lbp.doc
DESCRIPTION
Low Back Pain jasdhjshfnjsdncsd csdjnjsdncsdjc cjdncjasdNC dcsdjkncjksd cjdc djkncjdkn dfndjkd snf sdfjd dsfjsdnfjksdfnsdjTRANSCRIPT
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Definisi
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah (NPB) adalah rasa nyeri yang
dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
maupun keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah
tungkai dan kaki. NPB yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.1
5.2 Anatomi dan Fisiologi Tulang Belakang
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar klinisi dapat menentukan elemen apa
yang terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah. Tulang vertebrae merupakan
struktur komplek yang secara garis besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas
korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum
longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel,
lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra antara satu dan lain
dihubungkan dengan sendi apofisial (faset).1,3
Stabilitas vertebra tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif).
Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas daerah pinggang
sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis,
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.3
Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nucleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka nyeri adalah:3
Lig. Longitudinale anterior
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum.
Fasia dan otot
5.3 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia.1,6
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.1
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.6
Pada stenosis spinalis (kanan bawah) terjadi perubahan degeneratif hidropik dari facet
dan penebalan ligamentum flavum yang dapat menyempitkan kanalis spinalis di bagian
tengah maupun lateral. Pada spondilolisis,di mana terjadi defek di pars articularis akibat
fraktur atau kongenital; dan spondilolistesis, di mana terjadi pergeseran posisi vertebra ke
anterior terhadap vertebra lain di bawahnya.6
5.4 Etiologi
Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat
dikelompokkan sebagai berikut ( Macnab,1977):1,3,6
1. Nyeri spondilogenik
a) Proses degeneratif
1. Degenerasi diskus
Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada regio lumbal. penyakit
degenerasi pada diskus ini dapat menyebabkan entrapment pada akhiran syaraf pada
keadaan – keadaan tertentu seperti herniasi diskus, kompresi pada tulang vertebra dan
sebagainya.
2. Osteoarthrosis dan Spondylosis
Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran klinis yang hampir
sama, meskipun spondilosis mengarah pada proses degenerasi dari diskus
intervertebralis sedangkan osteoarthrosis pada penyakit di apophyseal joint.
Spondilosis (spondiloartrosis deformans lumbal) merupakan penyakit
degenerasi dimana didapatkan rarefikasi korteks tulang, osteofit,
penyempitan/pelebaran, osteolisis, osteosklerosis, penyempitan jarak antar corpus
vertebra dan kadang fraktur kompresi. Penyebabnya multifaktorial dengan faktor
herediter memegang peranan penting. Pada umumnya terjadi pada orang dengan umur
50 tahun ke atas dengan keluhan pegal, ngilu, kaku, capek di seluruh daerah
pinggang. Keluhan bertambah berat pada gerakan pinggang terlebih setelah duduk
atau berbaring.
Spinal stenosis adalah perubahan sekunder pada canalis vertebra dimana
terjadi penyempitan ruang canalis vertebra yang bermanifestasi sebagai nyeri
radikuler pada waktu berjalan dengan sikap tegak sehingga penderita berusaha
meringankan sakitnya dengan membungkuk.
3. Ankylosing hyperostosis
Dikenal juga sebagai Forestier`s disease ( Forestier dan Lagier,1971).
Penyebab pastinya belum diketahui. Merupakan bentuk spondylosis yang berlebihan,
terjadi pada usia tua dan lebih sering pada penderita Diabetes Melitus.
b) Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis sering muncul pada awal tahapan proses pertumbuhan ( pada
laki – laki).
c) Infeksi
Proses infeksi ini termasuk infeksi pyogenik, osteomyelitis tuberkulosa pada
vertebra, typhoid , brucelosis, dan infeksi parasit. Sulitnya mengetahui onset dan kurangnya
informasi dari foto X-ray dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis 8 – 10 minggu.
Dengan progresivitas dari penyakit, nyeri pinggang belakang dapat dirasa semakin meningkat
intensitasnya, menetap dan terasa saat tidur.
d) Osteokhondritis
Osteokhondritis pada vertebra ( Scheuermann`s disease) sama seperti osteokhondritis
pada bagian selain vertebra. Ia mempengaruhi epiphyse pada bagian bawah dan bagian atas
dari vertebra lumbal.Gambaran radiologi menunjukan permukaan vertebra yang ireguler,
jarak antar diskus yang menyempit dan bentuk baji pada vertebra.
e) Proses metabolik
Penyakit metabolik pada tulang yang sering menimbulkan gejala nyeri pinggang
belakang adalah osteoporosis. Nyeri bersifat kronik,dapat bertambah buruk dengan adanya
crush fracture .Gambaran radiologi terlihat adanya typical porosity dengan pencilled outlines
pada vertebra.
f) Neoplasma
Sakit pinggang sebagai gejala dini tumor intraspinal berlaku untuk tumor ekstradural
di bagian lumbal. 70 % merupakan metastase dan 30 % adalah primer atau penjalaran
perkontinuitatum neoplasma non osteogenik. Jenis tumor ganas yang cenderung untuk
bermetastase ke tulang sesuai dengan urutan frekuensinya adalah adenocarsinoma mammae,
prostat, paru, ginjal dan tiroid. Keluhan mula-mula adalah pegal di pinggang yang lambat
laun secara berangsur-angsur menjadi nyeri pinggang yang lambat laun secara berangsur-
angsur menjadi nyeri pinggang yang tidak tertahankan oleh penderita. Kadang metastase
yang masih kecil mendasari fraktur tulang lumbal oleh trauma yang tidak berarti sehingga
pada kasus-kasus dimana didapatkan ketidaksesuaian antara intensitas trauma dan derajat
fraktur maka kecurigaan ke arah keganasan perlu dipikirkan.
g) Kelainan struktur
Kongenital
Kelainan kongenital yang menimbulkan keluhan low back pain adalah :
1. Spondilolistesis
Suatu keadaan dimana terdapat pergeseran ke depan dan suatu ruas vertebra.
Biasanya sering mengenai L5. Keadaan ini banyak terjadi pada masa intra uterin.
Keluhan baru timbul pada usia menjelang 35 tahun disebabkan oleh kelainan
sekunder yang terjadi pada masa itu, bersifat pegal difus. Tapi spondilolistesis juga
dapat terjadi oleh karena trauma.
2. Spondilolisis
Ialah suatu keadaan dimana bagian posterior ruas tulang belakang terputus
sehingga terdapat diskontinuitas antara prosesus artikularis superior dan inferior.
Kelainan ini terjadi oleh karena arcus neuralis putus tidak lama setelah neonatus
dilahirkan. Sering juga terapat bersama dengan spondilolistesis. Sama halnya dengan
spondilolistesis, keluhan juga baru timbul pada umur 35 tahun karena alasan yang
sama.
3. Spina bifida
Adalah defek pada arcus spinosus lumbal/sakral akibat gangguan proses
pembentukan sehingga tidak terdapat ligamen interspinosus yang menguatkan daerah
tersebut. Hal ini menyebabkan mudah timbulnya lumbosacral strain yang
bermanifestasis sebagai sakit pinggang.
Ketiga kelainan di atas didiagnosis dari pemeriksaan rontgenologis.
Akuisita
1. sakit pinggang akibat sikap tubuh yang salah
2. sakit pinggang akibat trauma
Terbedolnya insersi otot erector trunci
Pada keadaan ini penderita dapat menunjuk daerah yang nyeri tekan pada darah
tersebut. (udem setempat dan hematom)
Ruptur ligamen interspinosum
Secara mutlak atau parsial mengakibatkan nyeri tajam pada tempat ruptur
yang makin berat jika pasien membungkuk. Lokalisasi dan nyeri tekan (+).
Fraktur corpus vertebra lumbal
Pada saat fraktur, penderita merasakan nyeri setempat yang kemudian dapat
disertai radiasi ke tungkai (referred pain). Diagnosa dapat ditegakkan dari photo
rontgen dengan menentukan sifat dan derajatnya. Gejala-gejala NPB sesuai dengan
tempat yang patah.
Trauma kecil.
Terdiri dari sakroiliak strain dan lumbosakral strain. Hal ini disebabkan daerah
tersebut merupakan penunjang utama dari tubuh dan aktivitas fisiknya. Kelainan
terjadi karena daerah tersebut bekerja terus-menerus. Keluhan utama berupa sakit
pinggang yang bersifat pegal, ngilu, “panas” pada bagian bawah pinggang. Tidak
didapatkan nyeri tekan dan mobilitas tulang belakang masih baik.
2. Nyeri viserogenik
Nyeri ini dapat muncul akibat gangguan pada ginjal, bagian viscera dari pelvis dan
tumor – tumor peritoneum
3. Nyeri vaskulogenik
Aneurisma dan penyakit pembuluh darah perifer dapat memunculkan gejala nyeri.
Nyeri pada aneurisma abdominal tidak ada hubungannya dengan aktivitas dan nyerinya
dijalarkan ke kaki. Sedang pada penyakit pembuluh darah perifer, penderita sering mengeluh
nyeri dan lemah pada kaki yang juga diinisiasi dengan berjalan pada jarak dekat.
4. Nyeri neurogenik
Misal pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor – tumor pada spinal
duramater dapat menyebabkan nyeri belakang.
5. Nyeri psikogenik
Pada ansietas, neurosis, peningkatan emosi , nyeri ini dapat muncul. Rasa nyeri yang
tidak wajar dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom dengan reaksi wajah yang
sering berlebihan.
Nyeri punggung bawah dapat dibedakan berdasarkan penyebab mekanik, non-
mekanik, maupun sebab visceral seperti di bagan berikut. Pada nyeri punggung bawah perlu
diwaspadai adanya Red Flag, yaitu tanda dan gejala yang menandai adanya kelainan serius
yang mendasari nyeri. Red flags dapat diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Kelainan Red FlagsKanker atau infeksi
Usia <20 tahun atau > 50 tahun Riwayat kanker Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas Terapi imunosupresan Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam, menggigil Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
Fraktur vertebra Riwayat trauma bermakna Penggunaan steroid jangka panjang Usia > 70 tahun
Sindroma kauda ekuina atau defisit neurologik berat
Retensi urin akut atau inkontinensia overflow Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani Saddle anesthesia Paraparesis progresif atau paraplegia
5.5 Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya NPB adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk, masalah
psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o),
obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang
statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan
kehamilan.1,2
5.6 Diagnosis
Diagnosis klinis LBP/NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neurologis serta pemeriksaan penunjang.4,5
Anamnesis
Dalam anamnesis perlu diketahui:4,5
Awitan
Penyebab mekanis NPB menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi
mekanis yang merugikan. Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi
permukaan sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Lama dan frekuensi serangan
NBP akibat sebab mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Herniasi diskus bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi
diskus dapat menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4
minggu.
Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan NPB akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunya pola penyebaran
yang tetap.
Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Pada
penderita HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsava akan memperberat nyeri. Pada penderita tumor, nyeri lebih berat atau
menetap jika berbaring.
Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya
dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara NPB dengan nyeri tungkai, mana
yang lebih dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya
merupakan nyeri radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari pada NPB
dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan mungkin memerlukan
suatu tindakan operasi. Bila nyeri NPB lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya
tidak menunjukkan adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak
memerlukan tindakan operatif. Gejala NPB yang sudah lama dan intermiten, diselingi
oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas dari suatu NPB yang terjadinya
secara mekanis.
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun sebagian besar
episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif sepele, seperti
membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya
nyeri NPB, yaitu duduk dan mengendarai mobil dan nyeri biasanya berkurang bila
tiduran atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa menyebabkan meningginya tekanan
intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, juga batuk, bersin dan mengejan
sewaktu defekasi.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri pada malam
hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi
terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik 4,5
Inspeksi :
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri
dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis.
Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot
paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan artritis lumbal, karena
gerakan ini akan menyebabkan penyempitan foramen sehingga menyebabkan suatu
kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada tungkai
bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi diatas suatu
diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal tersebut dengan jalan
meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer
effect).
Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk ke
depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral yang
meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya HNP pada sisi
yang sama.
Nyeri NPB pada ekstensi ke belakang pada seorang dewasa muda menunjukkan
kemungkinan adanya suatu spondilolisis atau spondilolistesis, namun ini tidak
patognomonik.
Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan suatu
keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay). Kadang-kadang bisa ditentukan
letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis atau
dengan jalan menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons
pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off) pada
palpasi di tempat/level yang terkena. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis NPB dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali pada
sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan. Refleks patella terutama
menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit
predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia yang
menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari pemeriksaan refleks
ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam
membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan
sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
Tanda-tanda perangsangan meningeal :
Tanda Laseque: menunjukkan adanya ketegangan pada saraf spinal khususnya L5
atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu
di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut dan
gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif)
dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan
mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-
modifikasi tanda laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri
radikuler. Cara laseque yang menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan
tanda kemungkinan herniasi diskus.
Pada tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan nyeri makin
besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan tanda
laseque kontralateral. Tanda Laseque adalah tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu
HNP, yang terlihat pada 96,8% dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP
dan pada hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien. Harus
diketahui bahwa tanda Laseque berhubungan dengan usia dan tidak begitu sering dijumpai
pada penderita yang tua dibandingkan dengan yang muda (<30 tahun).
Tanda Laseque kontralateral (contralateral Laseque sign) dilakukan dengan cara yang
sama, namun bila tungkai yang tidak nyeri diangkat akan menimbulkan suatu respons yang
positif pada tungkai kontralateral yang sakit dan menunjukkan adanya suatu HNP.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti
tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila timbul
nyeri
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah (LED),
kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai
penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor
spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat bersamaan dengan suatu
posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis telah jelas
dan kemungkinan karena kelainan tulang.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan berbagai
prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap memerlukan suatu EMG
untuk menentukan diskus mana yang paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Mielografi atau CT mielografi dan/atau MRI adalah alat diagnostik yang sangat berharga
pada diagnosis NPB dan diperlukan oleh ahli bedah saraf/ortopedi untuk menentukan
lokalisasi lesi pre-operatif dan menentukan adakah adanya sekwester diskus yang lepas dan
mengeksklusi adanya suatu tumor.
5.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari NPB yang sering terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :1,4,5
Penyakit atau
kondisi
Pasien usia
(tahun)Lokasi nyeri
Kualitas nyeri
Memperparah atau
mengurangi faktor-faktor Tanda-tanda
Back strain 20 - 40 punggung bawah, bokong, paha atas
tegang Peningkatan dengan aktivitas atau tekukan
kaku, gerak tulang belakang terbatas
Acute disc herniation
30 – 50 Punggung bawah ke kaki bagian bawah
tajam, menembak atau nyeri terbakar, paresthesia di kaki
Menurun dengan berdiri; meningkat dengan membungkuk atau duduk
Straight leg raise tes positif, kelemahan, refleks asimetris
Osteoarthritis atau stenosis spinal
> 50 Low back ke kaki lebih rendah; sering bilateral
sensation nyeri, linu, "pin dan jarum" sensasi
Meningkat dengan berjalan, terutama jalan miring, turun dengan duduk
penurunan ringan dalam ekstensi tulang belakang; mungkin telah atau asimetris kelemahan refleks
Spondylolisthesis
Semua usia posterior paha
Sakit Peningkatan dengan aktivitas atau tekukan
Berlebihan dari kurva lumbal, diraba "langkah off" (cacat antara proses spinosus), paha belakang yang ketat
Ankylosing spondylitis
15 – 40 Sacroiliac joints, lumbar spine Sacroiliac sendi, tulang belakang lumbal
Ache Sakit Morning stiffness Pagi kekakuan
Decreased back motion, tenderness over sacroiliac joints Penurunan gerakan kembali, nyeri tekan di atas sendi-sendi sacroiliac
Infeksi Semua usia Lumbar spine, sacrum
Sharp pain, ache
Bervariasi Demam, nyeri perkusif; mungkin memiliki kelainan neurologis atau gerak menurun
Keganasan > 50 Terkena tulang (s)
Dull ache, throbbing pain; slowly
Peningkatan dengan penyerahan diri atau batuk
Mungkin memiliki ketegangan lokal, tanda-tanda neurologik
progressive atau demam
5.8 Penatalaksanaan4,5
Penatalaksanaan NPB diberikan untuk meredakan gejala akut dan mengatasi etiologi.
Terapi dibagi berdasarkan terapi konservatif dan bedah.
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90%
pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan
pembedahan.
Terapi konservatif untuk LBP/NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka panjang
dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
5. Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
3. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah
baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk
nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai penyangga korset
dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan
bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan
jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga
aliran darah semakin meningkat.
a. Latihan kelenturan
Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral tidak
sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan “kencang”. Latihan
untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk seperti bayi dari posisi
terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan. Untuk menghasilkan posisi knee-
chest, panggul diangkat dari lantai sehingga punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap
punggung bawah bersamaan dengan fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan
gerakan ini sendi akan mencapai rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3
kali gerakan, 2 kali sehari.
b. Latihan penguatan
Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari
posisi berbaring.
Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan
punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada lantai
dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang bertumpu
pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena otot
hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral termasuk
pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan dilakukan dari
posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk berusaha
menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut, meluruskan
kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan tahan selama 1-5
detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10 kali.
Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh
yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus.
Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat
tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi
duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi
berdiri.
Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi
panggul.
Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.
Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.
Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc
duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur
maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%
dibandingkan saat LBP/NPB akut.
4. Terapi operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga
nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif pada LBP terutama akibat HNP
harus berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
Defisit neurologik memburuk.
Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
Paresis otot tungkai bawah.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk mengurangi tekanan
terhadap nervus. Laminectomy dapat dilakukan sebagai dekompresi.
3.9 Hernia Nukleus Pulposus (HNP)1,6
HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh nukleus pulposus
mengalami penonjolan ke dalam kanalis spinalis. Nukleus pulposus adalah gel viskus yang
terdiri dari proteoglikan yang mengandung kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus memiliki
fungsi menahan beban sekaligus sebagai bantalan. Dengan bertambahnya usia kemampuan
nukleus pulposus menahan air sangat berkurang sehingga diskus mengerut, terjadi penurunan
vaskularisasi sehingga diskus menjadi kurang elastis. Pada diskus yang sehat, nukleus
pulposus akan mendistribusikan beban secara merata ke segala arah, namun nukleus pulposus
yang mengerut akan mendistribusikan beban secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera
atau robekan pada anulus.
Manifestasi klinik HNP adalah sebagai berikut:
Ischialgia. Nyeri bersifat tajam, seperti terbakar, dan berdenyut sampai ke bawah
lutut.
Ischialgia merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus
sampai ke tungkai.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella
(KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan
tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat, membungkuk akibat
bertambahnya tekanan intratekal.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi
yang sehat.
Menurut Deyo dan Rainville, untuk pasien dengan keluhan NPB dan nyeri yang dijalarkan ke
tungkai, pemeriksaan awal cukup meliputi:
1. Tes laseque
2. Tes kekuatan dorsofleksi pergelangan kaki dan ibu jari kaki. Kelemahan
menunjukkan gangguan akar saraf L4-5
3. Tes refleks tendon achilles untuk menilai radiks saraf S1
4. Tes sensorik kaki sisi medial (L4), dorsal (L5) dan lateral (S1)
5. Tes laseque silang merupakan tanda yang spesifik untuk HNP. Bila tes ini positif,
berarti ada HNP, namun bila negatif tidak berarti tidak ada HNP.
Pemeriksaan yang singkat ini cukup untuk menjaring HNP L4-S1 yang mencakup 90%
kejadian HNP. Namun pemeriksaan ini tidak cukup untuk menjaring HNP yang jarang di L2-
3 dan L3-4 yang secara klinis sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan fisik saja.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
LBP sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sebagian besar dari kita
pernah menderita LBP pada suatu waktu dalam masa hidup kita. Penyebab LBP beraneka
ragam dan dibagi dalam kausa neurologis dan non-neurologis. Kausa neurologis dibagi lagi
dalam non-diskogenik dan diskogenik. Sebagian besar kausa neurologis disebabkan oleh
sindroma radikuler spinal khususnya lumbal.
Secara ideal, maka patofisologi serta diagnosis spesifik dari kausa LBP harus di
mengerti dengan baik, sehingga dapat dianalisa lebih lanjut dan diberikan terapi yang
adekuat. Dan hendaknya dalam menangani nyeri pinggang bawah kita harus mencermati
anamnesis mula terjadinya, perjalanan penyakit serta analisis rasa nyeri dilaksanakan dengan
teliti agar pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis (rontgen, CT Scan, MRI),
EMG dan laboratorium lebih terarah dan berindikasi tepat mengingat biaya dan waktu untuk
penderita.
Pengobatan pada LBP berputar pada masalah pemilihan cara pengobatan yang
merubah perjalanan penyakit, karena bila tidak demikian, maka terapi hanya dianggap
sementara dan juga pemilihan antara terapi konservatif atau operatif memerlukan suatu
pertimbangan yang matang dan tepat dari hasil yang menyeluruh baik anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
6.2 SARAN
Dokter dengan sarana diagnostik dan terapeutik yang terbatas harus dapat mengenali
kasus-kasus yang membutuhkan penanganan lanjutan spesialis. Penting bagi dokter untuk
dapat mengenali serta mengetahui penatalaksanaan nyeri punggung bawah secara
komprehensif untuk mengatasi masalah akut maupun mencegahnya rekurensi dan
berkembangnya penyakit menjadi nyeri punggung kronik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw Hill co.
New York. 2005: 194-212.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;
354:581-5.
3. Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta, 2003.
4. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain.
Availablefrom:URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis%20Management
%20of%20Acute%20Low%20Back%20Pain.htm.
5. Suryamiharja A, Meliala L. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Edisi
Kedua. Medikagama Press. Yogyakarta, 2000.
6. Wheeler AH, Stubbart J. Pathophysology of chronic back pain. Up date April 13,
2006. www.emedicine.com/neuro/topic516.htm