laporan sementara a

40
SKENARIO A Diego, anak laki-laki, usia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetpai tidak suka bermain dengan anak lain. Diego anak pertama dari ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu Diego pernah mengalami demam dan sering mengonsumsi daging mentah, tetapi periksa kehamilan dengan teratur ke SpOG. Riwaya persalinan : lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Diego bisa tengkurap pada usia 6 bulan, berjalan pada usia 12 bulan, tidak ada riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang mederita kelainan sperti ini. Pemeriksaan Fisi dan Pengamatan : Berat badan 17 kg, tinggi badan 92 cm, lingkaran kepala 50 cm, Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat ke benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan oleh orang lain. Pemeriksaan fisik umum, neurologis, dan laboratorium dalam batas normal. Tes pendengaran normal.

Upload: alvhine

Post on 30-Oct-2014

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Sementara A

SKENARIO A

Diego, anak laki-laki, usia 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak bisa duduk diam. Diego hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Diego juga selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Senang bermain dengan bola, tetpai tidak suka bermain dengan anak lain.

Diego anak pertama dari ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu Diego pernah mengalami demam dan sering mengonsumsi daging mentah, tetapi periksa kehamilan dengan teratur ke SpOG. Riwaya persalinan : lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Diego bisa tengkurap pada usia 6 bulan, berjalan pada usia 12 bulan, tidak ada riwayat kejang, dan tidak ada keluarga yang mederita kelainan sperti ini.

Pemeriksaan Fisi dan Pengamatan :

Berat badan 17 kg, tinggi badan 92 cm, lingkaran kepala 50 cm, Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau kontak mata dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan.

Ketika diberikan bola, dia menyusun bola-bola secara berjejer, setelah selesai lalu dibongkar, kemudian disusun berjejer lagi, dan dilakukan berulang-ulang.

Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif). Tidak melihat ke benda yang ditunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan oleh orang lain.

Pemeriksaan fisik umum, neurologis, dan laboratorium dalam batas normal.

Tes pendengaran normal.

Page 2: Laporan Sementara A

I. Klarifikasi Istilah1. Kelainan Komunikasi

a. Belum bisa bicara

b. Tidak mau senyum

c. Tidak bereaksi terhadap panggilan

2. Kelainan Motorik

a. Tidak bisa duduk diam

b. Selalu bergerak

c. Menarik tangan ibu

d. Gerakan berulang

e. Tidak bisa melihat dan menunjuk benda yang ditunjuk

3. Lahir spontan : proses kelahiran secara pervaginam (persalinan normal)

4. Kehamilan : masa dimana seorang wanita membawa embrio atau fetus didalam

tubuhnya.

5. Demam : peningkatan suhu tubuh diatas normal.

6. Kejang : perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari

aktivitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang

berlebihan.

7. Dismorfik : kelainan pada perkembangan morfologi.

8. Imajinatif : kekuatan atau proses menghasilkan citra, mental dan ide.

II. Identifikasi Masalah

1. Diego, anak laki-laki, 30 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara dan tidak

bisa duduk diam.

2. a. Riwayat Kehamilan :

- usia ibu : 34 tahun, anak pertama

- pernah demam

- mengonsumsi daging mentah

b. Riwayat Persalinan :

- lahir spontan

- Lahir langsung menangis

3. Diego mengalami kelainan :

a. Verbal :

- Hanya bisa mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang

tuanya dan orang lain.

Page 3: Laporan Sementara A

- Tidak bereaksi terhadap panggilan.

b. Motorik :

- Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan

- Senang bermain bola, tetapi tidak suka bermain dengan anak lain.

- Menarik tangan ibunya bila memerlukan bantuan.

c. Mata/Penglihatan :

- Tidak mau kontak mata dan tersenyum.

- Tidak menoleh bila dipanggil

- Tidak melihat dan tidak bisa menunjuk benda yang ditunjuk.

III. Analisis Masalah1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak usia 0-30 bulan ?

(pertumbuhan kognitif, motorik, bahasa)

2. Apa yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu ?

(secara umum dan kasus ini)

3. Apa arti belum bisa bicara dan hanya mengoceh yang tidak dimengerti ? (etiologi dan

mekanisme)

4. Apa hubungan riwayat kehamilan ibunya pernah demam dan sering mengonsumsi

daging mentah dengan keadaan yang dialami Diego ?

Riwayat sering mengonsumsi daging mentah merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya autisme pada janin yang dikandung, dimana daging yang mentah banyak

mengandung parasit ataupun bakteri lainnnya yang bisa menyebabkan seorang ibu

hamil mengalami toksoplasma yang salah satu gejalanya yaitu demam yang

mengindikasikan terjadinya infeksi, ibu hamil yang mengalami toksoplasma atau

terinfeksi ini mengakibatkan terjadi kerusakan jaringan otak janin sehingga janin

mengalami kelainan-kelainan antara lain: kelainan sistemik, seperti kuning,

pembesaran hati dan limpa, juga pendarahan, kelainan saraf mata, gangguan fungsi

saraf pusat (gangguan kecerdasan dan keterlamabatn bicara), cacat bawaan, seperti

pembesaran kepala (hydrocephalus), keguguran.

5. Apa arti anak tidak bisa duduk diam ? (etilogi, mekanisme, biasa sering ditemukan

pada kelainan apa saja)

6. Apa arti tidak bereaksi terhadap panggilan pada kasus ini ? (etiologi dan mekanisme)

Page 4: Laporan Sementara A

7. Apa arti tidak mau kontak mata dan tersenyum pada kasus ini ? (etiologi dan

mekanisme)

Anak sadar, tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa Abnormal

Kondisi kesadaran penuh seharusnya dapat melakukan kontak mata terhadap

seseorang. Kurang kontak mata bisa disebabkan kurangnya perhatian atau anak yang

diperiksa tidak kooperatif. Normalnya, bayi diatas 6 bulan sudah dapat memfokuskan

pandangannya terhadap objek tertentu.

Penyebab lainnya bahwa pada penderita terdapat gangguan kualitatif dalam interaksi

sosialnya (tidak merespon stimulus yang diberikan berupa cahaya dan mainan),

termasuk dalam intergritas prilaku social, emosional dan komunikatif (tidak

kooperatif)

8. Apa arti menarik tangan Ibu bila memerlukan bantuan pada kasus ini ? (etiologi dan

mekanisme)

9. Apa arti tidka mau bermain dengan anak lain pada kasus ini ? (etiologi dan

mekanisme)

10. Apa arti tidak bisa bermain pura-pura (imajinatif) pada kasus ini ? (etiologi dan

mekanisme)

11. Apa arti tidak bisa melihat dan menunjuk benda yang ditunjuk pada kasus ini ?

(etiologi dan mekanisme)

12. Apa arti tindakan berulang-ulang pada kasus ini ? (etiologi dan mekanisme)

13. Apa DD pada kasus ini ?

14. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan working diagnosis kasus ini ?

Pedoman diagnostic untuk Autisme menurut PPDGJ-III5

A. Harus ada total 6 gejala dari (1),(2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-

masing 1 gejala dari ( 2 ) dan (3), yaitu :

1. Kelemahan kwalitatif dalam interaksi sosial, yang termanifestasi dalam sedikitnya 2 dari

beberapa gejala berikut ini :

a) Kelemahan dalam penggunaan perilaku nonverbal, seperti kontak mata, ekspresi

wajah, sikap tubuh, gerak tangan dalam interaksi sosial.

b) Kegagalan dalam mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan

tingkat perkembangannya.

c) Kurangnya kemampuan untuk berbagi perasaan dan empati dengan orang lain.

d) Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.

Page 5: Laporan Sementara A

2. Kelemahan kualitatif dalam bidang komunikasi.

Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:

a) Perkembangan bahasa lisan terlambat.

b) Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak digunakan untuk berkomunikasi

c) Sering menggunakan bahasa yang aneh, stereotype dan berulangulang.

d) Kurang mampu bermain imajinatif ( make believe play ) atau permainan imitasi sosial

lainnya sesuai dengan taraf perkembangannya.

3. Pola perilaku serta minat dan kegiatan yang terbatas, berulang.

Minimal harus ada 1 dari gejala berikut ini:

a) Preokupasi terhadap satu atau lebih kegiatan dengan focus dan intensitas yang

abnormal/ berlebihan.

b) Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik atau rutinitas

c) Gerakan-gerakan fisik yang aneh dan berulang-ulang seperti menggerak-gerakkan

tangan, bertepuk tangan, menggerakkan tubuh.

d) Sikap tertarik yang sangat kuat/ preokupasi dengan bagian-bagian tertentu dari

obyek.

B. Keterlambatan atau abnormalitas muncul sebelum usia 3 tahun minimal pada salah satu

bidang (1) interaksi sosial, (2) kemampuan bahasa dan komunikasi, (3) cara bermain

simbolik dan imajinatif.

C. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan Disintegratif Masa Anak .

15. Apa etiologi dan faktor risiko kasus ini ?

Etiologi :

1. Faktor Psikodinamika dan keluarga

2. Kelainan organik-neurologis-biologis

3. Faktor genetika

4. Faktor imunologis

5. Faktor perinatal

6. Temuan Neuroanatomi

7. Temuan Biokimia

Faktor Risiko :

a. Usia calon ibu & ayah yang berpengaruh pada kejadian autisme.

Page 6: Laporan Sementara A

1) Ibu yang hamil usia 30-34tahun beresiko 27% untuk memiliki anak autis. Resiko ini

makin meningkat pada ibu yang hamil diatas 40 tahun.

2) Untuk calon ayah, setiap 5 tahun resikonya bertambah 4%. Ayah yang berusia 40

tahun atau lebih beresiko enam kali lebih tinggi dari ayah berusai dibawah 30

tahun.

3) Para ahli menduga ini disebabkan faktor kromosom yang abnormal pada sel telur

wanita paruh baya dan mutasi sel sperma pada pria.

b. Komplikasi yang dialami saat mengandung juga berpengaruh, seperti:

1) Perdarahan selama kehamilan memiliki resiko 81%, karena diketahui

memengaruhi oksigen pada janin (fetal hypoxia) untuk perkembangan otak janin

yang pada akhirnya meningkatkan risiko autisme.

2) Ibu yang diabetes gestasional memiliki resiko 2x lipat (4 dari 100 kehamilan)

3) infeksi selama persalinan terutama infeksi virus.

4) penggunaan obat-obatan, seperti obat depresi atau gangguan emosional lain

terhadap kejadian austime. Mengenai hal ini, para peneliti menyatakan belum

bisa disimpulkan apakah autisme terjadi akibat efek samping obat atau pengaruh

kondisi kejiwaan calon ibu saat hamil.

5) merokok dan stres selama kehamilan terutama trimester pertama

6) Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya autism adalah :

pemotongan tali pusat terlalu cepat, Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE

rendah < 6 ), lamanya persalinan, letak presentasi bayi saat lahir dan berat lahir

rendah ( < 2500 gram ).

7) Faktor makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil diduga juga berpengaruh.

c. Ada riwayat keluarga yang menderita

d. Faktor lingkungan : infeksi, paparan logam berat, bahan bakar, phenol pada

plastik, merokok, alkoholisme, obat, vaksin, pestisida, dll.

16. Bagaimana epidemiologi kasus ini ?

17. Bagaimana patogenesis kasus ini ?

18. Apa manifestasi klinis kasus ini ?

Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan

adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam

Page 7: Laporan Sementara A

bermain, bahasa, perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan

sosial dan gangguan dalam perasaan sensoris.

Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal meliputi kemampuan

berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara.

Menggunakan kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim

digunakan.Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya

dapat berkomunikasi dalam waktu singkat. Kata-kata yang tidak dapat

dimengerti orang lain ("bahasa planet"). Tidak mengerti atau tidak

menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai. nEkolalia (meniru atau

membeo), menirukan kata, kalimat atau lagu tanpa tahu artinya. Bicaranya

monoton seperti robot. Bicara tidak digunakan untuk komunikasi dan imik

datar.

Gangguan dalam bidang interaksi sosial meliputi gangguan menolak atau

menghindar untuk bertatap muka. Tidak menoleh bila dipanggil, sehingga

sering diduga tuli. Merasa tidak senang atau menolak dipeluk. Bila

menginginkan sesuatu, menarik tangan tangan orang yang terdekat dan

berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknya. Tidak berbagi

kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati malah menjauh.

Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan orang lain dan mengharapkan

tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya.

Gangguan dalam bermain diantaranya adalah bermain sangat monoton dan

aneh misalnya menderetkan sabun menjadi satu deretan yang panjang,

memutar bola pada mainan mobil dan mengamati dengan seksama dalam

jangka waktu lama. Ada kelekatan dengan benda tertentu seperti kertas,

gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila

senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka,

tetapi lebih menyukai benda yang kurang menarik seperti botol, gelang karet,

baterai atau benda lainnya Tidak spontan / reflek dan tidak dapat

berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan

tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura. Sering

memperhatikan jari-jarinya sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang

bergerak. Perilaku yang ritualistik sering terjadi sulit mengubah rutinitas

Page 8: Laporan Sementara A

sehari hari, misalnya bila bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila

bepergian harus melalui rute yang sama.

Gangguan perilaku dilihat dari gejala sering dianggap sebagai anak yang

senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak

dapat terlihat hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama

kali ia datang, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari, berlari-

lari tak tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan

tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti diri sendiri

seperti memukul kepala atau membenturkan kepala di dinding. Dapat

menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong

dengan tatap mata kosong. Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat

sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang.

Tidak dapat menunjukkan akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain

atau dirinya sendiri. Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan

perilaku lainnya.

Gangguan perasaan dan emosi dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa

sendiri, menangis atau marah tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak

terkendali (temper tantrum), terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang

diinginkan. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum)bila

keinginannya tidak didapatkannya, bahkan bisa menjadi agresif dan merusak..

Tidak dapat berbagi perasaan (empati) dengan anak lain

Gangguan dalam persepsi sensoris meliputi perasaan sensitif terhadap

cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan

sampai berat. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja.

Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci

rambutnya. Meraskan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak

menyukai rabaan atau pelukan, Bila digendong sering merosot atau

melepaskan diri dari pelukan. Tidak menyukai rabaan atau pelukan, Bila

digendong sering merosot atau melepaskan diri dari pelukan.

19. Bagaimana tatalaksana kasus ini ?

Medikamentosa – mengatasi gejala autisme tanpa menghilangkan secara total

a. Antidepresan dan antianxietas– mengurangi efek stimulasi perilaku sendiri,

mengurangi pergerakan berulang dan temper tantrums

Page 9: Laporan Sementara A

1) Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) - Atomoxetine 0.5 mg/kg PO

2) Imipramine 10-25 mg/d PO

3) Bupropion 37.5-300 mg/d PO} antidepresan

4) Desipramine 10-25 mg PO

b. Psikotropik – bekerja sebagai antipsikotik, mengatasi gejala dari autisme, mengurangi

perilaku agresif, pergerakan berulang

1) Methylphenidate

2) Dexmethylphenidate

3) Amphetamine

c. Stimulan – untuk mengontrol perilaku dan afek (mood), mengatur fokus (lebih

mudah berkonsentrasi) metamfetamin

d. Fenfluramin : Suatu obat yang mempunyai efek mengurangi kadar serotonin darah

yang bermanfaat pada beberapa anak autisme

e. Ritalin Untuk menekan hiperaktifitas

f. Risperidon dengan dosis 2 x 0,1 mg telah dapat mengendalikan perilaku dan

konvulsi.

Selain medikamentosa, ada 10 Jenis Terapi Autisme yang dapat dilakukan pada

kasus:

a. Terapi pendidikan dan perilaku : Applied Behavioral Analysis (ABA) dan Treatment

and Education of Autistic and Related Communication Handicaped Children (TEACCH)

Page 10: Laporan Sementara A

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan

didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi

pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement

(hadiah/pujian).

b. Terapi Wicara

Anak yang mengalami hambatan bicara dilatih dengan proses pemberian

reinforcement dan meniru vokalisasi terapis,terapi bicara dalam upaya meningkatkan

kemampuan komunikasi anak autis.

c. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan

motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang

pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap

Page 11: Laporan Sementara A

makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat

penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

d. Terapi Fisik /fisioterapi

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu

autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-

kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan

tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak

menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan

tubuhnya.

e. Terapi Sosia

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang

komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam

ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat

bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada

mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.

f. Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan

dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,

komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam

hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

g. Terapi Perilaku

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak

memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka

banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila

mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar

belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan

merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk

memperbaiki perilakunya.

h. Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap

sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan

tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan

Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA

yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

Page 12: Laporan Sementara A

i. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).

Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi

melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode dan PECS ( Picture Exchange

Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk

mengembangkan ketrampilan komunikasi.

j. Terapi Biomedik

Gejala-gejala anak autis diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan

berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa

secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal

yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.

Diet

Penderita autis mungkin menderita cerebral alergies sehingga dibutuhkan intervensi

untuk meningkatkan kekebalan dan menghindari alergi seperti:

Hindari makanan yang mengandung casein dan protein tepung (glutein)

Berikan Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah

mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan

keseimbangan mikroflora usus.

Berikan vitamin C sebagai antioksidan.

Hindari makanan yang mengandung pengawet

20. Apa komplikasi kasus ini ?

1. Anak autis yang tidak terdeteksi secara dini akan mengalami gangguan bicara,

interaksi social dan perilaku yang menetap.

2. Jika gagal dideteksi dan tidak sesuainya intervensi akan menyebabkan terjadinya

eksaserbasi ketidakmampuan (disabilitas) dalam akademik,sosial, dan pekerjaan.

3. Meningkatkan resiko terjadinya mayor depresi sekunder atau reaksi lainnya

4. Malnutrisi

5. Gangguan tidur

6. Tidak merespon nyeri jadi bisa melukai diri sendiri

21. Bagaimana prognosis kasus ini ?

22. Apa KDU pada kasus ini ?

Page 13: Laporan Sementara A

KDU 2: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :

pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien

secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

(spesialis anak subspesialis tumbuh kembang)

IV. Hipotesis

Diego, anak laki-laki, 30 bulan, mengalami gangguan komunikasi, perilaku dan interaksi

sosial et causa ASD.

V. Kerangka Konsep

VI. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues

1. Pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia 0-30 bulan

2. ASD

PEMBAGIAN ANALISIS MASALAH

NOVRILIA 1 12 21 10

DITA 2 13 20 9

LINA 3 14 19 8

NITA 4 15 18 7

ADRI 5 16 17 6

AMOI 6 17 16 5

REVI 7 18 15 4

IMAM 8 19 14 3

VITRI 9 20 13 2

MIKO 10 21 12 1

ANCES 11 22 2 17

Page 14: Laporan Sementara A

kirim ke email revi : [email protected]

paling lambat, KAMIS, 3 JANUARI 2013 PUKUL 19.00

(7 MALAM)

A. Perkembangan Pediatric Normal

Perkembangan normal seorang anak dapat dinilai dari beberapa aspek, meliputi :

1. Gross motor : Mengontrol pergerakan kepala, duduk, dan berjalan.

2. Fine motor : Memegang sendok, memungut benda-benda kecil.

3. Sensori : Melihat, mendengar, merasakan, menyentuh.

4. Bahasa : Dapat berbicara dan memahami perkataannya, mengerti

apa yang orangtua mereka dan teman-teman lain katakan.

5. Sosial : Dapat bermain bersama dengan anggota keluarga dan

anak-anak lain.

Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, berikut beberapa parameter

perkembangan normal anak dari usia 0-2 tahun dari beberapa literatur, yaitu :

1. Perkembangan Kognitif

Usia Kemampuan dan

proses berpikir

Komunikasi Gerakan

0-3 -Berespon terhadap suara -Berceloteh/bersuara -Mengangkat kaki dan tangan

Page 15: Laporan Sementara A

bulan baru

-Mengikuti benda dengan

mata

-Melihat objek dan orang

-Tersenyum pada suara

ibu -Belajar mengangkat kepala

-Melihat pergerakan tangan

sendiri

3-6

bulan

-Mengenal ibu

-Mengapai objek

-Memalingkankepala

pada suara

-Mulai meraba

-Meniru suara

-Menangis dengansuara

berbeda

-Mengangkat kepala 90

derajat dan mengangkat

dada dengan bertopang

tangan

-Mengerakkan benda dalam

bermain

6-9

bulan

-Meniru gerakan

sederhana

-Berespon jika dipanggil

nama

-Membuat kata-

kataberulang yang

tidakbermakna (gagaga,

dada, dst)

-Menggunakan

suarauntuk

menarikperhatian

-Merayap/ merangkak

-Dapat duduk tanpa dibantu

-Sudah dapat tengkurap dan

berbalik sendiri

-Berdiriberpegangan kemeja

-Bertepuk tangan

-Memindahkanobjek dari

satutangan ke tangan lainnya

9-12

bulan

-Bermain permainan

sederhana

-Bergerak menuju benda

yang diminati

-Melihatgambar pada

buku

-Melambaikantangan

untuk“dada”

-Berhenti ketikadikatakan

“tidak”

-Meniru kata-katabaru

-Berjalan sambilberpegangan

-Menyatakan inginbenda

tertentu

-Mencoret dengan pensil

warna

12-18

bulan

-Meniru suara dan

gerakan yang baru

-Menunjuk pada benda

yang diinginkan

-Menyusun 2-3 kotak

-Menggelengkan kepala

menyatakan “tidak”

-Meniru kata baru

-Mengikuti instruksi

sederhana

-Mengucapkan 5-10 kata

-Memperlihatkan rasa

cemburu dan bersaing

-Berjalan sendiri

-Naik /turun tangga

Page 16: Laporan Sementara A

18-24

bulan

-Menyusun 6 kotak -Menyusun kalimat

dengan 2 kata

-Naik turun tangga

2. Perkembangan Bahasa

3. Perkembangan Perilaku Normal3

a. Motorik

Umur Motor Behavior Adaptive

1 bulan Kepala merebah, tonic neck

reflex, tangan mengepal.

Melihat sekitarnya, tracking eye

movement ada tapi terbatas.

4 bulan Kepala tak merebah lagi, letak

simetris, tangan terbuka.

Tracking eye movement baik,

menggenggam benda yang diberikan

padanya.

7 bulan Duduk dengan sokongan kedua Memindahkan kubus dari satu tangan ke

Page 17: Laporan Sementara A

tangan, memegang kubus,

melihat dan menyentuh kancing.

tangan yang lain.

10 bulan Duduk tanpa sokongan tangan,

merangkak hingga berdiri.

Bermain dengan 2 kubus, yang satu

disentuhkan dengan yang lain

1 tahun Berjalan dengan bantuan, duduk

bersila. Mengetahui arti kancing,

memasukan dan mengambilnya

dari botol.

Memindahkan kubus kedalam cangkir.

1,5 tahun Berjalan tanpa jatuh. Duduk

sendiri di kursi kecil. Menyusun

tumpukan dengan 3 kubus.

Mengeluarkan kancing dari botol.

Meniru coretan garis lurus.

2 tahun Berlari.

Menyusun tumpukan dari 6

kubus.

Meniru coretan garis lingkaran.

3 tahun Berdiri dengan 1 kaki tanpa

jatuh.

Membuat tumpukan dari 10

kubus.

Membuat jembatan dengan 3 kubus.

Meniru gambar silang.

4 tahun Berjinjit. Membuat pintu gerbang dengan 5 kubus.

Menggambar orang.

5 tahun Berjinjit dengan kaki bergantian. Dapat menghitung 10 sen.

b. Sosial3

Umur Status Interaksi

Sosial

Tindakan

0-1 bulan Belum ada Menangis & Diam, dipengaruhi oleh stimuli

eksternal

Dapat melihat wajah orang.

2-4 bulan Awal reaksi social Tertawa dan tersenyum bila melihat wajah orang.

Bermain dengan tangan dan pakaian, mengenal

botol dan bersiap-siap untuk makan.

5-6 bulan Kontak sosial aktif Minta perhatian ortu dengan membuat suara atau

menyentuh ortu.

8-12 bulan Perkembangan Membedakan wajah marah & tidak dengan

Page 18: Laporan Sementara A

social aktif memalingkan muka. Membedakan suara.

Bertindak ramah pada orang yang dikenal, dan malu

pada orang yang belum dikenal.

1-2 tahun Penyempurnaan

social aktif

Anak mencari mengharapkan ada teman bermain,

mencari teman sebaya.

Memberikan mainan bila diminta.

2-4 tahun Masa

membangkang

Anak berulang-ulang mengatakan “saya mau”

dan akan marah bila tidak terpenuhi.

Sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan

oleh ortunya.

5-6 tahun Masa adaptasi Anak mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan,

krn pd masa ini terdapat perkembangan kesadaran

kewajiban dan pekerjaan.

> 6 tahun Masa berpikir dan

emosi

Anak mulai malas bekerja (harus dirangsang). Anak

mulai tahu membenci dan menyanyangi orang lain,

serta menilai sikap lingkungan terhadapnya.

> 9 tahun Masa mandiri Anak sedikit mulai menetang pimpinan dan mencari

jalannya sendiri.

B. Interpretasi Keluhan:

1. Gangguan Keterlambatan Bicara

Etiologi umumgangguanatauketerlambatanbicaraadalahsebagaiberikut:

a. Gangguan Pendengaran

Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar

pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan

bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan

pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi

bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem

pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi

ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila

terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan

pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak,

pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat

(hiperbilirubin).Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi

Page 19: Laporan Sementara A

kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya

normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang

disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya

kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf

degeneratif.

b. Kelainan Organ Bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan

mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft

palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah

pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan

mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula

mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan

bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa

rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi

seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

c. Retardasi Mental

d. Genetik Herediter dan Kelainan Kromosom

Biasanya juga terjadi pada salah satu atau ke dua orang tua saat

kecil. Biasanya keterlambatan. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan

kromosom 47xxx terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan

membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah. Sedangkan Bruce

Bender berpendapat bahwa kromosom 47xxy mengalami kelainan bicara

ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47xxx.

e. Kelainan sentral (otak)

Ketidaksanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan

masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering

menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada

pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.

f. Autisme

Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena

autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang

ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif,

bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial.

g. Mutisme Selektif

Page 20: Laporan Sementara A

Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun,

yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila

ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang

tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak

dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan

motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan

komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

h. Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya

Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,

gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali.

Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala

tersamar lainnya

Pada kasus: Penderita autis terjadi pertumbuhan abnormal:

a. Pada sel saraf integratif di korteks frontalis

b. Pematangan mielin terlalu cepat di daerah frontalis dan temporalis

Mielinisasi jaras saraf hambatan proses menterjemahkan gagasan

lambat

c. Perkembangan sinaps yang tidak sempurna

Sedangkan fungsi dari lobus frontalis dan temporalis adalah untuk

proses berbahasa dan kognitif, seperti are Broca dan area Wernicke. Pada

otakbagianlobustemporalis. Di bagian posterior darigirustemporalis di

lobustemporalisterdapatareayang disebutarea Wernicke

dimanasebagaiareautamauntukpemahamanbahasa,

yaituberfungsimembentukbuahpikiranuntukdiekspresikan dan memilih kata-

kata yang akandigunakansertamengaturmotorikvokalisasi dan kerja yang

nyatadarivokalisasiitusendiri.

Jikaareainiterganggumakapenderitatakmampumemformulasikanbuahpikirannya

untukdikomunikasikan. Maka dari itu, pertumbuhan abnormal pada kedua

daerah tersebut menyebabkan Rachmad mengalami keterlambatan berbicara.

2. Hiperaktif

Pada beberapa studi menunjukkan, adanya abnormalitas pada beberapa area

di otak penyandang autis. area yang mengalami gangguan di antaranya adalah

lobus frontalis dan ganglia basalis yang berperan dalam representasi dalam action

Page 21: Laporan Sementara A

plans, motoric plans, dan working memory, sehingga terjadi gangguan pengaturan

motorik dan pada beberapa anak bermanifestasi sebagai hiperaktivitas ataupun

sebaliknya, tergantung dangan mekanisme gangguan yang terjadi. Mekanisme pasti

belum diketahui, namun beberapa teori menunjukkan keterlibatan beberapa

neurotransmitter dan juga dipengaruhi oleh jumlah neuron di otak.

Hipokampus bertanggung jawab untuk fungsi belajar dan daya ingat.

Kerusakan pada bagian otak ini menyebabkan kesulitan dalam menyerap dan

mengingat informasi baru. Juga dapat menyebabkan timbulnya perilaku yang

stereotipik, stimulasi diri dan hiperaktivitas.

3. Tidak bereaksi terhadap panggilan

Gangguan integrasi sensoris.

Gangguan bahasa pada kasus ini disebabkan karena ”processing system”

pada otak yang menyebabkan pemasukan tidak diproses dengan sempurna,

sehingga anak autis tidak memahami masukan kata tersebut.Gangguan sistem

prosesing ini disebabkan oleh berbagai gangguan fungsi otak.Juga terdapat

gangguan pada mirror neuron system, yaitu sistem yang diperlukan untuk

mengcopy dan mengerti tindakan dan emosi dari orang lain.

Karena Rachmat mengalami gangguan pada kualitatif interaksi social.

Kondisi kesadaran penuh seperti waspada seharusnya dapat melakukan kontak

mata terhadap seseorang. Kurang kontak mata bisa disebabkan kurangnya

perhatian atau anak yang diperiksa tidak kooperatif. Normalnya, bayi diatas 6 bulan

sudah dapat memfokuskan pandangannya terhadap objek tertentu.

Ini juga mungkin terjadi karena Rachmat mengalami gangguan komunikasi

dan bahasa. Rachmat hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti

orangtuanya dan orang lain. Keadaan ini membuat ia tidak mengerti perintah

dengan banyak kata di dalamnya yang memerlukan fungsi kognitif.

4. Tidak suka bermain dengan teman

Interaksi sosial anak autistik dibagi dalam 3 kelompok yaitu:

a. Kelompok yang menyendiri, umumnya anak ini menerik diri, acuh tak acuh,

akan kesal bila diadakan pendekatan sosial dan menunjukkan perilaku dan

perhatian yang terbatas atau tidak hangat.

Page 22: Laporan Sementara A

b. Kelompok pasif, dpat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak

lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.

c. Kelompok aktif tapi aneh, secara spontan akan mendekati anak lain namun

interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. Walaupun

mereka berminat untuk mengadakan hubungan karena ketidakmampuan mereka

untuk memhami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial. Kesadaran

sosial yang kurang menyebabkan mereka baik dalam bentuk vokal maupun

ekspresi wajah. Hal ini menyebabkan anak autis tidak dapat berempati kepada

orang lain.

Hal ini menunjukkan adanya gangguan interaksi sosial penderita dalam

beraktivitas bersama-sama dengan orang lain yang ditandai dengan tidak aktifnya

daerah otak yang memproses ekspresi wajah (daerah lobus temporalis) & emosi

(amygdala) selama melakukan tugas tersebut. Kerusakan lobus temporalis

menyebabkan anak kehilangan perilaku sosial yang diharapkan, kegelisahan,

perilaku motorik berulang dan kumpulan perilaku terbatas.

Beberapa penyebab lain:

a. Peningkatan homo vanilic acid (metabolit utama dari dopamine) dalam cairan

serebrospinal disertai dengan peningkatan penarikan diri dan stereotipik.

b. Temuan lain, penurunan sel purkinje di serebelum mungkin menyebabkan

kelainan atensi, kesadaran dan proses sensorik

c. Ditemukan kelainan pada lobus temporalis penarikan diri.

d. Adanya gangguan komunikasi pada penderita autistic

e. Faktor neurokimiawi adanya peningkatan opioid endogen (enchepalin dan

endhorpine) yang mengakibatkan anak anak tersebut merasa nyaman dengan

dirinya sendiri.

f. Teori Emphatizing – Systemizing teori ini menyimpulkan bahwa pada anak

autistic tedapat gangguan pada otak yang membuat kecenderungan otak untuk

membentuk sistem sendiri untuk anak tersebut (Systemizing) sehingga sistem

ini menutupi kemampuan anak untuk berempati pada lingkungan sekitarnya

(Emphatizing). Akibatnya anak tersebut merasa lebih asik bermain sendiri

daripada bergaul dengan orang lain.

Page 23: Laporan Sementara A

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis

disebabkan karena multifaktorial. Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian

ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya autis.

Beberapa teori penyebab autis adalah :

a. Teori kelebihan opioid

b. Abnormalitas pertumbuhan sel otak7

Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untuk mengalirkan

impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impuls listrik (dendrit). Sel

saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks). Akson

dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel saraf

berhubungan satu sama lain lewat sinaps.

Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester

ketiga, pembentukan sel saraf berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit,

dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.

Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa

bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini

dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain

growth factors dan proses belajar anak.

Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,

dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak

yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan

sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel,

berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.

kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat

menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan

menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan

abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan

neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive

intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak

yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi,

diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth

factors ini penting bagi pertumbuhan otak.

Page 24: Laporan Sementara A

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan

abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth

without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak

beraturan.

Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf

lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf

tempat keluar hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme.

Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan

penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak

secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan

sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan

neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila

autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan

primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan.

Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian

terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika

dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti

thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami

aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses

mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi

atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target,

overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.

Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan

yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan

berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang

berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping

depan otak besar yang berperan dalam proses memori).

Penelitian pada monyet dengan merusak hipokampus dan amigdala

mengakibatkan bayi monyet berusia dua bulan menunjukkan perilaku pasif-agresif.

Mereka tidak memulai kontak sosial, tetapi tidak menolaknya. Namun, pada usia

enam bulan perilaku berubah. Mereka menolak pendekatan sosial monyet lain,

Page 25: Laporan Sementara A

menarik diri, mulai menunjukkan gerakan stereotipik dan hiperaktivitas mirip

penyandang autisme. Selain itu, mereka memperlihatkan gangguan kognitif.

Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain

kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng,

yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.

Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain

alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang

diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta ko kain.

c. Teori glutien-casein (celiac)

Alergi pangan dapat memperburuk kondisi pasien autis. Menurut Winarno, ada

dua alergen utama yaitu gluten (protein gandum) dan kasein (protein susu). Gluten

terdapat pada gandum, gandum hitam, dan barley. Untuk menghindari konsumsi

gluten dapat mengonsumsi produk lain dari beras, jagung, oat, kedelai, serta biji

bunga matahari. Kasein merupakan komponen protein dalam susu. Dua jenis protein

susu yaitu kasein yang terdapat dalam susu (bahan pembentuk keju) dan whey

protein yang terdapat dalam cairan whey (limbah keju). Beberapa jenis pangan,

dalam bentuk satu jenis atau gabungan dapat berbentuk alergi bagi pasien autis yaitu

telur, tomat, terong, alpukat, cabai merah, kedelai, jagung, dan kentang.

Biasanya pasien autis mengalami kehilangan kemampuan sistem imunitas

sehingga terjadi inflamatory. Cytokine diproduksi secara berlebihan dalam darah

putih, kadarnya meningkat dan hal itu menyebabkan terjadinya abnormal neurology.

Percobaan telah dilakukan terhadap pengaruh asupan gluten dan kasein ke

dalam makanan yang akan dikonsumsi oleh anak normal dibandingkan dengan anak

penderita autis. Dalam kedua darah anak tersebut dianalisa kandungan cytokine-

nya, ternyata kandungan cytokine dalam darah penderita autis meningkat jauh lebih

tinggi daripada darah anak normal.

Peningkatan cytokine tersebut dapat menjadi penyebab secara genetik yang

kelak akan menyebabkan timbulnya penyakit autisme.

Reaksi Opioid adalah suatu reaksi yang paling merusak. Hal itu biasanya

diakibatkan oleh terjadinya kebocoran usus (leaky guts). Sekitar 50% pasien autis

mengalami kebocoran usus sehingga terjadi ketidakseimbangan flora usus.

Peptida hasil pemecahan gluten atau kasein dikirim ke otak dan kemudian

ditangkap reseptor opioid. Hal ini menyebabkan autisme, kondisi reaksi opioid

Page 26: Laporan Sementara A

menyerupai kondisi seperti baru mengkonsumsi obat-obatan serupa morphin atau

heroin.

Pada saat dalam kandungan ternyata penderita autis mengalami peningkatan

jumlah protein dalam darah, yaitu 3X lebih besar dari anak yang kemudian terlahir

normal dan setelah kelahiran terus meningkat hingga mencapai 10X normal. Pada

anak normal tidak terjadi mengalami kenaikan. Peningkatan jumlah protein darah

yang abnormal pada penderita ini dapat mengacaukan proses migrasi sel normal

atau bahkan mematikan sel selama masa perkembangan sistem saraf berlangsung.

Perlu diingat bahwa pertumbuhan saraf selama embrio penting untuk membentuk

formasi sistem saraf pusat dan sel otak yang baru.

d. Genetik (heriditer)

e. Teori kolokistokinin

f. Teori oksitosin dan vasopressin

g. Teori metalotionin

Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya

gangguan netabolisme metalotionin. Metalotionon adalah merupakan sistem yang

utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam

berat lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada

metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling

kuar degan terhadam metalotianin dibandingkan logam berat lainnya seperti

tenbaga, perak atau zinc.

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan

bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah :

defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi

regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk

netalotianinteori Imunitas

h. Ketidak seimbangan kerja neurotransmitter pengeksitasi dan penginhibisi

Terdapat jumlah sel-sel Purkinye yang sangat sedikit di serebelum. Sel - sel

purkinye ini seperti di ketahui mempunyai kandungan serotonin (salah satu

neurotransmiter di otak) yang tinggi. Keseimbangan antara semua neurotransmiter

di otak, sangat diperlukan untuk penyaluran rangsangan dari satu neuron ke neuron

yang lain.

i. Teori infeksi karena virus vaksinasi

Page 27: Laporan Sementara A

Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab

autis yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield,

Bernard Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara

vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Banyak

penelitian lainnya yang dilakukan dengan populasi yang lebih besar dan luas

memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis. Beberapa orang tua

anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane

Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan

autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderta

autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autis disebabkan oleh reaksi dari

vaksinasi.

j. Teori autoimun dan alergi makanan, teori zat darah penyerang kuman ke myelin

protein basis dasar, , teori Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas

Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral

nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin