laporan tim kunjungan kerja spesifik ......laporan tim kunjungan kerja spesifik perencanaan dan...
TRANSCRIPT
-
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK
PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN
KE PROVINSI JAWA TENGAH
14 – 16 APRIL 2016
I. PENDAHULUAN
Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI
melaksanakan Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 14
sampai dengan 16 April 2016. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya di bidang
keuangan, perencanaan pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja
Komisi XI DPR RI ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas
pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah serta instansi-instansi Pemerintah Pusat dan
mitra kerja Komisi XI DPR RI yang ada di daerah.
Komisi XI DPR RI merupakan salah satu alat kelengkapan DPR RI yang mempunyai
ruang lingkup tugas di bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional serta
Perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank yang bermitra kerja dengan Kementerian
Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Bank Indonesia, OJK, Perbankan dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank, BPKP, BPS, Sekretariat Jenderal BPK RI, LKPP, LPS, dan LPEI.
Pada kesempatan Kunjungan Kerja pada hari ini Komisi XI DPR RI bermaksud
mendapatkan data dan informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas
mengenai perencanaan dan pengawasan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah.
Sebagaimana kita ketahui, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat
kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat
kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi.
-
Sebagai informasi, Komisi XI DPR RI telah menetapkan target-target
pembangunan dalam kesimpulan Rapat Kerja Pembahasan Asumsi Dasar Ekonomi
Makro RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target-target pembangunan tersebut merupakan
acuan bagi Pemerintah dalam mengelola APBN bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat
Indonesia. Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN Tahun
Anggaran 2016 disebutkan:
“Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2016 mengupayakan
pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang tercermin dalam:
a. Penurunan kemiskinan menjadi sebesar 9,0% (sembilan koma nol persen)
sampai dengan 10,0% (sepuluh koma nol persen);
b. Penyerapan tenaga kerja sebesar 2.000.000 (dua juta) orang;
c. Tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,2% (lima koma dua persen)
sampai dengan 5,5% (lima koma lima persen);
d. Penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,39 (nol koma tiga puluh sembilan); dan
e. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 70,1 (tujuh puluh
koma satu).
Guna mendukung target-target pembangunan yang sudah disepakati antara
Komisi XI DPR RI dengan Pemerintah yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan, maka
percepatan pembangunan di daerah perlu didukung dengan anggaran yang bersumber
dari APBN sehingga dapat meningkatkan investasi, kesempatan kerja dan usaha,
konsumsi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Sebab pada hakekatnya tujuan dari
pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencapai target-target pembangunan tersebut diperlukan perencanaan
pembangunan yang baik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025. Tujuan yang ingin
dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005-
2025 adalah untuk:
a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
nasional,
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah,
-
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasaan,
d. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan, dan
e. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Dalam Kunjungan Kerja Spesifik ini, Komisi XI DPR RI ingin mendapatkan gambaran
jelas mengenai sejauh mana rencana pembangunan serta capaian kinerja pembangunan
di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, kami juga ingin melihat efektivitas perencanaan
tersebut untuk mencapai target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Perbaikan
tentunya akan terus kita lakukan bersama-sama untuk mewujudkan Indonesia
sebagaimana yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kami juga ingin
mendengar masukan dan input program kerja pembangunan Provinsi Jawa Tengah
untuk dapat kami teruskan dalam Rapat-rapat kerja dengan Menteri Keuangan dan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
Sebagai bagian akhir dari pengantar ini, kami berharap kepada semua instansi
yang hadir pada hari ini untuk mendukung program pembangunan di Indonesia yang
tepat sasaran dan berkesinambungan sehingga dapat menguntungkan bagi masyarakat
Indonesia terutama di Provinsi Jawa Tengah.
Adapun susunan keanggotaan Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke
Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
No. No.
Angg Nama Anggota Fraksi Keterangan
1. 365 Ir. H. Soepriyatno F. GERINDRA
Wakil Ketua Komisi XI
Ketua Tim
2. 463 H. Jon Erizal, SE., MBA F. PAN Anggota
3. 185 Prof. Dr. Hendrawan Supratikno F. PDIP Anggota
4. 189 Indah Kurnia F. PDIP Anggota
5. 218 Ir. G. Michael Jeno, MM F. PDIP Anggota
6. 196 Eva Kusuma Sundari F. PDIP Anggota
-
7. 320 Edison Betaubun, SH., MH F. PG Anggota
8. 287 M. Sarmuji, SE, M.Si F.PG Anggota
9. 379 H. Wilgo Zainar F. GERINDRA Anggota
10. 421 H. Amin Santono, S. Sos F. PD Anggota
11. 480 Mohammad Hatta F. PAN Anggota
12. 68 Hadi Zainal Abidin F. PKB Anggota
13. 116 Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc F. PKS Anggota
14. 519 H. Donny Ahmad Munir, ST., MM F. PPP Anggota
15. 27 Johnny G. Plate, SE F.NASDEM Anggota
II. INFORMASI DAN TEMUAN
A. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
1. Arah pelaksanaan kebijakan pada perencanaan pembangunan di Provinsi
Jawa Tengah :
Arah kebijakan perencanaan pembangnan di Provinsi Jawa Tengah
berpedoman pada upaya pencapaian target sasaran RPJMD Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013-2018 yang setiap tahunnya dijabarkan dalam RKPD Provinsi
Jawa Tengah dengan memperhatikan permasalahan dan lingkungan strategis
(internal dan eksternal).
Sebagaimana Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013 – 2018, maka arah kebijakan perencanaan pembangunan
tahun 2016 seseuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2016 tentang
RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 adalah “Meningkatkan Kesejahteraan
dan Perekonomian Masyarakat Didukung Infrastruktur yang Semakin Mantap”.
Penentuan arah kebijakan berdasarkan pada hasil evaluasi pembangunan serta
permasalahan yang ada. Permasalahan pembangunan Jawa Tengah antara lain :
a. Tingginya Angka Kemiskinan dan Pengangguran
Perkembangan kemiskinan di Jawa Tengah selama kurun waktu 2011-
2015 cenderung mengalami penurunan, namun jumlah absolutnya masih
-
cukup besar, yaitu sebanyak 4,505 juta jiwa (13,32%) pada tahun 2015
dengan garis kemiskinan sebesar Rp309.314 per kapita/bulan.
Jika dibandingkan dengan Provinsi lain se Jawa Bali dan Nasional,
Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke duaa setelah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Kemiskinan Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2014 – 2015
No.
Provinsi/Nasional
2014 2015
(ribu jiwa) (%) (ribu jiwa) (%)
1. DKI Jakarta 412,79 4,09 368,67 3,61
2. Bali 195,96 4,76 218,79 5,25
3. Banten 649,19 5,51 690,66 5,75
4. Jawa Barat 4.238,96 9,18 4.485,66 9,57
5. Jawa Timur 4.748,42 12,28 4.776,97 12,28
6. Jawa Tengah 4.561,83 13,58 4.505,78 13,32
7. D.I. Yogyakarta 532,58 14,55 485,56 13,16
Nasional 27.727,78 10,96 28.513,60 11,13
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 dan 2015
15 Kabupaten/Kota dengan angka kemiskinan tertinggi yaitu Kabupaten
Wonosobo, Kebumen, Brebes, Purbalingga, Rembang, Pemalang,
Banjarnegara, Banyumas, Sragen, Demak, Klaten, Purworejo, Cilacap,
Grobogan dan Blora.
Jumlah pengangguran di Jawa Tengah selama periode tahun 2011-2015
mengalami penurunan, Tahun 2015 sebesar 860 ribu jiwa (4,99%),
menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 996 ribu jiwa
(5,68%).
13 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang berada di atas rata-rata
TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka), antara lain Kabupaten Brebes, Kota
Tegal, Kabupaten Tegal, Kota Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Batang, Kota Magelang, Kabupaten Pati, Kota
-
Surakarta, Kabupaten Kendal, Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Pekalongan.
b. Potensi Unggulan Daerah yang masih belum dikembangkan :
Salah satu potensi unggulan daerah Provinsi Jawa Tengah yang masih
belum dikembangkan secara optimal yaitu bidang pariwisata. Jumlah Daerah
Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Jawa Tengah saat ini sebanyak 467 DTW
yang terbagi pada: 85 DTW Budaya, 148 DTW Alam, 117 DTW Buatan, 19
DTW Minat Khusus dan 98 event yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.
Diantara daerah tujuan wisata tersebut, terdapat 4 destinasi wisata utama
yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi yaitu
Kawasan Candi Borobudur, Museum Purbakala Sangiran, Kawasan Wisata
Dieng dan Kepulauan Karimunjawa. Jika dilihat daru jumlah kunjungan,
meskipun terdapat kenaikan wisatawan nusantara dari 26,50 juta orang oada
tahun 2013 menjadi 29,85 juta orang pada 2014 dan wisatawan mancanegara
dari 379.912 pada tahun 2013 menjadi 429.584 orang pada tahun 2014,
namun kenaikannya dirasa masih belum signifikan jika dibandingkan dengan
jumlah DTW yang ditawarkan. Hal tersebut disebabkan antara lain karena
masih rendahnya daya tarik obyek wisata dan kesiapan infrastruktur
pariwisata (transportasi, akses jalan masuk obyek wisata dan fasilitas
pendukung).
c. Rendahnya Kesehatan Masyarakat dan Tingkat Pendidikan
Permasalahan yag perlu mendapat perhatian pada bidang kesehatan
masyarakat antara lain Angka Kematian IbU (AKI). Capaian AKI pada tahun
2015 sebesar 111,16 per 100.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan
tahun 2014 sebesar 126,55 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utamanya
masih tingginya AKI antara lain disebabkan oleh terbatasnya pemerataan
jumlah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang kebidanan di
Puskesmas.
Pembangunan pendidikan di Provinsi Jawa Tengah masih menghadapi
berbagai permasalahan, yaitu antara lain Angka Putus Sekolah (APS) jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Sampai pada tahun 2015 APS SD/SDLB/MI
sebesar 0,077, SMP/SMPLB/MTs sebesar 0,232%, SMA/SMALB/MA/SMK
sebesar 0,059%. Hal tersebut disebabkan karena faktor geografis yang belum
-
didukung oleh akses infrastruktur, faktor ekonomi, dan rendahnya tingkat
kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak.
d. Kualitas dan kapasitas infrastruktur kurang memadai
Gambaran umum infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014
sepanjang 30,454 km dengan rincian jalan nasional sepanjang 1.390 km, jalan
provinsi sepanjang 2.565 km, jalan kabupaten/kota sepanjang 27.040 km.
Berdasarkan hasil identifikasi kondisi jalan provinsi sepanjang 2.565 km,
dapat dirinsi jalan dalam kondisi baik 86,92% dan dalam kondisi sedang
13,08%. Sedangkan berdasarkan peta kondisi fisik jaringan irigasi yang enjadi
kewenagan provinsi, pada tahun 2014 kondisi jaringan fisik jaringan irigasi
rusak sebesar 96%.
e. Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup
Tahun 2014 hutan negara di Provinsi Jawa Tengah seluas 651.214,02 ha
dan hutan rakyat seluas 637.890 ha, sehingga luas lahan yang berfungsi
sebagai kawasan hutan seluas 1.289.104,54 ha, sedangkan berdasarkan hasil
review lahan kritis yang dilakukan ada tahun 2013, luas lahan kritis di
Provinsi Jawa Tengah seluas 634.601 ha.
2. a. Target dan indikator kinerja pelaksanaan pembangunan di Provinsi
Jawa Tengah yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang :
Pembangunan Jawa Tengah tahun 2017 merupakan tahun keempat
pelaksanaan RPJMD yang menjadi tahun strategis untuk melihat ketercapaian
target sasaran RPJMD tahun 2013-2018. Terkait dengan hal tersebut , maka
pembangunan din Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 diarahkan untuk
“Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Energi Berkelanjutan serta
Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Guna Mewujudkan
Kesejahteraan Masyarakat dan Kemandirian Wilayah” , dengan target sasaran:
- Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 – 5,8 %
- Laju inflasi sebesar 4,5 +-1%
- PDRB per kapita sebesar Rp26,06 juta
- Indeks Gini sebesar 0,341 dan Indeks Williamson sebesar 0,6993
- Persentase penduduk miskin sebesar 11,30 – 10,83%
- Indeks Pembangunan Gender (IPG) sebesar 69,40 dan Indeks
Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 71,49
-
- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,49 – 4,27%.
b. Kinerja pelaksanaan pembangunan selama 3 (tiga) tahun terakhir :
- Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada kurun waktu 2013-2015
menunjukkan trend positif, berturut-turut pada posisi 5,14%, 5,3%, dan
5,4%.
- Inflasi
Inflasi di Jawa Tengah pada kurun waktu 2013-2015 cenderung
fluktuatif, pada tahun 2013 sebesar 7,99%, tahun 2014 sebesar 8,22%, dan
tahun 2015 sebesar 2,73%.
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM Jawa Tengah periode tahun 2012-2014 cenderung mengalami
peningkatan, sebesar 67,21 pada tahun 2012, 68,02% pada tahun 2013,
dan sebesar 68,78 pada tahun 2014.
- Nilai Tukar Petani (NTP)
Capaian NTP dari tahun 2013 – 2015 cenderung menunjukkan trend
yang meningkat, yaitu pada tahun 2013 sebesar 101,42 menjadi 100,65
pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 102,03.
- Infrastruktur Jalan
Panjang jalan kewenangan Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.565,621 km
dengan kondisi baik secara berturut-turut dari tahuun 2013 hingga 2015
adalah sebagai berikut : Tahu 2013 sebesar 86,54%, tahun 2014 sebesar
86,92%, dan sebesar 87,88% pada tahun 2015.
- Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi
- Pada kurun waktu 2013 – 2015 cakupan pelayanan air minum dan sanitasi
di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :
a) Air Minum Perkotaan
Cakupan pelayanan air minum perkotaan mengalami peningkatan yaitu
seebsar 63,99% pada tahun 2013, 72,48% pada tahun 2014, dan sebesar
75,76% pada tahun 2015.
b) Air Minum Pedesaan
-
Cakupan pelayanan air minum pedesaan dari tahun 2013 hingga 2015
yaitu : sebesar 49,13% pada tahun 2013, 65,57% pada tahun 2014, dan
meningkat menjadi 68% pada tahun 2015.
c) Sanitasi
Cakupan pelayanan sanitasi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013
sebesar 64,5% meningkat menjadi 76,94% pada tahaun 2014, dan 77%
pada tahun 2015.
3. Program dan kegiatan prioritas pembangunan selama 5 (lima) tahun
terakhir di Provinsi Jawa Tengah beserta dengan rencana pagu
anggarannya :
Prioritas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah disusun berpedoman pada
RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 hingga 2018. Prioritas beserta pagu
anggarannya (persentase berdasarkan total belanja langsung) adalah sebagai
berikut ini :
a) Tahun 2013
- Menurunkan Angka Kemiskinan sebesar Rp384.512.713.000,-(10,95%)
- Memantapkan Ketahanan Pangan sebesar Rp295.799.621.000,- (8,24%)
- Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat sebesar Rp197.120.302.000,-
(5,61%)
- Meningkatkan potensi daya saing yang didukung peningkatan infrastruktur
sebesar Rp788.808.972.000,- (22,46%)
- Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengendalian Lingkungan Hidup dan
PRB sebesar Rp92.541.026.000,- (2,64%)
- Memantapkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik sebesar
Rp250.025.982.00 (7,12%)
- Pemantapan demokratisasi dan kondusivitas wilayah sebesar
Rp55.943.160.000,- (1,59%).
b) Tahun 2014
- Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran sebesar
Rp279.894.596.000,- (6,14%)
- Peningkatan daya saing ekonomi daerah sebesar Rp319.496.495,- (7,01%)
- Peningkatan kualitas SDM sebesar Rp595.411.863.000,- (13,06%)
-
- Peningkatan Infrastruktur dan Pengambangan Wilayah sebesar
Rp1.098.076.849.000,- (24,08%)
- Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta
PRB sebesar Rp121.062.540.000,- (2,65%)
- Tata Kelola Pemerintahan sebesar Rp278.525.121.000,- (6,11%)
- Demokratisasi dan kondusivitas daerah sebesar Rp39.415.324.000,-
(0,86%).
c) Tahun 2015
- Peningkatan sinergitas dan harmonisasi program engurangan kemiskinan
dan pengangguran berdimensi kewilayahan sebesar Rp217.015.013.000,-
(3,71%)
- Peningkatan infrastruktir yang makin berkualitas guna mendukung
pengembangan wilayah sebesar Rp2.159.905.725.000 (36,93%)
- Peningkatan kualitas SDM dan Pelayanan Dasar yang semakin luas sebesar
Rp577.061.540.000,- (9,87%)
- Peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan daerah
dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi
kerakyatan sebesar Rp272.019.341.000,- (4,65%)
- Peningkatan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya sebesar Rp87.795.584.000,-
(1,5%)
- Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan, demokratisasi dan kondusivitas
wilayah sebesar Rp292.021.005.000,- (4,99%).
d) Tahun 2016
- Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran berdimensi
kewilayahan sebesar Rp166.755.856.000,- (2,61%)
- Peningkatan perekonomian daerah bernasis potensi unggulan daerah
sebesar Rp342.323.428.000,- (5,36%)
- Peningkatan Kualitas SDM dan perluasan cakupan layanan dasar sebesar
Rp487.188.792.000,- (7,63%)
- Optimalisasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan teknologi
guna meningkatkan daya saing daerah sebesar Rp2.854.325.180.000,-
(44,69%)
-
- Peningkatan pengendalian pemanfaatn ruang dalam upaya pemulihan daya
dukung dan daya tampung serta pengurangan potensi ancaman bencana
sebesar Rp104.346.117.000,- (1,63%)
- Peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan
dan penciptaan kondusivitas wilayah sebesar Rp324.376.013.000,-
(5,68%).
4. Gambaran umum pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Tengah di bidang
pembangunan yang akan diselenggarakan :
Bappeda Provinsi Jawa Tengah memiliki Tugas Pokok melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan
pembangunan daerah dan statistik melalui fungsi perumusan kebijakan teknis
perencanaan dan statistik, pengkoordinasian penyusunan perencanaan
pembangunan dan statistik, pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas
perencanaan di bidang kesejahteraan rakyat, perekonomian, pemerintahan dan
kependudukan, infrastruktur dan pengembangan wilayah, serta pelaksanaan
statistik lingkup provinsi dan kabupaten/kota, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan di bidang perencanaan pembangunan dan statistik.
Dalam rangka memberikan pelayanan di bidang perencanaan
pembangunan daerah, sesuai amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan pembangunan Nasional dan UU Nomor 23 Tahun 2014 , serta
Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, dilaksanakan tahapan perencanaan
pembangunan untuk penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah.
Tahapan dimaksud diimplementsikan dalam forum perencanaan pembangunan
antara Pemda dan berbagai stakeholders untuk meningkatkan keterlibatan
berbagai pihak melalui :
a) Focus Group Discussion untuk penyusunan embrio kebijakan pembangunan
yang akan dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur kepada SKPD Provinsi
dan Kabupaten/Kota dengan melibatkan unsur Komisi DPRD, Perguruan
Tinggi, perwakilan SKPD Provinsi dan pelaku pembangunan (antara lain
petani, Kades, pemerhati lingkungan) dilaksanakan pada bulan Oktober
hingga Desember sebelum tahun perencanaan (n-1).
b) Konsultasi Publik Rancangan Awal RKPD dalam rangka mensosialisaikan
kebijakan dan prioritas pembangunan.
-
c) Pra Forum dan Forum SKPD yang terbagi dalam kelompok kerja prioritas
pembangunan daerah untuk sinkronisasi permasalahan, prioritas, dan
program pembangunan yang akan dilakukan dengan melibatkan lintas sektor
SKPD Provinsi , dilaksanakan pada bulan Maret.
d) Pra Musrenbang Wilayah dan Musrenbang Wilayah “Rembugan Bareng
Gubernur” di 6 wilayah eks karesidenan. Dalam Forum ini juga diadakan
Video Conference antara Gubernur dengan unsur desa terpilih (Kades/Lurah,
perwakilan warga), dilaksanakan pada bulan April,
e) Musrenbang Provinsi Jawa Tengah merupakan forum antar pemangku
kepentingan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan agar
lebih memantapkan Rancangan RKPD Provinsi, yang dilaksanakan pada bulan
April.
f) Dialog interaktif Legislatif – Eksekutif yang merupakan forum dialog antara
Legislatif dan Eksekutif dalam rangka penyempurnaan Rancangan Akhir
RKPD, yang dilaksanakan pada bulan Mei sebelum RKPD ditetapkan.
Bappeda Provinsi Jawa Tengah juga menyediakan media untuk
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan program
pembangunan, antara lain:
a. Sistem Informasi melalui website rembugan.jatengprov.go.id
b. Website resmi bappeda.jatengprov.go.id
c. Media SMS Center untuk menampung masukan/saran dari masyarakat.
5. Efektivitas pelaksanaan Musrenbang dalam penyusunan RPJMD selama ini:
Dalam rangka penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD), forum Musrenbang merupakan sarana untuk:
- Penajaman sasaran pembangunan jangka menengah daerah
- Penyelarasan terhadap strategi arah kebijakan pembangunan sesuai
kewenangan penyelenggaraan Pemerintah Daerah
- Penyelarasan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah
daerah dengan visi, misi dan progran kepala daerah dan wakil kepala daerah
- Penyelarasan indikasi rencana program prioritas pembangunan jangka
menengah daerah yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan
-
- Kesepakatan capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini dan pada
akhir periode RPJMD
- Klarifikasi bersama antara pemangku kepentingan untuk menjadi pedoman
RPJMD dan berkomitmen dalam pelaksanaannya.
Musrenbang RPJMD merupakan salah satu tahpan strategis yang sangat
efektif untuk dilaksanakan bersama antara unsur Eksekutif, Legislatif dan
perwakilan masyarakat sehingga tercapai kesepakatan dan komitmen
bersama dalam pelaksanaan/implementasi dokumen perencanaan
pembangunan.
6. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk menangkap aspirasi,
kebutuhan, dan permasalahan daerah di Provinsi Jawa Tengah , antara
lain:
a) Instrumen Media Sosial, Media Massa dan Media Elektronik
- SMS Center dikelola oleh Biro Humas
- Gubernur Menyapa dikelola oleh Dishubkominfo bekerjasama dengan
stasiun radio swasta
- Website Laporgub dikelola oleh Dishubkominfo
- Twitter Gubernur
b) Kunjungan Gubernur di berbagai Wlayah Jawa Tengah
c)Penyampaian usulan perencanaan pembangunan oleh unsur DPRD,
Pemerintah Kabupaten.Kota dan masyarakat melalui Sistem Informasi
Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD) www.sippd-jateng.go.id, website
www.rembugan.jatengprov.go.id dan dialog Gubernur dengan
Bupati/Walikota yang biasa disebut “Rembug Gayeng Bareng Gubernur” pada
Musrenbang Wilayah di 6 eks karesidenan.
Dalam upaya meyerap aspirasi masyarakat dilakukan berbagai diskusi
dalam forum informal antara Gubernur denan kelompok masyarakat di
daerah yang pelaksanaannya bersamaan dengan kunjungan Gubernur.
7. Kendala yang dihadapi dan peluang pengembangan oleh Bappeda Provinsi
Jawa Tengah dalam pelaksanaan pembangunan:
a) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan:
- Rentang waktu penyusunan dokumen perencanaan singkay (Januari hingga
Minggu ketiga di bulan Mei)
http://www.sippd-jateng.go.id/http://www.rembugan.jatengprov.go.id/
-
- Tidak adanya keseragaman sistem perencanaan di tingkat pusat, provinsi,
dan Kabupaten/Kota, belum terintegrasinya sistem perencanaan,
penganggaran dan monev antar tingkatan Pemerintahan.
- Bappeda selaku SKPD yang memiliki fungsi koordinatif perencanaan dalam
implementasinya terbelenggu pada pekerjaan administratif guna
memenuhi ketentuan perundangan, hal ini berdampak pada waktu untuk
meningkatkan kemampuan berinovasi dalam rangka mewujudkan kualitas
perencanaan pembangunan yang baik.
- Ketersediaan data yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan
pembangunan tidak semuanya dalam kondisi real time.
- Masih terdapat peraturan Kementerian/Lembaga (K/L) khususnya yang
mengatur tentang perencanaan pembangunan bersifat ego sektoral K/L,
bahkan dari sisi waktu tidak dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
dokumen perencanaan karena penerbitan ketentuan tersebut telah
melampaui waktu yang telah ditetapkan.
b) Peluang pengembangan pelaksanaan pembangunan:
- Bappeda Provinsi Jawa Tengah menggunakan sistem informasi
perencanaan yang berbasis teknologi informasi dalam menjaring aspirasi
seluruh stakeholders pembangunan.
- Bersama Tim TAPD, dibantu dengan Tim IT Provinsi mencoba untuk
mengintegrasikan sistem perencanaan pembangunan, penganggaran dan
monev (level provinsi).
8. Faktor-faktor pendorong yang dapat meningkatkan kinerja Bappeda dalam
upaya mendukung kinerja program pembangunan di Provinsi Jawa
Tengah, antara lain :
- Sistem IT
Penggunaan sistem IT dapat mempermudah proses perencanaan dan akses
masyarakat, mengefisienkan waktu, meningkatkan kemanan data perencanaan
serta menjamin transparansi publik.
- Validitas Data
Dengan data yang valid dan realtime dihapkan agar program pembangunan
yang disusun tepat sasaran dan menjawab permasalahan masyarakat.
-
- Peningkatan kapasitas SDM perencana
Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi SDM Perencana agar responsif
tanggap, dan dapat memberikan solusi permasalahan.
9. Ketentuan khusus/sanksi bagi keterlambatan pelaksanaan terhadap target
yang sudah ditetapkan:
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.68 Tahun 2012 tentang
Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah, setiap
Triwulan diadakan Rakor Pengendalian Tingkat Provinsi yang bertujuan untuk
mengevaluasi kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah, menegaskan
kembali kebijakan pimpinan dan pedoman peraturan yang berlaku dalam rangka
kelancaran pelaksanaan APBD, mengidentifikasi permasalahan dan hambatan
serta merumuskan upaya penyelesaiannya. Rakor tersebut dipimpin oleh
Gubernur, dalam Rakor tersebut dapat diketahui keterlambatan pelaksanaan
kegiatan terhadap target yang sudah ditetapkan, namun tidak ada sanksi secara
khusus atas keterlambatan tersebut, namun menjadi bahan evaluasi Gubernur
atas kinerja Kepala SKPD.
B. BANK INDONESIA PERWAKILAN JAWA TENGAH
1. Fungsi Kantor Perwakilan Bank Jawa Tengah dalam mencapai dan
memelihara kestabilan rupiah, antara lain:
a. Pengembangan ekonomi dan advisor kebijakan
b. Memelihara kestabilan sistem keuangan
c. Pengeolaan uang kartal
d. Pengawasan dan pelaksanaan sistem pembayaran
e. Pelaksanaan financial inclusion dan UMKM
f. Melakukan komunikasi kebijakan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah berperan aktif
dalam memberikan masukan dalam penyusunan RPJMD mencakup proyeksi
pertumbuhan ekobnomi, inflasi, dan indikator makroekonomi regional lainnya.
Melakukan riset-riset terkait isu yang dihadapi oleh ekonomi daerah,
memberikan rekomendasi kebijakan yang diambil oleh Pemerintah daerah
dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
-
2. a. Faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah :
Dari sisi pengeluaran, konsumsi swasta dan Pemerintah (share 70,76%)
dan investasi (share 30,30%) selain itu share (38,60%) masih memiliki
peran yang dominan dalam perekonomian di Jawa Tengah. Ekspor luar
negeri Jawa Tengah mengalami kontraksi sejak tahun 2013, seiring dengan
ekonomi global.
Sedangkan dari sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tenagh didukung
oleh 2 lapangan usaha utama, yaitu industri pengolahan (industri makanan
dan minuman) yang mempunyai share terbesar yaitu 35,22%; industri
pengolahan tembakau, industri tekstil, dan industri pengolahan kayu.
Lapangan usaha utama lainnya yaitu lapangan usaha perdagangan besar-
ecer dan reparasi mobil-sepeda motor (share 14,32%); serta lapangan usaha
pertanian, kehutanan, dan perikanan (share 14,11%).
b. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir serta pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi tahun-tahun selanjutnya (perencanaan)
dikaitkan dengan pelaksanaan Undang-Undang No.17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025
di Jawa Tengah serta pelaksanaan Undang-Undang Bank Indonesia
terutama pasal 7 tentang tujuan Bank Indonesia dalam mencapai dan
memelihara kestabilan rupiah :
Selama tiga tahun terakhir perekonomian di Jawa Tengah mengalami
pertumbuhan diatas pertumbuhan nasional. Pada tahun 2013,
perekonomian Nasional maupun Jawa Tengah mengalami perlambatan.
Ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,1% (yoy) dari 5,3% (yoy) pada tahun 2012.
Perlambatan tersebut terjadi terutama pada lapangan usaha pertanian,
sektor konstruksi, dan lapangan usaha perdangan. Pada tahun 2014
perekonomian Jawa Tengah mulai mengalami
Pertummbuhan ke level 5,3% (yoy), sementara ekonomi nasional
mengalami perlambatan. Pada tahun 2015 perekonomian Jawa Tengah
masih menunjukkan trend peningkatan dengan tumbuh sebesar 5,4% (yoy).
Peningkatan tersebut didorong oleh perbaikan kinerja pada lapangan usaha
pertanian, kehutanan, perikanan, dan lapangan usaha konstruksi.
-
c. Peranan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah dalam Pembangunan
dan Perekonomian di daerah :
Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemda dalam bentuk Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan secara bersama-sama dengan
anggota TPID lainnya menjaga stabiltas moneter dengan menjaga stabilitas
harga, baik dari sisi demand maupun supply.
Dalam melaksanakan fungsi sistem pembayaran, Bank Indonesia
senantiasa memenuhi permintaan uang Rupiah layak edar sesuai kebutuhan
perbankan maupun masyarakat. Kegiatan pemenuhan kebutuhan uang
kartal diantaranya:
a. Memenuhi permintaan penarikan uang perbankan
b. Memonitor posisi cash flow pada perbabkan
c. Meningkatkan peran serta Perbankan dalam mengoptimalkan
kegiatan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
d. Layanan penukaran uang oleh masyarakat (uang rusak, uang cacat,
dan uang yang dicabut dari peredaran).
e. Sosialisasi penggunaan Rupiah kepada masyarakat.
Terkait asesmen makroekonomi regional daerah, Bank Indonesia juga
memberikan masukan kepada Pemda dalam rangka untuk pengendalian
inflasi maupun pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
3. Kebijakan yang telah diambil oleh Bank Indonesia untuk mendukung
pembangunan daerah di Provinsi Jawa Tengah :
Stabilitas harga adalah salah satu syarat untuk mendukung pembangunan
ekonomi daerah yang berkelanjutan. Upaya yang telah dilakukan Bank
Indonesia adalah pengendalian inflasi dengan memberdayakan fungsi TPID.
Saat ini di Jawa Tengah telah terbentuk 36 TPID yang terdiri atas 1 TPID
Provinsi Jawa Tengah dan 35 TPID Kabupaten/Kota. Kegiatan yang dilakukan
adalah koordinasi melalui forum teknis di masing-masing kabupaten/provinsi
dan high level meeting untuk membahas hal-hal strategis dalam rangka menjaga
stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.
Selain itu Bank Indonesia juga mengembangkan sistem informasi pertama
yang menampilkan harga-harga komoditas dan berbagai informasi anekdotal
-
yang terkait dengan perkembangan harga yang disebut dengan SiHaTi. Sistem
ini dibangun untuk meminimalkan risiko kesenjangan informasi (asymetric
information), saat ini telah dikembangkan sebagai aplikasi mobile berbasis
android yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Sebagai Early Warning Indicator yang digunakan untuk pemantauan
harga setiap hari.
b. Virtual meeting mempercepat koordinasi dalam rangka pengambilan
kebijakan tanpa bertemu sehingga keputusan yang diambil cepat dan
tepat waktu.
Hingga tahun 2015, terdapat beberapa program pengendalian inflasi yang telah
dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, yaitu :
- Klaster Sapi potong di Kab. Semarang
- Klaster Sapi perah di Kab. Semarang
- Klaster tanaman obat/bifofarmaka di Kab. Semarang
- Klaster ikan air tawar di Kab. Magelang
- Klaster padi organik di Kab. Semarang
- Klaster sapi perah terintegrasi holtikultura di Kab. Magelang
- Klaster jagung terintegrasi peternakan di Kab. Grobogan.
Bank Indonesia juga secara rutin menyampaikan masukan dan rekomendasi
bagi perkembangan ekonomi daerah. Dalam rangka mendukung pemberian
rekomendasi Bank Indonesia telah melakukan penelitian/riset terkait isu-isu
ekonomi daerah.
4. Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Bank Indonesia Provinsi
Jawa Tengah dalam mendukung pembangunan di daerah :
Secara umum tidak ada kendala atau permasalahan yang signifikan yang
dialami oleh Bank Indonesia dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Koordinasi dengan Pemda sudah berjalan dengan baik. Untuk lebih
meningkatkan dukungan terhadap pembangunan di daerah, perlu terus
dilakukan peningkatan koordinasi, dan penyampaian informasi terkini yang
lebih cepat.
-
C. BPK PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
1. a. Hasil temuan dari BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah terhadap
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara dan
Keuangan Daerah di Provinsi Jawa Tengah :
BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya melaksanakan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah
pada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
• Pada Semester I :
- Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 36
Entitas
- Output : Opini dan Temuan Pemeriksaan
• Pada Semester II :
- Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)
- Output PDTT : Simpulan Kepatuhan, Temuan Pemeriksaan, Rekomendasi
- Pemeriksaan Kinerja
- Output Pemeriksaan Kinerja : Simpulan Aspek 3E, Temuan Pemeriksaan,
Rekomendasi
b. Tindak lanjut hasil temuan tersebut selama 3 (tiga) tahun terakhir :
- Pemantauan tindak lanjut (TL) atas rekomendasi hasil pemeriksaan yang
dimuat dalam LHP
- Pembahasan TL dilaksanakan bersama entitas setiap semester
Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
Sampai dengan Semester II tahun 2015, dari 505 rekomendasi,
81,41% telah selesai ditindaklanjuti, 16,00% sudah ditindaklanjuti tapi
belum sesuai dengan rekomendasi, dan sebesar 2,53% belum
-
ditindaklanjuti. Dari hasil keseluruhan tindak lanjut tersebut, telah masuk
ke kas daerah sebesar Rp498.350.410.535,76.
Perkembangan Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Semester
4 Tahun Terakhir Entitas Di Wilayah Jawa Tengah
Tahun 2015, temuan pemeriksaan SPI sebanyak 453 Kasus, sedangkan
temuan pemeriksaan yang melanggar kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan sebanyak 1.122 kasus dengan nilai Rp80,9 Milyar,
dengan pengembalian dalam proses pemeriksaan senilai Rp23,65 Milyar.
2. a. Hasil audit/pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap pembangunan di
daerah :
- Pemeriksaan Kinerja dan PDTT dilaksanakan pada Semester II
- Program Pemerintah yang menjadi prioritas nasional dari RPJMN
Pemerintah.
- Dituangkan dalam Rencana Stratejik (Renstra) BPK
a.1 Topik pemeriksaan 2015 (Semester II) :
PDTT Infrastruktur
PDTT Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah
- Lingkup dan anggaran terdiri dari:
• Belanja modal infrastruktur Provinsi Jawa Tengah TA 2015
(realisasi pekerjaan s.d. 23 November 2015)
• Anggaran belanja modal infrastruktur (gedung dan bangunan
serta jalan, irigasi dan jaringan) senilai Rp2.049.302.067.000,00
dan telah direalisasikan (s.d 31 Oktober 2015) senilai
Rp1.192.621.629.481,00 (58,20%)
- Pelaksanaan Pengumuman RUP Tidak Tertib :
-
SKPD tidak mengumumkan RUP dan mengumumkan RUP tidak
tepat waktu serta belum memiliki Sistem Operasi dan Prosedur
(SOP) Penyusunan dan Penginputan RUP yang mengakibatkan
keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip
persaingan/kompetisi yang sehat dalam pengadaan barang dan
jasa tidak tercapai.
- Keterlambatan Waktu Penyelesaian Pekerjaan:
Penyelesaian pekerjaan melampaui waktu yang telah
ditentukan dalam kontrak/perjanjian dan penyedia jasa harus
dikenakan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sehingga
terjadi kekurangan penerimaan dan Pemerintah tidak dapat segera
memanfaatkan hasil kegiatan sesuai dengan rencana.
- Kekurangan Volume Pekerjaan, meliputi :
Volume pekerjaan dalam laporan pendukung perhitungan
volume pekerjaan yang menjadi dasar pembayaran tidak sesuai
dengan prestasi pekerjaan di lapangan sehingga terjadi kelebihan
pembayaran dan potensi kelebihan pembayaran.
PDTT Manajemen Aset
Pemeriksaan Kinerja Pemda penyediaan akses air minum berbasis
masyarakat yang layak dan berkelanjutan
Pemeriksaan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan
Pemeriksaan Kinerja Implementasi
a.2 Topik pemeriksaan 2016 (Semester II) :
Pemeriksaan Kinerja Kesiapan Mitigasi Bencana Letusan Gunung
Merapi
Pemeriksaan Kinerja Kesiapan Mitigasi Bencana Banjir Rob
Pemeriksaan Kinerja Pelayanan Perijinan Samsat
Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan Keuangan Desa
Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan KIS
PDTT Pelayanan Kependudukan
PDTT Penyediaan Fasilitas Infrastruktur dan Penyelenggaraan
Transportasi laut
PDTT Analisa Penurunan Produksi Pangan
a.3 Topik pemeriksaan 2017 (Semester II) :
PDTT Manajemen Aset
Pemeriksaan Kinerja GCG BUMD
-
Pemeriksaan Kinerja Pelayanan BPJS pada RSUD
Pemeriksaan Kinerja pelayanan Publik Pedesaan
Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan Dana Perimbangan keuangan
Pemeriksaan Kinerja Program Sertifikasi Guru
b. Pengawasan yang dilakukan terhadap pegawai BPK yang melakukan
Audit/pemeriksaan:
- Pengawasan terhadap pemeriksa :
Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK sesuai Keputusan BPK RI
No 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan BPK
RI.
- Supervisi Berjenjang
Ketua Tim - Pengendali Teknis- Penanggung Jawab pemeriksaan
Tahap : perencanaan – pelaksanaan - pelaporan
- Evaluasi pemeriksaan
Ditama Revbang - evaluasi LHP dalam proses penyusunan IHPS,
Itama -reviu SPM pelaksanaan pemeriksaan
AKN - evaluasi hasil pemeriksaan internal sebagai penyempurnaan
LHP, KKP dan penilaian kinerja pemeriksa
- Independensi, integritas, dan profesionalisme
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Kode Etik
Majelis Kehormatan Kode Etik
3. Langkah dan pembinaan yang sudah dilakukan oleh BPK Perwakilan
Provinsi Jawa Tengah dalam rangka memperbaiki kinerja laporan
keuangan di daerah baik pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota:
a. Kerjasama dengan APIP
Kerjasama dengan inspektorat melalui workshop, bimbingan teknis terkait
reviu atas LKPD berbasis akrual.
b. Pemeriksaan Kinerja implementasi SAP berbasis akrual
Pemeriksaan kinerja atas kesiapan Pemda dalam mengimplementasikan
SAP Berbasis Akrual dan memberikan pendapat kepada Presiden untuk
perbaikan regulasi, SDM dan TI dalam rangka percepatan implementasi SAP
Berbasis Akrual di daerah : Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang,
Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali, Kabupaten Purworejo dan Kota
-
Magelang dan Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan (17 September
sampai dengan 11 Oktober 2015).
c. Rekomendasi BPK
Rekomendasi perbaikan atas kelemahan SPI dalam penyajian LKPD dalam
pemeriksaan keuangan.
4. Saran-saran dan pandangan yang ingin disampaikan Kantor Perwakilan
BPK Provinsi Jawa Tengah kepada Komisi XI DPR RI sebagai masukan
perbaikan kinerja dan pengawasan mendatang, yaitu sebagai berikut :
a. SDM : Jumlah auditor yang memadai melalui penambahan auditor.
b. Struktur : Permintaan APH untuk PKN dan PKA dapat dipenuhi melalui
unit khusus dan spesialisasi pemeriksa investigative.
c. Koordinasi : Peningkatan Kerjasama kelembagaan dengan APH (PI, PKN,
PKA), Intansi Vertikal Bidang Keuangan (Pemeriksaan
Keuangan).
d. Anggaran : Pemeriksaan tematik berbasis pada RPJMN/RPJMD, BPK
perlu didukung dengan anggaran operasional yang cukup,
seperti : jasa ahli/konsultan, biaya uji laboratorium, dsb.
D. BPKP PERWAKILAN JAWA TENGAH
1. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Jawa Tengah
terhadap akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan di Provinsi
Jawa Tengah :
Pelaksanaan pengawasan atas akuntabilitas keuangan dan pembangunan di
Provinsi Jawa Tengah meliputi 4 fokus pengawasan, yaitu:
a. Pengawalan Pembangunan Nasional (Infrastrukur, Maritim, Energi, Pangan,
Kesehatan, Pendidikan, Kemiskinan, dan Reformasi Birokrasi), termasuk
pengawalan atas Program Strategis Nasional (Perpres No. 3 Tahun 2016);
b. Peningkatan Ruang Fiskal (OPAD, PNBP, Audit Penyesuaian Harga,
Monitoring DAK);
c. Pengamanan Aset Negara (Audit PKKN, Audit Investigasi, Pemberian
Keterangan Ahli, Audit Klaim, Manajemen Aset, Korsupgah dengan KPK); dan
d. Perbaikan Governance System (Pembinaan penyelenggaraan SPIP,
Peningkatan Kapabilitas APIP, SIMDA, SISKEUDES, SIA BLUD,
SIA PDAM, FCP).
-
2. Pelaksanaan audit, review, pemantauan terhadap perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan daerah
dan akuntabilitas pengeluaran daerah serta pembangunan di Provinsi Jawa
Tengah yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah
meliputi:
a. Audit atas laporan keuangan proyek yang dibiayai dengan PHLN, antara lain:
- Audit atas Health Professional Education Quality (HPEQ) Project
(Loan IBRD No. 7737-ID);
- Audit atas Program Dam Operational Improvement and Safety Project
(DOISP);
- Audit SRIP Loan IBRD No. 4834-IND;
- Audit atas Water Irigation Sector Management Project (WISMP);
b. Audit Operasional/Kinerja atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,
antara lain Audit Kinerja pelayanan pemerintah daerah bidang pendidikan,
kesehatan, dan kemaritiman;
c. Audit Kinerja BUMN/BUMD/BLUD, antara lain:
- Audit kinerja 35 PDAM Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah;
- Audit kinerja Perusda Percetakan dan Penerbitan Kabupaten Sragen;
- Audit kinerja BLUD RSUD;
- Audit Kinerja Pabrik Gula BUMN pada PTP IX.
d. Audit Investigatif atas permintaan Aparat Penegak Hukum, antara lain:
- Pekerjaan Peningkatan Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Pekalongan T.A. 2012;
- Kasus Dugaan TPK Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kecamatan
Gemolong Kabupaten Sragen;
- Kasus Dugaan Penyimpangan dalam penyaluran Kredit pada PD BKK
Wedi Cabang Klaten Selatan Tahun 2007 s.d. 2010;
- Kasus dugaan penyalahgunaan Pupuk Bersubsidi pada PG Sumberharjo
Tahun 2012 s.d. 2013.
e. Reviu, Evaluasi, dan Konsultatif antara lain pada PBJ UNS Surakarta,
Universitas Tidar Magelang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,
Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro Semarang.
Disamping itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah juga melakukan reviu
dan observasi lapangan atas:
-
- Pembangunan PLTU 2 x 1.000 MW di Batang;
- Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa Tengah (Ruas Pejagan-Pemalang;
Pemalang-Batang; Batang-Semarang; dan Semarang-Solo).
f. Pemantauan/Monitoring DAK antara lain pada Kabupaten Boyolali, Brebes,
Jepara, dan Tegal.
g. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pada
35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, dan Evaluasi SAKIP pada 8 Kabupaten
yaitu Kabupaten Banyumas, Batang, Boyolali, Demak, Jepara, Semarang,
Temanggung, dan Kendal.
3. Mekanisme pemberian konsultasi terkait degan manajemen risiko
pengendalian interen dan tata kelola instansi/badan dilakukan dengan cara:
Pemberian konsultasi dalam bentuk pendampingan, nara sumber, asistensi
atas Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Interen Instansi
Pemerintah/Pemerintah Daerah/Badan.
4. Kendala-kendala yang dihadapi oleh BPKP Provinsi Jawa Tengah dalam
melaksanakan pengawasan dan upaya yang sudah dan akan dilakukan
dalam mengatasinya, antara lain :
a. Internal: Keterbatasan jumlah SDM, dan keterbatasan jumlah anggaran;
- Langkah yang dilakukan untuk mengatasinya dengan melakukan optimalisasi
SDM BPKP, capacity building, efisiensi biaya.
b. Eksternal : Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah yang memahami akuntansi
terbatas.
- Langkah yang dilakukan untuk mengatasinya dengan melakukan capacity
building.
5. Perkembangan temuan hasil audit dan tindak lanjut selama 3 tahun terakhir
di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
Tahun
SALDO AWAL (TPB) TEMUAN TAHUN
BERJALAN (TP) TINDAK LANJUT (TPL) SALDO AKHIR (TPB)
Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp
2013 846 60.444.421.936,51 635 12.740.644.420,94 535 38.232.610.137,63 946 34.952.456.219,82
2014 946 34.952.456.219,82 1160 48.681.601.742,92 632 20.100.901.253,32 1474 63.533.156.709,42
2015 1474 63.533.156.709,42 554 38.864.031.322,72 1031 20.081.832.138,74 997 82.315.355.893,40
-
6. Strategi pengawasan BPKP Provinsi Jawa Tengah melalui strategi preemtif,
preventif, dan represif:
- Preemtif : Sosialisasi (SPIP, PAK, SIMDA Desa, GCG BUMD);
- Preventif : Korsupgah, Bimtek, Asistensi, FCP, Audit Operasional/
Kinerja/Keuangan;
- Represif :Audit Investigatif, Perhitungan Kerugian Keuangan Negara,
Pemberian Keterangan Ahli;
- Hambatan : Keterbatasan SDM dan Anggaran BPKP;
- Tantangan : Gugatan Hukum atas hasil Pengawasan BPKP.
7. Program pendampingan dan pembinaan yang dilakukan BPKP terhadap
Pemerintah Daerah dalam penyusunan laporan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah :
BPKP menggunakan Program Aplikasi SIMDA (Keuangan, BMD, Gaji,
Pendapatan dan Desa) utamanya terkait dengan penerapan Accrual Basis sesuai
PP No. 71 Tahun 2010 dan Pembinaan SPIP sesuai PP No. 60 Tahun 2008.
8. Saran dan pandangan dari kantor perwakilan BPKP Jawa Tengah yang
akan disampaikan kepada Komisi XI DPR RI demi perbaikan kinerja dan
pengawasan mendatang yaitu : SDM dan Anggaran BPKP dicukupi sesuai
kebutuhan.
E. BADAN PENGATUR JALAN TOL (BPJT)
1. Perkembangan pembangunan ruas jalan tol Semarang–Solo saat ini:
-
Tenaga Kerja
Jumlah (Orang)
Tahun
2015
Tahun
2016
Kontraktor 1,037 1,470
Konsultan Supervisi 117 164
JUMLAH 1,154 1,634
-
2. Dampak pembangunan ruas jalan tol Semarang – Solo bagi penduduk
sekitar :
a. Menghubungkan 2 (dua) kota besar di Jawa Tengah
b. Mengembangkan dan menambah infrastruktur jaringan jalan di Provinsi Jawa
Tengah (menambah aksesibilitas)
c. Mempermudah pergerakan transportasi, baik transportasi barang dan
manusia sehingga biaya transportasi lebih efisien
d. Meningkatkan perekonomian baik di Provinsi Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta, karena dengan adanya Jalan Tol Semarang Solo akan
mempersingkat waktu tempuh dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Mas
e. Menambah lapangan kerja baru
f. Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal
g. Diharapkan menjadi katalisator proses produksi, distribusi ke pasar dan
konsumen.
III. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Provinsi Jawa
Tengah. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh di
dalam laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti
dalam Rapat-rapat Komisi XI DPR RI.
Jakarta, April 2016
Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI
Ketua
Ir. H. Soepriyatno
A. 365