouvernmental Oceanographic Commision-UNESCO dan World Meteorological Organization dalam rangka untuk melakukan Global Ocean Observing System. Kegiatan ini masuk dalam jaringan internasional sehingga bisa mengakses 3000 float di seluruh dunia.

Page 17: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Cooperative Agreement between AMFR-RI and Disamping itu bekerjasama dengan Internasional Australian Antarctic Division for ocean scientific Seabed Authority (ISA) Pusris Wilnon melakukan research in Antarctic.kegiatan Internasional Seminar On Minerals and Kerjasama dalam rangka pengiriman para Other Resources Found In Marine Areas Beyond ekspedioner Indonesia ke benua Antartika.The Limits of National Jurisdiction, di Manado Penandatanganan “Cooperative Agreement” pada tanggal 5 – 7 Maret 2007. Seminar dibuka antara BRKP dan AAD: Dr. Tony Press dan Dr. resmi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Indroyono Soesilo dengan disaksikan oleh Dr dihadiri Sekjen ISA, Duta Besar Satya Nandan dan Conall O'Connell (Deputy Secretary) dan Mr David 100 peserta dari 15 negara, dengan pembicara Borthwick (Secretary of the Department of the utam dari Jamaica, Fiji, India, Jerman, Kanada, Environment and Heritage). Australia, Ghana, Cina dan Indonesia. Hasil

seminar tersebut antara lain Indonesia Cooperative Agreement between AMFR-RI and mengusulkan kiranya wilayah di Samudera Hindia,

sekitar 90 East Ridge, sebelah Barat Daya Pulau LDEO-USA for SCIENTIFIC and EDUCATIONAL Sumatera, dapat dipertimbangkan sebagai COOPERATION ON OCEAN SCIENCE ANDWilayah Lisensi Indonesia yang diberikan oleh ISA TECHNOLOGY. - Implementation Agreement for dan Indonesia juga berupaya untuk mendapatkan The International Nusantara STratification ANd bagian dari 8 wilayah kontrak yang telah Transport (INSTANT), Provisional: 12 Dec 2002, mendaptkan lisensi ISA. Final Draft: 7 Feb 2003.

Berdasarkan rapat 17 November 2006, ada pembicaraan tentang Kemungkinan Perpanjangan IA INSTANT. Usulan/statement tentang hal tersebut oleh Dr. Dwi Susanto. Secara dokumen Pusris Wilnon memberikan jasa riset dalam bentuk resmi, tetapi 1 buah Mooring buoy telah dipasang kerjasama riset, data dan informasi, alih teknologi, kembali di Selat Makassar (life-time batteries ± 2 survey dan pemetaan, jasa bimbingan dan years), belum diketahui tindak lanjut akan hal ini, pendampingan dan layanan jasa konsultasi. sehingga hal ini perlu ditindaklanjuti untuk Kerjasama riset ini baik dengan para pemangku kejelasan program riset di lingkup PRWLSNH kepentingan dalam maupun luar negeri. Berikut Tahun 2008. MASIH DALAM PROSES, sudah ada beberapa nota kesepahaman dengan pihak dirapatkan & direvisi oleh KSP-BRKP, BKLN-DKP, luar yang ada di Pusris Wilnon.BIRO HUKUM-DKP, SETNEG & DEPLU, kemudian diserahkan kembali ke pihak LDEO. Beberapa kerjasama riset yang telah

ditandatangani antara lain adalah;

KERJASAMA RISET YANG DITANDATANGANI

Berdasarkan IA tersebut: 1. Cruise telah berakhir di Tahun 2006,2. Publikasi secara workshop/meeting dilakukan

di Tahun 2007.3. Publikasi di Jurnal International dilakukan

secara bersama mulai Tahun 2008,4. Training di NIOZ selama ada 3 bulan di Tahun

2007,5. Kesempatan M.Sc Program di Columbia

University untuk 2 orang masih belum digunakan.

6. Masih ada kesempatan training di LOCEAN @ 3 bulan di Tahun 2007 dan 2008.

Sedangkan untuk sulan perpanjangan kerjasama:Memorandum of Understanding (MoU) between MMAF-RI and CSIRO Concering SEA EXPLORATION, OCEANOGRAPHY,AND FISHERIES (End date: 6 November 2005).Implemetation Agreement (IA) between CSIRO and MMAF for COOPERATION ON THE IMPLEMENTATION OF ARGO IN INDONESIA WATERS (June 2003). MASIH DALAM PROSES, sudah diusulkan melalui Sekretariat BRKP kepada DKP dan disetujui oleh BKLN-DKP dan BIRO HUKUM-DKP untuk dipepanjang, selanjutnya menunggu persetujuan dari SEKRETARIAT JENDERAL DKP.

Implementation Agreement between FIO-China and AMFR for the Research Program: “Dynamics of Karimata Strait”. TELAH DITANDATANGANI. Siap di-implementasikan mulai Tahun 2007. Direncanakan kegiatan lapangan berupa pemasanagn mooring akan dimulai bulan November 2007.

Implementation Agreement between FIO-China and AMFR for the Research Program: “The Java Upwelling Variations and Impacts on Seasonal Fish Migration”.TELAH DITANDATANGANI. Siap di-implementasikan mulai Tahun 2007. Direncanakan kegiatan lapangan berupa pemasanagn mooring akan dimulai bulan November 2007.

Ada beberapa Ekspedisi Ilmiah yang diselenggarakan oleh Pusris Wilnon, dalam rangka kerjasama riset nasional maupun internasional selama kurun waktu 2001 – 2006, antara lain :

1. Antartika (2002 – 2006)

Ekspedisi Ilmiah

2. INSTANT (2002 – 2006)3. IASHAA (2001 – 2002)4. BANDAMIN (2002 – 2003)5. Wallacea (2004 – 2005)

PERAN DI DUNIA INTERNASIONAL1. Program INSTANT (International Nusantara

STratification ANd Transport) Program ini merupakan kerjasama antara International Council Science, Intergouvernmental Oceanographic Commision-UNESCO dan World Meteorological Organization dalam rangka World Climate Research Program.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pada 12 Desember 2002 di Scripps Institution of Oceanography, San Diego - Amerika dibuatlah kesepakatan bersama antara Indonesia, Amerika Serikat, Australia, Belanda dan Perancis untuk melakukan Ekspedisi INSTANT (International Nusantara STratification ANd Transport) dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Aktifitas yang dilakukan di Selat Makassar, Pintasan Lifamatola Selat Lombok, Selat Ombai, dan di Pintasan Timor adalah memasang beberapa mooring, mengangkat dan memasang kembali mooring serta mengangkat mooring.

2. Program Argo FloatArgo Float merupakan program Intergouvernmental Oceanographic Commision-UNESCO dan World Meteorological Organization dalam rangka untuk melakukan Global Ocean Observing System. Kegiatan ini masuk dalam jaringan internasional sehingga bisa mengakses 3000 float di seluruh dunia.

Page 18: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

3. Program Ekspedisi Antartika Indonesia Kehadiran Ahli Kelautan Indonesia di Benua Indonesia sebagai negara kepulauan dan anggota Antartika, dan prasasti tersebut di tempatkan di PBB, tidak pernah ketinggalan untuk berperan Stasiun Riset Davis, Antartika, serta untuk pertama serta dalam kerjasama internasional di Antartika, kalinya memancangkan bendera Merah-Putih di dengan tujuan untuk : benua ini. Dalam ekspedisi ini, peneliti Indonesia

1. Meningkatkan peranserta Indonesia dalam melakukan riset di Southern Ocean, Stasiun Riset Sistem Traktat Antartika Davis dan Mawson. Ekspedisi ini menggunakan

2. Melindungi lingkungan Antartika Kapal Riset Aurora Australis. Ekspedisi Antartika 3. Memahami peranan Antartika dalam sistem 2003 diikuti oleh Ichwan Nasution dari Badan Riset

iklim global, dan Kelautan dan Perikanan DKP yang melakukan 4. Melakukan kegiatan sainfitik praktis, penelitian tentang Krill Antartika dan Vera Sabariah

ekonomis dan memiliki kepentingan nasional dari Universitas Papua, peneliti di bidang mikrobiologi, yang merupakan wanita Indonesia

Kiprah Indonesia di Antartika melalui Departemen pertama yang menginjakkan benua Antartika. Kelautan dan Perikanan dalam ekspedisi ilmiah Ekspedisi Antartika 2003/04, Indonesia kembali dimulai pada 26 Januari hingga 9 Maret 2002, mengirimkan wakilnya Utami R. Kadarwati dari dengan tujuan memetakan pola arus laut Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP yang kaitannya dengan sistem iklim global. Ekpedisi bergabung dalam tim peneliti akustik di perairan diikuti oleh Dr.Agus Supangat dari Badan Riset sekitar P. Heard, Samudera Selatan (Southern Kelautan dan Perikanan DKP dan Ir.Muhammad Ocean). Tahun 2004/05, kegiatan ekspedisi ini Lukman,M.Sc. dari Universitas Hasanudin, masing- diikuti oleh dua orang wanita, yaitu A. Rita Tisiana masing melakukan penelitian bidang nonhayati Dwi Kuswadhani, MT dari Badan Riset Kelautan dan hayati. dan Perikanan DKP dan Lusia Manu, M.Sc dari

Universitas Sam Ratulangi, Manado. Keduanya Pelepasan anggota Tim Ekspedisi Antartika 2002 merupakan oseanografer dan melakukan dilaksanakan di Tanjung Priok oleh Presiden penelitian tentang iklim. Ekspedisi Antartika Megawati Soekarnoputri pada 23 Desember 2001 2005/06, dua orang peneliti Indonesia kembali bertepatan dengan Hari Nusantara. Pada hari yang bergabung untuk melakukan penelitian mamalia sama Megawati menandatangani Prasasti laut dan udang krill Antartika. Mereka adalah A.

Anung Widodo, M.Si dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP dan Dharma Arif Nugroho, S.Si dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Disamping prestasi yang telah dicapai ini, ternyata dirasakan perlu untuk mulai mengambil langkah maju dalam meningkatkan peran bangsa Indonesia di Antartika termasuk menjadi negara penandatanganan Piagam Antartika sehingga Indonesia dapat turut bersama dengan negara-negara yang lain menentukan arah kebijakan pemanfaatan sumberdaya Antartika. Untuk itu kami mengharapkan agar:lIndonesia menaruh perhatian pada

kegiatan-kegiatan di wilayah Antartika. Dimana Indonesia dapat memanfaatkan moment International Polar Year 2007-2008 (IPY). IPY ini akan diisi dengan berbagai penelitian kolaboratif dan interdisiplin yang melibatkan berbagai lembaga penelitian dari seluruh dunia dan akan berlangsung pada tanggal 1 Maret 2007 – 1 Maret 2009.

lIndonesia mulai memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan sumberdaya manusia baik melalui peningkatan pendidikan formal dan kerjasama riset internasional terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ilmiah di Antartika.

Selain itu perlu adanya penyediaan prasarana dan sarana riset yang memadai.

Page 19: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

3. Program Ekspedisi Antartika Indonesia Kehadiran Ahli Kelautan Indonesia di Benua Indonesia sebagai negara kepulauan dan anggota Antartika, dan prasasti tersebut di tempatkan di PBB, tidak pernah ketinggalan untuk berperan Stasiun Riset Davis, Antartika, serta untuk pertama serta dalam kerjasama internasional di Antartika, kalinya memancangkan bendera Merah-Putih di dengan tujuan untuk : benua ini. Dalam ekspedisi ini, peneliti Indonesia

1. Meningkatkan peranserta Indonesia dalam melakukan riset di Southern Ocean, Stasiun Riset Sistem Traktat Antartika Davis dan Mawson. Ekspedisi ini menggunakan

2. Melindungi lingkungan Antartika Kapal Riset Aurora Australis. Ekspedisi Antartika 3. Memahami peranan Antartika dalam sistem 2003 diikuti oleh Ichwan Nasution dari Badan Riset

iklim global, dan Kelautan dan Perikanan DKP yang melakukan 4. Melakukan kegiatan sainfitik praktis, penelitian tentang Krill Antartika dan Vera Sabariah

ekonomis dan memiliki kepentingan nasional dari Universitas Papua, peneliti di bidang mikrobiologi, yang merupakan wanita Indonesia

Kiprah Indonesia di Antartika melalui Departemen pertama yang menginjakkan benua Antartika. Kelautan dan Perikanan dalam ekspedisi ilmiah Ekspedisi Antartika 2003/04, Indonesia kembali dimulai pada 26 Januari hingga 9 Maret 2002, mengirimkan wakilnya Utami R. Kadarwati dari dengan tujuan memetakan pola arus laut Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP yang kaitannya dengan sistem iklim global. Ekpedisi bergabung dalam tim peneliti akustik di perairan diikuti oleh Dr.Agus Supangat dari Badan Riset sekitar P. Heard, Samudera Selatan (Southern Kelautan dan Perikanan DKP dan Ir.Muhammad Ocean). Tahun 2004/05, kegiatan ekspedisi ini Lukman,M.Sc. dari Universitas Hasanudin, masing- diikuti oleh dua orang wanita, yaitu A. Rita Tisiana masing melakukan penelitian bidang nonhayati Dwi Kuswadhani, MT dari Badan Riset Kelautan dan hayati. dan Perikanan DKP dan Lusia Manu, M.Sc dari

Universitas Sam Ratulangi, Manado. Keduanya Pelepasan anggota Tim Ekspedisi Antartika 2002 merupakan oseanografer dan melakukan dilaksanakan di Tanjung Priok oleh Presiden penelitian tentang iklim. Ekspedisi Antartika Megawati Soekarnoputri pada 23 Desember 2001 2005/06, dua orang peneliti Indonesia kembali bertepatan dengan Hari Nusantara. Pada hari yang bergabung untuk melakukan penelitian mamalia sama Megawati menandatangani Prasasti laut dan udang krill Antartika. Mereka adalah A.

Anung Widodo, M.Si dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP dan Dharma Arif Nugroho, S.Si dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Disamping prestasi yang telah dicapai ini, ternyata dirasakan perlu untuk mulai mengambil langkah maju dalam meningkatkan peran bangsa Indonesia di Antartika termasuk menjadi negara penandatanganan Piagam Antartika sehingga Indonesia dapat turut bersama dengan negara-negara yang lain menentukan arah kebijakan pemanfaatan sumberdaya Antartika. Untuk itu kami mengharapkan agar:lIndonesia menaruh perhatian pada

kegiatan-kegiatan di wilayah Antartika. Dimana Indonesia dapat memanfaatkan moment International Polar Year 2007-2008 (IPY). IPY ini akan diisi dengan berbagai penelitian kolaboratif dan interdisiplin yang melibatkan berbagai lembaga penelitian dari seluruh dunia dan akan berlangsung pada tanggal 1 Maret 2007 – 1 Maret 2009.

lIndonesia mulai memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan dan pengembangan sumberdaya manusia baik melalui peningkatan pendidikan formal dan kerjasama riset internasional terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ilmiah di Antartika.

Selain itu perlu adanya penyediaan prasarana dan sarana riset yang memadai.

Page 20: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang PENGEMBANGAN PRODUKSI GARAM DAN ARTEMIA

Aktifitas Kegiatan

Perkembangan ristek telah membuka pemahaman baru tentang potensi lain samudera yang dapat Kondisi pergaraman di Indonesia akhir-akhir ini memberi manfaat bagi umat manusia. Bahkan mengkhawatirkan, karena banyaknya petani studi terkini menunjukkan bahwa adanya prospek garam beralih fungsi bekerja di sektor riil. penambangan mineral lain di celah-celah gunung Disamping itu banyak lahan garam di berbagai api bawah laut (seamounts) dalam bentuk methal daerah tidak diolah, dibiarkan menjadi lahan tidur. sulphide dan cobalt crust. Gejala black smokers Hal ini terjadi karena harga garam yang terus bertemperatur tinggi yang terbentuk akibat menurun disebabkan kualitas garam yang tidak pergeseran atau benturan lempeng tektonik di sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI). dasar laut menyemburkan unsur logam dan sulfur Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan, karena dalam konsentrasi tinggi. selain Indonesia memiliki garis pantai yang

panjang/luas dan berpotensi untuk menjadi Badan Riset Kelautan dan Perikanan berdiri penghasil garam, tetapi juga dapat bekerjasama dengan lembaga nasional maupun membahayakan ketahanan pangan nasional serta Internasional melakukan berbagai kajian stabilitas negara. sumberdaya nonhayati laut baik yang berkaitan dengan energi maupun mineral. Bahkan Upaya peningkatan produksi, baik kuantitas dan sekretariat “International Seabed Authority” (ISA) kualitas, sejauh ini masih belum menunjukkan menunjuk Indonesia untuk mengadakan hasil yang memuaskan. Hambatan dan kendala workshop Internasional pada tahun 5-8 Maret yang dihadapi dalam upaya peningkatan 2007 di Manado dengan topik bahasan mengenai sangatlah kompleks dan masih belum seluruhnya perkembangan potensi kekayaan mineral dasar teridentifikasi secara menyeluruh. Permasalahan samudera di Samudera Hindia dan Samudera ini tidak saja dalam hal teknologi, namun juga Pasifik. Hadir 12 pakar dunia untuk memberikan terkait dengan pemasaran dan tata niaga garam.paparan mengenai mineral di dasar samudera Salah satu alternatif yang bisa diambil adalah seperti manganese nodules, polymetallic dengan melakukan pengembangan produk-sulphides, metal rich seamont crusts, methane gas produk 'turunan' garam, serta integrasi dengan hydrate dan genetic resources. jenis produk / komoditas lainnya seperti Artemia,

air minum, dan sumber listrik.

1. Garam Mengingat hal-hal tersebut diatas Pusat Riset 2. Hydrothermal (IASSHA dan Bandamin) Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati TA 3. Energi Laut 2006 kembali melakukan kegiatan riset mengenai 4. Landas Kontinen dan Seabed Area garam sebagai wujud kepedulian Departemen 5. Arkeologi Laut Kelautan dan Perikanan mengenai masa depan

dunia pegaraman. Kegiatan ini meliputi workshop untuk menghimpun masukan-masukan mengenai masalah dan solusi dalam rangka mengembangkan dunia usaha pegaraman dari masyarakat pegaraman dan para ahli lainnya.

Menyusun kajian yang membahas strategi dalam menangani dan mencoba mendapatkan solusi yang tepat guna bekerjasama lintas sektoral baik dengan instansi pemerintah lainnya, perguruan tinggi dan pihak swasta, yang dapat dipakai sebagai bahan kebijakan bagi pengambil keputusan. Pembuatan buku “Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia” merupakan bagian dari sosialisasi adanya salah satu alternatif teknologi yang sudah siap tersedia yang belum dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat pegaraman.

Adapun tujuan kegiatan adalah meningkatkan peran teknologi produksi garam dan artemia

terpadu sebagai program unggulan yang dapat diterapkan di masyarakat khususnya bagi masyarakat pegaraman untuk menambah kesejahteraan. Untuk itu dalam kegiatan ini hal yang telah dilakukan : 1) Workshop Masa Depan

Industri Garam di Indonesia dengan tema “Mencari Alternatif Pengembangan Industri

Garam dan Produk Terkait Lainnya” di Ruang Nuri, JCC tanggal 19 Desember 2006 2) Penyusunan Buku “Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia” dan 3) Penyusunan Kajian Program Strategis Pengembangan Garam Artemia 2007-2010

Ada dua kegiatan ekspedisi endapan hidrotermal gunungapi bawah laut : IASSHA (Indonesia-Australia Submarine Survay for Hydrothermal Activities) 2001, di perairan Teluk Tomini dan Sangir-Talaud, Sulawesi dilaksanakan pada 1 sampai 30 Juni 2001 dan Bandamin I dan II (Indonesia -German) 2001-2002 di Laut FloresEkspedisi yang diberi nama cruise IASSHA (Indonesia-Australia Submarine Survey for Hydrothermal Activities) 2001 yang melibatkan 25 peneliti Indonesia dan Australia telah berhasil mendapatkan banyak data geologi-geofisika di daerah yang belum tereksplorasi yaitu di teluk Tomini-Gorontalo (Leg-A) dan dari daerah perairan bagian barat kepulauan Sangir-Talaud (Leg-B).

Kegiatan penelitian selama cruise antara lain pengamatan geofisika (gayaberat dan seismik single chanel) hanya di Leg –A ; pengukuran CTD ; pengambilan conto batuan dengan dredge ; coring dan grabing (Leg-A) ; multichanel echosounder-Simrad EM-1000 di perairan kurang dari –1000m dan pengamatan dasar laut dengan singlechanel echosounder Simrad-EA500 untuk

laut dalam. Sebanyak 12 perconto bor gaya berat dan grab telah memberikan informasi mengenai jenis sedimen penutup teluk Tomini dan sedimen sekitar pulmau Una-Una. Operasi bor ini dilakukan di perairan dengan kedalaman bervariasi antara –800m sampai –1500m. Banyak kegiatan ini tidak mendapatkan hasil disebabkan lapisan sedimen cukup kompak. Penetrasi bor paling tebal mencapai 150cm. Sedimen disusun bervariasi dari lumpur pasiran, pasir halus dan pasir lumpuran.

Dijumpai pula debu gunungapi dicirikan oleh material glas, atau kristal yang diduga sebagai

produk letusan gunungapi Colo. Batuan hasil dredge pun didominasi batuan sedimen permukaan yang kaya fosil. Batuan ini paling tua berumur Plistosin disusun oleh batupasir dan batulempung.

EKSPEDISI ENDAPAN HIDROTERMAL GUNUNGAPI BAWAH LAUT

SumberdayaNonhayati Laut

Page 21: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang PENGEMBANGAN PRODUKSI GARAM DAN ARTEMIA

Aktifitas Kegiatan

Perkembangan ristek telah membuka pemahaman baru tentang potensi lain samudera yang dapat Kondisi pergaraman di Indonesia akhir-akhir ini memberi manfaat bagi umat manusia. Bahkan mengkhawatirkan, karena banyaknya petani studi terkini menunjukkan bahwa adanya prospek garam beralih fungsi bekerja di sektor riil. penambangan mineral lain di celah-celah gunung Disamping itu banyak lahan garam di berbagai api bawah laut (seamounts) dalam bentuk methal daerah tidak diolah, dibiarkan menjadi lahan tidur. sulphide dan cobalt crust. Gejala black smokers Hal ini terjadi karena harga garam yang terus bertemperatur tinggi yang terbentuk akibat menurun disebabkan kualitas garam yang tidak pergeseran atau benturan lempeng tektonik di sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI). dasar laut menyemburkan unsur logam dan sulfur Keadaan seperti ini tidak dapat dibiarkan, karena dalam konsentrasi tinggi. selain Indonesia memiliki garis pantai yang

panjang/luas dan berpotensi untuk menjadi Badan Riset Kelautan dan Perikanan berdiri penghasil garam, tetapi juga dapat bekerjasama dengan lembaga nasional maupun membahayakan ketahanan pangan nasional serta Internasional melakukan berbagai kajian stabilitas negara. sumberdaya nonhayati laut baik yang berkaitan dengan energi maupun mineral. Bahkan Upaya peningkatan produksi, baik kuantitas dan sekretariat “International Seabed Authority” (ISA) kualitas, sejauh ini masih belum menunjukkan menunjuk Indonesia untuk mengadakan hasil yang memuaskan. Hambatan dan kendala workshop Internasional pada tahun 5-8 Maret yang dihadapi dalam upaya peningkatan 2007 di Manado dengan topik bahasan mengenai sangatlah kompleks dan masih belum seluruhnya perkembangan potensi kekayaan mineral dasar teridentifikasi secara menyeluruh. Permasalahan samudera di Samudera Hindia dan Samudera ini tidak saja dalam hal teknologi, namun juga Pasifik. Hadir 12 pakar dunia untuk memberikan terkait dengan pemasaran dan tata niaga garam.paparan mengenai mineral di dasar samudera Salah satu alternatif yang bisa diambil adalah seperti manganese nodules, polymetallic dengan melakukan pengembangan produk-sulphides, metal rich seamont crusts, methane gas produk 'turunan' garam, serta integrasi dengan hydrate dan genetic resources. jenis produk / komoditas lainnya seperti Artemia,

air minum, dan sumber listrik.

1. Garam Mengingat hal-hal tersebut diatas Pusat Riset 2. Hydrothermal (IASSHA dan Bandamin) Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati TA 3. Energi Laut 2006 kembali melakukan kegiatan riset mengenai 4. Landas Kontinen dan Seabed Area garam sebagai wujud kepedulian Departemen 5. Arkeologi Laut Kelautan dan Perikanan mengenai masa depan

dunia pegaraman. Kegiatan ini meliputi workshop untuk menghimpun masukan-masukan mengenai masalah dan solusi dalam rangka mengembangkan dunia usaha pegaraman dari masyarakat pegaraman dan para ahli lainnya.

Menyusun kajian yang membahas strategi dalam menangani dan mencoba mendapatkan solusi yang tepat guna bekerjasama lintas sektoral baik dengan instansi pemerintah lainnya, perguruan tinggi dan pihak swasta, yang dapat dipakai sebagai bahan kebijakan bagi pengambil keputusan. Pembuatan buku “Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia” merupakan bagian dari sosialisasi adanya salah satu alternatif teknologi yang sudah siap tersedia yang belum dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat pegaraman.

Adapun tujuan kegiatan adalah meningkatkan peran teknologi produksi garam dan artemia

terpadu sebagai program unggulan yang dapat diterapkan di masyarakat khususnya bagi masyarakat pegaraman untuk menambah kesejahteraan. Untuk itu dalam kegiatan ini hal yang telah dilakukan : 1) Workshop Masa Depan

Industri Garam di Indonesia dengan tema “Mencari Alternatif Pengembangan Industri

Garam dan Produk Terkait Lainnya” di Ruang Nuri, JCC tanggal 19 Desember 2006 2) Penyusunan Buku “Panduan Pengembangan Usaha Terpadu Garam dan Artemia” dan 3) Penyusunan Kajian Program Strategis Pengembangan Garam Artemia 2007-2010

Ada dua kegiatan ekspedisi endapan hidrotermal gunungapi bawah laut : IASSHA (Indonesia-Australia Submarine Survay for Hydrothermal Activities) 2001, di perairan Teluk Tomini dan Sangir-Talaud, Sulawesi dilaksanakan pada 1 sampai 30 Juni 2001 dan Bandamin I dan II (Indonesia -German) 2001-2002 di Laut FloresEkspedisi yang diberi nama cruise IASSHA (Indonesia-Australia Submarine Survey for Hydrothermal Activities) 2001 yang melibatkan 25 peneliti Indonesia dan Australia telah berhasil mendapatkan banyak data geologi-geofisika di daerah yang belum tereksplorasi yaitu di teluk Tomini-Gorontalo (Leg-A) dan dari daerah perairan bagian barat kepulauan Sangir-Talaud (Leg-B).

Kegiatan penelitian selama cruise antara lain pengamatan geofisika (gayaberat dan seismik single chanel) hanya di Leg –A ; pengukuran CTD ; pengambilan conto batuan dengan dredge ; coring dan grabing (Leg-A) ; multichanel echosounder-Simrad EM-1000 di perairan kurang dari –1000m dan pengamatan dasar laut dengan singlechanel echosounder Simrad-EA500 untuk

laut dalam. Sebanyak 12 perconto bor gaya berat dan grab telah memberikan informasi mengenai jenis sedimen penutup teluk Tomini dan sedimen sekitar pulmau Una-Una. Operasi bor ini dilakukan di perairan dengan kedalaman bervariasi antara –800m sampai –1500m. Banyak kegiatan ini tidak mendapatkan hasil disebabkan lapisan sedimen cukup kompak. Penetrasi bor paling tebal mencapai 150cm. Sedimen disusun bervariasi dari lumpur pasiran, pasir halus dan pasir lumpuran.

Dijumpai pula debu gunungapi dicirikan oleh material glas, atau kristal yang diduga sebagai

produk letusan gunungapi Colo. Batuan hasil dredge pun didominasi batuan sedimen permukaan yang kaya fosil. Batuan ini paling tua berumur Plistosin disusun oleh batupasir dan batulempung.

EKSPEDISI ENDAPAN HIDROTERMAL GUNUNGAPI BAWAH LAUT

SumberdayaNonhayati Laut

Page 22: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya intermedier yang kemungkinan identik dengan aktivitas hidrotermal bawah laut di sekitar pulau batuan yang terdapat di gunung Komba yang Una-Una. Data dari leg-B menunjukkan sebagian tersembul dipermukaan.terdapatnya indikasi alterasi dari Banua Wuhu walaupun tidak memperlihatkan gejala mineralisasi yang cukup kuat. Pemanfaatan sumberdaya energi non-

konvensional dari laut seperti pasang surut arus BANDAMIN I dan II adalah ekspedisi yang laut, gelombang, angin dan matahari sebagai dilakukan dalam kerangka kerjasama proyek sumber energi alternatif yang terbarukan penelitian antara Indonesia – Jerman tentang merupakan pilihan yang terbaik bagi negara-Aktifitas Hidrothermal Bawah Laut di Laut Flores, negara kepulauan atau yang berbatasan dengan Indonesia Bagian Timur (BANDAMIN) dengan laut guna memenuhi kebutuhan sumber energi menggunakan Kapal Riset Indonesia, BARUNA listrik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. JAYA IV. Yang diikuti 13 peneliti Indonesia dan Untuk memanfaatkan potensi energi alternatif, dari Jerman 9 orang peneliti. perlu diketahui karakteristik dan distribusi angin,

gelombang laut, pasang surut dan pola arus di Dibagian tenggara gunungapi Komba yang perairan Indonesia. Dari informasi tersebut dapat tenggelam sebagian, suatu sistim punggungan ditentukan berapa besar potensi energi yang atau pematang (dinamakan Punggungan Komba / dapat dimanfaatkan beserta karakteristik sistem Komba Ridge) telah ditemukan, yang pada konverter energi yang sesuai. akhirnya dibagi menjadi dua distrik yang tegas. Dibagian barat daya ditandai oleh dua gununglaut Identifikasi sumber daya energi non-konvensional (seamount) yang dangkal dengan kedalaman di wilayah perairan Indonesia ini dilakukan dengan minimum 112 meter yang diduga sebagai gunung tujuan untuk menunjang program pemanfaatan yang muda, dinamakan kemudian sebagai Anak sumber daya energi alternatif yang terbarukan Komba. Disebelah tenggara ter dapat gunung dalam kerangka eksplorasi kelautan Indonesia, dengan tingkat erosi yang lebih lanjut yang sehingga dapat diketahui dengan benar distribusi berada pada kedalaman sekitar 900 meter, yang potensi sumber daya serta karakteristiknya. kemudian dinamai Ibu Komba. Bagaimanapun,

Di Indonesia energi tak terbarukan terdiri dari morfologi kedua bukit bawah laut ini masih memperlihatkan struktur seperti kaldera walau energi yang telah dikembangkan yaitu minyak,

gas dan batubara. Energi tak terbarukan yang sangat landai. Batuan volkanik utama yang belum dikembangkan adalah uranium(nuklir), dan menutupi Ibu Komba adalah batuapung (pumice). Coal Bed Methane (CBM) yaitu gas methane yang Sebaliknya Anakkomba mengandung batuapung berada dilapisan batubara jauh didalam tanah. dengan asosiasi gunungapi batuan mafik hingga

POTENSI ENERGI LAUT DI INDONESIA

Sedangkan energi terbarukan terdiri dari air, panas dan surut, berpotensi cukup tinggi untuk bumi, biomas, matahari, angin dan laut. dimanfaatkan sebagai pembangkit dengan Dengan kondisi pantai di Indonesia, salah satu membendung teluk dengan pintu-pintu air. Di alternatif yang menjajikan adalah Solar Pond, yang Indonesia, diperkirakan potensi energi pasang intinya memanfaatkan larutan garam dan air surut dan arus tidak terlalu besar. Walau begitu, sebagai sarana untuk menyimpan panas matahari. dibeberapa daerah, potensi energi pasang surut Solar Pond adalah tempat berkumpulnya air asin dan arus diperkirakan masih layak untuk atau air payau yang digunakan sebagai diterapkan sehingga masih dibutuhkan penelitian “penangkap” dan “penyimpan” panas dari sinar yang mendalam dalam bidang ini. Tempat-tempat matahari untuk menghasilkan energi yang

yang mempunyai potensi energi pasang surut dan kemudian akan digunakan untuk menjalankan

arus laut yang besar, yaitu:proses lebih lanjut. Dalam hal ini dipakai Salt

lLaut Aru, yaitu antara Kepulauan Aru Gradient Pond yang sangat tepat untuk

hingga Papua bagian Selatan (muara Sungai diaplikasikan pada daerah pesisir Kawasan Timur Digul dan Pulau Dolak) dimana terdapat Indonesia. Pada intinya Salt Gradient Pond adalah kisaran pasang surut sekitar 4 sampai 6 penyimpan panas dalam sebuah tambak dengan meter.tingkat keasinan yang berbeda/bertingkat dan

lPenyempitan Selat Malaka di antara bagian dengan menggunakan perbedaan tingkat utara Propinsi Riau dan bagian selatan keasinan air tersebut panas matahari tersimpan Propinsi Sumatra Utara dimana terdapat dalam larutan air asin yang hampir jenuh.kisaran pasang surut sekitar 4 meter.

Energi yang dapat dimanfaatkan dari laut secara lSekitar Teluk Sampit, bagian selatan Propinsi umum dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : Kalimantan Selatan dimana terdapat kisaran

pasang surut sekitar 3,5 meter.Energi GelombangEnergi yang terkandung dalam gelombang cukup Energi Perbedaan Suhubesar, yaitu rata-rata pada muka gelombang Perbedaan suhu permukaan dan kedalaman sebesar 20 – 70 kW/m. Jika daya ini dapat lautan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dikonversikan menjadi listrik dengan efisiensi dengan peralatan konversi energi yang disebut 50%, maka dapat dihasilkan enrgi sebesar 10 –

Ocean Thermal Energy Convention (OTEC). Prinsip 35 kW/m untuk setiap meter garis pantai.

kerja OTEC berdasarkan pada prinsip Pengembangan energi gelombang di Indonesia

thermodinamika dengan mengacu pada siklus sekarang ini sampai pada tahap proyek

rankine yang pada dasarnya menunjukkan suatu percontohan, yaitu di Pantai Baron, Yogyakarta kemampuan kerja dapat dihasilkan bila tersedia dengan kapasitas sebesar 1,1 MW.sumber panas dengan temperatur relatif tinggi dan suatu sumber untuk menyerap panas (heat Energi Pasang Surut dan Arussink) dengan temperatur lebih rendah. Batasan Pada teluk yang mempunyai perbedaan umum temperatur kerja OTEC adalah temperatur ketinggian air, dan perbedaan pada saat pasang

Page 23: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya intermedier yang kemungkinan identik dengan aktivitas hidrotermal bawah laut di sekitar pulau batuan yang terdapat di gunung Komba yang Una-Una. Data dari leg-B menunjukkan sebagian tersembul dipermukaan.terdapatnya indikasi alterasi dari Banua Wuhu walaupun tidak memperlihatkan gejala mineralisasi yang cukup kuat. Pemanfaatan sumberdaya energi non-

konvensional dari laut seperti pasang surut arus BANDAMIN I dan II adalah ekspedisi yang laut, gelombang, angin dan matahari sebagai dilakukan dalam kerangka kerjasama proyek sumber energi alternatif yang terbarukan penelitian antara Indonesia – Jerman tentang merupakan pilihan yang terbaik bagi negara-Aktifitas Hidrothermal Bawah Laut di Laut Flores, negara kepulauan atau yang berbatasan dengan Indonesia Bagian Timur (BANDAMIN) dengan laut guna memenuhi kebutuhan sumber energi menggunakan Kapal Riset Indonesia, BARUNA listrik yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. JAYA IV. Yang diikuti 13 peneliti Indonesia dan Untuk memanfaatkan potensi energi alternatif, dari Jerman 9 orang peneliti. perlu diketahui karakteristik dan distribusi angin,

gelombang laut, pasang surut dan pola arus di Dibagian tenggara gunungapi Komba yang perairan Indonesia. Dari informasi tersebut dapat tenggelam sebagian, suatu sistim punggungan ditentukan berapa besar potensi energi yang atau pematang (dinamakan Punggungan Komba / dapat dimanfaatkan beserta karakteristik sistem Komba Ridge) telah ditemukan, yang pada konverter energi yang sesuai. akhirnya dibagi menjadi dua distrik yang tegas. Dibagian barat daya ditandai oleh dua gununglaut Identifikasi sumber daya energi non-konvensional (seamount) yang dangkal dengan kedalaman di wilayah perairan Indonesia ini dilakukan dengan minimum 112 meter yang diduga sebagai gunung tujuan untuk menunjang program pemanfaatan yang muda, dinamakan kemudian sebagai Anak sumber daya energi alternatif yang terbarukan Komba. Disebelah tenggara ter dapat gunung dalam kerangka eksplorasi kelautan Indonesia, dengan tingkat erosi yang lebih lanjut yang sehingga dapat diketahui dengan benar distribusi berada pada kedalaman sekitar 900 meter, yang potensi sumber daya serta karakteristiknya. kemudian dinamai Ibu Komba. Bagaimanapun,

Di Indonesia energi tak terbarukan terdiri dari morfologi kedua bukit bawah laut ini masih memperlihatkan struktur seperti kaldera walau energi yang telah dikembangkan yaitu minyak,

gas dan batubara. Energi tak terbarukan yang sangat landai. Batuan volkanik utama yang belum dikembangkan adalah uranium(nuklir), dan menutupi Ibu Komba adalah batuapung (pumice). Coal Bed Methane (CBM) yaitu gas methane yang Sebaliknya Anakkomba mengandung batuapung berada dilapisan batubara jauh didalam tanah. dengan asosiasi gunungapi batuan mafik hingga

POTENSI ENERGI LAUT DI INDONESIA

Sedangkan energi terbarukan terdiri dari air, panas dan surut, berpotensi cukup tinggi untuk bumi, biomas, matahari, angin dan laut. dimanfaatkan sebagai pembangkit dengan Dengan kondisi pantai di Indonesia, salah satu membendung teluk dengan pintu-pintu air. Di alternatif yang menjajikan adalah Solar Pond, yang Indonesia, diperkirakan potensi energi pasang intinya memanfaatkan larutan garam dan air surut dan arus tidak terlalu besar. Walau begitu, sebagai sarana untuk menyimpan panas matahari. dibeberapa daerah, potensi energi pasang surut Solar Pond adalah tempat berkumpulnya air asin dan arus diperkirakan masih layak untuk atau air payau yang digunakan sebagai diterapkan sehingga masih dibutuhkan penelitian “penangkap” dan “penyimpan” panas dari sinar yang mendalam dalam bidang ini. Tempat-tempat matahari untuk menghasilkan energi yang

yang mempunyai potensi energi pasang surut dan kemudian akan digunakan untuk menjalankan

arus laut yang besar, yaitu:proses lebih lanjut. Dalam hal ini dipakai Salt

lLaut Aru, yaitu antara Kepulauan Aru Gradient Pond yang sangat tepat untuk

hingga Papua bagian Selatan (muara Sungai diaplikasikan pada daerah pesisir Kawasan Timur Digul dan Pulau Dolak) dimana terdapat Indonesia. Pada intinya Salt Gradient Pond adalah kisaran pasang surut sekitar 4 sampai 6 penyimpan panas dalam sebuah tambak dengan meter.tingkat keasinan yang berbeda/bertingkat dan

lPenyempitan Selat Malaka di antara bagian dengan menggunakan perbedaan tingkat utara Propinsi Riau dan bagian selatan keasinan air tersebut panas matahari tersimpan Propinsi Sumatra Utara dimana terdapat dalam larutan air asin yang hampir jenuh.kisaran pasang surut sekitar 4 meter.

Energi yang dapat dimanfaatkan dari laut secara lSekitar Teluk Sampit, bagian selatan Propinsi umum dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : Kalimantan Selatan dimana terdapat kisaran

pasang surut sekitar 3,5 meter.Energi GelombangEnergi yang terkandung dalam gelombang cukup Energi Perbedaan Suhubesar, yaitu rata-rata pada muka gelombang Perbedaan suhu permukaan dan kedalaman sebesar 20 – 70 kW/m. Jika daya ini dapat lautan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dikonversikan menjadi listrik dengan efisiensi dengan peralatan konversi energi yang disebut 50%, maka dapat dihasilkan enrgi sebesar 10 –

Ocean Thermal Energy Convention (OTEC). Prinsip 35 kW/m untuk setiap meter garis pantai.

kerja OTEC berdasarkan pada prinsip Pengembangan energi gelombang di Indonesia

thermodinamika dengan mengacu pada siklus sekarang ini sampai pada tahap proyek

rankine yang pada dasarnya menunjukkan suatu percontohan, yaitu di Pantai Baron, Yogyakarta kemampuan kerja dapat dihasilkan bila tersedia dengan kapasitas sebesar 1,1 MW.sumber panas dengan temperatur relatif tinggi dan suatu sumber untuk menyerap panas (heat Energi Pasang Surut dan Arussink) dengan temperatur lebih rendah. Batasan Pada teluk yang mempunyai perbedaan umum temperatur kerja OTEC adalah temperatur ketinggian air, dan perbedaan pada saat pasang

Page 24: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

dalam laut sekitar 5C, sedangkan suhu barat Aceh (sebagai prioritas utama), perairan selatan Sumba dan perairan utara Papua. Sebagai permukaan sekitar 25C. Temperatur ini dapat tindaklanjutnya, pada tanggal 21 Januari sampai menghasilkan selisih temperatur pada fluida kerja dengan 25 Februari 2006 dilakukan survei landas pada inlet dan outlet turbin sebesar 10C. Bila kontinen Indonesia di perairan sebelah barat Aceh digunakan untuk pembangkit listrik efisiensi bersamaan dengan pelaksanaan ekspedisi keseluruhan sekitar 2 – 2,5 %. Potensi energi SeaCause II dengan menggunakan Kapal Riset perbedaan suhu di Indonesia cukup besar. Walau Sonne milik Jerman. Survei ini dilaksanakan begitu bentuk energi ini di Indoensia masih dalam dengan menggunakan metoda seismik refleksi tahap penelitian.multichannel, graviti, magnetik, batimetri, dan parasound. Metoda ini dapat memetakan kondisi geologi bawah permukaan laut khususnya untuk mengetahui ketebalan sedimen, densitas, umur,

Berdasarkan ketentuan dalam United Nation serta topografi permukaan dasar laut mulai dari

Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) daerah Palung ke arah lepas laut.

tahun 1982, Indonesia sebagai negara pantai mempunyai kesempatan untuk menarik batas

Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan:terluar landas kontinen melebihi 200 mil laut dari 1. Dari dua lintasan survei seismik refleksi garis pangkal. Batas waktu melakukan submisi ini multichannel menghasilkan batas terluar adalah pada 13 Mei 2009 dan akan diuji landas kontinen Indonesia di luar 200 mil kebenaran submisinya oleh the Commission on laut, pada koordinat: (91°54'48.96"T, the Limits of Continental Shelf (CLCS). 2°51'24.48"U) dan (91°39'51.84"T,

3°5'27.96"U).Dalam mempersiapkan pelaksanaan submisi ini, 2. Wilayah yang dimungkinkan untuk diklaim sejak tahun 2003 Pusat Riset Wilayah Laut dan direkonstruksi berdasarkan garis yang Sumberdaya Non Hayati, BRKP-DKP bersama BPPT, melewati dua titik hasil survei, garis batas BAKOSURTANAL, JANHIDROS, DEPLU, PPGL, BP Indonesia/India dan garis ZEE.MIGAS, Geoteknologi-LIPI, HAGI, IAGI, Universitas 3. Menurut prediksi hasil Desktop Study luasan Trisakti, Universitas Padjajaran, ITB, telah wilayah yang dimungkinkan untuk diklaim melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa 2172 km2, sedangkan menurut hasil survei koordinasi kegiatan penentuan batas landaas 4163 km2. Perbedaan luasan wilayah antara kontinen, desktop study dan kajian hukum serta Desktop Study (data global) dan hasil survei melakukan survei penentuan titik terluar batas adalah 1991 km2.landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. Dari hasil Desktop Study, terdapat daerah-daerah Sebagai kelanjutan dari hasil survei ini, pada tahun yang berpotensi untuk dilakukannya klaim batas 2006 Pusat Riset Wilayah laut dan Sumberdaya landas kontinen, antara lain: perairan sebelah Non Hayati, BRKP-DKP beserta instansi terkait

PERSIAPAN SUBMISI LANDAS KONTINEN

KE CLCS (2004-2006)

telah melaksanakan kegiatan penyusunan Dr. Nii Allotey Odunton (Wakil Sekjen ISA), Dr. M. dokumen teknis guna melengkapi persyaratan Shyam Prasad (India), Dr. Ray Binns (Australia), Dr. yang diperlukan dalam pelaksanaan submisi batas Mike Johnston (Australia), Dr. Shengxiong Yang landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. (RRC), Dr. Kim Juniper (Canada), Dr. A.K.Sethi

(India), Dr. V.J.Kodagali (India), dan Dr. Hermann R. Selain hal diatas, Departemen Kelautan dan Kudrass (Jerman).Perikanan terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan perikanan khususnya potensi sumberdaya dasar pengetahuan ilmuwan dan masyarakat mengenai laut melalui berbagai kegiatan riset dan potensi kekayaan mineral dasar samudera diluar pengembangan SDM, demikian arahan yang yuridiksi nasional; dan mengetahui perkembangan disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, studi manganese nodules, polymetallic sulphides, Freddy Numberi, dalam pembukaan acara Seminar metal rich seamont crusts, methane gas hydrate Internasional Prospek Sumberdaya Mineral Dasar dan genetic resources di Samudera Hindia dan Samudera " di Manado, pada tanggal 5 Maret Samudera Pasifik; mengetahui perkembangan 2007. Pembukaan seminar ini dihadiri oleh studi dampak lingkungan dan status pemanfaatan Gubernur dan Muspida Provinsi Sulawesi Utara biodiversity dasar samudera dan mengetahui serta Sekretaris Jenderal International Seabed peran "International Seabed Authority" (ISA) Authority (ISA). dalam pengaturan dasar samudera untuk

menjamin pemanfaatan yang adil.Seminar yang berlangsung hingga tanggal 8 Meret 2007 dilaksanakan oleh Badan Riset Pada tahun 1965 John Mero telah menjadi Kelautan dan Perikanan - Departemen Kelautan perhatian dunia berkat temuannya tentang dan Perikanan, bekerjasama dengan Pemda potensi kekayaan mineral dasar samudera berupa SULUT serta Sekretariat "International Seabed "Polymetallic Nodule", yaitu suatu batuan alamiah Authority" (ISA) mengadakan workshop di sebesar bola golf atau bola tennis dengan Indonesia dengan topik bahasan mengenai konsentrasi logam nikel, tembaga (copper) dan perkembangan potensi kekayaan mineral dasar cobalt yang tinggi. Temuan Mero ini menjadi bukti samudera di Samudera Hindia dan Samudera hasil temuan Oceanic Expedition (1872-1876) Pasifik. Pemilihan Kota Manado sebagai tempat tentang potensi polymetallic nodules.kegiatan seminar internasional dilakukan sebagai bentuk mensosialisasi Kota Manado kepada dunia Sebagai anggota "International Seabed internasional sebagai tempat pelaksanaan World Authority", kiprah Indonesia di kancah Majelis Ocean Summit tahun 2009. International Seabed Authority antara lain

Presiden Pertama Majelis ISA (1995-1996), Seminar yang diikuti oleh para peneliti Indonesia Anggota Dewan kategori C (net exportir logam dari berbagai instansi baik perguruan tinggi sejenis) dan sebelumnya pada kategori E maupun lembaga penelitian lainnya ini (keseimbangan geografis), dan Anggota Financial menghadirkan berbagai pembicara dari para pakar Committee dan Legal and Technical Commission. dalam dan luar negeri diantaranya Prof. Dr. Riset tentang manganese nodules, polymetallic Hasyim Djalal, Dr. Satya N. Nandan (Sekjen ISA),

Page 25: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

dalam laut sekitar 5C, sedangkan suhu barat Aceh (sebagai prioritas utama), perairan selatan Sumba dan perairan utara Papua. Sebagai permukaan sekitar 25C. Temperatur ini dapat tindaklanjutnya, pada tanggal 21 Januari sampai menghasilkan selisih temperatur pada fluida kerja dengan 25 Februari 2006 dilakukan survei landas pada inlet dan outlet turbin sebesar 10C. Bila kontinen Indonesia di perairan sebelah barat Aceh digunakan untuk pembangkit listrik efisiensi bersamaan dengan pelaksanaan ekspedisi keseluruhan sekitar 2 – 2,5 %. Potensi energi SeaCause II dengan menggunakan Kapal Riset perbedaan suhu di Indonesia cukup besar. Walau Sonne milik Jerman. Survei ini dilaksanakan begitu bentuk energi ini di Indoensia masih dalam dengan menggunakan metoda seismik refleksi tahap penelitian.multichannel, graviti, magnetik, batimetri, dan parasound. Metoda ini dapat memetakan kondisi geologi bawah permukaan laut khususnya untuk mengetahui ketebalan sedimen, densitas, umur,

Berdasarkan ketentuan dalam United Nation serta topografi permukaan dasar laut mulai dari

Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) daerah Palung ke arah lepas laut.

tahun 1982, Indonesia sebagai negara pantai mempunyai kesempatan untuk menarik batas

Berdasarkan hasil survei dapat disimpulkan:terluar landas kontinen melebihi 200 mil laut dari 1. Dari dua lintasan survei seismik refleksi garis pangkal. Batas waktu melakukan submisi ini multichannel menghasilkan batas terluar adalah pada 13 Mei 2009 dan akan diuji landas kontinen Indonesia di luar 200 mil kebenaran submisinya oleh the Commission on laut, pada koordinat: (91°54'48.96"T, the Limits of Continental Shelf (CLCS). 2°51'24.48"U) dan (91°39'51.84"T,

3°5'27.96"U).Dalam mempersiapkan pelaksanaan submisi ini, 2. Wilayah yang dimungkinkan untuk diklaim sejak tahun 2003 Pusat Riset Wilayah Laut dan direkonstruksi berdasarkan garis yang Sumberdaya Non Hayati, BRKP-DKP bersama BPPT, melewati dua titik hasil survei, garis batas BAKOSURTANAL, JANHIDROS, DEPLU, PPGL, BP Indonesia/India dan garis ZEE.MIGAS, Geoteknologi-LIPI, HAGI, IAGI, Universitas 3. Menurut prediksi hasil Desktop Study luasan Trisakti, Universitas Padjajaran, ITB, telah wilayah yang dimungkinkan untuk diklaim melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa 2172 km2, sedangkan menurut hasil survei koordinasi kegiatan penentuan batas landaas 4163 km2. Perbedaan luasan wilayah antara kontinen, desktop study dan kajian hukum serta Desktop Study (data global) dan hasil survei melakukan survei penentuan titik terluar batas adalah 1991 km2.landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. Dari hasil Desktop Study, terdapat daerah-daerah Sebagai kelanjutan dari hasil survei ini, pada tahun yang berpotensi untuk dilakukannya klaim batas 2006 Pusat Riset Wilayah laut dan Sumberdaya landas kontinen, antara lain: perairan sebelah Non Hayati, BRKP-DKP beserta instansi terkait

PERSIAPAN SUBMISI LANDAS KONTINEN

KE CLCS (2004-2006)

telah melaksanakan kegiatan penyusunan Dr. Nii Allotey Odunton (Wakil Sekjen ISA), Dr. M. dokumen teknis guna melengkapi persyaratan Shyam Prasad (India), Dr. Ray Binns (Australia), Dr. yang diperlukan dalam pelaksanaan submisi batas Mike Johnston (Australia), Dr. Shengxiong Yang landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. (RRC), Dr. Kim Juniper (Canada), Dr. A.K.Sethi

(India), Dr. V.J.Kodagali (India), dan Dr. Hermann R. Selain hal diatas, Departemen Kelautan dan Kudrass (Jerman).Perikanan terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan dan Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan perikanan khususnya potensi sumberdaya dasar pengetahuan ilmuwan dan masyarakat mengenai laut melalui berbagai kegiatan riset dan potensi kekayaan mineral dasar samudera diluar pengembangan SDM, demikian arahan yang yuridiksi nasional; dan mengetahui perkembangan disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, studi manganese nodules, polymetallic sulphides, Freddy Numberi, dalam pembukaan acara Seminar metal rich seamont crusts, methane gas hydrate Internasional Prospek Sumberdaya Mineral Dasar dan genetic resources di Samudera Hindia dan Samudera " di Manado, pada tanggal 5 Maret Samudera Pasifik; mengetahui perkembangan 2007. Pembukaan seminar ini dihadiri oleh studi dampak lingkungan dan status pemanfaatan Gubernur dan Muspida Provinsi Sulawesi Utara biodiversity dasar samudera dan mengetahui serta Sekretaris Jenderal International Seabed peran "International Seabed Authority" (ISA) Authority (ISA). dalam pengaturan dasar samudera untuk

menjamin pemanfaatan yang adil.Seminar yang berlangsung hingga tanggal 8 Meret 2007 dilaksanakan oleh Badan Riset Pada tahun 1965 John Mero telah menjadi Kelautan dan Perikanan - Departemen Kelautan perhatian dunia berkat temuannya tentang dan Perikanan, bekerjasama dengan Pemda potensi kekayaan mineral dasar samudera berupa SULUT serta Sekretariat "International Seabed "Polymetallic Nodule", yaitu suatu batuan alamiah Authority" (ISA) mengadakan workshop di sebesar bola golf atau bola tennis dengan Indonesia dengan topik bahasan mengenai konsentrasi logam nikel, tembaga (copper) dan perkembangan potensi kekayaan mineral dasar cobalt yang tinggi. Temuan Mero ini menjadi bukti samudera di Samudera Hindia dan Samudera hasil temuan Oceanic Expedition (1872-1876) Pasifik. Pemilihan Kota Manado sebagai tempat tentang potensi polymetallic nodules.kegiatan seminar internasional dilakukan sebagai bentuk mensosialisasi Kota Manado kepada dunia Sebagai anggota "International Seabed internasional sebagai tempat pelaksanaan World Authority", kiprah Indonesia di kancah Majelis Ocean Summit tahun 2009. International Seabed Authority antara lain

Presiden Pertama Majelis ISA (1995-1996), Seminar yang diikuti oleh para peneliti Indonesia Anggota Dewan kategori C (net exportir logam dari berbagai instansi baik perguruan tinggi sejenis) dan sebelumnya pada kategori E maupun lembaga penelitian lainnya ini (keseimbangan geografis), dan Anggota Financial menghadirkan berbagai pembicara dari para pakar Committee dan Legal and Technical Commission. dalam dan luar negeri diantaranya Prof. Dr. Riset tentang manganese nodules, polymetallic Hasyim Djalal, Dr. Satya N. Nandan (Sekjen ISA),

Page 26: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

sulphides, metal rich seamont crusts, methane gas hydrate, telah dilakukan oleh Indonesia bekerjasama dengan Jerman dan Australia pada periode tahun 2000 - 2003 di perairan Indonesia, seperti Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, di Laut Flores, Teluk Tomini, Laut Banda dan perairan Sangihe Talaud.Adapun keluaran dari kegiatan seminar ini adalah bertambahnya pengetahuan ilmuwan dan masyarakat Indonesia mengenai sumberdaya dasar laut, serta bertambahnya pengetahuan mengenai pelaksanaan pengaturan kekayaan sumberdaya tersebut, tatacara untuk memperoleh wilayah konsesi dengan segala hak dan kewajiban yang terkait. Seminar ini telah membuka wawasan untuk mengembangkan kerjasama antara Indonesia dengan negara lain dalam bidang riset mineral dan sumberdaya genetik dasar samudera.

Upaya pemerintah dalam pengelolaan BMKT dilakukan dengan cara mengikutsertakan semua pemangku kepentingan di pusat dan di daerah. Keikutsertaan pemangku kepentingan ini dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unsur pemangku kepentingan tersebut. Pengelolaan pemanfaatan BMKT dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dalam Keppres no. 107 tahun 2000, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 03 tahun 2000, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan N0. 39 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Perizinan Survei dan Perizinan Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam.

Selain itu, pengelolaan aset arkeologi bawah air dilakukan juga oleh instansi-instansi sektoral di pusat maupun daerah. Misalnya, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati yang bernaung dibawah Badan Riset Kelautan dan Perikanan melakukan studi dan identifikasi aset

arkeologi bawah air, bersama dengan instansi lain, pada aspek IPTEKnya, mengingat pengenalan potensi dan aset arkeologi bawah air memerlukan

teknologi dan peralatan khusus. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian seperti ini akan sangat berguna untuk pengelolaan aset arkeologi tersebut, termasuk melindunginya.

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SUMBERDAYA ARKEOLOGI LAUT

Identifikasi dan inventarisasi titik-titik kapal tenggelam dilakukan melalui analisis atas data geografis, historis, dokumentatif, serta informasi lainnya. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan seperti ini kemudian dapat dipergunakan untuk maksud-maksud pengelolaan. Melalui studi seperti ini dapat diketahui atau diperkirakan keberadaan BMKT asal abad ke 16 sampai abad ke 19 diperairan Nusantara yang tersebar di 463 titik di laut Riau, Bangka – Belitung, Selat Karimata, Bengkulu, Buton, Kalimantan Barat, Selat Makasar, perairan Maluku, Bali, laut Banda, laut Flores, laut Jawa, Ternate – Tidore, laut Timor dan sebagainya. Sebaran aset arkeologi bawak air tersebut perlu ditelaah lebih detil dan dilakukan kajian lebih lanjut, termasuk didalamnya aspek ekonomi, aspek ilmu pengetahuan dan budaya, dan aspek perlindungannya.

Upaya lain yang dapat dilakukan terhadap titik-titik tersebut adalah menganalisa potensi-

potensi pemanfaatannya yang tetap berwawasan pelestarian. Potensi arkeologi

bawah air juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi seperti pemanfaatan untuk objek wisata bahari (selam) dengan tetap memasukkan unsur-unsur pengetahuan sejarah, budaya, dan iptek.

Pengembangan potensi ini juga dapat mendukung pembangunan di bidang kelautan dan perikanan di pusat dan daerah sekaligus menambah

informasi perjalanan sejarah budaya maritim bangsa ini. Pelaksanaannya dapat dilakukan melalui suatu kerjasama dengan instansi-instansi terkait (Kementrian Kebudayaan & Pariwisata) serta Pemda setempat dalam mengelola situs-situs kapal tenggelam (shipwreck) sebagai lokasi wisata bahari minat khusus.

Pemanfaatan potensi arkeologi bawah air untuk pengembangan perekonomian negara yang

melibatkan swasta perlu dikembangkan dan disempurnakan dengan

mempertimbangkan nilai historis yang sangat penting bagi

rekonstruksi sejarah maritim, dengan mengikutsertakan

para ahli yang berkompeten sehingga

kerusakan situs dan aset arkeologi

bawah air dapat dihindari. Oleh karena itu perlu dibuat suatu aturan tentang penanganan situs arkeologi bawah air yang lebih memadai baik untuk maksud memanfaatkan

nya secara ekonomi maupun

untuk maksud melindunginya.

Misalnya, dalam proses pengangkatan

sedapat mungkin agar diusahakan investornya

berasal dari dalam negeri, sehingga tanggung jawab

pengelolaan situs menjadi lebih jelas. Selain itu, perlu ditingkatkan pengawasan

lapangan untuk mencegah pemanfaatan ilegal

dan perusakan situs.

Strategi lain yang dapat ditempuh dalam rangka

menyempurnakan pengelolaan aset arkeologi bawah laut adalah menjadikan titik-titik peninggalan arkeologi bawah air yang berupa

kapal tenggelam dan artefak-artefaknya(BMKT dan matriks-nya) sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sejarah budaya maritim. Untuk itu diperlukan tenaga ahli yang berkompeten dengan berbagai macam latar belakang ilmu seperti arkeologi, sejarah, ilmu kelautan, kimia, geologi laut, dan teknologi kapal dan sebagainya.

Selanjutnya perlu dibuat studi khusus tentang peraturan perundang-undangan untuk arkeologi bawah air, baik di tingkat nasional maupun internasional, terkait dengan kebijakan pengelolaan asset/potensi peninggalan arkeologi bawah air. Misalnya, perlu dikaji kembali konsep potensi arkeologi bawah air dalam segi usia (apakah 100 atau 50 tahun), karena konsep 100 tahun berdasarkan konvensi internasional UNESCO 2001 telah diratifikasi oleh beberapa negara sedangkan Indonesia sendiri telah memiliki UU No. 5 Tahun 1992 yang menyebutkan usia 50 tahun untuk dapat disebut sebagai benda cagar budaya.

Page 27: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

sulphides, metal rich seamont crusts, methane gas hydrate, telah dilakukan oleh Indonesia bekerjasama dengan Jerman dan Australia pada periode tahun 2000 - 2003 di perairan Indonesia, seperti Samudera Hindia, sebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, di Laut Flores, Teluk Tomini, Laut Banda dan perairan Sangihe Talaud.Adapun keluaran dari kegiatan seminar ini adalah bertambahnya pengetahuan ilmuwan dan masyarakat Indonesia mengenai sumberdaya dasar laut, serta bertambahnya pengetahuan mengenai pelaksanaan pengaturan kekayaan sumberdaya tersebut, tatacara untuk memperoleh wilayah konsesi dengan segala hak dan kewajiban yang terkait. Seminar ini telah membuka wawasan untuk mengembangkan kerjasama antara Indonesia dengan negara lain dalam bidang riset mineral dan sumberdaya genetik dasar samudera.

Upaya pemerintah dalam pengelolaan BMKT dilakukan dengan cara mengikutsertakan semua pemangku kepentingan di pusat dan di daerah. Keikutsertaan pemangku kepentingan ini dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unsur pemangku kepentingan tersebut. Pengelolaan pemanfaatan BMKT dilakukan sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dalam Keppres no. 107 tahun 2000, Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 03 tahun 2000, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan N0. 39 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Perizinan Survei dan Perizinan Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Yang Tenggelam.

Selain itu, pengelolaan aset arkeologi bawah air dilakukan juga oleh instansi-instansi sektoral di pusat maupun daerah. Misalnya, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya Non Hayati yang bernaung dibawah Badan Riset Kelautan dan Perikanan melakukan studi dan identifikasi aset

arkeologi bawah air, bersama dengan instansi lain, pada aspek IPTEKnya, mengingat pengenalan potensi dan aset arkeologi bawah air memerlukan

teknologi dan peralatan khusus. Data dan informasi yang diperoleh dari hasil kajian seperti ini akan sangat berguna untuk pengelolaan aset arkeologi tersebut, termasuk melindunginya.

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SUMBERDAYA ARKEOLOGI LAUT

Identifikasi dan inventarisasi titik-titik kapal tenggelam dilakukan melalui analisis atas data geografis, historis, dokumentatif, serta informasi lainnya. Informasi yang diperoleh melalui kegiatan seperti ini kemudian dapat dipergunakan untuk maksud-maksud pengelolaan. Melalui studi seperti ini dapat diketahui atau diperkirakan keberadaan BMKT asal abad ke 16 sampai abad ke 19 diperairan Nusantara yang tersebar di 463 titik di laut Riau, Bangka – Belitung, Selat Karimata, Bengkulu, Buton, Kalimantan Barat, Selat Makasar, perairan Maluku, Bali, laut Banda, laut Flores, laut Jawa, Ternate – Tidore, laut Timor dan sebagainya. Sebaran aset arkeologi bawak air tersebut perlu ditelaah lebih detil dan dilakukan kajian lebih lanjut, termasuk didalamnya aspek ekonomi, aspek ilmu pengetahuan dan budaya, dan aspek perlindungannya.

Upaya lain yang dapat dilakukan terhadap titik-titik tersebut adalah menganalisa potensi-

potensi pemanfaatannya yang tetap berwawasan pelestarian. Potensi arkeologi

bawah air juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi seperti pemanfaatan untuk objek wisata bahari (selam) dengan tetap memasukkan unsur-unsur pengetahuan sejarah, budaya, dan iptek.

Pengembangan potensi ini juga dapat mendukung pembangunan di bidang kelautan dan perikanan di pusat dan daerah sekaligus menambah

informasi perjalanan sejarah budaya maritim bangsa ini. Pelaksanaannya dapat dilakukan melalui suatu kerjasama dengan instansi-instansi terkait (Kementrian Kebudayaan & Pariwisata) serta Pemda setempat dalam mengelola situs-situs kapal tenggelam (shipwreck) sebagai lokasi wisata bahari minat khusus.

Pemanfaatan potensi arkeologi bawah air untuk pengembangan perekonomian negara yang

melibatkan swasta perlu dikembangkan dan disempurnakan dengan

mempertimbangkan nilai historis yang sangat penting bagi

rekonstruksi sejarah maritim, dengan mengikutsertakan

para ahli yang berkompeten sehingga

kerusakan situs dan aset arkeologi

bawah air dapat dihindari. Oleh karena itu perlu dibuat suatu aturan tentang penanganan situs arkeologi bawah air yang lebih memadai baik untuk maksud memanfaatkan

nya secara ekonomi maupun

untuk maksud melindunginya.

Misalnya, dalam proses pengangkatan

sedapat mungkin agar diusahakan investornya

berasal dari dalam negeri, sehingga tanggung jawab

pengelolaan situs menjadi lebih jelas. Selain itu, perlu ditingkatkan pengawasan

lapangan untuk mencegah pemanfaatan ilegal

dan perusakan situs.

Strategi lain yang dapat ditempuh dalam rangka

menyempurnakan pengelolaan aset arkeologi bawah laut adalah menjadikan titik-titik peninggalan arkeologi bawah air yang berupa

kapal tenggelam dan artefak-artefaknya(BMKT dan matriks-nya) sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sejarah budaya maritim. Untuk itu diperlukan tenaga ahli yang berkompeten dengan berbagai macam latar belakang ilmu seperti arkeologi, sejarah, ilmu kelautan, kimia, geologi laut, dan teknologi kapal dan sebagainya.

Selanjutnya perlu dibuat studi khusus tentang peraturan perundang-undangan untuk arkeologi bawah air, baik di tingkat nasional maupun internasional, terkait dengan kebijakan pengelolaan asset/potensi peninggalan arkeologi bawah air. Misalnya, perlu dikaji kembali konsep potensi arkeologi bawah air dalam segi usia (apakah 100 atau 50 tahun), karena konsep 100 tahun berdasarkan konvensi internasional UNESCO 2001 telah diratifikasi oleh beberapa negara sedangkan Indonesia sendiri telah memiliki UU No. 5 Tahun 1992 yang menyebutkan usia 50 tahun untuk dapat disebut sebagai benda cagar budaya.

Page 28: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang meter yang merupakan rumah bagi berbagai jenis udang-udangan, kerang-kerangan, dan beraneka Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki macam spesies lainnya, dan masih banyak lagi kewajiban untuk mengelola dan melindungi lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu lautnya agar sumber dayanya tetap terjaga. Untuk persatu. mengelola dan melindunginya diperlukan suatu

Kebijakan Kelautan Indonesia. Selama bertahun-tahun, eksploitasi dan penyalahgunaan laut telah terjadi. Pencemaran Mengapa Indonesia sangat memerlukan strategi logam berat dan minyak tumpah, penangkapan dalam mengelola laut ? karena setelah meratifikasi ikan yang berlebihan, alga blooming, polusi suara konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

hukum laut, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa dengan luas perairan menjadi 5,8 juta km2, yang terdiri dari perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan Nusantara 2,9 juta km2, Zona Ekonomi Eksklusif 2,7 juta km2, dengan jumlah pulau 17.508 buah dengan dan panjang pantai mencapai 81.000 km. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah perairan Indonesia mencakup lebih dari dua per tiga dari seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Didalam perairannya yang sangat luas itu, tersimpan ribuan fenomena yang tidak pernah

menyangka sebelumnya. Disana terdapat beraneka ragam spesies, mahluk-mahluk yang tidak biasa, gunung bawah laut yang tak terhingga banyaknya, dan juga air yang sangat gelap dan sangat dingin melebihi apa yang

dibayangkan. Disanalah tempat ikan paus bermigrasi dari samudera selatan yang dingin menuju perairan tropis di utara, pegunungan

laut yang puncaknya mencapai berkilo-kilo meter dari dasar laut, hutan lamun raksasa yang daunnya mencapai panjang tiga puluh lima

Wilayah danKadaster Laut

akibat industri, dan berkurangnya suatu jenis sinkronisasi berbagai aspek tersebut diperlukan suatu kebijakan kelautan nasional.spesies secara signifikan adalah sedikit dari Hasil kajian selama ini telah menetapkan bahwa banyaknya contoh yang telah terjadi. Hutan lamun Kebijakan Kelautan Indonesia disusun sebagai raksasa kini terganggu fungsi interaksinya arahan strategis dan komprehensif dalam rangka berkaitan dengan naiknya temperatur air laut, mewujudkan visi dan misi pembangunan kelautan pemanasan global, dan akibat polutan. Oleh nasional hingga 2025 yang difokuskan pada karena alasan itulah diperlukan strategi Membangkitkan Wawasan dan Budaya Bahari, bagaimana mengelola laut Indonesia.Menetapkan Wilayah NKRI, Aset-aset dan Kewajiban-kewajiban sesuai yang telah digariskan Aktifitas KegiatanUNCLOS '82, Meningkatkan dan menguatkan 1. Kajian Kebijakan Kelautan 2007peran IPTEK, Riset dan Sistem Informasi Kelautan, 2. Pengembangan Basisdata Toponimi MaritimMengembangkan Kerjasama Regional dan Internasional bidang Kelautan, Mengembangkan Pola Perencanaan Berbasis Kewilayahan dan Sebagai negara kepulauan, Indonesia selama ini Ekosistem, Mengembangkan Industri Kelautan belum dapat memanfaatkan sumber daya secara sinergi, optimal dan berkelanjutan, kelautan secara optimal. Pengelolaan dan Meningkatkan dan menguatkan peranan pemanfaatan laut mencakup ruang lingkup yang Sumberdaya Manusia Bidang Kelautan, luas, sehingga perlu juga disadari bahwa Mengembangkan kegiatan Ekonomi Produktif mengelola laut memiliki resiko tinggi terhadap Skala Kecil (Pro Poor, Pro Growth, Pro Joob), kondisi alam, memerlukan investasi besar, Mengembangkan dan menerapkan Ocean dukungan teknologi dan SDM yang memadai. Governance, Meningkatkan Pengelolaan Bencana Mengingat laut Indonesia merupakan bagian dari Pesisir dan Laut, dan Mengamankan wilayah laut dunia, maka dalam mengelola laut tidak Kedaulatan, Yurisdiksi dan Aset Negara Kesatuan dapat lepas dari peraturan hukum internasional Republik Indonesia.yang berlaku.

Pembangunan kelautan memiliki berbagai aspek antara lain aspek ekonomi, ekologi, pertahanan Riset Toponimi Laut dilaksanakan pada tahun kemanan, politik, sosial dan budaya serta aspek anggaran 2005 - 2006, pada tahun 2005 penunjang lainnya. Berbagai aspek tersebut harus dilakukan kajian Toponimi Laut yang difokuskan sinkron sehingga pembangunan kelautan dapat pada kajian Toponimi Laut dalam rangka berjalan dengan baik. Untuk mewujudkan mendukung Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

Kajian Kebijakan Kelautan (2005 – 2006)

Toponimi Laut Indonesia (2005 – 2006)

Page 29: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

Latar Belakang meter yang merupakan rumah bagi berbagai jenis udang-udangan, kerang-kerangan, dan beraneka Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki macam spesies lainnya, dan masih banyak lagi kewajiban untuk mengelola dan melindungi lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu lautnya agar sumber dayanya tetap terjaga. Untuk persatu. mengelola dan melindunginya diperlukan suatu

Kebijakan Kelautan Indonesia. Selama bertahun-tahun, eksploitasi dan penyalahgunaan laut telah terjadi. Pencemaran Mengapa Indonesia sangat memerlukan strategi logam berat dan minyak tumpah, penangkapan dalam mengelola laut ? karena setelah meratifikasi ikan yang berlebihan, alga blooming, polusi suara konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

hukum laut, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk lebih dari 200 juta jiwa dengan luas perairan menjadi 5,8 juta km2, yang terdiri dari perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan Nusantara 2,9 juta km2, Zona Ekonomi Eksklusif 2,7 juta km2, dengan jumlah pulau 17.508 buah dengan dan panjang pantai mencapai 81.000 km. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah perairan Indonesia mencakup lebih dari dua per tiga dari seluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Didalam perairannya yang sangat luas itu, tersimpan ribuan fenomena yang tidak pernah

menyangka sebelumnya. Disana terdapat beraneka ragam spesies, mahluk-mahluk yang tidak biasa, gunung bawah laut yang tak terhingga banyaknya, dan juga air yang sangat gelap dan sangat dingin melebihi apa yang

dibayangkan. Disanalah tempat ikan paus bermigrasi dari samudera selatan yang dingin menuju perairan tropis di utara, pegunungan

laut yang puncaknya mencapai berkilo-kilo meter dari dasar laut, hutan lamun raksasa yang daunnya mencapai panjang tiga puluh lima

Wilayah danKadaster Laut

akibat industri, dan berkurangnya suatu jenis sinkronisasi berbagai aspek tersebut diperlukan suatu kebijakan kelautan nasional.spesies secara signifikan adalah sedikit dari Hasil kajian selama ini telah menetapkan bahwa banyaknya contoh yang telah terjadi. Hutan lamun Kebijakan Kelautan Indonesia disusun sebagai raksasa kini terganggu fungsi interaksinya arahan strategis dan komprehensif dalam rangka berkaitan dengan naiknya temperatur air laut, mewujudkan visi dan misi pembangunan kelautan pemanasan global, dan akibat polutan. Oleh nasional hingga 2025 yang difokuskan pada karena alasan itulah diperlukan strategi Membangkitkan Wawasan dan Budaya Bahari, bagaimana mengelola laut Indonesia.Menetapkan Wilayah NKRI, Aset-aset dan Kewajiban-kewajiban sesuai yang telah digariskan Aktifitas KegiatanUNCLOS '82, Meningkatkan dan menguatkan 1. Kajian Kebijakan Kelautan 2007peran IPTEK, Riset dan Sistem Informasi Kelautan, 2. Pengembangan Basisdata Toponimi MaritimMengembangkan Kerjasama Regional dan Internasional bidang Kelautan, Mengembangkan Pola Perencanaan Berbasis Kewilayahan dan Sebagai negara kepulauan, Indonesia selama ini Ekosistem, Mengembangkan Industri Kelautan belum dapat memanfaatkan sumber daya secara sinergi, optimal dan berkelanjutan, kelautan secara optimal. Pengelolaan dan Meningkatkan dan menguatkan peranan pemanfaatan laut mencakup ruang lingkup yang Sumberdaya Manusia Bidang Kelautan, luas, sehingga perlu juga disadari bahwa Mengembangkan kegiatan Ekonomi Produktif mengelola laut memiliki resiko tinggi terhadap Skala Kecil (Pro Poor, Pro Growth, Pro Joob), kondisi alam, memerlukan investasi besar, Mengembangkan dan menerapkan Ocean dukungan teknologi dan SDM yang memadai. Governance, Meningkatkan Pengelolaan Bencana Mengingat laut Indonesia merupakan bagian dari Pesisir dan Laut, dan Mengamankan wilayah laut dunia, maka dalam mengelola laut tidak Kedaulatan, Yurisdiksi dan Aset Negara Kesatuan dapat lepas dari peraturan hukum internasional Republik Indonesia.yang berlaku.

Pembangunan kelautan memiliki berbagai aspek antara lain aspek ekonomi, ekologi, pertahanan Riset Toponimi Laut dilaksanakan pada tahun kemanan, politik, sosial dan budaya serta aspek anggaran 2005 - 2006, pada tahun 2005 penunjang lainnya. Berbagai aspek tersebut harus dilakukan kajian Toponimi Laut yang difokuskan sinkron sehingga pembangunan kelautan dapat pada kajian Toponimi Laut dalam rangka berjalan dengan baik. Untuk mewujudkan mendukung Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

Kajian Kebijakan Kelautan (2005 – 2006)

Toponimi Laut Indonesia (2005 – 2006)

Page 30: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

berdasarkan topografi dasar laut sebagai langkah Penataan Zona Penangkapan Ikan. Hasil kajian tersebut diharapkan menjadi bahan masukan dalam rangka penguatan penataan berdasarkan kaidah toponimi laut dan morfologi dasar laut.

Riset Toponimi Laut tahun 2006 difokuskan pada penyusunan Metodologi Survei dan melakukan identifikasi unsur-unsur Toponimi Laut dalam rangka tertib administrasi sebagai data dasar dalam Penataan Wilayah Laut. Hal ini disebabkan belum adanya panduan resmi tentang Metodologi Survei Toponimi Laut dan masih beragamnya nama-nama toponimi laut khususnya tanjung, selat dan teluk antara nama yang berlaku secara lokal dan yang tercatat secara nasional.

Hasil kajian Toponimi Laut tahun 2006 telah dihasilkan Metodologi Survei Toponimi Laut yang disusun berdasarkan kajian hasil kegiatan survei lapangan dan tersusunnya nama-nama toponimi laut berdasarkan nama yang berlaku secara lokal pada daerah penelitian. Hal tersebut sebagai bahan masukan dalam penyusunan Gazeteer Toponimi Maritim Nasional. Selain itu, hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukan secara kuantitatif dalam upaya penataan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) ke depan.

Page 31: Lima tahun Iptek Kelautan - Pusat Riset Kelautan

berdasarkan topografi dasar laut sebagai langkah Penataan Zona Penangkapan Ikan. Hasil kajian tersebut diharapkan menjadi bahan masukan dalam rangka penguatan penataan berdasarkan kaidah toponimi laut dan morfologi dasar laut.

Riset Toponimi Laut tahun 2006 difokuskan pada penyusunan Metodologi Survei dan melakukan identifikasi unsur-unsur Toponimi Laut dalam rangka tertib administrasi sebagai data dasar dalam Penataan Wilayah Laut. Hal ini disebabkan belum adanya panduan resmi tentang Metodologi Survei Toponimi Laut dan masih beragamnya nama-nama toponimi laut khususnya tanjung, selat dan teluk antara nama yang berlaku secara lokal dan yang tercatat secara nasional.

Hasil kajian Toponimi Laut tahun 2006 telah dihasilkan Metodologi Survei Toponimi Laut yang disusun berdasarkan kajian hasil kegiatan survei lapangan dan tersusunnya nama-nama toponimi laut berdasarkan nama yang berlaku secara lokal pada daerah penelitian. Hal tersebut sebagai bahan masukan dalam penyusunan Gazeteer Toponimi Maritim Nasional. Selain itu, hasil kegiatan ini diharapkan dapat memberikan masukan secara kuantitatif dalam upaya penataan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) ke depan.