laporan widal

12
BLOK XIV: DIGESTIF TUGAS MIKROBIOLOGI oleh : A.A.A Lie Lhianna M.P (H1A013001) Anabel Cahyadi (H1A013006) Artika Indriani G (H1A013009) Aulannisa Handayani (H1A013010) Pembimbing : dr. E. Hagni Wardoyo Sp. MK Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Upload: anabel-cahyadi

Post on 02-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

widal

TRANSCRIPT

Page 1: laporan widal

BLOK XIV: DIGESTIF

TUGAS MIKROBIOLOGI

oleh :

A.A.A Lie Lhianna M.P (H1A013001)

Anabel Cahyadi (H1A013006)

Artika Indriani G (H1A013009)

Aulannisa Handayani (H1A013010)

Pembimbing : dr. E. Hagni Wardoyo Sp. MK

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Nusa Tenggara Barat

2015

Page 2: laporan widal

Pendahuluan

Demam tifoid merupakan penyakit yang bersifat sistemik dan menjadi masalah kesehatan di

dunia. Besarnya angka kejadian demam tifoid tidak mudah ditentukan oleh karena demam ini

memiliki gejala dengan spektrum klinis yang luas. Berdasarkan data dari WHO tahun 2003

bahwa terdapat 17 juta kasus demam tofoid di seluruh dunia dengan angka kematian mencapai

600.000 kasus. Di Indonesia, terdapat 900.000 kasus dengan angka kematian 20.000 kasus,

sedangkan di negara berkembang dilaporkan kurang lebih 95% rawat jalan. Menurut data dari

Riskesdas tahun 2007, demam tifoid menyebabkan 1,6% kematian penduduk Indonesia untuk

semua umur.

Etiologi dari demam tifoid oleh karena infeksi bakteri Salmonella enterica, terutama serotipe

Salmonella typhi. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif. Salmonella typhi memiliki 3 tipe

antigen, yakni : 1) Antigen O, yang merupakan antigen yang terdapat pada somatik bakteri

Salmonella typhi, 2) Antigen H, yang merupakan antigen pada flagel bakteri Salmonella tyhpi, 3)

Antigen Vi, yang berperan di dalam patogenesis penyakit tifoid, dan terdapat pada kapsul bakteri

Salmonella typhi.

Untuk mendiagnosis penyakit ini diperlukan untuk melakukan beberapa pemeriksaan

penunjang, seperti pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan

kuman, uji serologis, dan pemeriksaan kuman secara molekuler. Pada laporan ini akan dibahas

mengenai Uji Serologis, khususnya Uji Widal.

Uji Widal merupakan suatu uji serologis yang bertujuan untuk mendiagnosis penyakit

tifoid/typus dengan mencari tahu apakah terdapat antibodi terhadap Salmonella typhi beserta

dengan titernya. Walaupun diketahui bahwa uji widal memiliki banyak kelemahan, akan tetapi

uji ini merupakan uji serologis yang paling banyak digunakan untuk menunjang diagnosis

demam tifoid di klinik. Sampai sekarang, uji widal masih digunakan secara luas terutama di

negara berkembang termasuk Indonesia. Uji serologi adalah reaksi antara antibodi dan antigen.

Reaksi serologi dapat berupa aglutinasi, persipitasi, lisis, hemolisis, netralisasi dan fluoresensi.

Dimana reaksi serologi tes widal adalah berupa reaksi aglutinasi. Pada uji widal, akan dilakukan

pemeriksaan reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami

pengenceran yang berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagella (H) yang

ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi. Dimana pengenceran tertinggi

Page 3: laporan widal

yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum., dan hasil positif

tersebut akan memperkuat dugaan terinfeksi Salmonella typhi pada penderita.

Metode

Pemeriksaan widal dapat dilakukan secara konvensional (tube test) dan pemeriksaa widal

secara cepat (rapid test). Dalam praktikum ini akan dilakukan pemeriksaan widal rapid test

secara kualitatif dan kuantitatif.

Alat dan Bahan

1. Antigen Salmonella typhi ada 8 serotype, yaitu :

a. Salmonella typhi O

1. Salmonella paratyphi iAO

2. Salmonella paratyphi BO

3. Salmonella paratyphi CO

b. Salmonella typhi H

1. Salmonella paratyphi AH

2. Salmonella paratyphi BH

3. Sallmonella paratyphi CH

2. Serum

3. Objek glass

4. Pipet ukur 1 ml

5. Tusuk gigi

Gambar 1. Alat dan bahan

Page 4: laporan widal

Cara Kerja

Pemeriksaan Kualitatif

1. Teteskan serum pasien 0.02 cc pada object glass (sebanyak 4 buah)

2. Teteskan 4 antigen sebanyak satu tetes pada masing-masing weil

3. Dicampur dengan tusuk gigi sampai homogen kemudian digoyang selama 2 menit 100

rpm apabila memakai alat regulator, selama 5 menit apabila manual.

4. Amati hasilnya :

Positif (+) : adanya aglutinasi

Negatif (-) : tidak ada aglutinasi (homogen)

5. Apabila hasil ini positif dilanjutkan pemeriksaan secara kuantitatif.

Pemeriksaan Kuantitatif

1. Lakukan penipisan pasien dari 0.02 cc, 0.01 cc, 0.005 cc, 0.0025 cc.

2. Tambahkan satu tetes antigen (positif tes kualitatif) pada masing-masing object glass.

3. Dicampur dengan tusuk gigi sampai homogen kemudian digoyang selama 1-3 menit.

4. Diamati adanya aglutinasi (+), titer ditulis pada hasil adalah penipisan terakhyang masih

menunjukkan adanya aglutinasi (+)

5. Jenis-jenis titer:

1:80 : serum 0.02 cc (20 ul)

1:160 : serum 0.01 cc (10 ul)

1:320 : serum 0.005 cc (5 ul)

1:640 : serum 0.0025 cc (2.5ul)

Page 5: laporan widal

Hasil

1. Hasil pemeriksaan kualitatif

No Ag Hasil Aglutinasi

1 O +

2 AH -

3 H -

4 BH +

2. Hasil pemeriksaan kuantitatif

No AgTiter Widal (µl)

20 10 5 2,5

1 O + + + +

Page 6: laporan widal

Gambar 2. Hasil uji kuantitatif

Interpretasi Hasil :

1. Pada pemeriksaan kualitatif, terdapat aglutinasi pada antigen O dan BH, yang

menandakan bahwa terdapat S. typhi O dan S. paratyphi BH dalam serum tersebut.

2. Pada pemeriksaan kuantitatif terdapat aglutinasi :

a. Pada serum 20 μl, titer Ab (+) 1/80 = infeksi ringan

b. Pada serum 10 μl, titer Ab (+) 1/160 = infeksi aktif

c. Pada serum 5 μl, titer Ab (+) 1/320 = infeksi berat

d. Pada serum 2,5 μl, titer Ab (+) 1/640 = infeksi sangat berat

3. Penyebab False positive pada uji widal

- Ada riwayat imunisasi dengan antigen Salmonella sebelumnya.

- Reaksi silang dengan Salmonella non-typhoid.

- Terinfeksi malaria atau Enterobactericaea lain.

- Adanya penyakit lain (dengue).

- Terlalu lama membaca hasil (> 1 menit pasca pencampuran).

4. Penyebab False negative pada uji widal

- Kesalahan teknis saat melakukan tes.

- Mengkonsumsi antibiotik sebelum pemeriksaan.

- Membaca hasil terlalu cepat

Diskusi

Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi serum pasien terhadap kuman S. typhi. Pada

uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang

disebut aglutinin. Antigen yang digunakan adalah suspense Salmonella yang sudah dimatikan

dan diolah di laboratorium. Ada 3 antigen Salmonella typhi yaitu antigen O (berasal dari tubuh

kuman), antigen H (yang ada pada flagella kuman), dan antigen Vi (yang ada di kapsul bakteri).

Dari ketiganya yang paling sering dipakai untuk diagnosis demam tifoid adalah antigen O dan

H.

Prinsip uji widal adalah serum pasien dengan pengenceran berbeda-beda ditambah

antigen dalam jumlah sama . Jika dalam serum terdapat antibodi, maka akan terjadi aglutinasi.

Page 7: laporan widal

Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam

serum. Setidaknya 2 spesimen serum diambil pada interval 7-10 hari diperlukan untuk

membuktikan peningkatan titer antibodi. Kriteria interpretatif jika hanya 1 spesimen serum diuji

bervariasi, tetapi titer terhadap antigen O > 1/320 dan terhadap antigen H > 1/640, dianggap

positif. Titer terhadap antigen Vi ditemukan pada sebagian karier. Uji widal bermanfaat bila

dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titer sebanyak 4x. Nilai standar

untuk wilayah endemis di Indonesia adalah di Yogyakarta titer O > 1/160, Manado titer O > 180,

Jakarta titer O > 1/80, dan Makasar titer O 1/320.

Peningkatan antibodi terjadi pada akhir minggu pertama, dan akan semakin meningkat

secara cepat pada minggu ke dua sampai puncaknya pada minggu ke empat dan tetap tinggi

selama beberapa minggu kemudian akan menurun secara perlahan-lahan setelahnya. Pada fase

akut, mula-mula timbul antigen O kemudian diikuti dengan antigen H.

Kelemahan dari uji widal ini adalah sensitivitasnya rendah sebab kultur S. typhi positif

tidak selalu diikuti dengan terdeteksinya antibodi dan pada pasien yang mempunyai antibodi

pada umumnya meningkat sebelum terjadinya onset penyakit (sehingga menyulitkan untuk

memperlihatkan kenaikan titer 4x lipat). Selain itu, uji widal akan memberi hasil negatif jika

diperiksa pada minggu pertama.

Pada orang yang telah sembuh antigen O masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan,

sedangkan antigen H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Maka dari itu, uji widal bukan

penentu kesembuhan dari penyakit ini. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu

faktor yang member hasil positif palsu dan negative palsu. Hasil uji widal dikatakan positif palsu

yaitu adanya riwayat imunisasi Salmonella typhi, cross-reaction dengan Salmonella non typhi,

infeksi malaria atau Enterobacteria, penyakit dengue, membaca hasil lebih dari 1 menit setelah

pencampuran di slide, dan tidak mengikuti prosedur uji widal. Dikatakan negatif palsu bila telah

dilakukan pengobatan dini dengan antibiotic, reagen widal kadaluarsa, membaca hasil terlalu

cepat, dan tidak mengikuti prosedur uji widal.

Sampai saat ini, pemeriksaan widal sulit dijadikan pegangan karena belum adanya

kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut off point). Untuk mencari standar titer uji widal

seharusnya ditentukan titer dasar (base line titer) pada anak sehat di populasi.

Page 8: laporan widal

Pembagian Tugas

1. Saat praktikum:

Pada saat praktikum, anggota kelompok kami melakukan prosedur pemeriksaan

secara bergantian mulai dari uji kualitatif hingga uji kuantitatif, sehingga tidak

terdapat pembagian khusus saat praktikum berlangsung

2. Pembuatan laporan

- Pendahuluan : A.A.A Lie Lhianna M.P.

- Metode dan hasil : Aulannisa Handayani

- Diskusi : Artika Indriani G.

- Editor : Anabel Cahyadi

Page 9: laporan widal

Daftar Pustaka

Anonim. Buku Petunjuk Praktikum: Uji Widal. Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Fatmawati R.A., Arkaesi N., Hardian. 2011. Uji Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan dengan Kultur Darah sebagai Baku Emas Untuk Diagnosis Demam Tifoid pada Anak Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Jawetz, Melnick, dan Adelberg. 2011. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25. Jakarta : EGC.

Rachman, A. F. 2012. Uji Diagnostik Tes serologi Widal Dibandingkan dengan Kultur Darah sebagai Baku Emas untuk Diagnosis Demam Tifoid pada Anak di RSUP dr. Kariadi Semarang. Tersedia di : <http://eprints.undip.ac.id/32794/>.

Rao, S. 2009. Widal Test. Tersedia di : <http://www.microrao.com>.

Retnosari, S., dan Tumbelaka, A. R. 2000. Pendekatan Diagnostik Serologik dan Pelacak Antigen Salmonella typhi. Tersedia di : <http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-2-4.pdf>

Sudoyo, et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Jakarta : Interna Publihsing.Wardani P., Prihatini. Probohoesodo. et al. 2005. Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan

Antigen Import dan Antigen Lokal. Vol. 12. No.1. Indonesian Journal of Clinical Pathology AND Medical Laboratory.