laporan tim kunjungan kerja spesifik perencanaan dan pengawasan

28
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN KE PROVINSI JAWA TENGAH 14 – 16 APRIL 2016 I. PENDAHULUAN Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI melaksanakan Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 14 sampai dengan 16 April 2016. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya di bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah serta instansi-instansi Pemerintah Pusat dan mitra kerja Komisi XI DPR RI yang ada di daerah. Komisi XI DPR RI merupakan salah satu alat kelengkapan DPR RI yang mempunyai ruang lingkup tugas di bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional serta Perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank yang bermitra kerja dengan Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Bank Indonesia, OJK, Perbankan dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, BPKP, BPS, Sekretariat Jenderal BPK RI, LKPP, LPS, dan LPEI. Pada kesempatan Kunjungan Kerja pada hari ini Komisi XI DPR RI bermaksud mendapatkan data dan informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai perencanaan dan pengawasan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah. Sebagaimana kita ketahui, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi.

Upload: truongnguyet

Post on 13-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK

PERENCANAAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN

KE PROVINSI JAWA TENGAH

14 – 16 APRIL 2016

I. PENDAHULUAN

Pada Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI

melaksanakan Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Jawa Tengah pada Tanggal 14

sampai dengan 16 April 2016. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya di bidang

keuangan, perencanaan pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja

Komisi XI DPR RI ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas

pelaksanaan tugas Pemerintah Daerah serta instansi-instansi Pemerintah Pusat dan

mitra kerja Komisi XI DPR RI yang ada di daerah.

Komisi XI DPR RI merupakan salah satu alat kelengkapan DPR RI yang mempunyai

ruang lingkup tugas di bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan Nasional serta

Perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank yang bermitra kerja dengan Kementerian

Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Bank Indonesia, OJK, Perbankan dan Lembaga

Keuangan Bukan Bank, BPKP, BPS, Sekretariat Jenderal BPK RI, LKPP, LPS, dan LPEI.

Pada kesempatan Kunjungan Kerja pada hari ini Komisi XI DPR RI bermaksud

mendapatkan data dan informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas

mengenai perencanaan dan pengawasan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah.

Sebagaimana kita ketahui, pembangunan nasional adalah rangkaian upaya

pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan

masyarakat, bangsa dan negara, untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan

nasional sebagaimana dirumuskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat

kegiatan pembangunan yang berlangsung tanpa henti, dengan menaikkan tingkat

kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi.

Sebagai informasi, Komisi XI DPR RI telah menetapkan target-target

pembangunan dalam kesimpulan Rapat Kerja Pembahasan Asumsi Dasar Ekonomi

Makro RAPBN Tahun Anggaran 2016. Target-target pembangunan tersebut merupakan

acuan bagi Pemerintah dalam mengelola APBN bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat

Indonesia. Dalam Pasal 41 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN Tahun

Anggaran 2016 disebutkan:

“Pemerintah dalam melaksanakan APBN Tahun Anggaran 2016 mengupayakan

pemenuhan sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang tercermin dalam:

a. Penurunan kemiskinan menjadi sebesar 9,0% (sembilan koma nol persen)

sampai dengan 10,0% (sepuluh koma nol persen);

b. Penyerapan tenaga kerja sebesar 2.000.000 (dua juta) orang;

c. Tingkat pengangguran terbuka menjadi sebesar 5,2% (lima koma dua persen)

sampai dengan 5,5% (lima koma lima persen);

d. Penurunan Gini Ratio menjadi sebesar 0,39 (nol koma tiga puluh sembilan); dan

e. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencapai 70,1 (tujuh puluh

koma satu).

Guna mendukung target-target pembangunan yang sudah disepakati antara

Komisi XI DPR RI dengan Pemerintah yang diwakilkan oleh Menteri Keuangan, maka

percepatan pembangunan di daerah perlu didukung dengan anggaran yang bersumber

dari APBN sehingga dapat meningkatkan investasi, kesempatan kerja dan usaha,

konsumsi dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Sebab pada hakekatnya tujuan dari

pembangunan adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk mencapai target-target pembangunan tersebut diperlukan perencanaan

pembangunan yang baik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025. Tujuan yang ingin

dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005-

2025 adalah untuk:

a. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan

nasional,

b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,

antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

Daerah,

c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasaan,

d. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan, dan

e. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

Dalam Kunjungan Kerja Spesifik ini, Komisi XI DPR RI ingin mendapatkan gambaran

jelas mengenai sejauh mana rencana pembangunan serta capaian kinerja pembangunan

di Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, kami juga ingin melihat efektivitas perencanaan

tersebut untuk mencapai target-target pembangunan yang telah ditetapkan. Perbaikan

tentunya akan terus kita lakukan bersama-sama untuk mewujudkan Indonesia

sebagaimana yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Kami juga ingin

mendengar masukan dan input program kerja pembangunan Provinsi Jawa Tengah

untuk dapat kami teruskan dalam Rapat-rapat kerja dengan Menteri Keuangan dan

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.

Sebagai bagian akhir dari pengantar ini, kami berharap kepada semua instansi

yang hadir pada hari ini untuk mendukung program pembangunan di Indonesia yang

tepat sasaran dan berkesinambungan sehingga dapat menguntungkan bagi masyarakat

Indonesia terutama di Provinsi Jawa Tengah.

Adapun susunan keanggotaan Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke

Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

No. No.

Angg Nama Anggota Fraksi Keterangan

1. 365 Ir. H. Soepriyatno F. GERINDRA

Wakil Ketua Komisi XI

Ketua Tim

2. 463 H. Jon Erizal, SE., MBA F. PAN Anggota

3. 185 Prof. Dr. Hendrawan Supratikno F. PDIP Anggota

4. 189 Indah Kurnia F. PDIP Anggota

5. 218 Ir. G. Michael Jeno, MM F. PDIP Anggota

6. 196 Eva Kusuma Sundari F. PDIP Anggota

7. 320 Edison Betaubun, SH., MH F. PG Anggota

8. 287 M. Sarmuji, SE, M.Si F.PG Anggota

9. 379 H. Wilgo Zainar F. GERINDRA Anggota

10. 421 H. Amin Santono, S. Sos F. PD Anggota

11. 480 Mohammad Hatta F. PAN Anggota

12. 68 Hadi Zainal Abidin F. PKB Anggota

13. 116 Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M.Sc F. PKS Anggota

14. 519 H. Donny Ahmad Munir, ST., MM F. PPP Anggota

15. 27 Johnny G. Plate, SE F.NASDEM Anggota

II. INFORMASI DAN TEMUAN

A. PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

1. Arah pelaksanaan kebijakan pada perencanaan pembangunan di Provinsi

Jawa Tengah :

Arah kebijakan perencanaan pembangnan di Provinsi Jawa Tengah

berpedoman pada upaya pencapaian target sasaran RPJMD Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2013-2018 yang setiap tahunnya dijabarkan dalam RKPD Provinsi

Jawa Tengah dengan memperhatikan permasalahan dan lingkungan strategis

(internal dan eksternal).

Sebagaimana Perda Nomor 5 Tahun 2014 tentang RPJMD Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2013 – 2018, maka arah kebijakan perencanaan pembangunan

tahun 2016 seseuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2016 tentang

RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 adalah “Meningkatkan Kesejahteraan

dan Perekonomian Masyarakat Didukung Infrastruktur yang Semakin Mantap”.

Penentuan arah kebijakan berdasarkan pada hasil evaluasi pembangunan serta

permasalahan yang ada. Permasalahan pembangunan Jawa Tengah antara lain :

a. Tingginya Angka Kemiskinan dan Pengangguran

Perkembangan kemiskinan di Jawa Tengah selama kurun waktu 2011-

2015 cenderung mengalami penurunan, namun jumlah absolutnya masih

cukup besar, yaitu sebanyak 4,505 juta jiwa (13,32%) pada tahun 2015

dengan garis kemiskinan sebesar Rp309.314 per kapita/bulan.

Jika dibandingkan dengan Provinsi lain se Jawa Bali dan Nasional,

Provinsi Jawa Tengah menempati urutan ke duaa setelah Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Kemiskinan Nasional dan Provinsi se Jawa – Bali Tahun 2014 – 2015

No.

Provinsi/Nasional

2014 2015

(ribu jiwa) (%) (ribu jiwa) (%)

1. DKI Jakarta 412,79 4,09 368,67 3,61

2. Bali 195,96 4,76 218,79 5,25

3. Banten 649,19 5,51 690,66 5,75

4. Jawa Barat 4.238,96 9,18 4.485,66 9,57

5. Jawa Timur 4.748,42 12,28 4.776,97 12,28

6. Jawa Tengah 4.561,83 13,58 4.505,78 13,32

7. D.I. Yogyakarta 532,58 14,55 485,56 13,16

Nasional 27.727,78 10,96 28.513,60 11,13

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 dan 2015

15 Kabupaten/Kota dengan angka kemiskinan tertinggi yaitu Kabupaten

Wonosobo, Kebumen, Brebes, Purbalingga, Rembang, Pemalang,

Banjarnegara, Banyumas, Sragen, Demak, Klaten, Purworejo, Cilacap,

Grobogan dan Blora.

Jumlah pengangguran di Jawa Tengah selama periode tahun 2011-2015

mengalami penurunan, Tahun 2015 sebesar 860 ribu jiwa (4,99%),

menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 996 ribu jiwa

(5,68%).

13 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang berada di atas rata-rata

TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka), antara lain Kabupaten Brebes, Kota

Tegal, Kabupaten Tegal, Kota Semarang, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Pemalang, Kabupaten Batang, Kota Magelang, Kabupaten Pati, Kota

Surakarta, Kabupaten Kendal, Kabupaten Sragen dan Kabupaten

Pekalongan.

b. Potensi Unggulan Daerah yang masih belum dikembangkan :

Salah satu potensi unggulan daerah Provinsi Jawa Tengah yang masih

belum dikembangkan secara optimal yaitu bidang pariwisata. Jumlah Daerah

Tujuan Wisata (DTW) di Provinsi Jawa Tengah saat ini sebanyak 467 DTW

yang terbagi pada: 85 DTW Budaya, 148 DTW Alam, 117 DTW Buatan, 19

DTW Minat Khusus dan 98 event yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

Diantara daerah tujuan wisata tersebut, terdapat 4 destinasi wisata utama

yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi yaitu

Kawasan Candi Borobudur, Museum Purbakala Sangiran, Kawasan Wisata

Dieng dan Kepulauan Karimunjawa. Jika dilihat daru jumlah kunjungan,

meskipun terdapat kenaikan wisatawan nusantara dari 26,50 juta orang oada

tahun 2013 menjadi 29,85 juta orang pada 2014 dan wisatawan mancanegara

dari 379.912 pada tahun 2013 menjadi 429.584 orang pada tahun 2014,

namun kenaikannya dirasa masih belum signifikan jika dibandingkan dengan

jumlah DTW yang ditawarkan. Hal tersebut disebabkan antara lain karena

masih rendahnya daya tarik obyek wisata dan kesiapan infrastruktur

pariwisata (transportasi, akses jalan masuk obyek wisata dan fasilitas

pendukung).

c. Rendahnya Kesehatan Masyarakat dan Tingkat Pendidikan

Permasalahan yag perlu mendapat perhatian pada bidang kesehatan

masyarakat antara lain Angka Kematian IbU (AKI). Capaian AKI pada tahun

2015 sebesar 111,16 per 100.000 kelahiran hidup, menurun dibandingkan

tahun 2014 sebesar 126,55 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utamanya

masih tingginya AKI antara lain disebabkan oleh terbatasnya pemerataan

jumlah tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang kebidanan di

Puskesmas.

Pembangunan pendidikan di Provinsi Jawa Tengah masih menghadapi

berbagai permasalahan, yaitu antara lain Angka Putus Sekolah (APS) jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Sampai pada tahun 2015 APS SD/SDLB/MI

sebesar 0,077, SMP/SMPLB/MTs sebesar 0,232%, SMA/SMALB/MA/SMK

sebesar 0,059%. Hal tersebut disebabkan karena faktor geografis yang belum

didukung oleh akses infrastruktur, faktor ekonomi, dan rendahnya tingkat

kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak.

d. Kualitas dan kapasitas infrastruktur kurang memadai

Gambaran umum infrastruktur jalan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

sepanjang 30,454 km dengan rincian jalan nasional sepanjang 1.390 km, jalan

provinsi sepanjang 2.565 km, jalan kabupaten/kota sepanjang 27.040 km.

Berdasarkan hasil identifikasi kondisi jalan provinsi sepanjang 2.565 km,

dapat dirinsi jalan dalam kondisi baik 86,92% dan dalam kondisi sedang

13,08%. Sedangkan berdasarkan peta kondisi fisik jaringan irigasi yang enjadi

kewenagan provinsi, pada tahun 2014 kondisi jaringan fisik jaringan irigasi

rusak sebesar 96%.

e. Penurunan Kualitas Lingkungan Hidup

Tahun 2014 hutan negara di Provinsi Jawa Tengah seluas 651.214,02 ha

dan hutan rakyat seluas 637.890 ha, sehingga luas lahan yang berfungsi

sebagai kawasan hutan seluas 1.289.104,54 ha, sedangkan berdasarkan hasil

review lahan kritis yang dilakukan ada tahun 2013, luas lahan kritis di

Provinsi Jawa Tengah seluas 634.601 ha.

2. a. Target dan indikator kinerja pelaksanaan pembangunan di Provinsi

Jawa Tengah yang akan dilaksanakan pada tahun mendatang :

Pembangunan Jawa Tengah tahun 2017 merupakan tahun keempat

pelaksanaan RPJMD yang menjadi tahun strategis untuk melihat ketercapaian

target sasaran RPJMD tahun 2013-2018. Terkait dengan hal tersebut , maka

pembangunan din Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 diarahkan untuk

“Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Energi Berkelanjutan serta

Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Guna Mewujudkan

Kesejahteraan Masyarakat dan Kemandirian Wilayah” , dengan target sasaran:

- Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 – 5,8 %

- Laju inflasi sebesar 4,5 +-1%

- PDRB per kapita sebesar Rp26,06 juta

- Indeks Gini sebesar 0,341 dan Indeks Williamson sebesar 0,6993

- Persentase penduduk miskin sebesar 11,30 – 10,83%

- Indeks Pembangunan Gender (IPG) sebesar 69,40 dan Indeks

Pemberdayaan Gender (IDG) sebesar 71,49

- Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,49 – 4,27%.

b. Kinerja pelaksanaan pembangunan selama 3 (tiga) tahun terakhir :

- Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah pada kurun waktu 2013-2015

menunjukkan trend positif, berturut-turut pada posisi 5,14%, 5,3%, dan

5,4%.

- Inflasi

Inflasi di Jawa Tengah pada kurun waktu 2013-2015 cenderung

fluktuatif, pada tahun 2013 sebesar 7,99%, tahun 2014 sebesar 8,22%, dan

tahun 2015 sebesar 2,73%.

- Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Jawa Tengah periode tahun 2012-2014 cenderung mengalami

peningkatan, sebesar 67,21 pada tahun 2012, 68,02% pada tahun 2013,

dan sebesar 68,78 pada tahun 2014.

- Nilai Tukar Petani (NTP)

Capaian NTP dari tahun 2013 – 2015 cenderung menunjukkan trend

yang meningkat, yaitu pada tahun 2013 sebesar 101,42 menjadi 100,65

pada tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 102,03.

- Infrastruktur Jalan

Panjang jalan kewenangan Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.565,621 km

dengan kondisi baik secara berturut-turut dari tahuun 2013 hingga 2015

adalah sebagai berikut : Tahu 2013 sebesar 86,54%, tahun 2014 sebesar

86,92%, dan sebesar 87,88% pada tahun 2015.

- Cakupan pelayanan air minum dan sanitasi

- Pada kurun waktu 2013 – 2015 cakupan pelayanan air minum dan sanitasi

di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

a) Air Minum Perkotaan

Cakupan pelayanan air minum perkotaan mengalami peningkatan yaitu

seebsar 63,99% pada tahun 2013, 72,48% pada tahun 2014, dan sebesar

75,76% pada tahun 2015.

b) Air Minum Pedesaan

Cakupan pelayanan air minum pedesaan dari tahun 2013 hingga 2015

yaitu : sebesar 49,13% pada tahun 2013, 65,57% pada tahun 2014, dan

meningkat menjadi 68% pada tahun 2015.

c) Sanitasi

Cakupan pelayanan sanitasi di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013

sebesar 64,5% meningkat menjadi 76,94% pada tahaun 2014, dan 77%

pada tahun 2015.

3. Program dan kegiatan prioritas pembangunan selama 5 (lima) tahun

terakhir di Provinsi Jawa Tengah beserta dengan rencana pagu

anggarannya :

Prioritas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah disusun berpedoman pada

RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 hingga 2018. Prioritas beserta pagu

anggarannya (persentase berdasarkan total belanja langsung) adalah sebagai

berikut ini :

a) Tahun 2013

- Menurunkan Angka Kemiskinan sebesar Rp384.512.713.000,-(10,95%)

- Memantapkan Ketahanan Pangan sebesar Rp295.799.621.000,- (8,24%)

- Meningkatkan Kualitas Hidup Masyarakat sebesar Rp197.120.302.000,-

(5,61%)

- Meningkatkan potensi daya saing yang didukung peningkatan infrastruktur

sebesar Rp788.808.972.000,- (22,46%)

- Meningkatkan kualitas pengelolaan dan pengendalian Lingkungan Hidup dan

PRB sebesar Rp92.541.026.000,- (2,64%)

- Memantapkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik sebesar

Rp250.025.982.00 (7,12%)

- Pemantapan demokratisasi dan kondusivitas wilayah sebesar

Rp55.943.160.000,- (1,59%).

b) Tahun 2014

- Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran sebesar

Rp279.894.596.000,- (6,14%)

- Peningkatan daya saing ekonomi daerah sebesar Rp319.496.495,- (7,01%)

- Peningkatan kualitas SDM sebesar Rp595.411.863.000,- (13,06%)

- Peningkatan Infrastruktur dan Pengambangan Wilayah sebesar

Rp1.098.076.849.000,- (24,08%)

- Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup serta

PRB sebesar Rp121.062.540.000,- (2,65%)

- Tata Kelola Pemerintahan sebesar Rp278.525.121.000,- (6,11%)

- Demokratisasi dan kondusivitas daerah sebesar Rp39.415.324.000,-

(0,86%).

c) Tahun 2015

- Peningkatan sinergitas dan harmonisasi program engurangan kemiskinan

dan pengangguran berdimensi kewilayahan sebesar Rp217.015.013.000,-

(3,71%)

- Peningkatan infrastruktir yang makin berkualitas guna mendukung

pengembangan wilayah sebesar Rp2.159.905.725.000 (36,93%)

- Peningkatan kualitas SDM dan Pelayanan Dasar yang semakin luas sebesar

Rp577.061.540.000,- (9,87%)

- Peningkatan perekonomian daerah berbasis potensi unggulan daerah

dengan dukungan rekayasa teknologi dan berorientasi pada ekonomi

kerakyatan sebesar Rp272.019.341.000,- (4,65%)

- Peningkatan pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

dengan tetap menjaga kelestarian fungsinya sebesar Rp87.795.584.000,-

(1,5%)

- Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan, demokratisasi dan kondusivitas

wilayah sebesar Rp292.021.005.000,- (4,99%).

d) Tahun 2016

- Percepatan pengurangan kemiskinan dan pengangguran berdimensi

kewilayahan sebesar Rp166.755.856.000,- (2,61%)

- Peningkatan perekonomian daerah bernasis potensi unggulan daerah

sebesar Rp342.323.428.000,- (5,36%)

- Peningkatan Kualitas SDM dan perluasan cakupan layanan dasar sebesar

Rp487.188.792.000,- (7,63%)

- Optimalisasi pembangunan infrastruktur dan pengembangan teknologi

guna meningkatkan daya saing daerah sebesar Rp2.854.325.180.000,-

(44,69%)

- Peningkatan pengendalian pemanfaatn ruang dalam upaya pemulihan daya

dukung dan daya tampung serta pengurangan potensi ancaman bencana

sebesar Rp104.346.117.000,- (1,63%)

- Peningkatan pelayanan publik, penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan

dan penciptaan kondusivitas wilayah sebesar Rp324.376.013.000,-

(5,68%).

4. Gambaran umum pelayanan Bappeda Provinsi Jawa Tengah di bidang

pembangunan yang akan diselenggarakan :

Bappeda Provinsi Jawa Tengah memiliki Tugas Pokok melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan

pembangunan daerah dan statistik melalui fungsi perumusan kebijakan teknis

perencanaan dan statistik, pengkoordinasian penyusunan perencanaan

pembangunan dan statistik, pembinaan, fasilitasi dan pelaksanaan tugas

perencanaan di bidang kesejahteraan rakyat, perekonomian, pemerintahan dan

kependudukan, infrastruktur dan pengembangan wilayah, serta pelaksanaan

statistik lingkup provinsi dan kabupaten/kota, pemantauan, evaluasi dan

pelaporan di bidang perencanaan pembangunan dan statistik.

Dalam rangka memberikan pelayanan di bidang perencanaan

pembangunan daerah, sesuai amanat UU Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan pembangunan Nasional dan UU Nomor 23 Tahun 2014 , serta

Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, dilaksanakan tahapan perencanaan

pembangunan untuk penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah.

Tahapan dimaksud diimplementsikan dalam forum perencanaan pembangunan

antara Pemda dan berbagai stakeholders untuk meningkatkan keterlibatan

berbagai pihak melalui :

a) Focus Group Discussion untuk penyusunan embrio kebijakan pembangunan

yang akan dituangkan dalam Surat Edaran Gubernur kepada SKPD Provinsi

dan Kabupaten/Kota dengan melibatkan unsur Komisi DPRD, Perguruan

Tinggi, perwakilan SKPD Provinsi dan pelaku pembangunan (antara lain

petani, Kades, pemerhati lingkungan) dilaksanakan pada bulan Oktober

hingga Desember sebelum tahun perencanaan (n-1).

b) Konsultasi Publik Rancangan Awal RKPD dalam rangka mensosialisaikan

kebijakan dan prioritas pembangunan.

c) Pra Forum dan Forum SKPD yang terbagi dalam kelompok kerja prioritas

pembangunan daerah untuk sinkronisasi permasalahan, prioritas, dan

program pembangunan yang akan dilakukan dengan melibatkan lintas sektor

SKPD Provinsi , dilaksanakan pada bulan Maret.

d) Pra Musrenbang Wilayah dan Musrenbang Wilayah “Rembugan Bareng

Gubernur” di 6 wilayah eks karesidenan. Dalam Forum ini juga diadakan

Video Conference antara Gubernur dengan unsur desa terpilih (Kades/Lurah,

perwakilan warga), dilaksanakan pada bulan April,

e) Musrenbang Provinsi Jawa Tengah merupakan forum antar pemangku

kepentingan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan agar

lebih memantapkan Rancangan RKPD Provinsi, yang dilaksanakan pada bulan

April.

f) Dialog interaktif Legislatif – Eksekutif yang merupakan forum dialog antara

Legislatif dan Eksekutif dalam rangka penyempurnaan Rancangan Akhir

RKPD, yang dilaksanakan pada bulan Mei sebelum RKPD ditetapkan.

Bappeda Provinsi Jawa Tengah juga menyediakan media untuk

meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam penyusunan program

pembangunan, antara lain:

a. Sistem Informasi melalui website rembugan.jatengprov.go.id

b. Website resmi bappeda.jatengprov.go.id

c. Media SMS Center untuk menampung masukan/saran dari masyarakat.

5. Efektivitas pelaksanaan Musrenbang dalam penyusunan RPJMD selama ini:

Dalam rangka penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD), forum Musrenbang merupakan sarana untuk:

- Penajaman sasaran pembangunan jangka menengah daerah

- Penyelarasan terhadap strategi arah kebijakan pembangunan sesuai

kewenangan penyelenggaraan Pemerintah Daerah

- Penyelarasan kebijakan umum dan program pembangunan jangka menengah

daerah dengan visi, misi dan progran kepala daerah dan wakil kepala daerah

- Penyelarasan indikasi rencana program prioritas pembangunan jangka

menengah daerah yang disesuaikan dengan kemampuan pendanaan

- Kesepakatan capaian indikator kinerja daerah pada kondisi saat ini dan pada

akhir periode RPJMD

- Klarifikasi bersama antara pemangku kepentingan untuk menjadi pedoman

RPJMD dan berkomitmen dalam pelaksanaannya.

Musrenbang RPJMD merupakan salah satu tahpan strategis yang sangat

efektif untuk dilaksanakan bersama antara unsur Eksekutif, Legislatif dan

perwakilan masyarakat sehingga tercapai kesepakatan dan komitmen

bersama dalam pelaksanaan/implementasi dokumen perencanaan

pembangunan.

6. Instrumen-instrumen yang digunakan untuk menangkap aspirasi,

kebutuhan, dan permasalahan daerah di Provinsi Jawa Tengah , antara

lain:

a) Instrumen Media Sosial, Media Massa dan Media Elektronik

- SMS Center dikelola oleh Biro Humas

- Gubernur Menyapa dikelola oleh Dishubkominfo bekerjasama dengan

stasiun radio swasta

- Website Laporgub dikelola oleh Dishubkominfo

- Twitter Gubernur

b) Kunjungan Gubernur di berbagai Wlayah Jawa Tengah

c)Penyampaian usulan perencanaan pembangunan oleh unsur DPRD,

Pemerintah Kabupaten.Kota dan masyarakat melalui Sistem Informasi

Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD) www.sippd-jateng.go.id, website

www.rembugan.jatengprov.go.id dan dialog Gubernur dengan

Bupati/Walikota yang biasa disebut “Rembug Gayeng Bareng Gubernur” pada

Musrenbang Wilayah di 6 eks karesidenan.

Dalam upaya meyerap aspirasi masyarakat dilakukan berbagai diskusi

dalam forum informal antara Gubernur denan kelompok masyarakat di

daerah yang pelaksanaannya bersamaan dengan kunjungan Gubernur.

7. Kendala yang dihadapi dan peluang pengembangan oleh Bappeda Provinsi

Jawa Tengah dalam pelaksanaan pembangunan:

a) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan:

- Rentang waktu penyusunan dokumen perencanaan singkay (Januari hingga

Minggu ketiga di bulan Mei)

- Tidak adanya keseragaman sistem perencanaan di tingkat pusat, provinsi,

dan Kabupaten/Kota, belum terintegrasinya sistem perencanaan,

penganggaran dan monev antar tingkatan Pemerintahan.

- Bappeda selaku SKPD yang memiliki fungsi koordinatif perencanaan dalam

implementasinya terbelenggu pada pekerjaan administratif guna

memenuhi ketentuan perundangan, hal ini berdampak pada waktu untuk

meningkatkan kemampuan berinovasi dalam rangka mewujudkan kualitas

perencanaan pembangunan yang baik.

- Ketersediaan data yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan

pembangunan tidak semuanya dalam kondisi real time.

- Masih terdapat peraturan Kementerian/Lembaga (K/L) khususnya yang

mengatur tentang perencanaan pembangunan bersifat ego sektoral K/L,

bahkan dari sisi waktu tidak dapat dijadikan acuan dalam penyusunan

dokumen perencanaan karena penerbitan ketentuan tersebut telah

melampaui waktu yang telah ditetapkan.

b) Peluang pengembangan pelaksanaan pembangunan:

- Bappeda Provinsi Jawa Tengah menggunakan sistem informasi

perencanaan yang berbasis teknologi informasi dalam menjaring aspirasi

seluruh stakeholders pembangunan.

- Bersama Tim TAPD, dibantu dengan Tim IT Provinsi mencoba untuk

mengintegrasikan sistem perencanaan pembangunan, penganggaran dan

monev (level provinsi).

8. Faktor-faktor pendorong yang dapat meningkatkan kinerja Bappeda dalam

upaya mendukung kinerja program pembangunan di Provinsi Jawa

Tengah, antara lain :

- Sistem IT

Penggunaan sistem IT dapat mempermudah proses perencanaan dan akses

masyarakat, mengefisienkan waktu, meningkatkan kemanan data perencanaan

serta menjamin transparansi publik.

- Validitas Data

Dengan data yang valid dan realtime dihapkan agar program pembangunan

yang disusun tepat sasaran dan menjawab permasalahan masyarakat.

- Peningkatan kapasitas SDM perencana

Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi SDM Perencana agar responsif

tanggap, dan dapat memberikan solusi permasalahan.

9. Ketentuan khusus/sanksi bagi keterlambatan pelaksanaan terhadap target

yang sudah ditetapkan:

Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah No.68 Tahun 2012 tentang

Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah, setiap

Triwulan diadakan Rakor Pengendalian Tingkat Provinsi yang bertujuan untuk

mengevaluasi kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah, menegaskan

kembali kebijakan pimpinan dan pedoman peraturan yang berlaku dalam rangka

kelancaran pelaksanaan APBD, mengidentifikasi permasalahan dan hambatan

serta merumuskan upaya penyelesaiannya. Rakor tersebut dipimpin oleh

Gubernur, dalam Rakor tersebut dapat diketahui keterlambatan pelaksanaan

kegiatan terhadap target yang sudah ditetapkan, namun tidak ada sanksi secara

khusus atas keterlambatan tersebut, namun menjadi bahan evaluasi Gubernur

atas kinerja Kepala SKPD.

B. BANK INDONESIA PERWAKILAN JAWA TENGAH

1. Fungsi Kantor Perwakilan Bank Jawa Tengah dalam mencapai dan

memelihara kestabilan rupiah, antara lain:

a. Pengembangan ekonomi dan advisor kebijakan

b. Memelihara kestabilan sistem keuangan

c. Pengeolaan uang kartal

d. Pengawasan dan pelaksanaan sistem pembayaran

e. Pelaksanaan financial inclusion dan UMKM

f. Melakukan komunikasi kebijakan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah berperan aktif

dalam memberikan masukan dalam penyusunan RPJMD mencakup proyeksi

pertumbuhan ekobnomi, inflasi, dan indikator makroekonomi regional lainnya.

Melakukan riset-riset terkait isu yang dihadapi oleh ekonomi daerah,

memberikan rekomendasi kebijakan yang diambil oleh Pemerintah daerah

dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi.

2. a. Faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Jawa Tengah :

Dari sisi pengeluaran, konsumsi swasta dan Pemerintah (share 70,76%)

dan investasi (share 30,30%) selain itu share (38,60%) masih memiliki

peran yang dominan dalam perekonomian di Jawa Tengah. Ekspor luar

negeri Jawa Tengah mengalami kontraksi sejak tahun 2013, seiring dengan

ekonomi global.

Sedangkan dari sisi lapangan usaha, ekonomi Jawa Tenagh didukung

oleh 2 lapangan usaha utama, yaitu industri pengolahan (industri makanan

dan minuman) yang mempunyai share terbesar yaitu 35,22%; industri

pengolahan tembakau, industri tekstil, dan industri pengolahan kayu.

Lapangan usaha utama lainnya yaitu lapangan usaha perdagangan besar-

ecer dan reparasi mobil-sepeda motor (share 14,32%); serta lapangan usaha

pertanian, kehutanan, dan perikanan (share 14,11%).

b. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa

Tengah selama 3 (tiga) tahun terakhir serta pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi tahun-tahun selanjutnya (perencanaan)

dikaitkan dengan pelaksanaan Undang-Undang No.17 tahun 2007

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025

di Jawa Tengah serta pelaksanaan Undang-Undang Bank Indonesia

terutama pasal 7 tentang tujuan Bank Indonesia dalam mencapai dan

memelihara kestabilan rupiah :

Selama tiga tahun terakhir perekonomian di Jawa Tengah mengalami

pertumbuhan diatas pertumbuhan nasional. Pada tahun 2013,

perekonomian Nasional maupun Jawa Tengah mengalami perlambatan.

Ekonomi Jawa Tengah tumbuh 5,1% (yoy) dari 5,3% (yoy) pada tahun 2012.

Perlambatan tersebut terjadi terutama pada lapangan usaha pertanian,

sektor konstruksi, dan lapangan usaha perdangan. Pada tahun 2014

perekonomian Jawa Tengah mulai mengalami

Pertummbuhan ke level 5,3% (yoy), sementara ekonomi nasional

mengalami perlambatan. Pada tahun 2015 perekonomian Jawa Tengah

masih menunjukkan trend peningkatan dengan tumbuh sebesar 5,4% (yoy).

Peningkatan tersebut didorong oleh perbaikan kinerja pada lapangan usaha

pertanian, kehutanan, perikanan, dan lapangan usaha konstruksi.

c. Peranan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah dalam Pembangunan

dan Perekonomian di daerah :

Bank Indonesia berkoordinasi dengan Pemda dalam bentuk Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dan secara bersama-sama dengan

anggota TPID lainnya menjaga stabiltas moneter dengan menjaga stabilitas

harga, baik dari sisi demand maupun supply.

Dalam melaksanakan fungsi sistem pembayaran, Bank Indonesia

senantiasa memenuhi permintaan uang Rupiah layak edar sesuai kebutuhan

perbankan maupun masyarakat. Kegiatan pemenuhan kebutuhan uang

kartal diantaranya:

a. Memenuhi permintaan penarikan uang perbankan

b. Memonitor posisi cash flow pada perbabkan

c. Meningkatkan peran serta Perbankan dalam mengoptimalkan

kegiatan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)

d. Layanan penukaran uang oleh masyarakat (uang rusak, uang cacat,

dan uang yang dicabut dari peredaran).

e. Sosialisasi penggunaan Rupiah kepada masyarakat.

Terkait asesmen makroekonomi regional daerah, Bank Indonesia juga

memberikan masukan kepada Pemda dalam rangka untuk pengendalian

inflasi maupun pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

3. Kebijakan yang telah diambil oleh Bank Indonesia untuk mendukung

pembangunan daerah di Provinsi Jawa Tengah :

Stabilitas harga adalah salah satu syarat untuk mendukung pembangunan

ekonomi daerah yang berkelanjutan. Upaya yang telah dilakukan Bank

Indonesia adalah pengendalian inflasi dengan memberdayakan fungsi TPID.

Saat ini di Jawa Tengah telah terbentuk 36 TPID yang terdiri atas 1 TPID

Provinsi Jawa Tengah dan 35 TPID Kabupaten/Kota. Kegiatan yang dilakukan

adalah koordinasi melalui forum teknis di masing-masing kabupaten/provinsi

dan high level meeting untuk membahas hal-hal strategis dalam rangka menjaga

stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.

Selain itu Bank Indonesia juga mengembangkan sistem informasi pertama

yang menampilkan harga-harga komoditas dan berbagai informasi anekdotal

yang terkait dengan perkembangan harga yang disebut dengan SiHaTi. Sistem

ini dibangun untuk meminimalkan risiko kesenjangan informasi (asymetric

information), saat ini telah dikembangkan sebagai aplikasi mobile berbasis

android yang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a. Sebagai Early Warning Indicator yang digunakan untuk pemantauan

harga setiap hari.

b. Virtual meeting mempercepat koordinasi dalam rangka pengambilan

kebijakan tanpa bertemu sehingga keputusan yang diambil cepat dan

tepat waktu.

Hingga tahun 2015, terdapat beberapa program pengendalian inflasi yang telah

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, yaitu :

- Klaster Sapi potong di Kab. Semarang

- Klaster Sapi perah di Kab. Semarang

- Klaster tanaman obat/bifofarmaka di Kab. Semarang

- Klaster ikan air tawar di Kab. Magelang

- Klaster padi organik di Kab. Semarang

- Klaster sapi perah terintegrasi holtikultura di Kab. Magelang

- Klaster jagung terintegrasi peternakan di Kab. Grobogan.

Bank Indonesia juga secara rutin menyampaikan masukan dan rekomendasi

bagi perkembangan ekonomi daerah. Dalam rangka mendukung pemberian

rekomendasi Bank Indonesia telah melakukan penelitian/riset terkait isu-isu

ekonomi daerah.

4. Kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh Bank Indonesia Provinsi

Jawa Tengah dalam mendukung pembangunan di daerah :

Secara umum tidak ada kendala atau permasalahan yang signifikan yang

dialami oleh Bank Indonesia dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Koordinasi dengan Pemda sudah berjalan dengan baik. Untuk lebih

meningkatkan dukungan terhadap pembangunan di daerah, perlu terus

dilakukan peningkatan koordinasi, dan penyampaian informasi terkini yang

lebih cepat.

C. BPK PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH

1. a. Hasil temuan dari BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah terhadap

pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara dan

Keuangan Daerah di Provinsi Jawa Tengah :

BPK Perwakilan Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya melaksanakan

pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah

pada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah.

• Pada Semester I :

- Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 36

Entitas

- Output : Opini dan Temuan Pemeriksaan

• Pada Semester II :

- Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)

- Output PDTT : Simpulan Kepatuhan, Temuan Pemeriksaan, Rekomendasi

- Pemeriksaan Kinerja

- Output Pemeriksaan Kinerja : Simpulan Aspek 3E, Temuan Pemeriksaan,

Rekomendasi

b. Tindak lanjut hasil temuan tersebut selama 3 (tiga) tahun terakhir :

- Pemantauan tindak lanjut (TL) atas rekomendasi hasil pemeriksaan yang

dimuat dalam LHP

- Pembahasan TL dilaksanakan bersama entitas setiap semester

Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2015 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Sampai dengan Semester II tahun 2015, dari 505 rekomendasi,

81,41% telah selesai ditindaklanjuti, 16,00% sudah ditindaklanjuti tapi

belum sesuai dengan rekomendasi, dan sebesar 2,53% belum

ditindaklanjuti. Dari hasil keseluruhan tindak lanjut tersebut, telah masuk

ke kas daerah sebesar Rp498.350.410.535,76.

Perkembangan Ikhtisar Hasil Pemerikasaan Semester

4 Tahun Terakhir Entitas Di Wilayah Jawa Tengah

Tahun 2015, temuan pemeriksaan SPI sebanyak 453 Kasus, sedangkan

temuan pemeriksaan yang melanggar kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan sebanyak 1.122 kasus dengan nilai Rp80,9 Milyar,

dengan pengembalian dalam proses pemeriksaan senilai Rp23,65 Milyar.

2. a. Hasil audit/pemeriksaan yang dilakukan BPK terhadap pembangunan di

daerah :

- Pemeriksaan Kinerja dan PDTT dilaksanakan pada Semester II

- Program Pemerintah yang menjadi prioritas nasional dari RPJMN

Pemerintah.

- Dituangkan dalam Rencana Stratejik (Renstra) BPK

a.1 Topik pemeriksaan 2015 (Semester II) :

PDTT Infrastruktur

PDTT Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah

- Lingkup dan anggaran terdiri dari:

• Belanja modal infrastruktur Provinsi Jawa Tengah TA 2015

(realisasi pekerjaan s.d. 23 November 2015)

• Anggaran belanja modal infrastruktur (gedung dan bangunan

serta jalan, irigasi dan jaringan) senilai Rp2.049.302.067.000,00

dan telah direalisasikan (s.d 31 Oktober 2015) senilai

Rp1.192.621.629.481,00 (58,20%)

- Pelaksanaan Pengumuman RUP Tidak Tertib :

SKPD tidak mengumumkan RUP dan mengumumkan RUP tidak

tepat waktu serta belum memiliki Sistem Operasi dan Prosedur

(SOP) Penyusunan dan Penginputan RUP yang mengakibatkan

keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip

persaingan/kompetisi yang sehat dalam pengadaan barang dan

jasa tidak tercapai.

- Keterlambatan Waktu Penyelesaian Pekerjaan:

Penyelesaian pekerjaan melampaui waktu yang telah

ditentukan dalam kontrak/perjanjian dan penyedia jasa harus

dikenakan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan sehingga

terjadi kekurangan penerimaan dan Pemerintah tidak dapat segera

memanfaatkan hasil kegiatan sesuai dengan rencana.

- Kekurangan Volume Pekerjaan, meliputi :

Volume pekerjaan dalam laporan pendukung perhitungan

volume pekerjaan yang menjadi dasar pembayaran tidak sesuai

dengan prestasi pekerjaan di lapangan sehingga terjadi kelebihan

pembayaran dan potensi kelebihan pembayaran.

PDTT Manajemen Aset

Pemeriksaan Kinerja Pemda penyediaan akses air minum berbasis

masyarakat yang layak dan berkelanjutan

Pemeriksaan Kinerja Penanggulangan Kemiskinan

Pemeriksaan Kinerja Implementasi

a.2 Topik pemeriksaan 2016 (Semester II) :

Pemeriksaan Kinerja Kesiapan Mitigasi Bencana Letusan Gunung

Merapi

Pemeriksaan Kinerja Kesiapan Mitigasi Bencana Banjir Rob

Pemeriksaan Kinerja Pelayanan Perijinan Samsat

Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan Keuangan Desa

Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan KIS

PDTT Pelayanan Kependudukan

PDTT Penyediaan Fasilitas Infrastruktur dan Penyelenggaraan

Transportasi laut

PDTT Analisa Penurunan Produksi Pangan

a.3 Topik pemeriksaan 2017 (Semester II) :

PDTT Manajemen Aset

Pemeriksaan Kinerja GCG BUMD

Pemeriksaan Kinerja Pelayanan BPJS pada RSUD

Pemeriksaan Kinerja pelayanan Publik Pedesaan

Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan Dana Perimbangan keuangan

Pemeriksaan Kinerja Program Sertifikasi Guru

b. Pengawasan yang dilakukan terhadap pegawai BPK yang melakukan

Audit/pemeriksaan:

- Pengawasan terhadap pemeriksa :

Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) BPK sesuai Keputusan BPK RI

No 5/K/I-XIII.2/10/2015 tentang Pedoman Manajemen Pemeriksaan BPK

RI.

- Supervisi Berjenjang

Ketua Tim - Pengendali Teknis- Penanggung Jawab pemeriksaan

Tahap : perencanaan – pelaksanaan - pelaporan

- Evaluasi pemeriksaan

Ditama Revbang - evaluasi LHP dalam proses penyusunan IHPS,

Itama -reviu SPM pelaksanaan pemeriksaan

AKN - evaluasi hasil pemeriksaan internal sebagai penyempurnaan

LHP, KKP dan penilaian kinerja pemeriksa

- Independensi, integritas, dan profesionalisme

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Kode Etik

Majelis Kehormatan Kode Etik

3. Langkah dan pembinaan yang sudah dilakukan oleh BPK Perwakilan

Provinsi Jawa Tengah dalam rangka memperbaiki kinerja laporan

keuangan di daerah baik pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota:

a. Kerjasama dengan APIP

Kerjasama dengan inspektorat melalui workshop, bimbingan teknis terkait

reviu atas LKPD berbasis akrual.

b. Pemeriksaan Kinerja implementasi SAP berbasis akrual

Pemeriksaan kinerja atas kesiapan Pemda dalam mengimplementasikan

SAP Berbasis Akrual dan memberikan pendapat kepada Presiden untuk

perbaikan regulasi, SDM dan TI dalam rangka percepatan implementasi SAP

Berbasis Akrual di daerah : Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Semarang,

Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali, Kabupaten Purworejo dan Kota

Magelang dan Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan (17 September

sampai dengan 11 Oktober 2015).

c. Rekomendasi BPK

Rekomendasi perbaikan atas kelemahan SPI dalam penyajian LKPD dalam

pemeriksaan keuangan.

4. Saran-saran dan pandangan yang ingin disampaikan Kantor Perwakilan

BPK Provinsi Jawa Tengah kepada Komisi XI DPR RI sebagai masukan

perbaikan kinerja dan pengawasan mendatang, yaitu sebagai berikut :

a. SDM : Jumlah auditor yang memadai melalui penambahan auditor.

b. Struktur : Permintaan APH untuk PKN dan PKA dapat dipenuhi melalui

unit khusus dan spesialisasi pemeriksa investigative.

c. Koordinasi : Peningkatan Kerjasama kelembagaan dengan APH (PI, PKN,

PKA), Intansi Vertikal Bidang Keuangan (Pemeriksaan

Keuangan).

d. Anggaran : Pemeriksaan tematik berbasis pada RPJMN/RPJMD, BPK

perlu didukung dengan anggaran operasional yang cukup,

seperti : jasa ahli/konsultan, biaya uji laboratorium, dsb.

D. BPKP PERWAKILAN JAWA TENGAH

1. Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Jawa Tengah

terhadap akuntabilitas keuangan daerah dan pembangunan di Provinsi

Jawa Tengah :

Pelaksanaan pengawasan atas akuntabilitas keuangan dan pembangunan di

Provinsi Jawa Tengah meliputi 4 fokus pengawasan, yaitu:

a. Pengawalan Pembangunan Nasional (Infrastrukur, Maritim, Energi, Pangan,

Kesehatan, Pendidikan, Kemiskinan, dan Reformasi Birokrasi), termasuk

pengawalan atas Program Strategis Nasional (Perpres No. 3 Tahun 2016);

b. Peningkatan Ruang Fiskal (OPAD, PNBP, Audit Penyesuaian Harga,

Monitoring DAK);

c. Pengamanan Aset Negara (Audit PKKN, Audit Investigasi, Pemberian

Keterangan Ahli, Audit Klaim, Manajemen Aset, Korsupgah dengan KPK); dan

d. Perbaikan Governance System (Pembinaan penyelenggaraan SPIP,

Peningkatan Kapabilitas APIP, SIMDA, SISKEUDES, SIA BLUD,

SIA PDAM, FCP).

2. Pelaksanaan audit, review, pemantauan terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban akuntabilitas penerimaan daerah

dan akuntabilitas pengeluaran daerah serta pembangunan di Provinsi Jawa

Tengah yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah

meliputi:

a. Audit atas laporan keuangan proyek yang dibiayai dengan PHLN, antara lain:

- Audit atas Health Professional Education Quality (HPEQ) Project

(Loan IBRD No. 7737-ID);

- Audit atas Program Dam Operational Improvement and Safety Project

(DOISP);

- Audit SRIP Loan IBRD No. 4834-IND;

- Audit atas Water Irigation Sector Management Project (WISMP);

b. Audit Operasional/Kinerja atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan,

antara lain Audit Kinerja pelayanan pemerintah daerah bidang pendidikan,

kesehatan, dan kemaritiman;

c. Audit Kinerja BUMN/BUMD/BLUD, antara lain:

- Audit kinerja 35 PDAM Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah;

- Audit kinerja Perusda Percetakan dan Penerbitan Kabupaten Sragen;

- Audit kinerja BLUD RSUD;

- Audit Kinerja Pabrik Gula BUMN pada PTP IX.

d. Audit Investigatif atas permintaan Aparat Penegak Hukum, antara lain:

- Pekerjaan Peningkatan Jalan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Pekalongan T.A. 2012;

- Kasus Dugaan TPK Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kecamatan

Gemolong Kabupaten Sragen;

- Kasus Dugaan Penyimpangan dalam penyaluran Kredit pada PD BKK

Wedi Cabang Klaten Selatan Tahun 2007 s.d. 2010;

- Kasus dugaan penyalahgunaan Pupuk Bersubsidi pada PG Sumberharjo

Tahun 2012 s.d. 2013.

e. Reviu, Evaluasi, dan Konsultatif antara lain pada PBJ UNS Surakarta,

Universitas Tidar Magelang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,

Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro Semarang.

Disamping itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah juga melakukan reviu

dan observasi lapangan atas:

- Pembangunan PLTU 2 x 1.000 MW di Batang;

- Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa Tengah (Ruas Pejagan-Pemalang;

Pemalang-Batang; Batang-Semarang; dan Semarang-Solo).

f. Pemantauan/Monitoring DAK antara lain pada Kabupaten Boyolali, Brebes,

Jepara, dan Tegal.

g. Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah pada

35 Kabupaten/Kota se Jawa Tengah, dan Evaluasi SAKIP pada 8 Kabupaten

yaitu Kabupaten Banyumas, Batang, Boyolali, Demak, Jepara, Semarang,

Temanggung, dan Kendal.

3. Mekanisme pemberian konsultasi terkait degan manajemen risiko

pengendalian interen dan tata kelola instansi/badan dilakukan dengan cara:

Pemberian konsultasi dalam bentuk pendampingan, nara sumber, asistensi

atas Manajemen Risiko dan Sistem Pengendalian Interen Instansi

Pemerintah/Pemerintah Daerah/Badan.

4. Kendala-kendala yang dihadapi oleh BPKP Provinsi Jawa Tengah dalam

melaksanakan pengawasan dan upaya yang sudah dan akan dilakukan

dalam mengatasinya, antara lain :

a. Internal: Keterbatasan jumlah SDM, dan keterbatasan jumlah anggaran;

- Langkah yang dilakukan untuk mengatasinya dengan melakukan optimalisasi

SDM BPKP, capacity building, efisiensi biaya.

b. Eksternal : Keterbatasan SDM Pemerintah Daerah yang memahami akuntansi

terbatas.

- Langkah yang dilakukan untuk mengatasinya dengan melakukan capacity

building.

5. Perkembangan temuan hasil audit dan tindak lanjut selama 3 tahun terakhir

di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tahun

SALDO AWAL (TPB) TEMUAN TAHUN

BERJALAN (TP) TINDAK LANJUT (TPL) SALDO AKHIR (TPB)

Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp Kej Nilai Rp

2013 846 60.444.421.936,51 635 12.740.644.420,94 535 38.232.610.137,63 946 34.952.456.219,82

2014 946 34.952.456.219,82 1160 48.681.601.742,92 632 20.100.901.253,32 1474 63.533.156.709,42

2015 1474 63.533.156.709,42 554 38.864.031.322,72 1031 20.081.832.138,74 997 82.315.355.893,40

6. Strategi pengawasan BPKP Provinsi Jawa Tengah melalui strategi preemtif,

preventif, dan represif:

- Preemtif : Sosialisasi (SPIP, PAK, SIMDA Desa, GCG BUMD);

- Preventif : Korsupgah, Bimtek, Asistensi, FCP, Audit Operasional/

Kinerja/Keuangan;

- Represif :Audit Investigatif, Perhitungan Kerugian Keuangan Negara,

Pemberian Keterangan Ahli;

- Hambatan : Keterbatasan SDM dan Anggaran BPKP;

- Tantangan : Gugatan Hukum atas hasil Pengawasan BPKP.

7. Program pendampingan dan pembinaan yang dilakukan BPKP terhadap

Pemerintah Daerah dalam penyusunan laporan pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan daerah :

BPKP menggunakan Program Aplikasi SIMDA (Keuangan, BMD, Gaji,

Pendapatan dan Desa) utamanya terkait dengan penerapan Accrual Basis sesuai

PP No. 71 Tahun 2010 dan Pembinaan SPIP sesuai PP No. 60 Tahun 2008.

8. Saran dan pandangan dari kantor perwakilan BPKP Jawa Tengah yang

akan disampaikan kepada Komisi XI DPR RI demi perbaikan kinerja dan

pengawasan mendatang yaitu : SDM dan Anggaran BPKP dicukupi sesuai

kebutuhan.

E. BADAN PENGATUR JALAN TOL (BPJT)

1. Perkembangan pembangunan ruas jalan tol Semarang–Solo saat ini:

Tenaga Kerja

Jumlah (Orang)

Tahun

2015

Tahun

2016

Kontraktor 1,037 1,470

Konsultan Supervisi 117 164

JUMLAH 1,154 1,634

2. Dampak pembangunan ruas jalan tol Semarang – Solo bagi penduduk

sekitar :

a. Menghubungkan 2 (dua) kota besar di Jawa Tengah

b. Mengembangkan dan menambah infrastruktur jaringan jalan di Provinsi Jawa

Tengah (menambah aksesibilitas)

c. Mempermudah pergerakan transportasi, baik transportasi barang dan

manusia sehingga biaya transportasi lebih efisien

d. Meningkatkan perekonomian baik di Provinsi Jawa Tengah dan

DI Yogyakarta, karena dengan adanya Jalan Tol Semarang Solo akan

mempersingkat waktu tempuh dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Mas

e. Menambah lapangan kerja baru

f. Mengoptimalkan pengembangan dan pemanfaatan sumber daya lokal

g. Diharapkan menjadi katalisator proses produksi, distribusi ke pasar dan

konsumen.

III. PENUTUP

Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Provinsi Jawa

Tengah. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh di

dalam laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti

dalam Rapat-rapat Komisi XI DPR RI.

Jakarta, April 2016

Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI

Ketua

Ir. H. Soepriyatno

A. 365