learning objective3
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Learning Objective3
1/9
1
I. LEARNING OBJECTIVE
1. Jelaskan mengenai anatomi dan fisiologi lumba-lumba?
2.
Bagaimana manajemen pemeliharaan lumba-lumba?
3. Apa saja penyakit yang dapat menyerang lumba-lumba?
II. PEMBAHASAN
1. Jelaskan mengenai anatomi dan fisiologi lumba-lumba?
Anatomi : Lumba-lumba adalah bangsa mamalia/satwa menyusui, sama seperti
kambing maupun sapi. Satwa lumba-lumba dan paus dengan bentuk badan seperti
ikan termasuk bangsa Cetacea yang hidup diperairan. Untuk memudahkan bergerak
di air tubuh lumba-lumba seperti torpedo atau streamlinedan sangat hidrodinamis
dengan ujung tubuhnya yang meruncing dan langsing sehingga bergerak dalam air
tanpa hambatan. Untuk bergerak dalam air, lumba-lumba dilengkapi sirip-sirip
dada, sirip punggung dan posisi sirip ekornya mendatar tidak tegak atau berdiri serta
bergerak naik dan turun untuk membantu mendorong tubuhnya pada saat berenang.
Tubuhnya stabil sekitar 37C, bernafas menggunakan paru-paru, dilengkapi dengan
sebuah lubang pernafasan yang berkatup dibagian atas kepala dan satwa ini
memiliki satu set gigi yang sama seta tidak memiliki gigi seri.
Fisiologi : Pada mamalia akuatikn alat respirasinya tetap menggunakan pulmo,
namun trakeanya bersekat-sekat untuk mencegah kemungkinan masuknya air ke
dalam paru-paru. Biasanya sewaktu menarik napas, air ikut mengalir masuk tetapi
akan terhenti sampai sekat pertama, kemudian air akan di semprotkan ke luar lagi.
-
8/11/2019 Learning Objective3
2/9
2
Kadar O2 dalam air memang lebih kecil dari pada di udara. Untuk menambah
kebutuhan O2, mamalia akuatik menyimpan oksigen di otot dalam bentuk ikatan
mioglobin. Mioglobin ini akan membebaskan oksigennya bila lingkungan
kekurangan oksigen, misalnya bila menyelam jauh dari permukaan air. Mamalia
akuatik yang masih muda biasanya berada dekat permukaan air supaya lebih mudah
memperoleh oksigen dari udara dan di samping itu kandungan mioglobin dalam otot
masih sedikit.
Tingkah Laku : Masa bunting setiap jenis lumba-lumba berbeda antara 10-12
bulan. Bayi lumba-lumba yang baru lahir memiliki panjang tubuh antara 75-120 cm.
Makanan lumba-lumba adalah jenis ikan kecil, mereka dapat memakan 6-10 kg
disetiap harinya. Lumba-lumba memiliki penglihatan indra penciuman yang buruk
sehingga kurang mendukung aktifitasnya. Sebagai gantinya, lumba-lumba memiliki
sistem sonar yang berfungsi untuk mengenal obyek dan lokasi didalam air
(ekolokalisasi) menggunakan pancaran frekwensi suara. Sasaran akan terdeteksi
berdasarkan pantulan frekwensi yang diterima bagian tertentu dibawah rahang
bawah untuk diteruskan ke otak tentunya dibantu organ melon berbentuk bulat yang
terbuat dari minyak dan berfungsi mengarahkan frekwensi yang sangat tinggi ke
arah sasaran. Ekolokalisasi yang dimiliki lumba-lumba jauh lebih baik
dibandingkan dengan pada peralatan pesawat terbang dan kapal selam bertenaga
atom. Frekwensi lumbalumba ditunjang oleh kemampuan penggunaan yang lebih
luas dari pada manusia yaitu pada frekwensi 750_300.000 getaran per-detik.
Menurut Shane (1990), lumba-lumba memiliki tingkah laku sosial dan cara makan
ditandai dengan :
a. Greeting : lumba-lumba melakukan greeting pada beberapa keadaan ketika
bertemu kelompoknya dengan cara berenang cepat diantara yang lainnya di
permukaan air sambil ekornya digerakkan atau dengan cara mengeluarkan
suara.
b. Roughhousing : lumba-lumba dengan penuh semangat membuat keributan dan
kegaduhan dengan menggunakan rostrum dan flukes untuk menyambut anaknya
yang baru dilahirkan.
c. Alloparental care : lumba-lumba muda berenang dan bermain bersama lumba-
lumba dewasa lainnya (babysister) selama lebih dari 1 jam ketika ibunya
mencari makan pada jarak beberapa ratus meter dari mereka.
-
8/11/2019 Learning Objective3
3/9
3
d. Bottom feeding : lumba-lumba, sendiri atau pada saat bebas atau pada saat
menyebar luas biasanya menyelam dengan batang ekor atau ujung ekor diangkat
ke atas, kadang-kadang Lumpur teraduk ke atas.
e. Against current feeding : lumba-lumba kadang-kadang melawan arus pasang surut yang
kuat dan tetap berada di satu tempat kecuali sedang menangkap dan mengejar ikan,
paling sering berada di permukaan.
2. Bagaimana manajemen pemeliharaan lumba-lumba?
A. Syarat Kehidupan bagi Mamalia Air
Air : Cetacea air tawar membutuhkan air laut baik alam atau buatan. Satu dapat
menyiapkan produk buatan menggunakan natrium klorida dengan atau tanpapenambahan garam lainnya. Kisaran salinitas yang aman dan relatif alami adalah 25
sampai 35 bagian per seribu, dengan pH 7,5 sampai 8.2. Kebanyakan pinnipeds
dapat dipertahankan di air tawar, tetapi air laut jauh lebih unggul. Jika air segar
digunakan, binatang harus memiliki akses untuk mandi garam secara periodic.
Bottle-nosed dolphin lebih menyukai air dengan suhu diatas 28oC.
Lingkungan : Kualitas air harus diuji pH, salinitas, suhu, bau, filtrasi, dan
pengobatan kimia. Untuk sanitasi lingkungan harus diperiksa, termasuk ruang
persiapan makanan, serta penyimpanan makanan, kondisi thawing dan kualitas
makanan.
Gambar. Skematis rencana selungkup "ideal" mamalia laut dalam ruangan
Pakan
-
8/11/2019 Learning Objective3
4/9
4
Tabel. Jumlah Pakan yang Harus diberikan pada Mamalia Air Berdasarkan Jenis
Species Percentage Body Weight
Cetaceans
Young growing dolphins
Young whales
Older dolphinOlder whales
Pinnipeds
Young (smaller species)
Older (smaller species)
9-1
5-9
4-9 (smaller species, up to 15%)
2-58-15
4-8
2-4
Up to 25-30
Tabel. Kandungan Nutrisi pada Jenis-Jenis Ikan
Fish Moisture (%) Protein (%) Oil (%) Ash (%) Energy
(kcal/kg)
Herring
Mackerel
Smelt
Capelin
Squid
52-78
61-78
77-80
77-82
74-84
15-22
13-25
14-19
13-15
12-18
2-29
0.3-0.8
2-7
2-8
2
2
3
2
2
3
700-2500
1400-2000
700-1200
700-1200
850
(Fibrianto, 2012)
B. Transportasi Lumba-Lumba
(Fibrianto, 2012)
-
8/11/2019 Learning Objective3
5/9
5
3. Apa saja penyakit yang dapat menyerang lumba-lumba?
A. Erysipelothr ix rhusiopathiae
Etiologi : Erysipelothrix rhusiopathiae merupakan bakteri gram positif, fakultatif
anaerobic, berbentuk batang, tidak membentuk spora, beramplop.
Patogenesis : Penularan melalui ingesti ikan yang terkontaminasi dan karena
adanya luka pada gigi.Erysipelothrix rhusiopathiae merupakan organisme virulen
yang berkapsul sehingga melawan fagositosis dan kapsul tersebut berperan dalam
pertahanan intraseluler terhadap makrofag. Adanya SpaA protein yang merupakan
antigen permukaan dari E. rhusiopathiaesehingga melindungi bakteri dari vaksin.
Selain itu terdapat enzim neuraminidase dan hyaluronidase yang berperan dalam
pahogenicity bakteri
Gejala Klinis :Dua bentuk gejala klinis adanya akut septisemia dan bentuk dermis.
Pada bentuk dermis lumba-lumba bottlenose ditandai dengan lesi bentuk rhomboid
abu-abu, yang dapat ditemukan di seluruh tubuh. Biasanya lesi dermal tersebut
muncul setelah hewan mengalami anoreksia dan terjadi leukositosis. Bentuk kutan
terdapatnya perubahan yang khas yaitu adanya bentukan lesi berbentuk jajar
genjang pada kulit yang disebut juga sebagai diamond skin disease yang berwarna
keabuan, menonjol dan ireguler. Bentuk lesi tersebut dikarenakan adanya trombosispada arteri perifer dan infarction jaringan lokal. Pada gejala septisemia akut sering
ditemukan hewan mati mendadak tanpa geja klinis, jika hewan menunjukkan gejala
klinis biasanya tidak spesifik seperti, anoreksia, lethargi, leukositosis, dan diikuti
leucopenia akut beberapa hari sebelum mati. Bentuk septisemik dapat terjadi
perakut atau akut yang menyebabkan kematian mendadak.
Diagnosis : Pada pemeriksaan nekropsi hewan septisemia akut ditemukan petekie
multifocal pada intestinal, haemorhagi ekimosa, pembengkaan nodus limfa, dan
splenomegali. Isolasi bakteri dapat diambil dari lesi yang terbentu pada organ.
Terapi :Penicillin dan cephalosporins.
-
8/11/2019 Learning Objective3
6/9
6
B. Poxvirus
Etiologi : Termasuk family Poxviridae, genus Chordopoxvirinae yang
menyebabkan tattoo skin disease (TSD) yang dicirikan dengan adanya lesi khas,
irreguler, berwarna abu-abu, hitam atau kekuningan. Prevalensi penyakit tinggi pada
spesies yang dipelihara pada lingkungan yang terkontaminasi. Sehingga TSD dapat
digunakan sebagai indikator kesehatan dan lingkungan hidup mereka. TSD
merupakan pintu gerbang masuknya virus, bakteri dan fungi lain sehingga
meningkatkan keparahan lesi.
Gejala Klinis :Manifestasi klinis pada kulit cetacean bervariasi, dari bentuk cincin
hinggastippled.Lesi berbentuk cincin biasanya berukuran 0,5-3 cm, lesi biasanya
menyebar berbentuk bulat atau elips, berwarna abu-abu dengan tepi berwarna lebih
gelap. Lesi dapat ditemukan di seluruh tubuh cetacean, namun lebih sering
ditemukan pada bagian dorsal (kepala, sirip pectoral, sirip dorsal dan ujung
ekor).lesi dapat berada pada permukaan tubuh tanpa menunjukkan gejala klinis
hingga bertahun-tahun. Pada pennipeds memiliki ciri lesi yang sama, namun ukuran
lebih kecil dengan diameter 0,5-1 cm, dalam satu minggu dapat membesar hingga 3
cm. Poxvirus tidak menyebabkan penyakit sistemik, namun ada beberapa kasus
pada hewan yang terinfeksi poxvirus mati, kemungkinan adanya infeksi sekunder
Diagnosis : berdasarkan ditemukannya peningkatan eosinofil dan benda inklusi
intrasitoplasmik. Sampel dapat diambil dari biopsy kulit dan dilakukan pemeriksaan
histology dengan menggunnakan mikroskop electron. Dua genus poxvirus elah
dilaporkan menginfeksi mamalia air yaitu parapoxvirus dan ortotoxvirus. Pada
parapoxvirus, virion terlihat lebih ovoid dengan ukuran 150x200 nm.
Diferensial diagnosa: dari infeksi poxvirus adalah Cutaneous streptothricosis pada
pinnepeds, bentuk lesi hampir sama. Callicivirus, lesi hanya pada bagian ekor.Terapi :ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
-
8/11/2019 Learning Objective3
7/9
7
C. Pseudomonas sp.
Etiologi :Pseudomonas pseudomallei, P. aeruginosa.
Patogenesis : Merupakan bakteri pathogen oportunistik yang ada di lautan. Jalur
penularan melalui dua cara, yaitu melalui oral dan kontak langsung. Infeksi
menyebabkan lesi kulit dan septisemia. Bakteri ini dapat menyebar melalui aliran
darah menuju otak, mata, jantung, hati, ginjal, dan persendian. Terdapat tiga fase
infeksi: (1) Perlekatan dan kolonisasi; (2) Invasi local; (3) Septisemia yang
merupakan penyebab utama bronchopneumonia akut dan dermatitis ekstensive.
Gejala klinis : Dispnoe, anoreksia, dan dermatitis (kasar, tebal, adanya nodul
dengan daerah nekrotik pada bagian tengahnya).
Terapi : (1) Infeksi ringan (chloramphenicol,doxycycline, sulfisoxazole, atau
trimethoprim-sulfamethoxazole); (2) Infeksi sedang (kombinasi doxycycline,
chloramphenicol, dan cotrimoxazole); (3) Infeksi berat (chloramphenicol secara
intravena).
D. Parasit
(Noble, 1982)
E. Fungi
http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=6093 -
8/11/2019 Learning Objective3
8/9
8
-
8/11/2019 Learning Objective3
9/9
9
III.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.Ikan Duyung Masih Hidup di Teluk Balikpapan.Diakses pada tanggal 6
Maret 2014.http://www.wisatakaltim.com/berita/ikan-duyung-masih-hidup-di-teluk-
balikpapan/.
Fibrianto, Y. H. 2012.Bahan Kuliah : Penyakit pada Mamalia Air.Bagian Fisiologi Fakultas
Kedokteran Hewan UGM. Yogyakarta.
Murray RM. 1979. TheImportance of VFA in Dugong Nutrition. In. Proceeding of a
Seminar/Workshop held at James Cook University 8-13 May 1979.
Nair RV, Mohan RSL. 1977. Studies on The Vocalisation The Sea Cow Dugong Dugon in
Captivity. Indian J Fish 22:277-278.
Noble, G.A. Noble, E. R.1982.Parasitology : The Biology of Animal Parasites Fifth Edition.
Lea and Febiger. Philadelphia, USA.
Priyono, A. 2008. Mengenal Jenis Lumba-Lumba Indonesia. Diakses pada tanggal 6 Maret
2014. http://www.profauna.org/suarasatwa/id/2008/01/mengenal_jenis_lumba-lumba_-
indonesia.html#top.