lembar persetujuansiasat.fkip-umt.ac.id/siasat-fkipumt.net/assets/pdf/... · web view10,67 dari...
TRANSCRIPT
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN MAKE A MATCH TERHADAP
KETERAMPILAN MENULIS PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V
DI SDN PORISGAGA 3 KOTA TANGERANG
Proposal Skripsi
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Nama : Riska Damayanti
NIM : 1686206179
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
1 LEMBAR PERSETUJUAN
2 SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Riska Damayanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 1686206179
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Judul Skripsi : Perbedaan Model Pembelajaran Scramble
Dengan Make A Match Terhadap Keterampilan
Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V Di SDN Porisgaga 3
Kota Tangerang
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Seminar Proposal
Skripsi.
Tangerang, Mei 2020
Tim Pembimbing : Tanda Tangan :Pembimbing I,Nur Latifah, M.PdNBM. ………………………………Pembimbing II,Sunaryo, M.DsNBM. ………………………………
Ketua Program StudiPGSD
Dr. Ina Magdalena, M.PdNBM. 136 0574
i
3 LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Riska Damayanti
NIM : 1686206179
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Jenjang Studi : S1
Judul Skripsi
:
Perbedaan Model Pembelajaran Scramble
Dengan Make A Match Terhadap Keterampilan
Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V Di SDN Porisgaga 3 Kota
Tangerang
Tanggal Sempro Skripsi :
Tangerang, Mei 2020
Tanda TanganPenguji I,…………………………NBM. ……………………………………………Penguji II,…………………………NBM. ……………………………………………Pembimbing I,Nur Latifah, M.PdNBM. ……………………………………………Pembimbing II,Sunaryo, M.DsNBM. ……………………………………………
Mengesahkan,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ketua Program Studi PGSD
Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOSNBM. 819 887
Dr. Ina Magdalena, M.PdNBM. 136 0574
ii
4 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Riska Damayanti
Nomor Induk Mahasiswa : 1686206179
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Fakultas : FKIP
Universitas : Universitas Muhammadiyah Tangerang
Dengan ini menyatakan bahwa judul skripsi “Perbedaan Model
Pembelajaran Scramble Dengan Make A Match Terhadap Keterampilan Menulis
Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Di SDN Porisgaga 3 Kota
Tangerang” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan bukan
merupakan hasil jiplakan atau plagiat dari karya orang lain karena hal tersebut
melanggar etika yang berlaku dalam kaidah keilmuan. Atas pernyataan ini, saya
siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
dikemudian hari ternyata terdapat pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.
Tangerang, Mei 2020
Riska Damayanti
NIM. 1686206179
iii
5 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini yang berjudul “Perbedaan Model Pembelajaran Scramble
Dengan Make A Match Terhadap Keterampilan Menulis Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V Di SDN Porisgaga 3 Kota
Tangerang”. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Adapun penyusunan proposal skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Muhammadiyah Tangerang. Pada awalnya, penulis mengalami
berbagai macam kesulitan karena keterbatasan ilmu yang dimiliki. Namun, berkat
dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak, akhirnya proposal skripsi ini dapat
diselesaikan walaupun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yaitu bapak Dwi Suryanto dan Ibu Yayah Nurhayati, serta
keluarga penulis yang telah memberikan semangat, serta doa kepada penulis.
2. Dr. H. Ahmad Amarullah, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tangerang.
3. Dr. Enawar, S.Pd., MM., MOS., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
iv
4. Dr. Ina Magdalena, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Tangerang.
5. Nur Latifah, M.Pd, dan Sunaryo, M.Ds, selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu, memberi motivasi, pengarahan dan masukan.
6. Calonku Mamat, untuk semangat serta dukungan baik dari segi waktu, tenaga,
biaya, dan lain-lain yang tiada henti diberikan sampai penulis dapat
menyelesaikan skripsinya ini.
7. Nia Ailia, Siti Yoyoh Namiroh, Wilda Maulika, Sifa Nursinah, dan Raisha
Gebby Andari, untuk waktu, motivasi, dukungan, dan semangat yang telah
kalian berikan kepada penulis, semoga jarak tidak memisahkan atau
menghalangi kita untuk tetap bersahabat, semoga kalian ingat apa yang sudah
kita lakukan bersama-sama selama tiga tahun ini.
8. Kak Arika Novinda Putri, untuk dukungan, motivasi, semangat dan
pembelajaran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.
9. Orang-orang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu, memberikan motivasi, dan memberikan arahan.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas apa yang telah mereka berikan
dengan ikhlas dan tulus kepada penulis. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta orang banyak dan dapat dijadikan
bahan atau acuan dalam dunia pendidikan pada umumnya.
v
Tangerang, Mei 2020
Penulis
Riska Damayanti
vi
6 DAFTAR ISILEMBAR PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI.......................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Identifikasi Masalah...................................................................................6
C. Pembatasan Masalah..................................................................................6
D. Perumusan Masalah...................................................................................6
E. Tujuan Penelitian........................................................................................7
F. Manfaat Penelitian......................................................................................7
BAB II KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS..................................................................................9
A. Deskripsi Teori............................................................................................9
1. Pengertian Keterampilan Menulis.........................................................9
2. Pengertian Model Pembelajaran Scramble.........................................20
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Scramble............................23
4. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match................................24
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make A Match..................25
6. Materi Ajar............................................................................................26
vii
7. Karakteristik Siswa Kelas V................................................................32
8. Pengertian Bahasa Indonesia...............................................................33
B. Penelitian yang Relevan............................................................................35
C. Kerangka Berpikir....................................................................................39
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................43
A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................43
B. Metode Penelitian......................................................................................44
C. Populasi dan Sampel.................................................................................45
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................46
E. Instrumen Variabel Terikat.....................................................................47
1. Definisi Konseptual...............................................................................47
2. Definisi Operasional..............................................................................48
3. Kisi-kisi Instrumen................................................................................48
4. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas.............................................49
F. Instrumen Variabel Bebas........................................................................51
1. Definisi Konseptual...............................................................................51
2. Definisi Operasional..............................................................................51
G. Hipotesis Statistik..................................................................................54
H. Teknik Analisis Data.............................................................................56
1. Statistik Deskriptif................................................................................56
2. Statistik Inferensial...............................................................................60
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................65
LAMPIRAN..........................................................................................................67
DOKUMENTASI.................................................................................................81
viii
7 DAFTAR TABEL
Tabel 3.1................................................................................................................43
Tabel 3.2................................................................................................................44
Tabel 3.3................................................................................................................49
Tabel 3.4................................................................................................................53
ix
8 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1...........................................................................................................42
x
9 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal Uji Coba Instrumen................................................................68
Lampiran 2 Lembar Hasil Wawancara Kelas V A...........................................70
Lampiran 3 Lembar Hasil Wawancara Kelas V B...........................................74
Lampiran 4 Jurnal Bimbingan...........................................................................79
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan pengetahuan,
sosial, dan emosional peserta didik dalam mempelajari semua bidang
studi. Untuk berbahasa dengan baik dan benar, diperlukan pendidikan dan
pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidikan dan pembelajaran Bahasa
Indonesia merupakan salah satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada
siswa di sekolah. Dalam UU RI No 20 Tahun 2003 tentang kurikulum
pada pasal 37 tentang muatan wajib kurikulum pendidikan dasar
menengah dan pendidikan tinggi salah satu diantaranya adalah tentang
bahasa. penyelenggaraan pendidikan, pemerintah membuat kurikulum
bahasa Indonesia yang wajib untuk diajarkan kepada siswa pada setiap
jenjang pendidikan, yakni dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT).
Salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah dasar
yaitu bahasa Indonesia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan salah
satu aspek penting yang perlu diajarkan kepada para siswa di sekolah
khususnya sekolah dasar. Mata pelajaran ini diberikan sejak masih di
bangku sekolah dasar karena siswa diharapkan mampu untuk menguasai,
memahami dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa.
Seperti membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Permendiknas No.
1
22 Tahun 2006, bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa
diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan
budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, serta dapat
berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut.
Menulis adalah suatu keterampilan yang mempunyai peran sangat
penting dalam dunia pendidikan. Karena dapat melatih peserta didik
berfikir secara kritis, logis, dan lain sebagainya. Keterampilan menulis
merupakan bagian dari KD menulis yang harus dikuasai siswa kelas V SD.
Keterampilan menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Karena
komunikasi tidak dilakukan secara langsung dengan percakapan namun
dengan bahasa tulis. Walaupun begitu, keterampilan menulis
membutuhkan ketelitian yang tinggi. Karena susunan kata, penulisan EYD
yang tepat serta tanda baca, kemudian keindahan, keruntutan, kesesuaian
tulisan dan masih banyak hal yang penting menjadi hal yang sangat
diperhatikan dalam keterampilan menulis agar pesan dalam komunikasi
tersebut dapat tersampaikan secara tepat dan benar.
Disini peranan guru dalam memilih atau menerapkan model
pembelajaran yang mampu mengatasi penyebab-penyebab kegagalan
dalam keterampilan menulis siswa sangat penting. Guru harus
menggunakan model pembelajaran yang dapat merangsang kemauan
2
menulis dalam diri siswa sehingga semangat/kemauan dalam diri siswa
tetap terjaga dan siswa mampu termotivasi untuk menuangkan pikiran atau
gagasannya untuk menulis.
Namun dalam kenyataannya guru belum banyak menerapkan
model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran di sekolah dasar
khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kelas V dan pengamatan diketahui bahwa
ditemukan masalah antara lain : kegiatan belajar bahasa Indonesia yang
biasa dilakukan di kelas V SDN Porisgaga 3 menggunakan model
pembelajaran konvensional (ceramah), namun sebelum memulai
pembelajaran guru membiasakan kegiatan literasi yaitu membaca selama
±10 menit tetapi masih banyak siswa yang kurang minat dalam membaca,
kurangnya motivasi siswa dalam menulis, pemilihan kata kurang tepat dan
kurang variatif sehingga penulisan menjadi kurang menarik, serta
pemberian contoh penulisan pada peserta didik kurang bervariasi. Selain
itu hasil nilai UTS bahasa Indonesia terakhir yang menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia belum
memuaskan. Sebagian besar dari mereka hanya mendapatkan nilai sebatas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) saja.
Kesulitan dalam keterampilan menulis yang dialami oleh peserta
didik diakibatkan oleh faktor internal yang timbul dari diri mereka sendiri
dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh segala sesuatu dari luar diri
para peserta didik salah satunya adalah model pembelajaran yang
3
digunakan oleh guru. Pembelajaran yang masih menggunakan model
konvensional dirasa kurang menarik dan kurang efektif diterapkan dalam
keterampilan menulis yang memerlukan pengembangan ide yang akan
dituangkan dalam tulisan.
Berkaitan dengan masalah di atas, maka perlu upaya untuk
mewujudkan agar siswa selalu aktif dalam pembelajaran, dapat
mengemukakan pemikirannya, saling bekerja sama, dan memahami
pembelajaran dengan seutuhnya sehingga pembelajaran akan lebih
bermakna. Maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran dan
pendekatan yang cocok untuk menyampaikan berbagai konsep yang
diajarkan, yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan proses
pembelajaran, guna meningkatkan prestasi keterampilan menulis pada
pelajaran bahasa Indonesia.
Salah satu alternatif pembelajaran yang mungkin dapat
memecahkan permasalahan di atas adalah model pembelajaran kooperatif.
Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan
pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada
teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan.
Model pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan interaksi
dalam proses pembelajaran, aktif dengan bekerja sama maupun diskusi
kelompok dalam memahami materi maupun menyelesaikan soal latihan
dengan suasana dan cara yang menyenangkan adalah model pembelajaran
tipe Make A Match. Model pembelajaran tipe Make A Match atau mencari
4
pasangan adalah model pembelajaran yang merupakan rumpun dari model
pembelajaran kooperatif yang menggunakan kartu-kartu dengan
mencocokkan jawaban dengan soal. Sehingga proses pembelajaran pun
tidak akan membuat siswa terbebani karena adanya proses kerjasama antar
teman untuk memahami materi maupun menyelesaikan latihan soal bahasa
Indonesia lebih baik lagi. Dengan bekerja sama tersebut, tingkat
pemahaman siswa akan meningkat. Selain itu model pembelajaran Make A
Match menjadikan siswa lebih berani dan selalu mengemukakan pendapat,
lebih termotivasi karena adanya permainan yaitu mencari pasangan. Siswa
dibuat penasaran sehingga ingin terus dan terus mendapatkan soal dan
mencari jawabannya.
Selain model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match ada
model pembelajaran lain yang dapat membantu peserta didik untuk
berpikir dan menggunakan kemampuan kedua otaknya yaitu model
pembelajaran scramble. Model pembelajaran scramble merupakan model
pembelajaran yang membagikan lembar soal dan jawaban yang tersedia,
siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal
yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang
merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran
kosa kata.
Kedua model pembelajaran ini mudah diterapkan, tidak
memerlukan biaya banyak, efisien, efektif dan mampu memperbaiki model
kooperatif yang telah umum dilakukan. Melihat pentingnya penggunaan
5
model pembelajaran yang menyenangkan dalam meningkatkan
keterampilan menulis siswa, penulis akan melakukan penelitian dengan
judul : “Perbedaan Model Pembelajaran Scramble Dengan Make A Match
Terhadap Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas V Di SDN Porisgaga 3 Kota Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi keterampilan
menulis siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia?
2. Apakah penerapan model pembelajaran scramble dan Make A Match
dapat mempengaruhi keterampilan menulis siswa pada mata pelajaran
bahasa Indonesia?
3. Apakah terdapat perbedaan antara model pembelajaran scramble
dengan model pembelajaran Make A Match terhadap keterampilan
menulis siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian
ini peneliti hanya meneliti :
1. Model pembelajaran yang diteliti adalah model pembelajaran
scramble dan model pembelajaran Make A Match.
2. Keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa
kelas V di SDN Porisgaga 3 kota Tangerang.
6
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah penelitian ini adalah :
Apakah terdapat perbedaan keterampilan menulis pada mata pelajaran
bahasa Indonesia antara siswa yang diberi model pembelajaran scramble
dengan siswa yang diberi model pembelajaran Make A Match?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia antara siswa
yang diberi model pembelajaran scramble dengan siswa yang diberi model
pembelajaran Make A Match.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan pendidikan dan memperkaya hasil penelitian
yang ada.
b. Untuk menambah konsep dalam mengajar
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang dapat diberikan sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
7
Untuk menambah pengalaman karena sesuai dengan profesi yang
ditekuni yakni calon guru atau pendidik sehingga nantinya dapat
diterapkan di lapangan.
b. Bagi Siswa
Melatih siswa agar mampu meningkatkan keterampilan menulis
pada mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga siswa kreatif dan
aktif dalam mengikuti pembelajaran.
c. Bagi Guru
Untuk mengetahui perbedaan antara model pembelajaran scramble
dengan Make A Match dalam pembelajaran serta dapat
memberikan masukan untuk meningkatkan keterampilan menulis
pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
d. Bagi Sekolah
Dalam rangka perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dan
menambah inovasi dalam penggunaan model pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan di
sekolah.
e. Bagi Institusi
Dapat menambah wawasan untuk meningkatkan kemampuan
kinerja guru dalam memberikan pendidikan.
f. Bagi Pembaca
8
Dapat menambah pengetahuan tentang model pembelajaran
scramble dan Make A Match terhadap keterampilan menulis pada
mata pelajaran bahasa Indonesia.
BAB II
KERANGKA TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan berbahasa terbagi menjadi 4, yaitu : 1) keterampilan
menyimak/mendengarkan (listening skills); 2) keterampilan berbicara
(speaking skills); 3) keterampilan membaca (reading skills); dan 4)
keterampilan menulis (writing skills).
Menurut (Rosnaningsih, 2017), “Keterampilan yaitu kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental.” (h.
27). keterampilan adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap
orang secara berbeda-beda, namun disisi lain kemampuan juga
memerlukan skill/keterampilan seseorang untuk membuktikannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 968), menulis
mempunyai arti : 1) membuat huruf (angka, dan sebagainya) dengan pena
9
(pensil, kapur, dan sebagainya); 2) melahirkan pikiran atau perasaan
(seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan; 3) menggambar,
melukis; dan 4) membatik (kain) mengarang cerita, membuat surat,
berkirim surat (Susanto, 2013, h. 247). Menulis adalah sebuah
keterampilan yang unik dan berasal dari suatu pikiran atau perasaan kita
sehingga kita dapat menuangkannya dengan cara menulis, melukis,
menggambar ataupun yang lainnya yang dibantu dengan suatu
alat/perantara yang dapat menghasilkan sebuah warna ke dalam tulisan
tersebut seperti pulpen, pensil, spidol, dan lain sebagainya.
Menurut Rosidi (2009) menulis adalah salah satu bentuk berpikir,
yang juga merupakan alat untuk membuat orang lain atau pembaca
berpikir. Dengan menulis, siswa mampu mengkonstruksi berbagai ilmu
atau pengetahuan yang dimilikinya dalam sebuah tulisan, baik dalam
bentuk esai, artikel, laporan ilmiah, berita, cerpen, puisi dan sebagainya.
Menulis merupakan alat untuk berpikir, karena akan membuat kinerja otak
pembaca mengkonstruk dengan sendirinya tulisan tersebut. (Sari, Wagiran,
& Baehaqie, 2016)
Keterampilan menulis merupakan media komunikasi yang perlu
dipelajari secara khusus, di samping tiga keterampilan lainnya yakni
berbicara, menyimak dan membaca. Melalui kegiatan menulis informasi
dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat kita diperoleh
(Multafifin, 2015, h. 12). Keterampilan menulis adalah sebuah perantara
atau alat komunikasi yang perlu dipelajari secara terpisah selain dari ketiga
10
keterampilan lainnya, selain itu di dalam keterampilan ini dapat
menambah pengetahuan yang lebih banyak lagi.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan dalam
berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
menulis adalah sarana untuk berkomunikasi secara tidak langsung
(Himawati, Markamah, & Hartono, 2019, h. 1). Keterampilan menulis
adalah suatu hal yang sangat penting untuk kepentingan sehari-hari, selain
itu keterampilan ini dapat menjadi sarana atau media untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu kemampuan yang didapatkan
melalui proses belajar dan berlatih untuk mengungkapkan gagasan/ide
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dengan
menggunakan alat bantu seperti pulpen, pensil atau spidol yang bertujuan
untuk meyakinkan atau memberitahu pembaca melalui sebuah tulisan.
a. Manfaat Menulis
Sama seperti keterampilan berbahasa yang lainnya, menulis
juga memiliki manfaat yang sangat banyak. Menurut Sabarti, dkk
(1988), manfaat menulis ada delapan, diantaranya :
1) Mengetahui kemampuan dan potensi diri serta pengetahuan tentang
topik yang dipilih. Dengan mengembangkan topik itu kita terpaksa
11
berpikir, menggali pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan di
bawah sadar.
2) Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar,
menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang
mungkin tidak pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.
3) Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang ditulis,
4) Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta
mengungkapkan secara tersusun. Dengan demikian, permasalahan
yang pemula masih samar menjadi lebih jelas.
5) Melalui tulisan kita dapat menjadi peninjau dan penilai gagasan kita
secara objektif.
6) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara
tersurat dalam konteks yang lebih konkret.
7) Dengan menulis kita aktif berpikir sehingga kita dapat menjadi
penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap
informasi.
8) Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir dan
berbahasa secara tertib. (h.2) (Fadhillah, Lathifah, & Hamsanah, 2019,
h. 53)
Sedangkan menurut (Susanto, 2013, h. 254), dalam dunia
pendidikan, menulis sangat berharga, sebab menulis membantu
seseorang berpikir lebih mudah. Menulis sebagai suatu alat dalam
12
belajar dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting.
Dilihat dari sudut pandang ini, kegunaan menulis dapat diperinci
sebagai berikut :
1) Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita
ketahui. Menulis mengenai suatu topik, merangsang pemikiran kita
mengenai topik tersebut dalam membantu kita membangkitkan
pengetahuan dari pengalaman masa lalu.
2) Menulis menghasilkan ide-ide. Tindakan menulis merangsang pikiran
kita untuk mengadakan hubungan, mencapai pertalian dan menarik
kesamaan (analogi) antara ide-ide yang tidak pernah akan terjadi,
seandainya kita tidak menulis.
3) Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan
menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri.
4) Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi.
Kita dapat membuat jarak dengan ide kita sendiri dan melihatnya lebih
objektif pada waktu kita siap menuliskannya.
5) Menulis membantu kita menyerap dan menguasai informasi baru. Kita
akan dapat menyimpannya lebih lama, jika kita menuangkannya dalam
bentuk tulisan.
6) Menulis membantu kita memecahkan masalah dengan jalan
memperjelas unsur-unsurnya dan menempatkannya dalam suatu
konteks visual, sehingga dapat diuji.
13
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa manfaat dari menulis adalah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. Dengan kegiatan menulis, siswa dapat menuangkan ide,
gagasan, perasaan dan pikiran yang terencana sehingga dapat
terkonstruk dengan tertib dan teratur, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir, mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat
menuangkannya melalui sebuah tulisan agar dapat dipublikasikan
kepada orang lain.
b. Tujuan Menulis
Hartig dalam Tarigan (1991 : 24-25) mengungkapkan tujuan
menulis sebagai berikut :
1) Tujuan Penugasan. Penulis tidak memiliki tujuan, untuk apa ia
menulis. Penulis hanya menulis, tanpa mengetahui tujuannya. Ia
menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.
2) Tujuan Altruistik. Bertujuan untuk menyenangkan para pembaca,
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para
pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin
membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan
dengan karyanya itu.
3) Tujuan Persuasif. Bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para
pembaca yakin akan kebenaran gagasan atau ide yang diutarakan oleh
penulis. Tujuan persuasif ini dikenal juga dengan bahasa iklan yang
harus menarik pembaca, agar mengikuti arahan penulis.
14
4) Tujuan Informasional atau Tujuan Penerangan. Untuk memberikan
informasi atau keterangan kepada pembaca. Informasi yang ditulis
biasanya menggunakan kata-kata informatif agar mudah dipahami oleh
semua kalangan pembaca.
5) Tujuan Pernyataan Diri. Untuk memperkenalkan atau menyatakan
dirinya sendiri kepada pembaca. Dengan melalui tulisannya, pembaca
dapat memahami “siapa” sebenarnya sang penulis.
6) Tujuan Kreatif. Bertujuan agar pembaca dapat memiliki nilai-nilai
artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis.
Dalam informasi yang disajikan penulis, para pembaca bukan hanya
sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu
membaca tulisan tersebut.
7) Tujuan Pemecahan Masalah. Penulis berusaha memecahkan masalah
yang dihadapi. Dengan tulisannya, penulis berusaha memberi
kejelasan pada pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu
masalah. (Fadhillah, Lathifah, & Hamsanah, 2019, h. 55)
Sedangkan menurut (Susanto, 2013, h. 253), yang dimaksud
dengan maksud atau tujuan penulis adalah respons atau jawaban yang
diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca. Tujuan
menulis dapat dikategorikan ke dalam empat macam, antara lain :
1) Untuk memberitahukan atau mengajar, disebut wacana informatif
(information discourse). Tulisan yang bertujuan memberi informasi
atau keterangan penerangan kepada para pembaca.
15
2) Untuk meyakinkan atau mendesak para pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan, disebut wacana persuasif (persuasive
discourse).
3) Untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literacy
discourse). Tujuan penulisan untuk menyenangkan ini disebut juga
tujuan altruistis (altruistic purpose), yaitu penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para
pembaca, dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih
mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.
4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau
berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Sebagai
gambaran, menulis puisi dapat termasuk menulis yang bertujuan untuk
pernyataan diri dengan pencapaian nilai-nilai artistik.
Jadi, kesimpulan dari pendapat beberapa ahli di atas bahwa
menulis bertujuan agar seseorang dapat
menginformasikan/mengkomunikasikan ide, gagasan, penghayatan dan
pengalaman keberbagai pihak. Selain itu, menulis juga bertujuan untuk
dapat memahami bahasa tulis. Dengan belajar menulis, maka
seseorang akan dapat melakukan komunikasi secara tidak langsung
dalam kehidupan sosial sehari-harinya.
16
c. Langkah - Langkah Menulis
Menurut (Fadhillah, Lathifah, & Hamsanah, 2019, h. 57),
langkah-langkah dalam proses menulis sebagai berikut:
1) Pra-Menulis
Pra-menulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang
penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide
gagasan menentukan judul karangan, menentukan judul, memilih
bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan
bahan-bahan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas,
misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan sejenisnya;
menyimak warta berita, pidato, khutbah, disukusi, dan seminar; karya
wisata dan rekreasi; dan sebagainya. Sementara itu, pola
pengembangan rasional, dapat dilakukan berdasarkan (1) urutan sebab
akibat atau sebaliknya, (2) problem solving atau pemecahan masalah,
(3) aspek, dan (4) topik.
2) Saat Menulis
Tahap penulisan dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk
tulisan. Ide-ide itu dituangkan dalam bentuk kalimat paragraf
Selanjutnya, paragraf-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu karangan
yang utuh. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat
menentukan judul, antara lain (1) singkat, (2) provokatif, dan (3)
relevan dengan isi. Di samping itu, perlu diingat bahwa judul
sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat.
17
3) Pascamenulis
Pascamenulis terdiri atas tiga, yaitu; (a) merevisi atau mengubah, (b)
mengedit, dan (c) menyajikan atau mempublikasikan tulisan. Ketiga
langkah pascamenulis dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Merevisi atau Mengubah. Pada tahap merevisi dilakukan koreksi
terhadap keseluruhan karangan. Struktur karangan meliputi
penataan ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan
penalarannya. Pada tahap revisi masih dimungkinkan mengubah
judul yang telah ditentukan dirasakan kurang tepat.
b) Mengedit. Dalam pengeditan ini diperlukan format buku yang akan
menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan
pengaturan spasi.
c) Menyajikan atau Mempublikasikan Tulisan. Mempublikasikan
tulisan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti
menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan,
sedangkan pengertian kedua menyampaikan karangan tidak dalam
bentuk cetakan.
Tompkins dalam Resmini dkk. (2006 : 226) menguraikan
proses menulis menjadi lima tahap yang diidentifikasikan melalui
serangkaian penelitian tentang proses menulis yang meliputi :
1) Tahap Pra-Menulis (prewriting). Tahap pra-menulis merupakan tahap
siap menulis, atau disebut juga dengan tahap penemuan menulis.
Aktivitas dalam tahap ini meliputi : 1) memilih topik; 2) memikirkan
18
tujuan, bentuk dan audiensi; 3) memanfaatkan dan mengorganisasikan
gagasan-gagasan. Pada tahap pra-menulis siswa berusaha
mengemukakan apa yang akan mereka tulis.
2) Tahap Penyusunan Draf Tulisan (drafting). Dalam proses menulis,
siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah konsep.
Selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus dalam pengumpulan
gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa pada tahap ini tidak
perlu merasa takut melakukan kesalahan. Aktivitas dalam tahap ini
meliputi : 1) menulis draf kasar; 2) menulis konsep utama; dan 3)
menekankan pada pengembangan isi.
3) Tahap Perbaikan (revisi). Dalam tahap ini, penulis menyaring ide-ide
dalam tulisan mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis
begitu mereka mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya
bahwa tulisan mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan
tulisan, revisi adalah mempertemukan kebutuhan pembaca dengan
menambah, mengganti, menghilangkan, dan menyusun kembali bahasa
tulisan. Aktivitas ini meliputi : 1) membaca ulang draf kasar; 2)
menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis; dan 3)
memerhatikan bagian yang mendapat balikan kelompok menulis.
4) Tahap Penyuntingan (editing). Pada tahap keempat ini, siswa
menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan
kesalahan mekanikal yang lain. Tujuannya agar tulisan menjadi ‘siap
baca secara optimal’ (optimally readable). Aktivitas dalam tahap ini
19
meliputi : 1) mengambil jarak dari tulisan; 2) mengoreksi awal dengan
menandai kesalahan; dan 3) mengoreksi kesalahan.
5) Tahap Pemublikasian (publishing). Pada tahap akhir ini, siswa sudah
siap mempublikasikan tulisan mereka dan menyempurnakan dengan
membaca pendapat dan komentar yang diberikan teman atau siswa
lain, orangtua, dan komunitas mereka sebagai penulis. Hasil
penulisannya melalui kegiatan berbagai hasil tulisan (sharing), yaitu
dilakukan dengan melalui kegiatan penugasan siswa untuk membaca
hasil karangan di depan kelas. (Susanto, 2013, h. 256)
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pada
proses menulis memiliki langkah-langkah yang harus dilakukan,
karena menulis adalah kegiatan yang membutuhkan proses yang
dilakukan dengan latihan terus-menerus. Berdasarkan langkah-
langkah menulis yang telah dipaparkan tersebut, menulis terbagi
menjadi beberapa tahapan yakni pramenulis, menulis, pascamenulis,
dan publikasi. Kegiatan yang dilakukan dalam menulis dimulai dari
menentukan topik, tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan
mengembangkan ide, gagasan, dan perasaan menjadi sebuah karangan
utuh mulai awal sampai akhir, mengoreksi dan merevisi karangan
apabila terdapat kesalahan, kemudian menerbitkan tulisan yang sudah
selesai dibuat.
20
2. Pengertian Model Pembelajaran Scramble
Istilah scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan atau perjuangan.
Soeparno (1998) berpendapat bahwa model scramble adalah salah satu
permainan Bahasa, yang pada hakikatnya permainan. Scramble merupakan
model mengajar dengan membagikan lembar soal dengan lembar jawaban
yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara
penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan
anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan
wawasan pemikiran kosa kata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble
terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni :
a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan
huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suau
kata tertentu yang bermakna, misalnya :
1) Alpjera = pelajar
2) Kubu = buku
b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat kata-
kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan
benar.
c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis
berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya
logis, bermakna. (Fathurrohman, 2018, h. 192)
21
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model
scramble merupakan model yang berbentuk permainan acak kata, kalimat
atau paragraf yang dimainkan secara berkelompok dan memerlukan
kerjasama tim yang baik.
Sedangkan menurut Kurniasih (2015), “Model pembelajaran
scramble tampak lebih mirip dengan model pembelajaran word square,
hanya saja terlihat berbeda karena jawaban soal tidak dituliskan di dalam
kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang
acak. Siswa hanya ditugaskan mengoreksi (membolak-balik huruf)
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat dan benar” (h. 99).
Model pembelajaran scramble adalah model pembelajaran yang menuntut
siswa untuk membenarkan atau mencari jawaban yang benar dari jawaban
yang sudah diacak oleh guru sebelumnya dengan baik dan benar.
Sedangkan menurut Robert B. Taylor (2001), scramble merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan
kecepatan berpikir siswa. Model ini mengharuskan siswa unuk
menggabungkan otak kanan dan otak kiri. Dalam model ini, mereka tidak
hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat
jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak (Huda,
2014, h. 303). Model pembelajaran scramble adalah sebuah model yang
mengharuskan kedua otak siswa bekerja secara maksimal, karena pada
model ini dapat meningkatkan kinerja otak serta melatih siswa untuk fokus
dan berkonsentrasi pada sebuah pembelajaran.
22
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model scramble adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang disajikan
dalam bentuk kartu yang dilengkapi dengan pertanyaan dan alternatif
jawaban yang disusun secara acak. Model ini pun menekankan pada
latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Siswa
bekerjasama dengan teman kelompoknya untuk mencari jawaban yang
benar untuk pertanyaan-pertanyaan pada kartu soal.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Scramble
Menurut Fathurrohman (2018), adapun langkah-langkah model
pembelajaran scramble sebagai berikut :
a. Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru menyajikan materi
pelajaran tentang “karnivora”, namun setelah selesai menjelaskan
tentang “karnivora”, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban
yang diacak susunannya.
b. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble : dengan
membuat pertanyaan yang sesuai dengan topik dan kemudian membuat
jawaban yang acak.
c. Mempersiapkan media : buatlah pertanyaan sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai serta membuat jawaban yang diacak hurufnya.
d. Langkah berikutnya, guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang
ingin dicapai. Kemudian membagikan lembar kerja sesuai contoh.
e. Kemudian susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan
kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A.
23
f. Contoh soal untuk kolom A
1) Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara
….
2) …. digunakan sebagai alat pembayaran sah
3) Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai ….
g. Contoh jawaban untuk kolom B
1) TARREB (contoh : jawaban yang benar adalah BARTER)
2) GANU (contoh : jawaban yang benar adalah UANG)
3) MINALON (contoh : jawaban yang benar adalah NOMINAL) (h.
100)
4. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match
Menurut Krisno (2019), “Model pembelajaran kooperatif tipe
make a match adalah teknik mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Model ini dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama dengan
anggota kelompoknya agar tanggung jawab dapat tercapai, sehingga
semua siswa aktif dalam proses pembelajaran” (h. 156). Model
pembelajaran Make A Match adalah model yang membuat siswa aktif
untuk berinteraksi dengan temannya, siswa diharuskan untuk mencari
pasangan dari apa yang telah didapatnya.
Sedangkan menurut Huda (2014), “Strategi make a match saat ini
menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi
24
ini antara lain : 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi; dan 3)
edutainment” (h. 251). Model pembelajaran make a match adalah salah
satu model yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari suatu materi.
Dan menurut (Shoimin, 2014), “Model pembelajaran Make A
Match merupakan model pembelajaran yang dikembangkan Lorna Curran.
Karakteristik model pembelajaran Make A Match adalah memiliki
hubungan yang erat dengan karakteristik siswa yang gemar bermain.
Pelaksanaan model Make A Match harus didukung dengan keaktifan siswa
untuk bergerak mencari pasangan dengan kartu yang sesuai dengan
jawaban atau pertanyaan dalam kartu tersebut (h. 98). Model pembelajaran
Make A Match adalah suatu model yang bersifat permainan/games, disini
siswa harus mencocokkan kartu yang dimilikinya dengan kartu yang
dimiliki oleh temannya.
Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model make-a match adalah teknik kooperatif bersifat permainan/games
yang dilakukan dengan cara siswa mencari pasangan kartu yang cocok
dengan kartu yang dipegangnya sambil mempelajari suatu konsep atau
topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Siswa yang
menemukan pasangannya dalam waktu terbatas dan benar maka akan
diberi poin dan hadiah.
25
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make A Match
Menurut Kurniasih (2015), adapun langkah-langkah model
pembelajaran Make A Match sebagai berikut :
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang
cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu
jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan “kepercayaan pada Tuhan”
akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “UUD 1945”.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
f. Jika siswa tidak mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan
hukuman, yang telah disepakati.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
i. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran. (h. 57)
26
6. Materi Ajar
a. Pengertian Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas
dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara. Pantun juga merupakan jenis
puisi Indonesia yang berarti perumpamaan atau laksana berbentuk
untaian dan diikat oleh ikatan tertentu. Ikatan tersebut adalah ciri-ciri
pantun. Pantun terbagi atas dua bagian, yaitu bagian sampiran dan isi.
Sampiran merupakan pengantar menuju isi pantun. Umumnya
sampiran hanya memiliki hubungan persamaan bunyi pada isi dan
tidak memiliki hubungan makna.
b. Ciri - Ciri Pantun
Sebelum siswa menyusun kalimat acak menjadi sebuah pantun,
siswa tersebut harus memahami pantun terlebih dahulu. Ciri-ciri
pantun adalah sebagai berikut:
1) Tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata, tapi yang lazim 10
2) Setiap bait pantun terdiri dari 4 larik/baris
Contoh :
Kalau ada kembang yang baru
Bunga kenanga dikupas jangan
Kalau ada sahabat baru
Sahabat lama ditinggalkan jangan
3) 2 baris pertama (baris pertama dan kedua) merupakan sampiran
atau biasanya berupa kiasan-kiasan. Kerap kali berkaitan dengan
27
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak.
Contoh sampiran:
Kalau ada kembang yang baru
Bunga kenanga dikupas jangan
4) 2 baris terakhir (baris ketiga dan keempat) merupakan isi. Apa
yang akan disampaikan oleh pembuat pantun dituangkan di baris
ini atau merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut.
Contoh isi :
Kalau ada sahabat baru
Sahabat lama ditinggalkan jangan
5) Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Sajak (bunyi) pada pantun
harus beraturan. Sajak atau bunyi terakhir baris pertama sama
dengan baris ketiga. Sedangkan baris ke dua sama bunyi akhirnya
dengan baris keempat. Maka pantun bersajak a-b-a-b.
Contoh:
Kalau ada kembang yang baru --------------------------------- a
Bunga kenanga dikupas jangan --------------------------------b
Kalau ada sahabat baru ----------------------------------------- a
Sahabat lama ditinggalkan jangan ------------------------------b
28
c. Jenis – Jenis Pantun Berdasarkan Usia
1) Pantun Anak-anak menggambarkan dunia anak-anak yang
biasanya berisi rasa senang dan sedih. Pantun anak berfungsi
sebagai lagu mainan, mantra pada permainan anak, dan syair senda
gurau. Oleh karena itu jenis pantun anak dibagi menjadi dua yaitu
pantun bersuka cita dan pantun berduka cita,
- Pantun Bersuka Cita adalah pantun yang isinya mengungkapkan
perasaan gembira/bahagia
Contoh :
Terbang rendah burung kutilang
Hinggap di dahan sambil
menoleh
Hatiku senang tidak kepalang
Ayah pulang membawa oleh-
oleh
Burung merpati burung dara
Terbang menuju angkasa luas
Hati siapa takkan gembira
Karena aku telah naik kelas
- Pantun Berduka Cita adalah pantun yang berisi ungkapan
kesedihan hati atau berduka.
Contoh :
Memetik manggis di kota Kedu
Membeli tebu uangnya hilang
Menangis adik tersedu-sedu
Mencari ibu belum juga pulang
29
2) Pantun Muda/ Remaja/ Dewasa berisi kehidupan remaja/ dewasa.
Pantun remaja berfungsi sebagai ungkapan jenaka untuk menggoda,
ungkapan kerinduan, ungkapan cinta, ungkapan janji, ungkapan
kesedihan, ungkapan kegelisahan, ungkapan pujian, dan ungkapan
sindiran. Pantun ini di bagi menjadi beberapa jenis, yaitu pantun nasib,
pantun perkenalan, dan pantun percintaan.
- Pantun nasib (pantun dagang) adalah pantun yang merupakan
penggambaran keadaan seseorang.
Contoh :
Pergi sekolah mampir Cimahi
Depan bukit lihat ilalang
Mungkin sudah takdir Illahi
Badan sakit tinggal tulang
- Pantun perkenalan adalah pantun yang berisi ungkapan untuk
mengenal seseorang dan ucapannya berupa pantun.
Contoh :
Dari mana hendak kemana
Manggis dipetik dengan pisau
Kalau boleh kami bertanya
Gadis cantik siapa namamu
- pantun percintaan
contoh :
30
Hujan turun rintik-rintik
Ada gubug di tepi sawah
Wahai dinda berwajah cantik
Bolehkah kanda main ke rumah
3) Pantun orang tua berisi pendidikan dan ajaran agama. Pantun orang tua
berfungsi sebagai sarana dakwah dan nasihat. Pantun ini terdiri dari:
pantun nasihat, adat, agama, budi, kepahlawanan, kias, dan peribahasa.
- Pantun nasihat
Contoh :
Enak benar tinggal di Batujajar
Segar udaranya, indah, dan permai
Anak sekolah rajinlah belajar
Agar cita-citanya kelak tercapai
- Pantun agama
- Pantun kepahlawanan
d. Langkah – Langkah Menulis Pantun
1) Merangkai kosakata di baris 3-4 (isi)
2) Mencari kosakata untuk ditempatkan di akhir baris pertama dan
kedua
3) Dianjurkan memilih kosakata yang sama suku katanya
4) Mencari kosakata yang dapat dirangkai dengan kata yang
ditemukan pada langkah kedua
5) Pemilihan suku kata minimal sama huruf akhir katanya
31
Pantun dikatakan baik jika memenuhi syarat minimal yaitu
kosa kata di baris pertama dan ketiga serta kedua dan keempat bersajak
akhir sama.
Teknis penulisan pantun terdiri dari beberapa langkah: (1) Cari
kata terakhir pada baris ketiga dan keempat lalu sesuaikan dengan
tema. Meski ada pantun yang bersajak aa-aa, akan lebih baik jika
persajakan pantun yang akan ditulis bersajak ab-ab. Persajakan
(persamaan bunyi) akan menimbulkan efek irama yang unik sekaligus
langsung menunjukkan bahwa pola persajakan ini adalah pola
persajakan sebuah pantun; (2) buat kalimat dengan kata yang telah
ditentukan. Lakukan seperti menyusun kalimat biasa, namun harus
memperhatikan syarat pantun (terdiri dari 8 - 12 suku kata); (3) Cari
kata terakhir untuk sampiran (baris pertama dan kedua). Sesuai syarat
persajakan sebuah pantun (ab-ab), syarat mutlak untuk kedua kata
tersebut adalah harus sesuai persajakannya dengan kata terakhir baris
ketiga dan keempat. Kata terakhir baris pertama harus mengacu kepada
kata terakhir baris ketiga, sedangkan kata terakhir baris kedua harus
mengacu kepada kata terakhir baris keempat. Suku kata terakhir pada
kata terakhir di baris ketiga dan keempat yang menjadi acuan mencari
kata; (4) Buat kalimat dengan kata-kata yang telah ditemukan; (5)
Periksa kembali pantun yang telah dibuat, pastikan memenuhi syarat
sebagai sebuah pantun.
32
Indikator yang dinilai pada keterampilan menulis pantun adalah
sebagai berikut: (1) Jumlah baris pada pantun; (2) Sajak pantun; (3)
Jumlah kata tiap baris; (4) Jumlah suku kata tiap baris; (5) Keterkaitan
antar baris.
7. Karakteristik Siswa Kelas V
Menurut Rusman (2014), “Anak pada usia Sekolah Dasar (7-11
tahun) berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia ini tingkah
laku anak yang tampak yaitu : 1) anak mulai memandang dunia secara
obyektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek yang lain secara
reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, 2) anak mulai
berpikir secara operasional, 3) anak mampu mempergunakan cara berpikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, 4) anak dapat
membentuk dan menggunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip
ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat, dan 5)
anak dapat memahami konsep substansi, panjang, lebar, luas, tinggi,
rendah, ringan, dan berat” (h. 251). Anak pada usia ini memiliki tahapan-
tahapan yang konkret, sehingga anak dapat membedakan konsep-konsep
dan dapat menggunakan otaknya untuk berpikir secara operasional.
Sedangkan menurut Sumantri (2017), “Bentuk-bentuk karakteristik
siswa Sekolah Dasar yaitu : 1) senang bermain; 2) senang bergerak; 3)
anak senang bekerja dalam kelompok; dan 4) senang merasakan atau
melakukan /memperagakan sesuatu secara langsung” (h. 154). Dari uraian
tersebut dapat kita ketahui bahwa siswa Sekolah Dasar sebenarnya
33
memerlukan pembelajaran yang menyenangkan yang menuntut anak untuk
merasa senang dalam pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.
8. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah pengertian sosial dan bukan pengertian
linguistik/kebahasaan atau metaforis (Daniel, 1996). Pengertian bahasa
menekankan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dan berpikir, dan
sarana pemersatu bahasa Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran
bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan
berbahasa, bukan pembelajaran tentang bahasa Indonesia (Juliani, Murda,
& Widiana, 2016). Bahasa Indonesia merupakan sarana atau alat bantu
untuk pemersatu bangsa, adanya bahasa Indonesia sendiri untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama warga negara Indonesia.
Pranowo (2009) menyatakan, bahwa bahasa merupakan cermin
kepribadian seseorang, bahkan lebih luas lagi, bahwa bahasa adalah
sebagai cermin kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa seseorang
atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Bangsa Indonesia
memiliki berbagai ragam bahasa, suku, dan budaya. Terkait dengan
bahasa, di Indonesia terdapat banyak bahasa daerah yang dipergunakan
sebagai alat komunikasi oleh berbagai suku dan sekaligus sebagai
khasanah kekayaan bangsa. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi
34
antara warga yang satu dengan warga yang lain, dan merupakan budaya,
ciri khas sekaligus kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai
bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia ialah bahasa yang awalnya berasal dari bahasa Melayu,
karena mungkin sangat cocok dengan orang-orang di Indonesia ini, maka
dijadikanlah bahasa resmi untuk bangsa Indonesia.
Menurut pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa Indonesia adalah alat bantu yang digunakan untuk berkomunikasi,
serta budaya, kekayaan, sekaligus ciri khas yang membedakan Indonesia
dengan negara lainnya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Santika Damayanti Sari (2016), yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Teks Berita Melalui Model Think Talk Write
Dengan Pemanfaatan Media Kliping Foto Jurnalistik Pada Siswa Kelas
VII C SMP Negeri 8 Batang”. Simpulan dari hasil penelitian tentang
keterampilan menulis teks berita melalui model think talk write dan media
kliping foto jurnalistik pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 8 Batang
adalah sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran menulis teks berita
melalui model think talk write dan media kliping foto jurnalistik budaya
pada siklus II diketahui mengalami perubahan ke arah positif dibanding
siklus I. Perubahan tersebut dapat diketahui dari catatan observasi yang
peneliti tulis setelah melakukan proses pembelajaran menulis teks berita
35
melalui model think talk write dan media kliping foto jurnalistik; (2)
Terdapat peningkatan keterampilan menulis siswa kelas VIII C SMP
Negeri 8 Batang setelah dilakukan tindakan penelitian menulis teks berita
menggunakan model think talk write dan media kliping foto jurnalistik.
Peningkatan keterampilan menulis teks berita tersebut dapat diketahui dari
hasil pra siklus, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata tes menulis teks
berita pada tahap pra siklus sebesar 60,5 yang masuk dalam kategori
cukup dan ketuntasan sebesar 4,167%. Pada siklus I nilai rata-ratanya
mencapai 67,3 dengan kategori cukup dan ketuntasan sebesar 20,833%.
Pada siklus II, nilai rata-rata mengalami peningkatan 10,67 dari siklus I
menjadi 78 dengan kategori baik dan ketuntasan sebesar 95,833%; dan (3)
Terdapat perubahan perilaku siswa kelas VIII C SMP Negeri 8 Batang
setelah mengikuti pembelajaran menulis teks berita melalui model think
talk write dan media kliping foto jurnalistik mengalami perubahan
perilaku jujur, tanggung jawab, kreatif, komunikatif, mandiri, toleransi,
dan demokratis ke arah positif. Perubahan tingkah laku siswa ini dapat
dibuktikan dengan data nontes. Data nontes tersebut antara lain berupa
lembar observasi perilaku, lembar wawancara, jurnal guru dan jurnal
siswa, serta dokumentasi foto. Berdasarkan hasil data nontes pada siklus I,
perilaku siswa pada tiap langkah pembelajaran sudah meningkat meskipun
tidak signifikan. pada siklus II, peilaku meningkat pada tiap langkah
pembelajaran secara signifikan ke arah positif.
36
Penelitian di atas mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya adalah penelitian
menggunakan keterampilan menulis, sedangkan perbedaannya adalah pada
satuan Pendidikan yang dilakukan peneliti adalah tingkat SMP kelas VIII.
2. Penelitian yang dilakukan oleh M. Fakhrur Saifudin “Strategi
Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi Dengan Teknik Urai Ruang
Waktu (URW) Di Kelas III Sekolah Dasar”. Dapat disimpulkan bahwa
penggunaan teknik URW menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Hal
ini terbukti dengan meningkatnya nilai mengarang narasi siswa dengan
teknik URW. Beberapa hal yang ditemukan bahwa penggunaan media
sangat berpengaruh penting dalam keberhasilan Teknik ini. Media
pembelajaran yang berfungsi sebagai penguat materi menjadi salah satu
bahan untuk meningkatkan pemahaman, logika, dan imajinasi siswa dalam
menyusun karangan narasi yang baik. Implementasi keterampilan menulis
narasi dengan teknik URW di kelas III sekolah dasar menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dalam analisis data dari
tiga lokasi pengambilan data yang menunjukkan peningkatan. Peningkatan
tertinggi berada di SD Muhammadiyah Pajangan sebesar 92%. Kemudian
di SD muhammadiyah Senggotan sebesar 88% dan di SD Muhammadiyah
3 Ambarketawang sebesar 77%. Peningkatan tersebut dipengaruhi
beberapa hal antara lain, penggunaan media yang berkualitas,
pendampingan guru dalam proses pembelajaran, dan pemberian instrumen
soal yang sesuai dengan tingkat kompetensi siswa.
37
Penelitian di atas mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya adalah penelitian
menggunakan keterampilan menulis, sedangkan perbedaannya adalah
penelitian tersebut menggunakan sampel kelas III sedangkan penulis
menggunakan sampel kelas V untuk penelitiannya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Puri, N., A., H. Hariyanti, D., P., D. &
Azizah, M., yang berjudul “Keefektifan Model Pembelajaran Scramble
dengan Permainan Teka-Teki Silang Terhadap Pemahaman Cerita
Rakyat”. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble dengan
permainan teka-teki silang efektif terhadap pemahaman cerita rakyat kelas
IV SD N Tlogosari Wetan 01 Semarang. Hal tersebut dapat ditunjukkan
dengan adanya hasil perhitungan uji t, yaitu = 6,5016> =1,99394 artinya
H0 ditolak dan Ha diterima yaitu hasil pemahaman cerita rakyat pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, sehingga model pembelajaran
scramble lebih efektif dari pada hasil pemahaman cerita rakyat yang tidak
menggunakan model pembelajaran scramble. Nilai rata-rata kelas
eksperimen 82,083 dan kelas kontrol dengan nila rata-rata 61,25. Dengan
demikian, ada perbedaan rata-rata pemahaman cerita rakyat peserta didik
kelas eksperimen dan peserta didik kelas
Penelitian di atas mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya adalah penelitian
menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu scramble, sedangkan
38
perbedaannya adalah peneliti menggunakan kelas IV sebagai sampelnya
sedangkan penulis menggunakan kelas V sebagai sampel dalam
penelitiannya.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilian Wahyu Hartina, Mawardi, dan
Suhandi Astuti, yang berjudul “Perbedaan Model Pembelajaran Make A
Match Dan Index Card Match Dalam Pembelajaran Tematik Kelas 4 SD
Yang Ditinjau Dari Hasil Belajarnya”. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar menggunakan model pembelajaran Index
Card Match tidak lebih tinggi secara signifikan dari pada model
pembelajaram Make a Match pada peserta didik kelas 4 SD Gugus Ki
Hajar Dewantara Bancak. Hal tersebut dapat dibuktikan setelah dilakukan
uji Ancova diperoleh hasil F hitung dalam muatan Ilmu Pengetahuan Alam
1,570 taraf signifikansi atau probabilitas 0,214. Oleh karena probabilitas
0,214 > 0,05, maka H0 diterima, dan Ha ditolak. Sedangkan pada muatan
Bahasa Indonesia F hitung 0,334 taraf signifikansi atau probabilitas 0,565.
Oleh karena probabilitas 0,565 > 0,05, maka H0 diterima, dan Ha ditolak.
Maknanya hasil belajar menggunakan model pembelajaran Index Card
Match tidak lebih tinggi secara signifikan daripada menggunakan model
Make a Match ditinjau dari hasil belajar Tematik pada peserta didik kelas
4 SD Gugus Ki Hajar Dewantara Bancak.
Penelitian di atas mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya adalah penelitian
menggunakan model pembelajaran Make A Match, dan perbedaannya
39
adalah penelitian tersebut menggunakan sampel kelas IV sedangkan
penulis menggunakan sampel kelas V untuk penelitiannya.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis bahasa Indonesia masih dianggap sebagai
bagian yang tidak begitu mudah baik untuk siswa yang mempelajarinya
maupun untuk guru dalam mengajari siswa. Rendahnya keterampilan menulis
bahasa Indonesia disebabkan oleh salah satu model pembelajaran yang kurang
tepat. Sehingga siswa kurang bisa menggunakan ide-ide dalam keterampilan
menulis bahasa Indonesia, sehingga berpengaruh dengan nilai siswa.
Model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan keterampilan
menulis bahasa Indonesia. Ada beberapa model pembelajaran yanag tepat
untuk meningkatkan keterampilan menulis bahasa Indonesia adalah model
pembelajaran scramble dan model pembelajaran make a match yang
merupakan model yang di dalamnya melibatkan siswa untuk aktif dalam
proses pembelajaran, siswa dapat berdiskusi, berinteraksi satu sama lain,
bekerjasama dengan teman-teman yang lainnya, serta dapat menyampaikan
gagasan, konsep, dan keahlian sampai benar-benar memahaminya sehingga
mendorong siswa mengembangkan keterampilan dan daya pikir sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diduga bahwa model
pembelajaran scramble dan make a match berpengaruh terhadap keterampilan
menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V di SDN
Porisgaga 3 Kota Tangerang. Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat
disimpulkan dengan bagan berikut :
40
41
42
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DENGAN
MAKE A MATCH TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PADA
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V DI
SDN PORISGAGA 3 KOTA TANGERANG
a. Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang “karnivora”, namun setelah selesai menjelaskan tentang “karnivora”, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban yang diacak susunannya.
b. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble : dengan membuat pertanyaan yang sesuai dengan topik dan kemudia membuat jawaban yang acak.
c. Mempersiapkan media : buatlah pertanyaan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai serta membuat jawaban yang diacak hurufnya.
d. Langkah berikutnya, guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai. Kemudian membagikan lembar kerja sesuai contoh.
e. Kemudian susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A.
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan “kepercayaan pada Tuhan” akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “UUD 1945”.
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
f. Jika siswa tidak mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman.
Keterampilan Menulis
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti
mengajukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :
Hipotesis Penelitian Pretes
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis bahasa Indonesia antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan menulis bahasa Indonesia antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Hipotesis Penelitian Postes
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis bahasa Indonesia antara
siswa yang diberi model pembelajaran scramble dengan siswa yang
diberi model pembelajaran make a match.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan menulis bahasa Indonesia antara siswa
yang diberi model pembelajaran scramble dengan siswa yang diberi
model pembelajaran make a match.
43
10. BAB III
11. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat pada penelitian ini adalah SDN Porisgaga 3 Kota
Tangerang, Jln. KH. Maulana Hasanudin, No. 66, Rt/Rw : 001/009,
Porisgaga, Kec. Batuceper, Kota Tangerang, Banten, 15122.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan September – Agustus
tahun ajaran 2019/2020. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Waktu pelaksanaan
1. Pengajuan judul September 2019
2. Bimbingan proposal Januari – April 2020
3. Seminar proposal skripsi Mei 2020
4. Bimbingan dan revisi hasil
seminar proposal skripsi
Mei 2020
5. Pembuatan instrumen penilaian Mei 2020
6. Pengumpulan data Juli 2020
44
7. Pengolahan analisis data Juli – Agustus 2020
8. Ujian skripsi Agustus 2020
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena dalam
pengolahan datanya berupa angka-angka dalam statistik. “Adapun jenis
metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental jenis
nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan pretest-
posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random” (Sugiyono, 2016, h.
79). Pada desain ini juga digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan model pembelajaran scramble dengan make a match terhadap
keterampilan menulis bahasa Indonesia pada siswa kelas V yang terbagi
menjadi 2 kelas yaitu kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Adapun
rancangan penelitian dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen Pertama E1 X1 E3
Eksperimen Kedua E2 X2 E4
Keterangan :
E1 = Data hasil pretes kelompok eksperimen pertama
E2 = Data hasil pretes kelompok eksperimen kedua
45
X1 =Perlakuan kelas eksperimen pertama menggunakan model
pembelajaran scramble
X2 =Perlakuan kelas eksperimen pertama menggunakan model
pembelajaran make a match
E3 = Data hasil postes kelompok eksperimen pertama
E4 = Data hasil postes kelompok eksperimen kedua
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut (Sugiyono, 2016), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan” (h. 80). Dalam penelitian ini populasinya adalah
siswa kelas V A dan siswa kelas V B SDN Porisgaga 3 Kota Tangerang.
2. Sampel
Menurut (Sugiyono, 2016), “Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu” (h.
81). Maka, yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas A
berjumlah 28 siswa dan kelas B berjumlah 31 siswa.
46
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi dilaksanakan unuk mengamati proses pembelajaran dan
pengajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru. Dalam kegiatan ini
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan
tindakan yang dapat mempengaruhi proses kegiatan yang sedang
berlangsung di kelas.
Peneliti mengambil posisi di tempat duduk yang paling belakang
selama pembelajaran di kelas sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi
selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi peneliti selanjutnya
didiskusikan dengan guru kelas yang bersangkutan untuk kemudian
dianalisis.
2. Teknik Interview (Wawancara)
Wawancara ditujukan terhadap siswa dan guru. Teknik ini
dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang pelaksanaan
pembelajaran menulis deskripsi, informasi tentang kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa dan guru di kelas serta faktor-faktor penyebabnya.
Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk
mengetahui jawaban dari pertanyaan si peneliti.
3. Tes/Unjuk Kerja
47
Menurut (Hermawan, 2017), “Tes adalah seperangkat pertanyaan
atau pernyataan yang menuntut siswa untuk memberikan jawaban yang
dapat dinilai benar atau salah” (h. 10.34). Tes digunakan untuk
mengetahui perbedaan dan perkembangan atau keberhasilan dari
penelitian ini. Usaha yang dilakukan peneliti yaitu untuk mengetahui hasil
kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah penelitian. Dalam hal ini
penelitian dilaksanakan dua kali tes, yaitu pretes yang dilakukan sebelum
pembelajaran dimulai dengan cara memberikan tugas yang berkaitan
dengan keterampilan menulis bahasa Indonesia yang bertujuan untuk
mengetahui keterampilan awal siswa. Selanjutnya postes, untuk
mengetahui keterampilan siswa setelah mengikuti pembelajaran
keterampilan menulis bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajara scramble dan make a match. Jenis tes pada penelitian ini
adalah tes subjektif dengan bentuk tes uraian yang jawabannya berupa
unjuk kerja.
E. Instrumen Variabel Terikat
1. Definisi Konseptual
Keterampilan menulis merupakan suatu kemampuan yang
didapatkan melalui proses belajar dan berlatih untuk mengungkapkan
gagasan/ide yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dengan menggunakan alat bantu seperti pulpen, pensil atau
spidol yang bertujuan untuk meyakinkan atau memberitahu pembaca
melalui sebuah tulisan.
48
49
2. Definisi Operasional
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan dalam
berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena
menulis adalah sarana untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
3. Kisi-kisi Instrumen
Adapun kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut :
Nama Sekolah : SDN Porisgaga 3
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kompetensi
Dasar
: 3.6 Menggali isi dan amanat pantun yang disajikan
secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk
kesenangan
4.6 Melisankan pantun hasil karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagai
bentuk ungkapan diri
Kelas / Semester : V / 1
Materi Pokok : Pantun
50
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Soal Uji Coba Instrumen
IndikatorBentuk
Tes
Aspek Nomor
SoalC1 C2 C3 C4 C5 C6
3.6.1 Mengidentifikasi
bentuk-bentuk
pantun.Uraian
√1
4.6.1 Membuat pantun. √
4. Uji Validitas Instrumen dan Reliabilitas
a. Uji Validitas Instrumen
Menurut (Sugiyono, 2016), “Instrumen yang valid berarti alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur” (h. 121). Untuk mengetahui validitas
instrumen, menggunakan rumus korelasi product moment sebagai
berikut :
r xy=N ∑ XY −¿¿¿
Keterangan :
r xy =koefisien korelasi antara variabel X dan variabel
Y, dua variabel yang dikorelasikan
51
X2 = kuadrat dari X
Y 2 = kuadrat dari Y
∑ XY = standar deviasi dari skor total kriteria uji
Jika rhitung > rtabel = soal valid
Jika rhitung < rtabel = soal tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Menurut (Achdiyat, 2017), “Reliabilitas diambil dari kata
“Reliability” dalam bahasa Inggris, dari kata asal “relible” yang
artinya dapat dipercaya. Sebuah tes dapat dipercaya (reliable)
apabila memberikan hasil yang tetap atau konsisten ketika diteskan
berulang-ulang. Jika siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang
berbeda, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(rangking) yang sama dalam kelompoknya” (h.113). Teknik yang
digunakan dalam pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus
alfa cronbach seperti di bawah ini : (Suryabrata, 2015, h. 59)
r i= k(k−1)
(1−∑ S i2
S t 2 )
Dimana :
Ri = reliabilitas tes secara keseluruhan
K = mean kuadrat antara subyek
St2 = varians total
∑Si2 = mean kuadrat kesalahan
52
F. Instrumen Variabel Bebas
1. Definisi Konseptual
a. Model Pembelajaran Scramble
Model pembelajaran scramble adalah salah satu
pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu yang
dilengkapi dengan pertanyaan dan alternatif jawaban yang disusun
secara acak. Model ini pun menekankan pada latihan soal berupa
permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Siswa bekerjasama
dengan teman kelompoknya untuk mencari jawaban yang benar
untuk pertanyaan-pertanyaan pada kartu soal.
b. Model Pembelajaran Make a match
Model pembelajaran make-a match adalah teknik kooperatif
bersifat permainan/games yang dilakukan dengan cara siswa mencari
pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya sambil
mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang
menyenangkan. Siswa yamg menemukan pasangannya dalam waktu
terbatas dan benar maka akan diberi poin dan hadiah
2. Definisi Operasional
1) Langkah – Langkah Model Pembelajaran Scramble
Menurut Fathurrohman (2018), adapun langkah-langkah model
pembelajaran scramble sebagai berikut :
53
a) Guru menyajikan materi sesuai topik, misalnya guru menyajikan
materi pelajaran tentang “karnivora”, namun setelah selesai
menjelaskan tentang “karnivora”, guru membagikan lembar kerja
dengan jawaban yang diacak susunannya.
b) Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
dengan membuat pertanyaan yang sesuai dengan topik dan
kemudia membuat jawaban yang acak.
c) Mempersiapkan media : buatlah pertanyaan sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai serta membuat jawaban yang
diacak hurufnya.
d) Langkah berikutnya, guru menyajikan materi sesuai kompetensi
yang ingin dicapai. Kemudian membagikan lembar kerja sesuai
contoh.
e) Kemudian susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga
merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada kolom A.
2) Langkah – Langkah Model Pembelajaran Make a match
Menurut Kurniasih (2015), adapun langkah-langkah model
pembelajaran Make a match sebagai berikut :
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
b) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal
atau jawaban.
54
c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang
dipegang.
d) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya : pemegang kartu yang bertuliskan
“kepercayaan pada Tuhan” akan berpasangan dengan kartu yang
bertuliskan soal “UUD 1945”.
e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
f) Jika siswa tidak mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati.
g) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
i) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap
materi pelajaran. (h. 57)
Tabel 3.4
Instrumen Penilaian Pantun
55
No. IndikatorSkor Skor yang
diperoleh1 2 3 4
1.Jumlah baris
pada pantun
2. Sajak pantun
3.Jumlah kata tiap
baris
4.Jumlah suku kata
tiap baris
5.Keterkaitan antar
baris
Jumlah skor
Jumlah skor maksimal = 20
Nilai = jumlah skor yangdiperoleh
skor maksimal x 100
(Achdiyat, 2017)
G. Hipotesis Statistik
Selanjutnya untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan ada
atau tidaknya perbedaan, maka dapat dilihat hipotesis statistiknya, sebagai
berikut :
Hipotesis Statistik Pretes
H0 : µ1 = µ2
56
H1 : µ1 ≠ µ2
Hipotesis Statistik Postes
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
1. Hipotesis Statistik Pretes
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis antara kelas
eksperimen A dan kelas eksperimen B.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan menulis antara kelas
eksperimen A dan kelas eksperimen B.
2. Hipotesis Statistik Postes
H0 : Tidak terdapat perbedaan keterampilan menulis antara siswa
yang diberi model pembelajaran scramble dengan siswa
yang diberi model pembelajaran make a match.
H1 : Terdapat perbedaan keterampilan menulis antara siswa yang
diberi model pembelajaran scramble dengan siswa yang
diberi model pembelajaran make a match.
57
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara deskripsi
atas dasar secara kuantitatif kemudian diolah menggunakan statistik. Teknik
analisis data digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian dan
menguji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
a. Penyajian Data
1) Tabel Distribusi Frekuensi
Untuk membuat tabel distribusi frekuensi kelompok dapat
disusun melalui langkah-langkah berikut :
a) Menentukan data terkecil (Dmin) dan data terbesar (Dmax)
b) Menentukan rentang data, yaitu R=Dmin – Dmax
c) Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan kaidah
empiris sturgess: k= 1 + 3,3 log (n), dengan k = banyak kelas
dan n = banyak data. Jika hasil k bukan merupakan bilangan
bulat maka k dibulatkan.
d) Menentukan panjang kelas interval (I) dengan aturan I = rk
e) Menentukan kelas-kelas sedemikian sehingga mencakup semua
data.
Keterangan:
Data terbesar (Dmax)
Data terkecil (Dmin)
58
Banyak data (n)
Banyak kelas (k)
Logaritma (log)
Kelas interval (I)
Rentang data (r)
2) Diagram Histogram
Adalah grafik yang menggambarkan suatu distribusi frekuensi
dengan bentuk beberapa segiempat.
3) Diagram Polygon
Adalah grafik garis yang menghubungkan nilai tengah tiap sisi atas
yang berdekatan dengan nilai tengah jarak frekuensi mutlak
masing-masing.
4) Diagram Ogive
Adalah distribusi frekuensi kumulatif yang menggambarkan
diagramnya yaitu sumbu tegak dan mendatar. Untuk membentuk
ogive positif gunakan frekuensi kumulatif kurang dari (<),
sedangkan untuk membentuk ogive negatif gunakan frekuensi
kumulatif lebih dari (>).
b. Ukuran Pemusatan Data
1) Mean
59
Menghitung nilai mean atau nilai rata-rata agar perhitungannya
mudah dilakukan maka data disusun menjadi tabel. Berikut
rumus rata-rata data perkelompok:
x=∑ f i x i
∑ f i
Keterangan:
x = Mean untuk data kelompok
f i = menyatakan frekuensi untuk nilai x i yang bersesuaian
x i = menyatakan nilai
2) Median
Me = b + p ( n2−F
fm )Keterangan:
b = batas bawah kelas median
p = panjang kelas interval
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil
dari tanda kelas median
fm = frekuensi kelas median
n = banyaknya data
3) Modus
Mo = b + p ( b1
b1+b2)
Keterangan:
60
b = batas bawah kelas modus adalah kelas interval dengan
frekuensi terbanyak
p = panjang kelas modus
b1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya.
b2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya.
c. Ukuran Penyebaran Data
1) Rentang Data
2) Varians
s2 ¿ n ∑fix i2−(∑ fixi) ²n(n−1)
Keterangan :
xi = tanda kelas
fi = frekuensi sesuai tanda kelas xi
n = jumlah data
3) Standar Deviasi
Simpangan baku adalah ukuran sebaran statistik yang mengukur
bagaimana data tersebut tersebar atau rerata jarak penyimpangan
titik-titik data diukur dari nilai rerata data tersebut. Simpangan
61
baku dari distribusi frekuensi data kelompok dapat dhitung
dengan menggunakan rumus:
S = √∑ (xi−x )²n−1
Keterangan:
x = rata-rata
xi = tanda kelas
n = banyak sampel/data
2. Statistik Inferensial
Untuk menganalisis data peneliti menggunakan statistik
inferensial meliputi uji persyaratan data yaitu normalitas dan
homogenitas. Dan untuk menguji hipotesis pretes dan postes
menggunakan uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Statistik yang digunakan dalam
uji normalitas adalah uji Chi Kuadrat, yaitu sebagai berikut :
1) Buatlah hipotesis penelitian terlebih dahulu
2) Data sampel dikelompokkan dalam daftar distribusi frekuensi dan
tentukan batas intervalnya
3) Tentukan nilai z dari masing-masing batas interval
z = xi−x
S
62
63
keterangan :
x = rata-rata
xi= tanda kelas
s = simpangan baku
4) Hitung besar peluang untuk tiap-tiap nilai z (luas daerah)
berdasarkan tabel z (F(z))
5) Hitung besar peluang untuk masing-masing kelas interval sebagai
selisih luas
6) Tentukan f e untuk tiap kelas interval sebagai hasil kali peluang
tiap kelas (d) dengan n (ukuran sampel). f e = selisih luas x n
7) Gunakan rumus Chi-kuadrat dengan dk = ( α; k – 1 )
X2= ∑ ( fo−fe)²fe
Keterangan :
f e = Frekuensi ekspetasi
f o = Frekuensi observed (absolut)
8) Bandingkan nilai chi-kuadrat (X2) hitung dengan (X2) tabel.
9) Apabila Xh2< Xt 2maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal, begitupun sebaliknya.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan Uji Fisher (Uji-F) dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
64
1) Merumuskan hipotesis dalam bentuk kalimat dan dalam bentuk
statistik
H0 : Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2
Ha : Terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2
Maka :
H0 : σ12 = σ2
2
Ha : σ12 ≠ σ2
2
2) Cari harga Fhitung dengan menggunakan rumus :
F = S2terbesar
S2terkecil
Keterangan:
S2= varians populasi atau sampel
3) Tetapkan taraf signifikasi (α)
4) Hitung Ftabel dengan rumus sebagai berikut :
Ftabel ( 12 α ; dk (A) – 1 ; dk (B) – 1 )
dk (A) = n (A) – 1
dk (B) = n (B) – 1
5) Tentukan kriteria pengujian yaitu sebagai berikut :
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
6) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel
7) Buat kesimpulan
65
c. Uji Perbedaan Dua Rata – Rata (Uji-t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata dua
populasi sama atau berbeda. Berikut ini merupakan rumus uji-t untuk
dua sampel bebas (two sample independent) :
1) Untuk populasi yang varians nya tidak homogen
t = X1−X2
√ S12
n1+
S22
n2
2) Untuk populasi yang varians nya homogen
t =
X1−X2
√ (n1−1 ) S12+( n2−1 ) S2
2
n1+n2−2 ( 1n1
+1n2 )
Keteragan:
X1 = Rata-rata sampel kelas eksperimen
X2 = Rata-rata sampel kontrol
n1 = Jumlah sampel kelas eksperimen A
n2 = Jumlah sampel kelas eksperimen B
S12 = Varians kelas eksperimen A
S22 = Varians kelas eksperimen B
66
Dengan t = thitung
Setelah harga thitung diperoleh, maka menentukan nilai ttabel:
ttabel = t (α , dk) =t (α , n1+n2−2).
Pada taraf signifikasi α = 5% atau 0,05
67
12.DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, M. (2017). Evaluasi Dalam Pembelajaran. Tangerang: Pustaka Mandiri.
Fadhillah, D. (2019). Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi. Yogyakarta: Samudra Biru.
Fathurrohman, M. (2018). Mengenal Lebih Dekat Pendekatan dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kalimedia.
Hartina, A. W., Mawardi., & Astuti, S. (2018). Perbedaan Model Pembelajaran Make A Match Dan Index Card Match Dalam Pembelajaran Tematik Kelas 4 SD Yang Ditinjau Dari Hasil Belajarnya. Jurnal Mitra Pendidikan 2 (3) : 333-344.
http://e-jurnalmitrapendidikan.com (Diakses 28 Maret 2020)
Hermawan, A. H. (2017). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Himawati, A., Markamah, E. S., & Hartono. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Pantun pada Siswa Sekolah Dasar. Didaktika Dwija Indria, 1–7.
Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Juliani, N. W., Murda, I. N., & Widiana, I. W. (2016). Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Gugus VI Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016. E-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD V, 4(1), 1–12.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/7494/5117&ved (Diakses pada 27 Maret 2020)
Krisno, A. (2019). Sintaks 45 Metode Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Kurniasih, I. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata Pena.
Multafifin. (2015). Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52 Konawe Selatan. Humanika, 3(1), 11–17.
http://ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/article/view/587/pdf
(Diakses pada 28 Maret 2020)
Puri, N., Hariyanti, D., & Azizah, M. (2018). Keefektifan Model Pembelajaran Scramble dengan Permainan Teka-Teki Silang terhadap Pemahaman Cerita
68
Rakyat. Jurnal PGSD, 12 (2), 93-104.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pgsd/article/view/7921
(Diakses pada 27 Maret 2020)
Rosnaningsih, A. (2017). Perencanaan Pembelajaran. Tangerang: El-Nisa Media Utama & Pupa Media.
Rusman. (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: RajaGRrafindo Persada.
Saifudin, M. F. (2015). Strategi Pembelajaran Keterampilan Menulis Narasi Dengan Teknik Urai Ruang Waktu (URW) Di Kelas III Sekolah Dasar. Jurnal, 2(2), 80–86.
http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/1642
(Diakses pada 27 Maret 2020)
Sari, S. D., Wagiran, & Baehaqie, I. (2016). Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Think Talk Write Dengan Pemanfaatan Media Kliping Foto Jurnalistik Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 8 Batang. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(1), 26–30.
http://digilib.unimed.ac.id/37610/ (Diakses pada 28 Maret 2020)
Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumantri, S. M. (2017). Strategi Pembelajaran.
Suryabrata, S. (2015). Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
69
13.14.
LAMPIRAN
70
Lampiran 1 Soal Uji Coba Instrumen
Soal Uji Coba 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/1
Petunjuk!
1. Tulislah identitas pada tempat yang disediakan!
2. Tidak diperbolehkan menyontek buku!
3. Tidak diperbolehkan menyontek teman!
Soal!
1. Buatlah pantun anak dengan tema bebas
2. Perhatikan hal-hal berikut:
a. Tema Pantun
b. Ciri-ciri Pantun
Pantun Anak
Tema : Bebas
Nama Siswa :
No. Absen :
Tanggal :
Tema :
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
71
Soal Uji Coba 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/1
Petunjuk!
1. Tulislah identitas pada tempat yang disediakan!
2. Tidak diperbolehkan menyontek buku!
3. Tidak diperbolehkan menyontek teman!
Soal!
1. Buatlah pantun anak dengan tema bebas
2. Perhatikan hal-hal berikut:
a. Tema Pantun
b. Ciri-ciri Pantun
Pantun Anak
Tema : Tubuh Sehat
Nama Siswa :
No. Absen :
Tanggal :
Tema :
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………….
72
Lampiran 2 Lembar Hasil Wawancara Kelas V A
LEMBAR HASIL OBSERVASI KELAS V A
Detail Wawancara :
1. Tanggal : 10 Januari 2020
2. Tempat : SDN Poris Gaga 3
3. Tujuan : Observasi Awal
No.Aspek yang
diobservasiDeskripsi Hasil Observasi Keterangan
1. Persiapan
mengajar
(Silabus dan
RPP)
Guru mengikuti aturan menurut
silabus dan RPP.
Selalu ada RPP
dan silabus.
2. Kondisi Kelas Cukup kondusif, tenang, dan
bersih.
Siswa dapat
mengikuti
pembelajaran
mengikuti
intruksi dari guru.
3. Aktivitas Guru Guru menguasai kelas, menguasai
materi pembelajaran, dapat
berinteraksi dengan siswa.
Guru aktif
bertanya jawab
dengan siswa.
4. Aktivitas dan
Respon Siswa
Siswa mengikuti pembelajaran
dengan tertib, tenang, respon
siswa pun aktif dan siswa mampu
menyimak dan mendengarkan
penjelasan dari guru.
Respon siswa
cukup aktif,
namun ada
beberapa siswa
yang mengantuk.
5. Pengelolaan
Kelas
Manajemen kelas seperti tempat
duduk sudah rapih dan terdapat
beberapa media yang ada di
Guru mampu
menguasai kelas.
73
dalam kelas.
LEMBAR HASIL WAWANCARA SISWA KELAS V A
Detail Wawancara :
1. Narasumber :
2. Tanggal : 10 Januari 2020
3. Tempat : SDN Poris Gaga 3
4. Tujuan : Observasi Awal
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Menurut kamu apakah mata
pelajaran Bahasa Indonesia
sulit?
Kadang sulit kadang gampang.
2.
Mengapa mata pelajaran
Bahasa Indonesia kamu
anggap sulit?
Karena banyak bacaannya bikin
males untuk baca soalnya.
3.
Menurut kamu materi apa
dalam Bahasa Indonesia
yang sulit? Bagaimana
dengan menyambung
kata/cerita/pantun?
Sambung kata cukup sulit jika tidak
ada alternatif jawabannya. Pantun
sulit bikin kata-katanya.
4.
Apa metode yang biasa
digunakan guru pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia?
Apakah menurutmu
menyenangkan?
Metode ceramah, kadang metode
diskusi juga. Kadang-kadang
menyenangkan.
5.
Upaya apa yang kamu
lakukan agar lebih semangat
dalam pembelajaran di
kelas? Khususnya Bahasa
Indonesia.
Lebih giat belajar.
74
LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU KELAS V A
Detail Wawancara :
1. Narasumber : Dini Fathini, S.Pd
2. Tanggal : 10 Januari 2020
3. Tempat : SDN Poris Gaga 3
4. Tujuan : Observasi Awal
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana kondisi
kemampuan awal siswa ketika
mengikuti pembelajaran di
kelas?
Berbeda-beda, ada siswa yang
langsung mengerti, dan ada juga
yang lama menangkap pelajarannya.
2. Bagaimana dengan aktivitas
belajar siswa ketika proses
pembelajaran?
Tergantung siswanya, ada yang aktif,
pasif, biasa saja, bahkan ada siswa
yang diam saja.
3. Apakah guru menggunakan
berbagai metode dalam
penyampaian materi?
Khususnya Bahasa Indonesia
Banyak, seperti metode diskusi,
ceramah, tanya jawab, demonstrasi.
Tetapi untuk bahasa Indonesia, kita
selalu ada literasi, seperti membaca
10 menit sebelum masuk ke materi
pembelajaran.
4. Adakah perbedaan dari
pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan jika
digunakan oleh berbagai
metode yang berbeda?
Ada perbedaan pemahaman siswa
jika menggunakan metode ceramah,
ada siswa yang langsung paham dan
ada yang tidak. Dengan metode
diskusi juga ada yang langsung
paham dan ada yang tidak. Jadi
semuanya tergantung kepada siswa
itu sendiri.
75
5. Apakah ada kendala yang
dialami guru ketika mengajar
mata pelajaran Bahasa
Indonesia?
Ada, guru sering mengalami
kesulitan dengan siswa yang kurang
dalam proses pembelajaran.
6. Terkait keterampilan menulis,
apakah ada anak yang
terkendala akan hal tersebut?
Apa penyebabnya?
Di kelas ini ada, siswa tersebut
terkendala akan fisiknya.
7. Bagaimana cara guru
mengatasi anak yang kurang
dalam keterampilan
menulisnya?
Guru memberikan bimbingan,
arahan, tambahan belajar,
pemantauan kefokusan siswa
tersebut. Misalnya, panggil si siswa
khusus itu, beri pertanyaan, lalu
berikan contohnya.
76
Lampiran 3 Lembar Hasil Wawancara Kelas V B
LEMBAR HASIL OBSERVASI KELAS V B
Detail Wawancara :
1. Tanggal : 10 Januari 2020
2. Tempat : SDN Poris Gaga 3
3. Tujuan : Observasi Awal
No.Aspek yang
diobservasiDeskripsi Hasil Observasi Keterangan
1. Persiapan
mengajar
(Silabus dan
RPP)
Guru selalu menyiapkan silabus
dan RPP.
RPP masih dalam
bentuk softcopy
dikarenakan
format yang
berubah dari
kementrian.
2. Kondisi Kelas Kurang kondusif, kadang ketika
guru menyampaikan
materi/berbicara, banyak siswa
berbicara/sibuk sendiri
(mayoritas laki-laki).
3. Aktivitas Guru Guru hanya mondar-mandir di
depan kelas, jarang sekali jalan
ke barisan belakang.
Guru menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
4. Aktivitas dan
Respon Siswa
Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, guru harus selalu
menunjuk siswa agar menjawab
pertanyaan yang guru ajukan,
selain itu siswa yang lain berisik,
Pemberian reward
seperti tepuk
tangan, siswa yang
berani menjawab
pertanyaan dengan
77
tidak mendengarkan guru
berbicara, bahkan asik dengan
dunianya sendiri.
inisiatifnya sendiri
maka guru akan
memberikan
reward tersebut.
5. Pengelolaan
Kelas
Guru melakukan pembukaan
dengan menanyakan siswa
tentang kehadiran/absensi.
Siswa kurang siap mengikuti
pelajaran, seperti belum siap
untuk menyiapkan buku saat
pembelajaran akan dimulai,
bahkan pada saat guru
membahas materi, siswa malah
masih sibuk mencari buku dan
menanyakan halaman.
78
LEMBAR HASIL WAWANCARA SISWA KELAS V B
Detail Wawancara :
1. Narasumber :
2. Tanggal : 10 Januari 2020
3. Tempat : SDN Poris Gaga 3
4. Tujuan : Observasi Awal
No. Pertanyaan Jawaban
1.
Menurut kamu apakah mata
pelajaran Bahasa Indonesia
sulit?
Kadang sulit kadang gampang.
2.
Mengapa mata pelajaran
Bahasa Indonesia kamu
anggap sulit?
Terlalu banyak bacaan, membuat
pusing.
3.
Menurut kamu materi apa
dalam Bahasa Indonesia yang
sulit? Bagaimana dengan
menyambung
kata/cerita/pantun?
Yang banyak bacaannya, sambung
kata/cerita cukup mudah, pantun
gampang tetapi susah jika disuruh
membuat pantun sendiri.
4.
Apa metode yang biasa
digunakan guru pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia?
Apakah menurutmu
menyenangkan?
Biasanya metode ceramah, tanya
jawab, penugasan. Biasa saja.
5.
Upaya apa yang kamu
lakukan agar lebih semangat
dalam pembelajaran di kelas?
Khususnya Bahasa Indonesia.
Guru bisa membuat suatu games.
79
LEMBAR HASIL WAWANCARA GURU KELAS V B
Detail Wawancara :
1. Narasumber : Siti Qohriyah, S.Pd
2. Tanggal : 10 Januari 2020
3. Tempat : SDN Poris Gaga 3
4. Tujuan : Observasi Awal
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana kondisi
kemampuan awal siswa ketika
mengikuti pembelajaran di
kelas?
Bervariasi ada siswa yang
kemampuannya di atas rata-rata,
adapula yang sedang, bahkan ada
yang kurang.
2. Bagaimana dengan aktivitas
belajar siswa ketika proses
pembelajaran?
Ada yang aktif, yang hanya
mendengarkan, dan biasa saja
(menjawab apabila ditanya).
3. Apakah guru menggunakan
berbagai metode dalam
penyampaian materi?
Khususnya Bahasa Indonesia
Metode utama yaitu metode ceramah,
tanya jawab, penugasan,
demonstrasi, biasanya disesuaikan
dengan RPP. Namun pada pelajaran
bahasa Indonesia, hanya
menggunakan metode ceramah, tanya
jawab, dan penugasan.
4. Adakah perbedaan dari
pemahaman siswa terhadap
materi yang disampaikan jika
digunakan oleh berbagai
metode yang berbeda?
Ada, tergantung siswanya, ada yang
langsung mengerti jika menggunakan
metode ceramah, ada juga yang harus
menggunakan metode demonstrasi.
5. Apakah ada kendala yang
dialami guru ketika mengajar
mata pelajaran Bahasa
Ada, seperti alat peraga dan
kemampuan dari siswa itu sendiri.
80
Indonesia? Dipelajaran bahasa Indonesia ini
jarang sekali guru menggunakan alat
peraga, bahkan mungkin tidak
pernah, karena kita semua tahu
bahwa di dalam pelajaran bahasa
Indonesia hanya terdapat bacaan-
bacaan saja, sehingga guru pun hanya
menggunakan metode yang itu-itu
saja, kemampuan siswa pun hanya
pas rata-rata.
81
Lampiran 4 Jurnal Bimbingan
82
83
15.16. DOKUMENTASI
84