laporan_pendahuluan
TRANSCRIPT
![Page 1: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN DENGAN
KELAINAN LETAK JANIN
1. Konsep Penyakit
A. LETAK SUNGSANG
1. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya
adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan
panggul sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan
kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus
(Prawirohardjo, 2008)
3. Manifestasi Klinik
4. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruang dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian
janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari pada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala
5. Pemeriksaan Penunjang
![Page 2: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/2.jpg)
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga harus di
pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan USG diperlukan untuk konfirmasi letak janin,
bila pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak plasenta, menentukan
kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi
tungkai bawah, konfirmasi letak janin, serta fleksi kepala, menentukan kelainan bawaan
anak
6. Komplikasi
1) Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan
b. Robekan jalan lahir
c. Infeksi
2) Komplikasi pada bayi
a. Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh:
a) kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
b) Perdarahan atau edema jaringan otak
c) Kerusakan medula oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher
e) Kematian bayi karena asfiksia berat.
b. Trauma persalinan
a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala ; fraktur
tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ; kerusakan pada
jaringan otak.
c. Infeksi, dapat terjadi karena :
a) Persalinan berlangsung lama
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
![Page 3: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/3.jpg)
B. LETAK LINTANG
1. Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Punggung janin dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang
(dorsoposterior), di atas (dorsosuperior), di bawah (dorsoinferior) (Sarwono, 2005).
2. Etiologi
Penyebab utama letak lintang adalah relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat
multiparitas yang tinggi, bayi prematur, bayi dengan hidrosefalus,bayi yang terlalu kecil
atau sudah mati, plasenta previa, uterus abnormal, panggul sempit, hidramnion,
kehamilan kembar, dan lumbal scoliosis. Keadaan-keadaan lain yang dapat
menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti misalnya tumor di
daerah panggul dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Distosia
bahu juga disebabkan oleh kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul.
3. Patofisiologi
Distosia bahu disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke
dalam panggul yang disebabkan oleh fase aktif dan fase persalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul.
Relaksasi dinding abdomen pada perut yang menggantung menyebabkan uterus beralih
ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu memanjang bayi menjauhi sumbu
jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik atau melintang. Letak lintang atau
letak miring kadang-kadang dalam persalinan terjadi dari posisi longitudinal yang
semula, dengan berpindahnya kepala atau bokong ke salah satu fosa iliaka.
Pada proses persalinan, setelah ketuban pecah apabila ibu dibiarkan bersalin sendiri,
bahu bayi akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan yang sesuai sering
menumbung. Setelah penurunan, bahu berhenti sebatas pintu atas panggul dengan
kepala di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.
![Page 4: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/4.jpg)
Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan terjepit di bagian atas panggul. Uterus
kemudian berkontraksi dengan kuat dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi
halangan tersebut. Setelah beberapa saat akan terjadi cincin retraksi yang semakin lama
semakin tinggi dan semakin nyata. Keadaan seperti ini disebut sebagai letak lintang
kasep. Jika tidak cepat diatasi, dan ditangani secara benar, uterus akan mengalami
ruptura dan baik ibu maupun janin dapat meninggal.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap; golongan darah, Hb, Ht, LED
b. Pemeriksaan urine; menentukan kadar albumin atau glukosa.
c. Kultur; mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
d. Amniosentesis; mengkaji maturitas paru janin.
e. Ultrasonografi; melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan
presentasi janin.
f. Foto rontgen; tampak janin dalam letak lintang.
g. Tes stress kontraksi atau tes nonstress; mengkaji respon janin terhadap gerakan atau
stress dari pola kontraksi uterus.
h. Pemantauan elektronik kontinu; memastikan status janin atau aktivitas uterus..
5. Komplikasi
Cedera tali pusar, timbul sepsis setelah ketuban pecah dan lengan menumbang melalui
vagina, kematian janin, rupture uteri.
6. Penatalaksanaan Medis
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada,
jika lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada
sampai persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi
lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada
sampai persalinan.
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Data Subyektif
1. Biodata
a. Nama : untuk lebih mengenal pasien
![Page 5: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/5.jpg)
b. Umur : untuk mendeteksi apakah ada risiko yang berhubungan
dengan dengan umur ibu
c. Suku bangsa : untuk mengetahui sosial budaya dan adapt istiadat
d. Agama : untuk mengetahui agama serta cara pandangnya terhadap
kehamilan
e. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual karena pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
f. Pekerjaan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan dan untuk menilai social
ekonomi
g. Alamat : untuk mempermudah hubungan dengan anggota yang lain
bila ada keperluan yang mendesak
2. Keluhan utama:
Ditujukan untuk menggali masalah atau keluhan-keluhan yang mengandung pada
trimester ke-3. keluhan fisiologis yang sering dialami ibu yaitu meningkatnya
keletihan, sukar tidur, sakit pinggang bagiang bawah.
3. Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang penyakit keturunan yang
mungkin menurun pada pasien dimana penyakit tersebut erupakan rsiko terhadap
kehamila seperti hipertensi dan DM. dikaji juga apakah keturunannya ada yang
menderita penyakit kanker, jantung, asma, keturunan kembar, dan penyakit lain yang
mempunyai faktor risiko terhadap kehamilan.
4. Riwayat kesehatan pasien
Riwayat kesehatan pasien ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita yang
merupakan risiko tinggi terhadap kehamilan seperti DM, hipertensi, jantung, ginjal,
hepatitis, paru-paru. Dikaji juga apakah pasien sebelumnya pernah menderita
panyakit berat, lama, dan terapinya agar dapat diberikan asuhan keperawatan secara
tepat dan berkesinambungan.
5. Riwayat obstretrik
a. Riwayat menstruasi
![Page 6: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/6.jpg)
Menorche
Pada keadaan normal menorche terjadi pada umur 10-16 tahun. Oleh sebab
tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama
menjadi awal. Menarche sebenarnya puncak dari serangkaian perubahan
wanita. Perubahan tersebut adalah tumbuh rambut kemaluan, rambut ketiak,
payudara membesar, putting menghitam.
Dismenorhoe
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan
selama haid sehingga dikatakan dismenorhoe jika nyeri haid begitu hebatnya.
Siklus haid
Lama dan jumlah siklus haid berkisar antara 23-35 hari, dengan rata-rata 29
hari. Tetapi pada wanita yang haidnya teraturpun dapat terjadi kemelesetan
beberapa hari baik maju maupun mundur. Siklus haid dihitung sejak hari
pertama haid hingga hari terakhir sebelum haid berikutnya
HPHT
Dikaji untuk menentukan kehamilan dengan rumus perkiraan partus menurut
naegle adalah hari +7, bulan -3, dan tahun +1. bila hari pertama haid terakhir
tidak diingat lagi maka sebagai pegangan dapat dinyatakan antara lain gerakan
janin, umurnya pada primigravida, gerakan janin dirasakan ibunya pada
kehamilan 18 minggu dan pada multigravida pada kehamilan 16 minggu.
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pada multi dikaji adanya abortus, riwayat persalinan dengan tindakan misalnya
vakum atau SC serta besarnya berat bayi waktu dilahirkan.
6. Riwayat keluarga berencana
Riwayat keluarga berencana ditujukan untuk merencanakan alat kontrasepsi
berikutnya.
7. Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan berkaitan dengan psikologi klien yang memungkinkan dapat
timbulnya faktor resiko seperti hipertensi, riwayat perkawinan dikaji tentang umur
berapa menikah, berapa kali menikah, lamanya menikah. Ini untuk menentukan
keadaan kehamilannya dan faktor resiko.
![Page 7: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/7.jpg)
8. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemenuhan gizi ibu sudah
terpenuhi atau belum, kelebihan atau kekurangan. Ibu hamil yang makannya
terpenuhi akan mendapat kenaikan berat badan yang cukup baik. Kenaikan berat
badan selama hamil adalah 6,5-16 kg.
b. Pola eliminasi
Dikaji BAK dan BAB pada kehamilan trimester I dan III, bisaanya pasien sering
kencing karena penekanan rahim pada kandung kemih, tetapi sebaliknya pasien
sering mengeluh sukar BAB. Hal ini dikarenakan menurunnya tavus otot-otot
traktus digestifus sehingga motilitas seluruh traktus digestifus juga berkurang.
c. Personal hygiene
Hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan kemampuan pasien untuk
menjaga kebersihan diri.
d. Pola kativitas
Hal ini dikaji karena jika pola pemenuhan aktivitas dan istirahat tidak terpenuhi
bisa menyebabkan komplikasi obstetric, seperti hipertensi yang menjadi pre
eklamsi atau eklamsi, solution plasenta, plasenta previa yang kemungkinan bisa
terjadi pada trimester III.
e. Pola istirahat dan tidur
Untuk mengetahui pola istirahat ibu tersebut kurang atau berlebihan, istirahat
yang normal kira-kira 6-8 jam setiap harinya.
f. Pola peran dengan orang lain
Untuk mengetahui apakah pasien dapat beradaptasi dan bertoleransi terhadap
tetangganya atau orang lain. Hal ini diperlukan untuk mempermudah hubungan
bila keadaan mendesak dan membutuhkan bantuan.
g. Pola hubungan sexual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam hubungan seksual, coitus sebaiknya
dihentikan pada akhir kehamilan jika kepala sudah masuk dalam rongga panggul
karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.
h. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
![Page 8: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/8.jpg)
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebisaaan kesehatan
pasien.
i. Pola pengetahuan ibu
Diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh ibu mengetahui tentang proses
kehamilan.
j. Koping dan toleransi stress
Untuk mengetahui seberapa besar pasien dapat mengetahui dan mengatasi
masalah yang dihadapinya.
k. Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan dan keyakinan pasien.
l. Keadaan psikologis
Keadaan psikologi yang dikaji adalah penerimaan pasien terhadap kehamilannya,
penerimaan suami atau keluarga terhadap kehamilannya, dukungan suami dan
keluarga terhadap upaya-upaya masalah terhadap keadaan kehamilan.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien perlu dikaji tentang keadan pasien apakah lemah,
pucat, atau baik.
b. Pemeriksaan TTV
Tekanan darah : tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai
140/90 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90/50
mmHg
Nadi : nadi normal adalah 60-100 kali/menit
Suhu : suhu normal 360C-370C
Respiratori : respirasi normal 16-24 kali/menit. Sering ditemukan
pada kehamilan 32 minggu ke atas ada keluhan sesak
nafas karena usus-usus tertekan oleh uterus yang
membesar kea rah diafragma, sehingga diafragma
kurang leluasa bergerak.
c. Berat badan dan tinggi badan:
![Page 9: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/9.jpg)
Berat badan pada ibu hamil secara normal akan meningkat 0,5 kg setiap minggu
setelah kehamilan trimester I dan berat badan dalam trimester II tidak boleh lebih
dari 1 kg setiap minggunya atau 3 kg per bulan dan kenaikan berat badan
seluruhnya pada wanita hamil normalnya 6,5-16 kg.
Tinggi badan pada ibu hamil sebaiknya tidak kurang dari 145 cm, kemungkinan
panggul sempit perlu diperhatikan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut
Kulit kepala
Mata
Hidung
Mulut
leher
:
:
:
:
:
:
dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah
dicabut kemungkinan menunjukan defisiensi vitamin A dan
B.
kulit kepala diperiksa apakah ada kelainan atau adanya
tumor
diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila
pucat maka kemungkinan menunjukan adanya anemi, sclera
apakah ikterik atau tidak
diperiksa apakah ada pholip atau tidak.
diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor
atau tidak
diinspeksi untuk endeteksi abnormalitas seperti vena lebar
yang terdistensi dan penonjolan terutama pada daerah
kelenjar
b. Dada
Dinding
thorak
Payudara
Aksila
:
:
:
diperiksa simetris atau tidak dan adanya penonjolan
ukuran payudara simetris atau tidak, perubahan warna kulit,
dapat menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang
dievaluasi. Putting susu menonjol, areola menghitam,
adakah kolostrum.
diperiksa ada benjolan, tumor, atau pembesaran limfa
![Page 10: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/10.jpg)
c. Abdomen
Observasi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
:
:
:
:
untuk mengetahui bentuk abdomen dan untuk mengetahui
adanya striae pada dinding abdomen
untuk mengetahui adanya pembesaran hepar, limpa, daerah
nyeri tekan dan kemungkinan masa.
untuk mengetahui udara di dalam ssaluran pernafasan
untuk mengetahui gerak peristaltic usus, gerak janin, dan
DJJ
d. Ekstremitas : Dikaji telapak tangan dan kuku pasien pucat atau tidak, begitu
pula kaki ada tidak varises dan oedema.
e. Anus : Dikaji apakah ada varises atau hemoroid
f. Reflek patella : Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di
dalam tempurung lutut atau patella, yang berpengaruh pada
saat proses persalinan yaitu pada saat uterus berkontraksi.
Bila reflek patella negative maka kekurangan vitamin B1
3. Pemeriksaan obstetric:
a. Inspeksi:
Muka : gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya oedema
Payudara : gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya oedema
Abdomen : ke depan atau ke samping (pada letak lintang membesar ke
samping), striae gravidarum, atau bekas luka
b. Palpasi:
Leopard I:
Tinggi fundus dapat diketahui, ditentukan pula bagian apa dari janin yang
terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan kurang melenting.
Pada letak lintang fundus uteri kosong
Leopard II:
Menentukan dimana letak punggung janin dan bagian ekstremitas. Kadang-
kadang di samping terdapat kepala atau bokong pada letak lintang.
Leopard III:
![Page 11: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/11.jpg)
Menentukan bagian yang terdapat di bawah, apakah bagian bawah janin sudah
masuk PAP atau belum
Leopard IV:
Untuk mengetahui apa yang tedapat pada bagian bawah dan berapa masuknya
bagian bawah ke dalam PAP
c. Auskultasi:
Untuk mengetahui dan menentukan DJJ dalam keadaaan normal atau tidak.
Normalnya 120-160 kali/menit. Pemeriksaannya dapat menggunakan dopler.
d. Reflex patella:
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam tempurung lutut
atau patella, yang berpengaruh pada saat proses persalinan yaitu pada saat uterus
berkontraksi. Bila reflek patella negative maka kekurangan vitamin B1.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima dan krisis
situasi.
2. Risiko cedera terhadap janin berhubungan dengan letak lintang kasep dan proses
persalinan yang lama.
3. Risiko cedera terhadap maternal berhubungan dengan letak lintang kasep dan
proses persalinan yang lama.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
5. Reaksi berduka berhubungan dengan kematian janin
C. Intervensi Keperawatan
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1. Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi yang
diterima dan
krisis situasi.
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan klien
mampu mengatasi
ansietas, yang
dibuktikan dengan
kriteria hasil sebagai
berikut;
Mandiri
Dorong
keberadaan/partisipasi
dari pasangan.
Kaji tingkat ansietas
dan diskusikan
penyebabnya bila
Memberikan dukungan
emosional, dapat
mendorong
pengungkapan
masalah.
Identifikasi masalah
spesifik akan
![Page 12: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/12.jpg)
1. Klien
mengungkapkan
kesadaran akan
perasaan ansietas.
2. Klien mampu
mengidentifikasi
cara untuk
menurunkan atau
menghilangkan
ansietas.
3. Klien
mengungkapkan
ansietas berkurang.
4. Menggunakan
mekanisme koping
yang tepat.
5. Menunjukkan TTV
normal.
mungkin.
Tentukan tingkat
ansietas klien dan
sumber dari masalah.
Berikan informasi
sehubungan dengan
normalnya perasaan.
Berikan waktu untuk
mendengarkan pasien
mengenai masalah dan
dorong ekspresi
perasaan yang bebas,
mis: rasa marah, ragu
takut dan sendiri.
Akui realita situasi dan
perasaan klien, terima
ekspresi marah sambil
membatasi tingkah
laku agresif dan
berlebihan.
Kembangkan hubungan
pasien/perawat.
Anjurkan penggunaan
tehnik pernafasan dan
relaksasi. Bernafas
dengan klien atau
pasangan bila perlu.
Kolaborasi
meningkatkan
kemampuan individu
untuk menghadapinya
dengan lebih realistis.
Proses kelahiran yang
tidak normal mungkin
dipandang sebagai
kegagalan dalam
hidup oleh klien .
Selalu berada dengan
cara ini akan
membuat pasien
merasa diterima .
Memungkinkan
ekspresi perasaan
membantu dimulainya
resolusi.
Hubungan yang saling
mempercayai diantara
pasien,orang
terdekat,staf akan
meningkatkan
perawatan dan
dukungan yang
optimal.
Membantu dalam
menurunkan ansietas
dan persepsi
ketakutan persalinan,
![Page 13: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/13.jpg)
Berikan kombinasi
narkotik dan
tranquilizer (missal;
meperidin
hidroklorida,
hidroksizin pamoat)
meningkatkan kontrol
perasaan.
Tranquilizer
mempunyai kerja
narkotik, menurunkan
ansietas, dan
membantu klien
memfokuskan pada
tehnik pernafasan atau
relaksasi.
2. Risiko cedera
terhadap janin
berhubungan
dengan letak
lintang kasep
dan proses
persalinan yang
lama.
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan klien
mampu
berpartisipasi dalam
intervensi untuk
memperbaiki pola
persalinan dan
menurunkan faktor
risiko yang
teridentifikasi, yang
dibuktikan dengan
kriteria hasil sebagai
berikut;
1. DJJ menunjukan
dalam batas normal
144x/menit.
2. Variabilitas baik.
3. Tidak ada deselerasi
lambat.
Mandiri
Kaji DJJ secara manual
atau elektronik.
Perhatikan
variabilitas, perubahan
periodic, dan
frekuensi dasar. Bila
pada pusat kelahiran
alternative (PKA),
periksa irama jantung
janin diantara
kontraksi dengan
menggunakan
doptone. Jumlahkan
selama 10 menit,
istirahat selama 5
menit, dan jumlahkan
lagi selama 10 menit.
Lanjutkan pola ini
sepanjang kontraksi
sampai pertengahan
diantaranya dan
setelah kontraksi.
Perhatikan tekanan
uterus selama istirahat
Mendeteksi respon
abnormal, seperti
variabilitas yang
dilebih-lebihkan,
bradikardia dan
takikardia, yang
mungkin disebabkan
oleh stress, hipoksia,
asidosis, atau sepsis.
Tekanan istirahat lebih
besar dari 30 mmHg
atau tekanan kontraksi
lebih dari 50 mmHg
dapat menurunkan
atau mengganggu
oksigenasi dalam
![Page 14: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/14.jpg)
dan fase kontraksi
melalui kateter
tekanan
intrauterus bila
tersedia.
Identifikasi faktor-
faktor maternal seperti
dehidrasi, asidosis,
ansietas, atau sindrom
vena kava.
Observasi terhadap
prolaps tali pusat
samara atau dapat
dilihat bila pecah
ketuban. Untuk
deselerasi variable
pada strip
pemantauan,
khususnya bila janin
pada presentasi
bokong.
Perhatikan bau dan
perubahan warna
cairan amnion pada
pecah ketuban lama.
Dapatkan kultur bila
ruang intravilos.
Kadang-kadang
prosedur sederhana
seperti membalikan
klien ke posisi
rekumben lateral
dapat meningkatkan
sirkulasi darah dan
oksigen ke uterus dan
plasenta serta dapat
mencegah atau
memperbaiki hipoksia
janin.
Prolaps tali pusat lebih
mungkin terjadi pada
presentasi bokong,
karena bagian
presentasi tidak
menonjol kuat, juga
tidak secara total
memblok tulang,
seperti pada presentasi
verteks.
Infeksi asenden dan
sepsis disertai dengan
takikardia dapat tejadi
pada pecah ketuban
lama.
Kontraksi yang terjadi
setiap 2 menit atau
kurang tidak
memungkinkan
oksigenasi adekuat
dari ruang intravilos.
![Page 15: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/15.jpg)
temuan abnormal.
Kolaborasai
Perhatikan frekuensi
kontraksi uterus, beri
tahu dokter bila
frekuensi 2 menit atau
kurang.
Kaji malposisi
menggunakan
maneuver Leopod dan
temuan pemeriksaan
internal. Tinjau ulang
hasil ultrasonografi.
Pantau penurunan
kepala janin pada
jalan lahir secara
teratur dan teliti dalam
hubungannya dengan
kolumna vertebralis
iskial.
Siapkan untuk metode
melahirkan secara
caesarea bila
malpresentasi janin,
janin gagal turun,
kemajuan persalinan
berhenti, atau
teridentifikasi CPD.
Menentukan
pembaringan janin,
posisi, dan presentasi
dapat
mengidentifikasi
factor-faktor yang
dapat memperberat
disfungsional
persalinan.
Penurunan yang kurang
dari 1 cm/jam
pada primipara atau
kurang dari 2 cm/jam
pada multipara dapat
menandakan CPD
atau malposisi.
Melahirkan per vagina
janin dengan
malpresentasi
dihubungkan dengan
cedera pada kolumna
vertebralis janin,
pleksus brakialis,
klavikula, dan sutura
otak, meningkatkan
mortalitas dan
morbiditas neonatal.
Risiko hipoksia
karena stimulasi vagal
lama dengan kompresi
kepala, dan trauma
kepala seperti
hemoragi intracranial,
dapat dihilangkan atau
dicegah bila CPD
teidentifikasi dan
![Page 16: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/16.jpg)
Berikan antibiotic pada
klien sesuai indikasi.
intervensi bedah
segera dilakukan.
Mencegah atau
mengatasi infeksi
asenden dan akan
melindungi janin juga.
3. Risiko cedera
terhadap
maternal
berhubungan
dengan letak
lintang kasep
dan proses
persalinan yang
lama.
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
diharapkan klien
mampu
berpartisipasi dalam
intervensi untuk
memperbaiki pola
persalinan dan
menurunkan faktor
risiko yang
teridentifikasi, yang
dibuktikan dengan
kriteria hasil sebagai
berikut;
1. Mencapai dilatasi
serviks sedikitnya
1,2 cm/am untuk
primipara dan 1,5
cm/jam untuk
multipara pada fase
aktif.
2. Penurunan janin
sedikitnya 1 cm/jam
untuk primipara dan
2 cm/jam untuk
Mandiri
Tinjau ulang riwayat
persalinan, awitan,
dan durasi.
Catat waktu atau jenis
obat. Hindari
pemberian narkotik
atau anastesik blok
epidural sampai
serviks dilatasi 4 cm.
Evaluasi tingkat
keletihan yang
menyertai, serta
aktivitas dan istirahat,
sebelum awitan
persalinan.
Kaji pola kontraksi
Membantu dalam
mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab, kebutuhan
pemeriksaan
diagnostic, dan
intervensi yang tepat.
Pola kontraksi
hipertonik dapat
terjadi pada respon
tehadap rangsangan
oksitosin. Sedative
yang diberikan terlalu
dini atau melebihi
kebutuhan dapat
menghambat atau
menghentikan
persalinan.
Keletihan ibu yang
berlebihan
menimbulkan
disfungsi sekunder,
atau mungkin akibat
dari persalinan lama
![Page 17: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/17.jpg)
multipara.
3. Menyelesaikan
kelahiran tanpa
komplikasi.
uterus secara manual
atau secara elektronik.
Catat penonjolan, posisi
janin, dan presentasi
janin.
Palpasi abdomen pada
klien kurus terhadap
adanya cincin retraksi
patologis diantara
segmen uterus.
Tempatkan klien pada
posisi rekumben
lateral dan anjurkan
tirah baring atau
ambulasi sesuai
toleransi.
Kaji derajat hidrasi,
catat jumlah dan jenis
masukan.
atau persalinan palsu.
Disfungsi kontraksi
memperlama
persalinan,
meningkatkan risiko
komplikasi maternal
atau janin.
Indicator kemajuan
persalinan ini dapat
mengidentifikasi
timbulnya penyebab
persalinan lama.
Pada persalinan
terhambat, depresi
cincin patologis dapat
terjadi pada hubungan
segmen atas dan
bawah, menandakan
ancaman rupture
uterus.
Relaksasi dan
peningkatan perfusi
uterus dapat
memperbaiki pola
hipertonik. Ambulasi
dapat membaqntu
kekuatan gravitasi
dalam merangsang
pola persalinan
normal dan dilatasi
serviks.
Persalinan yang lama
dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
![Page 18: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/18.jpg)
Sediakan kotak
peralatan kedaruratan.
Kolaborasi
Gunakan rangsangan
puting untuk oksitosin
endogen, atau melalui
infus oksitosin
eksogen atau
prostaglandin.
Berikan narkotik atau
sedative, seperti;
morfin, fenobarbital,
atau sekobarbital
untuk tidur sesuai
indikasi.
serta kekurangan
cadangan glukosa,
mengakibatkan
kelelahan dan
persalinan lamam
dengan peningkatan
risiko infeksi uterus,
hemoragi pasca
partum, atau pencetus
kelahiran pada adanya
persalinan hipertonik.
Mungkin diperlukan
pada kejadian
pencetus persalinan
dan kelahiran, yang
dihubungkan pada
persalinan hipertonik.
Oksitosin perlu untuk
menambah atau
memulai aktivitas
miometrik untuk pola
uterus hipotonik.
Dapat membantu
membedakan antara
persalinan sejati dan
persalinan palsu. Pada
persalinan palsu
kontraksi berhenti,
pada persalinan sejati
pola lebih efektif
dapat terjadi
mengikuti istirahat.
Morfin membantu
meningkatkan sedasi
berat dan
![Page 19: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/19.jpg)
Bantu dengan persiapan
untuk SC sesuai
indikasi untuk
malposisi, CPD, atau
cincin Bandl.
menghilangkan pola
kontraksi hipertonik.
Periode istirahat
mengubah energi dan
menurunkan
penggunaan glukosa
untuk menghilangkan
kelelahan.
Melahirkan caesarea
segera diindikasikan
untuk cincin Bandl
dan untuk distress
janin karena CPD.
4. Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan
perdarahan.
Setelah dilakukan
asuhan keprawatan
diharapkan
klien mampu
mempertahankan
stabilisasi atau
perbaikan dalam
keseimbangan
cairan, yang
dibuktikan dengan
kriteria hasil sebagai
berikut;
1. Menunjukkan TTV
dalam
batas normal.
2. Pengisian kapiler
cepat
3. Turgor kulit baik
Mandiri
Pertahankan masukan
dan haluaran akurat,
tes urin terhadap
keton, dan kaji
pernafasan terhadap
bau buah.
Pantau tanda-tanda
vital.
Pantau suhu kulit.
Kaji bibir dan membran
Penurunan haluaran
urin dan peningkatan
berat jenis urin
menunjukan
dehidrasi.
Ketidakadekuatan
masukan glukossa
mengakibatkan
pemecahan lemak dan
adanya keton.
Hipotensi, takikardi
dapat
mengindikasikan
kekurangan cairan.
Kulit yang dingin atau
lembab
mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan
dibutuhkan untuk
penggantian cairan
![Page 20: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/20.jpg)
4. Bibir lembab/tidak
kering.
5. Bebas dari
komplikasi
mukosa oral dan
derajad salivasi.
Perhatikan respon DJJ
abnormal.
Kolaborasi
Tinjau ulang data
labolatorium; Hb, Ht,
elektrolit serum, dan
glukosa serum.
Berikan cairan IV
Tingkatkan kecepatan
IV jika diperlukan.
tambahan.
Membran mukossa atau
bibir yang kering dan
penurunan salivasi
adalah indikator lanjut
dari dehidrasi.
Dapat menunjukan efek
dehidrasi maternal
dan penurunan
perfusi.
Peningkatan kadar Ht
menunjukan
dehidrasi. Kadar
elektrolit serum
mendeteksi terjadinya
ketidakseimbangan
elektrolit, kadar
glukosa serum
mendeteksi
hipoglikemia.
Larutan parenteral
mengandung elektrolit
dan glukosa dapat
memperbaiki atau
mencegah
ketidakseimbangan
maternal dan janin
serta dapat
menurunkan keletihan
maternal.
Untuk mencegah
terjadinya kehilangan
cairan yang telah
didokumentasikan.
![Page 21: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/21.jpg)
5. Reaksi berduka
berhubungan
dengan kematian
janin.
Setelah dilakukan
asuhan keprawatan
diharapkan
klien mampu
menghadapi proses
berduka dengan
baik, yang
dibuktikan dengan
kriteria hasil sebagai
berikut;
1. Mengungkapkan
tahap proses
berduka yang
dialami.
2. Mengekspresikan
perasaan dengan
tepat.
3. Mengidentifikasi
masalah proses
berduka.
4. Mencari bantuan
dengan tepat.
Mandiri
Beri kode pada grafik
klien, pintu ruangan,
dan tempat tidur
sesuai indikasi.
Berikan ruangan pribadi
bila klien
menginginkannya,
dengan kontak yang
sering oleh perawat.
Anjurkan kunjungan
tidak terbatas oleh
keluarga dan teman.
Libatkan pasangan
dalam perencanaan
perawatan. Berikan
kesempatan untuk
pasangan terlibat
bersama. Anjurkan
diskusi tentang
kekhawatiran.
Kaji pengetahuan klien
dan pasangan serta
intrepretasi terhadap
kejadian sekitar
kematian janin atau
bayi. Berikan
informasi dan perbaiki
kesalahan konsep
berdasarkan kesiapan
Mewaspadakan staff
rumah sakit dan
sukarelawan apabila
kehilangan klien.
Tempat dimana
keluarga dan teman
dapat bicara dan
menangis tanpa
pembatasan
meningkatkan
ventilasi perasaan dan
rasa kekeluargaan.
Partisipasi dalam
perencanaan dan
pembuatan keputusan
menunjukan pasangan
juga kehilangan anak
dan memerlukan
waktu untuk
mengekspresikan
perasaan kehilangan
dan menerima
dukungan tanpa harus
menjadi pendukung
klien dan pasangan.
Setelah kematian anak,
orangtua berespon
syok, menyangkal,
atau tidak percaya.
Reaksi emosi ini
dapat
menyembunyikan
kemampuan pasangan
untuk memproses
informasi dan
![Page 22: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/22.jpg)
pasangan dan
kemampuan untuk
memdengarkan secara
efektif.
Tentukan makna
kehilangan terhadap
kedua pasangan.
Perhatikan bagaimana
pasangan
menginginkan
kehamilan dan
kelahiran ini.
Anjurkan keluarga
untuk
mengekspresikan
perasaan dan
mendengar secara
efektif. Catat bahasa
tubuh. Tingkatkan
situasi rileks.
Tinjau ulang perubahan
peran dan rencana
mengintrepretasi
kejadian bermakna.
Pola berfikir konkret
mungkin merupakan
cara mekanisme
koping satu-satunya
yang ada terhadap
informasi saat ini.
Luas dan durasi respon
berduka dapat
tergantung pada
makna kehilangan.
Selain itu, orangtua
dapat merasa
kehilangan sepanjang
hidup mereka berduka
untuk anak yang tidak
pernah lagi mereka
tahu atau lihat
bertumbuh.
Isyarat verbal dan
noverbal memberikan
informasi tentang
derajad kesedihan,
rasa bersalah, dan rasa
takut keluarga.
Keluarga yang
berduka memerlukan
kesempatan ulang
untuk
mengungkapkan
pengalaman mereka.
Kebanyakan keluarga
mengantisipasi
kehamilan sehat dan
hasil positif dan tidak
![Page 23: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/23.jpg)
untuk mengatasi
kehilangan.
Perhatikan kehadiran
sibling.
Kolaborasi
Rujuk atau hubungi
rohaniawan sesuai
keinginan keluarga.
Bantu membuat
permintaan dan
mendapatkan tanda
tangan untuk
pelaksanaan autopsy
bila dibutuhkan.
Tinjau ulang
keuntungan dan
keterbatasan autopsy.
Berikan informasi
tentang penguburan
bayi. Hubungi
perusahaan
pemakaman pilihan
keluarga bila bantuan
diperlukan.
Rujuk pada terapi
disiapkan untuk
berfokus pada
pengaturan
penguburan, apa yang
dilakukan terhadap
ruang perawatan,
bagaimana
melanjutkan
kehidupan mereka,
dan bagaimana
rencana untuk
perawatan anak
mereka.
Keluarga mungkin
ingin bicara pada
pendeta atau
penasehat agama
untuk memberikan
pembaptisan, upacara
agama, dan koseling.
Keluarga mungkin
menginginkan atau
memerlukan
penjelasan penyebab
kematian, yang
mungkin tidak
mungkin.
Mayat bayi, seperti
orang dewasa, harus
dipindahkan dari
rumah sakit ke
fasilitas kamar mayat
atau yang lain,
biasanya 24 jam
![Page 24: LAPORAN_PENDAHULUAN](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032721/55cf9953550346d0339cc95e/html5/thumbnails/24.jpg)
konseling atau
psikiatri bila perlu.
setelah kematian.
Konseling atau teapi
mungkin perlu pada
kasus berduka pada
kasus berduka
patologis untuk
membantu individu
mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab reaksi
abnormal dan
mencapai resolusi
proses berduka.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Tridasa Printer
-----. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta; Tridasa Printer
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta; Media Aesculapius