laut territorial

17
Prepared by Erlies Septiana Nurbani, SH LL.M KEDAULATAN NEGARA ATAS LAUT TERRITORIAL MENURUT UNCLOS 1982

Upload: mohammadtaufan

Post on 11-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAUT TERRITORIAL

Prepared by Erlies Septiana Nurbani, SH LL.MKEDAULATAN NEGARA ATAS LAUT TERRITORIAL MENURUT UNCLOS 1982Kedaulatan Negara Atas Laut TerritorialMenurut Sohn, laut territorial (territorial sea, maritime belt, marginal sea) adalah sebuah kawasan kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara pantai, yang mana dalam kawasan kelautan tersebut berlaku jurisdiksi negara pantai. Pasal 2 ayat (1) UNCLOS 1982 : Kedaulatan suatu negara pantai, selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan, dalam hal suatu Negara Kepulauan yaitu perairan kepulauannya, meliputi pula jalur laut yang berbatasan dengannya dinamakan laut territorial.Kedaulatan Negara Atas Laut TerritorialPasal 2 ayat (2) UNCLOS 1982 : Kedaulatan ini meliputi ruang udara diatas laut teritorial serta dasar laut dan tanah dibawahnya.Pasal 3 UNCLOS 1982 : Setiap negara berhak menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu negara yang tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan Konvensi ini.

Cara Mengukur Lebar Laut Territorial Menurut UNCLOS 1982Penentuan lebar laut territorial dan wilayah laut lainnya telah diatur dalam UNCLOS 1982 tentang Garis-Garis Pangkal Kelautan.UNCLOS 1982 membagi 3 macam cara untuk mengukur lebar laut territorial negara pantai/negara kepulauan, yaitu : a. Garis Pangkal Biasa (Normal Baselines)b. Garis Pangkal Lurus (Straight Baselines)c. Garis Pangkal Kepulauan (Archipelagic Baselines).Garis Pangkal BiasaGaris pangkal biasa merupakan prosedur klasik yang dipergunakan sejak dulu sesuai dengan konsep wilayah maritim.Pasal 5 Konvensi yang berbunyigaris pangkal biasa (normal baseline) untuk mengukur lebar laut territorial adalah garis air rendah sepanjang pantai sebagaimana terlihat pada peta skala besar yang resmi diakui oleh Negara pantai tersebut Pasal 6 Dalam hal pulau yang terletak pada atol atau pulau yang mempunyai karang-karang disekitarnya, maka garis pangkal untuk mengukur lebar laut teritorial adalah garis air rendah pada sisi karang ke arah laut. Garis Pangkal LurusBermula dalam Anglo Norwegian Fisheries Case 1951. Inggris menolak penetapan batas perikanan eksklusif yg ditetapkan dalam Firman Raja 1935. Inggris menggugat cara penarikan garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari pantai Norwegia dan melalui pulau-pulau di muka pantai (skajaergaard). Mahkmah Internasional dalam putusannya pada tanggal 28 Desember 1951, membenarkan penarikan garis pangkal yang dilakukan oleh Norwegia.

Pasal 7 Konvensi Hukum Laut 1982 menyatakan bahwa penarikan garis pangkal lurus harus pada lokasi pantai yang menjorok jauh ke dalam atau terdapat suatu deretan pulau panjang di dekatnya (a fringe of islands along the coast in its immediate vicinity) yang menghubungkan titik-titik yang tepat, sehingga terbentang garis lurus.Garis Pangkal LurusGaris pangkal lurus dapat dilakukan apabila : Bentuk dari pantai itu membengkok/membelok secara tajam baik ke dalam maupun ke luarDi depan pantai terdapat gugusan pulau dan gugusan karangTitik pangkal (basepoint) harus dipilih sepanjang garis pantai air surut. Garis pangkal lurus tidak boleh ditarik menyimpang terlalu jauh dari arah umum pantai dan bagian-bagian yang terletak di dalam garis pangkal itu harus cukup dekat ikatannya dengan daratan untuk dapat tunduk pada rezim perairan pedalaman.

Garis pangkal lurus tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut, kecuali jika diatasnya didirikan mercusuar atau instalasi serupa. Sistem penarikan garis pangkal lurus tidak boleh diterapkan oleh suatu negara dengan cara yang sedemikian rupa sehingga memotong lau territorial negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif. Garis Pangkal KepulauanPasal 47 ayat (1) UNCLOS 1982Negara kepulauan dapat menarik garis pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau terluar termasuk pulau-pulau utama dengan perbandingan Negara kepulauan tersebut adalah antara laut dan daratan dengan satu berbanding satu dan sembilan berbanding satu (1:1 dan 9:1). Panjang garis pangkal kepulauan tidak boleh melebihi 100 mil laut, kecuali jika 3% dari jumlah total garis pangkal yang meliputi setiap kepulauan yang mungkin melebihi dari kepanjangan maksimal 125 mil laut. Garis pangkal kepulauan tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut, kecuali jika diatasnya didirikan mercusuar atau instalasi serupa (Pasal 47 ayat (4))Sistem penarikan garis pangkal kepulauan tidak boleh diterapkan oleh suatu negara dengan cara yang sedemikian rupa sehingga memotong lau territorial negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi eksklusif. (Pasal 47 ayat (5))

Setiap negara pantai wajib membuat peta laut wilayahnya dengan menggunakan titik-titik koordinat geografis. Kemudian peta tersebut diserahkan kepada Sekjen PBB.Pengaruh pada Praktek dan UU RIUndang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia PP No. 36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing dalam Melaksanakan Lintas Damai melalui Perairan IndonesiaPP No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Alur Laut Kepulauan melalui Alur Laut Kepulauan yang Ditetapkan

14PP No. 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Tititk-Tiitik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia. PP No 38 Tahun 2002 diganti karena masih mencantumkan Pulau Sipadan dan Ligitan sebagai Titik Dasar (base points) implikasi kemenangan Malaysia dalam kasus Sipadan-Ligitan di forum Mahkamah Internasional (International Court of Justice) pada tanggal 17 Desember 2002. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Tentang Daftar Koordinat Geografis Tititk-Tiitik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia .

UU No 2 Tahun 1971 Tentang Perjanjian RI Malaysia Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah ke-2 negara di Selat Malaka.UU No 7 Tahun 1973 Tentang Perjanjian RI Singapore Tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah Ke-2 Negara di Selat SingaporeUndang-Undang No 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran, telah diubah menjadi Undang-Undang No 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.

Hak Lintas Damai Pada Laut TerritorialPasal 19 ayat (1) UNCLOS 1982 : Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi, perdamaian, ketertiban atau keamanan negara pantai. Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan Konvensi ini dan peraturan hukum internasional lainnya. Pasal 20 : Di laut wilayah, kapal selam dan kendaraan bawah air lainnya diharuskan melakukan navigasi diatas permukaan air dan mengibarkan benderanya.