latar belakang lahirnya ips di indonesia

7
LATAR BELAKANG LAHIRNYA IPS DI INDONESIA A. Latar Belakang Lahirnya IPS Ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan sebagai nama sebuah lembaga yang diberi nama committee of social studies. Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat yang sama. Nama lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum yang mereka hasilkan, yakni kurikulum social studies. Nama social studies makin terkenal ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Kurikulum tersebut ahirnya dikembangkan dengan nama kurikulum social studies. Di Indonesia social studies dikenal dengan nama studi sosial. Dalam Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian ditetapkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi pada jurusan atau progrsam studi tertentu. Agar uraian mengenai latar belakang lahirnya IPS lebih jelas, dalam paket ini dikemukakan pengalaman beberapa negara yang memasukan IPS ke dalam kurikulum pendidikan yang diajarkan kepada siswa-siswi. Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari dua aspek, yakni latar belakang sosiologis dan pedagogis dengan mempertimbangkan aspek kemasyarakatan dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam IPS. Latar Belakang Sosiologis Tinjauan terhadap latar belakang sosiologis difokuskan pada tempat lahirnya IPS yang pada awalnya bernama social studies. IPS dengan nama social studies pertama kali digunakan dalam kurikulum sekolah Rugby di Inggris pada tahun 1827. Dr. Thomas Arnold, direktur sekolah tersebut adalah orang pertama yang berjasa memasukkan IPS (social studies) ke dalam kurikulum sekolah. Latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah berangkat dari kondisi masyarakat Inggris pada waktu itu yang tengah mengalami kekacauan akibat revolusi industri yang melanda negara itu. Masyarakat dan peradaban Inggris terancam dekadensi, karena mekanisasi industri telah menimbulkan kesulitan besar bagi masyarakat Inggris, terutama kaum buruh. Kaum kapitalis dan pemerintah yang kurang memperhatikan nasib kaum buruh yang mengakibatkan terjadinya pemerasan dan penindasan. Selain itu, di Inggris juga terjadi persaingan di kalangan buruh sendiri, yang menyebabkan hidup kaum tidak punya (the haves not) menjadi sangat

Upload: endro-pb

Post on 08-Feb-2016

502 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

hgfd

TRANSCRIPT

Page 1: Latar Belakang Lahirnya Ips Di Indonesia

LATAR BELAKANG LAHIRNYA IPS DI INDONESIAA. Latar Belakang Lahirnya IPSIde IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah social studies. Istilah tersebut pertama kali digunakan sebagai nama sebuah lembaga yang diberi nama committee of social studies.Lembaga ini merupakan himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum ilmu-ilmu sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli ilmu sosial yang mempunyai minat yang sama. Nama lembaga ini kemudian dipergunakan untuk nama kurikulum yang mereka hasilkan, yakni kurikulum social studies. Nama social studies makin terkenal ketika pemerintah mulai memberikan dana untuk mengembangkankurikulum tersebut. Kurikulum tersebut ahirnya dikembangkan dengan nama kurikulum social studies. Di Indonesia social studies dikenal dengan nama studi sosial. Dalam Kurikulum 1975, pendidikan ilmu sosial kemudian ditetapkan dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan sebuah mata pelajaran yang dipelajari dari tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi pada jurusan atau progrsam studi tertentu.Agar uraian mengenai latar belakang lahirnya IPS lebih jelas, dalam paket ini dikemukakan pengalaman beberapa negara yang memasukan IPS ke dalam kurikulum pendidikan yang diajarkan kepada siswa-siswi.Pembahasan mengenai latar belakang lahirnya IPS akan dilihat dari duaaspek, yakni latar belakang sosiologis dan pedagogis denganmempertimbangkan aspek kemasyarakatan dan ilmu-ilmu sosial yang dikaji dalam IPS.

Latar Belakang Sosiologis

Tinjauan terhadap latar belakang sosiologis difokuskan pada tempat lahirnya IPS yang pada awalnya bernama social studies. IPS dengan nama social studies pertama kali digunakan dalam kurikulum sekolah Rugby di Inggris pada tahun 1827. Dr. Thomas Arnold, direktur sekolah tersebut adalah orang pertama yang berjasa memasukkan IPS (social studies) ke dalam kurikulum sekolah.Latar belakang dimasukkannya IPS ke dalam kurikulum sekolah berangkat dari kondisi masyarakat Inggris pada waktu itu yang tengah mengalami kekacauan akibat revolusi industri yang melanda negara itu. Masyarakat dan peradaban Inggris terancam dekadensi, karena mekanisasi industri telah menimbulkan kesulitan besar bagi masyarakat Inggris, terutama kaum buruh.Kaum kapitalis dan pemerintah yang kurang memperhatikan nasib kaumburuh yang mengakibatkan terjadinya pemerasan dan penindasan. Selain itu, di Inggris juga terjadi persaingan di kalangan buruh sendiri, yang menyebabkan hidup kaum tidak punya (the haves not) menjadi sangat menderita. Kehidupan antar kaum buruh dan antara buruh dengan majikan digambarkan oleh filosuf Inggris Thomas Hobbes sebagai homo homoni lopus bellum omnium contra omnes ( manusia adalah srigala bagi yang lain, mereka saling berperang).Singkatnya, manusia menjadi kehilangan kemanusiaannya (dehumanisasi).Sebagai respon terhadap keadaan yang demikian ironis, Arnold memasukkan IPS ke dalam kurikulum sekolahnya. Upayanya kemudian ditiru oleh banyak sekolah lainnya, dan sekaligus menjadi awal berkembangnya IPS sebagai matapelajaran di sekolah.Latar belakang munculnya IPS di Amerika Serikat berbeda dari Inggris. Setelah Perang Budak atau Perang Saudara antara penduduk Utara-Selatan (1861- 1865), di Amerika terjadi kekacauan sosial. Masyarakat Amerika Serikat yang sangat beragam belum merasa menjadi satu bangsa. Segregasi sosial masih kental dan lekat dengan kehidupan

Page 2: Latar Belakang Lahirnya Ips Di Indonesia

masyarakat Amerika pada saat itu.Sebagai respon atas keadaan masyarakat tersebut, para ahli kemasyarakatan Amerika Serikat mencari upaya untuk membantu proses pembentukan bangsa Amerika Serikat, antara lain dengan mengembangkan IPS sebagai jawaban atas situasi sosial. IPS dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, yang dipeopori oleh sekolahsekolah di negara bagian Wisconsin sejak 1892. Setelahdipelajari secara terus menerus sampai awal dasa warsa abadke-20, pada tahun 1916 panitia nasional untuk pendidikanmenengah Amerika Serikat menyetujui pengembangan danpemasukan IPS ke dalam kurikulum sekolah.Paparan tersebut menggambarkan bahwa situasi masyarakat di Inggris pada tahun 1827, yaitu awal industri modern, mirip dengan keadaan masyarakat Indonesia dewasa ini. Industri sedang berkembang dan tanda-tanda dehumanisasi nampak pula di Indonesia. Di antara indikator yang menunjukkan kemiripan tersebut adalah terjadinya berbagai tindak kejahatan, seperti perampokan yang disertai pembunuhan, kurang terjaminnya kaum buruh, individualisme yang mulai menggerayangi masyarakat perkotaan, tindakan mengobyekkan para penganggur dan pencari pekerjaan melaluihuman trafficing, terdesaknya alat-alat produksi tradisional oleh alat produksi buatan negara asing, dan penumpukan kekayaan pada golongan minoritas.Keadaan masyarakat yang demikian mengingatkan pada betapa pentingnya pembentukan jiwa sosial yang humanis sedini mungkin melalui pembelajaran IPS di sekolah-sekolah.Latar belakang PedagogisDi samping sebagai reaksi atas keadaan masyarakat, seperti di Inggris,Amerika, dan Indonesia, lahirnya IPS juga dilatarbelakangi oleh keinginanuntuk menyiapkan peserta didik agar menjadi warga masyarakat yangbertanggungjawab, yakni dapat mewujudkan kewajiban dan hak-haknya dalam kehidupan sehari-hari.Dengan mempelajari IPS, peserta didik diharapkan akan menjadi wargamasyarakat yang tidak individualistik, yang hanya mementingkan kebutuhan sendiri, dan mengesampingkan kebutuhan orang lain atau warga masyarakat lainnya. Sebaliknya, mereka diharapkan menjadi warga masyarakat yang memiliki watak sosial yang selalu sadar bahwa hidupnya hanya dapat berlangsung bersama dan bekerja sama dengan orang lain, dan orang lainhanya mau hidup bersama dan bekerja sama bila mendapat perlakuan yang baik dari mereka.Dalam kaitan ini, ilmu-ilmu sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut, karena sifat ilmiah yang dimiliki oleh ilmu-ilmu sosial tersebut. Peserta didik yang menjadi warga masyarakat, sementara mereka baru lulus dari jenjang pendidikan dasar dan menengah, memerlukan pengetahuan interdisipliner yang pragmatis dan praktis bagi kehidupan sosialnya. Dalam teori pendidikan digambarkan bahwa peserta didik dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh menyeluruh. Dalam kehidupan, mereka tidak memisahkan suatu aspek kehidupan dari aspek kehidupan yang lain. Aspek geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik dan sosial lainnya tidak terpisahkan dalam kehidupan sosial seseorang, bahkan saling terkait dan berhubungan. Oleh karena itu, dalam menggambarkan keadaan manyarakat sebaiknya para guru menggambarkan keadaanmasyarakat sebagai suatu kesatuan dan keutuhan.Disiplin ilmu-ilmu sosial dipandang tidak mendukung prinsip pedagogis di atas, karena berbagai disiplin itu membawa masyarakat dalam keadaan terpisahpisah.Pengajaran IPS juga lebih dekat dengan keadaan sekarang yang ada

Page 3: Latar Belakang Lahirnya Ips Di Indonesia

dalam lingkungan hidupnya. Dengan demikian tidaklah terlalu sukar bagipeserta didik untuk mengamati, menggambarkan dan memikirkannya, karena masih berada dalam jangkauan mereka, baik dari segi waktu maupun tempatnya.Bahan dan materi IPS merupakan kenyataan hidup yang dialami oleh peserta didik saat ini (kontekstual). Peserta didik diharapkan tertarik dan berminat mempelajari IPS, karena mereka belajar dengan memperoleh pengalaman dari kehidupan mereka sendiri, dan pengalaman atas kehidupan nyata merupakan proses belajar yang paling baik. Dengan demikian, hasil belajar yang paling baikpun dapat diharapkan pula.Pendapat lain menyatakan bahwa dengan IPS, pengajaran tentang kehidupan sosial dapat berlansung secara lebih efisien, karena seluruh aspek kehidupan disajikan sekaligus. Dalam satu kali jangkau, seluruh segi kehidupan dapat dipelajari oleh peserta didik. Kebenaran yang diperoleh peserta didik akan lebih besar pula, karena mereka tidak melihat masyarakat bagian per-bagian, tetapi menyeluruh.Itulah latar belakang pedagogis dikembangnya IPS. Mengingat berbagaikemiripan dan kegunaanya bagi pembinaan masyarakat Indonesia, makapengembangan IPS di dunia pendidikan di Indonesia merupakan kebutuhan pedagogis sebagaimana halnya pengalaman di Inggris dan Amerika Serikat sebagai wahana pembinaan sikap sosial bagi peserta didik.B. Tiga Tradisi Pembelajaran IPSPembelajaran IPS memiliki tiga tradisi yang berbeda satu dengan yang lain. Ketiga tradisi tersebut adalah:• Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan,• Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial, dan• Pembelajaran IPS sebagai inkuiri yang reflektif.Gambaran tentang ketiga tradisi pembelajaran IPS tersebut akan dipaparkan dalam bahasan berikut.Pembelajaran IPS sebagai Transmisi KewarganegaraanPembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan strategipengajaran IPS yang berhubungan dengan penanaman tingkah laku,pengetahuan, pandangan, dan nilai yang harus dimiliki oleh peserta didik.Tingkah laku, pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan diajarkan harus sesuai dengan kekayaan nilai-nilai budaya yang berkembang di lingkungan peserta didik dan guru yang mengajarkan IPS. Hal ini dimaksudkan agar nilainilai budaya yang ada dalam masyarakat dapat ditransmisikan dari generasi ke generasi.Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan merupakan prosespewarisan budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Pewarisan budaya ini merupakan budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati oleh masyarakat.Pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaraan di Amerika Serikatbertujuan membina warga negara agar dapat memenuhi kewajiban dantanggung jawab yang baik, taat kepada hukum, membayar pajak, memenuhi kewajiban belajar, dan memiliki dorongan diri yang kuat untukmempertahankan negara (Sumaatmadja,1980). Pembelajaran IPS sebagai transmisi kewarganegaraan juga merupakan suatu proses pewarisan budaya dalam suatu masyarakat tertentu. Pewarisan budaya ini tentu merupakan budaya yang memilki nilai-nilai yang baik dan disepakati oleh masyarakat, sehingga dapat membentuk warga negara yang dapat memenuhi kewajiban, taat pada hukum, dan bertanggung jawab dalam pembelaan negara.Tradisi pembelajaran IPS model transmisi kewarganegaaraan ini, olehsebagian ahli dipandang sebagai bentuk proses pendidikan yang statis,bahkan konservatif. Hal ini dikarenakan di tengah kehidupan masyarakat

Page 4: Latar Belakang Lahirnya Ips Di Indonesia

yang dinamis di tengah perkembangan dunia yang terus mengalamiperubahan, setiap anak manusia dituntut untuk memiliki kemampuan,pemikiran, dan keterampilan yang lebih luas dan kompleks. Jika dikaitkandengan kehidupan masyarakat Indonesia yang sedang berkembang, maka pembelajaran model transmisi kewarganegaraan ini kurang relevan. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPS yang relevan untuk masyarakat Indonesia saat ini perlu terus dikembangkan.

Pembelajaran IPS sebagai Ilmu Sosial

Pembelajaran IPS sebagai ilmu sosial didasarkan pada asumsi bahwapeserta didik dapat berpikir secara kritis, mampu mengobservasi danmeneliti seperti apa yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial.

Tujuan pengajaran IPS sebagai ilmu sosial adalah menciptakan warga negara yang mampu belajar dan berpikir secara baik, seperti yang dilakukan oleh ahli ilmu sosial.Cara berpikir demikian harus menjadi landasan untuk menanggapi,menginterpretasikan dan menggunakan pengetahuan sosial. Peserta didik harus mampu berpikir sesuai dengan bidang keilmuan ilmu sosial yaitu berpikir sesuai dengan struktur ilmu sosial. Cara berpikir demikian penting untuk menyusun generalisasi pada suatu bidang ilmu sosial dalam rangka memperoleh dan menemukan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini tiap bidang keilmuan memiliki teknik untuk melakukan penelitian yang memerlukan pengujian suatu hipotesis.Guru yang mengajarkan IPS sebagai ilmu sosial harus memiliki keyakinanbahwa cara ini merupakan sarana yang baik untuk mempersiapkan warga negara yang dapat berpikir seperti ahli ilmu sosial. Mereka dapatmerumuskan hipotesis, mengumpulkan data, melakukan analisa data, dan dapat menarik simpulan sesuai dengan berbagai bidang keilmuan ilmu sosial. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat menjadi warga negara yang demokratis, dan dapat berpikir seperti apa yang dilakukan oleh para ahli ilmu sosial.Kondisi tersebut sesuai dengan keinginan para ahli ilmu sosial bahwaanggota masyarakat sejak usia muda dapat mengamati dunia sekitarnyamelalui penglihatan seperti ahli ilmu sosial, mengajukan berbagaipertanyaan, dan menerapkan metode analisis serta konsep-konsep yangdigunakan para ahli ilmu sosial. Dengan cara demikian, para peserta didikdapat memahami struktur dan proses sosial di sekitarnya.Pembinaan warga negara atau warga manyarakat tidak hanya ditekankan pada aspek kemampuan intelektuanya, tetapi diseimbangkan dengan aspek kemampuan emosional dan keterampilannya. Pengajaran IPS yang bersifat akademis terhadap ilmu sosial seperti digambarkan di atas seolaholah tidak memperhatikan aspek emosional, sementara kehidupanbermasyarakat sarat dengan ungkapkan dan gejala-gejala sosial yangbersifat emosional. Pembelajaran IPS sebagai Inkuiri ReflektifSebelum meninjau pembelajaran IPS sebagai inkuiri reflektif, terlebih dahulu dibahas apa yang dimaksud dengan inkuairi reflektif agar mudahmemahami bahasan selanjutnya.Inkuiri dalam bahasa Indonesia berarti pertanyaan atau pemeriksaan,sedangkan inkuiri pada konteks IPS tidak hanya berarti pertanyaan ataupemeriksaan, tetapi lebih luas dari pada pengertian tersebut. Sehubungandengan itu, John Jarolimek mengemukakan hal berikut.

Page 5: Latar Belakang Lahirnya Ips Di Indonesia

The Major goal of inquiry oriented teaching is to develop in pupils thoseattitudes and skills that will enable them to be independent problem solvers.This involves more than simply knowing where to go to get neededinformation. It requires an attitude of curiosity, the ability to anylize aproblem, the ability to make and test “hunches” (hypotheses), and the ability to use information in validating conclusion, inquairy always involves a search for information that is problem related, such problem being in part generated by the pupils themselves.Jadi, pengertian inkuiri tidak hanya terbatas pada pertanyaan ataupemeriksaan, tetapi meliputi pula proses penelitan, keingintahuan, analisis sampai dengan penarikan simpulan tentang hal-hal yan diperiksa atau diteliti.Dalam rangka pengajaran IPS, wawasan inkuiri ini diarahkan kepadakemampuan peserta didik dalam berpikir kritis dan menjadi orang yangsecara bebas dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.Berkenaan dangan inkuiri ini, James L. Barth & S.Samuel Shomis jugamengemukakan penjelasan sebagai berikut: Inquiry as a method meansthat a teacher & his student will identify a problem that is of considerable concern to them and to our society and that relevant facts & values will be examined in the light of criteria.Pada penjelasan ini, pengertian inkuiri juga meliputi pengidentifikasianmasalah sosial yang harus ditelaah. Jadi, proses inkuiri merupakan proses bepikir yang lebih kritis dan lebih mendalam. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, yang dimaksudkan dengan inkuiri reflektif adalah proses berpikir yang mendalam dan merefleksikan pengalaman, atau dengan perkataan lain dapat dikatakan sebagai proses merenung. Oleh karena itu, proses inkuairi reflektif atau berpikir dan merenung tidak hanya berpikir untuk memeriksa atau meneliti sesuatu persoalan, tetapi berhubungan pula dengan sikap penilaian pengungkapan pengalaman.Konsep inkuiri reflektif yang diterapkan pada IPS sebagai inkuiri reflektifdiambil dari filsafat John Dewey yang mulai berkembang pada permulaanabad ke-20. Kunci proses inkuiri reflektif tardapat pada konsep-konsep,minat, nilai, berpikir kritis, dan terlibat ke dalam ha-hal yang janggal disekitar. Pembelajaran IPS sebagai inkuiari reflektif berlangsung ketikapeserta didik dilibatkan ke dalam suasana kehidupan yang nyata, yangpenuh dengan persoalan yang harus diteliti dan dipikirkan secara kritis.Peserta didik dilatih untuk membuat suatu keputusan tentang hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan dan kehidupan demokrasi, mereka harus mampu mengelola dirinya sendiri, serta mampu berlaku dan bertindak sebagai anggota masyarakat.Pengajaran IPS sebagai inkuiri reflektif atau sebagai proses penelaahan dan pemikiran yang mendalam, merupakan teknik atau strategi pembelajaran yang bermanfaat dalam membina peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Secara lebih jauh lagi, peserta didik dapat diarahkan mampu membuat keputusan yang berkaitan dengan hal-hal yang dialaminya sehari-hari. Dengan demikian, model pembelajaran inkuairi merupakan salah satu model yang tepat untuk menciptakan manusia sebagai cendekia.