leukimia

24
TUGAS PATOFISIOLOGI LEUKIMIA OLEH : PUTRI NAHDATUL FATWA ( SELLYANA LUBIS ( 1301087 ) SOLEHA ULFA RAHIM ( 1301094 ) SYAFRINA ( WELNI ADRIANI ( YUDINA ALAWIYAH HARAHAP ( S1 B SEMESTER IV Dosen Pembimbing : dr Fitri Handriyani PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

Upload: sellyanalubis

Post on 04-Apr-2016

203 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LEUKIMIA

TRANSCRIPT

Page 1: leukimia

TUGAS PATOFISIOLOGI

LEUKIMIA

OLEH :

PUTRI NAHDATUL FATWA (

SELLYANA LUBIS ( 1301087 )

SOLEHA ULFA RAHIM ( 1301094 )

SYAFRINA (

WELNI ADRIANI (

YUDINA ALAWIYAH HARAHAP (

S1 B SEMESTER IV

Dosen Pembimbing : dr Fitri Handriyani

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

Page 2: leukimia

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DEFINISI

1.      Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih”,

adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik

(Price, 1994)

2.      Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di dalam darah, sumsum tulang,

dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998)

3.      Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan

(sel muda) dari sel darah putih (SDP) (Engram, 1998)

4.      Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari perkusor sel darah putih, yang

menyebabkan penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan akumulasi sel

abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati, limpa, kelenjar limfe, meningen, dan

gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999)

5.      Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum

tulang, mengganti elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan nodus

limfatikus dan invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal dan

kulit (Smeltzer, 2001)

6.      Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang

berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya

fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan

yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004)

7.      Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah sel

darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel darah

putihnya tidak normal (Yatim, 2003)

Page 3: leukimia

8.      Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berlebihan

dari sel darah putih (Handayani, 2008)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit

sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel

darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu.

B.     ETIOLOGI

Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi penyebab,

antara lain :

1.      Genetik

a.       Keturunan

·         Adanya Penyimpangan Kromosom

Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma

Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van

Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan

neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan

erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy,

atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

Page 4: leukimia

·         Kelainan herediter : kembar monozigot

Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana kasus-kasus

leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan

insidensi leukemia yang sangat tinggi (Wiernik,1985).

b.      Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom dapatan, misal :

radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada

leukemia akut, khususnya ANLL (Wiernik,1985; Wilson, 1991).

2.      Virus

Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan leukemia pada

hewan termasuk primata.

Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel

leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang

merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu

virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia .

Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini ditemukan oleh

Takatsuki dkk (Kumala, 1999).

Bahan Kimia dan Obat-obatan

a.       Bahan Kimia

Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan peningkatan insidensi

leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson,

1991)

Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain :

produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik

(Fauci, et. al, 1998).

b.      Obat-obatan

Page 5: leukimia

Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II) dapat mengakibatkan

penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenilbutazon, dan

methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi

AML (Fauci, et. al, 1998).

4.      Radiasi

Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada pasien-pasien

anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus lain seperti peningkatan

insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan

resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran

thymic, para pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .

5.      Leukemia Sekunder

Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut Secondary Acute

Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk diantaranya penyakit Hodgin,

limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang

digunakan termasuk golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan

DNA.

C.   KLASIFIKASI

Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :

1.      Maturitas sel :

Page 6: leukimia

-       Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)

-        Kronis (lebih banyak sel dewasa)

2.      Tipe-tipe sel asal

-       Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)

-       Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)

-       Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer.

Maturitas sel  dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :

1.      LEUKEMIA  MIELOGENUS AKUT (LMA)

Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut atau dapat juga disebut

leukemia granulositik akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke

semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.

Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua kelompok usia dapat terkena;

insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang

paling sering terjadi.

2.      LEUKEMIA  MIELOGENUS KRONIS (LMK)

Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik kronis atau leukemia

granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih

banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.

Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia ditemukan 90% sampai 95%

pasien dengan LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya

meningkat sesuai pertambahan usia.

Gambaran menonjol adalah :

-          adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah kromosom abnormal yang

ditemukan pada sel – sel sumsum tulang

Page 7: leukimia

-          Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar

mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi

dalam beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten terhadap kemoterapi selama krisis

blast.

3.      LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)

Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.

Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,dengan

puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang terjadi.

4.      LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)

Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama

mengenai individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini

sebagai leukemia yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan oleh proliferasi dari diferensiasi

limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang menunjukkan jaringan asal).

Kelompok Klasifikasi Leukemia Akut Menurut French-American-British (FAB)

Leukemia Limfositik Akut

L-1 Pada masa kanak-kanak: populasi sel homogen

L-2 Leukemia limfositik akut tampak pada orang dewasa: populasi sel heterogen

L-3 Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel besar, populasi sel homogen.

Leukemia Mieloblastik Akut

-    M-1 Diferensiasi granulositik tanpa pematangan

-    M-2 Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium

promielositik

-    M-3   Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang

dikaitkan dengan pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated intravascular

coagulation).

Page 8: leukimia

-    M-4   Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.

-    M-5a  Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi

-    M-5b  Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik

-    M-6    Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat

-    M-7     Leukemia megakariositik.

D.     MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang khas leukemia secara umum :

a.       Pucat

b.      Panas

c.       Splenomegali

d.      Hepatomegali

e.       Limfadenopati

f.       Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusi

g.      Gejala yang tidak khas

h.      Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik

i.        Lesi purpura pada kulit

j.        Efusi pleura

k.      Kejang

1.      Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

Page 9: leukimia

Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal.

a.       Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit

b.      Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia

c.       Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kurangnya jumlah trombosit.

d.      Proliferase sel leukemi dalam organ mengakibatkan  berbagai gejala tambahan : nyeri

akibat pembesaran limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemi meningeal (sering terjadi pada

leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang belakang.

2.      Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)

Gambaran klinis LMK mirip dengan gambaran LMA, tetapi tanda dan gejalanya lebih

ringan.

a.       Banyak pasien yang menunjukkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.

b.      Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa.

c.       Limpa sering membesar.

3.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer dan menggangu

perkembangan sel normal. Akibatnya:

a.       Hematopoesis normal terhambat

b.      Mengakibatkan penurunan jumah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan

trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi

c.       Selalu terdapat sel imatur.

Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi pada LLA

daripada jenis leukemia lain dan mengakibatkan :

a.       Nyeri karena pembesaran hati dan limpa

Page 10: leukimia

b.      Sakit kepala

c.       Muntah karena keterlibatan meninges, dan

d.      Nyeri tulang.

4.      Leukemia Limfositik Kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan baru terdiagnosa pada saat penanganan fisik

atau penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang mungkin terjadi adanya :

a.       Anemia

b.      Infeksi

c.       Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal

d.      Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.

e.       Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)

E.      KOMPLIKASI

Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :

-          Perdarahan.

-          Sepsis.

F.    PROGNOSIS

Prognosis tidak baik. Angka kematian tinggi.

H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan laboratorium

Page 11: leukimia

Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa

pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi menoton dan

terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan gajala patognomik untuk

leukemia.kolesterol mungkin rendah, asam urat dapat meningkat , hipogamaglobinea. Dari

pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang menoton, yaitu hanya terdiri dari

sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder). Pada LMA selain

gambaran yang menoton, terlihat pula adanya hiatus leukemia ialah keadaan yang

memperlihatkan banyak sel blas (mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang

bentuk pematangan sel yang berada di antaranya (promielosit, mielosit, metamielosit dan sel

batang.

2.      Biopsi Limpa

Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel yang berasal dari

jaringan limpa yang terdesak, seperti limfosit normal, RES, granulosit, dan pulp cell.

3.      Fungsi Sumsum Tulang

Fungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang, yang

bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan

bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk

pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum

tulang adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior superior

(SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih

dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.

4.      Cairan Serebrospinal

Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti suatu leukemia

meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan

remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan metotreksat (MTX) secara

intratekal secara rutin pada setiap pasien baru atau pasien yang menunjukkan gejala tekanan

intrakranial meninggi.

Page 12: leukimia

5.      Sitogenik

Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom, yaitu kromosom 21

(kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari pasien LLA dan LMA mempunyai kelainan

berupa:

a.       Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid (2n-a), hiperploid (2n+a)

b.      Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang diploid.

c.       Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)

d.      Terdapatnya marker chromosome yaitu elemen yang secara morfologis bukan merupakan

kromosom normal; dari bentuk yang sengat besar sampai yang sangat kecil.

Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis kelainan yang ditemukan. Pada

leukemia biasanya didapatkan dari hasil darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau

terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan

mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis

I.       PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Penetalaksanaan Medis

a.       Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%. Pada trombositopenia

yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-

tanda DIC dapat diberikan heparin

b.      Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi

dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.

c.       Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau

MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin (Oncovin),

rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai nama obat lainnya. Umumnya sitostatika diberikan

dalam kombinasi bersama-sama dengan prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering

Page 13: leukimia

terdapat efek samping berupa alopesia (botak), stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau

kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm3 pemberiannya harus hati-hati.

d.      Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang suci hama/ steril).

e.       Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel

leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai diberikan (mengenai cara pengobatan yang

terbaru masih dalam pengembangan.

Cara pengobatan berbeda-beda pada setiap klinik bergantung dari pengalaman, tetapi prnsipnya

sama, yaitu dengan pola dasar :

1.      Induksi.

Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai sel blas dalam sumsum

tulang kurang dari 5%.

2.      Konsolidasi.

Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

3.      Rumat.

Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan memberikan sitostatika

setengah dosis biasa.

4.      Reinduksi.

Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian

obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.

5.      Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat. Diberikan MTX secara intratekal

dan radiasi kranial.

6.      Pengobatan imunologik.

Page 14: leukimia

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kanker darah (Leukemia) merupakan neoplasma ganas sel darah putih (Leukosit) yang

ditandai dengan bertambah banyaknya sel darah putih abnormal dalam aliran darah. Sel-sel

tersebut tersebut berinfiltrasi secara progresif ke dalam jaringan tubuh, terutama pada sumsum

tulang. Akibatnya, sumsum tulang rusak dan kehilangan fungsinya untuk membuat sel darah

merah dan sel darah putih normal serta platelets (trombosit). Sebagai akibat kekurangan sel

darah merah, maka akan terjadi anemia. Jika kekurangan sel darah putih ini dapat mengakibatkan

penurunan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, kurangnya produksi platelets dapat

mengakibatkan perdarahan yang parah.

B.     Saran

Saran Bagi Mahasiswa kefarmasian

Ø  Seluruh mahasiswa kefarmasian agar meningkatkan pemahamannya terhadap penyakit

leukemia sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan kefarmasian.

Saran Bagi Perawat

Ø  Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti penyakit tersebut melalui kegiatan riset

sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah

Sakit dalam seluruh tatanan layanan kesehatan

Saran Bagi Institusi Pendidikan

Ø  Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku – buku yang ada kaitannya dengan

penyakit leukemia, sehingga menambah refrensi bagi mahasiswa kefarmasian

Page 15: leukimia

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam 1994. Surabaya :

Tim Dokter RSUD dr.Sutomo

Anonim, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran

Unair & RSUD dr Soetomo, Surabaya

Leather, Helen L. and Betsy Bickert Poon, in Acute Leukimias, Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee,

G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy A

Pathophysiologic Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division, New

York

Pick, Amy M., Marcel Devetten, and Timothy R. McGuire, in Chronic Leukimias, Dipiro, J.T.,

Talbert, R.L., Yee, G.C. Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), 2008, Pharmacotherapy

A Pathophysiologic Approach, seventh Edition, McGraw Hill, Medical Publishing Division,

New York

Robbins dan Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Simon, Sumanto, dr. Sp.PK, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia, Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta

Underwood, J. C. E.,1999, Patologi Umum dan Sistemik.VOL.1. Ed. 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Widmann.F.K, 1992, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Page 16: leukimia
Page 17: leukimia