laporan tim kunjungan kerja spesifik … · ... otoritas jasa keuangan, dan badan pusat statistik...
TRANSCRIPT
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI
KE PROVINSI KALIMANTAN BARAT
3 – 5 Desember 2015
I. PENDAHULUAN
Dalam Masa Persidangan II Tahun Sidang 2015-2016, Komisi XI DPR RI melaksanakan
Kunjungan Kerja Spesifik ke Provinsi Kalimantan Barat pada Tanggal 3 sampai dengan 5
Desember 2015. Sesuai dengan ruang lingkup tugasnya di bidang keuangan, perencanaan
pembangunan nasional dan perbankan, Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ini
dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan atas pelaksanaan tugas
Pemerintah Daerah serta instansi-instansi Pemerintah Pusat dan mitra kerja Komisi XI
DPR RI yang ada di daerah.
Ekonomi Indonesia triwulan III-2015 terhadap triwulan III-2014 (y-on-y) tumbuh 4,73
persen meningkat dibanding triwulan II-2015 yang tumbuh 4,67 persen, namun melambat
dibanding capaian triwulan III-2014 yang tumbuh 4,92 persen. Dari sisi produksi,
pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan
tertinggi dicapai Informasi dan Komunikasi yang tumbuh 10,83 persen. Pertumbuhan
ekonomi yang melambat didorong masih lemahnya investasi dan konsumsi Pemerintah
yang disebabkan penyerapan APBN tidak secepat perkiraan. Dari sisi eksternal,
terbatasnya ekspor seiring dengan pemulihan global.
Kita masih sedikit lega pertumbuhan ekspor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
masih positif meski sedikit meskipun sedikit melemah. Oleh karenanya kita perlu langkah
antisipatif terutama dari kalangan perbankan, bagaimana menjaga dan menumbuhkan
optimisme di kalangan dunia usaha melalui kebijakan perbankan agar pelemahan ekonomi
dapat ditahan. Komisi XI DPR RI memahami bahwa kita harus membangun optimisme agar
perekonomian nasional bergeliat menuju ke arah yang lebih baik.
Perlu kami sampaikan bahwa, beberapa waktu yang lalu Komisi XI DPR RI telah bersepakat
menetapkan asumsi dasar makro ekonomi dan target pertumbuhan sebagai berikut :
No. INDIKATOR EKONOMI MAKRO 2015 2016
1. Pertumbuhan Ekonomi (%, YoY) 5,7 5,3
2. Inflasi (%, YoY) 5,0 4,7
3. Nilai Tukar Rupiah (IDR/USD) 12.500 13.900
4. Suku Bunga SPN 3 Bulan (%, YoY) 6,2 5,5
TARGET PEMBANGUNAN
5. Tingkat Pengangguran (%) 5,6 5,2 – 5,5
6. Tingkat Kemiskinan (%) 10,3 9,0 – 10,0
7. Gini Rasio (indeks) 0,40 0,39
8. IPM (indeks)* 69,40 70,10
Seperti yang kita ketahui bahwa ekonomi Kalimantan Barat triwulan III-2015
terhadap triwulan III-2014 tumbuh 4,23 persen (y-on-y) sedikit melambat dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 4,93 persen. Perekonomian Kalimantan
Barat yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas
dasar harga berlaku triwulan III-2015 mencapai Rp37,13 triliun dan atas dasar harga
konstan 2010 mencapai Rp28,37 triliun.
Dalam kesempatan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI pada hari ini, kami dari DPR RI
ingin mendapatkan data dan informasi terkini guna mengetahui gambaran yang lebih jelas
pengawasan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat. Kami juga
ingin mendapatkan informasi dan gambaran terkait pelaksanaan tugas dari Pemda
Provinsi Kalimantan Barat, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Badan Pusat
Statistik serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengawasan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun susunan keanggotaan Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPR RI ke Provinsi
Kalimantan Barat adalah sebagai berikut :
No. No.
Angg Nama Anggota Fraksi Keterangan
1. 317 DR. IR Fadel Muhammad F.P. Golkar Ketua Komisi XI
Ketua TIM
2. 463 H. Jon Erizal, SE., MBA F. PAN
Wakil Ketua Komisi
XI
Anggota
3. 211 I.G.A. Rai Wirajaya, SE., MM F. PDIP Anggota
4. 218 IR. G. Michael Jeno, MM F. PDIP Anggota
5. 283 H. Mukhamad Misbakhun, SE.,MH F.P Golkar Anggota
6. 365 Ir. H. Soepriyatno F.P Gerindra Anggota
7. 392 Haerul Saleh, SH F.P Gerindra Anggota
8. 421 H. Amin Santono, S. Sos F.P Demokrat Anggota
9. 401 H.Rudy Hartono Bangun, SE., MAP F.P Demokrat Anggota
10. 458 H. Muslim Ayub, SH., MM F. P PAN Anggota
11. 41 Bertu Merlas, ST F. PKB Anggota
12. 94 IR. H.A Junaidi Auly, MM F. PKS Anggota
13. 519 H. Donny Ahmad Munir, ST.,MM F. PPP Anggota
14. 15 Donny Imam Priambodo, ST.,MM F.P Nasdem Anggota
II. INFORMASI DAN TEMUAN
A. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat
1. Data Perekonomian di Provinsi Kalimantan Barat selama 3 tahun terakhir serta
sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja adalah sebagai berikut:
a) Pertumbuhan Ekonomi
Laju Pertumbuhan PDRB Kalimantan Barat Menurut Lapangan Usaha (%)
Tahun 2012 s/d Triwulan III 2015 terhadap Triwulan III 2014 (Tahun Dasar 2010)
b) Tingkat Kemiskinan
Tingkat Kemiskinan Kalbar Tahun 2012-2014
c) Tingkat Pengangguran
Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2012 – 2015
Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Barat dilihat dari jumlah
angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Barat ini mengalami kenaikan selama tiga
tahun terakhir yang semula sebanyak 2.182.524 jiwa pada tahun 2012 menjadi
2.357.000 jiwa pada tahun 2015. Demikian halnya dengan tingkat pengangguran
yang semakin meningkat, yang semula pada tahun 2012 sebesar 3,48% menjadi
5,14% di tahun 2015.
d) Upah Minimun Regional
Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Kalimantan Barat dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan setiap tahunnya, khususnya pada 3 (tiga) tahun
terakhir semenjak tahun 2012. Pada tahun 2012 UMR di Kalimantan Barat tercatat
sebesar Rp900.000, di tahun 2013 tercatat sebesar Rp1.060.000. UMR tersebut
semakin naik hingga pada tahun 2015 saat ini UMR di Kalimantan Barat sebesar
Rp1.560.000.
e) Indeks Pembangunan Manusia
Sektor ekonomi yang mempunyai kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Barat, ialah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa porsi penyerapan
tenaga kerja yang paling tinggi adalah pada sektor Pertanian yang rata-rata mencapai
di atas 57 – 59 persen, sebaliknya pada penyerapan tenaga kerja yang paling rendah
adalah di sektor listrik, gas dan air.
2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan, pengangguran,
dan IPM di Provinsi Kalimantan Barat selama 3 (tiga) tahun terakhir :
Secara umum pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat memiliki hubungan
signifkan terhadap pengurangan kemiskinan, penurunan tingkat pengangguran dan
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kondisi ini dapat dicermati pada
beberapa tahun terakhir sejak tahun 2011 sampai 2014.
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat selama tiga tahun terakhir bersifat
fluktuatif dan masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global dan nasional. Hal
ini dapat dilihat di tahun 2011 mencapai 5,47 persen mengalami peningkatan menjadi
5,81 persen di tahun 2012 dan titik puncaknya pada tahun 2013 mencapai 6,08. Tahun
2013 merupakan kondisi terbaik dalam sejarah perekonomian Kalimantan Barat,
dimana capaian laju pertumbuhan mampu menembus angka 6 persen, yang selama
hampir dua puluh tahun terakhir tidak pernah tercapai, sedangkan tahun 2014 hanya
mencapai 5,02 persen.
Pada tingkat kemiskinan, kinerja penurunan angka kemiskinan di Kalimantan
Barat relatif baik. Hal ini ditunjukkan dengan capaian Kalimantan Barat masih di
bawah rata - rata nasional. Dan secara rata - rata capaian tingkat kemiskinan dari
tahun 2011 - 2014 hanya sebesar 8,25 persen, masih dibawah rata - rata nasional.
Secara rinci dapat dilihat bahwa di tahun 2011 dimana tingkat kemiskinan Kalimantan
Barat sebesar 8,48 persen mengalami penurunan menjadi 8,07 persen di tahun 2014.
Hal ini menunjukkan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan sudah mampu
memberikan kontribusi bagi upaya penurunan tingkat kemiskinan. Kondisi terakhir
pada bulan Maret tahun 2015 angka kemiskinan Kalimantan Barat turun menjadi 8,03
persen
Sedangkan pada tingkat pengangguran, capaian pengurangan angka pengangguran
Kalimantan Barat menunjukkan kinerja yang relatif baik hal ini ditujukan dengan
perbandingan antara capaian Provinsi Kalimantan Barat dengan capaian nasional.
Berdasarkan angka capaiannya, angka pengangguran Kalimantan Barat masih berada
di bawah rata - rata capaian nasional. Secara rata-rata pun, angka pengangguran
Kalimantan Barat mampu mencapai di angka 4,14 (2011 - 2014).
Berbeda dengan capaian kemiskinan dan pengangguran, capaian IPM Kalimantan
Barat memang masih dibawah rata - rata nasional, namun tren nya mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Sebagai ilustrasi di tahun 2012 mencapai 70,31 dan
mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 70,93.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat telah memberikan pengaruh positif terhadap pengurangan tingkat
kemiskinan dan pengangguran serta peningkatan IPM di Kalimantan Barat.
3. Struktur dan besaran alokasi serta realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah serta dari dana
perimbangan (Dana Alokasi Umum – DAU, Dana Alokasi Khusus – DAK, dan Dana
Bagi Hasil – DBH) di Provinsi Kalimantan Barat untuk 3 (tiga) tahun terakhir :
ANGGARAN DAN REALISASI APBD TAHUN 2013, 2014, 2015
4. Bentuk efektifitas dan efisiensi transfer daerah yang telah berjalan selama ini
dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kendala dan
hambatan yang dihadapi selama ini :
Bahwa transfer ke daerah yang terakomodir dalam APBD adalah Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk DAU, dana tersebut digunakan
untuk membiayai pembangunan daerah yang menjadi prioritas pembangunan daerah,
sehingga arah pembangunan dan penggunaan pendanaan dapat sesuai dengan
kebijakan pembangunan di daerah yang merupakan jawaban atas permasalahan
pembangunan di daerah. Efektifitas dari penggunaan DAU dapat dikatakan tinggi guna
pembangunan daerah.
Sedangkan untuk DAK, secara mekanisme dana tersebut dilakukan melalui
usulan dari daerah sebagai upaya daerah mempercepat pencapaian kebijakan
pembangunan nasional. Namun dalam pelaksanaannya, dana transfer DAK dibatasi
oleh aturan-aturan yang ada seperti Juklak dan Juknis yang membatasi antara usulan
daerah dengan kebijakan pembangunan nasional, sehingga terkadang peruntukan DAK
belum terlalu sesuai dengan kebutuhan daerah.
5. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam mewujudkan pertumbuhan
ekonomi yang inklusif (pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan
pengentasan kemiskinan, pembukaan lapangan kerja baru, peningkatan daya
beli, serta peningkatan IPM) di Provinsi Kalimantan Barat :
a. Faktor Internal adalah sebagai berikut :
Regulasi Pemerintah yang mengeluarkan peraturan tentang kenaikan harga BBM,
yang mengakibatkan terjadinya inflasi terhadap bahan makanan pokok yang
berakibat menurunnya daya beli masyarakat, sehingga meningkatkan jumlah
kemiskinan. Perekonomian Kalimantan Barat masih bertumpu pada pengelolaan
sumber daya alam (sektor riil), sehingga nilai tambah produk relatif masih rendah
sehingga nilai jual belum mampu bersaing, karena belum terbangunnya industri
hilir terhadap produk lokal, dan berakibat penyerapan tenaga kerja masih rendah.
b. Faktor Eksternal adalah sebagai berikut :
Pengaruh perekonomian global akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi negara
pengimpor produk lokal Kalimantan Barat (sawit, karet) sehingga nilai ekspor
menurun, dan berakibat melamabatnya perekonomian di Kalimantan Barat.
6. Strategi pembangunan daerah Provinsi Kalimantan Barat, khususnya prioritas
pembanguan 1-2 tahun mendatang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkeadilan dan inklusif, dalam rangka mendukung pembangunan nasional :
- Meningkatkan daya tarik investasi dari di sektor produksi sampai ke hilirisasi.
- Mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dasar untuk mendukung
percepatan pembangunan investasi di daerah.
- Dukungan kebijakan terhadap investor dalam bentuk insentif kemudahan
memperoleh ijin usaha.
B. BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN KALIMANTAN BARAT
1. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat dalam 3
(tiga) tahun terakhir, serta sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar
bagi pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan
negatif :
Perekonomian Kalimantan Barat memberikan kontribusi sebesar 19% terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kawasan Kalimantan. Relatif terhadap
pertumbuhan ekonomi Nasional, ekonomi Kalimantan Barat berada di bawah
pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional terutama dalam satu tahun terakhir.
Kinerja perekonomian Kalimantan Barat menunjukkan arah perkembangan dengan
garis tren yang melandai terutama sejak tahun 2011. Tercatat pertumbuhan
Kalimantan Barat pada 2014 adalah 5,02% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan
dengan realisasi pertumbuhan pada tahun 2013 yaitu sebesar 6,04% (yoy).
Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat terutama dipengaruhi oleh kontraksi tajam
pada sisi ekspor yang terjadi akibat penyesuaian proses bisnis jangka pendek
subsector pertambangan mineral pasca penerapan UU Minerba. Sementara itu, sejalan
dengan perbaikan ekonomi Nasional pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada
triwulan III 2015 turut pula mengalami perbaikan walaupun dalam rentang
peningkatan yang terbatas, yaitu sebesar 4,23% (yoy) relatif lebih tinggi dibandingkan
triwulan lalu (4,10%, yoy).
Secara sektoral, struktur ekonomi Kalimantan Barat masih didominasi oleh
empat sektor ekonomi utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, serta sector
konstruksi. Secara rata-rata dalam tiga tahun terakhir sejak tahun 2012 hingga 2014,
kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kalimantan Barat adalah
sebesar 23,81%, diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar
16,91%, sementara sektor perdagangan besar-eceran, dan sektor konstruksi memiliki
kontribusi masing-masing sebesar 15,09% dan 10,46%. Berdasarkan perkembangan
pertumbuhan sejak tiga tahun terakhir, sektor pertanian, sektor perdagangan, serta
sector konstruksi menjadi sektor ekonomi utama penopang pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat. Sementara itu, sektor industri pengolahan memperlihatkan tren
perlambatan sejak tahun 2011.
2. Faktor-faktor yang menjadi pendorong serta kendala-kendala pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat :
a. Beberapa faktor risiko yang dihadapi dan menjadi kendala dalam
peningkatan pertumbuhan Kalimantan Barat yang lebih tinggi diantaranya:
- Ketepatan waktu penyelesaian realisasi proyek investasi daerah, serta faktor wait
and see para investor dalam melakukan investasi baru.
- Risiko penurunan produksi pangan akibat El Nino
- Harga komoditas internasional yang masih dalam tren menurun.
- Perbaikan perekonomian global, terutama negara mitra dagang utama Kalimantan
Barat (Tiongkok dan India) yang lebih lambat dari perkiraan semula.
b. Beberapa kendala dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat
diantaranya:
- Disparitas pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan antar
Kabupaten/Kota di wilayah Kalimantan Barat. Pertumbuhan ekonomi yang merata
dan dapat dirasakan oleh seluruh segmen masyarakat serta menurunkan
ketimpangan perekonomian (inequality) dibutuhkan dalam menopang
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat yang berkualitas. Secara spasial,
pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2013 terjadi di Kabupaten Ketapang,
Sekadau, dan Kubu Raya. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi terendah terjadi di
Kabupaten Kapuas Hulu dan Mempawah. Hal tersebut berdampak pada tingginya
ketimpangan yang cukup tinggi pada tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah
Kalimantan Barat, dimana rata-rata PDRB/Kapita tertinggi dari 2010-2014 adalah
di Kota Pontianak dan Kab Kubu Raya yang masing-masing mencapai
Rp12.807.590 dan Rp10.658.970 dengan selisih yang cukup jauh dengan kota/kab
lainnya.
- Rendahnya kualitas Sumber Daya Manuasia (SDM). Disparitas kualitas pendidikan
yang beragam antar provinsi di Indonesia, tercermin dari kualitas infrastruktur
pendidikan yang cenderung rendah terutama infrastruktur pendidikan SMA
sebagai penunjang pengembangan industri di Provinsi Kalimantan Barat.
Minimnya sarana pendukung pendidikan di Provinsi Kalimantan Barat tercermin
dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat
yang dalam lima tahun terakhir masih berada di bawah Nasional.
- Keterbatasan infrastruktur penunjang di wilayah Kalimantan Barat. Daya saing
industri di Kalimantan Barat masih terkendala permasalahan klasik yaitu sumber
daya manusia dan infrastruktur. Berdasarkan proporsi tenaga kerja menurut
pendidikan, proporsi tenaga kerja dengan tingkat pendidian SD atau lebih rendah
masih menjadi proporsi terbesar dalam tenaga kerja di Kalimantan Barat. Akses
RT ke infrastruktur penting seperti air bersih dan sanitasi masih relatif rendah di
Provinsi Kalimantan Barat.
c. Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat, diantaranya:
- Pembangunan berbagai infrastrukur penunjang, diantaranya pelabuhan
internasional di wilayah Kijing (Kabupaten Mempawah) diharapkan akan dapat
menjadi sentra pertumbuhan industri baru di Indonesia dan akan membawa
manfaat besar bagi Kalimantan Barat terutama terkait dengan aktivitas ekspor dan
impor komoditas CPO Kalimantan Barat.
- Faktor pendorong pertumbuhan lainnya adalah pembangunan kawasan industri
dan ekonomi khusus yang tengah dilakukan di Provinsi Kalimantan Barat.
Berdasarkan pengembangannya akan terdapat 4 Kawasan Industri (KI) dan 5
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pembangunan KI dan KEK di wilayah Kalimantan
Barat akan difokuskan pada industri turunan sawit, pengolahan alumina, serta
industri pengolahan komoditas karet.
- Terkait dengan pengembangan industri pengolahan mineral alumina di Kalimantan
Barat hingga saat ini terdapat satu perusahaan pengolahan mineral alumina yang
telah beroperasi di wilayah Tayan, sementara pada akhir tahun ini diharapkan akan
terdapat satu lagi pabrik pengolahan mineral alumina yang akan beroperasi.
3. Dinamika konsumsi, investasi (PMN dan PMDN) serta ekspor dan import di
Provinsi Kalimantan Barat selama tiga (3) tahun terakhir serta prospeknya di
tahun 2016 :
Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi
penggunaan (permintaan) masih ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi
rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen konsumsi
rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 53,22% dan
12,46%, sementara komponen investasi yang tercermin dari nilai Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pangsa sebesar 33,25% terhadap total PDRB
Kalimantan Barat pada triwulan III 2015.
- Dinamika Konsumsi
Komponen konsumsi merupakan komponen utama dengan pangsa secara rata-
rata lebih dari 50% dalam tiga tahun terakhir. Walaupun terpantau semakin
melandai dengan tingkat pertumbuhan rata-rata pertumbuhan 4,64%, komponen
konsumsi RT Provinsi Kalimantan Barat dapat tumbuh cukup kuat dan stabil
terutama pada periode akhir tahun 2015. Terjaganya kegiatan konsumsi, terutama
konsumsi RT terjadi sejalan dengan perbaikan pada kinerja sektor ekonomi utama.
Selain itu, kegiatan konsumsi juga didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat
dengan adanya kenaikan tarif upah serta perkiraan menurunnya tekanan inflasi.
- Dinamika Investasi
Realisasi investasi yang tercermin melalui nilai pembentukan modal tetap bruto
(PMTB) merupakan komponen pembentuk PDRB sisi penggunaan terbesar kedua
setelah konsumsi dengan pangsa sebesar 33,25%. Komponen investasi menjadi
penopang pertumbuhan utama pada triwulan III 2015. Selain komponen konsumsi
RT, komponen investasi menjadi salah satu komponen penopang pertumbuhan
ekonomi utama di wilayah Kalimantan Barat.
- Dinamika Ekspor dan Impor
Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat mengalami perlambatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komponen ekspor Kalimantan Barat
mengalami perlambatan yaitu dari 7,09% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 0,92%
(yoy) pada triwulan III 2015 utamanya disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada
ekspor luar negeri. Kontraksi yang terjadi pada ekspor luar negeri Kalimantan Barat
pada triwulan ini didorong oleh penurunan ekspor komoditas kayu lapis olahan
(plywood), serta ekspor komoditas mineral alumina. Sementara itu, ekspor komoditas
perkebunan utama Kalimantan Barat, yaitu getah karet (crumb rubber) menunjukkan
peningkatan signifikan dari 12,3% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 6,3% (yoy)
pada triwulan laporan.
Impor Kalimantan Barat pada triwulan III 2015 mengalami akselerasi dengan
pertumbuhan hingga 12,03% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang masih mengalami kontraksi sebesar-6,22% (yoy). Peningkatan impor luar
negeri Kalimantan Barat terjadi pada seluruh komponen impor, dimana peningkatan
komponen impor tertinggi terjadi pada komponen barang modal. Peningkatan pada
komponen barang modal tercatat mengalami pertumbuhan hingga 290,27% (yoy),
diikuti dengan peningkatan tajam yang juga terjadi pada komponen bahan baku
dengan peningkatan sebesar 184,86% (yoy).
Berdasarkan perkembangan ekspor dan impor luar negeri Kalimantan Barat
sepanjang triwulan III 2015, neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat
berada pada posisi defisit. Kondisi defisit neraca perdagangan ini terjadi seiring
dengan penurunan ekspor yang cukup dalam dan peningkatan tajam yang terjadi
pada komponen impor. Neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat pada
triwulan III 2015 mengalami defisit sebesar US$18,63 juta. Berdasarkan data ekspor
impor luar negeri diketahui bahwa kondisi defisit pada neraca perdagangan luar
negeri Kalimantan Barat merupakan kondisi pertama yang terjadi setidaknya dalam
tiga tahun terakhir.
4. Kondisi inflasi di Provinsi Kalimantan Barat selama 3 (tiga) tahun terakhir dan
kelompok/komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi :
Sejak tahun 2013, tingkat inflasi Kalbar lebih sering berada di atas tingkat inflasi
nasional. Secara rata-rata sejak awal 2013 hingga November 2015, tingkat inflasi Kalbar
sebesar 8,02% (yoy) sementara tingkat inflasi nasional mencapai 6,68% (yoy).
Kelompok yang kerap memberikan sumbangan inflasi terbesar adalah kelompok
administered prices dan volatile foods. Sementara itu, berdasarkan komoditasnya, beras,
angkutan udara, daging ayam ras, ikan kembung, telur ayam ras, dan bawang merah
merupakan komoditas yang kerap menjadi penyumbang utama inflasi Kalbar.
5. Upaya - upaya yang sudah dilakukan dalam pengendalian inflasi dan menjaga
stabilitas pasokan di Kalimantan Barat antara lain:
- Peningkatan supply beras dengan mengembangkan lahan percontohan padi metode
Hazton. Berdasarkan pengalaman empiris dari mayoritas lahan percontohan,
produktivitas panen padi dapat meningkat rata-rata sebesar 2x lipat dari metode
tanam sebelumnya.
- Menjalankan program pengadaan beras cadangan beras pemerintah daerah dan
penyaluran dana talangan penyaluran raskin kepada Bulog Divre Kalbar untuk
menambah likuiditas Bulog dalam mengadakan beras raskin tanpa menunggu hasil
penjualan raskin dari rumah tangga sasaran.
- Kerja sama perdagangan bawang merah antara Kota Pontianak dan Kabupaten
Probolinggo. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga pasokan bawang merah di Kota
Pontianak dan pada akhirnya dapat mewujudkan stabilitas harga baik di tingkat
konsumen di Kota Pontianak maupun di tingkan produsen di Kabupaten Probolinggo.
- Implementasi sistem informasi harga pangan strategis (PIHPS) terintegrasi web
berbasis data pantauan harga secara harian. Sistem ini diberlakukan untuk
mengurangi asimetri informasi harga bahan pangan strategis antar daerah dan antar
pasar di Kalbar. Saat ini proses pengadaan sudah selesai dan sedang dalam proses
launching.
6. Kebijakan moneter dan makroprudensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia
untuk sektor keuangan dan perbankan dalam menyikapi pelambatan
pertumbuhan ekonomi dan pelemahan rupiah terhadap valuta asing lainnya :
Pada RDG BI tanggal 17 November 2015, dinilai bahwa stabilitas makroekonomi
semakin baik, sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter.
Pelonggaran dilakukan dengan menurunkan Giro Wajib Minimum Primer dalam Rupiah
yang merupakan simpanan minimum yang wajib dipelihara oleh bank pada BI.
Penurunan tersebut adalah menjadi sebesar 7,5% dari sebelumnya sebesar 8% yang
mulai berlaku pada 1 Desember 2015. Hal ini diharapkan dapat menambah likuiditas
bank sehingga dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan dan mendorong penurunan
suku bunga bank, untuk mendukung perekonomian yang mulai meningkat. Dengan
masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, maka BI akan tetap berhati-
hati dalam menempuh langkah kebijakan moneter tersebut. BI terus berkoordinasi
dengan Pemerintah untuk memperkuat struktur perekonomian.
Sedangkan dari sisi kebijakan makroprudensial, beberapa pelonggaran peraturan yang
telah dilakukan Bank Indonesia antara lain:
- Peningkatan rasio LTV/FTV untuk kredit properti dan penurunan uang muka untuk
kredit kendaraan bermotor pada bulan Juni 2015.
- Perubahan perhitungan GWM LDR menjadi GWM LFR pada bulan Juli 2015
Lebih lanjut, dalam rangka menstabilkan Rupiah terhadap mata uang negara lain, BI
telah mengeluarkan 2 buah paket kebijakan pada 9 September 2015 dan 30 September
2015 yang bertujuan untuk (a) menjaga stabilitas nilai rupiah, (b) memperkuat
pengelolaan likuiditas rupiah, dan (c) memperkuat supply dan demand valas.
7. Prospek pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat pada Tahun 2016
dari sisi permintaan maupun penawaran, serta faktor-faktor yang dapat
mendukung dan menghambat pertumbuhan ekonomi :
Kondisi eksternal dan internal yang positif pada 2016 mendorong peningkatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan :
a. Faktor Eksternal:
- Meskipun perekonomian Tiongkok diprakirakan kembali tumbuh melambat pada
2016 namun dengan laju perlambatan yang lebih moderat.
- Perekonomian negara mitra dagang utama, antara lain India dan ASEAN
diperkirakan meningkat.
- Meskipun masih terkontraksi harga komoditas diperkirakan tidak akan sedalam
seperti pada tahun 2015.
b. Faktor Internal:
- Bank Indonesia memprakirakan perekonomian Indonesia pada 2016 dapat tumbuh
pada kisaran 5,3% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan prakiraan pada tahun
2015 (4,85%, yoy).
- Peningkatan pertumbuhan PDB didorong oleh berlanjutnya investasi yang
mendorong kinerja sektoral dan daya beli konsumen.
- Beroperasinya pabrik pengolahan smelter bauksit.
c. Sektor Industri Pengolahan:
- Berproduksinya smelter alumina di wilayah Kendawangan dengan kapasitas 2 juta
ton/tahun.
- Lebih landainya koreksi harga CPO internasional.
d. Sektor Pertanian:
- Peningkatan produktivitas sawit Kalimantan.
- Harga karet dunia lebih stabil sehingga menjadi insentif untuk berproduksi lebih
maksimal.
- Tabama diprakirakan menjadi faktor penahan karena dampak El Nino terhadap
periode tanam.
- Perlu diwaspadai risiko El Nino terhadap penurunan produktivitas sawit yang
diperkirakan 8-17%.
C. OTORITAS JASA KEUANGAN KANTOR PERWAKILAN KALIMANTAN BARAT
1. Kinerja sektor jasa keuangan di Provinsi Kalimantan Barat yang diatur dan
diawasi oleh OJK :
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
Berdasarkan data posisi triwulan III 2015, dari sisi pencapaian total aset, Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan penyaluran kredit perbankan di wilayah Kalimantan Barat
tercatat mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya.
Jumlah aset perbankan Kalbar pada triwulan berjalan sebesar Rp55,33 triliun
atau tumbuh sebesar 11,10% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan II 2015 yang
tercatat sebesar Rp53,69 triliun. Tingkat loan to deposit ratio (LDR) perbankan
Kalbar menurun menjadi 83,19% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar 86,15%. Sedangkan Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil
dihimpun oleh perbankan Kalbar pada triwulan III 2015 adalah sebesar Rp43,5
triliun atau tumbuh sebesar 9,58% (yoy), sedikit lebih tinggi jika dibandingkan
dengan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar 9% (yoy), terdiri dari Rp42,18 triliun
(96,96%) DPK dalam Rupiah dan sisanya sebesar Rp1,32 triliun (3,04%) dalam
bentuk valas.
Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar
95,85% (Rp41,69 triliun) atau tumbuh sebesar 9,19% (yoy). Sedangkan kontribusi
perbankan syariah terhadap total DPK hanya sebesar 4,15% (Rp1,81 triliun) dengan
laju pertumbuhan yang cukup tinggi yakni sebesar 19,39% (yoy).
Grafik 1
Dari sisi pembiayaan, pada triwulan III 2015 posisi total penyaluran kredit
perbankan di Kalbar tumbuh sebesar 15,67% (yoy) atau Rp4,35 T sehingga menjadi
sebesar Rp52,57 triliun. Namun demikian, jumlah tersebut hanya sekitar 1,32% dari
total penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp3.990,46 triliun.
Rasio non performing loans (NPL) pada Triwulan III di wilayah Kalbar berada di
posisi 2,01% yang mencerminkan tingkat kualitas pembiayaan yang masih terjaga
dan masih lebih baik dibandingkan dengan rasio NPL nasional sebesar 2,27%. Namun
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya NPL Perbankan di kalbar tersebut
meningkat cukup signifikan dari 1,37% menjadi 2,01%. Dari 14 kota/kabupaten yang
ada di Kalbar, mayoritas kredit disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp15,82
triliun.
b. Kinerja Jasa Keuangan Sektor Pasar Modal
Terdapat 9 (sembilan) perusahaan sekuritas di Kalimantan Barat pada posisi
September 2015. Secara umum perkembangan pasar modal di Kalimantan Barat
mengalami peningkatan jumlah investor menjadi sekitar 5.534, namun jumlah
transaksi pada tahun 2015 menurun menjadi Rp2,2 Triliun. Peningkatan jumlah
investor disebabkan telah dilakukannya peningkatan efektifitas sosialisasi dan
edukasi terkait pasar modal kepada masyarakat dari tahun ke tahun. Selain itu juga
dikembangkan program forum marketing komunikasi dengan mengadakan forum
calon investor. Penurunan nilai transaksi pasar modal di Provinsi Kalimantan Barat
terutama merupakan imbas dari penurunan harga komoditi CPO dan Karet di
Indonesia.
Grafik 2 : Value Transactions pada Pasar Modal
Grafik 3 : Jumlah Investor di Provinsi Kalimantan Barat
Grafik 4
c. Kinerja Jasa Keuangan Sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.
- Terdapat 32 jaringan kantor dari 24 perusahaan Asuransi Umum 26 diantaranya
berada di Kota Pontianak dan 30 jaringan kantor perusahaan Asuransi Jiwa di
provinsi Kalimantan Barat.
-Jumlah jaringan kantor Perusahaan Pembiayaan di Kalimantan Barat saat ini
sebanyak 75 kantor dan 40 kantor diantaranya berada di Kota Pontianak. Adapun
tren pembiayaan di provinsi Kalimantan Barat mengalami penurunan selama tahun
2015 seperti grafik di bawah ini.
Grafik 5. Pembiayaan oleh Perusahaan Pembiayaan
Pembiayaan yang tergolong bermasalah selama tahun 2015 cenderung
mengalami penurunan tercermin dari rasio NPF pada posisi Oktober 2015 sebesar
1,71%. Posisi tertinggi berada pada bulan April 2015 sebesar 2,85% dan terendah
pada posisi bulan Oktober 2015. Peranan pembiayaan yang dilakukan oleh
Perusahaan Pembiayaan pada triwulan III tahun 2015 sebesar 7,68% dibandingkan
total kredit yang disalurkan oleh industri perbankan di Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun pemetaan persebaran pembiayaan selama tahun 2015 pada perusahan
pembiayaan berdasarkan kabupaten/kota di provinsi Kalimantan Barat adalah
sebagai berikut :
Grafik 6 Sebaran Pembiayaan
Terdapat 1 perusahaan dana pensiun yang berkantor pusat di Kalimantan Barat
yaitu Dana Pensiun BPD Kalimantan Barat. Perkembangan kinerja dana pensiun dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan tercermin dari peningkatan total Aset Neto
sebesar 5,53% (Rp.19,17 Miliar) dari posisi Desember 2014 sebesar Rp327,68 Miliar
menjadi Rp346,86 Miliar pada posisi September 2015. Namun, Hasil Usaha menurun
sebesar 12,39% (Rp.2,80 Miliar) dari posisi Desember 2014 sebesar Rp25,42 Miliar
menjadi Rp22,62 Miliar pada September 2015.
Lembaga Jasa Keuangan lainnya seperti PT. Pegadaian (terdapat 7 jaringan
kantor di Kalbar), BPJS Ketenagakerjaan (terdapat 1 kantor jaringan), dan BPJS
Kesehatan (terdapat 3 kantor jaringan). Sedangkan Lembaga Penjaminan Daerah
(Jamkrida) yang akan berkantor pusat di Kalimantan Barat saat ini dalam tahap
perijinan pendirian di OJK.
2. Ketahanan sistem keuangan di Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi sektor
korporasi, UMKM, maupun rumah tangga :
a. Ketahanan Korporasi
Secara umum penyaluran kredit korporasi di Provinsi Kalimantan Barat pada
tahun 2015 mengalami pertumbuhan, tercermin dari pertumbuhan kredit
korporasi pada triwulan III tahun 2015 sebesar 17,37% (yoy) yang meningkat
sebesar 3,02% dibandingkan triwulan IV tahun 2014 (yoy). Pertumbuhan tersebut
diikuti pula dengan peningkatan kredit bermasalah yang tercermin dari
peningkatan rasio NPL dari 1,27% pada triwulan IV tahun 2014 menjadi 2,4%
pada triwulan III tahun 2015. Hal tersebut disebabkan oleh faktor eksternal
terutama perlambatan ekonomi domestik maupun laju inflasi daerah yang
meningkat meskipun pada triwulan III tahun 2015 inflasi mengalami penurunan
menjadi sebesar 8,84% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 9,04% (yoy).
Adapun sektor ekonomi yang terdampak cukup signifikan dari perlambatan
ekonomi domestik pada triwulan III tahun 2015 yaitu sektor industri pengolahan
dan sektor bangunan tercermin dari rasio NPL masing-masing sektor ekonomi
sebesar 10,85% dan 5,18%. Secara khusus pada tahun 2015 kontributor utama
penyumbang NPL di sektor bangunan adalah konstruksi perumahan sederhana
yang pada triwulan III tahun 2015 menyumbang NPL di sektor bangunan sebesar
44,36%.
Disisi lain, persebaran terbesar kredit korporasi disalurkan pada sektor pertanian,
PHR, dan industri pengolahan yang pada triwulan III tahun 2015 masing-masing
sebesar 43,11%, 28,01%, dan 10,57%. Sedangkan sektor pertambangan, pertanian
dan sektor keuangan merupakan sektor yang mengalami tingkat pertumbuhan
tertinggi yakni masing- masing sebesar 40,56% (yoy), 29,92% (yoy), dan 27,79%
(yoy).
Grafik 7. Perkembangan NPL Kredit di Sektor Korporasi di Kalbar
b. Ketahanan UMKM
Selama triwulan III 2015, Penyaluran kredit kepada sektor Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebesar Rp
13,97 triliun menjadi Rp 14,2 triliun. Namun, peningkatan penyaluran kredit tersebut
juga diikuti dengan kenaikan NPL yang sebelumnya 3,06 % menjadi 3,17%.
Penyumbang Terbesar rasio NPL yaitu dari sektor pertambangan sebesar 7,58%.
Hal ini akibat dampak melemahnya perdagangan bijih bauksit, dan usaha penggalian
batu-batuan, tanah liat dan pasir. Beberapa sektor juga memiliki rasio NPL yang
melewati batas aman yaitu pada sektor bangunan dan sektor pengangkutan yang
masing-masing 7,34% dan 6,1%. Kenaikan Pertumbuhan penyaluran kredit pada
sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tersebut didorong oleh akselerasi
pertumbuhan kredit usaha menengah dan kredit usaha mikro dengan andil
pertumbuhan masing-masing sebesar 11,9% dan 11,42%. Sementara itu kredit usaha
kecil pada triwulan berjalan memberikan andil negatif sebesar -3,9%. Dari sisi jenis
penggunaan, mayoritas kredit UMKM disalurkan untuk modal kerja sebesar Rp7,9
triliun, sisanya untuk investasi sebesar Rp5,79 triliun.
Grafik 9. Perkembangan NPL Kredit UMKM di Kalbar
c. Ketahanan Rumah Tangga
Ketahanan penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi Kalimantan Barat pada
tahun 2015 mengalami perlambatan sebesar 2,08% dari 23,91% (yoy) pada triwulan
IV 2014 menjadi 21,83% (yoy) pada triwulan III 2015. Penyaluran kredit ke sektor
rumah tangga dari triwulan I sampai triwulan III 2015 masih didominasi pada kredit
multiguna sebesar Rp9,72 triliun (61,61%), kemudian diikuti oleh kredit perumahan
sebesar Rp3,15 triliun dan kredit kendaraan Rp1,91 triliun. Sementara rasio NPL
sektor rumah tangga walaupun masih cukup rendah yaitu 1,14% namun memburuk
jika dibandingkan triwulan IV 2014 yaitu sebesar 0,86%. Dengan demikian,
perlambatan penyaluran di sektor ini juga diikuti dengan memburuknya NPL,
walaupun masih dalam persentase yang cukup rendah. Dari ketiga sektor penyaluran
kredit rumah tangga NPL yang paling tinggi yaitu kredit perumahan, kemudian kredit
kendaraan dan paling kecil adalah kredit multiguna yang di bawah 0,5%. Selain itu,
NPL kredit perumahan dan kendaraan masih di bawah 2,5% dan secara keseluruhan
NPL seluruh jenis kredit sektor di bawah 5%, termasuk kredit peralatan yang selama
tahun 2015 selalu beraada di atas 5%, pada triwulan III 2015 membaik menjadi
3,39%. Perlambatan dan memburuknya NPL pada sektor ini masih dipengaruhi oleh
perlambatan ekonomi domestik.
Grafik 8 : NPL Kredit Rumah Tangga di Kalbar
3. Data terkait dengan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan dan lembaga
keuangan lainnya terhadap sektor-sektor yang memberikan sumbangan terbesar
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat :
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat Triwulan III mengalami pertumbuhan
sebesar 4,23% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya sebesar
4,10% (yoy) kendati pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi Triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,93% (yoy) sehingga dapat
disimpulkan tumbuh meskipun dalam rentang peningkatan yang terbatas.
Dua sektor ekonomi utama yang mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Barat pada triwulan III 2015 dibandingkan Triwulan sebelumnya adalah
sektor pertanian dan sektor konstruksi. Membaiknya ekonomi Kalimantan Barat juga
didorong oleh perbaikan pada sektor informasi dan komunikasi yang mengalami
akselerasi pertumbuhan dari 10,90% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 14,46% (yoy)
pada triwulan III 2015.
Secara sektoral, struktur ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2015 didominasi
oleh empat sektor ekonomi utama, diantaranya :
1) sektor pertanian dengan pangsa terbesar yaitu 21,85%,
2) sektor industri pengolahan (16,44%),
3)sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (16,13%)
4) sektor konstruksi (10,72%).
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2015 sejalan dengan
pertumbuhan pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Jasa Keuangan di Kalimantan
Barat khususnya industri perbankan. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan
pembiayaan oleh sektor perbankan yang tingkat pertumbuhannya sama seperti
triwulan sebelumnya yakni 15,67% (yoy). Selain itu, Total Pembiayaan yang disalurkan
oleh Perusahaan Pembiayaan sebesar Rp4,2 Triliun atau 7,69% dari total Pembiayaan
oleh industri perbankan di Kalimantan Barat.
Tabel 1 . Penyaluran Kredit Sektor Ekonomi Utama di Kalbar
Grafik 10. Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi Utama di Kalbar
4. Upaya-upaya yang sudah dilakukan agar peningkatan penyaluran kredit oleh
Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya tidak memberikan dampak negatif
bagi perkembangan intermediasi Perbankan dan Lembaga Keuangan lainnya
maupun pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat :
Secara umum peningkatan penyaluran kredit khususnya oleh perbankan pada
dasarnya tidak memberikan dampak negatif terhadap intermediasi Perbankan
mengingat perbankan dalam menyalurkan kredit juga mempertimbangkan ketersediaan
sumber dana khususnya Dana Pihak Ketiga. Disamping itu, penyaluran kredit juga
didominasi oleh sektor produktif yaitu modal kerja dan investasi dengan porsi sebesar
69,85%. Dalam rangka mendukung peningkatan penyaluran kredit maupun pendanaan
sektor jasa keuangan, upaya-upaya yang telah dilakukan Otoritas Jasa Keuangan antara
lain hal-hal sebagai berikut:
a. Mendorong peran perbankan dalam meningkatkan penyaluran pembiayaan pada
sektor produktif diantaranya sektor pertanian. Mengingat Kalimantan Barat
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai potensi besar untuk
menjadi daerah sentra produksi lada, oleh karena itu pada tahun 2015
diselenggarakan Training Analis Lingkungan Hidup (TAL) khusus Sektor Pertanian.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatan penyaluran pembiayaan pada sektor
pertanian lada sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.
b. Meningkatkan peran BPD dalam mendukung perekonomian daerah, khususnya
propinsi Kalimantan Barat dengan meningkatkan berbagai hal seperti permodalan,
pelayanan, kualitas dan kompetensi SDM, inovasi pengembangan produk, dan
jaringan layanan kantor. Selain itu, yang sangat penting adalah meningkatkan
peranan para pemegang saham (Pemda) serta pemangku kepentingan terkait untuk
penguatan fondasi dan aspek pendukung bisnis fokus pada pembenahan
kelembagaan terutama permodalan, SDM, GCG, dan Budaya Perusahaan.
c. Meningkatkan kualitas pengawasan dalam rangka perbaikan manajemen resiko
kredit pada bank-bank yang berada dibawah kewenangan pengawasan KOJK
Kalimantan Barat, salah satunya dengan mengawasi pelaksanaan penyaluran KUR
BPD Kalbar yang pada tahun 2015 ditetapkan menjadi salah satu bank penyalur KUR.
Persiapan yang telah dilakukan oleh Bank antara lain mempersiapkan infrastruktur
yakni Sumber Daya Manusia dan IT. Total baki debet KUR yang disalurkan BPD
Kalbar posisi September 2015 sebesar Rp172,59 M dengan KUR bermasalah sebesar
4,52%. Sementara itu, di wilayah Kalbar terdapat kantor cabang dari Bank yang
ditetapkan sebagai penyalur KUR antara lain Bank milik BUMN ditambah 2 bank
swasta Nasional. Jumlah penyaluran KUR di Provinsi Kalimantan Barat tercatat
sebesar Rp.110,62 Miliar dengan NPL tercatat sebesar 1,76% (BPD Kalbar, BRI, BNI,
Bank Mandiri, BTN, dan Bank Syariah Mandiri.
d. Mendorong perbankan dalam melasanakan program LAKU PANDAI, dimana pada
awal tahun 2015 telah dilakukan launching Laku Pandai dengan bank pelaksana BRI
di Kabupaten Sambas. Hingga saat ini telah terdapat 231 agen yang tersebar di 8
kabupaten dengan total transaksi mencapai Rp. 49.441 (juta) Selanjutnya, pada tahun
2016 direncanakan launching LAKU PANDAI dengan bank pelaksana yakni BPD
Kalbar.
e. Dalam upaya mendorong fungsi intermediasi perbankan terutama meningkatkan
DPK serta meningkatkan minat dan pemahaman pelajar terhadap pentingnya budaya
menabung sejak usia dini dimulai dari TK sampai dengan SMA (termasuk madrasah
dan pesantren dengan program SIMPEL iB), direncanakan aktivasi SIMPEL oleh Bank
Permata dan BPD Kalbar pada bulan Desember 2015. Aktivasi simpel yang dilakukan
oleh 2 bank tersebut diharapkan dapat diikuti oleh perbankan lainnya yang ada di
Provinsi Kalimantan Barat.
D. BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALBAR
1. Data sosial ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat selama tiga (3) Tahun terkait:
a. Jumlah penduduk (dikategorikan dalam kabupaten/kota dan usia)
Jumlah Penduduk hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010) dan Proyeksi Penduduk
tahun 2012 – 2015.
Jumlah Penduduk Provinsi Kalimantan Barat (orang)
Jumlah Penduduk SP 2010 Provinsi Kalimantan Barat (orang)
Jumlah Penduduk 2012 (proyeksi)
Provinsi Kalimantan Barat (orang)
Jumlah Penduduk 2013 (proyeksi)
Provinsi Kalimantan Barat (orang)
Jumlah Penduduk 2014 (proyeksi) Provinsi Kalimantan Barat (orang)
Jumlah Penduduk 2015 (proyeksi)
Provinsi Kalimantan Barat (orang)
b. Pendapatan per kapita
PDRB per Kapita 2012-2014
Provinsi Kalimantan Barat (juta Rp)
c. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto ADHB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (Milyar Rp)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara; ADHB : Atas Dasar Haga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto ADHK (2010=100)
Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (Milyar Rp)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara; ADHK : Atas Dasar Haga Konstan
Produk Domestik Regional Bruto ADHB Menurut Pengeluaran Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (Milyar Rp)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ADHB: Atas Dasar Harga Berlaku
Produk Domestik Regional Bruto ADHK (2010=100) Menurut Pengeluaran Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (Milyar Rp)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ADHK: Atas Dasar Harga Konstan
PDRB Kabupaten/ Kota ADHB
Provinsi Kalimantan Barat 2012-2014 (Milyar Rp)
TABEL 9. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah), 2012-2014
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
PDRB Kabupaten/ kota ADHK
Provinsi Kalimantan Barat 2012-2014 (Milyar Rp) TABEL. 10 PDRB Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Barat Atas Dasar Harga
Konstan (Milyar Rupiah), 2012-2014
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Struktur PDRB Kab/kota 2012-2014 Provinsi Kalimantan Barat (%)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
d. Pertumbuhan ekonomi dan struktur perekonomian
Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (%)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Pertumbuhan Ekonomi Kab/kota
Provinsi Kalimantan Barat 2012-2014 (%)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
Struktur Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kalimantan Barat 2012 s.d Triw III 2015 (%)
Ket: *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
e. Daya beli dan inflasi
Inflasi Tahunan 2012-2014
Inflasi Bulanan
Kota Pontianak dan Kota Singkawang 2015
Inflasi Tahun Kalender (C to C) Tahun 2015
Inflasi Tahunan (Y on Y) Tahun 2015
f. Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (NTP) Tahun 2012-2014
Nilai Tukar Petani (NTP) Bulanan tahun 2015
Daya Beli Masyarakat Kalbar Tahun 2012-2015
g. Upah Minimum Regional (UMR)
Upah Minimum Regional (UMR) Kalimantan Barat Tahun 2011-2015
h. Indeks Ketimpangan Pendapatan
Indeks Ketimpangan Pendapatan (Gini Ratio) Tahun 2012-2014
i. Indeks ketimpangan antar wilayah (kabupaten/kota)
Indeks Williamson/ Ketimpangan Antar Wilayah Tahun 2012-2014
Indeks ini menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah. Variabel yang
digunakan dalam penghitungan adalah Produk Domestik Regional Bruto dan Jumlah
Penduduk. Tingkat ketimpangan antar wilayah terbagi ke dalam kategori sebagai
berikut:
Indeks williamson Kalimantan Barat 2012 -2014 adalah sebagai berikut:
j. Indeks Pembagunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2012-2014
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Kalimantan Barat masuk ke dalam
4 (empat) besar kemajuan provinsi yang pencapaiannya tertinggi di Indonesia.
- Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2014 tumbuh sebesar 4,71
persen dibandingkan tahun 2010. Angka ini berada di atas pertumbuhan IPM
Indonesia yang hanya 3,56 persen.
Tabel 11: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten/Kota Kalimantan Barat Tahun
2012-2014 (Metode Baru)
Keterangan: AHH: Angka Harapan Hidup EYS: Expected Years of Schooling/Angka Harapan Lama Sekolah MYS: Mean Years of Schooling/Angka Rata-rata Lama Sekolah IPM: Indeks Pembangunan Manusia
2. Elastisitas pertumbuhan ekonomi regional terhadap penurunan angka
pengangguran dan elastisitas inflasi terhadap angka kemiskinan (miskin, hampir
miskin dan sangat miskin) dalam kurun waktu tiga (3) tahun terakhir:
Elastisitas Tahun 2012-2014
Suatu angka yang dapat menggambarkan seberapa besar pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap kesempatan kerja.
Jika pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mengalami kenaikan 1% maka akan diikuti
dengan penurunan jumlah pengangguran sebesar 1,34 persen. Sedangkan untuk tahun
2013 dan 2014 setiap pertumbuhan ekonomi meningkat 1% diikuti dengan penambahan
pengangguran masing-masing sebesar 2,21% dan 0,73%.
Dilain pihak pada tahun 2012 dan 2013 jika terjadi inflasi sebesar 1% kemiskinan akan
mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,32% dan 0,41%. Sebaliknya, pada tahun
2014 jika terjadi inflasi sebesar 1% akan diikuti dengan kenaikan kemiskinan sebesar
1,67%.
3. Data klasifikasi/kategori data kemiskinan (sangat miskin, miskin, dan hampir
miskin) serta klasifikasi/kategori data pengangguran (menganggur, dan setengah
menganggur) selama tiga (3) tahun terakhir di Provinsi Kalimantan Barat beserta
lampiran dan data mengenai daya serap tenaga kerja secara sektoral : Persentase Penduduk Miskin Tahun 2012-2014
Keterangan : SM : Sangat Miskin (pendapatan perkapita/bulan ≤ 0.8GK) M : Miskin (0.8GK < pendapatan perkapita/bulan ≤ GK) HM : Hampir Miskin (GK < pendapatan perkapita/bulan ≤ 1.2GK) RML : Rentan Miskin Lainnya (1.2GK < pendapatan perkapita/bulan ≤ 1.6GK) TM : Tidak Miskin (pendapatan perkapita/bulan > 1.6GK)
Ketenagakerjaan Kalbar Tahun 2013-2015
Jumlah Penduduk Yang Bekerja Kalbar menurut lapangan usaha Tahun 2013-2015
4. Upaya BPS Provinsi Kalimantan Barat agar data-data yang disajikan kepada TPID
berkualitas dan akurat serta koordinasi yang selama ini sudah dilakukan oleh BPS:
- Meningkatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait
- Meningkatkan pengawasan dan monitoring pelaksanaan pengumpulan data
- Memberi pembinaan dan latihan penghitungan inflasi kepada TPID untuk kota-kota non
IHK/Inflasi
- Memberikan saran dan rekomendasi kepada TPID (sebagai narasumber)
E. JAJARAN PERBANKAN
- BANK MANDIRI
- Penghimpunan dana pihak ketiga (Giro, Tabungan, dan Deposito)
Sejak Tahun 2012 s.d 2014, Bank Mandiri di Kalimantan Barat telah berhasil tumbuh
sebesar 27,1% atau tumbuh Rp. 1,1T
- Perkembangan aset perusahaan
Data aset Bank Mandiri mengacu pada perkembangan aset Bank Mandiri secara
keseluruhan. Triwulan III Tahun 2015 Aset Bank Mandiri berhasil menembus di atas Rp
905,8 triliun, mengukuhkan kedudukan Bank Mandiri sebagai bank terbesar di
Indonesia.
Sementara untuk wilayah Kalimantan Barat, asset Bank Mandiri mengalami
pertumbuhan sebesar Rp 1,5 T dari periode 2013 – 2014 dengan kenaikan laba bersih
selama 2014 – 2015 sebesar 44.6 Miliar.
- Pinjaman konsumsi, pinjaman modal kerja dan pinjaman investasi :
Total sebesar 6,701 Miliar telah disalurkan sebagai kredit investasi, kredit pinjaman dan
kredit modal kerja kepada masyarakat hingga Oktober 2015. Pada 2014 Bank Mandiri
memberikan kredit sebesar 6,322 Miliar atau meningkat sebesar 29,55% dari pada tahun
sebelumnya.
- Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (sektoral)
UMKM Bank Mandiri di Provinsi Kalimantan Barat secara YoY 2014 tumbuh sebesar
Rp.520M dan NPL turun -0,10%. Secara Total Kalimantan UMKM Bank Mandiri secara
YoY 2014 tumbuh sebesar Rp.1,1T dan NPL Berada di posisi 3,41%.
- Kredit Usaha Rakyat (KUR), karakteristik nasabah KUR dan NPL KUR.
Hingga 31 Oktober 2015, penyaluran KUR mencapai Rp. 1,555.97 Milyar kepada 21,007
debitur. Terdapat growth sebesar 167.90% untuk jumlah KUR yang dasalurkan dari
periode 2011 – 2015 dan peningkatan debitur sebesar 78.92% pada periode yang sama.
Berikut data penyaluran KUR di Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011 – 2015 per
sektor ekonomi:
Penyaluran KUR di Provinsi Kalimantan Barat s.d. 31 Oktober 2015 berdasarkan pola
penyaluran :
NPL KUR di Provinsi Kalimantan Barat s.d. 31 Oktober 2015 per Sektor Ekonomi:
NPL KUR disebabkan adanya permasalahan internal debitur dan faktor eksternal yang
tidak dapat dikontrol oleh debitur. Permasalahan internal debitur antara lain karena
kelemahan Manajemen, debitur memiliki hutang kepada kreditur Non Bank yang cukup
besar, serta penyalahgunaan pemanfaatan kredit. Sementara itu permasalahan
eksternal yang tidak dapat dikontrol debitur antara lain karena adanya penurunan
permintaan akibat ketidakmampuan debitur bersaing dengan kompetitor.
Untuk mengatasi permasalahan NPL tersebut, Bank Mandiri telah mengambil beberapa
langkah penanganan yaitu:
Secara persuasif melakukan pendekatan dan membantu debitur untuk
meningkatkan dan memperbaiki usahanya sehingga pada akhirnya dapat melunasi
kewajiban
Secara persuasif dan rutin melakukan upaya penagihan terhadap debitur
bermasalah
Melakukan pendekatan ke nasabah untuk mencari alternatif solusi lainnya dalam
rangka menyelesaikan kewajibannya
Melakukan klaim sebagian dari tagihan KUR yang bermasalah kepada Perusahaan
penjaminan (Jamkrindo dan Askrindo).
- Data Kredit perumahan dengan pola Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP)
Data yang disajikan masing-masing wilayah agar dibandingkan dengan nasional,
adalah sebagai berikut:
Kredit Perumahan dengan pola Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
tidak terdapat di Kalimantan Barat.
- Sektor yang memiliki NPL tinggi atau sektor dengan kenaikan NPL yang signifikan :
Pada bulan Desember 2014, sektor yang memiliki nilai NPL tertinggi adalah sektor
“Konstruksi” dengan NPL sebesar 2,89% (+2.89% dari 2013) secara overall Provinsi
Kalimantan Barat NPL 0,58% dan NPL Growth -0,30 % dari 2013. Sampai dengan
September 2015, sektor yang memiliki nilai NPL tertinggi adalah sektor “Perdagangan,
restoran dan Hotel” dengan NPL sebesar 2,89% (+1,22% dari 2014) secara overall
Provinsi Kalimantan Barat NPL 1,63% dan NPL Growth +1,05% % dari 2014.
2. Data terkait pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan terhadap sektor
sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Kalimantan Barat :
Penyaluran Kredit Bank Mandiri di Provinsi Kalimantan Barat dengan
komposisi paling besar adalah pada sektor “Perdagangan, Restoran dan Hotel” dengan
komposisi sebesar 36,16% dimana growth PDRB Sektor tersebut adalah 4,55%-YoY
TW III 2015.
3. Data dan informasi mengenai perkembangan ekonomi baik kondisi
perdagangan maupun proyeksi investasi strategis ke depan yang diminati
investor di Kalimantan Barat :
Berdasarkan perkembangan ekonomi sisi sektoral pada data PDRB Kalimantan
Barat, membaiknya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat sepanjang 2015
ditopang oleh perbaikan yang terjadi pada sektor Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi dengan growth YoY sebesar 7.89%. Sehingga, untuk proyeksi investasi
strategis ke depannya tidak akan jauh bergerak dari industri ini, mengingat semakin
banyak masyarakat yang memilih untuk membuka gudang-gudang baru dan invetasi
pembangunan jaringan komunikasi baru. Sementara dari sektor perdagangan
mengalami kenaikan sebesar 4.55% dari tahun 2014.
Untuk proyeksi investasi strategis lainnya adalah pembiayaan pabrik
pengolahan hasil tambang. Adanya peraturan larangan ekspor terhadap bahan
tambang mentah, turut menyumbangkan potensi investasi di sektor ini dan
mendorong masuknya pemodal dalam negeri maupun PMA untuk pembiayaan
beberapa project strategis terkait pengolahan bahan tambang mentah menjadi bahan
tambang setengah jadi di wilayah Kalimantan Barat.
4. Permasalahan perbankan yang terjadi saat ini di Provinsi Kalimantan Barat,
serta upaya-upaya yang sudah dilakukan :
Tantangan utama Bank Mandiri Kalimantan Barat saat ini adalah terkait letak
geografis. Banyak daerah-daerah dengan potensi dana maupun kredit yang besar
namun saat ini masih hanya dilayani oleh cabang-cabang Bank Mandiri dengan
layanan transaksinya terbatas, sehingga belum maksimal menggarap potensi yang ada.
Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, Bank Mandiri Kalimantan Barat
berupaya untuk terus membuka cabang-cabang dengan layanan lengkap dan sesuai
dengan kebutuhan perbankan masyarakat, meningkatkan kelas cabang sehingga dapat
meningkatkan layanan transaksi serta mengembang LKD sebagai salah satu solusi
menjangkau potensi nasabah di wilayah kecamatan maupun pedesaan sebagai bukti
komitmen kami memberikan layanan perbankan kepada seluruh masyarakat.
b. BANK MANDIRI SYARIAH
- Penghimpunan dana pihak ketiga
Penghimpunan dana di tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014
dan 2013 hal ini terjadi dikarenakan kondisi ekonomi yang berdampak kepada
pendapatan nasabah menyebabkan pengusaha banyak menarik dananya untuk
kebutuhan modal kerja, selain itu adanya penawaran dari bank pesaing yang
menyebabkan terjadinya pemindahan dana.
- Perkembangan asset perusahaan
Perkembangan asset mengalami penurunan dikarenakan kondisi perekonomian yang
kurang baik sehingga berdampak kepada pendapatan nasabah sehingga permintaan
pembiayaan kepada perbankan mengalami penurunan
- Pinjaman Konsumsi , Modal Kerja dan pinjaman investasi
Dalam Jutaan Rupiah
Uraian 2013 2014 2015 Konsumsi 586.915 404,360 355,643
Modal Kerja 109.999 96,376 278,407 Investasi 185.087 240,877 229,500
jumlah 882.001 741,612 863,550
- Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (sektoral)
Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: Dalam Jutaan Rupiah
Uraian 2013 2014 2015 Mikro 0 260.935 78.484 Kecil 49.141 12.049 15.562
Menengah 0 32.170 52.057
- Kredit Usaha Rakyat (KUR),karakteristik nasabah KUR dan NPL KUR
Outstanding Pembiayaan KUR posisi Oktober 2015 diangka Rp.1.771.000.000,- dengan
NPF Rp.406.000.000,-. Karakteristik nasabah KUR yang disalurkan melalui BSM adalah
mempunyai usaha skala kecil yang bergerak pada sektor riil.
Kredit perumahan dengan pola Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan ( FLPP)
Dalam Jutaan Rupiah
Uraian 2013 2014 2015
OS Pembiayaan 9,191 12,272 12,055
Jumlah Debitur 110 153 151
- Sektor yang memiliki NPL tinggi atau sektor dengan kenaikan NPL yang signifikan :
Sektor yang memiliki NPL tinggi ada di sektor konsumer hal ini disebabkan penghasilan
yang menurun khususnya untuk karyawan swasta.
2. Data terkait pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan terhadap sektor-sektor
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Barat:
Pembiayaan yang disalurkan perbankan yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat adalah di sektor pemberian
pembiayaan modal kerja dan investasi bersifat produktif.
3. Data dan informasi mengenai perkembangan ekonomi baik kondisi perdagangan
maupun poyeksi investasi strategis kedepan yang diminati investor di Kalimantan
Barat:
Yang diminati oleh investor lebih cenderung mengarah kepada bisnis pengangkutan
sungai dan laut, seperti pengangkutan pasir ,CPO dan lain-lain.
4. Permasalahan perbankan yang terjadi saat ini di Provinsi Kalimantan Barat, serta
upaya-upaya yang sudah dilakukan :
Permasalahan perbankan ada di kredit bermasalah dan usaha yang dilakukan adalah
dengan memperketat monitoring pasca pencairan dan melakukan upaya restrukturisasi
bagi nasabah yang masih mempunyai kemampuan membayar.
c. BANK NEGARA INDONESIA (BNI)
- Perkembangan Kinerja Penghimpunan Dana Pihak Ketiga
- Perkembangan Aset Perusahaan
- Pinjaman Konsumtif, Pinjaman Modal Kerja Dan Pinjaman Investasi
- Kredit Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
- Kredit Usaha Rakyat (KUR)
- Kredit Perumahan Dengan Pola Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP):
- Sektor yang memiliki NPL tinggi atau sektor dengan kenaikan NPL yang signifikan:
Pada dasarnya semua sektor di Kalbar NPL relatif terjaga dengan baik terlihat bahwa
hanya memiliki tingkat NPL 1.64% meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 0.33%
(yoy). Sektor penyumbang NPL adalah dari sektor pertanian, perburuan dan sarana
pertanian (0.98%) dan sektor pengangkutan, pergudangan dan komunikasi (0.22%).
2. Data terkait pembiayaan yang disalurkan oleh Perbankan terhadap sektor-sektor
yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat:
3. Informasi mengenai perkembangan ekonomi baik kondisi perdagangan maupun
proyeksi investasi strategis ke depan yang diminati investor di Kalimantan Barat :
Secara umum kinerja perekonomian Kalbar mengalami peningkatan. Berdasarkan
komponen pembentuknya, hal ini ditopang oleh komponen investasi dan konsumsi
rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi penopang utama perekonomian
Kalimantan Barat adalah sektor konstruksi, informasi dan komunikasi serta sektor
pertanian.
Proyeksi investasi ke depan yang diminati investor adalah pada sektor primer terutama
pada subsektor perkebunan dan sektor skunder terutama pada subsektor industri logam
dasar dan kimia khususnya pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina di
Kalimantan Barat.
4. Permasalahan perbankan yang terjadi saat ini di Provinsi Kalimantan Barat, serta
upaya-upaya yang sudah dilakukan :
Permasalahan / Kendala Strategi / Upaya BNI
- Terjadi trend melambatnya angka pertumbuhan kredit di Kalimantan Barat.
- Peningkatan inflasi
- Melakukan ekspansi bisnis pada pasar yang selektif untuk pertumbuhan berkualitas melalui focus pada sektor yang menjadi prioritas (unggulan) daerah serta selektif pada pembiayaan dalam bentuk Valas.
- Memperkuat sinergi antar seluruh lini bisnis serta mengoptimalkan fungsi outlet sebagai point of sales.
- Meningkatkan pertumbuhan bisnis secara efisien serta memiliki peluang untuk meningkatkan perolehan income dengan mendorong transaksi nasabah khususnya electronic transaction.
d. BANK RAKYAT INDONESIA (BRI)
- Penghimpunan Dana Pihak Ketiga dan dan perbandingan dengan Penyaluran Kredit
Mikro
Kinerja Pinjaman, Simpanan (Mikro dan Ritel) Bank Rakyat Indonesia (BRI) di
Kalimantan Barat:
NO Ritel 31 Desember 2013 31 Desember 2014 30 November 2015
1 Giro 346,895 313,607 408,406
Tabungan 1,402,999 1,436,778 1,393,637
Deposito 330,893 540,252 705,560
2,080,787 2,290,637 2,507,603
2 Mikro 31 Desember 2013 31 Desember 2014 30 November 2015
Giro 20,863 27,973 34,918
Tabungan 2,476,918 2,969,111 2,658,625
Deposito 247,831 298,657 362,253
2,745,612 3,295,741 3,055,796
3 Penyaluran Kredit Mikro 31 Desember 2013 31 Desember 2014 30 November 2015
1,703,256 1,962,332 2,120,372
4 LDR Mikro 62.04% 59.54% 69.39% (Dalam Juta Rupiah)
- Kegiatan yang dilakukan BRI untuk meningkatkan tabungan rakyat :
Dengan meluncurkan program-program yang dapat menarik bagi masyarakat untuk
menabung di BRI, antara lain sebagai berikut :
Kegiatan akuisisi tabungan di sekolah, pusat perbelanjaan, dan perkantoran
Program retensi bagi nasabah yang melakukan top up dana dengan reward berupa
direct gift : Simpedes Hadiah Langsung, BritAma Pilih Sendiri Hadiahnya, BritAma
rencana 2015, Berkah Ramadhan Bersama BritAma, BritAma Get Tupperware
Program retensi bagi nasabah yang melakukan top up dana dimana nasabah akan
diundi untuk menjadi pemenang : Undian Simpedes, Pesta Rakyat Simpedes & Undian
Dobel Untung BritAma
Meningkatkan kerjasama dengan institusi dan perusahaan untuk menciptakan
lingkungan cashless society, sehingga masyakat tidak perlu bertransaksi dengan uang
tunai namun cukup melalui e-channnel BRI. Adapun salah satu kerjasama yang telah
dilaksanakan adalah :
Kerjasama Host to Host BRI dengan PDAM Kota Pontianak
Kerjasama BRI dengan Polda Kalbar, dimana BRI mengajak seluruh anggota Polda
Kalbar untuk berlomba – lomba bertransaksi menggunakan mobile banking dan
internet banking BRI untuk mendapatkan hadiah tertentu.
- Kinerja Kredit Usaha Mikro dan NPL per Sektoral
- Kinerja Kredit Mikro dan Proyeksi NPL Sektoral :
Sebagian besar Kredit Mikro berada di Sektor bukan lapangan usaha sebesar 42,61%.
Selanjutnya diikuti oleh sektor Perdagangan sebesar 27,43 % dan sektor Pertanian
sebesar 21, 95 %. Total perkembangan pada sektor perdagangan dan Pertanian
seiring dengan Komitmen BRI yang selalu menumbuhkan dan memajukan
perekonomian masyarakat menengah kebawah, hal ini ditunjukkan dengan
tersebarnya jaringan kerja BRI yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Sementara NPL terbesar berada pada sektor usaha pertambangan (7,4%), Jasa
Pendidikan (5,3%) dan Transportasi dan komunikasi (3,5 %).
Khusus pada sektor pertambangan dengan peningkatan NPL tertinggi kontraksi
disebabkan karena pemberlakukan UU Minerba. Hal ini tentunya berpengaruh pada
perlambatan pertumbuhan di sektor usaha lain, sehingga kontraksi juga terjadi pada
sektor usaha lainnya meskipun dalam persentasi yang tidak terlalu signifikan.
Program BRI pada Mikro didasarkan pada asas kemudahan dalam proses kredit, yang
mana pemberian kredit bagi usaha kecil lebih memprioritaskan kecepatan pelayanan
dengan tetap memperhatikan asa kehati-hatian, sehingga penyaluran kredit
menengah kebawah dapat lebih efisien.
Pengembangan Credit Scheme yang mengacu kepada market needs
Pengembangan pelayanan IT – based
Linkages Program dengan perusahaan lain dalam memberikan pembiayaan
Kerja sama dengan instansi pemerintah dalam hal pendampingan UMKM selama
berhubungan dengan bank
Pembinaan oleh Bank BRI langsung kepada UMKM dengan cara Memonitor
kelangsungan usaha UMKM yang dilakukan langsung oleh Pejabat Kredit Lini BRI
(PKL BRI) di Unit Kerja BRI baik dalam hal pemasaran, operasional perusahaan,
transaksi finansial, manajemen, dan laporan keuangan.
- Kinerja Kredit dan NPL Keseluruhan Pada Sektor-Sektor Usaha Di Kalimantan
Barart:
Perdagangan Pertanian masih menjadi sektor utama sasaran pembiayaan (1,8 T).
Pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat khususnya di Kota Pontianak salah satunya
didominasi oleh sektor pertanian. Dari isi perbankan, sektor pertanian masih menjadi
sasaran utama dalam pemasaran pinjaman. NPL pada sektor ini sebesar 0,37 % dan
berkontribusi menyumbang NPL sebesar 11,19% terhadap sektor lain secara
keseluruhan.
NPL terbesar ada di sektor usaha perdagangan besar dan eceran, sangat dominan
dibandingkan dengan sektor lain (61,09%), meskipun demikian persentase NPL untuk
perdagangan ( OS/NPL) masih dalam batas wajar di bawah 3% yaitu sebesar 2,87%.
- Pinjaman konsumsi, pinjaman modal kerja dan pinjaman investasi
(Posisi November 2015)
Pertumbuhan kredit Modal kerja dan investasi selalu mengalami peningkatan seiring
perkembangan usaha nasabah eksisting yang semakin ekspansif dan perkembangan
ekonomi daerah yang berdampak pada peningkatan modal kerja di masyarakat.
Menjelang akhir tahun 2015 pertumbuhan Program kredit Investasi BRI banyak terserap
pada sektor usaha perkebunan, khusunya kelapa sawit.
- Kredit KUR, Karakter Nasabah KUR dan NPL KUR
(Posisi November 2015)
Pertumbuhan Kredit KUR baik KUR mikro dan Ritel sama – sama tumbuh signifikan
dari tahun 2013 ke tahun 2015. Pada tahun 2014 penurunan KUR Ritel disebabkan oleh
adanya kebijakan Pemerintah yang untuk sementara menghentikan penyaluran KUR.
Penyebab NPL pada kredit KUR disebabkan oleh faktor resiko pasar, yang mana sebagian
besar usaha yang dibiayai melalui KUR sebagian besar masih belum resisten terhadap
perubahan iklim pasar. Misalnya pengaruh naik turunnya harga komoditas perdagangan
seperti hasil pertanian dan perkebunan. Penyaluran KUR didasarkan pada usaha – usaha
masyarakat yang sedang tumbuh dan belum bankable. Celah inilah yang kadang disalah
No Pinjaman Desember 2013 Desember 2014 November 2015 1. Konsumsi 91.341 87.236 82.369 2. Modal Kerja 1.574.572 1.625.717 1.711.489 3. Investasi 192.853 234.165 1.429.940
No Pinjaman KUR Desember 2013 Desember 2014 November 2015 1. KUR Mikro 287.269 321.469 124.644 NPL 5.133 8.523 8.407 2. KUR Ritel 155.468 149.747 76.489 NPL 3.268 2.089 4.170
gunakan oleh nasabah untuk memanfaatkan Kredit KUR dan menggunakannya tidak sesuai
peruntukan.
Komitmen BRI dalam menyalurkan KUR diwujudkan dengan selalu menambah tenaga
Pemasar KUR dan memperluas target Pasar. Tenaga Pemasar KUR BRI sebagian besar
merupakan SDM eksisting yang telah dibekali pengetahuan dasar perbankan yang siap
diterjunkan untuk melayani masayarakat khususnya ekonomi kecil melalui penyaluran
KUR.
- Pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan yang memberikan sumbangan
terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat:
Berikut Pembiayaan Bank BRI berdasarkan pada produk pinjaman yang paling banyak
dipasarkan di masyarakat yaitu Pinjaman Mikro dan Kredit Pegawai:
Kredit Usaha Mikro Kecil dan menengah
Sektor dengan Share Tertinggi Kupedes:
Perdagangan Grosir dan eceran (47,17%)
Pertanian, perburuan dan sarana pertanian (38,73%)
Jasa Kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan lainnya (4,89%)
Sektor dengan Share Tertinggi KUR Mikro:
Pertanian, perburuan dan sarana pertanian (46,42%)
Perdagangan Grosir dan eceran (40,43%)
Jasa Kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan lainnya (5,11%)
Sektor dengan Share Tertinggi Briguna :
Penerimaan Kredit Bukan Lapangan Usaha (99,98%)
Sektor dengan Share Tertinggi Kupedes Rakyat:
Perdagangan Grosir dan eceran (51,23%)
Pertanian, perburuan dan sarana pertanian (31,84%)
Jasa Kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan lainnya (7,89%)
Sektor yg memiliki NPL tinggi (posisi 30 November 2015):
NPL Kupedes tertinggi di sektor :
Pertambangan dan penggalian (10,00%)
Jasa kesehatan dan sosial ( 3,81%)
Perikanan (3,75%)
NPL KUR MIKRO tertinggi di sektor :
Perikanan (13,66%)
Real estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan ( 8,97%)
Listrik, gas, dan air (8,33%)
NPL Kupedes Rakyat tertinggi di sektor :
Jasa pendidikan (23,11%)
Transportasi, pergudangan, dan komunikasi ( 5,41%)
Penyediaan akomodasi, dan makan minum (2,05%)
NPL Briguna Mikro tertinggi di sektor :
Penerimaan Kredit Bukan Lapangan Usaha (0,26%)
- Data perkembangan Ekonomi dan proyeksi investasi strategis yang diminati
investor di Kalimantan Barat.
Sektor Pertanian dan Perkebunan masih akan menjadi sektor yang diminati investor.
Dari sisi perbankan, dapat dilihat pada komposisi portofolio pinjaman yang masih tinggi
di sektor ini yaitu sebesar 46 %. Dan jumlah ini akan semakin meningkat seiring dengan
stabilnya harga komoditas pertanian dan perkebunan.
- Permasalahan perbankan yang terjadi saat ini di Provinsi Kalimantan Barat:
Dampak ekonomi Makro yang terlihat dari ketidakstabilan harga komoditas
pertanian dan perkebunan khususnya harga TBS Kelapa Sawit telah menimbulkan
penurunan stabilitas pinjaman pada sektor usaha ini. Hal ini menimbulkan resiko
peningkatan NPL dan penurunan produktifitas pada usaha – usaha lain. Hal ini
disebabkan sebagian besar nasabah di sektor pertanian dan perkebunan ini memiliki
usaha – usaha di sektor lain yang pembiayaannya tergantung pada sektor usaha ini.
e. BANK KALBAR
- Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Kalbar REKAP PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA BANK KALBAR
DARI 31 DESEMBER 2012 HINGGA POSISI NOVEMBER 2015
NO JENIS D P K
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 POSISI NOV 2015
NOMINAL Jlh. Rek. NOMINAL Jlh. Rek. NOMINAL Jlh. Rek. NOMINAL Jlh. Rek.
1 GIRO 1,469,222 12,780 1,773,086 13,544 1,935,974 15,013 4,712,611 15,338
2 TABUNGAN 3,459,134 559,632 4,250,175 871,618 4,350,971 959,688 3,964,055 1,028,979
3 DEPOSITO 1,952,416 5,362 2,056,908 5,879 3,068,486 6,874 3,662,355 7,252
TOTAL DPK 6,880,772 577,774 8,080,169 891,041 9,355,430 981,575 12,339,021 1,051,569.00
NO JENIS D P K
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
2012 S/D 2013 2013 S/D 2014 2014 S/D NOV 2015
NOMINAL Jlh. Rek. NOMINAL Jlh. Rek. NOMINAL Jlh. Rek.
1 GIRO 303,864 764 162,888 1,469 2,776,637 325
2 TABUNGAN 791,040 311,986 100,796 88,070 (386,916.12) 69,291
3 DEPOSITO 104,492 517 1,011,577 995 593,870 378
TOTAL 1,199,396 313,267.00 1,275,262 90,534.00 2,983,591 69,994.00
Dana Pihak Ketiga (DPK) dari tahun 2012 - 2014 terjadi pertumbuhan diikuti dengan
bertambahnya jumlah rekening:
Perkembangan DPK Tahun 2013
Giro meningkat sebesar Rp. 303 M, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar 764
rekening
Tabungan meningkat sebesar Rp. 791 M, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar
311.986 rekening
Deposito meningkat sebesar Rp. 104 M, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar
517 rekening
Perkembangan DPK Tahun 2014
Giro meningkat sebesar Rp. 167 M, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar
1.469 rekening
Tabungan meningkat sebesar Rp. 101 M, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar
88.070 rekening
Deposito meningkat sebesar Rp. 1 T, diikuti jumlah rekening yang tumbuh sebesar 995
rekening
Perkembangan DPK Posisi November 2015
Giro mengalami peningkatan sebesar Rp. 2,7 T, dengan jumlah rekening yang tumbuh
sebesar 325 rekening
Posisi Tabungan jika dibandingkan dengan posisi Tahun 2014 mengalami penurunan
sebesar Rp. 386 M, namun jumlah rekening tumbuh sebesar 69.291 rekening
Deposito mengalami peningkatan sebesar Rp. 594 M, dengan jumlah rekening yang
tumbuh sebesar 378 rekening
- Perkembangan Aset Perusahaan
dalam jutaan rupiah
NO TAHUN JUMLAH ASET NAIK/TURUN +/- (%)
1 2012 8,394,579 - 0.00%
2 2013 9,642,735 1,248,156 14.87%
3 2014 11,217,617 1,574,882 16.33%
4 Nov-15 14,500,477 3,282,860 29.27%
Dari data perkembangan aset perusahaan, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
Jumlah aset pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012 naik sebesar
Rp1.248.156 atau mengalami pertumbuhan sebesar 14,87%. Kenaikan tersebut terutama
karena kenaikan pada aset lancar yaitu pada Kredit yang diberikan yang mengalami
kenaikan sebesar Rp1.073 atau mengalami pertumbuhan sebesar 17,97% dari tahun
2012.
Jumlah aset pada tahun 2014 jika dibanding dengan tahun 2013 naik sebesar
Rp1.574.882 atau mengalami pertumbuhan sebesar 16,33%. Kenaikan tersebut terutama
karena kenaikan pada aset lancar yang terdiri dari :
Giro pada Bank Indonesia tahun 2014 dibanding dengan tahun 2013 naik sebesar
Rp442 atau mengalami pertumbuhan sebesar 65,64%.
Kredit yang diberikan tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 naik sebesar Rp1.102
atau mengalami pertumbuhan sebesar 15,65%.
Jumlah aset pada bulan November 2015 jika dibandingkan tahun 2014 naik sebesar
Rp3.282.860 atau mengalami pertumbuhan sebesar 29,27%. Kenaikan tersebut terutama
karena kenaikan pada aset lancar yang terdiri dari :
Penempatan pada Bank Indonesia bulan November 2015 dibanding 2014 naik
sebesar Rp1.905.638 atau mengalami pertumbuhan sebesar 170,82%.
Penempatan pada bank lain bulan November 2015 dibanding dengan tahun 2014
naik sebesar Rp345.813 atau mengalami pertumbuhan sebesar 44,26%.
Kredit yang diberikan bulan November 2015 dibandingkan tahun 2014 naik sebesar
Rp640.851 atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,87%.
- PINJAMAN INVESTASI, MODAL KERJA DAN KONSUMTIF
dalam jutaan rupiah
Dari data kredit berdasarkan jenis penggunaan diatas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
Kredit dari tahun 2012 - 2015 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu
sebesar 47,16%
Kredit investasi mengalami pertumbuhan 213,76%
Kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 127,18%
Kredit konsumtif mengalami pertumbuhan sebesar 28,46%
Kendala yang dihadapi oleh Bank Kalbar selama kurun waktu tahun 2012 - 2015 yaitu,
terdapat kesulitan untuk menumbuhkan kredit konsumtif seperti halnya kredit produktif.
Hal ini disebabkan sebagian besar PNS yang berada di wilayah Kalimantan Barat telah
menikmati fasilitas kredit yang ada di Bank Kalbar maupun di bank lain. Pertumbuhan
kredit hanya mengharapakan suplesi maupun top up dari PNS yang telah menikmati
kredit di Bank Kalbar serta take over dari bank lain. Selain itu, penyaluran kredit
konsumtif juga mengharapkan adanya penerimaan CPNS/ PNS baru, sehingga jika pada
tahun tertentu tidak terdapat penerimaan CPNS/ PNS maka pertumbuhan kredit
konsumtif akan mengalami perlambatan.
- KREDIT USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
dalam jutaan rupiah
NO KREDIT
BERDASARKAN UMKM
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Nov-15
BD NSBH BD NSBH BD NSBH BD NSBH
1 Kredit Mikro 93,450 4,010 122,295 5,106 115,131 4,897 842,330 11,963
2 Kredit Kecil 429,039 2,649 866,663 5,959 1,092,414 7,895 692,043 1,831
3 Kredit Menengah
188,297 181 321,052 340 462,143 472 331,226 207
TOTAL 710,786 6,840 1,310,010 11,405 1,669,689 13,264 1,865,599 14,001
NO
KREDIT BERDASARKAN
JENIS PENGGUNAAN
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Nov-15
BD NSBH BD NSBH BD NSBH BD NSBH
1 Kredit Investasi 254,776 2,433 453,575 4,385 661,719 4,956 799,392 5,392
2 Kredit Modal Kerja 653,249 4,417 1,175,571 7,030 1,375,701 8,318 1,484,077 8,623
3 Kredit Konsumtif 5,064,188 64,634 5,416,503 62,760 6,110,625 62,587 6,505,426 64,070
TOTAL 5,972,213 71,484 7,045,648 74,175 8,148,045 75,861 8,788,896 78,085
Dari data kredit berdasarkan UMKM diatas, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
Kredit UMKM dari tahun 2012 - 2015 mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu
sebesar 162,47%
Kredit mikro mengalami pertumbuhan sebesar 801,37%
Kredit kecil mengalami pertumbuhan sebesar 61,30%
Kredit menengah mengalami pertumbuhan sebesar 75,91%
Kendala yang dihadapi oleh Bank Kalbar dalam penyaluran kredit UMKM selama kurun
waktu tahun 2012 - 2015 adalah:
Pengusaha UMKM yang berada di Kalimantan Barat, terutama di kecamatan/ desa
kebanyakan tidak memiliki agunan berupa SHM.
Debitur pengusaha mikro tidak konsisten dalam menjalankan usahanya (Jenis usaha
sering berubah)
Wilayah Kalimantan Barat cukup luas, sehingga pemasaran kredit UMKM ke daerah
pelosok sulit dilakukan.
- DATA KREDIT USAHA RAKYAT
NO KREDIT USAHA RAKYAT TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Nov-15
BD NSBH BD NSBH BD NSBH BD NSBH
1 REALISASI 171,321 1,335 246,792 1,641 280,377 1,773 167,593 1,265
2 NPL 795 12 2,051 32 4,207 45 8,593 84
0,46%
0,83%
1,50%
5,13%
Dari data kredit usaha rakyat diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan kredit usaha rakyat selama tahun 2012 - 2014 mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan yaitu sebesar 63,66%, namun pada tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 40,23% dari tahun 2014, hal ini disebabkan Pemerintah
memberhentikan sementara program KUR di tahun 2015 dan fasilitas kredit yang sedang
berjalan di Bank Kalbar banyak yang lunas pada tahun 2015.
Kendala yang dihadapi dalam penyaluran kredit usaha rakyat dari tahun 2012 - 2015 yaitu
terdapat peningkatan NPL yang cukup signifikan sebesar 4,66%. Peningkatan NPL tersebut
disebabkan oleh risiko kredit yang dikarenakan oleh faktor internal maupun eksternal
debitur. Ketidakmampuan debitur dalam menyelesaikan kewajibannya dikarenakan usaha
debitur sudah tidak berjalan lagi, menurunnya omset debitur dan kondisi perekonomian
yang tidak stabil sehingga menyebabkan harga komoditas karet dan sawit mengalami
penurunan.
Terhadap kredit yang tidak lancar tersebut (NPL) , akan dilakukan klaim kepada
perusahaan penjamin namun harus menunggu kolektibilitas 4.
- KREDIT PERUMAHAN DENGAN POLA FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN
PERUMAHAN (FLPP)
Bank Kalbar hingga saat ini belum menyalurkan kredit perumahan dengan pola FLPP
dikarenakan adanya denda yang dikenakan apabila Bank tidak mencapai target dalam
penyaluran kredit FLPP dan harga yang di tetapkan untuk perumahan tapak type 36
hanya sebesar Rp 95 juta, sedangkan harga pasar di wilayah Pontianak/ Kalbar sudah
seharga Rp 110 - Rp 120 juta.
Saat ini Bank Kalbar sedang mengajukan permohonan untuk menjadi Bank peserta FLPP
kepada Kementerian PUPERA melalui ASBANDA.
Saat ini Bank Kalbar telah menyalurkan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dengan dana
sendiri dan pinjaman dari SMF (Rp 50 milyar) dengan jumlah 972 debitur dengan
maksimum kredit Rp 211.906 juta dan Baki Debet sebesar Rp184.339 juta.
- DATA NPL PER SEKTOR EKONOMI Dalam jutaan rupiah
NO NPL PER SEKTOR EKONOMI TAHUN
2012 TAHUN
2013 TAHUN
2014 Nov-15
1 PERTANIAN, PERBURUAN DAN SARANA PERTANIAN 36,447 152,069 220,634 237,278
NPL 0.00% 0.02% 0.03% 0.03%
2 PERTAMBANGAN 816 2.725 2,570 1,989
NPL 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
3 PERINDUSTRIAN 39.020 60,084 69,184 77,187
NPL 0.00% 0.00% 0,03% 0.05%
4 LISTRIK GAS & AIR 49,024 54,334 58,307 49,102
NPL 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
5 KONSTRUKSI 53,719 139,549 207,089 383,396
NPL 0.00% 0.08% 0.05% 0.07%
6 PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL 499,077 843,947 1,111,180 1,196,024
NPL 0.00% 0,19% 0.27% 0.54%
7 PENGANGKUTAN, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 4,650 8,869 12,495 14,496
NPL 0.00% 0.01% 0.01% 0.00%
8 JASA-JASA DUNIA USAHA 93,684 277,638 291,899 287,123
NPL 0.00% 0.02% 0.02% 0.07%
9 JASA-JASA SOSIAL MASYARAKAT 127,665 89,930 64,062 36,874
NPL 0.00% 0.00% 0.00% 0.01%
10 LAIN - LAIN 5,068,112 5,416,503 6,110,625 6,505,426
NPL 0.04% 0.04% 0,09% 0.09%
TOTAL NPL GROSS 9,976 24,923 39,495 76,059
0.17% 0.35% 0,48% 0.87% CKPN 6,481 16,192 28,987 66,528
TOTAL NPL NETT 3,495 8,731 10,508 9,531
0.06% 0.12% 0.13% 0.11%
JUMLAH SEMUA SEKTOR EKONOMI 5,972,213 7,045,648 8,148,045 8,788,896
Dari data NPL per sektor ekonomi, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sektor ekonomi yang memiliki NPL paling tinggi adalah sektor perdagangan yaitu sebesar
0,54%. Sektor ekonomi dengan kenaikan NPL paling signifikan adalah pada sektor
perdagangan dengan peningkatan sebesar 0,44%.
Besarnya NPL didominasi oleh sektor perdagangan dikarenakan sektor perdagangan
merupakan sektor produktif yang paling dominan di Bank Kalbar, semakin besar kredit
tersebut maka risiko NPL juga semakin besar. Saat ini harga komoditas kelapa sawit dan
karet sedang mengalami penurunan yang signifikan, sehingga berimbas pada daya beli
masyarakat karena sebagian besar pendapatan masyarakat di Kalimantan Barat berada
pada sektor perkebunan kepala sawit dan karet.
2. DATA KREDIT TERKAIT PEMBIAYAAN YANG MEMBERIKAN SUMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KALBAR
NO
KREDIT BERDASARKAN SEKTOR EKONOMI
TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 Nov-15 KOMPOSI
SI BD NSBH BD NSBH BD NSBH BD NSBH
1 PERTANIAN, PERBURUAN DAN SARANA PERTANIAN
36.447 487 152.069 1.633 220.634 2.393 237.278 2.673 2.70%
2 PERTAMBANGAN 816 5 2.725 6 2.570 5 1.989 5 0.02%
3 PERINDUSTRIAN 39.020 429 60.084 566 69.184 597 77.187 639 0.88%
4 LISTRIK GAS & AIR 49.024 4 54.334 7 58.307 8 49.102 7 0.56%
5 KONSTRUKSI 53.719 209 139.549 494 207.089 539 383.396 919 4.36%
6 PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL
499.077 4.851 843.947 7.176 1.111.180 7.870 1.196.024 7.886 13.61%
7 PENGANGKUTAN, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
4.650 36 8.869 92 12.495 138 14.496 157 0.16%
8 JASA-JASA DUNIA USAHA 93.684 759 277.638 1.196 291.899 1.418 287.123 1.418 3.27%
9 JASA-JASA SOSIAL MASYARAKAT
127.665 69 89.930 245 64.062 306 36.874 311 0.42%
10 LAIN - LAIN 5.068.112 64.635 5.416.503 62.760 6.110.625 62.587 6.505.426 64.070 74.02%
TOTAL 5.972.213 71.484 7.045.648 74.175 8.148.045 75.861 8.788.896 78.085 100.00%
Dari data kredit berdasarkan sektor ekonomi, dapat dijelaskan bahwa sektor yang
memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan kredit Bank Kalbar yaitu pada
sektor lain-lain (konsumtif) sebesar 74,02%, sektor perdagangan sebesar 13,61% dan
pengadaan barang dan jasa (konstruksi) sebesar 4,36%.
Kredit konsumtif merupakan produk unggulan Bank Kalbar, sehingga kredit tersebut
memiliki komposisi terbesar diantara sektor yang lain. Kredit perdagangan juga
merupakan produk unggulan untuk kredit produktif di Bank Kalbar, setelah itu disusul
oleh sektor konstruksi. Sektor konstruksi merupakan sektor yang juga dihandalkan oleh
Bank Kalbar, karena kebanyakan pengerjaan jasa konstruksi di Kalbar pencairan
terminnya melalui Bank Kalbar sehingga pembiayaan juga dilakukan oleh kontraktor
melalui Bank Kalbar.
3. PERKEMBANGAN EKONOMI PERDAGANGAN PROYEKSI INVESTASI KEDEPAN DI
WILAYAH KALBAR
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2015 dari sisi
sektoral terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi
utama, yaitu sektor pertanian dan sektor konstruksi. Dengan demikian, sektor yang baik
untuk kegiatan investasi kedepan diwilayah Kalimantan Barat yaitu sektor pertanian dan
sektor konstruksi, hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kredit di Bank Kalbar dari
tahun 2012 - 2015 pada sektor konstruksi sebesar 613,71% dan sektor pertanian sebesar
551,02%. Sektor pertanian didominasi oleh perkebunan lada, pasokan aneka sayur dan
bumbu. Namun untuk sektor perkebunan kelapa sawit dan karet sedang mengalami
hambatan yang disebabkan oleh turunya harga komoditas tersebut.
4. PERMASALAHAN PERBANKAN DI KALIMANTAN BARAT
Kemampuan masyarakat untuk melakukan saving berkurang karena selama ini
penghasilan masyarakat umumnya ditopang oleh sektor sawit dan karet sedang
mengalami penurunan dikarenakan menurunnya harga komoditas tersebut. Oleh
karena hal tersebut, daya beli masyarakat juga berkurang sehingga dalam penyaluran
kredit konsumtif/ perdagangan juga mengalami hambatan.
Kondisi ketenagakerjaan kembali mengalami penurunan. Tingkat pengangguran
menunjukkan peningkatan cukup tajam dan merupakan kondisi tingkat pengangguran
tertinggi di Kalimantan Barat setidaknya sejak tahun 2011. Peningkatan jumlah
pengangguran tertinggi terdapat di sektor pertambangan dan penggalian. Nilai Tukar
Petani (NTP) pada triwulan III 2015 kembali menunjukkan penurunan. Faktor
pendorong utama penurunan NTP pada triwulan laporan adalah relatif turunnya NTP
subsektor pertanian padi dan palawija, sementara subsektor hotikultura mengalami
peningkatan sebesar 2,11% (yoy). Rendahnya indeks NTP untuk subsektor padi dan
palawija diduga erat terkait kesulitan yang dihadapi oleh petani dalam mendapatkan
pupuk, terutama pupuk urea yang dibutuhkan dalam masa tanam padi.
NPL Perbankan mengalami peningkatan dari tahun 2014 hal ini disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
- Kemampuan membayar debitur menurun dikarenakan omset penjulan debitur
menurun, sehingga terdapat ketidakmampuan ataupun kekurangan terhadap
angsuran kredit. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi di Indonesia
terutama di Kalimantan Barat mengalami hambatan.
- Debitur-debitur yang bergerak dibidang pertanian/ perkebunan terutama karet
dan kelapa sawit kehilangan pendapatan yang cukup besar, hal ini disebabkan
menurunnya harga kedua komoditi tersebut, sehingga secara langsung
mempengaruhi kemampuan membayar debitur untuk mengangsur kredit dan
secara tidak langsung mempengaruhi usaha debitur-debitur yang bergerak
disektor perdagangan dikarenakan menurunnya daya beli masyarakat/ pelanggan
debitur-debitur tersebut.
III. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XI DPR RI ke Provinsi Kalimantan Barat.
Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh didalam laporan ini dapat
menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam Rapat-rapat Komisi XI DPR RI.
Jakarta, Desember 2015
Tim Kunjungan Kerja Komisi XI DPRRI
Ketua,
ttd
DR. IR Fadel Muhammad