learning objective3

Upload: muhammad-nuriy-nuha-naufal

Post on 02-Jun-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    1/9

    1

    I. LEARNING OBJECTIVE

    1. Jelaskan mengenai anatomi dan fisiologi lumba-lumba?

    2.

    Bagaimana manajemen pemeliharaan lumba-lumba?

    3. Apa saja penyakit yang dapat menyerang lumba-lumba?

    II. PEMBAHASAN

    1. Jelaskan mengenai anatomi dan fisiologi lumba-lumba?

    Anatomi : Lumba-lumba adalah bangsa mamalia/satwa menyusui, sama seperti

    kambing maupun sapi. Satwa lumba-lumba dan paus dengan bentuk badan seperti

    ikan termasuk bangsa Cetacea yang hidup diperairan. Untuk memudahkan bergerak

    di air tubuh lumba-lumba seperti torpedo atau streamlinedan sangat hidrodinamis

    dengan ujung tubuhnya yang meruncing dan langsing sehingga bergerak dalam air

    tanpa hambatan. Untuk bergerak dalam air, lumba-lumba dilengkapi sirip-sirip

    dada, sirip punggung dan posisi sirip ekornya mendatar tidak tegak atau berdiri serta

    bergerak naik dan turun untuk membantu mendorong tubuhnya pada saat berenang.

    Tubuhnya stabil sekitar 37C, bernafas menggunakan paru-paru, dilengkapi dengan

    sebuah lubang pernafasan yang berkatup dibagian atas kepala dan satwa ini

    memiliki satu set gigi yang sama seta tidak memiliki gigi seri.

    Fisiologi : Pada mamalia akuatikn alat respirasinya tetap menggunakan pulmo,

    namun trakeanya bersekat-sekat untuk mencegah kemungkinan masuknya air ke

    dalam paru-paru. Biasanya sewaktu menarik napas, air ikut mengalir masuk tetapi

    akan terhenti sampai sekat pertama, kemudian air akan di semprotkan ke luar lagi.

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    2/9

    2

    Kadar O2 dalam air memang lebih kecil dari pada di udara. Untuk menambah

    kebutuhan O2, mamalia akuatik menyimpan oksigen di otot dalam bentuk ikatan

    mioglobin. Mioglobin ini akan membebaskan oksigennya bila lingkungan

    kekurangan oksigen, misalnya bila menyelam jauh dari permukaan air. Mamalia

    akuatik yang masih muda biasanya berada dekat permukaan air supaya lebih mudah

    memperoleh oksigen dari udara dan di samping itu kandungan mioglobin dalam otot

    masih sedikit.

    Tingkah Laku : Masa bunting setiap jenis lumba-lumba berbeda antara 10-12

    bulan. Bayi lumba-lumba yang baru lahir memiliki panjang tubuh antara 75-120 cm.

    Makanan lumba-lumba adalah jenis ikan kecil, mereka dapat memakan 6-10 kg

    disetiap harinya. Lumba-lumba memiliki penglihatan indra penciuman yang buruk

    sehingga kurang mendukung aktifitasnya. Sebagai gantinya, lumba-lumba memiliki

    sistem sonar yang berfungsi untuk mengenal obyek dan lokasi didalam air

    (ekolokalisasi) menggunakan pancaran frekwensi suara. Sasaran akan terdeteksi

    berdasarkan pantulan frekwensi yang diterima bagian tertentu dibawah rahang

    bawah untuk diteruskan ke otak tentunya dibantu organ melon berbentuk bulat yang

    terbuat dari minyak dan berfungsi mengarahkan frekwensi yang sangat tinggi ke

    arah sasaran. Ekolokalisasi yang dimiliki lumba-lumba jauh lebih baik

    dibandingkan dengan pada peralatan pesawat terbang dan kapal selam bertenaga

    atom. Frekwensi lumbalumba ditunjang oleh kemampuan penggunaan yang lebih

    luas dari pada manusia yaitu pada frekwensi 750_300.000 getaran per-detik.

    Menurut Shane (1990), lumba-lumba memiliki tingkah laku sosial dan cara makan

    ditandai dengan :

    a. Greeting : lumba-lumba melakukan greeting pada beberapa keadaan ketika

    bertemu kelompoknya dengan cara berenang cepat diantara yang lainnya di

    permukaan air sambil ekornya digerakkan atau dengan cara mengeluarkan

    suara.

    b. Roughhousing : lumba-lumba dengan penuh semangat membuat keributan dan

    kegaduhan dengan menggunakan rostrum dan flukes untuk menyambut anaknya

    yang baru dilahirkan.

    c. Alloparental care : lumba-lumba muda berenang dan bermain bersama lumba-

    lumba dewasa lainnya (babysister) selama lebih dari 1 jam ketika ibunya

    mencari makan pada jarak beberapa ratus meter dari mereka.

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    3/9

    3

    d. Bottom feeding : lumba-lumba, sendiri atau pada saat bebas atau pada saat

    menyebar luas biasanya menyelam dengan batang ekor atau ujung ekor diangkat

    ke atas, kadang-kadang Lumpur teraduk ke atas.

    e. Against current feeding : lumba-lumba kadang-kadang melawan arus pasang surut yang

    kuat dan tetap berada di satu tempat kecuali sedang menangkap dan mengejar ikan,

    paling sering berada di permukaan.

    2. Bagaimana manajemen pemeliharaan lumba-lumba?

    A. Syarat Kehidupan bagi Mamalia Air

    Air : Cetacea air tawar membutuhkan air laut baik alam atau buatan. Satu dapat

    menyiapkan produk buatan menggunakan natrium klorida dengan atau tanpapenambahan garam lainnya. Kisaran salinitas yang aman dan relatif alami adalah 25

    sampai 35 bagian per seribu, dengan pH 7,5 sampai 8.2. Kebanyakan pinnipeds

    dapat dipertahankan di air tawar, tetapi air laut jauh lebih unggul. Jika air segar

    digunakan, binatang harus memiliki akses untuk mandi garam secara periodic.

    Bottle-nosed dolphin lebih menyukai air dengan suhu diatas 28oC.

    Lingkungan : Kualitas air harus diuji pH, salinitas, suhu, bau, filtrasi, dan

    pengobatan kimia. Untuk sanitasi lingkungan harus diperiksa, termasuk ruang

    persiapan makanan, serta penyimpanan makanan, kondisi thawing dan kualitas

    makanan.

    Gambar. Skematis rencana selungkup "ideal" mamalia laut dalam ruangan

    Pakan

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    4/9

    4

    Tabel. Jumlah Pakan yang Harus diberikan pada Mamalia Air Berdasarkan Jenis

    Species Percentage Body Weight

    Cetaceans

    Young growing dolphins

    Young whales

    Older dolphinOlder whales

    Pinnipeds

    Young (smaller species)

    Older (smaller species)

    9-1

    5-9

    4-9 (smaller species, up to 15%)

    2-58-15

    4-8

    2-4

    Up to 25-30

    Tabel. Kandungan Nutrisi pada Jenis-Jenis Ikan

    Fish Moisture (%) Protein (%) Oil (%) Ash (%) Energy

    (kcal/kg)

    Herring

    Mackerel

    Smelt

    Capelin

    Squid

    52-78

    61-78

    77-80

    77-82

    74-84

    15-22

    13-25

    14-19

    13-15

    12-18

    2-29

    0.3-0.8

    2-7

    2-8

    2

    2

    3

    2

    2

    3

    700-2500

    1400-2000

    700-1200

    700-1200

    850

    (Fibrianto, 2012)

    B. Transportasi Lumba-Lumba

    (Fibrianto, 2012)

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    5/9

    5

    3. Apa saja penyakit yang dapat menyerang lumba-lumba?

    A. Erysipelothr ix rhusiopathiae

    Etiologi : Erysipelothrix rhusiopathiae merupakan bakteri gram positif, fakultatif

    anaerobic, berbentuk batang, tidak membentuk spora, beramplop.

    Patogenesis : Penularan melalui ingesti ikan yang terkontaminasi dan karena

    adanya luka pada gigi.Erysipelothrix rhusiopathiae merupakan organisme virulen

    yang berkapsul sehingga melawan fagositosis dan kapsul tersebut berperan dalam

    pertahanan intraseluler terhadap makrofag. Adanya SpaA protein yang merupakan

    antigen permukaan dari E. rhusiopathiaesehingga melindungi bakteri dari vaksin.

    Selain itu terdapat enzim neuraminidase dan hyaluronidase yang berperan dalam

    pahogenicity bakteri

    Gejala Klinis :Dua bentuk gejala klinis adanya akut septisemia dan bentuk dermis.

    Pada bentuk dermis lumba-lumba bottlenose ditandai dengan lesi bentuk rhomboid

    abu-abu, yang dapat ditemukan di seluruh tubuh. Biasanya lesi dermal tersebut

    muncul setelah hewan mengalami anoreksia dan terjadi leukositosis. Bentuk kutan

    terdapatnya perubahan yang khas yaitu adanya bentukan lesi berbentuk jajar

    genjang pada kulit yang disebut juga sebagai diamond skin disease yang berwarna

    keabuan, menonjol dan ireguler. Bentuk lesi tersebut dikarenakan adanya trombosispada arteri perifer dan infarction jaringan lokal. Pada gejala septisemia akut sering

    ditemukan hewan mati mendadak tanpa geja klinis, jika hewan menunjukkan gejala

    klinis biasanya tidak spesifik seperti, anoreksia, lethargi, leukositosis, dan diikuti

    leucopenia akut beberapa hari sebelum mati. Bentuk septisemik dapat terjadi

    perakut atau akut yang menyebabkan kematian mendadak.

    Diagnosis : Pada pemeriksaan nekropsi hewan septisemia akut ditemukan petekie

    multifocal pada intestinal, haemorhagi ekimosa, pembengkaan nodus limfa, dan

    splenomegali. Isolasi bakteri dapat diambil dari lesi yang terbentu pada organ.

    Terapi :Penicillin dan cephalosporins.

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    6/9

    6

    B. Poxvirus

    Etiologi : Termasuk family Poxviridae, genus Chordopoxvirinae yang

    menyebabkan tattoo skin disease (TSD) yang dicirikan dengan adanya lesi khas,

    irreguler, berwarna abu-abu, hitam atau kekuningan. Prevalensi penyakit tinggi pada

    spesies yang dipelihara pada lingkungan yang terkontaminasi. Sehingga TSD dapat

    digunakan sebagai indikator kesehatan dan lingkungan hidup mereka. TSD

    merupakan pintu gerbang masuknya virus, bakteri dan fungi lain sehingga

    meningkatkan keparahan lesi.

    Gejala Klinis :Manifestasi klinis pada kulit cetacean bervariasi, dari bentuk cincin

    hinggastippled.Lesi berbentuk cincin biasanya berukuran 0,5-3 cm, lesi biasanya

    menyebar berbentuk bulat atau elips, berwarna abu-abu dengan tepi berwarna lebih

    gelap. Lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh cetacean, namun lebih sering

    ditemukan pada bagian dorsal (kepala, sirip pectoral, sirip dorsal dan ujung

    ekor).lesi dapat berada pada permukaan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinis

    hingga bertahun-tahun. Pada pennipeds memiliki ciri lesi yang sama, namun ukuran

    lebih kecil dengan diameter 0,5-1 cm, dalam satu minggu dapat membesar hingga 3

    cm. Poxvirus tidak menyebabkan penyakit sistemik, namun ada beberapa kasus

    pada hewan yang terinfeksi poxvirus mati, kemungkinan adanya infeksi sekunder

    Diagnosis : berdasarkan ditemukannya peningkatan eosinofil dan benda inklusi

    intrasitoplasmik. Sampel dapat diambil dari biopsy kulit dan dilakukan pemeriksaan

    histology dengan menggunnakan mikroskop electron. Dua genus poxvirus elah

    dilaporkan menginfeksi mamalia air yaitu parapoxvirus dan ortotoxvirus. Pada

    parapoxvirus, virion terlihat lebih ovoid dengan ukuran 150x200 nm.

    Diferensial diagnosa: dari infeksi poxvirus adalah Cutaneous streptothricosis pada

    pinnepeds, bentuk lesi hampir sama. Callicivirus, lesi hanya pada bagian ekor.Terapi :ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    7/9

    7

    C. Pseudomonas sp.

    Etiologi :Pseudomonas pseudomallei, P. aeruginosa.

    Patogenesis : Merupakan bakteri pathogen oportunistik yang ada di lautan. Jalur

    penularan melalui dua cara, yaitu melalui oral dan kontak langsung. Infeksi

    menyebabkan lesi kulit dan septisemia. Bakteri ini dapat menyebar melalui aliran

    darah menuju otak, mata, jantung, hati, ginjal, dan persendian. Terdapat tiga fase

    infeksi: (1) Perlekatan dan kolonisasi; (2) Invasi local; (3) Septisemia yang

    merupakan penyebab utama bronchopneumonia akut dan dermatitis ekstensive.

    Gejala klinis : Dispnoe, anoreksia, dan dermatitis (kasar, tebal, adanya nodul

    dengan daerah nekrotik pada bagian tengahnya).

    Terapi : (1) Infeksi ringan (chloramphenicol,doxycycline, sulfisoxazole, atau

    trimethoprim-sulfamethoxazole); (2) Infeksi sedang (kombinasi doxycycline,

    chloramphenicol, dan cotrimoxazole); (3) Infeksi berat (chloramphenicol secara

    intravena).

    D. Parasit

    (Noble, 1982)

    E. Fungi

    http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093
  • 8/11/2019 Learning Objective3

    8/9

    8

  • 8/11/2019 Learning Objective3

    9/9

    9

    III.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2010.Ikan Duyung Masih Hidup di Teluk Balikpapan.Diakses pada tanggal 6

    Maret 2014.http://www.wisatakaltim.com/berita/ikan-duyung-masih-hidup-di-teluk-

    balikpapan/.

    Fibrianto, Y. H. 2012.Bahan Kuliah : Penyakit pada Mamalia Air.Bagian Fisiologi Fakultas

    Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta.

    Murray RM. 1979. TheImportance of VFA in Dugong Nutrition. In. Proceeding of a

    Seminar/Workshop held at James Cook University 8-13 May 1979.

    Nair RV, Mohan RSL. 1977. Studies on The Vocalisation The Sea Cow Dugong Dugon in

    Captivity. Indian J Fish 22:277-278.

    Noble, G.A. Noble, E. R.1982.Parasitology : The Biology of Animal Parasites Fifth Edition.

    Lea and Febiger. Philadelphia, USA.

    Priyono, A. 2008. Mengenal Jenis Lumba-Lumba Indonesia. Diakses pada tanggal 6 Maret

    2014. http://www.profauna.org/suarasatwa/id/2008/01/mengenal_jenis_lumba-lumba_-

    indonesia.html#top.