lentigo senilis revisi 1

20
LENTIGO SENILIS I. PENDAHULUAN Hiperpigmentasi merupakan maslah pigmentasi yang sering di jumpai. Salah satu faktor penyebab timbulnya hiper pigmentasi adalah radiasi sinar ultra violet yang menyebabkan timbulnya lentigo senilis. 1 Lentigo itu kecil, berbatas tegas, makula berpigmen dikelilingi oleh kulit normal. Temuan histologis mungkin termasuk hiperplasia epidermis dan peningkatan pigmentasi pada lapisan basal. Sejumlah variabel melanosit hadir, melanosit ini dapat meningkat jumlahnya, tetapi mereka tidak membentuk sarang. 2 Lentigo dapat berkembang perlahan-lahan selama bertahun-tahun, atau mereka mungkin muncul tiba-tiba. Pigmentasi mungkin homogen atau beraneka ragam, dengan warna mulai dari coklat ke hitam. 3 Ada beberapa varietas klinis dan etiologi. Perbedaan lentigo dari lesi melanositik lainnya (misalnya, melanositik Nevi, melanoma) dan perannya sebagai penanda yang signifikansi untuk kerusakan ultraviolet dan sindrom sistemik. 2 Lentigo senilis adalah lesi kulit yang sering di jumpai pada akhir dari masa kehidupan yang berwarna kuning kecoklatan hingga coklat kehitaman pada daerah tubuh yang terkena sinar matahari. 4 1

Upload: nunu29

Post on 27-Oct-2015

259 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: lentigo senilis revisi 1

LENTIGO SENILIS

I. PENDAHULUAN

Hiperpigmentasi merupakan maslah pigmentasi yang sering di jumpai.

Salah satu faktor penyebab timbulnya hiper pigmentasi adalah radiasi sinar

ultra violet yang menyebabkan timbulnya lentigo senilis.1

Lentigo itu kecil, berbatas tegas, makula berpigmen dikelilingi oleh kulit

normal. Temuan histologis mungkin termasuk hiperplasia epidermis dan

peningkatan pigmentasi pada lapisan basal. Sejumlah variabel melanosit hadir,

melanosit ini dapat meningkat jumlahnya, tetapi mereka tidak membentuk

sarang.2 Lentigo dapat berkembang perlahan-lahan selama bertahun-tahun,

atau mereka mungkin muncul tiba-tiba. Pigmentasi mungkin homogen atau

beraneka ragam, dengan warna mulai dari coklat ke hitam.3

Ada beberapa varietas klinis dan etiologi. Perbedaan lentigo dari lesi

melanositik lainnya (misalnya, melanositik Nevi, melanoma) dan perannya

sebagai penanda yang signifikansi untuk kerusakan ultraviolet dan sindrom

sistemik.2 Lentigo senilis adalah lesi kulit yang sering di jumpai pada akhir dari

masa kehidupan yang berwarna kuning kecoklatan hingga coklat kehitaman

pada daerah tubuh yang terkena sinar matahari.4

Sebuah studi kasus-kontrol di Perancis membandingkan 145 orang

dewasa dengan beberapa lentigo senilis di bagian punggung atas dan 145

subyek kontrol cocok menemukan bahwa beberapa lentigo senilis di punggung

atas dan bahu orang dewasa dapat berfungsi sebagai penanda klinis pajanan

matahari yang parah pada masa lalu dan dapat digunakan untuk

mengidentifikasi populasi yang berisiko tinggi terkena melanoma kulit.2

II. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika, lentigino senilis yang diamati sebanyak 90 persen dari kulit

putih yang lebih tua dari 60 tahun dan 20 persen dari kulit putih yang lebih

muda dari 35 tahun. Psoralen plus uva ( puva ) lentigo dicatat dalam hampir

1

Page 2: lentigo senilis revisi 1

satu setengah dari individu dengan psorias yang menerima terapi puva untuk

setidaknya 5 tahun.2

Lentigo simpleks merupakan bentuk paling umum dari lentigo, tapi

frekuensinya masih harus ditentukan. Alper dan Holmes mencatat beberapa

lentigo dalam 91 ( 18.5 % ) dari 492 bayi kulit hitam yang baru lahir dan 1 ( 0,04

% ) dari 2682 bayi kulit putih. Namun konfirmasi histologi dari lesi-lesi bayi yang

baru lahir ini adalah kurang.2

Lentigo dapat muncul pada anak-anak dan orang dewasa. Namun, anak-

anak lebih mungkin untuk memiliki pengaruh genetik terkait lesi seperti yang

terjadi pada sindrom Peutz Jeghers. Orang dewasa lebih mungkin untuk

memperoleh lesi akibat pajanan kronis, seperti yang terjadi pada lentigo

senilis.2

III. ETIOPATOFISIOLOGI

Lentigo disebabkan karena bertambahnya jumlah melanosit pada taut

dermo epidermal tanpa adanya proliferasi lokal.5 Tergantung pada jenis lentigo

ada, lesi soliter atau lesi multipel yang dapat terjadi di seluruh tubuh. Beberapa

lentigo memiliki manifestasi klinik sistemik yang bisa menyebabkan lesi di kulit.2

Pada lentigo senilis dijumpai adanya rete ridges epidermis yang

memanjang dengan clup shapes atau budlike, sering bercabang dan disertai

rete ridges yang bergabung. Diantara rete ridges dijumpai epidermis yang

mengalami atropi dan jumlah melanosit pada epidermis meningkat dan tidak

menyebar. Gambaran mikroskopik. Terlihat proliferasi keratinosit dan melanosit

secara bersamaan. Terdapat infiltrate perivaskuler sel mononuklear pada

dermis dan biasanya berhubungan dengan penyebaran melanin dan juga di

jumpai makrofag.6

Analisis microarray Jepang mengevaluasi lentigo yang disebabkan sinar

matahari dalam 16 orang dewasa menunjukkan peningkatan gen terkait

dengan proses peradangan, metabolism asam lemak, dan melanosit dan

penurunan dari cornified envelope-related gen. Para peneliti memperkirakan

2

Page 3: lentigo senilis revisi 1

lentigo mungkin disebabkan oleh efek mutagenik yang disebabkan pajanan

sinar uv yang berulang pada masa lalu, yang mengarah ke peningkatan

produksi melanin.2

Hanya sedikit yang diketahui tentang dasar genetik manusia mengenai

lentigo, dimana yang telah dianalisis ialah potensi mutasi dari fgfr3 dan pik3ca.

Mutasi fgfr3 tersebut yang dideteksi pada 5 ( 17 % ) 30 lentigo, dan pik3ca

mutasi tersebut yang dideteksi pada 2 ( 7 % ) 28 lentigo, diperkirakan bahwa

mutasi fgfr3 dan pik3ca terlibat dalam patogenesisnya dan spekulasi

selanjutnya yang lebih menguatkan bahwa paparan sinar ultraviolet dapat

menjadi sebuah faktor penyebab mutasi untuk pik3ca fgfr3 pada kulit manusia.

Lentigo, yang telah berkembang sebelumnya dan lebih menonjol berada di

Jepang dari pada di wanita Jerman, Telah ditemukan dan dikorelasikan dalam

bentuk varian dari gen slc45a2.2

IV. GEJALA KLINIS

Lentigo Senilis adalah makula hiperpigmentasi pada kulit daerah yang

terbuka, biasanya pada orang tua, sering bersama dengan makula

berpigmentasi, ekimosis senilis, dan degenerasi aklinik yang kronik. Acap kali

terlihat pada punggung tangan.5

Lesi yang muncul pertama kali berwarna kuning cokelat, bulat atau oval,

diameternya kurang lebih 2-4 mm tempat paling sering pada dorsa/ punggung

tangan dan wajah seorang individu dalam dekade keempat atau kelima hidup

mereka. Lesi meningkat dalam jumlah dan ukuran secara bertahap dan

menyatu untuk membentuk plak yang lebih besar. Lesi yang lebih besar akan

berbentuk tidak teratur dan dapat berdiameter dari satu sampai beberapa

sentimeter.4

3

Page 4: lentigo senilis revisi 1

Gambar 1. Lentigo Senilis

Sumber: Schwartz R. Available from: http://emedicine.medscape.com.

Lesi yang lebih tua yang sering berwarna cokelat gelap atau coklat

kehitaman.4 Lentigo senilis pada umunya di jumpai pada kulit yang mudah

terbakar sinar matahari dan tidak pernah menjadi coklat dan jarang di jumpai

pada individu yang mempunyai pigmen kulit yang gelap.6,7

.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan

diagnosis, antara lain sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Histopatologi

Penampilan histologi dari lentigo senilis khas dan bisa dibedakan dari

lentigo simpleks dan ephelid. Epidermisnya sedikit acanthotic dan

lapisannya sedikit hiperkeratosis. Yang paling berkarakteristik adalah

menemukan proliferasi dari basaloid sel membentuk buds dan helai yang

berhubungan dengan permukaan bawah epidermis.8

Lentigo senilis telah mamanjangkan rete ridges dan proliferasi dari

basaloid sel yang telah berpigmen sehingga membentuk buds dan helai.

Ink-spot lentigo juga mirip dengan lentigo senilis, kecuali rete ridges di ink-4

Page 5: lentigo senilis revisi 1

spot lentigo muncul kurang blunted dan lebih berliku-liku. Tidak ada atypia

dari melanosit. Lentigo senilis memiliki peningkatkan jumlah dari

melanophages dibandingkan dengan kulit yang tidak terpajan pada subjek

yg sama.9

Gambar 2. Histopatologi Lentigo

Sumber: Amir H. Lentigo Senilis and its Evolutions. United States of America;

1975.p.65:429-433

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan

fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada Lentigo dapat dibedakan dari bintik-

bintik mereka yang berwarna gelap, dan juga perbandingan dari distribusi

penyebaranya. Faktanya bahwa lentigo tidak semakin gelap dan meningkatkan

jumlahnya jika terkena paparan matahari. Berbeda pada orang tua dimana

lentigo senilis terjadi.10

5

Page 6: lentigo senilis revisi 1

VII. DIAGNOSIS BANDING

a. Lentigo Simpleks

Lesi berwarna cokelat kehitaman biasanya berbentuk nevus junctional

atau lentigo Simpleks.11 Disebabkan karena bertambahnya jumlah melanosit

pada taut dermo-epidermal tanpa adanya proliferasi fokal.5 Perbedaan

secara histologis dengan lentigo senilis ialah absennya basaloid cell

budding dan hiperpigmentasi yang seragam dari sel epidermal bersama

dengan peningkatan jumlah junctional melanocytes yang signifikan.4,

Gambar 3. Lentigo

Sumber: Schwartz R. Lentigo. Available from: http://emedicine.medscape.com

Klasifikasi

1. Lentigo generalisata

Lesi lentigo umumnya multipel timbul satu demi satu atau dalam

kelompok kecil sejak masa anak - anak. Patogenesisnya tidak

diketahui dan tidak dibuktikan adanya faktor genetik.5 Di bagi menjadi :

a) Lentiginosis Eruptif

Lentigo timbul sangat banyak dan dalam waktu singkat.

Lesi mula-mula berupa telangiektasis yang dengan cepat

mengalami pigmentasi dan lambat laun berubah menjadi

melanositik selular.5

b) Sindrom lentiginosis multipel

6

Page 7: lentigo senilis revisi 1

Merupakan sindrom lentiginosa yang dihubungkan

dengan berbagai kelainan perkembangan. Diturunkan secara

dominan autosomal. Lentigo timbul pada waktu lahir dan

bertambah sampai pada masa pubertas. Di temukan pada

bagian leher dan badan bagian atas, tetapi dapat ditemukan

juga di seluruh tubuh.5

2. Lentiginosis sentrofasial

Diturunkan secara dominan utosomal. Lesi berupa makula kecil

berwarna coklat atau hitam, timbul pada waktu tahun pertama

kehidupan dan bertambah jumlahnya pada umur 8-10 tahun.5

3. Sindrom peutz-jeghers

Lesi berupa makula hiperpigmentasi yang timbul sejak lahir dan

berkembang pada masa anak-anak. Makula tersebut selalu mengenai

selaput lender mulut berbentuk bulat, oval, atau tidak teratur, berwarna

coklat kehitaman berukuran 1,5 mm. letaknya pada mukosa bucal,

palatum durum, gusi dan bibir.5

Gambar 3. Sindrom peutz-jeghers

Sumber: Skin Signs of Internal Cancers. Available from http://www.globale-dermatologie.com/en/signes-cutanes-de-cancers-internes.html#.UjmZz8bwn0c

b. Ephelid

7

Page 8: lentigo senilis revisi 1

Makula hiperpigmentasi berwarna coklat terang yang timbul pada kulit

yang sering terkena sinar matahari. Lebih sering pada orang kulit putih, dan

diturunkan secara dominan autosomal.5

Biasanya ephelid timbul pada umur lima tahun, berupa makula

hiperpigmentasi terutama pada daerah kulit yang sering terkena sinar

matahari. Pada musim panas jumlahnya akan bertambah, lebih besar, dan

lebih gelap.5

Kadang-kadang ephelid ini tidak begitu berarti, tetapi kadang-kadang

merupakan problem kosmetik. Penderita cenderung dapat melanocytic

naevi.5

Pada pemeriksaan histopatologik didapatkan tidak adanya

penambahan jumlah melanosit, tetapi melanosom panjang dan berbentuk

bintang, seperti yang didapatkan pada orang berkulit hitam. Pembentukan

melanin lebih cepat setelah penyinaran matahari. Jumlah melanin di

epidermis juga bertambah, dan terjadi hiperaktifitas terhadap melanin.5, 4

Gambar 4. Ephelids

Sumber: Jessica M. Ephelids. Available from: http://emedicine.medscape.com

c. Keratosis Seboroik

8

Page 9: lentigo senilis revisi 1

Keratosis Seboroik adalah tumor jinak kulit yang paling umum yang

terjadi pada individu yang lebih tua. Keratosis seboroik memiliki berbagai

penampilan klinis, seperti keratosis yang berbatas tegas, berbentuk multipel,

dan ada juga yang penampilanya biasa – biasa saja dan tampak seperti

terjebak di permukaan kulit. Keratosis seboroik berkembang dari proliferasi

sel epidermis. Meski tidak spesifik faktor etiologic telah diidentifikasi, mereka

terjadi lebih sering di daerah yang terkena paparan sinar matahari.12

Gambar 5. Keratosis Seboroik

Sumber: Balin A. Seborreic. Available from: http://emedicine.medscape.com

VIII. PENATALAKSANAAN

Cryotherapy dan laser operasi telah terbukti sama efektifnya, tapi harus

hati - hati untuk mencegah post-treatment dyspigmentation. Lentigo senilis

dapat diobati dengan berbagai jenis obat kulit, 2 % mequinol / 0,01 % tretinoin,

atau laser khusus. Bisa juga dicampur untuk sementara dengan 3-4 %

hydroquinon krim yang digunakan sebagai sitotoksik efek ke melanosit dan

tyrosinase inhibitor. Zat depigmentasi lainya asam kojic juga bisa digunakan

untuk menghambat sintesis melanosit.3

Selain itu bisa juga menggunakan terapi sebagai berikut :

a. Tabir Surya

9

Page 10: lentigo senilis revisi 1

Untuk mengurangi rekurensi dan mencegah terbentuknya lesi yang

baru, dianjurkan pasien lentigo senilis sedapat mungkin menghindari paparan

terhadap sinar matahari dan menggunakan tabir surya. Tabir surya

merupakan preparat topical yang substansi formulanya mengandung

senyawa kimia dengan kemampuan menyerap, menghamburkan ataupun

memantulkan energy sinar matahari yang mencapai kulit.6

Berdasarkan cara kerjanya dibagi atas tabir surya fisik dan kimiawi.

Tabir surya fisik bersifat tidak selektif, bekerja dengan cara menghamburkan

atau memantulkan energi sinar matahari, sinar kasat mata dan infra merah.

Tabir surya fisik yang dahulu digunakan bersifat komedogenik, penggunaan

harus tebal, meleleh akibat panas matahari, mengotori pakaian dan terlihat

opaque sehingga secara kosmetik kurang disukai. Yang termasuk dalam tabir

surya jenis ini adalah zinc oxide (ZnO), titanium oxide (TiO2), iron oxide dan

magnesium oxide. Kemudian dikembangkan tabir surya fisik yang bersifat

translucent atau berupa suspensi koloidal yang berbentuk micronized yaitu

microfine zinc oxide dan titanium oxide. Tabir surya ini bersifat memantulkan

spectrum dengan panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar kasat

mata, tidak larut sehingga tetap berada diatas kulit, iritasi minimal dan tidak di

absorbsi secara sistematik sehingga lebih aman digunkan.6

b. Hidrokuinon

Hidrokuinon termasuk phenolic compound, merupakan suatu inhibitor

tyrosinase yang menghambat konversi tyrosinase menjadi melanin,

menghambat pembentukan melanosom dan meningkatakan degradasi

melanosom. Hidrokuinon dapat mengurangi aktifitas tyrosinase hingga 90%.

Konsentrasi hidrokuinon 4% lebih efektif tetapi lebih bersifat iritasi dan dapat

menimbulkan efek samping yang lebih besar jika dibandingkan dengan

hidrokuinon 2%. Pengguna hidrokuinon dapat menimbulkan efek samping

yaitu dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, perubahan warna kuku,

hipopigmentasi yang sementara “halo effect” pada pinggir lesi dan akan

menghilang bila penggunaan hidrokuinon dihentikan.6

c. Azelaic acid

10

Page 11: lentigo senilis revisi 1

Azelaic acid berasal dari species pytirosporum. Azelaic acid termasuk

non-phenolic compound dengan mekanisme kerja menghambat sintesis DNA

dan enzim mitokondria, yang selanjutnya menginduksi efek sitotoksik

langsung terhadap melanosit. Azelaic acid memiliki efek selektif pada

melanosit yang hiperaktif dan abnormal. Efek samping yang dapat terjadi

yaitu gatal, eritema ringan, skuamasi dan rasa terbakar, umumnya

menghilang dalam waktu 2-4 minggu. Penggunaan jangka panjang tidak

menimbulkan exogenous ochronosis. Penggunaan azelaic acid dapat di

kombinasi dengan azelaic acid 205 cream dan glycolid acid 15% atau 20%

lotion.6

d. Kojic acid

Kojic acid termasuk non-phenolic compound, merupakan metabolit

yang dijumpai pada aspergilline oryzae. Kojic acid menginduksi depigmentasi

pada kulit melalui penekanan aktifitas tyrosinase. Dilaporkan kojic acid dapat

menimbulkan kontak alergi dan mempunyai potensial sensitisasi yang tinggi

nemun penggunaan jangka panjang tidak menimbulkan exogenous

ochronosis. Penggunaan kojic acid dapat dikombinasikan antar kojic acid 2%

dan glycolid acid 10%. Penggunaan glycolic acid berfungsi untuk

meningkatkan penetrasi dan efektifitas.6

e. Tretinoin ( derivate vitamin A)

Tretinoin topical 0,05% - 0,1% telah dilaporkan efektifitasnya sebagai

monoterapi pada hiperpigmentasi pasca inflamasi dan juga efektif mengatasi

kerusakan kulit akibat terpapar sinar matahari. Mekanisme kerja tretinoin

dapat merubah transfer pigmen, dan meningkatakan turnover epidermis

sehingga mempercepat hilangnya pigmentasi. Efek samping tretinoin dapat

berupa eritema, pengelupasan kulit dan hiperpigmentasi. Penggunaan

tretinoin memerlukan waktu yang lebih lama yaitu 6-10 bulan.13

f. Chemical Peeling

11

Page 12: lentigo senilis revisi 1

Chemical peeling merupakan penggunaan bahan kimia pada kulit yang

dapat mengcontrol destruksi lapisan kulit yaitu lapisan epidermis dan / dermis

sehingga dapat meningkatkan penampilan kulit. Chemical peeling dapat di

klasifikasikan berdasarkan kedalaman,14 yaitu:

Superficial peels : destruksi terjadi pada epidermis hingga pailari

dermis

Medium peels : destruksi terjadi hingga reticular dermis bagian atas

Deep peels : destruksi terjadi hingga reticular bagian tengah

Pengobatan lentigo senilis menggunakan peeling dengan kedalaman

medium dengan bahan trichloroacetic acid (TCA) solution. Trichloroacetic

acid (TCA) telah digunakan sebagai chemical peeling sejak 1996 penetrasi

TCA dipengaruhi beberapa faktor, yaitu teknik pelaksanaan, ketebalan kulit,

konsentrasi TCA, dan penggunaan tretinoin acid atau glycolic acid sebelum

pelaksanaan peeling.6

g. Bedah beku menggunakan nitrogen cair

Bedah beku merupakan tehnik untuk menangani penyakit kulit dengan

mengunakan bahan-bahan yang bersifat cryogen digunakan secara langsung

pada sel yang menyebabkan terjadinya destruksi local.6

h. Laser

Pada saat ini penggunaan laser merupakan pilihan utama untuk

penanganan lentigo senilis dan memberikan hasil yang efektif. Laser yang

menghasilkan pulse duration lebih singkat dibandingkan thermal relaxion time

melanosome, digunakan untuk merusak melanin yang secara selektif menjadi

target disebut selektif photothermolys. Melanosom yang menjadi target,

mengabsorsi sinar laser sehingga terjadi peningkatan temperature dan

menginduksi kerusakan melanosome tanpa menimbulkan kerusakan jaringan

di sekitarnya. Hal lain yang perlu diperhatikan sinar laser yang digunakan

harus mempunyai panjang gelombang yang tepat untuk mengabsorbsi

12

Page 13: lentigo senilis revisi 1

spectrum melanin yaitu panjang gelombang antara sinar uv hingga mendekati

infra red. Absorbs melanin akan lebih besar jika panjang gelombang yang

digunakan semakin pendek sehingga penetrasi pada kulit tidak begitu dalam.6

IX. PROGNOSIS

Apabila dijumpai lesi lentigen yang luas pada pasien dewasa, dapat

meningkatkan resiko mendapat kanker kulit ephitelial sebanyak 2 -4 kali lipat

dan meningkatkan resiko mendapat melanoma sebanyak 2 -6 kali lipat.6 Pada

pasien lentigo senilis yang memiliki keluhan sistemik yang sudah berkomplikasi.

Prognosis pasien tersebut mungkin tergantung pada derajat keparahan

penyakitnya.15

X. KESIMPULAN

Lentigo senilis merupakan kelainan pigmentasi akibat pemaparan radiasi

UV yang bersifat kumulatif. Lentigo senilis sering dijumpai pada individu yang

berumur kurang lebih 60 tahun. Pengobatan lentigo senilis dapat menggunakan

bahan – bahan pemutih, chemical peeling, bedah beku menggunakan nitrogen

cair dan laser. Namun juga perlu pemakaian tabir surya untuk mencegah

terjadinya repigmentasi.6

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: lentigo senilis revisi 1

1. Dumasari R. Penatalaksanaan Solar Lentigo. Desertasi. Sumatera Utara :

Universitas Sumatera Utara, 2008

2. Schwartz R. Lentigo (serial on the internet). 2012 (citied 2013 September 05).

Available from: http://emedicine.medscape.com

3. Situm M, Bulat V, Buljan M, Puljiz Z, Situm V, Bolanca Z. Senile Lentigo –

Cosmetic or Medical Issue of the Elderly Population. Coll Antropol. 34 (2010)

Suppl. 2: 85-88.

4. Amir H. Lentigo Senilis and its Evolutions. The Journal of Investigative

Dermatology, 65:429-433, 1975.

5. Soepardiman L. Kelainan Pigmen. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,

editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2007.h.292-294.

6. Lubis R. Penatalaksanaan Lentigo (serial on the internet). 2008 (citied 2013

September 05). Available from: http://repository.usu.ac.id

7. Grichnik JM, Rhodes AR, Sober AJ. Benign Hyperplasias and Neoplasiasof

Melanocytes. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell

DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th edition. United

States of America: Mc Graw Hill; 2008.p.885-89.

8. Amir H. Lentigo Senilis and its Evolutions. United States of America;

1975.p.65:429-433.

9. Schwartz R. Lentigo Workup (serial on the internet). 2012 (citied 2013 September

05). Available: http://emedicine.medscape.com/article/1068503-workup#a0723

10. MacKie R. Lentigo. In: Rook A, Wilkinson D, Ebling F, Champion R, Burton J,

Editor. Textbook of Dermatology. 4th edition. Oxford: Blacwell Scientific

Publication; 1988.p.180-1.

11.Siregar R. Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2005.p.275.

12.Balin A. Seborreic keratosis (serial on the internet). 2012 (citied 2013 September

05). Available from: http://emedicine.medscape.com.

13.Kaang S, Voorhness JJ. Topical Retinoids. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,

Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th edition. United States of America: Mc Graw Hill; 2008.p.2328-33.

14

Page 15: lentigo senilis revisi 1

14.Brody HJ. Skin Resurfacing: Chemical Peels. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,

Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General

Medicine. 7th edition. United States of America: Mc Graw Hill; 2008.p.2530-35.

15.Schwartz R. Lentigo Follow-up (serial on the internet). 2012 (citied 2013

September 05). Available: http://emedicine.medscape.com/article/1068503-

followup#a2650

15