leukimia
DESCRIPTION
farmasiTRANSCRIPT
LEUKOPENIA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian Leukopenia
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu
keadaan berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama
dengan 5000 / mm3. (Dorland,1994)
Leukopenia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah putih pada
sirkulasi perifer kurang dari 4,0 x 109 / L. Pada sebagian besar kasus, penyakit ini
dihubungkan dengan penurunan granulosit karena granulosit adalah komponen
mayor dari sel darah putih pada sirkulasi perifer. (www.health-res.com)
Leukopenia adalah kondisi klinis yang terjadi bila sumsum tulang
memproduksi sangat sedikit sel darah putih sehingga tubuh tidak terlindung
terhadap banyak bakteri dan agen-agen lain yang mungkin masuk mengenai
jaringan (Guyton, 2008)
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa leukopenia
adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat sedikit
sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000
leukosit/mm3.
2. Epidemiologi Leukopenia
Dari 372 orang Yahudi Yemen dari segala usia yang ditinjau dalam rangka untuk
menjelaskan epidemiologi jinak leukopenia, terdapat dua puluh satu persen
leukosit berada di bawah 5000 cells/mm3. Neutropenia dengan jumlah neutrofil
3. Etiologi Leukopenia
Penyebab leukopenia dikhususkan ke dalam jenis-jenisnya, yaitu
1. Neutropenia, penyebabnya : infeksi virus, campak, demam thypoid toksin,
rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides,
barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis
shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia, penyebabnya : meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing,
kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.
3. Limfopenia, penyebabnya : karena faktor keturunan dan immunodeficiency,
stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.
4. Monocytopenia, penyebabnya : batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum
tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan
agranulocytosis).
4. Patofisiologi Leukopenia
Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini
akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia.
Radiasi sinar X dan sinar yang berlebihan serta (gamma) ال penggunaan obat-
obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan
rusaknya sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi
sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini
dikhususkan leukosit yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya
akan mengakibatkan neutropenia (produksi neutrofil menurun), monositopenia
(produksi monosit menurun), dan eosinopenia (produksi eosinofil menurun).
Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit immunodefisiensi, seperti HIV
AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang terdapat di limfosit T dalam
sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan limfosit hancur sehingga
mengalami penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia.
Oleh karena penyebab-penyebab di atas yang berujung pada menurunnya jumlah
komponen-komponen leukosit (neutropenia, eosinopenia, monositopenia,
limfopenia) maka terjadilah leukopenia.
5. Klasifikasi Leukopenia
Klasifikasi leucopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu :
1. Neutropenia memiliki penyebab yang beragam seperti : infeksi virus, campak,
demam tipus toksin, Rickettsia dari tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-
obatan (sulfanilamides, barbiturat, cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12,
asam folat, anafilaksis shock, hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia penyebabnya adalah : meningkatnya kadar stres, syndrom
Cushing, kortikosteroid, penyakit menular, corticotrophin dan kortison.
3. Lymphopenia penyebabnya adalah : karena faktor keturunan dan
immunodeficiency, stres, radiasi penyakit, tuberkulosis militer.
4. Monocytopenia terjadi karena batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum
tulang hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan
agranulocytosis).
6. Manifestasi Klinis Leukopenia
Indikator yang paling umum dari leukopenia adalah neutropenia (pengurangan
jumlah neutrofil dalam leukosit). Jumlah neutrofil juga dapat menjadi indikator
yang paling umum dari risiko infeksi. Jika leukopenia ringan, orang tidak akan
menunjukkan gejala apapun, hanya dalam kasus yang berat gejala mulai muncul.
Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :
a) Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin
b) Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode
menstruasi
c) Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan
hal ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi
d) Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan
mengganggu keseimbangan emosional.
e) Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam
darah.
f) Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam
mulut, seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
g) Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus
atau bakteri.
h) Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative
jarang terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
i) Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu
pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus oral,
dan mudah marah
7. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah terkena
infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan kelemahan imun tubuh
(sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu tubuh
menunjukkan peningkatan
Auskultasi : ditemukan ronchi
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan labolatorium
Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual diferensial
dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap evaluasi noda darah
perifer yang memberikan informasi tentang sel darah merah (RBC) dan morfologi
trombosit.
Pemeriksaan smear sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik sitometri
arus.
Pemeriksaan microbiologic cultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat dilihat pada
pasien demam.
Pengujian antibodi antineutrophil harus dilakukan pada pasien dengan riwayat
autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak jelas penyebab
leukopenia.
Dalam bawaan neutropenia dan neutropenia siklik, analisis genetik harus
dilakukan untuk mengklasifikasikan kondisi benar.
2. Imaging Studies
Tidak ada pencitraan yang spesifik untuk menetapkan diagnosis leukopenia.
Sebagai bagian dari pemeriksaan untuk lokalisasi infeksi, sesuai radiografi
(misalnya, gambar dada) ditandai.
Studi pencitraan lain ditentukan oleh keadaan-keadaan khusus dari setiap kasus.
3. Temuan histologis
Pada smear darah tepi menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak adanya
neutrofil.
Pada sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak
adanya myeloid prekursor.
Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan pematangan promyelocyte di
sumsum tulang belakang.
Pada kesempatan ini, mungkin hypercellular sumsum.
4. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow
9. Diagnosis
Diagnosis ditetapkan dengan melihat tanda dan gejala pada klien serta didasarkan
pada hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis. Pada pemeriksaan darah
lengkap tampak penurunan jumlah leukosit dalam darah. Pada smear darah tepi
menunjukkan penurunan yang ditandai atau tidak adanya neutrofil. Pemeriksaan
sumsum tulang mungkin menunjukkan myeloid hypoplasia atau tidak adanya
myeloid prekursor. Dalam banyak kasus, sumsum tulang selular dengan
pematangan promyelocyte di sumsum tulang belakang.
10. Penatalaksanaan / Pengobatan Leukopenia
Steroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk mengaktifkan sumsum
tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah putih.
Beberapa terapi seperti terapi sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan
leukopenia.
11. Prognosis Leukopenia
Pada leukopenia tanpa pengobatan, dalam waktu kurang dari 1 minggu setelah
dimulainya leukopenia total akut, dapat terjadi kematian. Pada leukopenia karena
aplasia sumsum tulang, asalkan tersedia waktu yang cukup, pasien diterapi dengan
transfusi yang tepat, ditambah antibiotik dan obat-obatan lainnya untuk
menaggulangi infeksi, biasanya terbentuk sumsum tulang baru yang cukup dalam
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan supaya konsentrasi sel-sel darah
dapat kembali normal (Guyton,2008).
http://nersc08.blogspot.com/2011/04/leukopenia.html
LEUKOPENIA
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Lekopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah daripada
normal dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
Leukopenia adalah berkurangnya jumlah eritrosit di dalam darah, jimlahnya sama
dengan 5000/mm³ atau kurang. (Poppy, 2000)
Agranulositosis adalah sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil,
mengakibatkan tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang akan
menyerang jaringan ( Guyton, 1992 )
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang ditandai dengan jumlah
leukosit yang sangat rendah dan tidak adanya neutrofil ( Price Sylvia A, 1995 )
Agranulositosis adalah keadaan yang potensial fatal dimana hampir tidak terdapat
leukosit polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih rendah dari
2000/mm³ ( Brunner, 2002 )
2. Penyebab
Infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat menyebabkan leukopenia.
Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti fenotiazin (yang paling sering),
begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal. Obat antitiroid,
sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat menyebabkan
leukopenia. Selain itu, radiasi berlebihan terhadap sinar X dan γ juga dapat
menyebabkan terjadinya leukopenia.
Penyebab dari agranulositosis adalah penyinaran tubuh oleh sinar gamma yang
disebabkan oleh ledakan nuklir atau terpapar obat-obatan (sulfonamida,
kloramphenikol, antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil).
Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan
lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak digunakan.
3. Patofisiologi
Lima jenis leukosit yang telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah neutrofil
(50- 75%), eusinofil (1 – 2%), basofil (0,5 – 1%), monosit (6%), limfosit (25-
33%).
Sel mengalami proliferasi mitotik, diikuti fase pematangan memerlukan waktu
bervariasi dari 9 hari untuk eusinofil sampai 12 hari untuk neutrofil. Proses ini
akan mengalami percepatan bila ada infeksi. Sumsum tulang memiliki tempat
penyimpanan cadangan 10 kali jumlah neutrofil yang dihasilkan per hari. Bila
infeksi cadangan ini dimobilisasi dan dilepaskan ke dalam sirkulasi. Neutrofil
merupakan sistem pertahanan priemer tubuh dengan metode fagositosis. Eusinofil
mempunyai fagositosis lemah dan berfungsi pada reaksi antigen antibodi. Basofil
membawa faktor pengaktifan histamin. Monosit meninggalkan sikulasi menjadi
makrofag jaringan. Limfosit terdiri dari dua jenis yaitu limfosit T bergantung pada
timus, berumur panjang dibentuk dalam timus, bertanggung jawab atas respon
kekebalan seluler melalui pembentukan sel yang reaktif antigen. Limfosit B
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, sel ini
bertanggung jawab terhadap kekebalan humoral.
4. Gejala Klinis
a. Pasien tidak menunjukkan gejala sampai terjadi infeksi.
b. Demam dengan ulserasi merupakan keluhan yang tersering.
c. Rasa malaise umum ( rasa tidak enak, pusing)
d. Tukak pada membran mukosa
e. Takikardi
f. Disfagia
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap : hemoglobin dan hematokrit
b. Jumlah eritrosit : menurun (dibawah 5000/mm³ pada lekopenia dan dibawah
2000/mm³ pada agranulositosis.)
6. Penatalaksanaan
Cara paling efektif untuk menangani leukopenia adalah dengan mengatasi
penyebabnya (simptomatik). Belum ada pola makan atau diet yang berhubungan
untuk menambah jumlah sel darah putih. Setiap obat yang dicurigai harus
dihentikan. Apabila granulosit sangat rendah pasien harus dilindungi oleh setiap
sumber infeksi. Kultur dari semua orifisium (misal: hidung, mulut) juga darah
sangat penting. Dan jika demam harus ditangani dengan antibiotik sprektrum luas
sampai organisme dapat ditemukan. Higiene mulut juga harus dijaga. Irigasi
tenggorokan dengan salin panas dapat dilakukan untuk menjaga agar tetap bersih
dari eksudat nekrotik. Tujuan penanganan, selain pemusnahan infeksi adalah
menghilangkan penyebab depresi sumsum tulang. Fungsi sumsum tulang akan
kembali normal secara spontan (kecuali pada penyakit neoplasma) dalam 2 atau 3
minggu, bila kematian akibat infeksi dapat dicegah..
Neutropenia
a. Definisi
Neutropenia adalah kondisi dimana jumlah dari neutrophils dalam aliran darah
berkurang. Neutrophils adalah tipe dari sel darah putih juga dikenal sebagai
polymorphonuclear leukocytes atau PMNs. Neutropenia mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi-infeksi
b. Diagnosa Neutropenia
Menentukan Neutropenia White blood cell count (WBC) adalah jumlah dari sel-
sel darah putih dalam volume darah. Batasan normal untuk WBC bervariasi
sedikit diantara labor-labor namun umumnya adalah antara 4,300 dan 10,800 sel-
sel per microliter atau cubic millimeter (cmm). WBC dapat juga dirujuk sebagai
jumlah leukocyte dan dapat dinyatakan dalam international units sebagai 4.3 x
109to 10.8 x 109 sel-sel per liter. Persentase dari tipe-tipe yang berbeda dari sel-
sel darah putih pada WBC disebut WBC differential. Absolute neutrophil count
(ANC) ditentukan oleh produk dari jumlah sel darah putih atau white blood cell
count (WBC) dan fraction (pecahan) dari neutrophils diantara sel-sel darah putih
seperti yang ditentukan oleh analisa WBC differential. Contohnya, jika WBC
adalah 10,000 per microliter dan 70% adalah neutrophils, ANC akan menjadi
7,000 per microliter. ANC dari kurang dari 1500 per microliter (1500/microL)
adalah definisi yang umumnya diterima dari neutropenia. Neutropenia adakalanya
lebih jauh dikelompokan sebagai:
- ringan jika batasan ANC dari 1000-1500/microL,
- sedang dengan ANC dari 500-1000/microL, dan
- parah jika ANC dibawah 500/microL.
Beberapa istilah-istilah medis mungkin digunakan secara sinonim dengan
neutropenia, meskipun definisi-definisi tepat mereka adalah berbeda. Leukopenia
merujuk pada umumnya pada jumlah sel-sel darah putih yang berkurang,
sementara granulocytopenia merujuk pada jumlah yang berkurang dari semua sel-
sel darah tipe granulocyte (neutrophils, eosinophils, dan basophils).
Karena neutrophils normalnya melebihi tipe-tipe lain dari granulocytes, istilah ini
adakalanya digunakan untuk merujuk pada neutropenia. Akhirnya,
agranulocytosis secara harafiah merujuk ketidakhadiran sepenuhnya dari semua
granulocytes, namun istilah ini adakalanya digunakan untuk merujuk pada
neutropenia yang parah.
c. Etiologi
Neutropenia dapat hadir (meskipun ia adalah relatif tidak umum) pada individu-
individu sehat yang normal, khususnya pada beberapa orang-orang keturunan
Afrika atau Arab dan Yahudi-Yahudi Yemenite. Neutropenia mungkin timbul
sebagai akibat dari produksi neutrophils yang berkurang, penghancuran
neutrophils setelah mereka diproduksi, atau penyatuan dari neutrophils (akumulasi
dari neutrophils keluar dari sirkulasi).
Neutropenia mungkin timbul sebagai akibat dari banyak kondisi-kondisi medis:
Infeksi-infeksi (lebih umum infeksi-infeksi virus, namun juga infeksi-infeksi
bakteri atau parasit). Contoh-contoh termasuk: HIV, tuberculosis, malaria, Epstein
Barr virus (EBV), Obat-obat yang mungkin merusak sumsum tulang (bone
marrow) atau neutrophils, termasuk kemoterapi kanker, Kekurangan-kekurangan
vitamin (megaloblastic anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12
dan/atau folate), Penyakit-penyakit dari sumsum tulang seperti leukemia-
leukemia, myelodysplastic syndrome, aplastic anemia, myelofibrosis, Terapi
Radiasi, Penyakit-penyakit bawaan (sejak lahir) dari fungsi sumsum tulang atau
dari produksi neutrophil, contohnya, Kostmann syndrome;
Penghancuran autoimmune dari neutrophils (sebagai kondisi primer atau
berhubungan dengan penyakit lain seperti Felty's syndrome) atau dari obat-obat
yang menstimulasi sistim imun untuk menyerang sel-sel; Hypersplenism, yang
merujuk pada perampasan yang meningkat dan/atau penghancuran dari sel-sel
darah oleh limpa (spleen).
d. Gambaran Klinis
Gejala Neutropenia : Neutropenia dapat terjadi secara tiba-tiba dalam beberapa
jam atau beberapa hari (neutropenia akut) atau bisa berlangsung selama beberapa
bulan atau beberapa tahun (neutropenia kronik). Neutropenia tidak mempunyai
gejala yang spesifik, sehingga cenderung tidak diperhatikan sampai terjadinya
infeksi. Pada neutropenia akut, bisa terjadi demam dan luka terbuka (ulkus, borok)
yang terasa nyeri di sekitar mulut dan anus. Yang akan diikuti oleh pneumonia
bakteri dan infeksi lainnya. Pada neutropenia kronik, perjalanan penyakitnya tidak
terlalu berat jika jumlah neutrofilnya tidak terlalu rendah.
e. Penatalaksanaan
Merawat Neutropenia : Perawatan dari neutropenia didasarkan pada penyebab
yang mendasarinya, keparahan, dan kehadiran dari infeksi-infeksi atau gejala-
gejala yang berhubungan serta keadaan kesehatan keseluruhan dari pasien.
Sungguh, perawatan harus juga diarahkan pada segala proses-proses penyakit yag
mendasarinya. Perawatan-perawatan yang secara langsung dialamatkan pada
neutropenia mungkin termasuk (catat bahwa semua dari perawatan-perawatan ini
mungkin tidak tepat pada setting yang diberikan):
obat-obat antibiotik dan/atau obat-obat anti jamur untuk membantu melawan
infeksi-infeksi; pemasukan dari faktor-faktor pertumbuhan sel-sel darah putih
(seperti recombinant granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF, filgrastim)
pada beberapa kasus-kasus dari neutropenia yang parah; transfusi-transfusi
granulocyte; atau terapi corticosteroid atau intravenous immune globulin untuk
beberapa kasus-kasus dari neutropenia yang ditengahi oleh imun.
http://deoblogger.blogspot.com/2010/07/neutropenia.html