penerapan teori antrean pada loket pengisian bahan bakar … · bahan bakar motor pertalite di...

130
PENERAPAN TEORI ANTREAN PADA LOKET PENGISIAN BAHAN BAKAR MOTOR PERTALITE DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) 44.556.05 NANGGULAN KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Disusun oleh: ANGELA SANDRA SUKMANING HATMARINA 171414084 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 09-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN TEORI ANTREAN PADA LOKET PENGISIAN

    BAHAN BAKAR MOTOR PERTALITE

    DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) 44.556.05

    NANGGULAN KULON PROGO

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Matematika

    Disusun oleh:

    ANGELA SANDRA SUKMANING HATMARINA

    171414084

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    PENERAPAN TEORI ANTREAN PADA LOKET PENGISIAN

    BAHAN BAKAR MOTOR PERTALITE

    DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) 44.556.05

    NANGGULAN KULON PROGO

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Matematika

    Disusun oleh:

    ANGELA SANDRA SUKMANING HATMARINA

    171414084

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2020

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan kepada:

    Tuhan Yesus dan Ibu Maria yang selalu memberikan berkat dan karunia-Nya

    yang melimpah dalam hidupku.

    Mama yang sangat saya cintai, Victoria Rini Mursriyati, S.Pd., yang selalu

    menemani setiap langkahku, memberi wejangan-wejangan sangat berarti, dan

    memberikan dukungan serta doanya.

    Bapak Sudarto dan adik-adikku tercinta, Benedictus Panji Hatma Negara dan

    Erlyta Everlyn Daniella yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta

    doa.

    Teman dekat, Matius Juni Untoro, S.Pd., yang selalu membantu dalam bentuk

    apapun.

    Almamaterku Universitas Sanata Dharma

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN MOTTO

    “Jangan khawatir terhadap pencapaian yang didapat oleh orang lain karena

    setiap orang memiliki porsinya masing-masing”.

    (Cyrenia Novella Krisnamurti)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Angela Sandra Sukmaning Hatmarina. 2020. Penerapan Teori Antrean pada

    Loket Pengisian Bahan Bakar Motor Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan

    Bakar Umum (SPBU) 44.556.05 Nanggulan Kulon Progo. Skripsi. Program

    Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Sanata Dharma.

    Kegiatan antrean merupakan kegiatan yang hampir setiap hari dilakukan

    oleh manusia, seperti saat membayar di kasir supermarket, saat mengisi bahan

    bakar, atau saat melakukan transaksi di sebuah bank. Teori antrean merupakan

    bagian dari matematika yang mempelajari aktivitas manusia ini sehingga didapat

    antrean yang efisien dan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memahami teori

    antrean, dan 2) mengaplikasikan teori antrean untuk permasalahan antrean di

    Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 44.556.05 Nanggulan.

    Metode penelitian ini adalah studi pustaka yaitu membaca dan memahami

    teori-teori antrean dari berbagai sumber dan diaplikasikan pada kasus pelayanan

    pengisian bahan bakar di SPBU 44.556.05 Nanggulan. Objek penelitian adalah

    sistem pelayanan dan model antrean yang digunakan pada layanan pengisian bahan

    bakar pertalite sepeda motor di SPBU tersebut. Data diperoleh dari kegiatan

    pengamatan pengisian bahan bakar selama waktu tertentu.

    Hasil dari pembahasan penelitian adalah sebagai berikut. (1) Teori antrean

    merupakan salah satu topik dalam Riset Operasi yang mempelajari dan

    memodelkan kegiatan antrean yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan

    sehari-hari. Tujuan dari teori ini adalah untuk mengetahui dan menjaga

    keseimbangan waktu pelayanan dan waktu menunggu selama permintaan

    pelayanan berlangsung. Secara sederhana, berdasarkan jumlah server, terdapat dua

    jenis antrean. Jenis pertama adalah sistem pelayanan yang hanya memiliki satu

    server pelayanan (M/M/1) dan jenis yang kedua yaitu memiliki dua atau lebih

    server pelayanan (M/M/c). (2) Jika teori antrean tersebut diaplikasikan pada SPBU

    44.556.05 Nanggulan khusus pelayanan pertalite sepeda motor, maka model teori

    antrean yang sesuai adalah M/M/1, yang berarti hanya membuka satu pelayanan.

    Disiplin antrean yang digunakan adalah First In First Out (FIFO) yang berarti

    pelanggan yang masuk terlebih dahulu akan mendapat pelayan pertama.

    Berdasarkan perhitungan dalam penelitian ini, penerapan model teori antrean

    M/M/1 di SPBU 44.556.05 Nanggulan termasuk dalam kategori sudah optimal.

    Probabilitas fasilitas layanan sibuk (𝑃𝑤) mendekati 100% dan probabilitas tidak ada kendaraan dalam antrean (𝑃0) mendekati 0%, yang artinya tingkat pelayanan relatif tinggi dan ada sedikit waktu luang untuk istirahat dalam pelayanan. Rata-rata

    jumlah kendaraan dan rata-rata waktu dalam antrean maupun pelayanan tergantung

    pada laju kedatangan dan laju pelayanan.

    Kata kunci: teori antrean, pelayanan satu server, pelayanan multi server

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Angela Sandra Sukmaning Hatmarina. 2020. The Application of Queueing

    Theory at Pertalite Motorcycle Refueling Counters in Nanggulan Gas Station

    44.556.06 Kulon Progo. Thesis. Mathematics Education Study Program,

    Mathematics and Natural Science Education Departement. The Faculty of

    Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

    Queue is one of daily human activity, such as queueing for payment in a

    supermarket cassier, refueling in a gas station, and when doing bank transation.

    Queueing Theory is a branch of mathematics that study that human activity in order

    to get an efficient and effective queue. The aim of the research are to 1) understand

    the queueing theory, and 2) apply the queueing theory for the case of queueing at

    Nanggulan gas station 44.556.05.

    This research used a literature study method through reading and

    understanding queueing theories those were applied in research on certain cases

    or events. The events being researched was the process of refueling service at the

    Nanggulan gas station 44.556.05. It is conducted through observing the time

    required to get the service from gas station attendant. The subject of this research

    were consumers who were refueling their motorcycle with Pertalite gasoline at

    Nanggulan gas station at specific hours. The objects of this research were the

    service system and its queue model. The data collection technique was obtained

    through observation.

    The results of the research discussion are the following. (1) The queueing

    theory is one of the topics in Operations Research that studies and models queueing

    activities carried out by humans in everyday life. The purpose of the theory is to

    determine and maintain a balance between service time and waiting time during

    ongoing service requests. Based on the number of servers, there are two types of

    queue. The first type is a one service server (M/M/1) and the second one is a two or

    more service servers (M/M/c). (2) If the queueing theory is applied to Nanggulan

    gas station 44.556.05 for motorcycle pertalite service, then the appropriate model

    is a single channel-single phase (M/M/1). For motorcycle pertalite gasoline

    refueling activities, the Nanggulan gas station 44.556.05 opens only one service.

    The discipline used at the service there is First In First Out (FIFO) which means

    the customer who comes in first gets the first service. Based on the computation,

    the M/M/1 queueing theory model at Nanggulan gas station 44.556.05 has been

    optimal is probability that the service facility is busy (𝑃𝑤) approaching 100% and probability of no individual in service approaching 0%. Average number individuand average waiting time in service or in queue based on arrival rate and

    service rate.

    Keyword: Queue Theory, One server service, multiserver service.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

    HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi

    LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. vii

    ABSTRAK .......................................................................................................... viii

    ABSTRACT ........................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

    BAB I ...................................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6

    D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

    E. Metode Penelitian ...................................................................................... 6

    F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6

    BAB II .................................................................................................................... 8

    A. Teori Himpunan ........................................................................................ 8

    B. Kalkulus ................................................................................................... 14

    C. Teori Peluang ........................................................................................... 20

    D. Distribusi Eksponensial .......................................................................... 30

    E. Distribusi Poisson .................................................................................... 32

    F. Uji Kolmogorov-Smirnov ....................................................................... 35

    BAB III ................................................................................................................. 38

    A. Pengertian Teori Antrean ....................................................................... 38

    B. Elemen Pokok Antrean ........................................................................... 39

    C. Model-model Teori Antrean ................................................................... 43

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    BAB IV ................................................................................................................. 64

    A. Kinerja Sistem Antrean .......................................................................... 64

    B. Deskripsi Kegiatan .................................................................................. 65

    C. Perhitungan Data .................................................................................... 66

    D. Analisis Perhitungan ............................................................................... 93

    BAB V ................................................................................................................... 96

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 96

    B. Keterbatasan ............................................................................................ 98

    C. Saran ......................................................................................................... 98

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 102

    Lampiran 1. Surat Ijin Pengamatan dari Program Studi ........................ 103

    Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SPBU

    44.556.05 Nanggulan ................................................................. 104

    Lampiran 3. Data Hasil Pengamatan ......................................................... 105

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3. 1 Simbol-Simbol Pengganti Notasi Kendal-Lee ..................................... 44

    Tabel 4. 1 Data Pengamatan Kedatangan..............................................................65

    Tabel 4. 2 Data Pengamatan Pelayanan ................................................................ 66

    Tabel 4. 3 Penyajian Kedatangan Data 1 .............................................................. 67

    Tabel 4. 4 Penyajian Kendaraan Keluar Data 1 .................................................... 69

    Tabel 4.5 Penyajian Kedatangan Data 2 ............................................................... 74

    Tabel 4. 6 Penyajian Kendaraan Keluar Data 2 .................................................... 76

    Tabel 4.7 Penyajian Kedatangan Data 3 ............................................................... 80

    Tabel 4.8 Penyajian Kendaraan Keluar Data 3 ..................................................... 82

    Tabel 4.9 Penyajian Kedatangan Data 4 ............................................................... 87

    Tabel 4. 10 Penyajian Kendaraan Keluar Data 4 .................................................. 89

    Tabel 4. 11 Perbedaan Antar Perhitungan Data .................................................... 93

    Tabel 5. 1 Hasil Analisis Kerja Sistem Antrean....................................................97

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Operator telepon manual pada awal abad ke-20 (diunduh .................. 3

    Gambar 1.2 Agner Erlang (diunduh https://www.uh.edu/engines/epi2972.htm) ... 4

    Gambar 2.1 Diagram Venn....................................................................................10

    Gambar 2.2 Diagram Venn untuk Contoh Himpunan Bagian .............................. 11

    Gambar 2.3 Diagram Venn untuk Contoh Himpunan yang Saling Lepas ............ 12

    Gambar 2.4 Diagram Venn untuk Contoh Operasi Irisan ..................................... 13

    Gambar 2.5 Diagram Venn untuk Contoh Operasi Gabungan ............................. 14

    Gambar 2.6 Partisi Sumbu 𝑥 ................................................................................. 17

    Gambar 2.7 Diagram Panah dari ruang sampel ke himpunan bilangan Real........ 24

    Gambar 3.1 Ilustrasi suatu Antrean.......................................................................39

    Gambar 3.2 Ilustrasi Antrean Model Single Channel ........................................... 51

    Gambar 3.3 Ilustrasi Antrean Model Single Channel-Single Phase ..................... 53

    Gambar 3.4 Ilustrasi Antrean Model Single Channel-Multi Phase....................... 53

    Gambar 3.5 Ilustrasi Antrean Model Multiple channel-single phase ................... 59

    Gambar 3.6 Ilustrasi Antrean Model Multiple channel-Multiple phase ............... 60

    Gambar 4.1 Struktur Sistem Pelayanan................................................................64

    Gambar 4.2 Grafik Jumlah Kedatangan Data 1 .................................................... 66

    Gambar 4.3 Uji Distribusi Poisson Data Kedatangan 1 ........................................ 68

    Gambar 4.4 Grafik Banyaknya Kendaraan Keluar ............................................... 68

    Gambar 4.5 Uji Distribusi Eksponensial Waktu Antar Pelayanan Data 1 ............ 70

    Gambar 4.6 Grafik Jumlah Kedatangan Data 2 .................................................... 73

    Gambar 4.7 Uji Distribusi Poisson Data Kedatangan 2 ........................................ 75

    Gambar 4. 8 Grafik Banyaknya Kendaraan Keluar .............................................. 75

    Gambar 4.9 Uji Distribusi Eksponensial Waktu Antar Pelayanan Data 2 ............ 76

    Gambar 4.10 Grafik Jumlah Kedatangan Data 3 .................................................. 80

    Gambar 4.11 Uji Distribusi Poisson Data Kedatangan 3 ...................................... 81

    Gambar 4.12 Grafik Banyaknya Kendaraan Keluar ............................................. 82

    Gambar 4.13 Uji Distribusi Eksponensial Waktu Antar Pelayanan Data 3 .......... 83

    Gambar 4.14 Grafik Jumlah Kedatangan Data 4 .................................................. 86

    Gambar 4.15 Uji Distribusi Poisson Data Kedatangan 4 ...................................... 88

    Gambar 4.16 Grafik Banyaknya Kendaraan Keluar ............................................. 88

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    Gambar 4.17 Uji Distribusi Eksponensial Waktu Antar Pelayanan Data 4 .......... 90

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Seiring berjalannya waktu, manusia dari zaman ke zaman selalu

    mengalami perkembangan. Manusia pastinya membutuhkan sarana teknologi

    berguna dalam menunjang atau meringankan pekerjaannya pada kehidupan

    sehari-hari. Sarana merupakan segala sesuatu yang memiliki fungsi sebagai alat

    yang membantu manusia dalam melaksanakan setiap pekerjaannya. Sedangkan

    teknologi itu sendiri merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai sarana

    dalam menyediakan barang yang digunakan untuk mendukung kelangsungan

    dan kenyamanan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

    Salah satu teknologi yang mampu membantu mobilitas manusia dapat

    berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya adalah kendaraan. Saat ini,

    kendaraan yang sangat banyak dipergunakan dan terjangkau di kalangan

    masyarakat adalah sepeda motor. Sepeda motor merupakan kendaraan yang

    praktis dengan harga yang relatif murah dan terjangkau oleh banyak orang.

    Jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dapat dipakai oleh sepeda motor adalah

    jenis premium, pertalite, pertamax, atau pertamax turbo. Semakin

    bertambahnya pengguna sepeda motor mengakibatkan antrean di beberapa

    stasiun pengisian BBM di beberapa lokasi, khususnya yang berada di tempat-

    tempat strategis. Situasi ini diperparah saat berkurangnya pasokan BBM di

    beberapa daerah yang mengakibatkan adanya antrean panjang di daerah

    tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Peneliti melakukan pengamatan sepintas pada siang hari, sore hari, dan

    weekend (Sabtu dan Minggu) di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

    444.552.17 ACR Maguwoharjo Yogyakarta, SPBU 44.556.05 Nanggulan,

    SPBU 44.555.20 Tajem di waktu yang berbeda. Berdasarkan pengamatan

    tersebut, peneliti melihat terjadinya antrean panjang pada jam-jam tertentu dan

    hari-hari tertentu, yaitu di pagi hari, di sore hari, dan weekend (Sabtu dan

    Minggu). Hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat di pagi hari untuk

    bekerja, mengantar anak ke sekolah, maupun sebagai mata pencarian sehari-

    hari misal ojek. Antrean panjang di sore hari terjadi karena adanya kebutuhan

    bahan bakar untuk melanjutkan perjalanan pulang maupun untuk

    mempersiapkan keesokan harinya. Sedangkan pada weekend, terjadinya antrean

    panjang dikarenakan akan bepergian liburan.

    Dalam hidup sehari-hari, antrean tidak hanya terjadi saat mengisi bahan

    bakar untuk kendaraan. Antrean sudah menjadi bagian hidup manusia. Tidak

    jarang manusia lebih lama menghabiskan waktu untuk antre dibandingkan

    dengan lama proses yang dibutuhkan untuk sebuah urusan, seperti yang terjadi

    di bank atau kantor-kantor pemerintah. Antrean panjang juga terjadi di pintu

    gerbang tol, misalnya, pada saat-saat melimpahnya pengguna jalan tol tersebut.

    Berdasarkan situasi tersebut, perlu kiranya dipikirkan agar antrean yang

    panjang dan menghabiskan waktu itu bisa dihindari atau minimal dikurangi.

    Sudah terdapat banyak penelitian dalam matematika untuk meminimalisir

    proses antrean yang terjadi dalam masyarakat. Untuk menghindari antrean

    panjang, beberapa rumah sakit menerapkan pendaftaran online sehingga pasien

    cukup datang sesuai dengan waktu yang ditentukan. Beberapa swalayan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    memiliki solusi berbeda untuk menghindari antrean panjang saat pembayaran

    di kasir, yakni dengan menyediakan kasir lebih dari satu.

    Antrean merupakan individu yang sedang berusaha untuk menerima

    pelayanan dari pemberi layanan yang terbatas, sehingga pendatang harus

    menunggu terlebih dahulu dalam suatu barisan agar mendapatkan giliran untuk

    dilayani. Demi mempertahankan pelanggan agar merasa nyaman saat antre,

    maka diperlukan sistem antrean yang baik. Teori antrean adalah salah satu teori

    dalam Riset Operasi yang mempelajari dan memodelkan kegiatan antrean.

    Penggunaan teori antrean ini memiliki tujuan untuk mengkaji kegiatan antrean

    tersebut yaitu waktu menganggur dari penyedia layanan dan waktu para

    individu yang harus menunggu untuk mendapatkan pelayanan.

    Gambar 1. 1 Operator telepon manual pada awal abad ke-20 (diunduh

    https://www.uh.edu/engines/epi2972.htm)

    Teori antrean bermula pada awal abad ke-20 dan diawali oleh seorang

    matematikawan Agner Krarup Erlang yang bekerja pada Perusahaan Telepon

    Kopenhagen sebagai kepala laboratorium teknis (Boyd, 2014). Telepon pada

    zaman itu masih menggunakan alat perantara kabel yang disambungkan dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    perusahaan Telepon untuk menyambungkan antara telepon satu dengan telepon

    lain. Operator sangat kewalahan dalam memberikan pelayanan yang cepat

    kepada para penelepon, sehingga para penelepon harus menunggu antrean

    sebelum tersambung kepada penerima. Sebagai kepala laboratorium teknis,

    Erlang mengupayakan agar masa tunggu para penelepon se-minimal mungkin.

    Dia adalah orang pertama yang mempelajari masalah jaringan telepon dan

    melakukan eksperimen tentang penyambungan telepon tersebut.

    Gambar 1. 2 Agner Erlang (diunduh

    https://www.uh.edu/engines/epi2972.htm)

    Langkah awal yang dilakukan oleh Erlang adalah membuat model

    matematika untuk telepon yang masuk. Selanjutnya, dia membuat model

    matematika yang mendeskripsikan lama percakapan untuk setiap penelepon.

    Dari kedua model matematika tersebut, pada tahun 1909, Erlang

    mengembangkan teori antrean yang dipublikasikan-nya dalam makalah yang

    berjudul, “Teori Probabilitas dan Percakapan Telepon (The Theory of

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Probability and Telephone Conversations).” Teori antrean yang dikembangkan

    oleh Erlang ternyata juga digunakan oleh beberapa perusahan lain di seluruh

    dunia untuk menyelesaikan permasalahan seputar antrean, misalnya

    dipergunakan di bank, kantor pos, atau rumah sakit.

    SPBU 44.556.05 Nanggulan merupakan salah satu stasiun pengisian

    bahan bakar umum di Kulon Progo yang terletak di jalan Nanggulan-

    Kalibawang. Terlihat pada jam-jam atau waktu-waktu tertentu antrean panjang

    terjadi pada SPBU tersebut. Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan studi

    tentang teori antrean tersebut dan selanjutnya mengaplikasikan pada Stasiun

    Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Penggunaan teori antrean diharapkan

    dapat mengurangi antrean panjang yang terjadi di sebuah SPBU. Berdasarkan

    pengamatan, peneliti hendak melakukan kegiatan penelitian untuk mengatasi

    masalah antrean yang terjadi di SPBU 44.556.05 Nanggulan dengan

    menggunakan teori antrean. Dengan demikian, peneliti akan melakukan

    penelitian dengan judul “Penerapan Teori Antrean pada Loket Pengisian Bahan

    Bakar Motor Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)

    44.556.05 Nanggulan Kulon Progo”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut:

    1. Apakah yang dimaksud dengan teori antrean?

    2. Bagaimana teori antrean diaplikasikan pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar

    Umum (SPBU) 44.556.05 Nanggulan?

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Memahami teori antrean.

    2. Mengaplikasikan teori antrean untuk permasalahan antrean di Stasiun

    Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) 44.556.05 Nanggulan.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu sarana untuk mempelajari dan

    memahami teori antrean serta aplikasinya.

    2. Bagi pembaca, penelitian ini memberikan referensi dan informasi bagi

    pihak yang membutuhkan.

    3. Bagi SPBU, memberikan informasi mengenai penanganan antrean yang

    terjadi pada pelayanan pengisian bahan bakar secara khusus pada SPBU

    44.556.05 Nanggulan.

    E. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode studi pustaka yaitu

    membaca dan memahami teori-teori antrean yang diaplikasikan dengan

    penelitian terhadap kasus atau peristiwa tertentu yaitu proses pelayanan

    pengisian bahan bakar pada SPBU 44.556.05 Nanggulan dengan mengamati

    dan melakukan observasi. Dari data-data yang diperoleh, kemudian dianalisis

    dan ditarik kesimpulan.

    F. Sistematika Penulisan

    Agar hasil penelitian ini lebih terarah dan mudah dipahami oleh pembaca, maka

    peneliti menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB I: PENDAHULUAN

    Pada bab ini diuraikan mengenai pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

    sistematis penulisan.

    BAB II: KAJIAN TEORI

    Pada bab ini, penulis mengemukakan konsep-konsep dasar yang akan

    dipergunakan dalam terori antrean.

    BAB III:

    Pada bab ini, penulis mengemukakan teori dasar antrean.

    BAB IV:

    Pada bab ini membahas tentang analisis data dan pembahasan dari hasil

    penelitian.

    BAB V:

    Bab ini membahas kesimpulan dan keterbatasan penelitian, serta saran peneliti

    untuk penelitian selanjutnya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Pada bab ini dibahas tentang beberapa hal yang menjadi konsep-konsep dasar

    dalam teori antrean pada bab selanjutnya. Materi yang diuraikan tentang definisi,

    teorema, dan kajian matematika mengenai teori himpunan, kalkulus, dan statistika.

    Berikut ini uraiannya.

    A. Teori Himpunan

    Definisi 2.1 Himpunan

    Himpunan merupakan suatu kumpulan benda atau objek yang memiliki sifat

    tertentu yang sama dan dapat didefinisikan dengan jelas. (Susilo, 2012)

    Contoh 2.1

    Himpunan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah riset operasi.

    Himpunan hewan berkaki empat.

    Himpunan biasa dinotasikan dengan tanda kurung kurawal dan dapat

    dinyatakan dengan menggunakan huruf kapital seperti : A, B, C, X, Y, Z dan

    lain-lain. Anggota himpunan dapat dinyatakan dengan huruf kecil seperti a, b,

    c, x, y, dan lain-lain. Objek-objek yang terdapat dalam suatu himpunan disebut

    anggota atau elemen atau unsur himpunan itu. Lambang atau notasi yang

    digunakan untuk menyatakan anggota suatu himpunan adalah ∈ yang dibaca

    “anggota dari”. Berikut merupakan contohnya.

    Contoh 2.2

    Himpunan A merupakan himpunan huruf vokal, maka dapat dinotasikan

    sebagai berikut

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    𝐴 = {𝑎, 𝑖, 𝑢, 𝑒, 𝑜}

    Dengan demikian, 𝑎 ∈ 𝐴, 𝑖 ∈ 𝐴, 𝑢 ∈ 𝐴, 𝑒 ∈ 𝐴, 𝑜 ∈ 𝐴

    Himpunan memiliki keterkaitan yang erat dengan Diagram Venn, yaitu untuk

    menggambarkan suatu himpunan tersebut dalam sebuah diagram agar lebih

    mudah dipahami. Berikut definisi dari Diagram Venn.

    Definisi 2.2 Diagram Venn

    Diagram Venn merupakan salah satu cara dalam menggambarkan himpunan

    dan operasi-operasi himpunan secara grafis. Dalam Diagram Venn, himpunan

    semesta ditampilkan dalam bentuk persegi panjang dan setiap himpunan yang

    ada dalam himpunan semesta digambarkan dengan suatu lingkaran dalam

    persegi panjang tersebut atau dalam kurva tertutup sederhana. (Susilo, 2012)

    Adapun contoh dari penyajian himpunan dalam Diagram Venn sebagai

    berikut.

    Contoh 2.3

    Diketahui:

    𝑆 merupakan himpunan semesta, yaitu

    𝑆 = {1,2,3,4,5,6}

    𝑋 merupakan himpunan bilangan asli kurang dari 5, yaitu

    𝑋 = {1, 2, 3, 4}, dan

    𝑌 merupakan himpunan bilangan asli genap kurang dari 7, yaitu

    𝑌 = {2, 4, 6}.

    Dari himpunan di atas, dapat dinyatakan dalam Diagram Venn, sebagai

    berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    Gambar 2.1 Diagram Venn

    Dalam himpunan, tidak semua himpunan memiliki anggota, ada juga himpunan

    yang tidak memiliki anggota yang dapat didefinisikan sebagai berikut.

    Definisi 2.3 Himpunan Kosong

    Himpunan kosong didefinisikan sebagai himpunan yang sama sekali tidak

    memuat atau tidak memiliki anggota. Himpunan kosong dinotasikan dengan ∅

    atau { }. (Susilo, 2012)

    Berikut merupakan contoh dari himpunan kosong.

    Contoh 2.4

    𝐴 merupakan himpunan bilangan ganjil yang habis dibagi dua.

    Penyelesaian:

    Karena tidak ada bilangan ganjil yang habis dibagi dua, maka 𝐴 tidak memiliki

    anggota. Oleh karena itu, 𝐴 merupakan himpunan kosong, dapat ditulis 𝐴 = ∅

    atau 𝐴 = { }.

    Selain itu, dalam himpunan juga terdapat himpunan yang disebut dengan

    himpunan bagian. Adapun definisi dari himpunan bagian adalah sebagai

    berikut.

    S

    1

    3 6

    2

    4

    X Y

    5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    Definisi 2.4 Himpunan Bagian

    Himpunan 𝐴 dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan

    hanya jika setiap elemen himpunan 𝐴 juga merupakan elemen himpunan dari

    𝐵, ditulis dengan notasi (Susilo, 2012)

    𝐴 ⊆ 𝐵

    Berikut merupakan contoh dari himpunan bagian.

    Contoh 2.5

    Diberikan himpunan 𝑋 = {bilangan asli} dan himpunan 𝑌 =

    {bilangan bulat}. Apakah himpunan 𝑋 merupakan himpunan bagian dari

    himpunan 𝑌?

    Penyelesaian:

    Karena semua elemen himpunan 𝑋 juga merupakan elemen himpunan 𝑌, maka

    dikatakan bahwa himpunan 𝑋 merupakan himpunan bagian dari himpunan 𝑌,

    {bilangan asli} ⊆ {bilangan bulat}. Diagram Venn untuk himpunan bagian

    diperlihatkan dalam Gambar berikut ini.

    Gambar 2.2 Diagram Venn untuk Contoh Himpunan Bagian

    Definisi 2.5 Himpunan Saling Lepas

    Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoin) jika keduanya tidak

    memiliki elemen yang sama dan dinotasikan dengan 𝐴 // 𝐵.

    S

    Bilangan

    Bulat

    Bilangan

    asli

    Y

    X

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    Contoh 2.6

    Diberikan himpunan 𝐴 = {𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒, 𝑓} dan himpunan 𝐵 = {𝑔, ℎ, 𝑖}. Apakah

    himpunan tersebut merupakan himpunan saling lepas?

    Penyelesaian:

    Terlihat bahwa tidak ada satupun anggota himpunan 𝐴 yang terdapat pada

    himpunan 𝐵, dan sebaliknya. Karena tidak ada anggota himpunan A yang

    berada di himpunan B, maka dikatakan bahwa himpunan A dan B adalah dua

    himpunan yang saling lepas, dilambangkan dengan, A // B. dapat dinyatakan

    ke dalam Diagram Venn sebagai berikut.

    Gambar 2.3 Diagram Venn untuk Contoh Himpunan yang Saling Lepas

    Tidak hanya dalam aljabar saja operasi hitung dikenal. Namun, dalam

    himpunan pun juga dikenal juga yang namanya operasi dalam himpunan.

    Operasi dalam himpunan merupakan cara untuk menghasilkan himpunan

    baru dari himpunan yang sudah diketahui. Adapun operasi himpunan yang

    akan dibahas yaitu operasi gabungan dan irisan. Berikut definisi operasi irisan

    yang dibahas terlebih dahulu.

    Definisi 2.6 Operasi Irisan

    Diberikan himpunan 𝐴 dan 𝐵. Kedua himpunan tersebut disebut beririsan

    jika dan hanya jika terdapat elemen himpunan 𝐴 juga menjadi anggota

    S

    b

    c

    d

    g

    h

    i

    e

    f

    A B

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    himpunan 𝐵. Selanjutnya, irisan kedua himpunan tersebut, dilambangkan

    dengan 𝐴 ∩ 𝐵, adalah himpunan semua elemen himpunan 𝐴 yang juga

    terdapat dalam himpunan 𝐵, dinotasikan dengan

    𝐴 ∩ 𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ∧ 𝑥 ∈ 𝐵}.

    Adapun contoh dari operasi irisan adalah sebagai berikut.

    Contoh 2.7

    Diberikan himpunan 𝐴 = {7, 8, 9, 10} dan himpunan 𝐵 = {8, 12, 16}, maka

    𝐴 ∩ 𝐵 = {8}. Diagram Venn dari kedua himpunan tersebut, yaitu.

    Gambar 2.4 Diagram Venn untuk Contoh Operasi Irisan

    Sesudah membahas operasi irisan, berikut ini akan dibahas tentang operasi

    gabungan.

    Definisi 2.7 Operasi Gabungan

    Gabungan dari dua buah himpunan 𝐴 dan 𝐵 merupakan himpunan semua

    elemen yang menjadi elemen himpunan 𝐴 saja atau 𝐵 saja atau elemen

    himpunan 𝐴 dan 𝐵 kedua-duanya. Himpunan gabungan dapat dinotasikan

    dengan 𝐴 ∪ 𝐵 dengan (Susilo, 2012)

    𝐴⋃𝐵 = {𝑥|𝑥 ∈ 𝐴 ∨ 𝑥 ∈ 𝐵}.

    Berikut contoh penggunaan dari operasi gabungan.

    S

    7

    9

    10

    12

    16

    8

    A

    B

    𝐴 ∩ 𝐵 = {8}

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Contoh 2.8

    Misalkan himpunan 𝐴 = {2, 4, 6, 8} dan himpunan 𝐵 = {1, 2, 3, 5}. Maka, 𝐴 ∪

    𝐵 = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 8}. Diagram Venn dari gabungan himpunan A dan

    himpunan B sebagai berikut.

    Gambar 2.5 Diagram Venn untuk Contoh Operasi Gabungan

    Selain membahas tentang teori himpunan, dalam bab ini juga akan dibahas

    mengenai kalkulus yang terdiri dari limit, integral tak tentu, dan integral tentu.

    Tujuan dari penjelasan kalkulus ini adalah untuk membantu mempermudah dalam

    memahami teori selanjutnya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.

    B. Kalkulus

    Definisi 2. 8 Limit

    Diberikan lim𝑥→𝑐

    𝑓(𝑥) = 𝐿 artinya untuk setiap bilangan 𝜀 > 0 yang diberikan

    terdapat bilangan 𝛿 > 0, sedemikan sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 dengan syarat

    0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 atau dengan kata lain 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 → |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.

    (Dale dan Purcell, 2010)

    Contoh 2. 9

    Buktikan bahwa 𝑙𝑖𝑚𝑥→2

    (4𝑥 − 3) = 5.

    Penyelesaian:

    2 2

    S

    4

    6

    8

    1

    3

    5

    A B

    2

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Analisis Pendahuluan:

    Misalkan 𝜀 merupakan sembarang bilangan positif. Untuk mendapatkan 𝛿 > 0

    sedemikian sehingga,

    0 < |𝑥 − 2| < 𝛿 ⟹ |(4𝑥 − 3) − 5| < 𝜀

    Perhatikan pertidaksamaan di bagian kanan.

    |(4𝑥 − 3) − 5| < 𝜀 ⟺ |4𝑥 − 8| < 𝜀

    ⟺ |4(𝑥 − 2)| < 𝜀

    ⟺ |4||𝑥 − 2| < 𝜀

    ⟺ |𝑥 − 2| <𝜀

    4

    Sehingga dapat diambil 𝛿 =𝜀

    4.

    Bukti formal:

    Misalkan diberikan 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 =𝜀

    4.

    Maka 0 < |𝑥 − 2| < 𝛿, mengakibatkan

    |(4𝑥 − 3) − 5| = |4𝑥 − 8| = 4|𝑥 − 2| < 4. 𝛿 = 4.𝜀

    4= 𝜀

    Dari persamaan dan pertidaksamaan di atas dari kiri ke kanan dan dengan

    menggunakan sifat transitif = dan

  • 16

    𝑓(𝑥), ∀𝑥 ∈ 𝐼. Leibniz menggunakan lambang ∫𝑓(𝑥)𝑑𝑥 dengan istilah integral

    tak tentu. Dari definisi tersebut, dapat disederhanakan menjadi: (Dale dan

    Purcell, 2010)

    ∫𝐹′(𝑥)𝑑𝑥 = ∫𝑓(𝑥) = 𝐹(𝑥) + 𝐶

    Dengan rumus fungsi polinomialnya adalah

    ∫(𝑎𝑛𝑥𝑛 + 𝑎𝑛−1𝑥

    𝑛−1+. . . +𝑎0)𝑑𝑥 = 𝑎𝑛𝑛 + 1

    𝑥𝑛+1 +𝑎𝑛−1𝑛

    𝑥𝑛+. . . +𝑎0 + 𝐶

    Berikut contoh dari penyelesaian integral tak tentu.

    Contoh 2.10

    Tentukan hasil dari ∫4𝑥2𝑑𝑥!

    Penyelesaian:

    ∫4𝑥2𝑑𝑥 = 4𝑥2+1

    2 + 1+ 𝐶

    = 4𝑥3

    3+ 𝐶

    Jadi, hasil dari ∫4𝑥2𝑑𝑥 adalah 4𝑥3

    3+ 𝐶.

    Selain integral tak tentu, berikut ini akan dibahas pula tentang integral tentu.

    Berikut penjelasan dari integral tentu.

    Diberikan suatu fungsi pada interval [𝑎, 𝑏], lalu dipartisi terhadap sumbu 𝑥

    sebanyak 𝑛, terlihat pada gambar berikut ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    Gambar 2.6 Partisi Sumbu 𝑥

    Gambar 2.6 merupakan partisi sumbu 𝑥 dengan titik-titik partisi 𝑎 = 𝑥0 <

    𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛−1 < 𝑥𝑛 = 𝑏. Jika disketsa pada sumbu 𝑥 dan sumbu 𝑦,

    maka diperoleh bentuk partisi yang berupa persegi panjang. Jumlahan semua

    persegi panjang dengan banyaknya partisi 𝑛 disebut dengan Jumlahan

    Riemann. Konsep dari Integral Tentu ini merupakan Jumlahan Riemann.

    Adapun langkah-langkah penyelesaiannya, yaitu:

    a. Partisi fungsi 𝑓(𝑥) menjadi beberapa bagian misalkan banyak partisi 𝑛,

    semakin banyak partisinya akan semakin bagus, sebab nilainya akan

    mendekati nilai eksak atau dapat dikatakan errornya sangat kecil.

    b. Jika akan menentukan hasil dari 𝑓(𝑥) pada interval [𝑎, 𝑏], maka tentukan

    terlebih dahulu jarak di setiap partisinya yaitu ∆𝑥𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1, dengan 𝑖 =

    1,2, … , 𝑛.

    c. Tentukan nilai dari 𝑓(𝑥𝑖∗).

    d. Gunakan konsep dari jumlahan luas persegi panjang yaitu

    ∑ 𝑓(𝑥𝑖∗𝑛

    𝑖=1 )(∆𝑥𝑖).

    (Dale dan Purcell, 2010)

    Definisi 2. 10 Integral Tentu

    Diketahui |𝑃| merupakan norma 𝑃 atau panjang partisi yang dirumuskan

    dengan |𝑃| = 𝑚𝑎𝑘𝑠 {∆𝑥𝑖 = 1,2,3, … , 𝑛}.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Andaikan 𝑓 merupakan suatu fungsi yang didefinisikan pada interval tertutup

    [𝑎, 𝑏]. Jika terdapat nilai

    lim|𝑃|→0

    ∑𝑓(𝑥𝑖∗

    𝑛

    𝑖=1

    ) △ 𝑥𝑖

    Maka dapat dikatakan 𝑓 terintegralkan pada [𝑎, 𝑏], selanjutnya dapat

    dinotasikan dengan ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏

    𝑎 yang disebut integral tentu fungsi 𝑓 dari 𝑎 ke 𝑏,

    dapat didefinisikan

    ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 =𝑏

    𝑎

    lim|𝑃|→0

    ∑𝑓(𝑥𝑖∗

    𝑛

    𝑖=1

    ) △ 𝑥𝑖

    Pada ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏

    𝑎, 𝑎 disebut dengan titik ujung bawah dan 𝑏 disebut dengan titik

    ujung atas untuk integral. Pada definisi ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥𝑏

    𝑎, secara implisit dapat

    diasumsikan bahwa 𝑎 < 𝑏. Sehingga dapat juga dinotasikan

    ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 =𝑏

    𝑎

    −∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, 𝑎 > 𝑏𝑏

    𝑎

    Berdasarkan Teorema Dasar II Kalkulus, untuk menyelesaikan integral tentu

    dengan menggunakan definisi dari integral tak tentu. (Dale dan Purcell, 2010)

    Adapun contoh dari integral tentu sebagai berikut.

    Contoh 2. 11

    Tentukan hasil dari ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2!

    Penyelesaian:

    Pertama, akan diselesaikan dengan menggunakan Definisi 2. 10, sebagai

    berikut:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    Apabila pada interval [2,4] dipartisi sebanyak 𝑛 bagian, maka diperoleh jarak

    antar partisi ∆𝑥𝑖 =4−2

    𝑛=

    2

    𝑛 dengan ∆𝑥𝑖 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1, 𝑖 = 1,2, … , 𝑛. Dengan

    partisi pada interval [𝑎, 𝑏] adalah 𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛−1 < 𝑥𝑛 = 𝑏.

    𝑥0 = 2

    𝑥1 = 2 + ∆𝑥𝑖 = 2 +2

    𝑛

    𝑥2 = 2 + 2∆𝑥𝑖 = 2 + 2(2

    𝑛)

    𝑥𝑛−1 = 2 + (𝑛 − 1)∆𝑥𝑖 = 2 + (𝑛 − 1) (2

    𝑛)

    𝑥𝑛 = 2 + 𝑛∆𝑥𝑖 = 2 + 𝑛 (2

    𝑛) = 4

    Karena 𝑥𝑖∗ merupakan titik-titik di ujung sebelah kanan di setiap partisinya,

    sehingga diperoleh 𝑥𝑖 = 𝑥𝑖∗ = 2 + 𝑖 (

    2

    𝑛) dan 𝑓(𝑥𝑖

    ∗) = 𝑥𝑖∗ + 2 = (2 + 𝑖 (

    2

    𝑛)) +

    2 = 4 + 𝑖 (2

    𝑛). Sehingga diperoleh

    ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2 = lim|𝑃|→0

    ∑ 𝑓(𝑥𝑖∗𝑛

    𝑖=1 ) △ 𝑥𝑖

    = lim|𝑃|→0

    ∑ (4 + 𝑖 (2

    𝑛))𝑛𝑖=1 (

    2

    𝑛)

    = lim|𝑃|→0

    ((∑ (8

    𝑛)𝑛𝑖=1 ) + ((

    4

    𝑛2)∑ 𝑖𝑛𝑖=1 ))

    = lim|𝑃|→0

    ((8

    𝑛) 𝑛 + (

    4

    𝑛2) (1 + 2 + 3+. . . +𝑛))

    = lim|𝑃|→0

    ((8

    𝑛) 𝑛 + (

    4

    𝑛2) (

    𝑛(𝑛+1)

    2))

    = lim|𝑃|→0

    (8 + (2 (1 +1

    𝑛)))

    = 8 + 2

    = 10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Jadi, hasil dari ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2 menggunakan Definisi 2. 10 adalah 10 satuan luas.

    Selanjutnya, ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2 akan dihitung menggunakan definisi dari integral tak

    tentu berdasarkan Teorema Dasar II Kalkulus. Adapun penyelesaiannya adalah

    sebagai berikut.

    ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2

    = [1

    1 + 1𝑥1+1 +

    2

    0 + 1𝑥0+1]

    2

    4

    = [

    1

    2𝑥2 + 2𝑥]

    2

    4

    = (

    1

    242 + 2(4)) − (

    1

    222 + 2(2))

    = (16) − (6)

    = 10

    Jadi, hasil dari ∫ 𝑥 + 2 𝑑𝑥4

    2 adalah 10. ∎

    Setelah mempelajari teori himpunan dan kalkulus, dalam bab ini juga mempelajari

    tentang teori peluang. Peluang merupakan kemungkinan yang mungkin terjadi dari

    suatu peristiwa. Pada teori peluang ini akan dibahas mengenai ruang sampel,

    kejadian, dan lain-lain. Adapun pembahasannya sebagai berikut.

    C. Teori Peluang

    Definisi 2. 11 Ruang Sampel

    Ruang Sampel merupakan himpunan semua hasil yang mungkin terjadi dari

    suatu percobaan atau kejadian dan dinyatakan dengan simbol S. Banyaknya

    anggota sampel dinotasikan dengan 𝑛(𝑆). (Walpole, 1997).

    Contoh 2. 12

    Sebuah dadu dilempar ke atas, maka kemungkinan mata dadu yang akan

    muncul adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6. (Walpole, 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    Ruang sampel S dari percobaan tersebut adalah

    {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan 𝑛(𝑆) = 6.

    Definisi 2. 12 Kejadian

    Kejadian merupakan peristiwa dari suatu kemungkinan yang diharapkan.

    Kejadian dapat dikatakan dengan himpunan bagian dari ruang sampel.

    Contoh 2. 13

    Sebuah dadu dilemparkan ke atas sekali, maka ruang sampel 𝑆 dari percobaan

    tersebut adalah mata dadu 1, mata dadu 2, mata dadu 3, mata dadu 4, mata

    dadu 5, mata dadu 6, sehingga dapat dituliskan 𝑆 = {1,2,3,4,5,6}. Tentukan

    kejadian munculnya mata dadu dengan angka prima.

    Penyelesaian:

    Misalkan 𝐴 merupakan suatu kejadian yang menyatakan munculnya mata dadu

    dengan angka prima.

    𝐴 = {2, 3, 5}

    Sehingga, 𝐴 ⊆ 𝑆

    Definisi 2. 13 Peluang

    Peluang merupakan suatu konsep matematika yang digunakan untuk

    menghitung kemungkinan yang muncul atau terjadi pada sebuah kejadian.

    Diberikan ruang sampel S dan kejadian A dari S. Peluang dari A dinotasikan

    dengan P(A) yang memenuhi (Walpole, 1997):

    1. 𝑃(𝐴) ≥ 0

    2. 𝑃(𝑆) = 1

    3. Jika 𝐴1, 𝐴2, … adalah kejadian yang saling asing di S maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    𝑃(𝐴1⋃𝐴2⋃…) =∑𝑃(

    𝑖=1

    𝐴1).

    Definisi 2. 14 Peluang Suatu Kejadian

    Peluang suatu kejadian 𝐴, merupakan banyak anggota kejadian 𝐴 dibanding

    dengan banyak anggota ruang sampel dan dinotasikan dengan 𝑃(𝐴) (Walpole,

    1997).

    𝑃(𝐴) =𝑛(𝐴)

    𝑛(𝑆) 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 0 ≤ 𝑃(𝐴) ≤ 1

    Keterangan:

    Jika 𝑃(𝐴) = 0 berarti A adalah kejadian yang tidak akan terjadi (muncul).

    Jika 𝑃(𝐴) = 1 berarti A adalah kejadian yang pasti terjadi

    Contoh 2. 14

    Tiga keping koin dilempar sebanyak 1 kali. Tentukan peluang munculnya 2 sisi

    gambar!

    Penyelesaian:

    Misal: 𝐴 = menyatakan angka pada sisi koin

    𝐺 = menyatakan gambar pada sisi koin

    Ruang sampel dari koin (𝑆) tersebut adalah

    {(𝐴𝐴𝐴), (𝐴𝐴𝐺), (𝐴𝐺𝐴), (𝐺𝐴𝐴), (𝐴𝐺𝐺), (𝐺𝐴𝐺), (𝐺𝐺𝐴), (𝐺𝐺𝐺)}

    Maka, 𝑛(𝑆) = 8.

    Misalkan 𝐵 merupakan kejadian yang menyatakan munculnya 2 sisi gambar,

    sehingga 𝐵 = {(𝐴𝐺𝐺), (𝐺𝐴𝐺), (𝐺𝐺𝐴)}.

    Jadi, 𝑃(𝐵) =1

    6+1

    6+1

    6=

    3

    6=

    1

    2

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Dari percobaan tersebut, nilai numerik 0, 1, 2, atau 3 dari sisi gambar yang

    muncul, diberikan pada setiap titik sampel. Bilangan-bilangan tersebut

    merupakan besaran acak yang nilainya ditentukan dari hasil percobaan

    tersebut. Nilai tersebut dapat dilihat sebagai nilai yang dapat diambil dari suatu

    peubah acak atau variabel acak 𝑋 tertentu. Berikut merupakan definisi dari

    variabel acak 𝑋.

    Definisi 2. 15 Variabel Acak

    Variabel acak merupakan suatu fungsi bernilai real (bilangan nyata) yang

    nilainya ditentukan dari unsur-unsur yang ada dalam ruang sampel. Variabel

    acak dapat dilambangkan dengan huruf capital yaitu X, Y, dan lain-lain.

    (Walpole, 1997).

    Berikut merupakan contoh dari varibel acak.

    Contoh 2. 15

    Dua buah bola diambil tanpa pengembalian dari sebuah kantong yang berisi 3

    buah bola hijau dan 2 buah bola biru. Hasil-hasil percobaan yang mungkin, jika

    variabel acak X menyatakan banyaknya bola berwarna biru terambil adalah

    Misal: 𝐻 = menyatakan jumlah bola berwarna hijau

    𝐵 = menyatakan jumlah bola berwarna biru

    Ruang sampel S pada percobaan tersebut adalah

    𝑆 = {𝐵𝐵, 𝐵𝐻,𝐻𝐵, 𝐻𝐻}

    Nilai 0, 1, 2 diberikan pada setiap titik sampel yang merupakan besaran acak

    yang nilainya ditentukan dari percobaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    Gambar 2.7 Diagram Panah dari ruang sampel ke himpunan bilangan

    Real

    Definisi 2. 16 Variabel Acak Diskrit

    Suatu variabel acak dikatakan sebagai variabel acak diskrit jika himpunan dari

    suatu kemungkinan hasilnya adalah terbilang, atau dengan kata lain variabel

    acak yang nilainya berupa bilangan cacah, dapat dihitung dan terhingga. Jika

    tidak memenuhi definisi tersebut, maka variabel acak tersebut disebut variabel

    random kontinu. Variabel acak diskrit digunakan untuk data yang berupa

    cacahan. Akan lebih dimudahkan bila semua peluang suatu peubah acak

    dinyatakan dalam sebuah rumus. Rumus tersebut merupakan fungsi nilai-nilai

    𝑥, oleh karena itu dilambangkan dengan 𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥), 𝑟(𝑥), dan sebagainya.

    Jadi, 𝑓(𝑥) = 𝑃(𝑋 = 𝑥). (Walpole, 1997)

    Berikut contoh dari variabel acak diskrit

    Contoh 2. 16

    Percobaan pelemparan sebuah mata uang logam yang dilempar sebanyak 3

    kali. Tentukan variabel random diskritnya!

    Penyelesaian:

    Misalkan:

    𝐺 = menyatakan gambar dari sisi uang logam

    𝐴 = menyatakan angka dari sisi uang logam

    BB

    BH

    HB

    HH

    0

    1

    2

    S ℝ

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    𝑆= Ruang sampel dari pelemparan uang logam sebanyak 3 kali.

    𝑆 = {𝐴𝐴𝐴, 𝐺𝐴𝐴, 𝐴𝐺𝐴, 𝐴𝐴𝐺, 𝐺𝐺𝐴, 𝐺𝐴𝐺, 𝐴𝐺𝐺, 𝐺𝐺𝐺}

    Variabel random diskritnya:

    𝑋 =banyaknya sisi G yang tampak dari 3 kali pelemparan

    𝑋(𝐴𝐴𝐴) = 0, 𝑋(𝐺𝐴𝐴) = 1, 𝑋(𝐴𝐺𝐴) = 1, 𝑋(𝐴𝐴𝐺) = 1,

    𝑋(𝐺𝐺𝐴) = 2, 𝑋(𝐺𝐴𝐺) = 2, 𝑋(𝐴𝐺𝐺) = 2, 𝑋(𝐺𝐺𝐺) = 3

    Definisi 2. 17 Fungsi Probabilitas Diskrit

    Himpunan pasangan terurut (𝑥, 𝑦) merupakan suatu fungsi probabilitas diskrit

    𝑋 untuk setiap kemungkinan nilai 𝑥, jika:

    1. 0 ≤ 𝑃(𝑥) ≤ 1 untuk setiap 𝑥 𝜖 ℝ..

    2. ∑ 𝑃(𝑥) = 1.𝑥

    Contoh 2. 17

    Dari Contoh 2. 15Contoh 2. 13, tentukan fungsi probabilitas banyaknya bola

    biru terambil!

    Jawab:

    Nilai 𝑋 merupakan bilangan-bilangan yang menyatakan banyaknya bola biru

    terambil

    𝑃(𝑋 = 0) = (30)(22)

    (52)

    = 1

    10

    𝑃(𝑋 = 2) = (32)(20)

    (52)

    = 3

    10

    𝑃(𝑋 = 1) = (31)(21)

    (52)

    = 3

    5

    Fungsi peluang banyaknya bola biru yang terambil:

    𝑥 0 1 2

    𝑃(𝑋 = 𝑥) 1

    10

    3

    5

    3

    10

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    Definisi 2. 18 Fungsi Probabilitas Kontinu

    Fungsi 𝑓(𝑥) merupakan suatu fungsi probabilitas untuk variabel acak kontinu

    𝑋, jika memenuhi syarat (Walpole, 1997):

    1. 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua 𝑥 ∈ ℝ

    2. ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 1∞

    −∞

    3. 𝑃(0 ≤ 𝑋 ≤ 1) = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥∞

    −∞

    Contoh 2. 18

    Andaikan variabel acak kontinu 𝑋 yang mempunyai fungsi:

    𝑓(𝑥) = {𝑥2

    3 , −1 < 𝑥 < 2

    0 , 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎

    a. Buktikan bahwa 𝑓(𝑥) merupakan fungsi probabilitas.

    b. Hitunglah 𝑃(0 < 𝑋 ≤ 1).

    Penyelesaian:

    Berdasarkan

    a. Definisi 2. 18 (2) , jelas 𝑓(𝑥) ≥ 0,

    ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥∞

    −∞

    = ∫𝑥2

    3𝑑𝑥 =

    2

    −1

    [𝑥3

    9]−1

    2

    = 1

    b. 𝑃(0 < 𝑋 ≤ 1) = ∫𝑥2

    3𝑑𝑥 =

    1

    0[𝑥3

    9]0

    1

    =1

    9

    Definisi 2. 19 Distribusi Fungsi Kumulatif

    Variabel acak diskrit dan kontinu mempunyai distribusi kumulatif sebagai

    berikut (Walpole, 1997)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    𝐹(𝑥) = 𝑃(𝑋 ≤ 𝑥) =

    {

    ∑ 𝑝(𝑥) , jika 𝑋 diskrit,

    ∀𝑋≤𝑥

    ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 , jika 𝑋 kontinu.

    −∞

    Nilai harapan dari peubah acak disebut juga dengan mean atau rata-rata

    populasi. Nilai rata-rata distribusi peluang 𝑋 dilambangkan dengan 𝜇𝑥 atau 𝜇.

    Berikut merupakan definisi dari nilai harapan tersebut.

    Definisi 2. 20 Nilai Harapan atau Mean (Rata-rata)

    Diberikan suatu variabel acak 𝑋 dengan distribusi probabilitas yang diketahui.

    Nilai harapan atau mean dari 𝑋 sebagai berikut:

    1. 𝜇 = 𝐸(𝑋) = ∑ 𝑥 𝑓(𝑥) ,𝑥 jika 𝑋 merupakan variabel acak diskrit;

    2. 𝜇 = 𝐸(𝑋) = ∫ 𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ,∞

    −∞ jika 𝑋 merupakan variabel acak kontinu.

    Adapun contoh dari nilai harapan adalah sebagai berikut.

    Contoh 2.19

    Dalam sebuah kepanitiaan terdiri dari 7 orang yaitu 3 pria dan 4 wanita.

    Tentukanlah nilai harapan banyaknya wanita yang terdiri dari 3 orang.

    Penyelesaian:

    Andaikan 𝑋 variabel acak yang menunjukkan banyaknya wanita dalam

    kepanitiaan tersebut. Maka, fungsi probabilitas distribusi dari 𝑋 adalah sebagai

    berikut

    𝑓(𝑥) =(4𝑥)( 33−𝑥)

    (73)

    , untuk 𝑥 = 0, 1, 2, 3

    Diperoleh,

    𝑓(0) =1

    35, 𝑓(1) =

    12

    35, 𝑓(2) =

    18

    35, 𝑓(3) =

    4

    35

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Sehingga, nilai harapannya adalah

    𝜇 = 𝐸(𝑋) = (0)1

    35+ (1)

    12

    35+ (2)

    18

    35+ (3)

    4

    35=12

    7

    Jadi, nilai harapan dari banyaknya wanita dalam kepanitiaan tersebut adalah 12

    7.

    Suatu populasi yang pengamatannya terdiri dari nilai-nilai peubah acak 𝑋, juga

    memiliki ragam atau variansi yang dilambangkan dengan 𝑉𝑎𝑟(𝑋) atau 𝜎𝑥2 atau

    𝜎2. Variansi merupakan ukuran penyebaran yang mengukur seberapa besar

    data menyebar dari nilai tengahnya. Semakin kecil sebaran datanya maka akan

    semakin baik. Berikut definisi dari variansi.

    Definisi 2. 21 Variansi

    Diketahui distribusi probabilitas variabel acak 𝑋 dengan mean 𝜇. Variansi dari

    𝑋 adalah: (Walpole, 1997)

    1. 𝜎2 = 𝐸[(𝑋 − 𝜇)2] = ∑ (𝑥 − 𝜇)2𝑝(𝑥) ,𝑥 jika 𝑋 variabel acak diskrit,

    2. 𝜎2 = 𝐸[(𝑋 − 𝜇)2] = ∫ (𝑥 − 𝜇)2𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ,∞

    −∞ jika 𝑋 variabel acak kontinu.

    √𝜎2 = 𝜎 merupakan standar deviasi dari 𝑋.

    Contoh 2. 20

    Perhatikan Contoh 2.19. Tentukan variansi dari 𝑋!

    Penyelesaian:

    Diketahui:

    𝐸(𝑋) =12

    7,

    𝑓(0) =1

    35, 𝑓(1) =

    12

    35, 𝑓(2) =

    18

    35, 𝑓(3) =

    4

    35;

    Sehingga diperoleh variansi dari 𝑋 adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    𝜎2 = ∑(𝑥 − 𝜇)2𝑝(𝑥)

    𝑥

    = (1 −

    12

    7)2

    (1

    35) + (1 −

    12

    7)2

    (12

    35) + (1 −

    12

    7)2

    (18

    35) + (1 −

    12

    7)2

    (4

    35)

    =

    25

    49

    Teorema 2. 1 Variansi dari Variabel acak 𝑿

    Variansi dari variabel acak 𝑋 adalah

    𝜎2 = 𝐸(𝑋2) − (𝐸(𝑋))2

    Bukti:

    1. Bila 𝑋 merupakan variabel acak diskrit, maka

    𝜎2 = ∑(𝑥 − 𝜇)2𝑝(𝑥)

    𝑥

    Definisi 2. 21 (1))

    = ∑(𝑥2 − 2𝜇𝑥 + 𝜇2)𝑝(𝑥)

    𝑥

    (Penjabaran(𝑥 − 𝜇)2)

    =

    ∑(𝑥2)𝑝(𝑥) −

    𝑥

    2𝜇∑𝑥 𝑝(𝑥)

    𝑥

    + 𝜇2∑𝑝(𝑥)

    𝑥

    (Penjabaran)

    = ∑(𝑥2)𝑝(𝑥) −

    𝑥

    2𝜇(𝜇) + 𝜇2(1) Definisi 2. 20 (1))

    = ∑(𝑥2)𝑝(𝑥) −

    𝑥

    2𝜇2 + 𝜇2 (Hasil kali)

    = ∑(𝑥2)𝑝(𝑥) −

    𝑥

    𝜇2 (Hasil operasi)

    = 𝐸(𝑋2) − (𝐸(𝑋))2 Definisi 2. 21(1))

    Jadi, terbukti bahwa Variansi dari variabel acak Diskrit adalah

    𝜎2 = 𝐸(𝑋2) − (𝐸(𝑋))2

    2. Bila 𝑋 merupakan variabel acak kontinu, maka

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    𝜎2 = ∫(𝑥 − 𝜇)2𝑓(𝑥)𝑑𝑥

    −∞

    Definisi 2. 21 (2))

    = ∫(𝑥2 − 2𝜇𝑥 + 𝜇2) 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥

    −∞

    (Penjabaran(𝑥 − 𝜇)2)

    = ∫ (𝑥2)𝑓(𝑥)𝑑𝑥 −∞

    −∞2𝜇 ∫ 𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 +

    −∞∫ 𝜇2𝑓(𝑥)𝑑𝑥∞

    −∞ (Penjabaran)

    = ∫(𝑥2)𝑓(𝑥)𝑑𝑥 −

    −∞

    2𝜇(𝜇) + 𝜇2(1) Definisi 2. 20 (2))

    = ∫(𝑥2)𝑓(𝑥)𝑑𝑥 −

    −∞

    2𝜇2 + 𝜇2 (Hasil kali)

    = ∫(𝑥2)𝑓(𝑥)𝑑𝑥 −

    −∞

    𝜇2 (Hasil operasi)

    = 𝐸(𝑋2) − (𝐸(𝑋))2 Definisi 2. 21(2))

    Jadi, terbukti bahwa Variansi dari variabel acak Kontinu adalah

    𝜎2 = 𝐸(𝑋2) − (𝐸(𝑋))2

    D. Distribusi Eksponensial

    Kegunaan dari distribusi eksponensial adalah untuk mencari selisih waktu yang

    terjadi pada suatu peluang tertentu. Distribusi Eksponensial ini merupakan

    distribusi kontinu yang digunakan untuk mencari atau mengolah data dengan

    menggunakan variabel acak kontinu. Adapun ciri-ciri dari distribusi

    eksponensial, antara lain (Kaharudin, 2018):

    a. Nilai 𝑥 dimulai dari 0 sampai tak hingga, dan kurvanya memiliki ekor di

    sebelah kanan.

    b. Peluang yang terjadi pada suatu percobaan mempengaruhi selisih waktu

    yang terjadi pada percobaan tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Definisi 2. 22 Distribusi Eksponensial

    Variabel acak kontinu 𝑋 dikatakan berdistribusi eksponensial dengan

    parameter 𝜆, dapat ditulis dengan (𝑥, 𝜆), bila memiliki fungsi densitas sebagai

    berikut (Ross, 2019):

    𝑓(𝑥) = {𝜆𝑒−𝜆𝑥, 𝑥 ≥ 0

    0 , lainnya

    Setelah mengetahui definisi distribusi eksponensial, berikut dicantumkan

    teorema dari nilai harapan distribusi eksponensial tersebut menggunakan

    definisi yang sudah ada sebelumnya.

    Teorema 2.2 Nilai Harapan atau Mean dari Distribusi Eksponensial

    Nilai harapan atau mean dari suatu variabel acak kontinu berdistribusi

    Ekponensial yaitu

    𝐸(𝑋) =1

    𝜆

    Bukti:

    𝐸(𝑋) = ∫ 𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥

    −∞

    = ∫ 𝜆𝑥 𝑒−𝜆𝑥𝑑𝑥

    0

    = 𝜆∫ 𝑥 𝑒−𝜆𝑥𝑑𝑥

    0

    Misalkan 𝑢 = 𝑥, 𝑑𝑢 = 𝑑𝑥, 𝑑𝑣 = 𝑒−𝜆𝑥𝑑𝑥, 𝑣 = −𝑒−𝜆𝑥

    𝜆

    𝜆∫ 𝑥 𝑒−𝜆𝑥𝑑𝑥

    0

    = 𝑢𝑣 − ∫𝑣. 𝑑𝑢

    = 𝜆 [−𝑥 𝑒−𝜆𝑥

    𝜆]0

    −∫ −𝑒−𝜆𝑥

    𝜆𝑑𝑥

    0

    Misalkan 𝑢 = −𝜆𝑥, 𝑑𝑢 = −𝜆 𝑑𝑥, 𝑑𝑥 = −1

    𝜆𝑑𝑢

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    𝜆∫ 𝑥 𝑒−𝜆𝑥𝑑𝑥

    0

    = 𝜆 [−𝑥 𝑒−𝜆𝑥

    𝜆]0

    −∫𝑒𝑢

    𝜆2𝑑𝑢

    0

    = 𝜆 [−𝑥 𝑒−𝜆𝑥

    𝜆]0

    −1

    𝜆2∫ 𝑒𝑢 𝑑𝑢

    0

    = 𝜆 [−𝑥 𝑒−𝜆𝑥

    𝜆]0

    − [1

    𝜆2𝑒𝑢]

    0

    = [𝑥 𝑒−𝜆𝑥]0

    ∞− [𝑒−𝜆𝑥

    𝜆2]0

    = [−(𝜆𝑥 + 1) 𝑒−𝜆𝑥

    𝜆]0

    = lim𝑥→∞

    −(𝜆𝑥 + 1)𝑒−𝜆𝑥

    𝜆+(𝜆. 0 + 1) 𝑒−𝜆.0

    𝜆

    = 0+1

    𝜆

    = 1

    𝜆

    Jadi, terbukti bahwa Nilai harapan atau mean dari suatu variabel acak kontinu

    berdistribusi Ekponensial yaitu

    𝐸(𝑋) =1

    𝜆

    E. Distribusi Poisson

    Distribusi Poisson merupakan distribusi nilai-nilai bagi suatu variabel acak

    diskret yang banyaknya hasil percobaan terjadi dalam interval waktu tertentu

    atau di daerah tertentu.

    Definisi 2. 23 Distribusi Poisson

    Distribusi probabilitas untuk variabel acak Poisson 𝑋 yang menyatakan

    banyaknya hasil percobaan yang terjadi dalam suatu interval tertentu atau di

    suatu daerah tertentu dapat didefinisikan sebagai berikut (Walpole, 1997):

    𝑓(𝑥, 𝜆) =𝑒−𝜆𝜆𝑥

    𝑥! , 𝑥 = 0, 1, 2, 3, …

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Keterangan:

    𝜆 = rata-rata banyaknya hasil percobaan yang terjadi.

    𝑡 = suatu interval tertentu atau di suatu daerah tertentu.

    Setelah mengetahui definisi distribusi poisson, berikut dicantumkan teorema

    dari nilai harapan dan variansi distribusi poisson tersebut menggunakan

    definisi yang sudah ada sebelumnya. Pertama, akan dibuktikan teorema nilai

    harapan atau mean dari distribusi poisson.

    Teorema 2.3 Nilai Harapan atau Mean dari Distribusi Poisson

    Nilai harapan atau mean dari variabel acak diskrit 𝑋 distribusi poisson yaitu

    𝐸(𝑋) = 𝜆

    Bukti:

    Dari Nilai harapan dari peubah acak disebut juga dengan mean atau rata-rata

    populasi. Nilai rata-rata distribusi peluang X dilambangkan dengan μx atau μ.

    Berikut merupakan definisi dari nilai harapan tersebut.

    Dari Definisi 2. 20 (diskrit), maka diperoleh:

    𝐸(𝑋) = ∑ 𝑥 𝑓(𝑥)𝑛𝑥=0

    = ∑𝑥 𝑒−𝜆𝜆𝑥

    𝑥!

    𝑛𝑥=0

    = ∑ 𝑥 𝑒−𝜆𝜆𝑥

    𝑥!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆∑ 𝑥 𝜆𝑥

    𝑥!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆∑ 𝑥 𝜆𝑥

    𝑥(𝑥−1)!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆∑ 𝜆𝑥

    (𝑥−1)!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆∑ 𝜆𝑥

    (𝑥−1)!

    𝑛𝑥=1

    = 𝑒−𝜆(𝜆 + 𝜆2 +𝜆3

    2!+𝜆4

    3!+⋯)

    = 𝑒−𝜆 (𝜆 (1 + 𝜆 +

    𝜆2

    2!+𝜆3

    3!+⋯))

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    = 𝑒−𝜆 (𝜆(𝑒𝜆))

    = 𝑒0𝜆

    = 𝜆

    Jadi, terbukti bahwa nilai harapan atau mean dari variabel acak diskrit 𝑋

    ditribusi poisson adalah 𝐸(𝑋) = 𝜆

    Selain menentukan nilai harapan dari distribusi poisson, berikut juga

    dicantumkan teorema dari variansi distribusi poisson, karena distribusi ini

    memiliki nilai variansinya. Berikut pembukyian dari teorema variansi

    distribusi poisson.

    Teorema 2.4 Variansi dari Distribusi Poisson

    Variansi dari variabel acak diskrit 𝑋 berdistribusi poisson yaitu

    𝑉𝑎𝑟(𝑋) = 𝜆

    Bukti:

    Kita cari terlebih dahulu 𝐸(𝑋2), yaitu

    𝐸(𝑋2) = ∑ 𝑥2𝑒−𝜆𝜆𝑥

    𝑥!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆 ∑ 𝑥2𝜆𝑥

    𝑥!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆 ∑ 𝑥2𝜆𝑥

    𝑥(𝑥−1)!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆 ∑ 𝑥𝜆𝑥

    (𝑥−1)!

    𝑛𝑥=0

    = 𝑒−𝜆 (𝜆 + 2𝜆2 + 3𝜆3

    2!+ 4

    𝜆4

    3!+⋯)

    = 𝑒−𝜆 (𝜆(1 + 2𝜆 + 3𝜆2

    2!+ 4

    𝜆3

    3!+⋯)

    = 𝑒−𝜆𝜆 ((1 + 𝜆) (1 + 𝜆 +

    𝜆2

    2!+𝜆3

    3!+⋯))

    = 𝑒−𝜆𝜆(1 + 𝜆)𝑒𝜆

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    = 𝑒0𝜆(1 + 𝜆)

    = 1(𝜆 + 𝜆2)

    = 𝜆 + 𝜆2

    Berdasarkan Teorema 2. 1, maka diperoleh:

    𝑉𝑎𝑟(𝑋) = 𝐸(𝑋2) − [𝐸(𝑋)]2

    𝑉𝑎𝑟(𝑋) = 𝐸(𝑋2) − [𝐸(𝑋)]2

    = (𝜆 + 𝜆2) − 𝜆2

    = 𝜆

    Jadi, terbukti bahwa variansi dari variabel acak diskrit 𝑋 berdistribusi poisson

    yaitu 𝜆.

    Pengujian statistika dapat dilakukan untuk mengetahui jenis dari karakteristik

    data yang diperoleh. Pengujian data yang dilakukan untuk mengetahui apakah

    data tersebut berdistribusi Poisson atau tidak serta berdistribusi Eksponensial

    atau tidak. Berikut merupakan penjelasannya.

    F. Uji Kolmogorov-Smirnov

    Uji Kolmogorov-Smirnov ditemukan oleh matematikawan yang berasal dari

    Rusia yaitu A. N Kolmogorov pada tahun 1993. Uji Kolmogorov merupakan

    salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui dan memberikan

    kepastian data yang dimiliki berdistribusi tertentu atau tidak (Samsudin, 2007).

    Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu model

    tersebut mampu mendekati situasi nyata yang digambarkan. Adapun prosedur

    untuk melakukan uji Kolmogorov Smirnov ini secara manual adalah sebagai

    berikut.

    a. Menentukan hipotesis, yaitu:

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    𝐻0: 𝐹(𝑥) = 𝐹0(𝑥)

    𝐻1: 𝐹(𝑥) ≠ 𝐹0(𝑥)

    b. Menentukan tingkat signifikansi yaitu 𝛼, dengan 𝛼 = 0,05

    c. Menentukan wilayah kritis

    d. Membandingkan uji yang sesuai dengan wilayah kritis, yaitu:

    𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima jika statistik uji berada di wilayah kritis

    𝑠𝑖𝑔 < 𝛼. Artinya, data tersebut tidak berdistribusi Poisson atau

    Eksponensial sesuai dengan yang akan diuji.

    𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak jika statistik uji tidak berada di wilayah

    kritis 𝑠𝑖𝑔 > 𝛼. Artinya, data tersebut berdistribusi Poisson atau

    Eksponensial sesuai dengan yang akan diuji

    e. Membuat kesimpulan yaitu menyatakan kembali keputusan sebelumnya ke

    dalam bentuk sederhana dan non-teknis.

    Adapun prosedur untuk melakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan

    menggunakan Software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS),

    sebagai berikut:

    a. Masukan data dalam SPSS.

    b. Klik Analyze > Nonparametric Test > Legacy Dialogs > 1-Sample K-S.

    c. Pilih data yang akan diuji.

    d. Pada pilihan Test Distribusi pilih distribusi yang akan diuji (Normal/

    Poisson/ Uniform/ Eksponensial).

    e. Klik OK.

    f. Lihat nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima jika statistik uji berada di wilayah kritis

    𝑠𝑖𝑔 < 𝛼. Artinya, data tersebut tidak berdistribusi Poisson atau

    Eksponensial sesuai dengan yang akan diuji

    𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak jika statistik uji tidak berada di wilayah

    kritis 𝑠𝑖𝑔 > 𝛼. Artinya, data tersebut berdistribusi Poisson atau

    Eksponensial sesuai dengan yang akan diuji

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    BAB III

    TEORI ANTREAN

    Bab ini mendiskusikan tentang teori antrean. Pembahasan dimulai dengan

    pemaparan pengertian teori antrean dilanjutkan dengan elemen-elemen pokok yang

    terdapat dalam antrean.

    A. Pengertian Teori Antrean

    Antrean merupakan suatu situasi atau kejadian dalam kehidupan sehari-

    hari yang sering terjadi dimana beberapa orang menunggu giliran untuk

    mendapatkan pelayanan tertentu dari fasilitas yang terbatas dan waktu yang

    berbeda-beda. Rata-rata waktu tunggu dalam sebuah antrean tergantung pada

    rata-rata kecepatan pelayanan. Semakin cepat pelayanan yang diberikan

    kepada pelanggan, maka waktu tunggu juga akan semakin sedikit. Namun,

    dalam banyak kasus, pelayanan kepada pelanggan tidak mungkin dipercepat.

    Permasalahannya adalah bagaimana mempersingkat waktu tunggu meskipun

    waktu pelayanan tidak mungkin lagi dipercepat.

    Teori antrean dikemukakan dan dikembangkan oleh seorang

    matematikawan Agner Krarup Erlang yang pada saat itu bekerja pada

    Perusahaan Telepon Kopenhagen sebagai kepala laboratorium teknis (Boyd,

    2014). Pada saat itu, sambungan telepon dari penelepon ke penerima dilakukan

    secara manual. Penelepon menghubungi operator, lalu operator secara manual

    menghubungkan dengan telepon penerima. Teknologi jaringan telepon pada

    waktu itu masih analog sehingga satu saluran hanya bisa dipergunakan oleh

    satu pelanggan. Kondisi ini menyebabkan adanya antrean pengguna telepon

    yang akan mempergunakan saluran yang sama. Sebagai kepala laboratorium

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    sebuah perusahaan telepon, Erlang mendapat tugas untuk melakukan penelitian

    dengan tujuan memperpendek waktu tunggu pelanggan yang akan

    menggunakan saluran telepon. Dengan demikian teori antrean merupakan

    sebuah teori yang bermanfaat bagi dunia usaha, terutama yang berkaitan

    dengan lama waktu tunggu pelayanan. Tujuan teori antrean adalah optimalisasi

    (mempersingkat) lama pelanggan dalam menunggu hingga mendapatkan

    pelayanan. Proses antrean merupakan proses pada suatu fasilitas yang

    berhubungan dengan kedatangan pelanggan, menunggu dalam barisan antrean,

    mendapatkan pelayanan, dan terakhir keluar dari fasilitas tersebut setelah

    mendapatkan pelayanan.

    B. Elemen Pokok Antrean

    Elemen sistem antrean merupakan suatu komponen yang merupakan bagian

    atau anggota dari sistem antrean tersebut.

    Gambar 3.1 Ilustrasi suatu Antrean

    Dari Gambar 3.1, dapat dilihat bahwa individu atau barang atau benda

    yang masuk dalam suatu sistem akan melewati tahap kedatangan lalu mereka

    akan menunggu pada suatu antrean untuk mendapatkan pelayanan, berikutnya

    mereka akan mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masing-

    masing, dan terakhir akan keluar dari sistem/ pelayanan jika sudah

    mendapatkan pelayanan.

    Fasilitas/

    pelayanan

    Sumber

    Kedatangan

    Antrean Keluar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    Sebuah sistem antrean yang paling sederhana memiliki dua bagian dasar

    yaitu antrean tunggal dan fasilitas pelayanan tunggal. Sistem antrean memiliki

    6 elemen pokok suatu antrean yaitu sebagai berikut. (Pangestu dkk, 2000)

    1. Sumber Masukan.

    Sumber masukan ini terdiri dari suatu populasi orang, barang atau

    benda yang datang pada suatu sistem untuk dilayani. Populasi ini dapat

    berupa populasi terbatas dan populasi tidak terbatas. Populasi terbatas

    merupakan populasi yang dapat dilayani dalam sistem yang jumlahnya

    tertentu sedangkan populasi tak terbatas merupakan populasi yang relatif

    besar.

    2. Laju Kedatangan.

    Laju kedatangan merupakan rata-rata dari jumlah kedatangan

    individu, barang ataupun benda yang datang dalam sistem antrean pada

    waktu tertentu. Laju kedatangan suatu individu, barang atau benda dalam

    memasuki sistem dapat dengan cara pelanggan yang datang secara acak

    atau random maupun konstan yang berarti pelanggan yang datang setiap

    periode tertentu. Suatu individu dapat datang satu per satu ataupun

    berkelompok. Distribusi probabilitas yang digunakan dalam laju

    kedatangan adalah distribusi Poisson. Sedangkan distribusi yang

    digunakan untuk selisih antar waktu kedatangan adalah distribusi

    Eksponensial.

    3. Kapasitas Antrean.

    Kapasitas antrean merupakan faktor yang membatasi besar kecilnya

    jumlah individu yang dapat dilayani dalam suatu sistem. Bila faktor yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    membatasi besar kecilnya jumlah individu yang dapat dilayani dalam

    sistem, maka sistem tersebut mempunyai kapasitas antrean yang terbatas,

    namun sebaliknya bila kapasitas antrean bukan faktor yang membatasi

    besar kecilnya jumlah individu yang dapat dilayani dalam sistem, maka

    sistem tersebut mempunyai kapasitas antrean yang tidak terbatas.

    4. Laju pelayanan.

    Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan kepada

    pelanggan sebagai usaha untuk mencapai kepuasan pelanggan. Sedangkan

    kata “melayani” berarti membantu menyiapkan yang diperlukan oleh

    orang lain. Laju pelayanan merupakan rata-rata jumlah individu, barang

    ataupun benda yang dilayani dalam periode tertentu. Laju pelayanan dalam

    sistem antrean dibagi dua jenis, yaitu satu layanan dan beberapa layanan.

    Sebuah pelayanan dikatakan sebagai suatu laju satu layanan jika pelayanan

    kepada individu selesai dalam satu kali proses pelayanan. Misalnya,

    pelayanan dalam suatu bank. Individu dapat langsung meninggalkan

    fasilitas pelayanan setelah proses transaksi selesai. Sedangkan, sebuah

    pelayanan dikatakan suatu laju beberapa layanan jika pelayanan kepada

    individu tidak dapat diselesaikan dengan satu kali proses. Dengan kata

    lain, individu harus memenuhi beberapa proses untuk menyelesaikan

    segala kepentingannya. Misalnya, pelayanan di rumah sakit saat

    melakukan uji laboratorium, dimana pelayanan yang satu dengan yang

    lainnya saling berkaitan, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan dokter, uji

    laboratorium, pembayaran, hasil uji laboratorium, pengambilan obat, dan

    akhirnya keluar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    5. Disiplin Antrean.

    Disiplin antrean merupakan suatu pedoman yang digunakan untuk

    mengatur individu-individu dalam sebuah antrean untuk mendapat

    pelayanan terlebih dahulu. Adapun macam-macam disiplin antrean adalah

    sebagai berikut. (Kakiay, 2004)

    a. First-come first-served (FCFS), yang artinya merupakan individu yang

    terlebih dahulu datang, maka akan dilayani terlebih dahulu. Misalnya,

    antrean pembayaran belanja di swalayan.

    b. Last-come first-served (LCFS), yang artinya merupakan individu yang

    tiba paling akhir didahulukan dalam pelayanannya. Misalnya, sistem

    antrean dalam lift untuk lantai yang sama, yaitu pengguna lift yang

    masuk terakhir akan keluar terlebih dahulu.

    c. Service in random order (SIRO), yang artinya sistem pelayanan

    dengan individu akan dilayani secara acak atau tanpa memperdulikan

    siapa yang datang terlebih dahulu untuk dilayani. Misalnya,

    penerimaan telepon pada suatu operator ketika banyak telepon yang

    masuk.

    d. Priority service (PS), yang artinya merupakan prioritas pelayanan akan

    diberikan kepada individu yang memiliki prioritas lebih tinggi,

    meskipun sudah datang terlebih dahulu, jika prioritasnya lebih rendah

    maka akan dilayani setelah individu yang memiliki pelayanan lebih

    tinggi. Misalnya, pada antrean rumah sakit di UGD, ketika pasien

    dilihat darurat, maka akan dilayani terlebih dahulu.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    6. Keluar (Exit).

    Sesudah seseorang individu mendapatkan pelayanan, maka dia akan

    keluar dari suatu sistem tersebut. Individu tersebut meninggalkan suatu

    sistem dapat kembali ke dalam populasi asalnya ataupun pada populasi

    yang lebih kecil lagi.

    C. Model-model Teori Antrean

    Teori Antrean memiliki dua sistem notasi yang dipergunakan yaitu

    Notasi Kendal dan Notasi Persamaan.

    a. Notasi Kendall

    Notasi Kendal merupakan notasi yang dipergunakan untuk

    menyatakan model Teori Antrean berdasarkan banyaknya layanan (counter

    atau channel) dan banyaknya tahapan (phase). Notasi ini untuk pertama

    kali dikembangkan oleh seorang matematikawan berkebangsaan Inggris

    bernama David G. Kendall (Kendall, 1953). Pada awalnya, Kendall

    mengusulkan notasi A/S/c untuk model Teori Antrean. Huruf “A”

    menyatakan waktu antar kedatangan (time between arrival), “S”

    menyatakan distribusi waktu pelayanan (service time distribution), dan “c”

    banyaknya layanan (counter) dalam sistem tersebut. Notasi tiga huruf

    tersebut kemudian dikembangkan oleh Alec M. Lee (Lee, 1966) dengan

    menambahkan tiga notasi lagi menjadi (A/S/c):(K/N/D). Huruf “K”

    dipakai untuk menyatakan disiplin antrean, “N” adalah kapasitas

    pelayanan, dan “D” adalah sistem layanan atau laju pelayanan. Notasi

    (A/S/c):(K/N/D) diterangkan dalam tabel berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    Tabel 3. 1 Simbol-Simbol Pengganti Notasi Kendal-Lee

    Notasi

    Kendall

    Notasi

    Lee

    Keterangan

    A dan S M Markov menyatakan kedatangan dan

    kepergian berdistribusi Poisson (waktu

    antar kedatangan berdistribusi

    Eksponensial).

    D Deterministik menyatakan waktu antar

    kedatangan atau waktu pelayanan

    konstan

    𝐸𝑘 Waktu antar kedatangan atau waktu

    pelayanan berdistribusi eksponensial

    GI Distribusi independen umum dari

    kedatangan (waktu antar kedatangan)

    G Distribusi umum dari keberangkatan

    (waktu pelayanan)

    K FCFS First Come First Served

    LCFS Last Come First Served

    SIRO Service in Random Order

    PS Prioruty Service

    GD General Discipline (disiplin umum)

    dalam antrean (FCFS, LCFS, SIRO, PS)

    c, N, D 1, 2, 3, … , ∞

    Sebagai contoh, suatu parkiran kendaraan hanya memiliki satu pintu

    masuk, yaitu saat orang mengambil tiket masuk. Sistem ini termasuk dalam

    kategori satu layanan – satu tahapan (single channel – single phase) dan

    diberi notasi (M/M/1):(GD/∞/∞). Jenis antrean lain adalah yang dijumpai

    di kasir department store. Kasir department store biasanya memiliki lebih

    dari satu layanan (counter). Sistem ini termasuk dalam model beberapa

    layanan dan diberi notasi (M/M/c):(GD/∞/∞).

    b. Notasi Persamaan

    Notasi persamaan adalah notasi yang dipergunakan dalam

    pemodelan matematis Teori Antrean. Nilai untuk variabel-variabel dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    pemodelan ini diperoleh baik dari pengamatan maupun perhitungan.

    Notasi-notasi tersebut adalah sebagai berikut.

    𝜆 = Laju kedatangan (arrival rate), yaitu jumlah individu yang masuk

    ke dalam pelayanan per satuan waktu (individu/waktu). Cara

    menentukan laju kedatangan untuk melakukan sebuah

    perhitungan awal adalah

    𝜆 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛

    𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

    𝜇 = Laju pelayanan (service rate), yaitu jumlah individu per satuan

    waktu (unit/waktu). Cara menentukan laju pelayanan untuk

    melakukan sebuah perhitungan awal adalah

    𝜇 =𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑟𝑣𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑖

    𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢

    Sedangkan ukuran yang akan digunakan dalam ukuran performa di

    suatu antrean adalah sebagai berikut:

    𝑛 = jumlah individu dalam sistem

    𝐿𝑞 = rata-rata jumlah individu dalam antrean (individu)

    𝐿𝑠 = rata-rata jumlah individu dalam pelayanan (individu)

    𝑊𝑠 = rata-rata waktu tunggu dalam pelayanan (jam)

    𝑊𝑞 = rata-rata waktu tunggu dalam antrean (jam)

    𝑃𝑛 = probabilitas terdapat n individu dalam pelayanan

    𝑃0 = probabilitas tidak ada individu dalam pelayanan

    𝑃𝑤 = probabilitas fasilitas layanan sibuk

    𝑟 = tingkat kegunaan fasilitas pelayanan atau utilitas (rasio)

    𝑐 = banyaknya pelayanan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    Definisi 3. 1 Ukuran Steady-State

    Steady-State merupakan kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem

    tidak berubah dengan berjalannya waktu (konstan). Dari sebab itu, dapat

    didefinisikan bahwa probabilitas fasilitas layanan sibuk (𝑃𝑤) merupakan

    perbandingan antara laju kedatangan (𝜆) dengan laju pelayanan (𝜇).

    𝑃𝑤 =𝜆

    𝜇 3. 1

    Semakin tinggi laju kesibukan dalam pelayanan akan semakin

    rendah probabilitas kekosongan sistem (tidak ada individu/ pelanggan

    dalam sistem). Sebaliknya, semakin rendah laju kesibukan dalam

    pelayanan, akan semakin tinggi probabilitas kekosongan sistem. Dimana 𝑐

    merupakan banyaknya fasilitas pelayanan yang tersedia dalam suatu

    fasilitas pelayanan, dapat ditulis sebagai berikut.

    𝑃𝑤 =𝜆

    𝑐𝜇

    Kondisi Steady-State ini akan terpenuhi jika nilai 𝑃𝑤 < 1 yang

    berarti bahwa 𝜆 < 𝑐𝜇.

    Setelah mengetahui kondisi Steady-State di atas, dalam menyatakan suatu

    probabilitas terdapat 𝑛 individu dalam pelayanan dapat dibuktikan melalui

    teorema berikut, dengan menggunakan definisi yang sudah ada

    sebelumnya.

    Teorema 3.1 Probabilitas Terdapat 𝒏 Individu dalam Pelayanan

    Probabilitas terdapat n individu dalam pelayanan, diberi notasi 𝑃𝑛,

    adalah

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    𝑃𝑛 = (1 −𝜆

    𝜇) (𝜆

    𝜇)𝑛

    .

    Bukti:

    Misalkan 𝑃0 menyatakan probabilitas terdapat 0 (tidak ada) individu

    dalam pelayanan. Maka laju rata-rata pada proses meninggalkan keadaan 0

    adalah 𝜆𝑃0, dengan 𝜆 adalah laju kedatangan per satuan waktu (unit/waktu).

    Di lain pihak, keadaan 0 hanya dapat dicapai dari keadaan 1 melalui sebuah

    keberangkatan. Jika ada satu pelanggan dalam sistem menyelesaikan

    layanannya, maka sistem tersebut menjadi kosong.

    Sistem ini mengikuti steady-state, yaitu, untuk 𝑛 > 0 laju

    kedatangan sama dengan tingkat arus keluar. Karena laju pelayanan adalah

    𝜇 dan probabilitas tepat 1 pelanggan dalam pelayanan adalah 𝑃1, maka laju

    rata-rata memasuki keadaan 0 adalah 𝜇𝑃1 (Ross, 2007). Karena dalam

    proses ini berlaku prinsip steady-state, maka didapatkan persamaan:

    𝜆𝑃0 = 𝜇𝑃1 3. 2

    Sekarang perhatikan keadaan (state) 1. Pada keadaan ini, proses

    meninggalkan sistem ditentukan baik oleh laju kedatangan (𝜆) dan oleh

    keberangkatan (yang ditentukan oleh laju pelayanan 𝜇). Dengan kata lain,

    proses meninggalkan sistem ditentukan oleh 𝜆 + 𝜇. Dengan demikian,

    tingkat arus keluar pada keadaan 1 adalah (𝜆 + 𝜇)𝑃1. Di sisi yang lain,

    keadaan 1 dapat dimasuki dari keadaan 0 melalui kedatangan dan dari

    keadaan 2 dari keberangkatan. Dengan demikian, laju proses memasuki

    keadaan 1 adalah 𝜆𝑃0 + 𝜇𝑃2.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    Secara umum, laju meninggalkan keadaan 𝑛 ditentukan oleh laju

    kedatangan (𝜆) dan laju pelayanan (𝜇), sedangkan kelakuan memasuki

    keadaan 𝑛 ditentukan oleh laju meninggalkan pada keadaan 𝑛 + 1 dan laju

    kedatangan pada keadaan 𝑛 − 1. Berdasarkan prinsip steady-state,

    kesamaan laju meninggalkan dan laju memasuki, diperoleh persamaan

    berikut.

    Keadaan

    (State)

    Laju meninggalkan sistem

    = Laju memasuki sistem

    3. 3

    0 𝜆𝑃0 = 𝜇𝑃1

    𝑛, 𝑛 ≥ 1 (𝜆 + 𝜇)𝑃𝑛 = 𝜆𝑃𝑛−1 + 𝜇𝑃𝑛+1

    Dari 3. 3, maka diperoleh:

    𝑃1 =𝜆

    𝜇𝑃0

    3. 4

    𝑃𝑛+1=𝑃𝑛 +𝜆

    𝜇(𝑃𝑛 − 𝑃𝑛−1), 𝑛 ≥ 1

    3. 5

    Untuk 𝑛 = 1,

    𝑃𝑛+1 = 𝜆

    𝜇𝑃𝑛 + (𝑃𝑛 −

    𝜆

    𝜇𝑃𝑛−1) 3. 5

    𝑃1+1 = 𝜆

    𝜇𝑃1 + (𝑃1 −

    𝜆

    𝜇𝑃1−1) Substitusi 𝑛 = 1

    𝑃2 = 𝜆

    𝜇𝑃1 + (𝑃1 −

    𝜆

    𝜇𝑃0) Hasil dari substitusi

    𝑃2 = 𝜆

    𝜇𝑃1 + (𝑃1 − 𝑃1) 3. 4

    𝑃2 = 𝜆

    𝜇𝑃1 Hasil pengurangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    𝑃2 = (𝜆

    𝜇)2

    𝑃0 3. 4

    Maka, diperoleh:

    𝑃2 = (𝜆

    𝜇)2

    𝑃0 3. 6

    Untuk 𝑛 = 2,

    𝑃𝑛+1 = 𝜆

    𝜇𝑃𝑛 + (𝑃𝑛 −

    𝜆

    𝜇𝑃𝑛−1) 3. 5

    𝑃2+1 = 𝜆

    𝜇𝑃2 + (𝑃2 −

    𝜆

    𝜇𝑃2−1) Substitusi 𝑛 = 2

    𝑃3 = 𝜆

    𝜇𝑃2 + (𝑃2 −

    𝜆

    𝜇𝑃1) Hasil dari substitusi

    𝑃3 = 𝜆

    𝜇𝑃2 + (𝑃2 − 𝑃2) Penjabaran dari 3. 6

    𝑃3 = 𝜆

    𝜇𝑃2 Hasil pengurangan

    𝑃3 = (𝜆

    𝜇)3

    𝑃0 3. 6

    Maka, diperoleh:

    𝑃3 = (𝜆

    𝜇)3

    𝑃0

    3. 7

    Dengan menggunakan langkah yang sama, diperoleh:

    𝑃𝑛 = (𝜆

    𝜇)𝑛

    𝑃0

    3. 8

    Maka, diperoleh 𝑃𝑛 = (𝜆

    𝜇)𝑛

    𝑃0

    Selain itu, dapat juga dibuktikan dengan menggunakan induksi matematika,

    sebagai berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    Akan dibuktikan bahwa 𝑃𝑛= (𝜆

    𝜇)𝑛

    𝑃0.

    Bukti:

    1. Untuk 𝑛 = 1, maka

    𝑃𝑛 = (𝜆

    𝜇)𝑛

    𝑃0 3. 5

    𝑃1 = (𝜆

    𝜇)1

    𝑃0 Substitusi 𝑛 = 1

    𝑃1 = 𝜆

    𝜇𝑃0 Hasil substitusi

    2. Diasumsikan bahwa 3. 5 berlaku untuk 𝑛 = 𝑘, maka

    𝑃𝑘= (𝜆

    𝜇)𝑘

    𝑃0

    3. Akan dibuktikan persamaan 3. 5 berlaku untuk 𝑛 = 𝑘 + 1

    Yaitu:

    𝑃𝑘+1= (𝜆

    𝜇)𝑘+1

    𝑃0

    Substitusikan 3. 8 ke dalam 3. 5, dengan 𝑛 = 𝑘 + 1, maka diperoleh

    𝑃𝑘+2 =𝜆

    𝜇(𝜆

    𝜇)𝑘+1

    𝑃0 + (𝜆

    𝜇)𝑘+1

    𝑃0 −𝜆

    𝜇(𝜆

    𝜇)𝑘

    𝑃0

    𝑃𝑘+2 = (𝜆

    𝜇)𝑘+2

    𝑃0 + (𝜆

    𝜇)𝑘+1

    𝑃0 − (𝜆

    𝜇)𝑘+1

    𝑃0

    𝑃𝑘+2 = (𝜆

    𝜇)𝑘+2

    𝑃0

    Jadi, terbukti bahwa persamaan 3. 5 berlaku 𝑛 = 𝑘 + 1. Sehingga dapat

    disimpulkan bahwa 𝑃𝑛= (𝜆

    𝜇)𝑛

    𝑃0

    Kar