learning objective

36
LEARNING OBJECTIVE 1. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan morfologi jamur. 2. mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis infeksi jamur. 3. mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang infeksi jamur. 4. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dan farmakologi. 5. mahasiswa mampu menjelaskan parasit infeksi oportunistik. 6. mahasiswa mampu menjelaskan infeksi nosokomial, mekanisme dan pencegahan. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE 1. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan morfologi jamur. Jamur dan klasifikasinya Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping. CIRI-CIRI UMUM JAMUR Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. 1. Struktur Tubuh Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-

Upload: jeptri-falson

Post on 06-Aug-2015

121 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LEARNING OBJECTIVE

1. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan morfologi jamur.

2. mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis infeksi jamur.

3. mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang infeksi jamur.

4. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan dan farmakologi.

5. mahasiswa mampu menjelaskan parasit infeksi oportunistik.

6. mahasiswa mampu menjelaskan infeksi nosokomial, mekanisme dan pencegahan.

PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi dan morfologi jamur.

Jamur dan klasifikasinyaKita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.

CIRI-CIRI UMUM JAMURJamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.1. Struktur TubuhStruktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnyo khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Hifa yang membentuk miselium dan tubuh buah, Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.2. Cara Makan dan Habitat JamurSemua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. untuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofita.

a. Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).b. Parasit fakultatif adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.c. Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahanbahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.3. Pertumbuhan dan ReproduksiReproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

Klasifikasi JamurJamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generatif.

JAMUR DIBAGI MENJADI 6 DIVISI :1 MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)• Myxomycotina merupakan jamur yang paling sederhana.• Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:- fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti amuba, disebut plasmodium- fase tubuh buah• Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembara yang disebut myxoflagelata.Contoh spesies : Physarum polycephalum

2 OOMYCOTINA• Tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat, bercabang-cabang dan mengandung banyak inti.• Reproduksi:

- Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di darat dengan sporangium dan konidia.

- Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru.Contoh spesies:

a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga darat maupun serangga air.b. Phytophora infestans: penyebab penyakit busuk pada kentang.

3 ZYGOMYCOTINA• Tubuh multiseluler.• Habitat umumnya di darat sebagai saprofit.• Hifa tidak bersekat.• Reproduksi:

- Vegetatif: dengan spora.- Generatif: dengan konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya akan tumbuh menjadi individu baru.Contoh spesies:

a. Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.b. Rhizopus oligosporus : jamur tempe.

4 ASCOMYCOTINA• Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.• Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.• Hidupnya: ada yang parasit, saprofit, ada yang bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes(Lumut kerak).• Reproduksi:

- Vegetatif : pada jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang multiseluler membentuk sporadari konidia.- Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora. Contoh spesies:

1. Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.- berguna untuk membuat bir, roti maupun alkohol.- mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 dengan proses fermentasi.

2. Neurospora sitophila: jamur oncom.3. Peniciliium noJaJum dan Penicillium chrysogenum penghasil antibiotika penisilin.4. Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna untuk mengharumkan keju.5. Aspergillus oryzae untuk membuat sake dan kecap.6. Aspergillus wentii untuk membuat kecap7. Aspergillus flavus hidup pada biji-bijian.Þ menghasilkan racun aflatoksin flatoksin salah satu penyebab kanker hati.8. Claviceps purpurea hidup sebagai parasit padabakal buah Gramineae.

5 BASIDIOMYCOTINA• Ciri khasnya alat repoduksi generatifnya berupa basidium sebagai badan penghasil spora.• Kebanyalcan anggota spesies berukuran makroskopik. Contoh spesies:1. Volvariella volvacea : jamur merang, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan2. Auricularia polytricha : jamur kuping, dapat dimakan dan sudah dibudidayakan3. Exobasidium vexans : parasit pada pohon teh penyebab penyakit cacar daun teh atau blister blight.4. Amanita muscaria dan Amanita phalloides: jamur beracun, habitat di daerah subtropics5. Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung.6. Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum

6. DEUTEROMYCOTINNama lainnya Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna) dinamakan demikian karena pada jamur ini belum diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generatif. Contoh : Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya dinamakan Monilia sitophila tetapi setelah diketahui pembiakan generatifnya yang berupa askus namanya diganti menjadi Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina. Banyak penyakit kulit karena jamur (dermatomikosis) disebabkan oleh jamur dari golongan ini, misalnya :Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit, Microsporum sp., Trichophyton sp. penyebab penyakit kurap.

MIKORHIZAMikorhiza adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur yang dari Divisio Zygomycotina, Ascomycotina dan Basidiomycotina.LICHENES / LIKENESLikenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur, ganggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari Ascomycotina atau Basidiomycotina. Likenes tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim.

2. mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis infeksi jamur.

Infeksi fungi biasa disebut dengan mikosis

Komponen dinding sel fungi membantu penempelan pd sel inang

Polisakarida pd dinding sel → INFLAMASI

Infeksi fungi dibagi menjadi 5 golongan besar

Superficial Cutaneus Subcutaneus Sistemic Opportonistic

• Pityriasis versicolor

• Tinea niegra

• Piedra

• Tinea pedis • Tinea

unguinum • Tinea corporis • Tinea cruris • Tinea manus • Tinea capitis • Tinea barbae

• Chromoblastomycosisi • Sporothricosis • Mycetoma • Phaeohypomycois

•Aspergillosis •Blastomycosis •Candidosis •Coccidioidomycosis •Histoplasmosis •Cryptococcosis •Geothrichosis •Paracoccidioidomycosis •Zygomycosis •Fusariosis •Trichosporonsis

• Aspergillosis

• Candidosis

• Cryptococcosis

• Zygomycosis

• Geothricosis

• Fusariosis

• Trichosporonosis

MIKOSIS SUPERFISIALIS

PITIRIASIS VERSIKOLORDefinisiPitiriasis versikolor merupakan infeksi jamur kulit superfisial yang umum, tidak berbahaya bagi kesehatan alias jinak (benign) biasanya ditandai oleh macula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan patches di dada dan punggung. Pada pasien dengan kecenderungan (predisposition), keadaan penyakit dapat berulang atau kambuh lagi. Penyakit infeksi jamur ini berlokasi di stratum korneum. Definisi lainnya adalah:1. Infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus, disertai rasa gatal.

2. Infeksi jamur superfisialis yang kronis dan asimtomatis disebabkan oleh Malassezia furfur menyerang stratum korneum dari epidermis.

Penyebab (Etiologi)Malassezia furfur (dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan di luar masa itu. Alasan mengapa organisme ini menyebabkan panu, pada beberapa orang sementara tetap sebagai flora normal pada beberapa orang lainnya, belumlah diketahui. Beberapa faktor, seperti kebutuhan nutrisi organisme dan respon kekebalan tubuh inang (host's immune response) terhadap organisme sangatlah signifikan. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Lebih lanjut, tahap miselium dapat dirangsang in vitro dengan penambahan kolesterol dan ester kolesterol pada medium yang tepat. Karena organisme ini lebih cepat berkoloni/mendiami kulit manusia saat pubertas dimana lemak kulit meningkat lebih banyak dibandingkan pada masa remaja (adolescent) dan panu bermanifestasi di area yang "kaya minyak" atau sebum-rich areas (misalnya: di dada, punggung), variasi lemak di permukaan kulit individu dipercaya berperan utama dalam patogenesis penyakit. Bagaimanapun juga, penderita panu dan subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan kuantitatif atau kualitatif pada lemak di permukaan kulit. Lemak di permukaan kulit penting untuk kelangsungan hidup M furfur pada kulit manusia normal, namun M furfur mungkin sedikit berperan pada perkembangan (pathogenesis) panu. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa dibandingkan lemak, asam amino lebih berperan di dalam kondisi sakit (diseased state) atau dengan kata lain sedang terkena panu. Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak terkena panu. Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem kekebalan tubuh/imun penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat pada populasi umum (sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi limfosit pada stimulasi organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita yang terserang panu. Hasil (outcome) ini sama dengan situasi sensitization dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang diperantarai oleh sel (cellmediated immunity) berperan pada penyebab (timbulnya) penyakit.

PatogenesisPerubahan bentuk Malassezia dari blastospora menjadi miselium dipengaruhi oleh berbagai faktor predisposisi. Asam dikarboksilat, yang dibentuk oleh oksidasi enzimatis asam lemak pada lemak di permukaan kulit, menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dengan demikian memicu hipomelanosis. Enzim ini terdapat pada organisme (Malassezia).

Pemeriksaan FisikEfloresensi (Gambaran Ruam atau Lesi Kulit atau Ujud Kelainan Kulit) Makula, berbatas tegas (sharply marginated), berbentuk bundar atau oval, dan ukurannya bervariasi. Beberapa pasien disertai Malassezia folliculitis dan dermatitis seboroik. Pada kulit yang tidak berwarna coklat (untanned skin), lesi berwarna coklat terang. Pada kulit coklat (tanned skin), lesi berwarna putih. Pada orang yang berkulit gelap, terdapat makula coklat gelap. Beberapa lesi panu berwarna merah. Selain itu, panu merupakan makula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan, atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus di atasnya.Manifestasi Klinis (Gejala, Keluhan)Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, dengan kata lain terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik (tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Keluhan gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang berobat.

Predileksi atau DistribusiPanu dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit manusia, seperti: tubuh bagian atas, lengan atas, leher, kulit kepala yang berambut, muka/wajah, punggung, dada, perut (abdomen), ketiak (axillae), tungkai atas, lipat paha, paha, alat kelamin (genitalia), dan bagian tubuh yang tak tertutup pakaian.

TINEA NIGRA

Tinea nigra adalah infeksi asimtomatik dan kronik superficial pada stratum korneum yang disebabkan oleh fungi dermatiaseosa Hortaea werneckii. Keadaan tersebut lebih sering terjadi di daerah pantai yang hangat dan pada wanita muda. Lesi yang tampak sebagai perubahan warna gelap (coklat sampai hitam), seringkali di telapak tangan. Pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan kulit dari tepi lesi akan menunjukkan hifa bersepta, bercabang dan sel ragi pertunasan dengan dinding sel yang mengalami melanisasi. Tinea nigra akan berespons terhadap pengobatan dengan larutan keratolitik, asam salisilat, atau obat-obatan antifungi azol.

PIEDRA

Piedra hitam adalah suatu infeksi nodular pada batang rambut yang disebabkan oleh piedra hortai. piedra putih, yang disebabkan oleh infeksi spesies trichosporon, tampak sebagai nodul yang lebih besar, lebih lunak, dan berwarna kekuningan pada rambut. Rambut aksila, pubis, janggut, dan kulit kepala dapat terinfeksi. Pengobatan untuk kedua tipe ini terdiri dari pencabutan rambut dan pemakaian agen antifungi topical. Piedra bersifat endemic di Negara tropis yang tertinggal.

MIKOSIS KUTANEUS

Penyakit ini dapat menyerang kulit, rambut, ata kuku. Mikosis superfisial digolongkan menjadi dua :

1. DermatofitosisAdalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum kroneum pada epidermis, rambut, kuku yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Contoh : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, Tinea Korporis, Tinea Pedis, Tinea Ungunium,Tinea Barbae2. Non DermatofitosisAdalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang bukan golongan dermatofita. Contoh : Tinea Versicolor, Tinea Nigra Palmaris, Piedra, Trichomycosis, Otomikosis Sekarang kita akan membahas 2 mikosis superfisialis yang paling umum dan paling sering ditemukan sehari-hari, yaitu:1. Dermatofitosis2. Pitiriasis Versikolor

DefinisiDermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.

Gambaran KlinisGolongan jamur dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang khas. Satu jenis dermatofita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada lokalisasi anatominya. Bentuk-bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea favosa, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea kruris, tinea manus et pedis dan tinea unguium. Selain itu terdapat juga tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot; tinea aksilaris pada ketiak, tinea fasialis pada wajah dan tinea incognito yang berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

DiagnosisPada sediaan kulit dan kuku dengan 1 tetes larutan KOH 20 % yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada sediaan rambut dengan 1 tetes larutan KOH 10 % yang terlihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar

I. TINEA KAPITISDefinisiTinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.EtiologiPenyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvili, T.mentagrophytes, T.tonsurans, M.audonii, M.Canis dan M.ferrugineum.

Gambaran KlinisPenyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal dan sering disertai rontoknya rambut di tempat lesi tersebut. Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis:1. “Grey patch ringworm”: merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah kecil di sekitar folikel rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat dan terlihat sebagai “grey patch”. Bercak abu-abu ini sulit terlihat batasbatasnya dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaan dengan lampu Wood memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batasbatas yang sakit dapat terlihat jelas.2. Kerion: merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan sel radang disekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap. Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.3. “Black dot ringworm”: adalah tinea kapitis dengan gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan oleh genus Tricophyton. grey patch ringworm kerion black dot ringwormDiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu Wood, dan pemeriksaan mikroskopis rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora di luar rambut (ectotrics) atau di dalam rambut (endotrics).Diagnosis BandingTinea kapitis sering dikelirukan dengan berbagai penyakit, seperti psoariasis vulgaris, dermatitis seboroik dan alopesia areata.TerapiPengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25 mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500 mg/hari selama 6 minggu. Penggunaan antijamur topikal dapat mengurangi penularan pada orang yang ada di sekitarnya.

Selain antijamur, pada bentuk kerion dapat diberikan kortikosteroid dalam jangka pendek, misalnya prednison 20 mg /hari selama 5 hari dengan pertimbangan bahwa obat tersebut dapat mempercepat resolusi dan menghindarkan terjadinya reaksi id.

II. TINEA KORPORISDefinisi

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai.EtiologiPenyebab tersering penyakit ini adalah T.rubrum dan T.mentagrophytes.Gambaran klinisBentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam eflorosensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik. Bagian tepi lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar.Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yang disebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat bersama dengan tinea unguium.

DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya, serta pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk melihat hifa atau spora jamur.Diagnosis BandingTinea korporis mempunyai gambaran klinis yang mirip dengan pitiriasis rosea, psoariasis, lues stadium II, morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan dermatitis kontak.TerapiPengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4 minggu; dapat juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatan dengan salep Whitfeld masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.

III. TINEA KRURIS

DefinisiTinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.

EtiologiPenyebab umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh T.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar anogenital.

Gambaran KlinisGambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri, namun dapat juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal, yang lama kelamaan meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh paha. Tepi lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.

DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan ditemukannya elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung memakai larutan KOH 10-20 %.

Diagnosis Banding

Tinea kruris dapat menyerupai dermatitis seboroik, kandidosis kutis, eritrasma, dermatitis kontak dan psoariasis.

TerapiPengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4 minggu. Obat lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld, tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.

IV. TINEA MANUS ET PEDISDefinisiTinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital.EtiologiPenyebab tersering adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.Gambaran KlinisPenyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci, bekerja di sawah dan sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai, yaitu:1. Bentuk intertriginosa. Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada sela jari. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.2. Bentuk vesikular akut. Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian melebar serta vesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk keadaan ini.3. Bentuk moccasin foot. Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen jamur.Diagnosis BandingDiagnosis banding adalah hiperhidrosis, akrodermatitis, kandidosis, serta lues stadium II.TerapiPengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan antijamur per oral, misalnya griseofulvin, itrakonazol, atau terbenafin.

V. TINEA UNGUIUMDefinisiTinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita.EtiologiPenyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum.

Gambaran KlinisDikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu:

1. Bentuk subungual distalis. Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateralkuku. Penyakit akan menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisakuku yang rapuh.2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita. Bentuk ini berupa bercakkeputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanyaelemen jamur.3. Bentuk subungual proksimal. Pada bentuk ini, kuku bagian distal masihutuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserangdaripada kuku tangan.subungual distalis subungual proksimal leukonikia trikofitaDiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan kukudengan KOH 10-20 % atau dilakukan biakan untuk menemukan elemen jamur.Diagnosis BandingDignosis banding dari tinea unguium adalah kandidosis kuku, psoariasis kukudan akrodermatitis.TerapiPengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin500 mg/hari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jarikaki merupakan pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oralselama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkanterutama untuk kuku jari kaki, karena jika residif akan menggangu pengobatanberikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krimbifonazol dengan urea 40 % dan dibebat.

MIKOSIS SUBKUTANEUS

Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.

1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuh-tumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah bening.Klinis : Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi, Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.Klinis : Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil tersebar di aliran getah beningPencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.

Klinis : ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma, terbentuk abses yang dapat meluas sampai otot dan tulang. Jamur terlihat terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada derormitas.Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah, kebun dll.)Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu penyembuhan.

MIKOSIS SISTEMIK

Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37 celcius. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.

1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes brasieliensiKlinis : Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka (leher,muka, lengan dan kaki).Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat.

2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paru-paru.Klinis : Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.

3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)Klinis : Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun, hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi , anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulutlidah, dan usus halus.Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyerbar maka pemberian amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS diperlukan terapi khusus.

4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis ( Blastomyces brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.

Klinis : Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gangguan gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.Pengobatan: pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol, sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin

MIKOSIS OPORTUNISTIK

KANDIDIASIS

Penyakit kandidiasis banyak dihubungkan dengan aneka faktor,seperti keadaan kulit yang terus-menerus lembab,pemakaian obat antibiotika,steroid dan sitostatik,perubahan fisiologis tubuh,sampai mal nutrisi.Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur penyebab thrush, kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut sebagai Candida.

DEFINISIKandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans.Dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.LOKALISASISering pada daerah intertriginosa seperti;lipat ketiak,lipat paha,lipat payudara,sela-sela jari kaki dan tangan,sekitar bokong,kuku,mulut,vuva vagina,dan alat dalam

PATOGENESISFaktor endogen meliputi:-Perubahan fisiologik seperti:kehamilan,kegemukan,debilitas,latrogenik, endokrinopati,.penyakit kronik seperti:tuberkulosis,lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.-Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna.-Imunologik contohnya penyakit genetik. Faktor eksogen meliputi: iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, dan kontak dengan penderita misalnya pada thrush, dan balanopostitis.

GEJALAGejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena.I kandidiasis mukosa.A. Thrush;sering terjadi pada bayi, merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih seperti membran menempel pada lidah dan pinggiran mulut. Bila membrane tersebut diangkat tampak dasar kemerahan dan erosif.B. Perléche:merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan sayatan kecil.lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah dan dasar eritematosa.C. Vulvovaginitis; sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes atau pemakai antibiotik. Gejala utama adalah gatal di daerah vulva.untuk gejala yang berat berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas,nyeri setelah miksi.kelainan ini berupa bercak putih di atas mukosa yang eritematosa erosive,mulai dari serviks sampai interoitus vagina.

D. Balanitis atau Balanopostitis: penderita mendapat infeksi karena kontak seksual dengan wanita yang menderita vulvovaginitis.bisa juga pada pria yang tidak disunat ,dengan glans penis selalu tertutup prepucium.lesi berupa erosiII kandidiasis kutisA. Kandidiasis intertriginosa: lesi di daerah lipatan tubuh,biasanya sering terjadi pada orang yang gemuk. menyebabkan bercak kemerahan berbatas tegas,bersisik basah,dan eritematosa,dengan gambaran korimbiformis.Di tengah lesi yang lebar sering terjadi erosi.B. Kandidiasis kuku:Sering terjadi pada orang-orang yang pekerjaannya berhubungan dengan air.lesi berupa kemerahan,oedem,kuku menjadi tebal, keras dan berlekuk-lekuk.kadang berwarna kecoklatan.lesi biasanya dimulai dari bagian proksimal.C. Kandidiasis gralunomatosa;kelainan yang jarang dijumpai manisfestasi klinis berupa pembentukan granuloma yang terjadi akibat pembentukan krusta serta hipertrofi setempat.krusta tebal warna kuning kecoklatan dan melekat erat pada dasarnya.III kandidiasis sistemikA. Endokarditis;sering diderita oleh penderita setelah operasi jantung,juga pada penderita morfinis akibat komplikasi penggunaan penyuntikan sendiri.B. Meningitis;terjadi karena penyebaran hematogen jamur,gejalanya sama seperti meningitis tuberculosis atau karena bakteri lain.

PEMBANTU DIAGNOSISPemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37ºC, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. IdentifikasiDIAGNOSIS BANDINGKandidiasis kutis dengan:1). Eritrasma: lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada satelit, pemeriksaan dengan sinar Wood positif berwarna merah bata.2). Dermatitis kontak alergi;terdapat eritema,skuama,batas tidak tegas ada papul,vesikel berkelompok.pada kerokan kulit dengan KOH jamur negatif.3). Tinea kruris:eritema,dengan skuama dengan batas tegas dan tepi lebih aktif.4).Tinea unguium:kuku rusak,rapuh,dan berwarna suram,biasa kelainannya dimulai dari distal.Kandidiasis vulvovaginitis dengan:1). trikomonas vaginalis,2). gonore akut,3). Leukoplakia,4). liken planus.1

PENGOBATANTopikal meliputi:1). larutan gentian violet ½-1% untuk mukosa, 1-2% untuk kulit. Dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari,2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi,3). amfoterisin B,4). grup azol antara lain:Mikonazol 2% berupa krim atau bedak Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim Tiokonazol, bufonazol, isokonazol Siklopiroksolamin 1% larutan, krim.Sistemik meliputi:1).Ketokonazole 400mg/hari selama 5hari atau Flukonazole 150mg/hari selama 7 hari2).Itrakonazole 2 kali 100mg/hari selama 3 hari.

3).Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus,4).Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal5). Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik,PENCEGAHANTidak ada cara untuk mencegah terpajan pada Candida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: 1). Penyakit tersebut tidak begitu bahaya, 2). Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut, 3). Ragi dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat-obatan.1PROGNOSISUmumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.

CRYPTOCOCCOSIS Penelitian menunjukkan bahwa dari 10% sampai 30% pasien AIDS menderita meningitis cryptococcus dan mereka akan membutuhkan terapi pemeliharaan dengan fluconazole seumur hidupnya. Fluconazole menembus cairan serebrospinal.Kematian Tanpa terapi 100%Dengan terapi 20%Relaps Pasien non-AIDS 15-20%Pasien AIDS 50%Dengan relaps ada 60% angka kematian..

SPOROTRICHOSISInfeksi bersama dengan jamur lain sering terjadi.

COCCIDIOIDOMYCOSISBentuk miselia dilihat dalam jaringan. Terjadi pada pasien diluar daerah endemis. Pasien membutuhkan terapi pemeliharaan dengan fluconazole atau itraconazole.

HISTOPLASMOSISSemua kasus bersifat diseminata.Angka relaps lebih dari 50% dan infeksi sangat mematikan pada 10% dari pasien. Hal itu terjadi pada pasien di luar daerah endemis dan mereka membutuhkan terapi pemeliharaan fluconazole atau itraconazole.

BLASTOMIKOSISLebih sering bersifat diseminata. Semua pasien sulit ditangani. Ada satu laporan tentang 15 kasus blastomycosis pada pasien AIDS. Enam pasien (40%) memiliki keterlibatan system saraf pusat. Biasanya penyakit susunan saraf pusat hanya terjadi pada 3-10% pasien.

ASPERGILLOSIS○ Angka kematian:■ Dengan amphotericin B : 72%■ Tanpa amphotericin B : 90%

PENICILLIUM MAMEFFEI

Ini adalah jamur dimorfik yang menghasilkan pigmen merah dan berkembang biak dengan penggabungan (fission). Terapinya Amphotericin B dan itraconazole oral untuk pemeliharaan.

PNEUMOCYSTIS CARINIIIni sebelumnya diduga sebagai protozoa. Saat ini ia diyakini sebagai sebuah jamur.

3. mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang infeksi jamur

PEMERIKSAAN MIKOSIS SUPERFISIALISPemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan infeksi Jamur, seperti :· Tinea· Pitiriasis Versikolor (Panu)· Dermatitis Seboroik· dllPengambilan sampel· Alat alat yang dibutuhkan :- Skalpel- Pinset- Alkohol 70%- Kapas- Kertas/wadah yang bersih· Cara pengambilan sampel :· Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkanlemak, debu dan kotoran lainnya.· Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45 derajat ke atas).· Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadahPembuatan sediaan· Alat alat yang dibutuhkan :-Kaca objek-Kaca penutup-Lampu spiritus-Pinset-Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20% untuk rambut· Cara pembuatan sediaan :· Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.· Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.· Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisisPemeriksaan· Alat yang digunakan : Mikroskop· Cara Pemeriksaan :· Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran objektif 10 X kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari adanya hypha dan atau spora, akan tampak gambaran hifa dan spora tergantung jamur yang menyebabkan penyakitnya,contohnya :

- terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis)- terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat berkelompok ( gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis Versikolor (panu)Pemeriksaan kultur.Pemeriksaan dengan pembiakan perlu untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dextrose sabouraud. Pada agar sabouraud dapat ditambahkan antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambah pula klorheksimid. Kedua zat tersebut diperlukan untuk menghindarkan kontaminasi bacterial maupun jamur kontaminan.

4. mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan infeksi jamur

Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis, panas dan lembab. Kondisi iklim ini yang membuat kita

berkeringat lebih banyak, apalagi ditambah dengan tingkat aktifitas yang tinggi, akan membuat kulit kita

rentan terhadap infeksi jamur. Infeksi jamur lebih cenderung mengenai daerah-daerah yang sering

berkeringat dan lembab, seperti muka, badan, kaki, lipatan paha dan lengan. Infeksi jamur yang paling

sering di Indoensia adalah ”panu” yang disebabkan jamur Malassezia furfur yang angka kejadiannya

mencapai 50% di negara yang beriklim panas dan Athlete’s foot atau infeksi jamur pada kaki.

1. Jangan biarkan pakaian anda basah karena keringat.

2. Jangan bertukar handuk dengan orang lain.

3. Gunakan kaos kaki yang menyerap keringat dan ganti setiap hari

4. Gunting kuku tangan dan kaki.

5. Cuci tangan dan mandi dengan air bersih.

Baju

Kebiasaan mengganti baju setiap hari dan selalu menjaga baju kita agar tetap kering wajib hukumnya,

sebab baju yang berkerigat akan menciptakan kelembaban yang tinggi pada daerah badan dan punggung

dan bisa menjadi tempat yang cocok bagi jamur untuk tumbuh.

Kaos kaki

Kaos kaki yang baik adalah kaos kaki yang nyaman, terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat.

Hal ini berguna agar kaki anda tidak menjadi lembab, yang akan menjadi tempat yang nyaman untuk

tumbuhnya jamur. Sebuah survey mengatakan 25% penduduk dunia menderita Athlet’s foot atau infeksi

jamur pada kaki, atau satu dari setiap empat orang penduduk menderita infeksi jamur pada kakinya.

Handuk

Mungkin tak pernah terbesit dipikiran kita kalau bercak putih ”panu” itu akan ada pada kulit kita yang

sehat dan bersih. Namun kita harus tahu bahwa bercak keputihan ini bisa muncul jika kita bertukaran

handuk dengan mereka yang menderita infeksi jamur ini, sebab jamur pada prinsipnya infeksi jamur bisa

berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya melalui alat sanitasi yang digunakan bersama–sama,

terlebih lagi jika handuk itu lembab dan basah karena tidak pernah dijemur atau dicuci.

Gunting kuku

Tak banyak dari kita yang meyadari bahwa jamur dapat tumbuh didaerah kuku dan sekitarnya. Jika ada

kulit kita yang terinfeksi jamur, kadang secara tidak sengaja ingin rasanya jari ini untuk menggaruknya

sekedar untuk menghilangkan perasaan gatal tersebut, hal itu justru akan membuat jamur itu menempel

dibawah kuku kita dan mulai menginfeksi jaringan dibawah kuku kita, bahkan memindahkan infeksi

jamur itu ketempat atau kulit didaerah lain tubuh kita.

Air Bersih

Kebiasaan mencuci tangan dan mandi dengan air bersih juga merupakan langkah yang efektif untuk

mencegah infeksi jamur. Tentunya air bersih ini juga harus memperhatikan sumbernya. Perhatikan bahwa

air yang terkontaminasi jamur bisa menjadi sarana penularan yang sangat baik. Jadi mulai kebiasaan

hidup sehat dengan selalu menggunakan air bersih.

Lakukan kelima pencegahan diatas untuk menghindari infeksi jamur pada kulit. Namun jika infeksi jamur

tetap terjadi, pengobatan tentunya sangat diperlukan. Anti-jamur yang efektif hingga saat ini berasal dari

golongan Azole seperti: Klotrimazol. Obat anti-jamur dalam bentuk krim tentunya mampu melakukan

penetrasi ke dalam lapisan kulit lebih baik, namun sediaan bedak baik digunakan untuk pencegahan

timbulnya jamur pada kulit, dengan mengurangi kelembaban seperti pada daerah kaki dan lipatan paha.

Sampai saat ini Klotrimazole dipercaya oleh banyak orang mampu untuk menyingkirkan infeksi jamur.

Karena uji lab Klotrimazol ini menunjukan bahwa molekulnya mampu menembus hingga lapisan kulit

yang paling dalam, sehingga mampu mencabut jamur itu sampai keakarnya.

Penggunaan anti jamurAMFOTERISIN B Bersifat fungistatik /fungisidal, tergantung dosis & sensivitivitas jamur

Absorpsi melalui saluran cerna sedikit.

T ½ 24 - 48 jam.

Kadar mantap dicapai setelah beberapa bulan.

Dapat melewati plasenta,CSS & vitreus.

Ekskresi melalui ginjal lambat sekali.

Efek samping

Infus à kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, flebitis ,penurunan

fungsi ginjal > 80% pasien ,dll.

Derajat kerusakan ginjal tergantung dosis.

Efek toksik ginjal dapat ditekan dengan pemberian bersama flusitosin.

Indikasi

1.Terapi awal infeksi jamur yang mengancam kehidupan

2.Koksidiomikosis,Aspergilosis, kandidiosis dll.

3.Obat terpilih (Drug of choice) untuk Blastomikosis.

FLUSITOSIN

Spektrum sempit

Efektif untuk kriptokokosis, kandidiasis, Aspergilosis

Bila diberikan bersama Amfoterisin B bersifat supraaditif.

Efek samping

Toksisitas lebih kecil amfoterisin B Dapat menimbulkan anemia, leukopenia dan trombositopenia Tidak

bersifat nefrotoksik. Keamanan pada ibu hamil belum terbukti.

Imidazol & Triazol

Spektrum luas

Terdiri dari : ketokonazol, mikonazol, fluokonazol , Banyak digunakan sebagai anti jamur sistemik.

Vorikonazol à relatif baru, tosisitas lebih rendah.

ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT & MUKOKUTAN

1.Griseofulvin

in vitro efektif terhadap berbagai jenis jamur Absorpsi melalui sal cerna kurang baik

Efek samping : Leukopenia & granulsitopenia. Sediaan tablet 125 mg & 500mg

5. Mahasiswa mampu menjelaskan parasit infeksi oportunistik

Pneumocystis carinii (Pneumocystis jirovecii)• Menimbulkan penyakit parasitic pneumonia / Pneumonia sel plasma interstisial /

pneumocystosis / pneumocystis carinii pneumonia• Parasit oportunistik (laten – reaktivasi)• Sering pada manusia, burung, hewan pengerat dan peliharaan.• Habitat : rongga alveolus (aerobik)

Morfologi • Tropozoit : 1 sporozoit (intracystic body)• Kista : 4-8 sporozoit • Sukar dibedakan • Penularan • droplet infection (person to person), transplasental

• Gejala Klinis:demam, batuk non produktif, dispnu, ronki kering, pneumothorax spontan, sianosis gejala (lesi) ekstra pulmoner jarang

• Diagnosis:gejala klinis, Rotgen (ground glass appearance, honey comb, pneumotorax)ditemukan parasit dalam spesimen (induksi sputum), kurasan bronchus dgn pewarnaan GMS, giemsa, toluidin blue.

Cryptosporodium Spp Cryptosporidium parvum• Dahulunya dikenal sbg protozoa penyebab diare pd hewan → zoonosis • Skr ini kriptosporodiosis diketahui sbg penyebab diare berat pada imunokompromais • Parasit dapat ditemukan pada mamalia, burung, reptil

Gejala Klinis • Pada penderita imunokompeten asimtomatik , diare self-limited• Pada imunokompromais mengkibatkan diare berat (cholera – like diarrhea) dan menahun

→ kematian• Bisa menyerang biliary tract, respiratory tract dan konjungtiva Diagnosa • Menemukan ookista dalam tinja pd pemeriksaan lgsg dgn pulasan :

Lugol: sukar membedakan dgn sel ragi Ziehl – Neelsen: ookista merah, sel ragi biru

Cyclospora cayetenensis• Immunocompetent dan immunocompromised • Asimtomatik dan dgn gejala Gejala Klinis

lelah, anoreksi, mual, muntah, mialgia, BB↓, nyeri perut, flatulen, diare, (self-limiting dalam 3-4 hari diikuti relaps selama 4-7 mg)Pasien AIDS, gejala berlangsung >12 mg

• Komplikasi• Ookista berisi 2 sporokista @ 2 sporozoit • Terdapat pd intrasitoplasmik enterosit yeyunum

Diagnosis• Menemukan ookista dalam tinja (3-4 x spesimen)• Mikroskop fluoresent ultraviolet• Teknik konsentrasi formalin etil asetat • Pewarnaan safranin: reddish-orange• Pewarnaan tahan asam: ookista tdk berwarna (light pink) s/d deep purple• Tdk diwarnai: ookista colorless dan keriput

Blastocystis hominis• Dahulu diduga sebagai sel ragi (yeast) apatogen (komensal) yg ditemukan pd individu

sehat dan sakit • Menimbulkan penyakit blastokistosis

Penularan : Feco oralGejala Klinis : diare, nyeri perut, pruritus perianal, flatulence

Diagnosis:Menemukan parasit dalam tinja (vakuolar)

Pengobatan:dianjurkan bila gejala sal cerna (+)DOC: Metronidazol

Isospora belli & Isospora hominis• Imunokompeten: asimtomatik atau gejala berat • Imunokompromais: diare berat, infeksi ekstraintestinal • Penularan :

1. Konsumsi makanan atau air yg terkontaminasi dgn ookista atau sporokista matang.2. kontak seksual oral – anal

• Ookista mampu bertahan hidup berbulan2 di lingkungan yang sejuk dan lembab.

6. Mahasiswa mampu menjelaskan infeksi nosokomial, sumber, dan pencegahan

‘Infeksi nosokomial’ adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit! Di negara maju pun, infeksi yang didapat dalam rumah sakit terjadi denganangka yang cukup tinggi. Misalnya, di AS, ada 20.000 kematian setiap tahun akibat infeksi nosokomial.Di seluruh dunia, 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit mengalami infeksi yang baru selama dirawat– 1,4 juta infeksi setiap tahun. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakartapada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat.

Rantai penularanInfeksi nosokomial mulai dengan penyebab (di bagian tengah gambar berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ketempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi (terutama Odha yang mempunyai sistem kekebalan yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit ‘tambahan’. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.

Teknik isolasiSesuai dengan kebijakan ini yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib diisolasi. Kebijakan ini menentukan tujuh kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular, ganas, dll.). Kewaspadaan khusus (sarung tangan dsb.) dengan tingkat yang ditentukan oleh kategori hanya dipakai untuk pasien ini. Teknik isolasi mengurangi jumlah infeksi nosokomial, tetapi timbul beberapa tantangan:• Peningkatan dalam jenis dan jumlah infeksi menular, sehingga semakin banyak tes harus dilakukan, dan semakin banyak pasien harus diisolasi• Hasil tes sering diterima terlambat, sering setelah pasien pulang• Biaya sangat tinggi, bila semua orang dites untuk setiap infeksi• Stigma dan diskriminasi meningkat bila hanya pasien yang dianggap ‘berisiko tinggi’ dites untuk menenkankan biaya• Hasil tes dapat negatif palsu (hasil negatif walau terinfeksi), terutama dalam masa jendela, dengan akibat petugas layanan kesehatan kurang waspada• Sebaliknya hasil tes positif palsu (hasil positif walau tidak terinfeksi), dengan akibat kegelisahan untuk pasien dan petugas layanan kesehatan• Perhatian pada hak asasi mengharuskan pasien memberi informed consent (disertai oleh konseling untuk HIV) – apa yang dilakukan bila pasien tidak menyetujui tes?• Sangat sulit menjaga kerahasiaan

Dasar pemikiran kewaspadaan universalSejak AIDS diketahui, kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal (KU) dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap darah dan cairan tertentu lain dapat mengandung infeksi, tidak memandang status sumbernya. Lagi pula, semua alat medis harus dianggap sebagai sumber penularan, dan penularan dapat terjadi pada setiap layanan kesehatan, termasuk layanan kesehatan gigi dan persalinan, pada setiap tingkat (klinik dan puskesmas sampai dengan rumah sakit rujukan). Harus ditekankan bahwa kewaspadaan universal dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat parah dan sebetulnya lebih mudah menular, mis. virus hepatitis B dan C. Petugas layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam hubungan dengan SEMUA pasien. Kita biasanya menganggap cairan yang dapat menular HIV sebagai darah, cairan kelamin dan ASI saja. Namun ada cairan lain yang dapat mengandung kuman lain, dan dalam sarana kesehatan, lebih banyak cairan tubuh biasanya tersentuh. Contohnya, walaupun tinja tidak mengandung HIV, cairan berikut mengandung banyak kuman lain:• Nanah• Cairan ketuban• Cairan limfa• Ekskreta: air seni, tinja

Kegiatan yang paling berisikoJelas ada beberapa kegiatan yang umum dilakukan oleh petugas layanan kesehatan yang menimbulkanrisiko, termasuk:• Suntikan/ambil darah• Tindakan bedah• Tindakan kedokteran gigi• Persalinan• Bersihkan darah/cairan lainSebaliknya ada beberapa perilaku yang salah, yang menempatkan petugas layanan kesehatan atau pasiendalam keadaan berisiko, termasuk:• Tutup jarum suntik kembali• Salah letak jarum atau pisau/alat tajam• Sentuh pasien tanpa cuci tanganUnsur kewaspadaan universal yang berikut melindungi terhadap tindakan ini:• Cuci tangan• Pakai alat pelindung yang sesuai• Pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum suntik dan semprit)• Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi• Pengelolaan limbah

Alat pelindungUnsur kedua kewasapadaan universal adalah penggunaan alat pelindung yang sesuai tindakan. Alat yang dibutuhkan dapat hanya sarung tangan (mis. Untuk ambil darah) hingga semua alat ini yang dibutuhkan oleh seorang bidan waktu membantu kelahiran. Namun perawat yang hanya menyentuh pasien tidak membutuhkan sarung tangan – yang penting cuci tangan sebelum dan sesudahnya.• Sarung tangan• Celemek• Masker – pelindung muka• Kacamata• Pelindung kaki

Perawatan di rumah

Kewaspadaan universal tidak hanya dibutuhkan dalam sarana kesehatan resmi, tetapi juga terkait perawatan di rumah. Sekali lagi, tujuan utama adalah untuk melindungi Odha dan keluarga/tim perawatan dari berbagai infeksi, bukan hanya HIV – justru risiko penularan HIV pada keluarga di rumah sangat amat rendah. Jadi kita harus menganggap sebagian besar cairan tubuh sebagai sumber infeksi. Prosedur kewaspadaan universal untuk perawatan di rumah serupa dengan di rumah sakit, hanya mungkin lebih sederhana. Bila tidak ada sarung tangan, secara darurat kita dapat memakai kantong plastik yang utuh. Yang penting kita menutup semua luka pada kulit dengan plester luka. Mungkin yang paling penting adalah untuk menjaga kebersihan di rumah. Cucian biasanya tidak membutuhkan perhatian khusus asal tidak tercermar cairan; bila tercemar lebih baik dicuci dengan pemutih dulu (larutan klorin 0,5%) dengan memakai sarung tangan, kemudian dapat dicuci dengan sabun seperti biasa.