laporan survey tinjau keberadaan lapisan batubara pada formasi nanggulan kabupaten kulon progo

29
LAPORAN SURVEY TINJAU KEBERADAAN LAPISAN BATUBARA PADA FORMASI NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO Oleh ; Kelompok 9 1. MARIANA SOARES DE DEUS 2. DIMAS GALU SUGIARTO 3. ABDULLO FIKRI 4. ARIF CAHYA DERMAWAN 5. MARCHEL MANOARFA 6. MAURICE ERWIN YUNIARDY 7. YOHANES ANGILIKUS AMPU 8. NATANIEL PADAUNAN 9. BAGUS DWI HERMANTO 10. CRISPIM MIRANDA (1111 ) (1111 ) (1111 ) (1111 ) (1111 ) (1111 ) (111101055) (1111 ) (1111 ) (1111 )

Upload: angel-ampu

Post on 18-Jan-2016

138 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Geos

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

LAPORAN SURVEY TINJAU KEBERADAAN LAPISAN BATUBARA PADA FORMASI NANGGULAN KABUPATEN

KULON PROGO

Oleh ;

Kelompok 9

1. MARIANA SOARES DE DEUS2. DIMAS GALU SUGIARTO3. ABDULLO FIKRI4. ARIF CAHYA DERMAWAN5. MARCHEL MANOARFA6. MAURICE ERWIN YUNIARDY7. YOHANES ANGILIKUS AMPU8. NATANIEL PADAUNAN9. BAGUS DWI HERMANTO10. CRISPIM MIRANDA

(1111 )(1111 )(1111 )(1111 )(1111 )(1111 )(111101055)(1111 )(1111 )(1111 )

JURUSAN TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA2013

Page 2: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum

pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai

karunia Tuhan yang maha esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi

hajat hidup orang banyak, karena itu pengeloloanya harus dikuasai oleh negara

untuk memberi nilai tambah secara nyatabagi perekonomian nasional dalam usaha

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadialan ( Undang

Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2009).

Endapan batubara adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi

material organik yang berasal dari sisa sisa tumbuhan yang telah mengalami

proses litifikasi untuk membentuk lapisan batubara. Material tersebut telah

mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfisme oleh peningkatan

panas dan tekanan dalam periode geologis.

Survey tinjau merupakan tahapan eksplorasi batubara yang paling awal

dengan tujuan mengidentifikasih daerah daerah yang secara geologis mengandung

endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta

mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tataguna lahan, dan

kesampaian daerah (Klasifikasi Sumber daya dan cadangan batubaara, SNI,

1998).

Di Daerah Istimewa Yogyakarta, di Kabupaten Kulon Progo, di

Kecamatan Nanggulan, terdapat formasi batuan yang mengandung batubara yaitu

Formasi Nanggulan, yaitu batupasir dengan sisipan lignit.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya survei tinjau adalah untuk mendapatkan data data

berupa lokasi, sebaran formasi yang mengandung batubara dan data-data teknis

geologi lainnya dan Maksud dari pembuatan laporan ini adalah sebagai salah satu

Page 3: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

syarat untuk memenuhi tugas ke empat matakuliah Geologi Batu Bara pada

Semester V (lima).

Sedangkan tujuan penyelidikan adalah menginventarisir endapan batubara

yang ada di daerah tersebut dengan menentukan lokasi-lokasi singkapan batubara

dan untuk mengetahui penyebaran dari batubara. melaporkan daerah prospeksi

hasil temuan dilapangan dengan memplotkannya pada peta sebaran endapan

batubara.

I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif daerah penelitian terletak di daerah tingkat I yaitu

Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten Kulon Progo, Kecamatan Nanggulan.

dengan luas daerah kecamatan Nanggulan sekitar 3,960.670 hektar yang memiliki

persentase 6.756 % dari total luas wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Untuk mencapai Kecamatan Nanggulan Kabupaten kulon progo dari kota

yogyakarta dapat dicapai dengan roda 2 atau 4, melewati jalur sebagai berikut :

Yogyarta – Godean – Ngijo – Ngampak – Kenteng (jarak tempuh sekitar 20 Km,

dengan waktu tempuh lebih kurang 35 menit).

I.4. Metode dan Tahap Survey

Di dalam kegiatan eksplorasi pada umumnya an survey tinjau pada

khususnya, metode penelitian yang digunakan adalah:

a. Desk Study, meliputi : mempelajari peta Geologi Regional, hasil

penelitian terdahulu, interpretasi peta topografi atau peta rupa bumi,

interpretasi citra satelit atau foto udara.

b. Pemetaan geologi permukaan, meliputi ploting lokasi, pengamatan data

geologi (meliputi geomorologi, litologi, struktur geologi, geologi

lingkungan), dokumentasi dan pengambilan contoh batuan.

c. Analisis data dan pembuatan laporan geologi meliputi : Peta lintasan dan

peta lokasi pengamatan, Peta geomorfologi, Peta geologi di sertai dengan

penjelasan (Draft) yang dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari tabel

data pengamatan geologi, dan penampang stratigrafi terukur.

Page 4: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

I.5.Peralatan Survey

Peralatan survey yang digunakan antara lain :

a. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, skala 1: 100.000

b. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Sumber Agung (1408-232), skala 1:

25.000

c. Peta Topografi, skala 1: 10.000

d. Kompas Geologi

e. Palu Geologi jenis Beku atau sedimen

f. Handheld GPS (Garmin type 76 csx)

g. Loupe

h. Kamera

i. Roll meter panjang 7,5 m

j. Clip Board

k. Alat tulis (pensil, pensil warna, penggaris, busur derajat, dll)

l. Kantong contoh batuan (plastik sample) dll.

I.6. Peneliti Terdahulu

Rahardjo, W., drr., (1977, 1995), meneliti daerah Yogyakarta dan

sekitarnya, hasilnya disusun dalam bentuk Peta Geologi Lembar Yogyakarta,

Skala 1 : 100.000, yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Bandung.

Page 5: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

II.1. Geomorfologi Regional

Menurut penelitian Van Bemmelen (1948), secara fisiografis Jawa Tengah

dibagi menjadi 3 zona, yaitu;

a. Zona Jawa Tengah bagian utara yang merupakan Zona Lipatan

b. Zona Jawa Tengah bagian tengah yang merupakan Zona Depresi

c. Zona Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan Zona Plato

Berdasarkan letaknya, Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa

Tengah bagian selatan maka daerah Kulon Progo merupakan salah satu plato yang

sangat luas yang terkenal dengan nama Plato Jonggrangan (Van Bemellen, 1948).

Daerah ini merupakan daerah  uplift yang memebentuk dome yang

luas. Dome tersebut relatif berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 32

km yang melintang dari arah utara - selatan, sedangkan lebarnya sekitar 20 km

pada arah barat - timur. Oleh Van Bemellen Dome tersebut diberi nama Oblong

Dome.

Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah kabupaten Kulon Progo dibagi

menjadi beberapa satuan geomorfologi antara lain, yaitu :

a. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuan pegunungan Kulon Progo mempunyai ketinggian berkisar antara

100 – 1200 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng sebesar

150 – 160. Satuan Pegunungan Kulon Progo penyebarannya memanjang

dari utara ke selatan dan menempati bagian barat wilayah Daerah Istimewa

Yogyakarta, meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo dan Samigaluh.

Daerah pegunungan Kulon Progo ini sebagian besar digunakan sebagai

kebun campuran, permukiman, sawah dan tegalan.

b. Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan perbukitan Sentolo ini mempunyai penyebaran yang

sempit dan terpotong oleh kali Progo yang memisahkan wilayah

Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul. Ketinggiannya berkisar

Page 6: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

antara 50 – 150 meter diatas permukaan air laut dengan besar kelerengan

rata – rata 15 0. Di wilayah ini, satuan perbukitan Sentolo meliputi daerah

Kecamatan Pengasih dan Sentolo.

c. Satuan Teras Progo

Satuan teras Progo terletak disebelah utara satuan perbukitan Sentolo dan

disebelah timur satuan Pegunungan Kulon Progo, meliputi kecamatan

Nanggulan dan Kali Bawang, terutama di wilayah tepi Kulon Progo.

d. Satuan Dataran Alluvial

Satuan dataran alluvial penyebarannya memanjang dari barat ke timur,

daerahnya meliputi kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan

sebagian Lendah. Daerahnya relatif landai sehingga sebagian besar

diperuntukkan untuk pemukiman dan lahan persawahan.

e. Satuan Dataran Pantai

1. Subsatuan Gumuk Pasir

Subsatuan gumuk pasir ini memiliki penyebaran di sepanjang pantai

selatan Yogyakarta, yaitu pantai Glagah dan Congot. Sungai yang

bermuara di pantai selatan ini adalah kali Serang dan kali Progo yang

membawa material berukuran besar dari hulu. Akibat dari proses

pengangkutan dan pengikisan, batuan tersebut menjadi batuan berukuran

pasir. Akibat dari gelombang laut dan aktivitas angin, material tersebut

diendapkan di dataran pantai dan membentuk gumuk – gumuk pasir.

2. Subsatuan Dataran Alluvial Pantai

Subsatuan dataran alluvial pantai terletak di sebelah utara subsatuan

gumuk pasir yang tersusun oleh material berukuran pasir halus yang

berasal dari subsatuan gumuk pasir oleh kegiatan angin. Pada subsatuan

ini tidak dijumpai gumuk – gumuk pasir sehingga digunakan

untuk persawahan dan pemukiman penduduk.

II.2. Stratigrafi Regional

Secara regional daerah penelitian merupakan bagian dari stratigrafi

daerah Pegunungan Kulon Progo (bagian utara) yang telah disusun oleh Rahardjo

Page 7: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

et al (1995). Lokasi penelitian berada pada peta geologi lembar Yogyakarta.

Berikut merupakan tatanan stratigrafi daerah Pegunungan Kulon Progo bagian

utara :

1. Formasi Nanggulan (Teon)

Formasi ini merupakan batuan tertua di Pegunungan Kulon Progo dengan

lingkungan pengendapannya adalah litorial pada fase genang laut.

Litologi penyusun formasi ini terdiri dari batupasir dengan sisipan lignit,

batunapal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan

batunapal dan batugamping, batupasir dan tuf kaya foraminifera yang

ketebalannya diperkirakan mencapai 350 meter. Berdasarkan atas studi

foraminifera plankton formasi ini diperkirakan berumur Eosen Tengah

sampai Oligosen Atas.

2. Formasi Kebobutak (Tmok)

Formasi Kebobutak merupakan bagian dari Formasi Andesit Tua (OAF)

yang ada di Jawa Tengah. Litologi penyusun formasi ini adalah breksi

andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit. Lavanya

terutama terdiri dari andesit augit- hornblende. Kepingan tuf napalan

yang merupakan hasil rombakan dari lapisan yang lebih tua dijumpai di

kaki Gunung Mudjil, di dekat bagian bawah formasi ini. Fosil plankton

pada kepingan ini berupa Globigerina Caperoensis Bolli, Globigerina

Yeguaensis, dan Globigerina bulloides menunjukkan umur Oligosen

Atas. Dengan demikian, Formasi Kebobutak berumur Oligosen Atas

sampai Miosen Bawah dengan ketebalan kira – kira mencapai 660 m.

3. Formasi Jonggrangan (Tmj)

Litologi penyusun bagian bawah dari formasi ini adalah konglomerat

yang ditindih oleh napal tufaan dan batupasir gampingan dengan sisipan

lignit. Ketebalan formasi ini mencapai 250 meter. Formasi ini berumur

Miosen Bawah, dan di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah

Formasi Sentolo.

4. Formasi Sentolo (Tmps)

Page 8: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Formasi ini tersusun oleh batugamping dan batupasir napalan. Bagian

bawah dari formasi ini terdiri dari konglomerat yang ditumpuki oleh

napal tufaan dengan sisipan tuf. Batuan ini ke arah atas berangsur-angsur

berubah menjadi batugamping berlapis yang kaya akan fosil

foraminifera.

5. Endapan alluvial (Qa)

Endapan aluvial ini terdiri dari kerakal, pasir, lanau, dan lempung

sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai.

6. Endapan Gunungapi Sumbing Muda (Qsm)

Endapan ini tersusun oleh pasir tufan, tuf pasiran, dan breksi andesit.

III.3 Struktur Geologi Regional

Daerah Kulon Progo mengalami tiga kali fase tektonik (Rahardjo et al,

1995). Fase tektonik pertama terjadi pada Oligosen Awal dengan disertai aktifitas

vulkanisme. Fase kedua terjadi pada Miosen Awal terjadi penurunan daerah

Kulon Progo. Kemudian, fase ketiga terjadi pada Pliosen sampai Pleistosen terjadi

fase tektonik berupa pengangkatan dan aktivitas vulkanisme.

1. Fase Tektonik Oligosen Awal – Oligosen Akhir.

Fase tektonik Oligosen Awal terjadi proses pengangkatan daerah Kulon

Progo yang dicirikan oleh ketidakselarasan Formasi Nanggulan yang

diendapkan di darat. Fase tektonik ini juga mengaktifkan vulkanisme di

daerah tersebut ,yang tersusun oleh beberapa sumber erupsi.

Perkembangan vulkanisme di Kulon Progo tidak terjadi bersamaan,

namun di mulai oleh Gunung Gajah (bagian tengah Pegunungan Kulon

Progo), kemudian berpindah ke selatan pada Gunung Idjo, dan terakhir

berpindah ke utara pada Gunung Menoreh.

2. Fase Tektonik Miosen Awal.

Pada pertengahan Miosen Awal terjadi fase tektonik kedua berupa

penurunan daerah Kulon Progo. Penurunan ini dicirikan oleh berubahnya

lingkungan pengendapan , yaitu dari Formasi Kebobutak yang

diendapkan di darat menjadi Formasi Jonggrangan yang diendapkan di

Page 9: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

laut dangkal. Pada fase ini, hampir semua batuan gunungapi Formasi

Kebobutak tertutup oleh batugamping Formasi Jonggrangan,

menandakan adanya genangan laut regional.

3. Fase Tektonik Pliosen – Pleistosen.

Pada akhir Pliosen terjadi fase tetonik ketiga di daerah Kulon Progo,

berupa pengangkatan. Proses ditandai oleh berakhirnya pengendapan

Formasi Sentolo di laut dan diganti oleh sedimentasi darat berupa aluvial

dan endapan gunung api kuarter. Fase tektonik inilah yang mengangkat

daerah Kulon Progo menjadi pegunungan kubah memanjang yang

disertai dengan gaya regangan di utara yang menyebabkan terpancungnya

sebagian Gunung Menoreh. Bisa dikatakan bahwa fase tektonik inilah

yang membentuk morfologi Pegunungan Kulon Progo saat ini.

BAB IIIHASIL PENELITIAN

III.1 Geomorfologi

Formasi Nanggulan menempati daerah dengan morfologi perbukitan

bergelombang rendah hingga menengah dengan tersebar merata di daerah

Nanggulan (bagian timur Pegunungan Kulon Progo). Secara setempat formasi ini

juga dijumpai di daerah Sermo, Gandul, dan Kokap yang berupa lensa-lensa atau

Page 10: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

blok xenolit dalam batuan beku andesit. Geomorfologi yang di jumpai

berdasarkan hasil survey tinjau pada lokasi penelitian berupa perbukitan

bergelombang rendah sampai sedang dan tubuh sungai. Lapisan batubara jenis

lignit yang dijumpai pada lokasi menelitian berada tepat di tubuh sungai.

Morfologi bergelombang rendah atau landai di manfaatkan penduduk sekitar

untuk dijadikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan.

III.2 Stratigrafi

Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo,

Nanggulan. Van Bemmelen menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan

tertua di Pegunungan Kulon Progo dengan lingkungan pengendapannya adalah

litoral pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri dari batupasir dengan

sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal

dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan moluska,

diperkirakan ketebalannya 350 m. Wilayah tipe formasi ini tersusun oleh endapan

laut dangkal, batupasir, serpih, dan perselingan napal dan lignit. Berdasarkan atas

studi Foraminifera planktonik, maka Formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran

umur antara Eosen Tengah sampai Oligosen. Formasi ini tersingkap di bagian

timur Kulon Progo, di daerah Sungai Progo danSungai Puru.

III.3 Struktur Daerah Nanggulan

Daerah nanggulan termasuk ke dalam daerah kulon progo yang mempunyai

struktur geologi sebagai berikut :

1. Struktur Dome

Menurut Van Bemmelen (1948), pegunungan Kulon Progo secara

keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km

mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah

lonjong ini berupa satu dataran yang luas disebut jonggrangan plateu.

Kubah ini memanjang dari utara ke selatan dan terpotong dibagian

utaranya oleh sesar yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun oleh

dataran magelang, sehingga sering disebut oblong dome. Pemotongan ini

Page 11: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

menandai karakter tektonik dari zona selatan jawa menuju zona tengah

jawa. Bentuk kubah tersebut adalah akibat selama pleistosen, di daerah

mempunyai puncak  yang relative datar dan sayap – sayap yang miring

dan terjal. Dalam  kompleks pegunungan Kulon Progo khususnya pada

lower burdigalian terjadai penurunan cekungan sampai di bawah

permukaan laut yang menyebabkan terbentuknya sinklin pada kaki

selatan pegunungan Menoreh dan sesar dengan arah  timur – barat yang

memisahkan  gunung Menoreh denagn vulkan gunung Gadjah. Pada

akhir miosen daerah Kulon Progo merupakan dataran rendah dan pada

puncak Menoreh membentang pegunungan sisa dengan ketinggian

sekitar 400 m. secara keseluruhan kompleks pegunungan Kulon Progo

terkubahkan selama pleistosen yang menyebabkan terbentuknya sesar

radial yang memotong breksi gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar

yang memotong batu gamping Jonggrangan. Pada bagian tenggara kubah

terbentuk graben rendah.

2. Unconformity

Di daerah kulon progo terdapat kenampakan ketidakselarasan

(disconformity) antar formasi penyusun kulon progo.Kenampakan telah

dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi andesit tua yang

diendapkan tidak selaras di atas formasi Nanggulan, formasi Jonggrangan

diendapkan secara tidak selaras diatas formasi Andesit Tua, dan formasi

Sentolo yang diendapkan secara tidak selaras diatas formasi

Jonggrangan.

III.4 Keterdapatan Lignit

Selama penyelidikan berlangsung hanya ditemukan 1 (satu) singkapan

lapisan batubara jenis lignit yang memperlihatkan struktur kayu dengan tebal 32

cm dan terdapat lensa dalam lapisan batubara tersebut dan tempat keberadaan

lapisan batubara tersebut berada tepat pada tepi tubuh sungai dengan kedudukan

lapisan batubara tersebut N1340/11°. lapisan atas (Roof) dari lapisan batubara

tersebut berupa batulempung biru dan lapisan bawah (floor) berupa batupasir.

Page 12: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Kesulitan mendapatkan singkapan batubara pada Formasi Nanggulan

tersebut disebabkan selain lapisan batuan mempunyai kemiringan yang hampir

landai di pengaruhi juga oleh kondisi cuaca yang kurang mendukung. Kendala

lainnya yang dihadapi dilapangan adalah gangguan air sungai yang sangat tinggi

karena seringskali turun hujan sehingga menutup singkapan yang mungkin ada.

Berikut adalah hasil dari data lapangan yang di peroleh dari setiap lokasi

pengamatan :

LP 1

Hari, tanggal :

Lokasi :

Waktu :

Litologi :

Cuaca :

Vegetasi :

Morfologi :

Koordinat :

Elevasi :

11.00 WIB

Kolovium

Mendung

Sedang

Perbukitan (tubuh sungai)

S

B

Foto

Page 13: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

LP 2

Hari, tanggal :

Lokasi :

Waktu :

Litologi :

Cuaca :

Vegetasi :

Morfologi :

Koordinat :

Elevasi :

12.00 WIB

Batuan sedimen

Mendung

Sedang

Perbukitan (tubuh sungai)

S

B

Foto

Deskripsi Lignit :

Warna :

Struktur :

Ukuran butir :

Bentuk butir :

Sortasi :

Kemas :

Hitam (lengket)

Memperlihatkan adanya struktur kayu

Ukuran butir lempung-lanau

Membulat halus

Baik

Tertutup

Page 14: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Kedudukan :

Tebal :

N1340/110

32 cm

Foto Singkapan Lignit LP 2

LP 3

Hari, tanggal :

Lokasi :

Waktu :

Litologi :

Cuaca :

Vegetasi :

Morfologi :

Koordinat :

Elevasi :

12.17 WIB

Batuan sedimen

Mendung

Sedang

Perbukitan

S

B

Foto

Page 15: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Deskripsi lignit

Warna :

Struktur :

Ukuran butir :

Bentuk butir :

Sortasi :

Kemas :

Kedudukan :

Tebal :

Hitam (lengket)

Memperlihatkan adanya struktur kayu

Ukuran butir lempung-lanau

Membulat halus

Baik

Tertutup

12 cm

LP 4

Hari, tanggal :

Lokasi :

Waktu :

Litologi :

Cuaca :

Vegetasi :

Morfologi :

Koordinat :

Elevasi :

12.17 WIB

Batuan sedimen (endapan koluvium dan batu lempung)

Mendung

Sedang

Perbukitan

S

B

Foto

Page 16: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Deskripsi

Warna Segar :

Warna Lapuk :

Struktur :

Ukuran butir :

Bentuk butir :

Sortasi :

Kemas :

Komposisi :

Nama batuan :

Abu-abu

Coklat

Berlapis

Lempung-lanau

Membulat halus

Baik

Tertutup

Fosiliferus

Batulempung fosil

LP 5

Hari, tanggal :

Lokasi :

Waktu :

Litologi :

Cuaca :

Vegetasi :

Morfologi :

Koordinat :

Elevasi :

12.17 WIB

Batuan sedimen (endapan koluvium dan batulempung)

Mendung

Sedang

Perbukitan

S

B

Deskripsi

Warna Segar :

Warna Lapuk :

Struktur :

Ukuran butir :

Bentuk butir :

Sortasi :

Abu-abu

Coklat

Berlapis

Lempung-lanau

Membulat halus

Baik

Page 17: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

Kemas :

Nama batuan :

Ketebalan :

Kedudukan :

Tertutup

Batulempung

60 cm

N 38o E/30o

BAB VKESIMPULAN

Daerah peninjauan tersusun atas 5 Formasi, yaitu Formasi Nanggulan,

Formasi Andesit Tua (dari Van Bemmelen), Formasi Jonggrangan, Formasi

Sentolo dan Endapan Kolovium. Sedangkan yang bertindak sebagai pembawa

lapisan batubara adalah Formasi Nanggulan berumur Eosen tengah sampai

Oligosen Atas. Ketebalan lapisan batubara setelah di ukur memiliki ketebalan

Page 18: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

antara 20-30 cm lapisan batuan pada bagian atasnya (roof) berupa batulempung

biru dan lapisan batuan dibawahna berupa batupasir. Batubara di daerah

peninjauan mempunyai karakteristik yang sama, dimana secara kasat mata

batubara tersebut berwarna kehitaman, agak lunak tidak keras, tidak berlapis,

struktur kayu masih jelas terlihat.

Berdasarkan ciri- ciri tersebut kemungkinan batubara didaerah peninjauan

merupakan Batubara jenis lignit. Mutu batubara termasuk kedalam jenis Lignit,

dengan nilai kalori antara 4500 kal/gr – 5200 kal/gr.

Jadi, berdasarkan data yang didapat di lapangan, keterdapatan Batubara di

Formasi Nanggulan belum dapat di eksploitasi jika kita mengacu pada data-data

yang kita peroleh di lapangan, indikasinya yaitu berupa Lignit yang masih

mengandung unsur kimia H2O

Page 19: Laporan Survey Tinjau Keberadaan Lapisan Batubara Pada Formasi Nanggulan Kabupaten Kulon Progo

LAMPIRAN