laporan tutorial i - kelompok 5

75
Laporan Diskusi Tutorial – Skenario 1 Kelompok 5 –Semester 2 1 Immunity

Upload: ditanh

Post on 13-Nov-2015

266 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

xss

TRANSCRIPT

Laporan Diskusi Tutorial Skenario 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial Pertama sebagai suatu laporan atas hasil diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok 4 Semester 2 ini.

Demam 5 Hari merupakan judul dari kegiatan tutorial pertama ini. Di sini kami membahas masalah yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh kita. Yang dibahas disini terutama mengenai organ yang berperan dalam sistem imun, imunologi dasar dan respon imun, antigen dan atibodi, sistem komplemen, serta patofisiologi demam.

Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario serta Learning objective yang kami cari. Karena ini semua disebabkan oleh keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi pengetahuan serta manfaat kepada para pembaca.

Mataram, 7 Maret 2008

Penyusun (Kelompok 5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.2Daftar Isi3Skenario 1 Demam 5 Hari5Learning Objectives6Peta Konsep7Materi

I. Organ yang Berperan Dalam Mekanisme Pertahanan Tubuh1. Kulit.82. Membran Mukosa..93. Timus.104. Tonsil.115. Limfonodi126. Spleen (Splen) atau Lien15II. Sistem Imun Non-Spesifik dan Sistem Imun Spesifik1. Bagan Pembagian Sistem Imun..192. Sistem Imun Non-Spesifik (Innate Immunity)203. Sistem Imun Spesifik (Acquired Immunity)23III. Respon Imun Seluler dan Respon Imun Humoral

1. Respon Imun Seluler242. Respon Imun Humoral27IV. Imunitas Aktif dan Pasif301. Imunitas Aktif302. Imunitas Pasif31V. Respon Primer dan Respon Sekunder

1. Respon Primer322. Respon Sekunder32VI. Antigen dan Antibodi

1. Antigen332. Antibodi34VII. Sistem Komplemen..31VIII. Inflamasi41IX. Patofisiologi Demam

42X. Hubungan antara Infeksi, Inflamasi dan Demam

44Kesimpulan45Daftar Pustaka49

SKENARIO 1

DEMAM 5 HARI

Sapto, anak laki-laki umur lima tahun, menderita demam sejak 5 hari yang lalu. Ibunya sudah memberinya kompres dan obat penurun panas. Setelah minum obat, suhu tubuhnya turun menjadi normal untuk beberapa jam, tapi setelah itu naik lagi. Tadi malam Sapto panas lagi dan mengigau, panasnya mencapai suhu 40 derajat celcius. Sapto juga mengeluh sakit jika menelan. Beberapa hari sebelum sakit, Sapto mengalami luka robek di kakinya akibat terjatuh dari sepeda dan sekarang mengalami inflamasi. Beberapa teman bermain Sapto juga sedang mengalami batuk pilek tapi tidak ada yang mengalami demam seperti Sapto. Ibunya sangat panik dan membawanya ke IRD RSU Mataram. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan nadi 108 kali/menit, reguler, kuat; suhu 39,5 derajat celcius; tonsila palatina dekstra-sinistra edema dan hiperemis.

Bagaimana mekanisme terjadinya demam pada Sapto? Bagaimana pula peran sistem imun tubuh Sapto melawan antigen penyebab penyakitnya?LEARNING OBJECTIVES

1. Struktur Anatomi dan Histologi serta Fungsi Organ Limphoid;2. Pembagian Sistem Imun;3. Penjelasan Antigen dan Antibodi;4. Peran Sistem Imun dalam Melawan Antigen;5. Sistem Komplemen;6. Mekanisme Demam;

7. Apakah Semua Agen Infeksi dapat Menimbulkan Demam?;

8. Hubungan di antara Infeksi Inflamasi Demam;

9. Mengapa di dalam Skenario Hanya Pada Tonsila Palatina yang Mengalami Pembengkakan?;

10. Apakah Terdapat Kaitan di antara Luka Infeksi dan Kesulitan Menelan Makanan pada Skenario?;

Mekanisme Radang.

11. PETA KONSEP

I. ORGAN YANG BERPERANDALAM MEKANISME PERTAHANAN TUBUH

A. KULIT

A. Struktur Epidermis:

Berasal dari sel epitel ectoderm Ditempati oleh sel-sel:

Sel Keratinosit: sel epitel bakal keratin.

Sel Melanosit: penghasil melanin.

Sel Langerhans:

a. Memiliki limfosit B dan limfosit T

b. Mencerna dan menyajikan antigen eksogen

Sel Merkel:

a. Berada paling bawah (dekat stratum germinativum)

b. Reseptor mekanik

Dermis/Korneum:

Merupakan jaringan ikat (agak padat) berasal dari mesoderm.

Lapisan papilar :

Papil saraf

Papil vaskular

Lapis reticular

Sel sel:

a. Fibroblast

b. Makrofag

c. Sel LemakB. Fungsi1. Lisozyme, enzim yang dapat melarutkan dinding sel dari beberapa jenis bakteri ada dalam sekresi keringat dan sebaceous ada di kulit dan membantu melindungi dari beberapa mikroba.

2. pH kulit yang asam dan adanya asam lemak dapat melindungi kulit

3. Kulit merupakan barrier awal pada pintu masuk ke dalam tubuh manusia.

B. MEMBRAN MUKOSAA. Di saluran pernafasan Mukus menutupi permukaan saluran pernafasan dan secara konstan diarahkan ke atas oleh sel-sel bersilia.

Bakteri cenderung untuk menempel di mucus.

Mukus mengandung liaozyme dan substansi lainnya yang bersifat antimikroba.

Penghancuran mikroba diperantarai oleh fagosit dan dibawa ke nodus limfa melalui saluran limfa.

Sel-sel yang digunakan untuk memindahkan bakteri disuplai oleh makrofag di paru-paru.

Selain itu ada mekanisme pertahanan khusus di saluran pernafasan, yaitu: bulu hidung dan reflek batuk.

B. Di saluran PencernaanBeberapa system untuk inaktifasi bakteri:

Saliva (mengandung enzim-enzim hidrolitik)

Keadaan sangat asam di lambung

Usus halus (mengandung enzim proteolytik dan makrofag aktif)

C. TIMUS Berkembang maksimal pada masa pubertas lalu menyusut. Timus memiliki 2 lobus yang disatukan oleh jaringan ikat.A. Struktur Anatomis:

Terletak di mediastinum anterior superior di belakang sternum.

Histologis:

Korteks:

Mengandung limfosit kecil/timosit yang padat dan seragam, berasal dari hasil pembelahan sel induk yang bermigrasi dari sum-sum tulang.

Terdapat makrofag.

Medula:

Mengandung limfosit besar dan sedang

Terdapat sedikit timosit, karenanya sel-sel reticular menjadi lebih menonjol. Badan Hassall:

Merupakan sel epitel konsentris di medulla.

Asidofil.

Mengalami hialinisasi dan regenerasi.

Meningkat jumlahnya saat penghancuran timosit dan involusi.

Fungsinya tidak diketahui dengan pasti.

B. Fungsi1. Tempat limfophoiesis pada masal fetal dan pasca lahir.2. Tempat proliferasi sel T dari sel T imatur menjadi sel T imunokompeten.3. Sel reticulum epitehial yang mensekresikan hormone untuk proliferasi, perkembangan, maturasi sel T, dan pemaparan penanda permukaan: Timulin, timopoietin, timosin, factor humoral.D. TONSILA. Struktur Anatomis:

Terletak pada lengkung glosso-palatina dan faringo-palatina.

Histologis:

Ditutupi oleh epitel berlapis pipih Epitel tersebut membentuk invaginasi yang dikenal sebagai kriptae

Kapsul tersusun atas jaringan ikat fibrosa padat

Noduli (nodulus-nodulus) pada organ ini menyatu

Bagian tengah dari nodulus ini yang berbentuk pucat disebut pusat germinalB. FungsiSebagai pertahanan awal dari sistem imun tubuh pada respiratory dan gastrointestinal track.E. LIMFONODI

Jaringan limfoid mempunyai dua komponen utama yaitu:

jaringan retikular yang terdiri dari anyaman serat retikular dengan sel-sel reticular

sel-sel bebas, terutama limfosit yang terdapat diantara celah-celah jaringan retikular. Jaringan limfoid dalam banyak bagian tubuh tidak mempunyai batas tegas terhadap jaringan di sekitarnya, disebut jaringan limfoid difus yang unsur selnya mengelompok dengan rapat.

A. Struktur Anatomi Dewasa >450 nodus lymphaticus

Kepala & leher: 60-70

Thorax : 100

Abdomen & pelvis: 250

Ukuran: panjang 0,1 - 2,5 cm

Bentuk: seperti badan ginjal atau kacangTepi convex : afferent lymphatics

Tepi concave : hillus (efferent lymphatics, arteri & vena)

Setiap kumpulan jaringan limfoid yang diatur sebagai organ limfoid tertentu, yang tersusun berupa massa bulat dan disebut sebagai satuan stuktural jaringan limfoid Diameternya bervariasi, dari 1-25 mm

Terletak di sepanjang pembuluh limfatik pada bagian ketiak, leher, subklavikula, mediastinum, rongga perut, dan pada lipatan paha dan terdiri dari bagian korteks (lebih gelap) luar dan bagian medularis dalam (lebih terang).

HistologiStruktur dari limfonoduli : 1. Kapsula : jaringan ikat padat pada sekeliling nodus limfaticus2. Trabekulae : proyeksi dari kapsula yang memisahkan nodus sehingga membentuk kompartemen-kompartemen. Trabekula mendukung bentuk serat retikular yang dibentuk dari jaringan yang membantu limfosit.

3. Kortex : padat, region luar dari nodus. Berisi noduli-noduli limfatik dimana sel B dan makrofag berproliferasi.

4. Area Paracortical (korteks bagian dalam) : populasi utamanya berupa sel T5. Medulla : bagian tengah dari nodus. Kurang padat jika dibandingkan dengan sekeliling korteks, medulla terdiri dari sel plasma, limfosit, dan makrofag6. Sinus : suatu rongga yang merupakan jalan di antara korteks dan medulla yang dilalui limfe untuk menuju hilus Kelenjar getah bening merupakan sumber utama limfosit darah tepi dan sebagai bagian dari sistem retikuloendotelial

Tiap nodulus tampak homogen atau terdiri dari korteks yang lebih gelap dan mengandung limfosit kecil yang sangat padat dan daerah tengah yang lebih terang yaitu pusat germinal Bagian tengah merupakan zona proliferasi yang cepat dan luas daerah ini menetukan tingkat respon imunologik

Limfonodi bukan merupakan bangunan yang menetap, baik susunan maupun tempatnya. Pada suatu saat tampak dan kemudian menghilang. Limfonodi merupakan satu-satunya organ limfoid yang terangkai pada pembuluh limfa, jadi limfonodi mempunyai pembuluh aferen dan eferenB. Fungsi1. sebagai mekanisme pertahanan dengan mengeluarkan bahan-bahan berbahaya seperti bakteri dan racun

2. berperan dalam pembentukan antibody melalui aktivitas sel B3. untuk menyaring limfe

4. mencegah penyebaran mikroorganisme dan toksin yang memasuki cairan interstisial.

F. SPLEEN (SPLEN) ATAU LIENA. Struktur Anatomi Letak: Regio hypochondriaca sinistra,antara Costae IX XI sinistra, terlindung oleh

arcus costalis sinistra. Bentuk, ukuran&berat: bervariasi (ukuran sekitar 7 x 12 cm, berat 7 ons (198,4 g))

Bagian superior dan anterior tajam, sedangkan inferior dan posterior membulat

Dibungkus oleh peritoneum, kecuali bagian hilum (bersentuhan dengan cauda pancreas)

Vaskularisasi :

a. lienalis (merupakan cabang terbesar dari truncus coeliacus)

v. lienalis (bersama a. mesenterica superior menuju vena porta)

Innervasi

Plexus lienalis (cab. dari plexus coeliacus, ganglion coeliaca inferior, N X)

Lymphonodi : bermuara ke lnn. Pancreaticolienalis (pancreaticosplenica)

Batas Lien dengan organ lain :

Anterior: gaster

Posterior: diaphragma sinistra

Inferior: flexura colon sinistra

Medial: ren sinistra

Strukturnya paling besar di sistem limfoid; warnanya ungu dan konsistensinya kenyal

HistologiLimpa dapat dipisahkan menjadi dua jenis jaringan: pulpa merah dan pulpa putih1. Pulpa putih merupakan jaringan limfatik yang mengelilingi dan mengikuti arteri. Pada tempat-tempat tertentu ia menebal membentuk massa yang lonjong yaitu nodulus limpa atau korpus malphigi

2. Pulpa merah lebih banyak dan sering membentuk lempeng-lempeng, korda splenika dan berbeaur dengan eritrosit yang banyak Seperti pada kelenjar limfa, limpa mempunyai kerangka dari kolagen yang mengandung jalinan retikular Limpa diliputi simpai yang di luarnya dibungkus lagi oleh membran serosa yaitu peritoneum. Dari simpai terjulur trabekula-trabekula memasuki bagian dalam organ

Pada suatu tempat di permukaan terdapat bagian yang mencekung sekali, hilus, yaitu tempat keluar masuknya pembuluh darah

Organ ini menyaring dan menghancurkan sel-sel darah merah serta membebaskan hemoglobin yang akan diubah oleh hati menjadi bilirubin; membentuk sel-sel darah merah baru selama masa janin dan bayi baru lahir; bekerja sebagai reservoar cadangan darah, menghasilkan limfosit dan sel plasma dan fungsi-fungsi lainnya yang secara keseluruhan tidak dapat ditentukan.

B. Fungsi:

Limpa merupakan organ hemopoietik yang penting, membentuk limfosit yang terutama dibentuk di pulpa putih, di nodulusnya

Limpa memisahkan plasma dan sel darah sehingga sel darah sangat pekat di pulpa merah yang menambah fungsi penyimpanan organ ini.

Limpa memantau sel-sel darah merah dan mampu menahan atau mengubah dan memfagosit sel-sel ini di dalam sinus venosus pulpa merah

Limpa juga berfungsi sebagai organ perusak darah. Sel darah merah dilahap oleh sel fagositik dan besi yang berasal dari hemoglobin di simpan di dalam sel.

Limpa mengeluarkan suatu faktor humoral yang menyebabkan sumsum tulang menghasilkan dan melepaskan monosit dan karena itu menambah kecepatan proses konversi dari monosit ke makrofag

Limpa mengeluarkan zat anti. Zat renik asing yang beredar dalam darah dapat merangsang respon umum yang kuat dalam limpa. Antigen terperangkap oleh jalinan retikular pulpa merah dan pulpa putih, jadi memungkinkan antigen berhubungan dengan sel B dan sel T. II. SISTEM IMUN NON-SPESIFIKDAN SISTEM IMUN SPESIFIK

1. SISTEM IMUN NON-SPESIFIK (INNATE IMMUNITY)

Sistem Imun ini terdiri dari :

1. Fagositosis terhadap bakteri (antigen) oleh Leukosit dan Sel pada sistem Makrofag

Fagositosis:

Tipe sel yang terlibat melakukan kontak awal dengan pathogen atau protein imunogenik setelah menembus barier fisik dan kimia tubuh.

Ditemukan di darah dan juga di berbagai jaringan dan cairan tubuh.

Bersifat motil (gerak amuboid).

Memiliki granular inklusi yang disebut lysosome yang mengandung substansi bakterisidal.

Fungsi utama: merusak, mencerna dan membunuh patogen

Contoh: neutrofil, makrofag, monosit2. Pengrusakan organisme yang masuk ke dalam lambung oleh Asam Lambung dan Enzim Pencernaan3. Daya tahan kulit oleh invasi organisme

4. Adanya senyawa kimia tertentu di dalam darah yang melekat pada organisme asing tersebut yang mampu merusak struktur organisme asing.

Senyawa tersebut antara lain:

Lisozim >> Membuat bakteri terlarut

Polipeptida Dasar >> Menjadikan bakteri gram-positif tidak aktif

Sistem Komplemen >> Merusak antigen

Sel-sel NK (Natural Killer) >> Mengenali dan menghancurkan sel-sel asing, sel-sel tumor, dan bahkan sel-sel yang terinfeksi.Contoh Sistem Imun Non-Spesifik:

A. Interferon: Keluarga protein yang secara non-spesifik melakukan pertahanan & perlawanan terhadap virus

B. Sel-sel Pembunuh Alami (Natural Killer Cells): sel-sel khusus dari sel serupa limfosit yang secara spontan dan yang relatif nonspesifik melisiskan sel-sel inang (host) yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker ( merusak sel itu sendiri dan sel kankerC. Sistem Komplemen (complement system): Kelompok protein plasma inaktif, yang setelah diaktifkan secara sekuensial, mampu merusak sel-sel asing dengan cara menyerang membran plasma

Dapat bertindak secara non-spesifik

Terlibat dalam mekanisme pertahanan non-spesifik maupun spesifik ( komplemen penting dalam sistem imun

D. Inflamasi: respon non-spesifik pada jaringan cedera dimana spesialis fagositik (neutrofil dan makrofag) memainkan peran utama bersama dukungan sel-sel imun lainnya.

Inflamasi( calor (panas); dolor (sakit); rubor (kemerahan), dan tumor (pembengkakan) sera Functio Laesa (kerusakan fungsi)

Respon Inflamatori

a. Perlawanan makrofag jaringan setempat

b. Vasodilatasi setempat

c. Peningkatan permiabilitas kapiler

d. Edema setempat

e. Pembentukan dinding pembatas wilayah inflamasi

f. Migrasi leukosit

g. Proliferasi leukosit

h. Perusakan bakteri melalui leukositik

i. Mediasi respon inflamatori oleh senyawa kimiawi

j. Perbaikan jaringan

2. SISTEM IMUN SPESIFIK (ACQUIRED IMMUNITY)

Sistem Imun Spesifik sangat kuat untuk melawan agen asing yang mematikan seperti bakteri, virus, dan toksin.

Sistem imun ini membentuk antibodi dan mengaktifkan limfosit yang mampu menyerang agen asing tadi.

Sistem imun spesifik mampu melindung tubuh dari efek toksin tertentu dan hanya merusak agen tertentu saja.

Sistem Imun Spesifik terdiri dari sistem imun seluler dan sistem imun humoral. (Sistem imun selular dan sistem imun humoral akan dibahas pada sub-meteri berikut)III. RESPON IMUN SELULERDAN RESPON IMUN HUMORAL

1. RESPON IMUN SELULER Mikroorganisme intraseluler sulit dijangkau oleh antibodi, mikroorganisme ini antara lain virus dan mikroba intraseluler seperti M-tuberkulosa yang hidup dalam makrofag Respon imun seluler adalah respon untuk melawan mikroorganisme intraseluler Fungsi ini dijalankan oleh limfosit T. Limfosit T diproduksi pada bone marrow dan fetal liver. Mengalami maturasi pada timus. Sel epitel pada timus mengeluarkan hormone yang penting dalam maturasi sel T. Setelah mengalami maturasi, sel T dilepaskan lewat sirkulasi menuju jaringan limfatik dan organ-organ limfatikus lainnya. Imunitas selular meliputi empat kelas dari sel T sel T sitotoksin (TC) merupakan efektor dari imunitas selular yang mengeluarkan serangan pada agen asing. Disebut juga sel T pembunuh, tapi tidak sama dengan NK sel.

sel T helper (TH) meningkatkan aksi dari sel TC dan berperan serta dalam imunitas selular dan sistem imun nonspesifik.

sel T supressor (TS) membatasi dan menjaga sistem imun agar tidak lepas kendali.

sel T memori, beertanggung jawab atas memori dalam sistem imun selular. Dua cara perlawanan : Sistem efektor ekstraseluler; Sel terinfeksi akan dibunuh, misalnya oleh sel T sitotoksik Pengaktivasian sel terinfeksi, agar mampu membunuh mikroorganisme yang menginfeksinya. Respon imun seluler juga merupakan mekanisme utama pertahanan tubuh terhadap tumor

Makrofag yang distimulasi limfokin efektif memfagosit protooa intraseluler seperti Trypanosoma cruzy, Leishmania donovani, Toxoplasma gondii, Plasmodium sp., serta cacing (cacing filaria dan skistosoma)

Sel T sitotoksik secara langsung dapat menghancurkan sel dan fibroblas jantung yang terinfeksi T. cruzy Sel T bereaksi terhadap antigen yang dilepaskan secara lokal oleh cacing atau telurnya kemudian mengisolasinya dengan pembentukan granuloma.

A. Reseptor Limfosit T,merupakan protein heterodimerik transmembran yang tersusun atas dua rantai yang dihubungkan oleh ikatan disulfida.

Terdapat dua kelas reseptor yang berbeda.

dan . Sel T membentuk fenotip sel T yang dminan dan dibagi menurut ekspresinya pada penanda permukaan sel lainnya, protein tersebut disebut CD4 dan CD8 yang menurut kelas fungsionalnya, masing-masing merupakan sel T helper dan sitotoksik.

dan , sel T yang mengekspresikan relatif jarang dijumpai pada manusia. Protein reseptor sel T mempunyai variabel dan konstan yang mirip dengan antibodi. Pada semua sel T fungsional yang spesifik antigen, dua rantai reseptor sel T secara nonkovalen berhubungan dengan enam rantai polipeptida lainnya yang tesusun atas lima protein ynag berbeda, ynag membentuk kompleks CD3 untuk transduksi sinyal yang diterima oleh reseptor sel T dalam pengenalan antigen yang masuk ke dalam sel (protein transmembran) yang menyebabkan transkripsi gen, aktivasi sel, dan inisiasi aktivasi fungsional sel T.

Molekul CD4 dan CD8 yang membedakan dua kelas fungsional utama sel T, berfungsi sebagai molekul koreseptor pada permukaan sel T. Molekul CD4 dan CD8 berinteraksi dengan kompleks rseptor sel T dan dengan molekul MHC.

CD4 terikat dengan molekul MHC kelas II

CD8 terikat dengan molekul MHC kelas I. Ini akan sangat meningkatkan sensitivitas pengenalan antigen oleh sel T.

B. Sitokin

sitokin merupakan molekul sinyal yang dilepaskan dari satu sel dan berikatan dengan reseptor pad sel tetangganya (interleukin, TNF, IFN)

sitokin dilepaskan oleh sel T untuk menstimulasi sel B

berproliferasi

mensintesis dan mensekresi antibodi

berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan mensekresi antibodi

menggantikan kelas antibodi yang sedang diproduksi.C. Fungsi Utama Imunitas Selular

a. Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik.

Menyebabkan kematian secara langsung sel sasaran seperti sel yang terinfeksi virus atau sel tumor.b. Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Mengaktifkan sel lain seperti APC.c. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.d. Sel T juga berperan penting dalam regulator/pengendalian.

Sel CD4 atau CD8 (atau keduanya) meningkatkan atau menekan respon imun selular dan humoral.2. RESPON IMUN HUMORAL Bagian dari respon imun spesifik Berfungsi dalam pertahanan terhadap mikroba ekstraseluler Fungsi ini dilaksanakan oleh sel B dan produknya, yaitu antibodi Respon ini diawali oleh : Diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi (klon) sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah. Setiap klon limfosit diprogramkan untuk memproduksi satu jenis antibodi spesifik terhadap antigen tertentu (clonal selection) Antibodi ini berikatan dengan antigen membentuk kompleks antigen-antibodi yang dapat mengaktivasi komplemen dan menghancurkan antigen Diferensiasi limfosit B dibantu oleh limfosit Th (T-helper) Produksi antibodi diatur oleh sel T-supresor Respon imun bawaan terjadi lebih dulu, kemudian respons sel B (antibodi) dan sel TA. Sel B atau Limfosit B

Sel B mempunyai 2 fungsi penting, yaitu:

1. berdiferensiasi menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi.

2. berfungsi sebagai sel penyaji antigen (Antigen Preenting Cells, APC).Pada saat embriogenesis, cikal bakal sel B pertama kali ditemukan di hepar janin.

Dari hepar, sel-sel tersebut bermigrasi ke sumsum tulang untuk menetap seterusnya.

Maturasi sel B melewati 2 fase, yaitu:

1. Fase tidak tergantung antigen yang terdiri dari perubahan sel-sel induk menjadi sel pre-B dan sel-sel B

2. Fase tergantung antigen yang meliputi perubahan-perubahan yang terjadi akibat interaksi antigen dengan sel B, yaitu menjadi sel B yang teraktivasi dan sel plasma.

Pada sel B didapatkan Ig M permukaan yang berfungsi sebagai reseptor antigen. Sel B meliputi sekitar 30 % dari semua limfosit kecil dalam sirkulasi.

Sel B juga dapat ditemukan di germinal centers limfonodi atau pulpa putih lien, juga didapatkan pada jaringan limfoid yang berhubungan dengan saluran pencernaan, misalnya Peyers patches.

B. Sel Plasma

Sel plasma merupakan fase diferensiasi terminal dari perkembangan sel B dalam upaya memproduksi dan mensekresikan antibodi.

Sitoplasma sel ini berwarna biru dengan retikulum endoplasmik.

Satu sel plasma dapat melepaskan beribu-ribu molekul antibodi setiap detik.

C. Antibodi (imunoglobulin)

Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan oleh sel plasma ( berasal dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing.

Antibodi meliputi sekitar 20% protein dalam plasama darah.

Ada lima kelas antibodi, yaitu IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE.

IgG dan IgM terutama berada dalam sirkulasi dan aktif melawan bakteri ekstraselular dan virus

Sedangkan IgA ada dalam sekresi mukosa dan aktif pada tempat-tempat tersebut. D. Fungsi antibodi:

Antibodi menetralkan langsung patogen dan produk-produknya

merangsang efektor nonspesifik seperti fagosit dan sistem komplemen

Antibodi membantu fagositis dengan berperan sebagai molekul adaptor antara agen infeksi dan fagosit.

E. Struktur atibodi:

Antibodi adalah glikoprotein yang terdiri dari:

Rantai-rantai polipeptida ringan (light, L) dan berat (heavy, H). Fab = antigen binding fragment. Regio ini berfungsi untuk pengikatan antigen.

Fc = constant fragment. Regio konstan untuk berbagai fungsi biologis, seperti akitvasi komplemen dan poengikatan pada reseptor permukaan sel.

INTERAKSI ANTARA RESPON IMUN SELULER

DENGAN RESPON IMUN HUMORAL Salah satu interaksi tersebut adalah ADCC (antibody dependent cell mediated cytotoxicity)

Istilah tersebut diberikan karena sitolisis baru terjadi bila dibantu oleh antibody

Antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran (opsonisasi), sehingga sel NK (natural killer) yang mempunyai reseptor terhadap fragmen Fc antibodi tersebut dapat melekat pada sel atau antigen sasaran Pengikatan sel NK melalui reseptornya pada kompleks antigen-antibodi mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel sasaran

Penghancuran sel sasaran terjadi melalui pelepasan berbagai enzim, sitolisin, reactive oxygen intermediates dan sitokin, langsung pada sel sasaran. IV. IMUNITAS AKTIF DAN PASIF

1. IMUNITAS AKTIF

Sistem imunitas ini merupakan sistem imun yang diproduksi sendiri oleh tubuh masing-masing individu terutama sel limfosit T.

Didapat setelah tubuh melakukan kontak dengan antigen asing.

Kelebihan sistem imunitas aktif ini yaitu bersifat jangka panjang dan kemampuan responnya yang kuat serta cepat tehadap antigen yang sama.

Sedangkan kelemahannya yaitu dibutuhkan waktu lama bagi sel imun tubuh untuk mengenali antigen tersebut dan diasanya lebih dari 1 kali.

Imunitas aktif dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Imunitas aktif alami

Merupakan hasil dari suatu infeksi yang terjadi sebelumnya dengan agen penyebab yang sama dan membentuk pertahanan yang lebih kuat dari sebelumnya.

b. Imunitas aktif didapat

Disebabkan oleh pemberian vaksin sehingga menstimulasi sistem imun atau pertahanan tubuh untuk bekerja lebih aktif.

2. IMUNITAS PASIF

Merupakan imunitas yang didapat oleh tubuh dari luar (dari sesama manusia maupun hewan).

Antibodi yang diberikan yaitu berupa serum, vaksin, dsb.

Tujuan pemberiannya yaitu untuk mencegah multiplikasi dari virus dan mikroorganisme lainnya.

Kelebihan >> adanya ketersediaan antibodi dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak

Kerugiannya >> adanya kekhawatiran terjadinya hipersensitivitas jika dilakukan pemberian antibodi dari spesies yang sama.

Imunitas pasif di bagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Imunitas pasif alami

Merupakan imunitas yang diperoleh dari individu lain serta bersifat sementara (seperti pada fetus yang memperoeh kekebalan dari ibunya dengan perantara plasenta serta pada saat menyusui yang diperoleh dari air susu ibunya).

b. Imunutas pasif didapat

Merupakan kekebalan yang bersifat sementara yang diperoleh dengan cara menginjeksikan imun serum yang berasal dari individu lain atau dari hewan.V. RESPON PRIMER

DAN RESPON SEKUNDER

1. Respon Primer Bertemu antigen per tama kali Reaksi antibodi terhadap antigen ( dideteksi serum dalambeberapa hari atau minggu

(Bergantung sifat dan banyak antigen

Antibodi specific muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-10

( Menunjukkan produksi suatu klona sel B dan sel plasma

Kadar immunoglobulin meningkat selama 4 minggu lalu menu run secara bertahap

Urutan kemunculan immunoglobulin:

IgM (IgG ( IgA

Dari immunoglobulin yang muncul IgM lebih cepat mengalami penurunan daripada IgG2. RESPON SEKUNDER

Terjadi berbulan atau bertahun-tahun setelah respon primer

Respon imun lebih cepat dari respon primer karena adanya memori sebelumnya dari respon primer

Kadar IgM sama dengan respon primer

Respon IgG

IgG lebih banyak dari respon primer

Kadar IgG lebih menetap lebih lama

Mengikat antigen lebih kuat ( afinitas lebih tinggi )(sulit berdisosiasi

VI. ANTIGEN DAN ANTIBODI

1. ANTIGEN

Molekul yang oleh antibody dikenal sebagai nonself dan dapat berikatan dengan antibody, berupa protein atau polisakarida besar

Memiliki berat molekul lebih dari 8000 BM

Hapten adalah senyawa dengan berat molekul rendah. Dapat menimbulkan respon imun bila berikata dengan senyawa antigenik

Imunogen ( suatu substansi yang mampu merangsang respon imun

Semua imunogen adalah antigen tetapi tidak semua antigen adalah imunogen

Epitope adalah kompleks terkecil antibody dan merupakan bagian yang terikat dengan antibody Susunan molekulnya kompleks, makin kompleks makin tinggi imunogenitasnya

Penggolongan antigen:

Antigen eksogen, yaitu antigen yang berasal dari luar tubuh (contoh: bakteri, virus, obat).

Antigen endogen, yaitu antigen yang terdapat dalam tubuh.

Antigen xenogeneic atau heterolog, terdapat dalam spesies yang berlainan.

Antigen idiopatik atau autolog, merupakan komponen tubuh sendiri.

Antigen allogeneic atau homolog, membedakan antar individu dalam satu spesies. Selain itu terdapat istilah:

Antigen T-dependent, yaitu antigen yang menginduksi respon imun dengan bantuan sel T.

Antigen T-independent, yaitu antigen yang merangsang respon imun tanpa melibatkan sel T dan dapat langsung merangsang sel B untuk memproduksi antibodi.

2. ANTIBODI

Antibody atau imunoglobulin dihasilkan oleh sel B.

Sel B immature membawa IgM di permukaannya dan sebagian besar juga membawa IgD.

Struktur Antibodi

Semua immunoglobulin terdiri atas kombinasi rantai polipeptida ringan dan berat (sedikitnya 2 pasang dan sebanyak-banyaknya 10 pasang dalam setiap molekul immunoglobulin).

Immunoglobulin atau antibodi memiliki berat molekul antara 160.000 dan 970.000.

Merupakan sekitar 20% dari seluruh protein plasma.

Ujung dari setiap rantai berat dan rantai ringan yang disebut bagian yang dapat berubah (area yang gelap pada gambar) dan sisa dari masing-masing rantai disebut bagian yang tetap.

Bagian bangunan inilah yang secara khusus melekat pada tipe antigen tertentu.

Penggolongan Antibodi

Terdapat lima golongan umum antibodi, masing-masing diberi nama IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE.

Spesifikasi Antibodi

Setiap antibodi bersifat spesifik untuk antigen tertentu karen struktur uniknya yang tersusun atas asam-asam amino pada bagian yang dapat berubah dari kedua rantai ringan dan berat.

Dengan asam amino yang terdapat dalam antibodi, memungkinkan terjadinya ikatan yang cepat antara antigen dan antibodi (bersifat nonkovalen)

Mekanisme Kerja Antibodi

Antibodi bekerja terutama melalui dua cara untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit : 1. dengan langsung menyerang penyebab penyakit tersebut

2. dengan mengaktifkan sistem komplemen yang kemudian dengan berbagai cara yang dimilikinya akan merusak penyebab penyakit tersebut.

Kerja langsung antibodi terhadap agen penyebab penyakit:Antibodi dapat mematikan aktivitas agen penyebab penyakit tersebut dengan salah satu cara berikut :

1. Aglutinasi, di mana beragai partikel besar dengan antigen pada permukaanya, seperti bakteri atau sel darah merah, terikat bersama-sama menjadi satu kelompok.

2. Presipitasi, di mana kompleks molekular dari antigen yang larut (misalnya racun tetanus) dan antibodi menjadi begitu besar sehinggaberubah menjadi tak larut dan membentuk presipitat

3. Netralisasi, di mana antibodi menutupi tempat-tempat yang toksik dari agen yang bersifat antigenik

4. Lisis, di mana beberapa antibodi yang sangat kuat kadang-kadang mampu langsung menyerang membran sel agen penyebab penyakit sehingga menyebabkan sel tersebut robek.VII. SISTEM KOMPLEMEN (C)

Komplemen ialah sekumpulan protein plasma yang merupakan mediator utama / primer dari reaksi antigen-antibodi, dan terdiri atas sekitar 20 jenis protein yang berbeda satu sama lain, baik dalam sifat kimia maupun dalam fungsi imunologik.

Ciri ciri komplemen :

Dibentuk di sel hati, sel-sel sistem retikuloendotelial (limfosit, monosit) Dapat berinteraksi satu sama lain, atau dengan antibodi, maupun membran sel

Akibat interaksi akan menyebabkan lisis sel mikroorganisme atau inflamasi Dalam keadaan normal, komplemen terdapat dalam serum dalam keadaan inaktif Pada reaksi komplemen, tiap komponen diaktivasi secara berurutan sehingga terjadi reaksi berupa cascade Komplemen inaktivasi pada suhu 56o CAktivasi Komplemen

Komplemen merupakan proenzim yang harus dipecah untuk membentuk enzim yang aktif.

Aktivasi komplemen terjadi melalui 3 cara :

1. Jalur klasik

2. Jalur Lektin

3. Jalur AlternatifUrutan Reaksi Komplemen

Mekanisme :

Jalur klasik

1. C1 yang diikat di regio Fc tersusun dari 3 protein : C1q, C1r, C1s

C1q terikat ke regio Fc IgG & IgM

2. Antibodi antigen digabung dengan C1 mengaktifkan C1s

3. C1s membebaskan C4 & C2 untuk membentuk C4b2a untuk merupakan konvertase aktif yang memecah molekul C3 menjadi 2 fragmen : C3a dan C3b

C3a ialah suatu anaflatoksin

4. C3b membentuk kompleks dengan C4b2a menghasilkan C5 konvertase yang memecah C5 menjadi C5a dan C5b. C5a merupakan anafilatoksin dan faktor kemotaktik

5. C5b terikat ke C6 dan C7 membentuk kompleks yang menyisip ke membran bilayer

6. C8 terikat ke kompleks C5b-C6-C7, diikuti polimerisasi sampai 16 molekul C9

7. Dihasilkan kompleks penyerang

8. Terjadi sitolisis

Jalur lektin

1. Protein plasma MBL (Mannose Binding Lectin) terikat pada manosa yang ditemukan di polisakarida permukaan mikroba seperti LPS

2. MBL lalu berinteraksi dengan 2 proteinase serin yaitu MASP dan MASP 2 (mannnosa - binding lectin associated serine proteinase). Interaksi antara MBL dengan MASP dan MASP 2 analog dengan interaksi antara C1q dengan C1r dan C1s sehingga mampu mengaktivasi jalur klasik tanpa tergantung antibody.

Jalur alternatifDilakukan oleh endotoksin dan agen infeksius, tanpa diawali terbentuknya kompleks antigen-antibodi. Mekanismenya :

1. Reaksi dapat terjadi bila C3b mlekat pada permukaan sel yang mungkin berasal dari reaksi C3 dengan factor B2. C3b bereaksi dengan factor B dan D membentuk C3bBb. Proses ini ditingkatkan lagi oleh properdin yang memperlambat disosiasi factor B. C3bBb menghasilkan lebih banyak C3b.3. C3b tambahan terikat ke C3 konvertase untuk membentuk C3bBbC3b4. C3bBbC3b merupakan jalur alternative bagi C5 konvertase untuk membentuk C5b5. Terbentuk komplek penyerang membrane

Fungsi Imunobiologis Komplemen

Efek positif bagi hospes :

1. peningkatan pembunuhan mikroorganisme

2. pembersihan kompleks imun dengan efisien

3. induksi dan penguatan respon antibody

Efek pada hospes negative, jika komplemen pada keadaan :

1. Bila diaktifkan secara sistemik pada skala besar

2. Bila diaktifkan oleh nekrosis jaringan, ex. Pada infark miokard

3. Bila diaktifkan oleh respon autoimun terhadap jaringan hospes

Efek biologis utama komplemen

1. Opsonisasi

Sel, kompleks antigen-antibodi, dan partikel lain difagosit lebih efisien dengan adanya C3b karena adanya reseptor C3b pada permukaan banyak fagosit

2. Kemotaksis

C5 menstimulasi gerakan neutrofil

3. Anafilatoksin

C3a, C4a, C5a menyebabkan degranulasi sel mast dengan pelepasan mediator, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas vascular dan kontraksi otot polos.

4. Sitolisis

Insersi kompleks C5b6789 ke permukaan sel menyebabkan mati atau lisisnya banyak tipe sel termasuk eritrosit, bakteri, dan sel tumor

VIII. INFLAMASI

Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan proses menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai perbaikan jaringan tubuh.

Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi.

Bila inflamasi menjadi sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme.Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:

a. Respon Seluler Dan Vaskulerb. Pembentukan Eksudat Inflamasi

Eksudat dapat berupa serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah) atau purulen (mengandung SDP dan bakteri).c. Perbaikan JaringanSel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat.IX. PATOFISIOLOGI DEMAM

Demam dapat diakibatkan oleh kondisi infeksius maupun non-infeksiusContohnya:

proses radang seperti penyakit pembuluh darah

Trauma

Neoplasma

hemolisis akut

kelainan mediasi imunologik

penyakit bakteri

tumor otak

keadaan lingkungan yang dapat berakhir dengan serangan panas.1. Pirogen merupakan substansi yang dapat menyebabkan demam dengan meningkatkan set point termostat hipotalamus dan dapat berupa pirogen eksogen atau pirogen endogen.

2. Pirogen eksogen berasal dari luar tubuh, kebanyakan adalah produk mikroba, toksin mikroba atau mikroorganisme itu sendiri secara utuh (lipopolisakarida endotoksin dari bakteri gram negatif)

3. Apabila pirogen eksogen terdapat di dalam jaringan atau dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar (limfosit T sitotoksik). Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 (pirogen leukosit/pirogen endogen) ke dalam cairan tubuh.

4. Interleukin menginduksi pembentukan salah satu prostaglandin, yaitu prostaglandin E2 yang akan bekerja dalam hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.

5. Setelah mencapai hipotalamus interleukin segera menimbulkan demam, meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8 sampai 10 menit.

6. Selain interleukin-1, sitokin-sitokin lain seperti tumor nekrosis faktor (TNF), interleukin-6, dan interferon, juga merupakan zat pirogenik pada beberapa keadaan.

7. Peningkatan temperatur tubuh juga meningkatkan pembangunan sistem pertahanan tubuh.

(Aspirin dan obat-obatan lainnya yang menghambat sintesis prostaglandin dapat mengurangi demam)Secara skematis, patofisiologi demam dapat digambarkan sebagai berikut :

masuk ke dalam

Induksi pembentukan

meningkatkan

X. HUBUNGAN ANTARA INFEKSI, INFLAMASI, DAN DEMAM

KESIMPULAN

1. Organ yang berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh anatara lain kulit dan mukosa, timus, tonsil, lien, dan limfonodi

No Mekanisme pertahananFaktor pengganggu pertahanan

1.Kulit

Permukaan, lapisan yang utuh

Pergantian lapisan kulit paling luar

Sebum

Luka abrasi, luka pungsi, daerah maserasi

Mandi tidak teratur

Mandi berlebihan

2.Mulut

Lapisan mukosa yang utuh

Saliva Laserasi, trauma, cabut gigi

Higiene oral yang tidak baik, dehidrasi

3.Saluran pernafasan Lapisan silia di jalan nafas bagian atas diselimuti oleh mukus

Makrofag Merokok, karbondioksida & oksigen konsentrasi tinggi, kurang lembab, air dingin

Merokok

4. Saluran urinarius Tindakan pembilasan dari aliran urine

Lapisan epitel yang utuh Obstruksi aliran normal karena pemasangan kateter, menahan kencing, obstruksi karena pertumbuhan tumor.

Memasukkan kateter urine, pergerakan kontinyu dari kateter dalam uretra.

5.Saluran gastrointestinal Keasaman sekresi gaster

Peristaltik yang cepat dalam usus kecil Pemberian antasida

Melambatnya motilitas karena pengaruh fekal atau obstruksi karena massa

6.Vagina

Pada puberitas, flora normal menyebabkan sekresi vagina untuk mencapai pH yang rendah

Antibiotik dan kontrasepsi oral mengganggu flora normal

2. Sistem imun tubuh:

Saat mikroorganisme masuk dalam tubuh, pertama kali akan diserang oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut yang akan memicu respon imun.

Materi asing yang tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respon yang mengubah susunan biologis tubuh.

Setelah antigen masuk dala tubuh, antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas seluler atau humoral.

a) Imunitas selular

Ada kelas limfosit, limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas seluler. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, maka akan terjadi ikatan. Ikatan ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi, berikatan dengan antigen dan melepaskan limfokin. Limfokin menarik & menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen

b) Imunitas humoral

Stimulasi sel B akan memicu respon imun humoral, menyebabkan sintesa imunoglobulin/antibodi yang akan membunuh antigen. Sel B plasma dan sel B memori akan terbentuk apabila sel B berikatan dengan satu antigen. Sel B mensintesis antibodi dalam jumlah besar untuk mempertahankan imunitas, sedangkan sel B memori untuk mempersiapkan tubuh menghadapi invasi antigen.

c) Antibodi

Merupakan protein bermolekul besar, terbagi menjadi imunoglobulin A, M, D, E, G. Imunoglobulin M dibentuk pada saat kontak awal dengan antigen, sedangkan IgG menandakan infeksi yang terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar melakukan imunisasi.d) Komplemen

Merupakan senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat. Komplemen diaktifkan, maka akan terjadi serangkaian proses katalitik.

3. Struktur antbodi:

4. Pembagian imunoglobulin:IgGIgMIgAIgDIgE

StrukturMonomerPentamerDimer dengan molekul sekretorikMonomerMonomer

Persentase antibodi dalam serum80%5-10%10-15%0,2%0,002%

LokasiDarah, limfe lumen ususPermukaan limfosit (sebagai monomer)Dihasilkan limfosit B di lamina propria dan dijumpai sebagai dimer dalam produk sekresi (Saliva, susu, air mata, dll)Dijumpai pada permukaan limfosit BTerikat pada permukaan mastosit dan basofil

FungsiPenting pada rspon imun sekunder, pertahanan terhadap bakteri dan virus, mengaktifkan fagositosis, melindungi neonatusAntibodi pertama yang diproduksi dalam suatu respon imun inisial, pertahanan terhadap virus dan bakteriMelindugi membran mukosa dari bakteri dan virusBerfungsi sebgai reseptor untuk antigen yang memicu aktivasi sel B, antibodi dalam reaksi hipersensitifitas terhadap penisilinIkut serta dalam reaksi alergi, melisiskan cacing parasit

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Geo.F., Janet S. Butel, Stephen A. Morse 2004, Jawetz, Melnick, Adelbergs Medical Microbiology (23rd ed.), Mc-Graw Hill, Singapore.

Dorland, W. A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Eroschenko. 2003. Atlas Histologi Manusia de Fiore. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C., John E. Hall 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (9th Ed.), EGC, Jakarta.

Kresno, Siti Boedina 2001, Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium (Ed. 4), Balai Penerbit FK UI, Jakarta

Leeson, Leason, Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson 2006, Patofisiologi (Vol.1), EGC, Jakarta.

Samik, AW, 2002. Sistem Imun, Imunisasi & Penyakit Imun. Widya Medika : Jakarta

Saladin: Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Third EditionWahab, AS, Julia, M, 2002. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun. Widya Medika: Jakarta. Available in server.fk-unram.edu Burmester, Color Atlas of Immunology, available in server.fk-unram.edu

Jalur MB lektin

MBL

Jalur klasik

C3

Factor B, D, properdin

Kompleks imun

[C3bBb]

[C4b2a]

C3 konvertase

C3b

[C3bB3b]

[C4b2a3b]

C5 konvertase

C5b

C5b C9

Kompleks penyerang membran

Lisis sel

Jalur alternatif

Permukaan mikrobia

Permukaan mikrobia

C6, C7, C8, C9

C5

C3

C3a

C5a

C1 yang diaktivasi

C4, C2

Endotoksin

Peradangan

Rangsangan pirogenik lain

Jaringan atau darah

Fagositosis

Leukosit darah (monosit)

Makrofag jaringan

Limfosit T sitotoksik

melepas

Interleukin-1 (pirogen endogen)

Prostaglandin E2 (PgE2)

Set point di hipotalamus

Demam

Fagosit

MN

PMN

Sel NK

Sel Mast

Basofil

Sel T

Th1 (T-helper)

Th2

Ts/Tr/Th3

Tdth

CTL/Tc

Sel B

IgM

IgG

IgD

IgA

IgE

T-cell Receptor

Antibodi

Batuk

Lysozim

Sekresi sebaseus

Asam lambung

Laktoferin

Asam neuraminik

Humoral

Komplemen

Interferon

Kulit

Selaput lendir

Silia

Batuk

Bersin

Spesifik

Selular

Humoral

Molekul pengenal

Selular

Larut

Fisik

Non-Spesifik

Pembagian Sistem Imun

Disaring sel-sel limfoid

masuk ke darah

DEMAM

Induksi prostaglandin E2

Fagosit bakteri

Interleukin- 1

Hipotalamus

Setelah 1 jam migrasi leukosit

Neutrofil

Monosit (8-12 jam) >> makrofag

Fagosit oleh makrofag

(Proses inflamassi)

Peningkatan thermostat

Zat pirogen

Kuman, bakteri, virus, dan zat lainnnya

Immunity Sistem

Penyebab Infeksi

Sumber

Mekanisme Infeksi

SISTEM IMUN

Sel-sel yang berperan

Fungsi

Struktur

Pembagian

Spesifik

Non-Spesifik

Antibodi

Antigen

Pembagian

Struktur

Fungsi

DEMAM

Sembuh

Klasifikasi

Mekanisme Kerja

Organ

PAGE - 49 -Kelompok 5 Semester 2