laptah_bpom2011

Upload: dede-haquz

Post on 10-Feb-2018

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    1/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    2/184

    Assalamualaikum wr.wb.

    Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan

    Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kita

    dapat melaksanakan tugas-tugas yang diamanatkan di bidang

    pengawasan obat dan makanan.

    Disadari bahwa tugas dan tanggung jawab pengawasan yang harus dilakukan oleh Badan

    POM semakin luas, kompleks dengan perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis

    serta tidak dapat diprediksikan. Dalam melakukan pengawasan dengan lingkup yang luas

    dan kompleks tersebut, Badan POM tidak mungkin berperan sendiri. Kerjasama dan

    koordinasi yang efektif dan dinamis dengan berbagai pihak harus senantiasa dijalin, dibina

    dan dikembangkan agar memberikan kontribusi positif bagi terlaksananya tugas dan

    tanggung jawab Badan POM. Badan POM menyadari bahwa keberhasilan pengawasan obat

    dan makanan tergantung pula pada networking dengan instansi lain, karena itu diperlukan

    kerjasama yang lebih efektif dan terus menerus dengan seluruh komponen bangsa ini.

    Selain itu peran masyarakat sebagai pengguna produk sangatlah besar. Masyarakat adalah

    penentu akhir apakah suatu produk akan dikonsumsinya atau tidak. Pengawasan oleh

    masyarakat merupakan salah satu pilar dari 3 pilar pengawasan. Oleh karena itu

    pemberdayaan masyarakat juga sangat diprioritaskan oleh Badan POM. Masyarakat yang

    cerdas akan mampu melindungi dirinya sendiri dan memilih produk yang memenuhi syarat

    dan sesuai dengan kebutuhannya.

    Peningkatan beban kerja serta kompleksnya permasalahan pengawasan obat dan makanan

    di era globalisasi ini perlu diimbangi dengan perkuatan institusi terutama sumber daya

    manusia yang profesional, revitalisasi Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, serta

    dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

    Dalam Laporan Tahunan 2011 ini disampaikan hasil pengawasan obat dan makanan yang

    dilakukan Badan POM selama tahun 2011, yang mencakup evaluasi pre-market dalam

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    3/184

    ii

    rangka pemberian persetujuan izin edar, pengawasan post-marketsetelah produk beredar

    dengan cara pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk obat dan makanan

    yang beredar, inspeksi cara produksi, distribusi dalam rangka pengawasan implementasi

    Cara-cara Produksi dan Cara-cara Distribusi yang baik, serta investigasi awal dan

    penyidikan berbagai kasus tindak pidana bidang obat dan makanan. Selama tahun 2011,

    Badan POM telah melakukan evaluasi pre-market terhadap 45.763 produk obat, obat

    tradisional, kosmetik, suplemen makanan, dan makanan.

    Pada tahun 2011, pengawasanpost-marketdilakukan dengan cara pengambilan sampel dan

    pengujian laboratorium terhadap 88.291 sampel produk obat dan makanan. Selain itu,

    Badan POM juga melakukan pengujian sampel barang bukti kasus NAPZA dari Kepolisian

    sebanyak 2.489 sampel. Di tingkat produksi dan distribusi, telah dilakukan inspeksi cara

    produksi dan distribusi terhadap 39.553 sarana. Terhadap berbagai pelanggaran peraturandi bidang Obat dan Makanan, pada tahun 2011 telah pula dilakukan penyidikan sebanyak

    651 kasus, dimana 239 di antaranya ditindaklanjuti dengan projustisia dan 412 kasus lainnya

    ditindaklanjuti dengan sanksi administratif.

    Sejalan dengan telah diberlakukannya notifikasi kosmetik pada Januari 2011, Badan POM

    mengeluarkan peraturan terkait pengawasan kosmetik yaitu: Peraturan Kepala Badan

    Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.04.11.03724 tahun 2011

    tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetika; Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

    Makanan Republik Indonesia No.HK.03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang Persyaratan

    Teknis Bahan Kosmetika; Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik

    Indonesia No.HK.03.1.23.12.11.10052 tahun 2011 tentang Pengawasan Produksi dan

    Peredaran Kosmetika.

    Perkuatan jejaring kerja dengan instansi terkait dan pemerintah daerah provinsi maupun

    kabupaten/kota melalui MoU terus ditingkatkan dalam rangka pengawasan obat dan

    makanan. Di samping itu, pemberdayaan masyarakat / konsumen terus dilakukan melalui

    berbagai cara, seperti membuka akses langsung melalui Unit Layanan Pengaduan

    Konsumen (ULPK) dan Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM), mengeluarkan

    Peringatan Publik, penyuluhan langsung ke berbagai lapisan masyarakat, serta berbagai

    tulisan di media cetak.

    Dalam rangka memberantas dan menertibkan peredaran produk obat dan makanan illegal

    dan palsu serta obat keras di sarana yang tidak berhak, Badan POM telah melakukan

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    4/184

    iii

    penyidikan kasus tindak pidana di bidang obat dan makanan, serta secara khusus

    menindaklanjuti kasus pelanggaran di bidang obat dan makanan yang dilakukan penegak

    hukum lain. Selain itu, setiap tahun Badan POM juga melakukan operasi gebrak kejut

    gabungan nasional (Opgabnas) dan operasi gabungan daerah (opgabda) dengan melibatkan

    pihak terkait. Pada pelaksanaan Opgabnas tahun 2011, dari 385 sarana produksi dan

    distribusi yang diperiksa di seluruh Indonesia, terdapat 225 sarana yang Tidak Memenuhi

    Ketentuan (TMK) karena melakukan perbuatan melanggar hukum di bidang obat dan

    makanan. Sanksi dan hukuman maksimal bagi pelanggar peraturan/perundang-undangan di

    bidang obat dan makanan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang sebenarnya

    cukup berat. Namun pada kenyataannya, pelaku tindak pidana di bidang obat dan makanan

    dituntut dan divonis dengan hukuman yang sangat ringan di pengadilan. Hal ini

    menyebabkan belum adanya efek jera bagi pelaku tindak pidana di bidang obat dan

    makanan.

    Dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari obat dan makanan yang

    berisiko terhadap kesehatan, Badan POM tidak dapat bekerja sendiri dalam melakukan

    pengawasan obat dan makanan. Keberhasilan Badan POM dalam melakukan pengawasan

    obat dan makanan merupakan keberhasilan seluruh pemangku kepentingan; instansi terkait,

    pemerintah daerah, termasuk masyarakat/konsumen dari berbagai kelompok dan lapisan,

    serta dunia usaha dan industri lain yang terkait.

    Kami bersyukur atas hasil-hasil yang dicapai selama tahun 2011 ini, dan kami akan terus

    berupaya agar kinerja Badan POM dapat terus ditingkatkan pada masa mendatang, dalam

    upaya melindungi masyarakat terhadap peredaran obat dan makanan yang tidak memenuhi

    persyaratan keamanan, manfaat/khasiat dan mutu.

    Wassalamu alaikum wr.wb.

    Jakarta, April 2012

    BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

    K E P A L A

    Dra. Lucky S.Slamet,M.Sc.

    NIP. 19530612 198003 2 001

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    5/184

    Sambutan Kepala Badan POM RI ........................................................................................ i

    Daftar Isi .............................................................................................................................. iv

    Daftar Gambar ...................................................................................................................... v

    Daftar Tabel ....................................................................................................................... viii

    Daftar Lampiran .................................................................................................................. ix I. Highlights 2011 ................................................................................................................. 1

    II. Pendahuluan .................................................................................................................. 13

    III. Keadaan Umum dan Tantangan Lingkungan.............................................................. 24

    IV. Hasil Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2011 ........... .............. .......... 44

    1. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Terapetik/Obat ............... 44

    2. Hasil Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif ............ .......... 57

    3. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Obat Tradisional.......... ............... 62

    4. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Suplemen Makanan ....... 69

    5. Hasil Pengawasan Keamanan, Manfaat dan Mutu Produk Kosmetik ....................... . 746. Hasil Pengawasan Keamanan dan Mutu Produk Pangan ............. ............. ............... 82

    7. Hasil Operasi Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Tindak Pidana Di Bidang Obat

    dan Makanan ......................................................................................................... 106

    8. Hasil Pengawasan Iklan ......................................................................................... 115

    9. Hasil Pengawasan Penandaan dan Label .............................................................. 11710. Standardisasi ........................................................................................................ 119

    11. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) ....................... .............. ................. 12812. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ............................................................. 12913. Pengembangan Obat Asli Indonesia ........... ............. ....................... .............. ........ 138

    14. Riset di Bidang Obat dan Makanan ...................................................................... 141

    15. Pengujian di Bidang Obat dan Makanan ....................... .............. ...................... .... 14416. Perkuatan Infrastruktur ......................................................................................... 153

    V. Pengelolaan Anggaran................................................................................................ 159

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    6/184

    v

    Gambar 1. Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan .......... .............. ......... 22

    Gambar 2. Profil Pegawai Badan POM Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ........ 26

    Gambar 3. Komposisi Pegawai Badan POM Berdasarkan Usia Tahun 2011 .............. ......... 29

    Gambar 4. Profil Hasil Evaluasi Produk Terapetik/Obat Tahun 2011 ..................... .............. 46

    Gambar 5. Profil Hasil Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Terapetik/ObatTahun 2011 ........................................................................................................ 48

    Gambar 6. Profil Rincian Tindak Lanjut Hasil Inspeksi Rutin Industri Farmasi Tahun 2011.. 49

    Gambar 7. Profil Hasil Sertifikasi Industri farmasi Tahun 2011 ............................................ 50

    Gambar 8. Profil Hasil Pemeriksaan PBF (Produk Terapetik) Tahun 2011 ............ .............. 51

    Gambar 9. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2011 ........... ..... 53

    Gambar 10. Profil hasil Pemeriksaan Sarana Produksi (Narkotika, Psikotropika dan

    Prekursor) Tahun 2011 .................................................................................... 58

    Gambar 11. Profil hasil Pemeriksaan Sarana PBF (Narkotika dan Psikotropika)

    Tahun 2011 ......................................................................................................................... 58

    Gambar 12. Profil hasil Pemeriksaan Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun 2011 .......... ..... 59

    Gambar 13. Profil Rincian Hasil Pengujian Laboratorium Barang Bukti Kasus Narkotika

    dan Psikotropika dari POLRI Tahun 2011 ........................................................ 60

    Gambar 14. Profil Hasil Evaluasi Pengawasan Iklan Rokok Post-AuditTahun 2011............ 61

    Gambar 15. Profil Hasil Pengawasan Label Rokok Tahun 2011 .......... ....................... ......... 62

    Gambar 16. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Obat Tradisional Tahun 2011 .................... 63

    Gambar 17. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Obat Tradisional Tahun 2005 - 2011 ......... 64

    Gambar 18. Profil Sampling dan Pengujian Laboratorium Obat Tradisional Impor Tahun

    2011 ................................................................................................................ 65

    Gambar 19. Profil Sampling dan Pengujian Laboratorium Obat Tradisional Lokal Tahun

    2011 ................................................................................................................ 66

    Gambar 20. Profil Pemeriksaan Sarana Produksi Obat Tradisional Tahun 2011 ................. 67

    Gambar 21. Profil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat Tradisional Tahun 2011 ................ 68

    Gambar 22. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Suplemen Makanan Tahun 2011 .......... ..... 69

    Gambar 23. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Suplemen Makanan Tahun 2005-2011 ...... 70

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    7/184

    vi

    Gambar 24. Profil Hasil Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Suplemen

    Makanan Tahun 2011 ...................................................................................... 72

    Gambar 25. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Suplemen Makanan Tahun 2011 .. 72

    Gambar 26. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Kosmetika Tahun 2011 ..................... ......... 75

    Gambar 27. Profil Persetujuan nomor Izin Edar Kosmetika Tahun 2005 - 2011 .......... ......... 75

    Gambar 28. Profil Hasil Sampling dan Pengujian Laboratorium Kosmetika Tahun 2011 ..... 77

    Gambar 29. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Kosmetika Tahun 2011 ............. ..... 78

    Gambar 30. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Kosmetika Tahun 2011 ............ ..... 78

    Gambar 31. Alasan Pelaporan Penarikan Kosmetika Tahun 2011......................... .............. 80

    Gambar 32. Alasan Pelaporan Penarikan Obat Tradisional dan suplemen Makanan

    Tahun 2011...................................................................................................... 81

    Gambar 33. Profil Persetujuan nomor Pendaftaran Produk Pangan Tahun 2011 ................ 82

    Gambar 34. Profil Sampling dan Pengujian Laboratorium Produk Pangan Tahun 2011 ...... 84

    Gambar 35. Profil Hasil Pengujian Sampel Pangan Jajanan Anak Sekolah tahun 2011 ...... 85Gambar 36. Profil Hasil Analisis Parameter Uji Bahan Tambahan yang Dilarang dan

    Kadar BTP Makanan Jajanan Anak Sekolah Tahun 2011 ....................... ......... 86

    Gambar 37. Profil Hasil Analisis Parameter Uji Cemaran Mikroba Pada Makanan Jajanan

    Anak Sekolah Tahun 2011 ........... ...................... .............. ....................... ......... 87

    Gambar 38. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Industri Pangan Tahun 2011 ........................ 89

    Gambar 39. Profil Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Produk Pangan Tahun 2011 ......... 90

    Gambar 40. Profil Tenaga Penyuluhan Keamanan Pangan dan Distric Food Inspector

    sampai dengan Tahun 2011 ............................................................................ 92

    Gambar 41. IRTP yang Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan sampai dengan

    Tahun 2011...................................................................................................... 92

    Gambar 42. Profil Hasil Intensifikasi Pengawasan Sarana Distribusi Pangan Menjelang

    Idul Fitri 2011, natal 2011, dan Tahun Baru 2012 ............................................ 94

    Gambar 43. Profil Kejadian dan kasus KLB Keracunan Pangan tahun 2011 .............. ......... 96

    Gambar 44. Profil Penyebab KLB Keracunan Pangan Tahun 2011 ....................... .............. 97

    Gambar 45. Profil Asal Pangan Penyebab KLB Keracunan Pangan tahun 2011 ............ ..... 98

    Gambar 46. Profil Pengujian Sampel Bahan Berbahaya pada Pangan Tahun 2011 .......... 104

    Gambar 47. Profil Penyidikan Berdasarkan Jenis Komoditas Tahun 2011 ............. ............ 107

    Gambar 48. Profil Penyidikan Obat dan makanan Berdasarkan Jenis Sarana tahun 2011 107

    Gambar 49. Sebaran Pelanggaran Berdasarkan Sarana pada Operasi Gabungan

    Nasional Tahun 2011 ..................................................................................... 110

    Gambar 50. Tindak lanjut Temuan OPGABNAS Tahun 2011 ....................... .............. ....... 111

    Gambar 51. Profil Temuan OPGABNAS Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2011 ........... 112

    Gambar 52. Profil Temuan OPGABDA Bedasarkan Jenis Komoditi Tahun 2011 ............ ... 113

    Gambar 53. Hasil Penilaian Iklan Sebelum Beredar Tahun 2011............. .............. ............ 116

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    8/184

    vii

    Gambar 54. Profil Tampilan SoftwareAplikasi Database Kemasan Pangan yang

    Beredar di Indonesia Tahun 2011 .................................................................. 128

    Gambar 55. Profil Jumlah Pengaduan/Permintaan Informasi Berdasarkan Komoditi

    Tahun 2011.................................................................................................... 130

    Gambar 56. Profil Masyarakat/Konsumen yang Menghubungi ULPK Tahun 2011 ............ 130

    Gambar 57. Profil Masyarakat/Konsumen yang Menghubungi ULPK Berdasarkan Jenis

    Sarana yang Digunakan Tahun 2011 ............. ...................... .............. ............ 131

    Gambar 58. Profil Masyarakat yang Menghubungi PIONas Tahun 2011 .................... ....... 134

    Gambar 59. Profil Masyarakat yang Menghubungi Siker Tahun 2011......................... ....... 134

    Gambar 60. Kasus Keracunan yang Dilaporkan ke Rumah Sakit Tahun 2011 ............ ....... 135

    Gambar 61. Rekapitulasi Distribusi Baku Pembanding Total Tahun 2011 ............. ............ 150

    Gambar 62. Distribusi Baku pembanding ke Balai Besar/Balai Pom Tahun 2011 ........... ... 150

    Gambar 63. Proporsi Anggaran Badan POM Pusat dan Balai Tahun 2011 ....................... 159

    Gambar 64. Proporsi Alokasi dan Realisasi Anggaran Tahun 2011 ....................... ............ 160

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    9/184

    viii

    Tabel 1. Profil Pegawai Badan POM Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011 ........... 25

    Tabel 2. Jumlah Pegawai Badan POM Berdasarkan Usia Tahun 2011 ...................... ......... 27

    Tabel 3. Daftar 11 Alat Laboratorium Utama yang Paling Sering Digunakan di Masing-

    masing BB/BPOM Tahun 2011 .............................................................................. 30

    Tabel 4. Kondisi Wilayah Kerja Balai Besar/Balai POM Tahun 2011 ..................... .............. 32

    Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Propinsi Tahun 1990 - 2010 ............. ...................... ..... 37

    Tabel 6. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Propinsi Tahun 2010 - 2011 ........... ............. ..... 38

    Tabel 7. Cakupan Pemeriksaan Industri Farmasi Pada Balai Besar/Balai POM Tahun

    2011....................................................................................................................... 50

    Tabel 8. Cakupan Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat dan Sarana Pelayanan

    Kesehatan Pada Balai Besar/Balai POM Tahun 2011 ............ ....................... ......... 53

    Tabel 9. Profil Hasil Penilaian Terhadap Klaim Obat Tradisional Tahun 2011...................... 64

    Tabel 10. Profil Hasil Penilaian Terhadap Klaim Suplemen Makanan Tahun 2011 .............. 71

    Tabel 11. Profil Hasil Penilaian Terhadap Kategori Kosmetika Tahun 2011 ........... .............. 76

    Tabel 12. Profil Alasan Pelaporan Penarikan Kosmetika ..................................................... 80

    Tabel 13. Profil Alasan Pelaporan Penarikan Obat Tradisional dan suplemen Makanan

    Tahun 2011 ......................................................................................................... 81 Tabel 14. Distribusi Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food

    Inspector (DFI) per Propinsi Tahun 2003 - 2011 .................................................. 91

    Tabel 15. Profil Agent Etiology KLB Keracunan Pangan Tahun 2011 ........... ....................... 97 Tabel 16. Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan Berdasarkan

    Laporan Balai Besar/Balai POM Tahun 2011 ....................... .............. .................. 99

    Tabel 17. Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan Berdasarkan Bulan

    Kejadian Tahun 2011 ....................... ............. ....................... .............. ................ 100

    Tabel 18. Lokasi/Tempat Kejadian KLB Keracunan Pangan Tahun 2011 .............. ............ 100

    Tabel 19. Profil Proporsi Angka Kesakitan dan Angka Kematian Pada Kasus KLB

    Keracunan Pangan Tahun 2011 ........................................................................ 102 Tabel 20. Produksi/Pengadaan Hewan Percobaan Tahun 2011 .......... .............. ................ 151

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    10/184

    ix

    Lampiran 1. Standar dan Kriteria Laboratorium Rujukan dan Unggulan ...................... ....... 161

    Lampiran 2. Pengadaan Bahan Baku Tahun 2011 ............. ...................... .............. ............ 163

    Lampiran 3. Pengadaan Baku Primer Tahun 2011 ............................................................ 165

    Lampiran 4. Persediaan Akhir Baku Pembanding Tahun 2011 ...................... .............. ....... 167

    Lampiran 5. Daftar Judul MA Tahun 2011 ......................................................................... 171

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    11/184

    1

    JANUARI 2011

    Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengundang menteri dan

    pimpinan LPNK untuk memberikan pemaparan mengenai pencapaian kinerja tahun 2010

    dan program prioritas tahun 2011. Pada tanggal 4 Januari 2011, Badan POM

    menyampaikan Siaran Pers Fokus Prioritas Pengawasan Obat dan Makanan Tahun

    2011 kepada media massa yang hadir dalam acara tersebut.

    Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi IX DPR RI dengan Badan POM

    diselenggarakan pada tanggal 27 Januari 2011. Dalam paparannya, Kepala Badan POM

    menyampaikan materi mengenai isu aktual terkait bidang tugas pengawasan obat dan

    makanan. Kesimpulan yang dihasilkan pada kesempatan tersebut antara lain adalah

    a). Komisi IX DPR RI meminta badan POM RI agar melakukan penguatan infrastruktur

    sistem pengawasan, peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM), serta

    melakukan penguatan kerjasama lintas sektor terkait dalam rangka meningkatkan fungsi

    pengawasan obat dan makanan; b). Komisi IX DPR RI meminta badan POM RI untuk

    memberikan Grand Design pengawasan obat dan makanan di Indonesia sertarancangan kinerja menyangkut fungsi, tugas pokok, kewenangan dan sarana prasarana,

    SDM Badan POM di Indonesia paling lambat bulan Februari minggu kedua tahun 2011

    dalam rangka penguatan terhadap pembahasan RUU tentang pengawasan Obat dan

    makanan serta pemanfaatan Obat Asli Indonesia; c). Komisi IX DPR RI mendesak badan

    POM RI untuk meningkatkan penerapan e-registration dan e-notifikasikosmetik dalam

    rangka harmonisasi ASEAN serta melakukan sosialisasi untuk memaksimalkan

    pengetahuan masyarakat dan pembinaan pemenuhan standar untuk industri kecil dan

    menengah; d). Komisi IX DPR RI akan menjadwalkan kunjungan lapangan ke badan

    POM RI pada masa persidangan III Tahun Sidang 2010 - 2011.

    Wakil Presiden RI Prof. Dr. Boediono mencanangkan Gerakan Menuju Pangan

    Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi dan Satuan Tugas

    Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di Istana Wakil Presiden pada Senin 31

    Januari 2011. Acara pencanangan ini merupakan kegiatan utama dalam rangkaian

    peringatan Hari Ulang Tahun Badan POM ke-10 tahun 2011. Selain Wakil Presiden,

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    12/184

    2

    acara ini juga dihadiri oleh Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayagunaan Perempuan

    dan Perlindungan Anak, Wakil Jaksa Agung, Perwakilan Komisi IX DPR RI, Pimpinan

    Asosiasi serta undangan lainnya. Dari Badan POM turut hadir pula pejabat Eselon I, II

    dan III serta mantan Direktur Jenderal POM, Drs. Sunarto Prawiro dan Mantan Sekretaris

    Utama, Dra. Mawarwati Djamaludin.

    FEBRUARI 2011

    Pada tanggal 4 Februari 2011, Kepala

    Badan POM saat itu, Dra. Kustantinah,

    Apt, M.App.Sc, meresmikan gedung

    Laboratorium Biomolekuler Balai Besar

    POM di Mataram. Pembangunan

    Laboratorium Biomolekuler ini merupakan

    salah satu wujud semangat BBPOM

    di Mataram untuk terus memberikan

    pelayanan terbaik kepada masyarakat NTB. Laboratorium biomolekuler ini dilengkapi

    dengan peralatan terbaru alat PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk pengujian DNA.

    Alat ini digunakan untuk menguji kehalalan suatu produk. Dengan adanya Alat PCR ini

    maka BBPOM di Mataram menjadi laboratorium unggulan dan rujukan pengujian DNA

    dari beberapa BBPOM/BPOM seperti Denpasar, Pontianak, Banjarmasin dan Surabaya

    karena belum semua provinsi memiliki alat PCR. Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH. melakukan

    kunjungan ke kantor Badan POM. Dalam kunjungannya, Menteri Kesehatan

    berkesempatan meninjau kantor Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Obat dan

    Makanan Ilegal, Notifikasi Kosmetik Onlinedan Registrasi OnlineBadan POM lainnya.

    Menteri Kesehatan, Kepala Badan POM, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia

    (IDAI) dan Kepala Kantor Hukum dan Organisasi IPB hadir dalam konferensi pers yang

    dilaksanakan di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada

    tanggal 10 Februari 2011. Konferensi pers ini dilaksanakan sehubungan dengan adanya

    Putusan Kasasi Mahkamah Agung (MA)

    RI nomor 2975 K/Pdt/2009 tanggal 29 April2010 berkaitan dengan gugatan hasil

    penelitian yang dilakukan Fakultas

    Kedokteran Hewan IPB terhadap 22

    sampel susu formula bayi dalam kurun

    waktu April - Juni 2006.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    13/184

    3

    Kamis, 17 Februari 2011 dilaksanakan Rapat Koordinasi Tingkat Menteri di lingkungan

    Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat yang membahas mengenai RPP

    Tembakau dan Permasalahan Hasil Penelitian Susu Formula Berbakteri. Hadir dalam

    kesempatan tersebut antara lain adalah Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan

    Rakyat, Menteri Kesehatan, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

    Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Kepala Badan POM, perwakilan Kementerian

    Lingkungan Hidup dan lainnya.

    Komisi IX DPR RI mengundang Rapat Dengar Pendapat (RDP) Kementerian Kesehatan,

    Badan POM, IPB dan YLKI pada tanggal 17 dan 23 Februari 2011 untuk memberikan

    penjelasan terkait Putusan Mahkamah Agung mengenai permasalahan susu formula

    yang tercemar bakteri.

    Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Bappenas melakukan Launching

    Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 pada tanggal 28 Februari2011. Pada kesempatan tersebut Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas juga

    menyerahkan Buku RAN-PG 2011-2015 kepada Menteri Kesehatan, Kepala Badan

    POM, Sekretaris Jenderal Menteri Pertanian, Direktur Jenderal Pemberdayaan

    Masyarakat Desa (PMD)-Kementerian Dalam Negeri, UNICEF Representative for

    Indonesia, WFP Representative for Indonesia dan Ketua YLKI yang hadir sebagai

    undangan dalam acara ini.

    MARET 2011

    Pada tanggal 2 Maret 2011 bertempat di kantor Kementerian Koordinator Bidang

    Kesejahteraan Rakyat dilaksanakan penandatanganan kesepakatan bersama antara

    Badan POM dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    tentang pengarusutamaan gender dan pemenuhan hak anak di bidang obat dan

    makanan. Pada kesempatan yang sama ditandatangani pula keputusan bersama antara

    Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Menteri Kesehatan dan Badan

    Pengawas Obat dan Makanan terkait pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan

    menengah melalui pembinaan dan pengawasan di bidang pangan, obat tradisional dan

    kosmetik. Kesepakatan bersama ini merupakan bentuk tindak lanjut pencanangan

    Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi serta

    upaya pemberdayaan koperasi dan usaha kecil menengah.

    Kepala Badan POM memenuhi undangan Kementerian Kesehatan untuk menjadi

    narasumber dalam pertemuan dengan media yang diselenggarakan pada tanggal

    4 Maret 2011 di Kantor Kementerian Kesehatan. Pada kesempatan tersebut Kepala

    Badan POM menyampaikan materi mengenai Notifikasi Kosmetika secara Online.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    14/184

    4

    Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (Tim TPBB) yang dibentuk Kementerian

    Perdagangan beserta kementerian lain dan Badan POM melaksanakan Operasi Pasar di

    Semarang pada tanggal 17 Maret 2011. Hasil operasi pengawasan terhadap produk

    pangan ilegal tersebut ditemukan sebanyak 47 item (74 kemasan) dengan nilai ekonomi

    sebesar Rp. 4.417.500,- (empat juta empat ratus tujuh belas ribu lima ratus rupiah).

    Terhadap temuan tersebut dilakukan pengamanan dan pemusnahan produk.

    Pada tanggal 18 Maret 2011, Badan POM mengeluarkan siaran pers tentang Penjelasan

    Terkait Pengawasan Produk Pangan Olahan Impor Asal Jepang Pasca Gempa dan

    Tsunami.

    Badan POM menyelenggarakan Lokakarya Jejaring Keamanan Pangan Nasional 2011

    tanggal 21 Maret 2011. Tahun ini lokakarya mengambil tema Meningkatkan Peran dan

    Kerjasama Stakeholder dalam Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang

    Aman, Bermutu dan Bergizi.

    APRIL 2011

    Pada tanggal 6 - 9 April 2011 Badan POM menyelenggarakan Rapat Koordinasi Tingkat

    Pusat (Rakorpus) 2011 di Cikarang. Rakorpus ini membahas Kegiatan Prioritas dan

    Program Lintas Eselon I serta Penyusunan Rencana Aksi Revitalisasi Sampling dan

    Pengujian; Revitalisasi Pemberantasan Produk Obat dan Makanan Ilegal melalui Satuan

    Tugas (Satgas) dan Perkuatan Post-Market Survelillance Kosmetik; Implementasi

    Rencana Aksi Nasional PJAS menuju Pangan yang Aman, Bermutu dan Bergizi; serta

    Revitalisasi peran dan fungsi Pusat dan Balai Besar/Balai POM.

    Dalam rangka peningkatan kompetensi petugas layanan pengaduan konsumen, pada

    tanggal 5 8 April 2011 Badan POM menyelenggarakan Workshop Pengembangan

    Layanan Pengaduan Konsumen di Bogor dengan materi tentang teknik praktis

    komunikasi dan substansi mengenai pengawasan obat dan makanan. Kegiatan ini diikuti

    30 (tiga puluh) orang petugas ULPK (Unit Layanan Pengaduan Konsumen) dari Balai

    Besar/Balai POM serta 17 (tujuh belas) orang peserta dari Badan POM.

    Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (Tim TPBB) yang dibentuk Kementerian

    Perdagangan beserta kementerian lain dan Badan POM melaksanakan Operasi Pasar di

    Surabaya pada tanggal 15 April 2011. Operasi yang memfokuskan pada produk pangan

    dan non pangan ini melibatkan Badan POM, BBPOM di Surabaya, Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian serta Ditjen Bea Cukai. Hasil operasi pengawasan

    terhadap produk pangan ilegal tersebut ditemukan sebanyak 7 item (16.864 kemasan)

    dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 421.600.000,- (empat ratus dua puluh satu juta enam

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    15/184

    5

    ratus ribu rupiah). Terhadap temuan tersebut ditindaklanjuti dengan re-eksport 2

    kontainer ke negara asal.

    Pada tanggal 18-21 April 2011 Badan POM menyelenggarakan Rapat Konsultasi

    Regional (Rakonreg) wilayah Timur yang merupakan salah satu kegiatan dalam

    rangkaian siklus perencanaan Badan POM. Rakonreg ini diikuti oleh 15 BBPOM/BPOM

    di wilayah timur Indonesia Dan bertujuan untuk sosialisasi dan diseminasi arah kebijakan

    dan strategi Badan POM tahun 2012, arah kebijakan dan fokus prioritas kedeputian dan

    kesektamaan tahun 2012 serta kegiatan prioritas eselon I tahun 2012.

    MEI 2011

    Kepala Badan POM saat itu, Dra.

    Kustantinah, Apt, M.App.Sc, meresmikan

    gedung BBPOM di Pekanbaru padatanggal 10 - 11 Mei 2011.

    Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan para pejabat eselon II di lingkungan

    Badan POM dan BBPOM dalam

    penguasaan teknik berkomunikasi yang

    efektif, efisien dan sistematis, pada tanggal12 - 14 Mei 2011 Badan POM

    menyelenggarakan pelatihan Public

    Speakingyang diikuti oleh pejabat eselon II

    di lingkungan Badan POM serta Kepala

    Balai Besar POM.

    Pada tanggal 18 - 21 Mei 2011 Badan POM menyelenggarakan Rakonreg Wilayah Barat

    di Pangkal Pinang, yang bertujuan untuk diseminasi dan sosialisasi Arah Kebijakan dan

    Strategi Badan POM tahun 2012, Arah Kebijakan dan Fokus Prioritas Kedeputian dan

    Kesestamaan tahun 2012, Revitalisasi Fungsi BB/BPOM serta new initiatives Badan

    POMtahun 2012.

    Pada tanggal 24 Mei 2011 Badan POM menyebarluaskan siaran pers mengenai Hasil

    Pengujian Laboratorium Terhadap Air Dalam Kemasan yang Diberi Label Air Zam-zam,

    yang diperjualbelikan di Indonesia.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    16/184

    6

    Kepala Badan POM menandatangani Nota Kesepahaman dengan Universitas

    Diponegoro pada tanggal 30 Mei 2011 di Semarang tentang Kerjasama di Bidang

    Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

    Pada tanggal 31 Mei 2011 Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar (Tim TPBB)

    kembali melaksanakan operasi pasar di Medan dan melibatkan Badan POM, BBPOM di

    Medan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,

    Bareskrim Mabes POLRI, Kementerian Keuangan (Ditjen. Bea Cukai), Kementerian

    Perindustrian serta Pemerintah Daerah setempat. Hasil operasi pengawasan terhadap

    produk pangan ilegal tersebut ditemukan sebanyak 13 item (17.496 kemasan) dengan

    nilai ekonomi sebesar Rp. 437.400.000,- (empat ratus tiga puluh tujuh juta empat ratus

    ribu rupiah). Terhadap temuan tersebut ditindaklanjuti dengan pro-justisia.

    JUNI 2011 Pada tanggal 6 Juni 2011, Deputi III Badan POM beserta Plt. Dirjen Pendidikan Dasar

    Kementerian Pendidikan Nasional dan Arzeti Bilbina hadir sebagai narasumber dalam

    talkshow Peduli Pangan Jajanan Anak Sekolah yang ditayangkan di stasiun Metro TV.

    Badan POM mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan

    Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk Laporan Keuangan Tahun 2010. Penyerahan Laporan

    Hasil Pemeriksaan BPK tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2011 di kantor

    Badan POM dan dihadiri oleh pejabat di lingkungan Badan POM, Kepala Balai

    Besar/Balai POM serta undangan media.

    JULI 2011

    Menindaklanjuti RDP dengan Komisi IX DPR RI, Tim Nasional Survei Cemaran Mikroba

    pada Formula Bayi yang Beredar di Indonesia yang terdiri dari Kementerian Kesehatan,

    Badan POM dan IPB melakukan pengambilan dan pengujian sampel formula bayi. Hasil

    survei yang menunjukkan semua formula bayi yang beredar di Indonesia memenuhi

    syarat keamanan, manfaat dan mutu Badan POM disampaikan pada konferensi pers

    yang dilaksanakan di kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tanggal 8

    Juli 2011. Hadir sebagai narasumber dalam konferensi pers ini adalah Menteri

    Kesehatan, Kepala Badan POM, Rektor IPB, Kepala Badan Litbangkes Kemenkes dan

    perwakilan Kejaksaan Agung sebagai kuasa hukum Kemenkes dan Badan POM. Menteri

    Kominfo bertindak sebagai moderator.

    Kepala Badan POM hadir sebagai narasumber Pertemuan Sosialisasi Program Kerja

    Kesehatan Terkait Vaksin Tahun 2011. Pertemuan ini mengangkat tema "Penggunaan

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    17/184

    Vaksin yang Berkualitas, Penanganan Sistem Cold Chain yang Tepat dan Monitoring

    Evaluasi yang Baik Merupakan Kunci Keberhasilan Program Imunisasi.

    Kepala Badan POM meresmikan gedung dan laboratorium BBPOM di Makassar pada

    tanggal 12 Juli 2011. Pada kesempatan ini juga dilaksanakan Pemusnahan Barang Bukti

    Hasil Temuan BBPOM di Makassar.

    Badan POM berpatisipasi dengan mendirikan gerai yang memberikan informasi seputar

    Badan POM dan kegiatan pengawasannya pada acara Festival Anak Indonesia 2011 di

    Silang Monas Jakarta pada tanggal 16-17 Juli 2011. Acara ini merupakan rangkaian

    kegiatan peringatan Hari Anak Nasional tahun 2011. Diselenggarakan oleh Kemenkes

    dan mengambil tema "Anak Indonesia Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia".

    Pada tanggal 19 - 20 Juli 2011, Badan

    POM melakukan kegiatan workshop

    Satuan Tugas Pemberantasan Obatdan Makanan Ilegal di Lippo Village,

    Tangerang, Banten yang dihadiri oleh

    50 orang peserta. Hadir sebagai

    narasumber Badan POM RI (Deputi I

    Bidang Pengawasan Produk Terapetik

    dan NAPZA serta Kepala Pusat

    Penyidikan Obat dan Makanan Badan

    POM), Ditjen Binfar Kementerian Kesehatan, Biro Korwas PPNS Bareskrim Polri, NCB-

    Interpol, Kejaksaan Agung. Forum tersebut menyepakati pencanangan Gerakan

    Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal dengan melakukan penangkalan dan

    pencegahan serta penegakan hukum. Dalam rangka perlindungan konsumen, Tim TPBB kembali melaksanakan operasi pasar

    di Pekanbaru pada tanggal 26 Juli 2011. Ikut dalam kegiatan ini antara lain Wakil

    Mendag, Kepala Badan POM, Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen serta

    Dirjen Perdagangan Dalam Negeri. Ini merupakan daerah pengawasan keempat setelah

    Semarang, Surabaya dan Medan. Badan POM menemukan setidaknya 7 (tujuh)

    minuman impor asal Thailand dan Malaysia. Hasil operasi pengawasan terhadap produk

    pangan ilegal tersebut ditemukan sebanyak 22 item (8.821 kemasan) dengan nilai

    ekonomi sebesar Rp. 35.978.500,- (tiga puluh lima juta sembilan ratus tujuh puluh

    delapan ribu lima ratus rupiah). Terhadap temuan tersebut ditindaklanjuti dengan pro-

    justisia.

    Dalam rangka mensosialisasikan kinerja Badan POM, pada tanggal 27 Juli 2011 Badan

    POM melakukan media visitke Harian Kompas, kompas.com dan Kompas TV.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    18/184

    8

    AGUSTUS 2011

    Pada tanggal 9 Agustus 2011 Tim TPBB yang terdiri dari Menteri Perdagangan, Kepala

    Badan POM, Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen serta Dirjen

    Perdagangan Dalam Negeri kembali melaksanakan operasi pasar di Makassar. Hasil

    operasi pengawasan terhadap produk pangan ilegal tersebut ditemukan sebanyak 1 item

    (20 kemasan) dengan nilai ekonomi sebesar Rp. 240.000,- (dua ratus empat puluh ribu

    rupiah). Terhadap temuan tersebut telah dilakukan pengamanan produk.

    Pada tanggal 10 Agustus 2011 Badan POM melaksanakan konferensi pers untuk

    menyampaikan hasil kinerja intensifikasi pengawasan produk pangan menjelang Idul Fitri

    tahun 2011 yang dilakukan oleh Badan POM.

    Pada tanggal 16 Agustus 2011, Badan POM menyelenggarakan promosi ULPK di

    wilayah Jakarta, yaitu di SD Pela Mampang Jakarta Selatan yang melibatkan murid,

    orang tua murid dan pengajar. Kegiatan yang dilaksanakan di sekolah ini dikemas dalambentuk tanya jawab seputar keamanan produk obat dan makanan serta simulasi tentang

    hotlineULPK dengan orang tua murid dan guru. Sedangkan bagi siswa-siswi kelas 4 s/d

    6 diadakan game pembuatan komik tentang obat dan makanan. Simulasi dan game ini

    diharapkan dapat membuat para murid, orang tua murid serta guru dan tenaga di

    sekolah mengingat nomor telepon hotline ULPK Badan POM, sehingga setiap ULPK

    dapat menjadi rujukan mereka dalam mencari informasi tentang keamanan dan

    kemanfaatan produk obat dan makanan.

    SEPTEMBER 2011

    Pada tanggal 14 - 16 September 2011 Badan POM menyelenggarakan Workshop

    Penyusunan Masukan RUU Pengawasan Obat dan Makanan serta Pemanfaatan Obat

    Asli Indonesia di Bali. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pejabat eselon I dan pejabat

    eselon II di lingkungan Badan POM, Tenaga Ahli Badan Legislatif (Baleg) DPR dan

    beberapa orang Narasumber ahli.

    Dalam rangka mensosialisasikan Jamu sebagai Brand Indonesia, pada tanggal 14

    September 2011 Badan POM menyelenggarakan talkshow dengan tema Mari

    Tingkatkan Minum Jamu Indonesia di Metro TV. Hadir sebagai narasumber adalah

    Kepala Badan POM saat itu, Dra.Kustantinah, Apt., M.App.Sc dan Ketua GP Jamu

    (Charles Saerang).

    Pada tanggal 19 - 20 September 2011, Kementerian Keuangan Republik Indonesia

    menyelenggarakan Rakernas Akuntansi 2011 dengan tema Peningkatan Kinerja

    Pengelolaan Keuangan Pemerintah dalam Rangka Mewujudkan Laporan

    Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah yang Berkualitas. Pada acara tersebut,

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    19/184

    9

    Pemerintah Republik Indonesia memberi penghargaan kepada Badan POM atas

    keberhasilannya menyusun dan menyajikan laporan keuangan tahun 2010 dengan

    capaian standar tertinggi dalam akuntabilitas dan pelaporan keuangan.

    Pada tanggal 22 September 2011 Badan POM mengadakan talkshow di Metro TV

    dengan tema "Mari Lestarikan Budaya Minum Jamu". Hadir sebagai narasumber pada

    kesempatan tersebut adalah Deputi II Badan POM (Drs. Ruslan Aspan, MM) dan

    Pengusaha Obat Tradisional dan Kosmetika Indonesia (Putri Kusumawardhani).

    OKTOBER 2011

    Pada tanggal 5 Oktober 2011 Kepala Badan POM menyampaikan Siaran Pers "Operasi

    Pangea IV Berantas Obat Ilegal Online" dan "Hasil Pengawasan Obat Tradisional

    Mengandung Bahan Kimia Obat". Turut hadir sebagai narasumber pada kesempatan

    tersebut antara lain adalah Deputi II, Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Makanan,Sekretaris NCB Interpol Indonesia, Kasubdit Pengelolaan Opini Publik Kemenkominfo,

    dan Ketua GP Jamu.

    Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, pada tanggal 8 Oktober

    2011 Badan POM menyelenggarakan diskusi panel dengan tema "Peringatan Kesehatan

    Bergambar Pada Label Rokok". Acara tersebut dibuka oleh Kepala Badan POM dan

    diikuti oleh peserta dari beberapa Sekolah Menengah Umum dan Universitas di Jakarta.

    Pada tanggal 20 Oktober 2011 Badan POM menyelenggarakan Penggalangan

    Komitmen Badan POM untuk Melaksanakan Reformasi Birokrasi melalui Penerapan

    QMS Badan POM melalui penyerahan dokumen QMS kepada seluruh unit kerja di

    Badan POM. Acara ini dihadiri oleh pejabat eselon I dan II Badan POM, Kepala

    BBPOM/BPOM serta Manajer Representatif di setiap unit kerja Badan POM.

    Dalam rangka meninjau kesesuaian antara dokumen usulan RB Badan POM dengan

    kenyataan yang ada di lapangan, pada tanggal 27 Oktober 2011 Tim Unit Pengelola

    Reformasi Birokrasi Nasional melakukan verifikasi lapangan ke kantor Badan POM.

    NOVEMBER 2011

    Daerah Kelapa Gading dan Sunter Jakarta menjadi daerah keenam yang menjadi

    sasaran operasi pasar Tim TPBB yang dilaksanakan tanggal 3 November 2011. Turut

    serta dalam kegiatan tersebut antara lain Wakil Mendag, Kepala Badan POM, Dirjen

    Standardisasi dan Perlindungan Konsumen serta Kepala BBPOM di Jakarta. Daerah ini

    merupakan daerah pengawasan keenam setelah Semarang, Surabaya, Medan,

    Pekanbaru dan Makassar. Hasil operasi pengawasan terhadap produk pangan ilegal

    pada tanggal 4 Desember 2010, 12 Agustus 2011 dan 3 November 2011, telah

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    20/184

    10

    ditemukan sebanyak 1.043 item (39.611 kemasan) dengan nilai ekonomi sebesar Rp.

    827.119.834.000,- (delapan ratus dua puluh tujuh milyar seratus sembilan belas juta

    delapan ratus tiga puluh empat ribu rupiah). Terhadap temuan tersebut telah

    ditindaklanjuti dengan pro-justisia.

    Pada tanggal 11 November 2011

    Badan POM melakukan Sosialisasi

    Single Sign On (SSO) dan

    Indonesia National Trade Repository

    (INTR) kepada seluruh importir

    terdaftar di Badan POM dan dihadiri

    oleh 100 importir kosmetik, 100

    importir obat serta 150 importir

    pangan. Sekitar 2000 siswa tingkat Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah Menengah

    Umum (SMU) di Jawa Barat dan DKI Jakarta bersama dengan Kepala Badan POM,

    Deputi III Badan POM, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung serta beberapa

    undangan lainnya dalam acara Festival Sehat Jajanan Sekolahku membacakan Ikrar

    Peduli PJAS di Lapangan Saparua Bandung pada tanggal 19 November 2011.

    Pembacaan ikrar ini merupakan salah satu kegiatan dalam Festival Sehat Jajanan

    Sekolahku yang diselenggarakan Badan POM bersama instansi terkait menjangkau

    sasaran yang lebih luas dalam mewujudkan PJAS yang aman, bermutu dan bergizi.

    Acara ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia sebagai Pemrakarsa Peduli Pangan

    Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Pertama di Indonesia dan untuk itu diberikan Piagam

    MURI kepada Badan POM.

    Pada tanggal 20-23 November 2011 Badan POM menyelenggarakan Rapat Kerja

    Nasional (Rakernas) Badan POM tahun 2011 dengan tema "Perkuatan Akuntabilitas

    Pengadaan Barang dan Jasa serta Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan Untuk

    Mendukung Implementasi Reformasi Birokrasi". Rakernas kali ini dilaksanakan di Serang

    dan diikuti oleh perwakilan unit kerja di lingkungan Badan POM Pusat dan seluruh Balai

    Besar/Balai POM.

    Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi IX DPR RI dengan Badan POM

    diselenggarakan pada tanggal 24 November 2011. Pada kesempatan ini, Kepala Badan

    POM menyampaikan paparan mengenai Upaya Mewujudkan Kinerja Badan POM

    Menjadi Lebih Efektif dan Efisien.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    21/184

    11

    Kepala Badan POM menyampaikan hasil temuan Badan POM terkait kopi yang dicampur

    dengan Bahan Kimia Obat pada konferensi pers yang dilaksanakan di Ruang Wartawan

    Badan POM pada tanggal 25 November 2011.

    DESEMBER 2011

    Badan POM bekerjasama dengan UGM dalam melaksanakan Pelatihan Peningkatan

    Kapasitas Kepemimpinan dan Manajerial dalam Pengawasan Obat dan Makanan di

    Yogyakarta pada tanggal 2-3 Desember 2011. Pelatihan ini diikuti oleh jajaran Eselon II

    Badan POM dan Kepala BBPOM/BPOM.

    Tim PIC/S kembali mengunjungi Badan POM pada tanggal 5-9 Desember 2011 sebagai

    tindak lanjut terhadap hasil assessment yang dilakukan pada Desember 2010 untuk

    mengetahui perkembangan dan perbaikan yang telah dilakukan Badan POM terkait

    proses dan cara kerja inspeksi dalam rangka pengajuan Badan POM sebagai anggotaPIC/S.

    Badan POM melaksanakan kegiatan Pertemuan Jejaring Keamanan Pangan di Daerah

    dengan tema "Peningkatan Koordinasi Lintas Sektor dalam rangka Intensifikasi

    Pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah", kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal

    11-13 Desember 2011 di Samarinda ini dihadiri oleh Deputi III Badan POM, Sekda Prov.

    Kaltim dan Kepala BBPOM di Samarinda.

    Kementerian Perdagangan dan Badan POM sebagai Tim TPBB menyelenggarakan

    konferensi pada tanggal 12 Desember 2011 yang ditujukan untuk menyampaikan hasil

    pengawasan Tim TPBB selama tahun 2011. Hadir sebagai narasumber pada

    kesempatan tersebut adalah Wakil Mendag, Kepala Badan POM, dan perwakilan Pusat

    Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman (PIPIMM).

    Kepala Badan POM meresmikan gedung kantor BBPOM di Bandar Lampung pada

    tanggal 21 Desember 2011. Acara peresmian dihadiri oleh perwakilan Pemerintah

    Daerah, pelaku usaha dan undangan lainnya.

    Dalam rangka memperingati Hari

    Ibu ke-83, Badan POM

    melaksanakan upacara bendera

    pada tanggal 22 Desember 2011.

    Dalam rangkaian upacara

    dilaksanakan penganugerahan dan

    penyematan Tanda Kehormatan

    Satya Lancana Karyasatya dan Pin

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    22/184

    12

    Purna Bakti. Selain itu dilakukan Penyerahan Piagam MURI oleh Jaya Suprana kepada

    Kepala Badan POM untuk Kegiatan Ikrar PJAS di Bandung. Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan National Single Window(NSW) bersama

    para menteri dan pejabat terkait meresmikan peluncuran sistim Single Sign On (SSO),

    Indonesia National Trade Repository (INTR) dan Penerapan Buku Tarif Kepabeanan

    Indonesia (BTKI) 2012 di kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada

    tanggal 29 Desember 2011. Acara ini dihadiri oleh Menteri Keuangan, Menteri

    Kesehatan, Kepala Badan POM, Wakil Menteri Perdagangan, Wakil Menteri

    Perhubungan serta undangannya lainnya. Pada kesempatan tersebut juga disampaikan

    press releasemengenai peluncuran SSO ini.

    Sebagai penutup tahun 2011, Badan POM menyelenggarakan konferensi pers untuk

    menyampaikan Kinerja Badan POM selama tahun 2011 dan Fokus di tahun 2012. Pada

    Tahun 2012, Badan POM akan memfokuskan pengawasan obat dan makanan padabeberapa hal : peningkatan status gizi anak melalui rencana aksi nasional pangan

    jajanan anak sekolah (PJAS),penapisan dan intensifikasi post-market kosmetika,sertapeningkatan daya saing industri farmasi nasional. Sementara penguatanpengawasan dilakukan melalui elektronisasi registrasi (e-registration), pengembangan

    penerapan QMS, serta pengawasan produk ilegal dan palsu yang dipromosikan melalui

    mediaonline.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    23/184

    13

    Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas,

    Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

    Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai

    Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden.

    Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 Tentang

    Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa

    dalam melaksanakan tugasnya Badan POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan,

    khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya

    serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud.

    Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik Badan POM tercakup dalam Keputusan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas

    Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan

    di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    Mengacu pada model suatu lembaga regulasi yang efektif di tingkat internasional, maka

    dalam melaksanakan tugas sebagaimana disebut di atas Badan Pengawas Obat dan

    Makanan menyelenggarakan fungsinya yang mencakup pengawasan full spectrum, melalui

    berbagai kegiatan sebagai berikut:

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    24/184

    14

    a. Penyusunan kebijakan, pedoman dan standar;

    b. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang Obat dan Makanan berdasarkan Cara-cara

    Produksi yang Baik;

    c. Penilaian produk sebelum beredar (pre market evaluation) terhadap persyaratan

    keamanan terhadap tubuh manusia, manfaat bagi kesehatan, dan mutunya;

    d. Pengamatan produk setelah beredar (Post marketing vigilance) melalui sampling dan

    pengujian laboratorium, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi/ritel;

    e. Penilaian (pre-review) dan pemantauan (pasca-audit) iklan dan promosi produk;

    f. Riset untuk mendukung kebijakan terkait pengawasan Obat dan Makanan;

    g. Komunikasi, informasi dan edukasi masyarakat utamanya peringatan publik (public

    warning).

    h. Penyidikan dan penegakan hukum;

    Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta melihat dinamika lingkungan strategis yang

    telah dilakukan analisis situasinya, maka segenap jajaran Badan POM bercita-cita

    menjadikan Badan POM sebagai institusi sebagaimana yang dinyatakan dalam visi sebagai

    berikut :

    Visi tersebut tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

    Nomor HK.04.01.21.11.10.10509 tanggal 3 November 2010. Pernyataan visi Badan POM

    tersebut disesuaikan dengan tuntutan yang berkembang di bidang pengawasan obat dan

    makanan.

    Untuk menjabarkan visi yang telah ditetapkan tersebut, Badan POM telah pula menetapkan

    misi yang harus diembannya, dan dituangkan dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas

    Obat dan Makanan RI Nomor HK.04.01.21.11.10.10509 tanggal 3 November 2010, yaitu :

    Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif, kredibel

    dan diakui secara internasional untuk melindungi masyarakat

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    25/184

    15

    Penyesuaian organisasi dan tata kerja Badan POM dilakukan berdasarkan Keputusan

    Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala

    Badan POM Nomor: 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas

    Obat dan Makanan. Penyesuaian juga terjadi dengan terbitnya Keputusan Kepala Badan

    POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala

    Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan

    Makanan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, dilakukan

    oleh unit-unit Badan Pengawas Obat dan Makanan di pusat, maupun oleh Balai Besar/ Balai

    POM yang ada di seluruh Indonesia.

    Sesuai dengan struktur yang ada, secara garis besar unit-unit kerja Badan POM dapat

    dikelompokkan sebagai berikut; Sekretariat, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II, dan III)

    dan unit penunjang teknis (Pusat-Pusat) yang melaksanakan tugas sebagai berikut :

    1. Sekretariat Utama.

    Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan,

    pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan Badan

    POM.

    1. Melakukan pengawasan pre-marketdan post-market

    berstandar internasional

    2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten

    3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di

    berbagai lini

    4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari

    obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan

    5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organizat ion)

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    26/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    27/184

    17

    teknis di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan perbekalan kesehatan

    rumah tangga;

    f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan

    teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan

    rumah tangga;

    g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan

    teknis di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif;

    h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

    produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif;

    i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan narkotika,

    psikotropika, dan zat adiktif;j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya.

    3. Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk

    Komplemen).

    Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

    mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat

    tradisional, kosmetik dan produk komplemen.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional,

    Kosmetik dan Produk Komplemen menyelenggarakan fungsi :

    a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan

    obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen;

    b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk

    komplemen;

    c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik;

    d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang pengaturan dan standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk

    komplemen;

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    28/184

    18

    e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen;

    f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang obat asli Indonesia;

    g. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen;

    h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat

    tradisional, kosmetik dan produk komplemen;

    i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan

    produk komplemen;

    j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya.

    4. Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya).

    Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai

    tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan

    dan bahan berbahaya.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

    dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi :

    a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang

    pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

    b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

    c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang penilaian keamanan pangan;

    d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang standardisasi keamanan pangan;

    e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan;

    f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan;

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    29/184

    19

    g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur,

    pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di

    bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya;

    h. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya;

    i. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan

    keamanan pangan dan bahan berbahaya;

    j. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan

    berbahaya;

    k. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugas.

    5. Unit Pelaksana Teknis Badan POM di Daerah.

    Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM terdiri atas:

    a. 19 (sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) , danb. 12 (dua belas) Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

    Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai tugas melaksanakan

    kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif

    lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan

    berbahaya.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Unit Pelaksana Teknis menyelenggarakan fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan;

    b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika,

    dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan

    bahan berbahaya;

    c. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk secara

    mikrobiologi;

    d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana

    produksi dan distribusi;

    e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum;

    f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi;

    g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen;

    h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

    i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan;

    j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang

    tugasnya.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    30/184

    20

    6. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN).

    Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian

    mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat

    tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu

    Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, PPOMN menyelenggarakan fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan;

    b. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik,

    narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional,

    kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya;

    c. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN;d. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan;

    e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian;

    f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan;

    g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan;

    h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat.

    7. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan.

    Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap

    perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat

    adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk

    sejenis lainnya.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Penyidikan Obat dan Makanan

    menyelenggarakan fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan;

    b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan;

    c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat

    dan makanan.

    8. Pusat Riset Obat dan Makanan.

    Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan

    dan produk terapetik.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    31/184

    21

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai fungsi:

    a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan;

    b. Pelaksanaan riset obat dan makanan;

    c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan.

    9. Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM).

    Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi

    keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, PIOM mempunyai fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan;

    b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat;c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan;

    d. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi;

    e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan

    makanan;

    f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan.

    10. Inspektorat.

    Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di l ingkungan Badan POM.

    Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat mempunyai fungsi :

    a. Penyiapan rumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan fungsional.

    b. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    c. Pengusutan mengenai kebenaran laporan dan pengaduan tentang hambatan,

    penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh

    unsur atau unit di lingkungan Badan POM.

    d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    32/184

    22

    KEPALA

    INSPEKTORAT

    SEKRETARIAT UTAMA1. Biro Perencanaan dan Keuangan2. Biro Kerja Sama Luar Negeri3. Biro Hukum dan Humas4. Biro Umum

    PusatPengujianObat danMakanan

    Nasional

    PusatPenyidikanObat dan

    Makanan

    PusatRiset

    Obat dan

    Makanan

    PusatInformasiObat dan

    Makanan

    DEPUTI IBidang PengawasanProduk Terapetik danNAPZA1. Dit. Penilaian Obat

    dan ProdukBiologi

    2. Dit. StandardisasiProduk Terapetikdan PKRT

    3. Dit. PengawasanProduksi ProdukTerapetik danPKRT

    4. Dit. PengawasanDistribusi ProdukTerapetik dan

    PKRT5. Dit. Pengawasan

    NAPZA

    DEPUTI IIBidang PengawasanObat Tradisional

    (OT), Kosmetik danProduk Komplemen1. Dit. Penilaian OT,

    SuplemenMakanan danKosmetik

    2. Dit. StandardisasiOT, Kosmetikdan ProdukKomplemen

    3. Dit. Inspeksi dan

    Sertifikasi OT,Kosmetik danProduk

    Komplemen.4. Dit. Obat Asli

    Indonesia

    DEPUTI IIIBidang PengawasanKeamanan Pangan

    dan BahanBerbahaya1. Dit. Penilaian

    KeamananPangan

    2. Dit. StandardisasiProduk Pangan

    3. Dit. Inspeksi danSertifikasiPangan

    4. Dit. Surveilans

    dan PenyuluhanKeamananPangan

    5. Dit. PengawasanProduk danBahan Berbahaya

    BALAI dan BALAI

    BESAR POM

    Gambar 1

    STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    33/184

    23

    Badan POM mempunyai posisi yang strategis berkaitan dengan tugas utama pemerintah

    dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat di bidang Obat dan Makanan. Produk-produk di bawah pengawasan Badan POM merupakan kebutuhan dasar manusia tetapi

    sekaligus juga berisiko memberi dampak buruk bagi kesehatan dan keselamatan

    masyarakat apabila tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, maupun mutu. Karena

    itu perlu dilakukan pengaturan dan pengawasan yang baik (Good Regulatory Practices) agar

    keamanan, manfaat dan mutu produk-produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

    Pengawasan Obat dan Makanan merupakan upaya yang strategis karena selain berdampak

    pada perlindungan konsumen, juga merupakan unsur penting dalam meningkatkan daya

    saing mutu produk di pasar lokal, regional maupun global. Peran ganda pengawasan ini

    sejalan dengan Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Dalam agenda tersebut,

    kebijakan pembangunan, antara lain diarahkan untuk menghormati, melindungi, dan

    memenuhi hak-hak masyarakat atas makanan dan kesehatan, di samping hak-hak lainnya.

    Menyadari bahwa Obat dan Makanan merupakan unsur penting dalam pencapaian derajat

    kesehatan yang optimal, sementara konsumen masih dominan dalam penentuan belanja

    kesehatan karena 70% dari total pembiayaan untuk kesehatan masih bersumber dari dana

    masyarakat, maka upaya pengawasan Obat dan Makanan yang beredar di pasar memiliki

    arti penting dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal. Peran perlindungan

    konsumen terhadap berbagai risiko kesehatan dari produk Obat dan Makanan yang tidak

    memenuhi ketentuan ini sejalan dengan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

    Konsumen.

    Pengawasan Obat dan Makanan juga memberi kontribusi dalam peningkatan devisa dan

    perekonomian karena hanya produk yang memenuhi persyaratan yang dapat diterima untuk

    diperdagangkan baik di tingkat lokal, regional maupun global.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    34/184

    24

    A. UMUM

    Pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia yang merupakan bagian integral dari

    pembangunan kesehatan secara umum harus dapat mengantisipasi perubahan

    lingkungan strategis yang senantiasa berubah secara dinamik. Perubahan-perubahan

    tersebut, baik yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada sistem

    pengawasan Obat dan Makanan, harus dapat diantisipasi secara cepat dan tepat. Dalam

    upaya meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat dari risiko produk Obat dan

    Makanan yang tidak memenuhi syarat, palsu, substandar dan ilegal, Badan POM

    berupaya memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan yang komprehensif dan

    menyeluruh.

    Tugas kepemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan mempunyai lingkup

    yang luas dan kompleks, menyangkut kepentingan dan hajat hidup rakyat banyak

    dengan sensitifitas publik yang tinggi serta berimplikasi luas pada keselamatan dankesehatan konsumen. Untuk itu pengawasan tidak dapat dilakukan secara parsial hanya

    pada produk akhir yang beredar di masyarakat, tetapi harus dilakukan secara

    komprehensif dan sistematik, mulai dari kualitas bahan yang digunakan, cara-cara

    produksi, distribusi, penyimpanan, sampai produk tersebut siap dikonsumsi oleh

    masyarakat. Sejalan dengan kebijakan pasar global, pengawasan harus dilakukan mulai

    dari produk masuk di entry point sampai beredar di pasar. Pada seluruh mata rantai

    tersebut harus ada sistem yang memiliki mekanisme yang dapat mendeteksi kualitas

    produk sehingga secara dini dapat dilakukan pengamanan jika terjadi degradasi mutu,

    produk sub standar, kontaminasi dan hal-hal lain yang dapat membahayakan kesehatan

    masyarakat.

    Untuk menyelenggarakan tugas kepemerintahan di bidang pengawasan Obat dan

    Makanan tersebut diperlukan institusi dengan infrastruktur pengawasan yang kuat,

    memiliki integritas dan kredibilitas profesional yang tinggi serta memiliki kewenangan

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    35/184

    25

    untuk melaksanakan penegakan hukum, maka pemerintah memberi mandat kepada

    Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk melaksanakan tugas tersebut.

    1. Internal

    a) SDM

    Jumlah SDM yang dimiliki Badan POM untuk melaksanakan tugas dan fungsi

    pengawasan Obat dan Makanan pada tahun 2011 adalah sejumlah 3.650 orang,

    yang tersebar di unit pusat dan Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia.

    No Unit KerjaS3

    S2

    Apoteker/

    Profesi

    S1

    NON

    Jumlah

    1 Badan POM di Pusat 5 137 392 252 299 1.085

    2 Balai Besar POM di Banda Aceh 9 29 11 30 79

    3 Balai Besar POM di Medan 5 43 15 65 128

    4 Balai Besar POM di Pekanbaru 3 32 9 53 97

    5 Balai POM di Jambi 1 26 7 36 70

    6 Balai Besar POM di Padang 8 29 12 51 1007 Balai POM di Bengkulu 5 17 8 34 64

    8 Balai Besar POM di Palembang 6 25 21 37 89

    9 BalaiBesar POM di Bandar Lampung 3 37 12 51 103

    10 Balai Besar POM di Jakarta 6 44 12 47 109

    11 Balai Besar POM di Bandung 5 53 22 61 141

    12 Balai Besar POM di Semarang 7 39 29 62 137

    13 Balai Besar POM di Surabaya 1 59 46 36 142

    14 Balai Besar POM di Yogyakarta 9 35 22 51 117

    15 Balai Besar POM di Mataram 4 23 12 43 82

    16 Balai POM di Kupang 6 20 14 22 62

    17 Balai Besar POM di Denpasar 3 31 30 40 104

    18 Balai POM di Ambon 1 15 8 31 55

    19 Balai Besar POM di Samarinda 31 14 27 72

    20 Balai Besar POM di Pontianak 2 26 13 32 73

    Tabel 1PROFIL PEGAWAI BADAN POM BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN

    TAHUN 2011

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    36/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    37/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    38/184

    28

    NoUnit

    Kerja/BB/BPOM

    RentangUsia

    Jumlah

    20-24

    25-29

    30-34

    35-39

    40-44

    45-49

    50-54

    >55

    12 Semarang 15 35 5 24 22 26 10 137

    13 Surabaya 1 12 24 11 18 39 28 9 142

    14 Yogyakarta 1 7 34 24 12 19 13 7 117

    15 Mataram 1 12 17 9 9 9 17 8 82

    16 Kupang 1 19 15 8 6 4 7 2 62

    17 Denpasar 10 22 15 19 19 13 6 104

    18 Ambon 3 10 14 7 3 8 8 2 55

    19 Samarinda 1 18 14 7 11 8 9 4 72

    20 Pontianak 1 19 15 10 5 5 17 1 73

    21 Banjarmasin 1 12 14 10 13 11 17 4 82

    22 Palangkaraya 12 15 10 10 7 8 3 65

    23 Makassar 14 21 7 27 35 17 3 124

    24 Manado 1 22 16 10 12 10 10 3 84

    25 Kendari 1 13 11 8 12 9 5 5 64

    26 Palu 1 15 7 5 6 13 5 6 58

    27 Jayapura 2 17 20 7 5 10 11 3 75

    28 Serang 2 33 7 2 2 2 1 49

    29 Batam 5 32 2 1 2 1 43

    30 Pangkal Pinang 3 32 4 2 41

    31 Gorontalo 4 27 6 3 2 1 43

    32 Manokwari 9 1 1 1 1 13

    Jumlah 60 705 755 328 435 538 581 248 3.650

    Dari 3.560 orang pegawai Badan POM, 22,71% diantaranya berusia > 50 tahun

    dan 20,96% berada pada usia < 30 tahun.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    39/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    40/184

    30

    No BBPOM/BPOM

    Timbangan Spektrofotometer

    HPLC

    GC

    LC-MSMS

    GC-MS

    AlatUjiKondom

    SmokingMachine

    AAS

    PCR

    DissolutionTester

    SemiMikro

    Mikro+Meja

    Analitik

    TopLoading

    Total

    UV-Vis

    Vis

    IR/FTIR

    Total

    Standar Minimum 5 2 8 7 22 4 1 1 6 7 2 - 1 - - 1 1 2

    1 Banda Aceh 4 4 8 2 2 4 1

    2 Medan 1 13 4 18 6 1 7 7 2 2 4

    3 Pekanbaru 6 1 5 5 17 5 5 5 2 1 34 Jambi 1 1 10 6 18 3 3 5 1 1 3

    5 Padang 11 3 14 5 5 6 1 1 2

    6 Bengkulu 1 1 7 5 14 3 3 6 1 1 2

    7 Palembang 1 7 6 14 3 3 6 3 1 2

    8 B. Lampung 2 11 7 20 4 4 6 2 1 2

    9 Jakarta 1 5 6 1 1 5 2 2 3

    10 Bandung 2 1 5 10 18 4 4 7 1 1 4

    11 Semarang 1 14 6 21 4 4 8 3 1 2 5

    12 Surabaya 6 13 19 1 1 5 2 1

    13 Yogyakarta 10 5 15 6 2 8 8 2 3

    14 Mataram 2 1 10 6 19 7 7 6 1 1 1 1 315 Kupang 7 5 12 5 1 6 6 1 1 2

    16 Denpasar 1 7 6 14 4 2 6 7 1 1 3

    17 Ambon 1 9 5 15 4 4 7 4 1 2

    18 Samarinda 2 1 4 4 11 2 2 6 2 1 3

    19 Pontianak 2 6 7 15 4 4 6 3 1 2

    20 Banjarmasin 6 1 7 0 2 1 2

    21 Palangkaraya 3 1 3 7 3 3 3 1 2 1 1

    22 Makassar 2 5 5 12 2 1 3 5 1 1

    23 Manado 3 3 3 9 3 3 4 2 1 2

    24 Kendari 3 6 5 14 3 3 6 1 1 3

    25 Palu 1 13 3 17 4 4 4 2 1 226 Jayapura 1 3 5 9 5 5 6 2 1 2

    27 Serang 2 2 10 12 26 3 3 6 1 1 2

    28 Batam 4 1 10 7 22 3 3 7 1 1 2

    29 Pangkal Pinang 2 2 5 7 16 3 3 7 2 1 2

    30 Gorontalo 4 1 7 3 15 2 2 7 1 1 3

    Total 41 19 216 166 442 103 3 5 111 173 42 0 4 0 1 34 2 71

    Sumber : LAPTAH Balai Besar/Balai POM Tahun 2011

    Tabel 3DAFTAR 11 ALAT LABORATORIUM UTAMA

    YANG PALING SERING DIGUNAKAN DI MASING-MASING BB/BPOMTAHUN 2011

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    41/184

    31

    Dari Tabel 3 dapat diketahui kondisi 11 alat laboratorium utama yang paling

    sering digunakan pada masing-masing Balai Besar/Balai POM di seluruh

    Indonesia. Dibandingkan terhadap Standar Minimum Laboratorium Balai POM,

    masih terdapat gap yang signifikan pada alat laboratorium yang dimiliki Balai

    Besar/Balai POM. Sesuai dengan Grand Strategy Badan POM 2010-2014,

    terutama pilar ke 2, yaitu Mewujudkan laboratorium Badan POM yang handal,

    maka strategi Badan POM untuk mewujudkan hal tersebut adalah memenuhi

    Standar Minimum Laboratorium, baik SDM, bangunan, maupun peralatan

    laboratorium agar memenuhi kaidah Good Laboratory Practices(GLP).

    c) Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) - Full Spectrum

    Pengawasan Obat dan Makanan memiliki aspek permasalahan yang berdimensi

    luas dan kompleks. Mengingat kompleksitas dan luasnya cakupan pengawasanobat dan makanan maka harus dikembangkan Sistem Pengawasan Obat dan

    Makanan (SISPOM) yang melibatkan peran dan tanggung jawab semua pihak

    yang terkait dalam satu jaringan yang bersinergi semenjak awal proses suatu

    produk hingga produk tersebut beredar di masyarakat. SISPOM yang

    dikembangkan mencakup 3 komponen yaitu :

    1) Komponen Pengawasan oleh Produsen/Pelaku Usaha, yaitu sistem

    pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara produksi yang

    baik atau GMP dan pemantauan mutu produk yang telah diedarkan, karena

    secara hukum produsen bertangggung jawab atas mutu dan keamanan

    produk yang dihasilkannya;

    2) Komponen Pengawasan oleh Pemerintah, yang dilakukan melalui

    penyusunan peraturan dan standardisasi, penilaian keamanan, manfaat dan

    mutu produk sebelum diedarkan, inspeksi, sertifikasi, pengambilan sampel

    dan pengujian laboratorium terhadap produk yang telah ada di peredaran,

    peringatan kepada publik (public warning) terhadap produk yang ditemukan

    dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan dan penegakan hukum serta

    KIE kepada masyarakat;

    3) Komponen Pengawasan oleh masyarakat, yang dilakukan terutama oleh

    masyarakat konsumen dengan cara meningkatkan pengetahuan dan

    kesadaran mengenai kualitas produk yang digunakannya, karena pada

    akhirnya masyarakat sendirilah yang menentukan penggunaan suatu produk.

    Masyarakat dengan tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi akan

    mampu membentengi dirinya sendiri dari penggunaan produk yang tidak

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    42/184

    32

    memenuhi syarat. Disamping itu masyarakat yang telah diberdayakan akan

    mendorong produsen untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kualitas

    produknya (community empowerment induce voluntary compliance).

    2. Eksternal

    a) CoveragePemeriksaan Sarana Produksi dan Distribusi

    Pengawasan Obat dan Makanan yang dilakukan oleh Badan POM sangatlah

    kompleks. Selain kompleksitas permasalahan di bidang komoditi yang diawasi,

    jumlah sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan yang terus meningkat

    menuntut perkuatan sistem pengawasan di bidang Obat dan Makanan. Kondisi

    saat ini, dari total 64.144 sarana produksi serta 243.158 sarana distribusi Obat

    dan Makanan yang tersebar di 30 propinsi, cakupan pengawasan yang dilakukan

    oleh Badan POM pada tahun 2011 hanya sekitar 14,75%. Rendahnya cakupanpengawasan ini dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain adalah kondisi

    geografis yang menyebabkan waktu perjalanan ke wilayah kerja semakin lama,

    sehingga jumlah sarana yang dapat dijangkau semakin rendah. Dari 30 Balai

    Besar /Balai POM yang tersebar di 30 ibukota propinsi, lama waktu perjalanan

    terjauh ke wilayah kerja adalah 5 hari. Berikut ini adalah data kondisi wilayah

    kerja Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia.

    NoBalai Besar/

    Balai POM

    Luas

    Wilayah

    Kerja (km2)

    Jumlah

    Kab/Kota

    Jumlah

    Sarana

    Produksi

    Obat dan

    Makanan

    Jumlah

    Sarana

    Distribusi

    Obat dan

    Makanan

    Lama Waktu

    Perjalanan ke

    Wilayah Kerja (Jam)

    Kab Kota Terdekat Terjauh

    1 Banda Aceh 353.745,63 18 5 515 3.414 2 252 Medan 71.680,68 25 8 1.631 5.951 2 12

    3 Pekanbaru 89.150,00 10 2 1.814 3.441 2 12

    4 Jambi 53.435,00 9 2 1.508 3.221 30 menit 12

    5 Padang 42.297,30 12 7 973 5.589 2 5 hari

    6 Bengkulu 19.789,00 9 1 720 90.638 1,5 6

    Tabel 4

    KONDISI WILAYAH KERJA BALAI BESAR/BALAI POMTAHUN 2011

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    43/184

    33

    NoBalai Besar/

    Balai POM

    Luas

    Wilayah

    Kerja (km2)

    Jumlah

    Kab/Kota

    Jumlah

    Sarana

    Produksi

    Obat dan

    Makanan

    Jumlah

    Sarana

    Distribusi

    Obat dan

    Makanan

    Lama Waktu

    Perjalanan ke

    Wilayah Kerja (Jam)

    Kab Kota Terdekat Terjauh

    7 Palembang 87.017,42 11 4 171 890 1 7

    8 B. Lampung 35.288,35 12 2 2.127 3.720 1 6

    9 Jakarta 662,33 1 5 1.258 6.594 30 menit 2,5

    10 Bandung 34.816,96 17 9 10.698 14.656 30 menit 6

    11 Semarang 32.548,00 29 6 9.704 13.841 1,5 6

    12 Surabaya 46.428,38 29 9 18.833 16.774 2 4

    13 Yogyakarta 3.185,80 4 1 2.156 1.801 30 menit 3

    14 Mataram 49.312,19 8 2 299 2.219 1 2 hari

    15 Kupang 247.349,90 20 1 759 2.584 45 menit 8

    16 Denpasar 5.636,66 8 1 875 3.481 30 menit 3

    17 Ambon 712.479,69 9 2 154 1.708 1 24

    18 Samarinda 244.908,17 10 4 1.427 3.719 1 27

    19 Pontianak 146.807,00 12 2 739 3.122 45 menit 22

    20 Banjarmasin 37.530,52 11 2 1.422 2.588 1 9

    21 Palangkaraya 153.564,00 13 1 867 2.880 45 menit 20

    22 Makassar 62.761,69 26 3 789 6.129 1 12

    23 Manado 155.527,76 18 6 667 27.578 30 menit 36

    24 Kendari 153.016,00 10 2 69 1.445 2 12

    25 Palu 68.033,00 9 1 294 2.714 3 2 hari

    26 Jayapura 317.062,00 38 2 684 5.462 1 2 hari

    27 Serang 9.662,92 4 4 1.706 2.448 30 menit 6

    28 Batam 252.601,00 5 2 429 1.943 20 menit 18

    29 Pangkal Pinang 81.724,54 6 1 828 1.506 1 5

    30 Gorontalo 11.967,64 5 1 28 1.102 1 6

    Total 3.559.989,53 398 98 64.144 243.158 34,08 571

    Sumber : LAPTAH Balai Besar/Balai POM Tahun 2011

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    44/184

    34

    b) Persebaran Produk Obat dan Makanan

    Pada dasarnya seluruh produk obat dan makanan yang beredar harus terjamin

    aman dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Dengan demikian,

    maka tugas Badan POM adalah mengawasi bahwa produk obat dan makanan

    yang beredar terjamin aman dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan.

    Atas dasar tugas seperti ini, maka kinerja Badan POM dalam melakukan

    pengawasan obat dan makanan dapat ditentukan dengan suatu indikator yaitu

    persentase kenaikan obat dan makanan yang memenuhi standar. Agar data

    persentase produk yang memenuhi standar ini dapat dibandingkan setiap

    tahunnya, maka proporsi berbagai jenis produk obat dan makanan di dalam

    seluruh produk yang diambil sampelnya (sampel yang mewakili seluruh produk)

    harus konsisten. Dengan proporsi yang konsisten seperti ini maka perubahan

    persentase produk yang memenuhi standar, apakah naik atau turun, setiaptahunnya dapat dijadikan dasar untuk mengukur dampak kinerja Badan POM

    dalam melaksanakan tugas pengawasan obat dan makanan. Akan tetapi hal ini

    tidak mungkin dilakukan karena jumlah produk obat dan makanan yang beredar

    tidak diketahui secara pasti.

    Untuk menangani kendala ini, perlu ada pendekatan khusus sehingga sampel

    yang diambil dapat mewakili produk obat dan makanan yang beredar dan

    proporsinya konsisten, sehingga hasil pengawasan dapat dibandingkan setiap

    periode atau setiap tahunnya. Dalam pendekatan khusus ini perlu asumsi-asumsi

    yang tepat sehingga proporsi sampel yang diambil setiap tahun dapat

    dipertahankan selalu konsisten.

    Untuk dapat mengukur kinerja Badan POM, yaitu dengan cara membandingkan

    persentase produk yang memenuhi persyaratan (MS) atau tidak memenuhi

    persyaratan (TMS) setiap tahunnya, maka diperlukan cara sampling dengan

    memperhatikan bahwa proporsi jenis produk yang selalu diambil pada setiap

    pengambilan sampel harus konsisten. Selain itu, pengambilan sampel harus

    berbasis risiko (risk-based sampling) agar produk yang berisiko lebih tinggi

    sampelnya diambil lebih banyak daripada produk yang berisiko rendah.

    Diharapkan penerapan risk-based sampling dalam memonitor produk-produk

    Obat dan Makanan dapat lebih melindungi konsumen dari produk TMS serta hasil

    pengawasannya berupa persentase produk MS atau TMS yang beredar dapat

    dibandingkan secara konsisten setiap tahunnya.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    45/184

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    46/184

    36

    negara. Hal ini merupakan tantangan global terutama kaitannya dengan dampak

    kesehatan. Munculnya new emerging diseases (SARS, H5N1 dan H1N1) dan

    reemerging disease (HIV-AIDS, malaria, Tuberkulosis, dll) meningkatkan

    permintaan obat-obatan dan vaksin. Berdasarkan data dari Kementerian

    Kesehatan tahun 2010, persentase kasus baru tuberkulosis paru (BTA positif)

    yang ditemukan mencapai 74,7%. Sedangkan angka penemuan kasus malaria

    (annual parasit index/API) mencapai 1,96 per 1.000 penduduk. Hal ini menjadi

    tantangan bagi Badan POM untuk dapat mengawal dari aspek keamanan,

    kemanfaatan, dan mutu produk.

    b) Persebaran penduduk :

    Pulau Sumatera yang luasnya 25,2% dari luas seluruh wilayah Indonesia hanya

    dihuni oleh 21,3% penduduk. Sedangkan pulau Jawa yang luasnya hanya 6,8%dari seluruh wilayah Indonesia, dihuni oleh 57,5% penduduk (SP 2010). Hal ini

    merupakan persoalan tersendiri. Persentase penduduk miskin di desa mencapai

    angka 15,72% yang lebih besar dibandingkan dengan persentase penduduk

    miskin di kota yaitu sebesar 9,23%. Kondisi ini, membawa konsekuensi

    meningkatnya urbanisasi mengingat pertumbuhan lapangan kerja di pedesaan

    yang terbatas.

    Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% dibanding tahun

    2010. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan

    pembangunan ekonomi. Hal ini juga berimbas pada menurunnya persentase

    penduduk miskin pada 2011 menjadi 12,49% dibandingkan tahun 2010 sebesar

    13,33%. Menurunnya persentase penduduk miskin bukan berarti daya beli

    masyarakat meningkat pula. Adanya inflasi tanpa kenaikan pendapatkan

    mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Dengan daya beli yang relatif

    rendah menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap produk obat dan

    makanan yang murah dan kurang berkualitas, yang pada akhirnya meningkatkan

    risiko terjadinya gangguan kesehatan.

  • 7/22/2019 laptah_bpom2011

    47/184

    37

    Propinsi 1990 2000 2010

    Aceh 3.416.156 3.929.234 4.486.570

    Sumatera Utara 10.256.027 11.642.488 12.985.075Sumatera Barat 4.000.207 4.248.515 4.845.998

    Riau 3.303.976 3.907.763 5.543.031Kep. Riau - 1.040.207 1.685.698Jambi 2.020.568 2.407.166 3.088.618

    Sumatera Selatan 6.313.074 6.210.800 7.446.401Kep. Bangka Belitung - 899.968 1.223.048

    Bengkulu 1.179.122 1.455.500 1.713.393Lampung 6.017.573 6.730.751 7.596.115

    DKI Jakarta 8.259.266 8.361.079 9.588.198Jawa Barat 35.384.352 35.724.093 43.021.826Banten - 8.098.277 10.644.030Jawa Tengah 28.520.643 31.223.258 32.380.687DI Yogyakarta 2.913.054 3.121.045 3.452.390

    JawaTimur 32.503.991 34.765.993 37.476.011

    Bali 2.777.811 3.150.057 3. 891.428Nusa Tenggara Barat 3.369.649 4.008.601 4.496.855

    Nusa Tenggara Timur 3.268.644 3.823.154 4.679.316Kalimantan Barat 3.229.153 4.016.353 4.393.239

    Kalimantan Tengah 1.396.486 1.855.473 2.202.599Kalimantan Selatan 2.597.572 2.984.026 3.626.119

    Kalimantan Timur 1.876.663 2.451.895 3.550.586Sulawesi Utara 2.478.119 2.000.872 2.265.937Gorontalo - 833.496 1.038.585

    Sulawesi Tengah 1.711.327 2.175.993 2.633.420Sulawesi Selatan 6.981.646 7.159.170 8.032.551

    Sulawesi Tenggara 1.349.619 1.820.379 2.230.569Maluku 1.857.790 1.166.300 1.531.402Papua 1.648.708 1.684.144 2.851.999

    Papua Barat - 529.689 760.855Total 178.631.196 203.425.739 235.362.549

    Sumber : Publikasi Sensus Penduduk 2010, BPS

    Dari Tabel 5 dapat diketahui jumlah penduduk per propinsi, di mana terdapat

    Balai Besar/Balai POM di masing-masing ibukota propinsi. Besarnya jumlah

    penduduk tersebut merupakan salah satu determinan beratnya tugas

    pengawasan yang harus dilakukan oleh Balai