laporan sementara dasar
TRANSCRIPT
LAPORAN SEMENTARA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN PENGENALAN SERANGGA HAMA GUDANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TADULAKO
PENGENALAN SERANGGA HAMAHama Gudang
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS TADULAKO
2011
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta
hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak
tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang
menyerang dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas
yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang
(produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak
sedikit pula Janis dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau
penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih
mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taxonomi.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam
kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan
hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan
sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera,
misalnyaTribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll.
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan
terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk
dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari
golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang)
mempunyai sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di
lapang. Menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil
pertanian. Produk tanaman yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya
terbatas Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan
produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit
kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya (Wagianto, 2008).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama
Gudang yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan
hasil-hasil pertanian serta cara pengendaliannya dan gejala serangannya.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan
Hama Gudang untuk membedakan ciri morfologi dan kehilangan berat serta mengetahui cara
pengendalian Hama Gudang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)
2.1.1 Ciri morfologi
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang
relative kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-
kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing,
pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak
kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5
hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat
pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah
4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).
2.1.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies
(Callosobruchus chinensis) (Pustekom, 2005).
2.1.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas
kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %,
dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas
tertinggi ada pada komoditas beras (Indonesia, 2001).
2.1.4 Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama
ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).
2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)
2.2.1 Ciri morfologi
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput, mata
majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh
dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Rentikol, 2007).
2.2.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes)
( Wagianto, 2008).
2.2.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan
membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Darmadi,
2008)[email protected]
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan
pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan,
sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya
dilakukan dengan menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami.Ada pula yang
menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau
dengan tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik) (Naynienay, 2008).
2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
2.3.1 Ciri morfologi
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada
jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak
berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan
agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang
gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut
dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung
selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi
tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian
pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar
28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini
tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang
diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
oryzae) (Anonim, 2008 ).
2.3.3 Gejala serangan
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama
(Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung,
padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras
menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan
menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti
tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan
air liur hama (Naynienay, 2008).
2.3.4 Pengendalian
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah
dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama
ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan
pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang
disimpan (Naynienay, 2008).
2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)
2.4.1 Ciri morfologi
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna
coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
2.4.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda,
Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
zeamays) (Udha, 2008).
2.4.3 Gejala serangan
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan
butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala
serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas
jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).
2.4.4 Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah,
melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian
melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).
2.5 Kumbang Tepung (Tribolium sp)
2.5.1 Ciri morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda
dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5
mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil
(remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami
pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak
6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm.
Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah
menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari
(Wagianto, 2008).
2.5.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tribolium, Spesies
(Tribolium sp.) (Rioardi, 2009).
2.5.3 Gejala serangan
Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang
beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama
(Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya
memakan sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang
berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras,
tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah (Anonim,
2008).
2.5.4 Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat
dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu
dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk
pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia
( Wagianto, 2008).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 pukul 14.00 WITA
sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III
tentang Pengenalan Hama Gudang yaitu stoples yang dicet hitam, kain kasa hitam, karet gelang,
cawan petri, lup, pinset dan alat tulis menulis serta buku gambar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 ekor Kumbang Beras
(Sitophilus oryzae), 10 ekor Kumbang Tepung (Tribolium sp.), 10 ekor Kumbang Jagung
(Sitophilus zeamays), 10 ekor Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.), 10 ekor
Kumbang Kopra (Necrobia rufipes), 100gr beras (Oryza sativa), 100gr jagung (Zea mays), 100gr
tepung, 100gr kopra, 100gr kacang hijau (Vigna angularis) dan alkohol 70%.
3.3 Cara Kerja
Tiga hari sebelum melakukan pengamatan, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-
bahan yang dibawah, setiap bahan ditimbang seberat 100gr. Setelah melakukan penimbangan
kemudian masukan bahan dan 10 ekor serangga hama gudang ke dalam stoples yang sudah dicat
hitam. Setelah itu ditutup dengan kain kasa berwarnah hitam, agar tidak lepas kainya diikat
dengan karet gelang. Tiga hari kemudian semua bahan yang dimasukan kedalam toples
menimbang kembali untuk mengetahui penyusutan bahan dan dilakukan penimbangan sebanyak
empat kali pengamatan. Saat praktikum bahan hama gudang yang dibawah keluarkan dari stoples
kemudian mengamati struktur morfologinya serta menggambarnya di buku gambar.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama
Gudang didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
Grafik 1. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau (Vigna angularis).
Table 2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada [email protected] (Cocos nucifera)
Grafik 2. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Kopra (Cocos nucifera)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)
Grafik 3. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Beras (Oryza sativa).
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung
No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut
1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%
Grafik 5. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung.
4.1.2 Morfologi Hama Gudang
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui morfologi sebagai berikut :
Keterangan :1. Caput2. Antena3. Alat Mulut4. Mata Majemuk5. Toraks6. Tungkai Depan7. Tungkai Tengah8. Tungkai Belakang9. Abdomen10. Sayap
Gambar 35. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).Keterangan :Lubang Pada Kacang Hijau(Vigna angularis)
Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).
Keterangan :1. Caput2. Antena3. Alat Mulut4. Mata Majemuk5. Toraks6. Tungkai Depan7. Tungkai Tengah8. Tungkai Belakang9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).
Keterangan :Lubang Pada Kopra(Cocos nucifera) akibat serangan Kumbang Kopra(Necrobia rufipes)
Gambar 38. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).
Keterangan :1. Caput2. Antena3. Alat Mulut4. Mata Majemuk5. Toraks6. Tungkai Depan7. Tungkai Tengah8. Tungkai Belakang9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 39. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).Keterangan :Lubang Pada beras akibat serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)
Gambar 40. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).
Keterangan :1. Caput2. Antena3. Alat Mulut4. Mata Majemuk5. Toraks6. Tungkai Depan7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).
Keterangan :
Lubang Pada butir jagung (Zea mays)
Gambar 42. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).
Keterangan :1. Caput2. Antena3. Alat Mulut4. Mata Majemuk5. Toraks6. Tungkai Depan7. Tungkai Tengah8. Tungkai Belakang9. Abdomen
10. Sayap
Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.).
4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau
(Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada biji
kacang hijau (Vigna angularis), dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang
hijau (Vigna angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak
100gr. Pada penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009, berat pada
biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr. Belum menunjukan adanya penurunan
berat yang berarti persentase penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan
simpanan yang kedua yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa
tidak terjadi penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan awal.Pada
pengamatan ketiga yang [email protected] empat hari setelah pengamatan kedua
yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009, dari hasil penimbangan tidak terjadi penyusutun berat
bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu beratnya masih sama dengan
berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan terakhir yang dilakukan sebelum praktikum
berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2009 juga diperoleh hasil yang sama yaitu berat
bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr dan persentase
penyusutannya adalah 0%.
Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak biji yang telah
disimpan di dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan akibat hama dalam produk
simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan
kerugian yang nyata secara ekonomis (Wordpress, 2008).
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada pengamatan pertama
yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan, berat bahan
simpanan masih sama dengan berat awal yaitu seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada
pengamatan kedua tidak mengalami perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak
mengalami penyusutan berat yaitu persentase penyusutanya 0 %.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza sativa), pada
penimbangan pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan dan
penurunan berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di peroleh hasil bahwa berat bahan
simpanan dan persentase penyusutan tidak mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga
dan keempat.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami
penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua berat bahan simpanan pada
jagung (Zea mays) belum juga mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan
keempat.
Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada tepung dan
diperoleh hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi pada bahan simpanan
lainnya. Pada tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan dan hasilnya pun tidak mengalami
penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan
tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal antara lain hama gudang yang di
simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi
diakibatkan saat penimbangan semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak
ada yang tersisa. Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan
perkembang biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.
Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat caput,
antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang
kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh
kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-kuningan. Imago dari hama
ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra terdapat gambaran agak gelap.
Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina
dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan
dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).
Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang gejala
serangannya tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir biasanya
lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika tersimpan lama maka akan retak.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas
kopi, kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29
%,dan 0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan
intensitas tertinggi ada pada komoditas beras ( Wagianto, 2008).
Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa kumbang kopra
(Necrobia rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan abdomen. Pada torak terdapat
tiga pasang tungkai, yaitu tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh
kumbang kopra (Necrobia rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata
majemuk, abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh
dewasa yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada
kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang diserang baunya jadi
busuk.
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan
membuat kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur morfologinya terdiri atas
caput, toraks, dan abdomen.Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat
mata mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan
tungkai depan. Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak
kecoklatan. Pada bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak kemerahan
yang mana dua bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada
jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak
berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan
agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang
gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut
dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung
selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi
tempat hidupnya.Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian
pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini
sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini
tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang
diserang (Naynienay, 2008).
Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang
diserang terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang
mengakibatkan kualitas beras menjadi buruk.
(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama
(Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung,
padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras
menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan
menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti
tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan
air liur hama (Anonim, 2009).
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) [email protected] sama dengan
morfologi hama gudang lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih
panjang dari alat mulut hama gudang lainnya. Bagian morfologi yang tampak secara umum
adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) berwarna coklat
kehitam-hitaman.
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna
coklat, moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala serangan
hama gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan lebih dari satu lubang dan
ukuran lubangnya lebih besar.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan
butir-butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala
serangan pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas
jagung menurun karena bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa Kumbang Tepung
(Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen. Pada caput terdapat sepasang
antena, mata majemuk dan juga alat mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan
pada bagian abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp)
berwarna coklat kemerahan.
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda
dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5
mm. Kumbang betina mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil
(remah). Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami
pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak
6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai 8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva
kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago akan kembali masuk
ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan penyimpanan tepung
menjadi kotor.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah diserang warnanya
menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat
kotoran serangga (Anonim, 2008).
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk
simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus
oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan
fumigasi terhadap produk yang disimpan (Naynienay, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan pertanian pasca panen.
2. Morfologi hama gudang terdiri dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai
Depan, Tungkai Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan [email protected]
3. Pengendalian hama gudang untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi),
atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat [email protected]