laporan rmh sakit

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor supaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vector. Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman pengendalian vektor di Rumah Sakit. Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik. Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit, maka Rumah Sakit harus terbatas dari Sanitasi Rumah Sakit 1

Upload: ppyafrina

Post on 28-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan rumah sakit

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang

dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai salah

satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang- orang sakit

dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor agar tidak terjadi

kontak antara manusia dengan vektor  atau makanan dengan vektor supaya penyakit

infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan serendah mungkin dan

tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vector.

Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor

dan mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di

rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman

pengendalian vektor di Rumah Sakit.

Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor akan menggambarkan lingkungan

yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang pencahayaan serta adanya indikasi

penatalaksanaan /manajemen kebersihan lingkungan Rumah sakit yang kurang baik.

Mengingat besarnya dampak negatif akibat keberadaan vektor di Rumah Sakit,

maka Rumah Sakit harus terbatas dari hewan ini. Sebagai langkah dalam upaya

mencegah kemungkinan timbulnya penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya

kerugian sosial dan ekonomi yang tidak diharapkan, maka perlu disusun pedoman teknis

pengendalian vektor di Rumah Sakit.    

Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit, yakni

hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti kebersihan gedung, kamar mandi

dan WC, pelayanan makanan minuman. Ada juga kalangan yang menganggap bahwa

sanitasi RS hanyalah merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan

pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya dana

pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana pemeliharaan

sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih mengutamakan

kelengkapan alat-alat kedokteran dan ketenagaan yang spesialistik.

Sanitasi Rumah Sakit 1

Di lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta dalam bidang

perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba untuk menampilkan citranya melalui

kementerengan gedung, kecanggihan peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis

yang qualified, tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak RS

besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar sampah

(incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak memadai atau sistem pembuangan

sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat

membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang di RS maupun

pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas. Dari berbagai penelitian

diketahui bahwa kejadian infeksi di RS ada hubungannya dengan kondisi RS yang tidak

saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana, aspek sanitasi perlu

diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah terjadinya pengaruh buruk terhadap

lingkungan, juga secara ekonomis dapat menguntungkan. Sungguh ironis bila RS sebagai

tempat penyembuhan, justru menjadi sumber penularan penyakit dan pencemar

lingkungan

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pemeriksaan sanitasi rumah sakit ini yaitu “Untuk mengetahui

hasil penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan (inspeksi sanitasi rumah sakit) dilihat

dari segi dekontaminasi/sterilisasi, pengamanan radiasi dan penyuluhan kesehatan

lingkungan“

Sanitasi Rumah Sakit 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan (Depkes RI, 2004).

Menurut perumusan WHO yang dikutip Harafiah dan Amir (1999), Pengertian

Rumah Sakit adalah suatu keadaan usaha yang menyediakan pemondokan yang

memberikan jasa pelayanan medis jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri atas

tindakan observasi, diagnostik, therapeutik, dan rehabilitasi untuk orang-orang yang

menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan.

B. Pengertian Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular

dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan

masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan

yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan adalah: upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi

lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan

manusia yang semakin meningkat (Arifin, 2009).

Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya penyehatan dan

pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan

atau gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009).

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang

kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta

berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tenaga dan prasarana yang memadai

dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).

Sanitasi Rumah Sakit 3

C. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah sakit

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes

No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi pengendalian berbagai faktor

lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial psikologi di rumah sakit. Program sanitasi

di rumah sakit terdiri dari penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan

minuman, penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat

pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi, perlindungan

radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian infeksi nosokomial, dan

pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).

D. Fungsi Rumah Sakit

Dalam pengertian rumah sakit di atas tersirat pula tugas dan fungsi dari rumah

sakit secara sederhana dapat diketengahkan fungsi tersebut, yakni memberi pelayanan

kepada masyarakat, tempat atau pusat pendidikan tenaga medis/para medis dan tempat

untuk penelitian.

Pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat disini bukan hanya untuk

mengobati dan merawat penderita, tapi sesuai dengan sistem referal sebagai tempat

orang sakit dari berbagai jenis dan sifatnya maka rumah sakit juga digunakan oleh para

ahli medis untuk tempat melakukan penelitian/penyelidikan.

Adapun fungsi dari rumah sakit adalah :

a. penyelanggaraan administrasi ketatausahaan dan perlengkapan

b. penyelenggaraan pelayanan medis

c. penyelenggaraan penunjang medis dan non medis

d. penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan

e. penyelenggaraan pelayanan rujukan

f. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

g. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Sanitasi Rumah Sakit 4

E. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi tingkat pelayanan medisnya:

1. Rumah sakit kelas A, merupakan rumah sakit umum yang melaksanakan

pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik yang luas. Kapasitas tempat

tidur di atas 1000 buah dengan kemampuan rujukan meliputi internasional/

Nasional

2. Rumah sakit kelas B, merupakan rumah sakit umum yang melaksanakan

pelayanan spesialistik luas. Kapasitas tempat tidur 400-1000 buah dengan

kemampuan rujukan meliputi Internasional/ Nasional

3. Rumah sakit kelas C, merupakan rumah sakit umum yang melaksanakan

pelayanan kesehatan minimal 4 cabang spesialistik, yaitu penyakit dalam, bedah,

kebidanan ,kandungan dan kesehatan anak. Kapasitas tempat tidur 100-400 buah

kemampuan rujukan meliputi Internasional/Nasional.

4. Rumah sakit kelas D, merupakan Rumah sakit umum yang melaksanakan

pelayanan kesehatan umum. Kapasitas tempat tidur 50 – 100 buah dengan

kemampuan rujukan meliputi Nasional/Internasional.

5. Rumah sakit kelas E, merupakan rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan

kesehatan terhadap suatu penyakit tertentu, contoh : Rmah sakit Paru, Rumah

sakit Jiwa, Rumah sakit Bersalin, Rumah sakit Anak, Rumah sakit Kanker,

Rumah sakit Mata, DLL.

F. Pengertian Dekontaminasi, Desinfeksi Dan Sterilisasi

Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh

mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan

sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi

Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/ menghilangkan jumlah mikro-organisme

G. Lokasi,Lingkungan,Bangunan, Fasilitas Sanitasi & Jasa Pelayanan Lainnya

PP Menkes/1993/ Psl 2 ;

1. lokasi RS harus terletaak di daerah yg terhindar dr pencemaran

2. Penetapan lokasi RS sebagaimana dimaksud dl ayat (1) harus memenuhi

ketentuan peraturan perundangan-undangan yg berlaku

Sanitasi Rumah Sakit 5

PP Menkes/1993 >>> Psl 3

1. Lingkungan, bangunan dan fasilitas RS harus memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Konstruksi ruangan khusus, ruang operasi, laboratorium, sterilisasi, radiologi,

kamar mayat & ruang pendingin harus memenuhi persyaratan kes

Psl 6. Upaya Penyehatan lingkungan RS meliputi ;

1. Penyehatan bangunan & ruangan, termasuk pencahayaan, penghawaan serta

kebisingan.

2. Penyehatan makanan & minuman.

3. Penyehatan air termasuk kualitasnya.

4. Penanganan sampah & limbah.

5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen.

6. Pengendalian serangga & tikus.

7. Sterilisasi/desinfeksi.

8. Perlindungan radiasi.

9. Penyuluhan kesling.

H. Persyaratan Kesling Rumah Sakit

1. UMUM :

a. lingkungan, ruang, & bangunan RS harus selalu bersih & tersedia fasilitas

sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan.

b. Lingkungan, ruang & bangunan RS tidak memungkinkan tempat bersarang &

berkembang biak serangga & binatang pengganggu lainnya.

c. Bangunan RS harus kuat, utuh, terpelihara, dan mudah dibersihkan.

d. Tata ruang & penggunaannya harus sesuai dengan fungsinya.

Konstruksi ;

a. Lantai

b. Dinding

c. Ventilasi

d. Atap

Sanitasi Rumah Sakit 6

e. Langit - Langit

f. Pintu

g. Jaringan instalasi

2. KHUSUS :

a. Lingkungan ;

Harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar kuat.

Harus dilengkapi penerangan dg intensitas yg cukup.

Tidak becek, tidak berdebu, tidak terdapat genangan air.

Saluran air limbah harus tertutup & dihubungkan langsung dg pengolahan air

limbah.

Pada tempat parkir, halaman, ruang tunggu, & tempat-tempat tertentu, tersedia

tempat sampah pada tiap radius 20 m.

b. Ruang & Bangunan ;

Harus selalu dalam keadaan bersih, mudah dibersihkan, terdapat tempat

sampah sesuai jenis sampahnya

Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan &

ruang isolasi sbb;

a. Ruang bayi ;

Ruang perawatan min 2 m2/tempat tidur

Ruang isolasi min 3,5 m2/tempat tidur

b. Ruang dewasa ;

Ruang perawatan min 4,5 m2/tempat tidur

Ruang isolasi min 6 m2/tempat tidur

Tingkat kebersihan lantai untuk ruang operasi 0-5 kuman/cm2 & ruang

perawatan 5-10 kuman/cm2

Mutu udara ;

a. Tidak berbau (terutama H2S & Amoniak)

b. Kadar debu tidak melebihi 150 µg /m3 dalam pengukuran rata-rata 24 jam

c. Angka kuman ;

Ruang operasi kurang dari 150 koloni/m3 udara & bebas kuman

patogen (Alpha streptococcus haemolitius) & spora gas gangren

Sanitasi Rumah Sakit 7

Ruang isolasi kurang dari 700 koloni/m3 udara & bebas kuman

patogen

Kadar gas & bahan berbahaya (mis gas H2S max 0,03 ppm atau 42

µg/m3)

Suhu & kelembaban

Kebisingan ;

Ruang perawatan,isolasi,radiologi,operasi max 45 dBA.

Poliklinik / poli gigi mekanis max 80 dBA.

Laboratorium max 68 dbA

Ruang cuci, dapur 78 dBA

Pencahayaan (mis ; ruang pasien saat tidak tidur 100-200 lux)

A. Fasilitas Sanitasi

1. Penyediaan air bersih ;

Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.

Tersedia air bersih min 500 l/tempat tidur/hr.

Air minum & air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan secara

berkesinambungan.

2. Tolet dan kamar mandi

Harus selalu terpelihara & dalam keadaan bersih.

Setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan & tempat cuci

tangan)

Air limbah dari toilet & kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water

seal)

Toilet & kamar mandi pria & wanita terpisah

Toilet & kamar mandi karyawan harus terpisah dg toilet pengunjung

Ada petunjuk arah toilet

Sanitasi Rumah Sakit 8

B. Fasilitas Pembuangan Sampah

1. Tempat pengumpul sampah ;

Terbuat dari bahan kuat, ringan, tahan karat, dan kedap air.

Punya tutup yg mudah dibuka.

Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar/taip radius 10 m.

Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong plastic.

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian

terisi sampah.

Khusus tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) &

sampah cototoksis (plastik ungu) segera dibersihkan / didesinfeksi setelah

dikosongkan apabila mau digunakan kembali.

2. TPS

Tersedia TPS yang tidak permanen.

Mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.

Dikosongkan & dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam

3. TPA

Sampah radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis (PP. No.13/75)

kemudian diserahkan ke BATAN.

Sampah infeksius & citotoksis dimusnahkan pd incinerator pd suhu di atas

1000 0C.

Sampah umum dibuang ke TPA yang dikelola PEMDA.

Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, & bila tidak memungkinkan

supaya dibakar melalui incinerator di atas suhu 1000 0C.

Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin didaur ulang atau

pembuangannya berkonsultasi dengan instansi yg berwenang.

C. Fasilitas Pembuangan Air Limbah

1. Harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air, dan limbah mengalir

lancar.

2. RS harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri.

Sanitasi Rumah Sakit 9

3. Kualitas limbah (effluent) RS yang akan dibuang harus memenuhi persyaratan

baku mutu effluent.

D. Fasilitas Pembuangan Gas Buangan (Emisi)

1. RS harus memiliki sarana pengendalian gas emisi.

2. Gas buangan yg dibuang ke dalam lingkungan harus memenuhi Baku Mutu Emisi.

E. Fasilitas Pengendalian Serangga & Tikus

1. Harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga/tikus.

2. Setiap persilangan pipa & dinding harus rapat.

3. Setiap sarana penampungan air harus bersih & tertutup.

F. Fasilitas Sanitasi Lainnya

1. Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan dll, pada setiap unit

perawatan.

2. Tiap ruang khusus untuk penyimpanan kebersihan pada setiap unit perawatan.

Sanitasi Rumah Sakit 10

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Rumah Sakit Umum Haji Makassar terletak di Jl Dg Ngeppe No. 12-14 Makassar.

Rumah sakit Haji mengikuti penilaian akreditasi 12 pelayanan. 12 pelayanannya antara

lain administrasi dan manajemen, rekam medis, pelayanan farmasi, dan pelayanan medis.

Pelayanan UGD, laboratorium, dan radiologi juga menjadi objek penilaian. Begitu juga

pelayanan keperawatan, perinatal risiko tinggi dan pengendalian infeksi nosokomial.

B. Pembahasan

1. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi

Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan menghilangkan kontaminasi oleh

mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desineksi dan

sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/

menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen penyebab penyakit dengan cara

fisik dan kimiawi. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua

mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi. Dari hasil survey pada sanitasi rumah

sakit haji menggambarkan bahwa terdapat satu ruang pusat sterilisitator. Yang

lebih memuat kapasitas yang besar dengan kapasitas 15000 whatt. Suhu yang dipakai

yaitu 130 Kc. pakaian yang terinfeksi dicuci terlebih dahulu dengan air panas kemudian

diseterilkan. Akan tetapi pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi ini

belum dikalibrasi hanya karena alat dan bahannya ini masih dapat dikategorikan alat

baru di rumah sakit haji yakni belum cukup 1 tahun. Alat dan bahan yang sudah

selesai disterilkan disimpan pada ruangan masing masing.

2. Pengamanan Radiasi

Radiasi adalah emisi dan penyebaran energy melalui ruang (media) dalam bentuk

gelombang elektromagnetik aau partikel partikel atau elementer dengan kinetic yang

sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh

Sanitasi Rumah Sakit 11

Instalasi di rumah sakit. Dari hasil survey pada sanitasi rumah sakit haji

menggambarkan bahwa Terdapat izin dari badan pengawas tenaga nuklir untuk

mengoperasikan alat pemancar radiasi ini . Serta menggunakan bahan perlindungan

pada masing masing ruangan berdasarkan jenis energy radiasi dan manajemen

kesehatan beserta keselamatan kerjanya.

3. Peyuluhan Kesehatan lingkungan

Dari hasil survey pada sanitasi rumah sakit haji menggambarkan bahwa bentuk

penyuluhan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar seperti dalam pegendalian

penyakit nosokomial itu hanya diumumkan saja hanya lewat pengumuman tentang

penyakit nosokomial ini kepada para pengungjung dan pasien dan dalam hal ini tidak

ada pembatasan pengungjung dalam ruang pasien sehingga bisa menimbulkan

terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan rumah sakit itu sendiri.

Sanitasi Rumah Sakit 12

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun hasil penilaian dari pemeriksaan kesehatan lingkungan adalah bahwa pada sistem

dekontaminasi dan sterilisasi beserta pengaman radiasi sudah baik karena hal tersebut

sudah memenuhi persyaratan kriteria penilaian berdasarkan observasi dan wawancara

pada bagian yang bertanggung jawab tentang hal itu, tetapi untuk penyuluhan kesehatan

lingkungannya hanya berdasarkan pada himbauan peringatan – peringatan atau ajakan

yang di tempel pada dinding di beberapa bagian ruang rumah sakit.

B. Saran

Untuk pihak rumah sakit diharapkan agar lebih memperhatikan / membatasi pengunjung

yang datang menjenguk hal ini diharapkan tidak ada infeksi silang antara penjenguk

dengan pasien dan tidak terjadi infeksi nosokomial pada pasien.

Sanitasi Rumah Sakit 13

LAMPIRAN

SANITASI RUMAH SAKIT

A. TAHAPAN RAKTEK

Sanitasi Rumah Sakit 14

Sanitasi Rumah Sakit

Persiapan

Penilaian/Pemeriksaan

Hasil pengukuran

Analisa Hasil

Interpretasi

Rekomendasi

B. PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

RUMAH SAKIT

1. Komponen yang dinilai (kolom 4)

Apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum pada

komponen yang dinilai, maka nilainya adalah 0 (nol), sebaliknya apabila memenuhi

persyaratan maka nilainya adalah sebesar nilai yang tercantum pada kolom 5.

2. Variabel upaya (kolom 2)

Setiap bagian atau kegiatan dari variabel upaya memiliki nilai antara 0 (nol) sampai

dengan 100

3. Skore (kolom 6)

Skore adalah perkalian antara bobot (kolom 3) dengan nilai yang diperoleh (kolom 5)

4. Variabel upaya ventilasi (butir 1.3)

Khusus untuk variabel upaya ventilasi dipilih salah satu jenis ventilasi yang sesuai

dengan kenyataan yang da dan lokasi pemeriksaan minimal ruang tunggu, perawatan,

poliklinik dan perkantoran/administrasi.

5. Variabel upaya ruang radiologi dan perlindungan radiasi (butir 115 dan butir IX)

Bagi rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas ruang radiologi (bobo0.5) dan perlindungan

radiasi (bobot 0.2) maka skor maksimal rumah sakit tersebut (10.000) harus dikurangi

nilai sebesar = (0.5 x 100) + (2.0 x 100) = 250 poin

6. Variabel upaya yang diserahkan/dilaksanakan pihak luar

Bagi rumah sakit yang menyerahkan sebagaian komponen yang dinilai (kolom 4) yang

tercantum pada variabel upaya (kolom 2) kepada pihak luar dan dikerjakan di luar

lingkungan rumah sakit, maka variabel upaya tersebut tidak termasuk dalam penilaian

ini, sehingga skore maksimal (10.000) harus dikurangi dengan skore sebagaian kegiatan

pada variabel upaya yang diserahkan kepada pihak luar tersebut.

7. Variabel upaya yang tidak dilakukan pemeriksaan

Sanitasi Rumah Sakit 15

Untuk komponen yang dinilai (kolom 4) pada variabel upaya (kolom 2) yang tidak

dilakukan pemeriksaan atau penilaian dalam inspeksi sanitasi rumah saki. Ini

disebabkan karena tidak tersedia alat yang memadai atau petugas yang mampu untuk

melaksanakan pemeriksaan atau karena sebab-sebab lainnya, sehingga skore

maksimal (10.000) dikurangi dengan skor maksimal komponen yang dinilai.

8. Variabel upaya unit/instalasi RS (butir XI)

Khusus untuk variabel upaya unit/instalasi sanitasi rumah sakit dipilih salah satu

komponen yang dinilai (kolom 4) yang sesuai dengan kondisi rumah sakit yang

diperiksa.

C. KESIMPULAN PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

1. Rumah Sakit dinyatakan memenuhi persyaratan Kesehatan Lingkungan (MS)

apabila memperoleh skore hasil penilaian Kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Sekurang-kurangnya 75 % dari skor maksimal yang ada/yang diperiksa untuk :

RS Pemerintah, BUMN/BUMD Kelas A dan Kelas B

RS ABRI Kelas I dan II

RS Swasta Kelas Utama dan Madya

b. Sekurang-kurangnya 65 % dari skor maksimal yang ada/yang diperiksa untuk :

RS Pemerintah, BUMN/BUMD Kelas C

RS ABRI Kelas III

RS Swasta Kelas Pratama

c. Sekurang-kurangnya 60 % dari skor maksimal yang ada/yang diperiksa untuk :

1. RS Pemerintah, BUMN/BUMD Kelas D

2. RS ABRI Kelas IV

d. Dengan catatan skore minimal untuk masing-masing variabel upaya adalah seperti

tersebut pada tabel berikut :

TYPE

KELAS

RS

SKOR MINIMAL DARI MASING-MASING VARIABEL UAPAYA

(Dalam %)

I II III IV V VI VII VIII IX X XI

A *) 75 75 90 80 80 55 80 70 100 60 60

Sanitasi Rumah Sakit 16

B *) 75 75 90 80 80 55 80 70 100 60 60

C *) 75 75 90 80 80 55 20 70 50 60 60

D *) 70 75 90 80 80 55 20 70 50 60 20

Keterangan : *) Type/Kelas RS yang setingkat

Kesimpulan hasil penilaian tersebut di atas tidak termasuk variabel-

variabel upaya sebagai berikut :

a. Variabel upaya .............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang nilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian karena....................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

b. Variabel upaya .............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang niilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian

karena ...............................................................................................................

...........................................................................................................................

........................................................................................................................

c. Variabel upaya .............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang niilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian

karena ...............................................................................................................

Sanitasi Rumah Sakit 17

...........................................................................................................................

........................................................................................................................

d. Variabel upaya ............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang niilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian

karena ...............................................................................................................

...........................................................................................................................

........................................................................................................................

e. Variabel upaya .............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang niilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian

karena ...............................................................................................................

...........................................................................................................................

........................................................................................................................

f. Variabel upaya .............................................................................................

atau yang meliputi komponen yang niilai (..........)* ..............................tidak

harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian

karena ...............................................................................................................

...........................................................................................................................

........................................................................................................................

Catatan : (.........)* diisi nomor variabel upaya atau komponen yang dinilai, tetapi

tidak dilakukan pemeriksaan/penilaian.

Saran-saran atau rekomendasi

a. ......................................................................................................................

b. ......................................................................................................................

c. ......................................................................................................................

d. ......................................................................................................................

Kesimpulan hasil penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit

merupakan laporan yang harus ditandatangani oleh kepala Dinas Kesehatan

Propinsi kabupaten/Kota.

Sanitasi Rumah Sakit 18

D. FORMULIR PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN PENILAIAN PEMERIKSAAN

KESEHATAN LINGKUNGAN (INSPEKSI SANITASI RUMAH SAKIT)

1. NAMA RUMAH SAKIT : ................................................................................

2. ALAMAT RUMAH SAKIT : ................................................................................

3. KELAS RUMAH SAKIT : - A/B/C/D (RS Pemerintah, BUMN/BUMD) *)

- Utama/Madya/Pratama (RS Swasta) *)

- I/II/III/IV (RS TNI/POLRI) * )

4. JUMLAH TEMPAT TIDUR : .....................................................................(buah)

5. TANGGAL PEMERIKSAAN : ...................................s/d .......................................

NoVariabel Upaya

KeslingBobot Komponen Yang Dinilai Nilai Skor

1 2 3 4 5 6I KESEHATAN

LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (Jumlah Bobot 8)1. Lantai 2 a. Kuat/utuh 20

b. Bersih 20c. Pertemuan lantai dan dinding

berbentuk konus/lengkung15

d. Kedap air 15e. Rata 10f. Tidak licin 10g. Mudah dibersihkan 10

2. Dinding 1 a. Rata 30b. Bersih 30c. Berwarna terang 20d. Mudah dibersihkan 20

3. Ventilasi **)3.1.Ventilasi

gabungan1 a. Ventilasi alam, lubang ventilasi

minimum 15% x luas lantai50

b. Ventilasi mekanis (fan, AC, exhauster)

50

3.2.Ventilasi alam 1 Ventilasi alam, lubang ventilasi minimum 15% x luas lantai

100

3.3.Ventilasi mekanis

1 Fan, AC, exhauster 100

4. Atap 0.5 a. Bebas serangga dan tikus 50b. Tidak bocor 30c. Berwarna terang 10d. Mudah dibersihkan 10

5. Langit-langit 0.5 a. Tinggi langit-langit minimal 2.7 m dari lantai

50

b. Kuat 30

Sanitasi Rumah Sakit 19

c. Berwarna terang 10d. Mudah dibersihkan 10

1 2 3 4 5 66. Konstruksi balkon,

beranda dan talang

0.5 a. Tidak ada genangan air 30b. Tidak ada jentik 40c. Mudah dibersihkan 30

7. Pintu 0.5 a. Dapat mencegah masuknya serangga dan tikus

60

b. Kuat 408. Pagar 0.5 a. Aman 60

b. Kuat 409. Halaman taman

dan tempat parkir0.5 a. Bersih 30

b. Mampu menampung mobil karyawan dan pengunjung

20

c. Tidak berdebu/becek 30d. Tersedia tempat sampah yang

cukup20

10. Jaringan instalasi 0.5 a. Aman (bebas cross connection) 60b. Terlindung 40

11. Saluran air limbah 1 a. Tertutup 50b. Aliran air lancar 50

II RUANG BANGUNAN(Jumlah Bobot 10)1. Ruang perawatan 2 a. Rasio luas lantai dengan tempat

tidur :- dewasa : 4.5 m2/tt- anak/bayi : 2 m2/tt

15

b. Rasio tempat tidur dengan kamar mandi 1-10 tt/km mandi dan toilet

151

c. Angka kuman maksimal 200-500 CFU/m3 udara

15

d. Bebas serangga/tikus 10e. Kadar debu maksimal 150 mg/m3

udara10

f. Tidak berbau (terutama H2S dan atau NH3)

10

g. Pencahyaan 100-200 luks 5h. Suhu 22oC -24oC (dengan AC),

apalagi menggunakan AC setral cooling towernya tidak menjadi perindukan bakteri ligionella atau suhu kamar (tanpa AC)

10

i. Kelembaban 45%-60% (dengan AC) kelembaban udara ambien (tanpa AC)

5

j. Kebisingan <45 dBA2. Lingkungan RS a. Kawasan bebas rokok 30

b. Penerangan dengan intensitas 20

Sanitasi Rumah Sakit 20

cukupc. Saluran air limbah tertutup 25d. Saluran drainase aliran lancar 25

1 2 3 4 5 63. Ruang operasi 2 a. Bebas kuman patogen 15

b. Angka kuman 0 CFU/m3 udara 15c. Dinding terbuat dari porselin/

vynil10

d. Pintu harus dalam keadaan tetutup

10

e. Langit-langit tidak bercelah 10f. Ventilasi dengan AC tersendiri

dilengkapi filter bakteri10

g. Suhu 19oC – 25oC 10h. Kelembaban 45% - 60% 5i. Pencahyaan ruang 300 luks –

500 luks5

j. Pencahyaan meja operasi 10.00 luks – 20.000 luks

5

k. Tinggi langit-langit 2.7m – 3.3m dari lantai

5

4. Ruang laboratorium

1 a. Dinding terbuat dari porselin/keramik setinggi 1.5m dari lantai

30

b. Lantai dan meja kerja tahan terhadap bahan kimia dan getaran

30

c. Dilengkapi dengan dapur, kamar mandi dan toilet

20

d. Tinggi langit-langit 2.7m – 3.3m dari lantai

10

e. Kebisingan < 65dBA 105. Ruang sterilisasi 1.5 a. Pintu masuk terpisah dengan

pintu keluar50

b. Tersedia ruangan khusus 30c. Dinding terbuat dari

porselin/keramik setinggi 1.5m dari lantai

20

6. Ruang radiologi 0.5 a. Dinding dan daun pintu dilapisi timah hitam

30

b. Kaca jendela menggunakan kaca timah hitam

30

c. Tinggi langit-langit 2.7m – 3.3m dari lantai

20

Sanitasi Rumah Sakit 21

d. Hubungan dengan ruang gelap harus dengan loket

20

7. Ruang pendingin 1 a. Suhu -10oC s/d +5oC 50b. Bebas tikus dan kecoa 40c. Dilengkapi rak untuk menyimpan

makanan dengan tinggi 20 cm – 25 cm dari lantai

10

8. Ruang mayat 1 a. Dinding dilapisi porselin/keramik 25b. Terletak dengan bagian

phatologi/laboratorium20

c. Jauh dari poliklinik/ruang pemeriksaan

20

1 2 3 4 5 6d. Mudah dicapai dari ruang

perawatan, UGD dan ruang operasi

10

e. Dilengkapi dengan saluran pembuangan air limbah

10

f. Dilengkapi dengan ruang ganti pakaian petugas dan toilet

10

g. Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan pemilisan jenazah termasuk meja memandikan mayat

5

9. Toilet dan Kamar mandi

1 a. Rasio toilet/kamar mandi dengan tempat tidur 1:10

30

b. Toilet tersedia pada setiap unit/ruangan khusus untuk unit rawat inap dan karyawan harus tersedia kamar mandi

20

c. Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur kamar operasi dan ruang khusus lainnya

20

d. Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau (water seal)

10

e. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar

10

f. Kamar mandi dan toilet untk pria, wanita dan karyawan terpisah

10

III PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN(Jumlah bobot 15)1. Bahan makanan

dan makanan jadi2 a. Kondisi bahan makanan dan

makanan jadi secara fisik 50

Sanitasi Rumah Sakit 22

memenuhi syaratb. Kondisi bahan makanan dan

makanan jadi secara bakteriologi memenuhi syarat

50

2. Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

3 a. Makanan yang mudah membusuk disimpan pada suhu >56.6oC atau <4oC

30

b. Makanan yang akan disajikan > 6jam disimpan pada suhu -5oC s/d -1oC

30

c. Bersih 10d. Terlindung dari debu 10e. Bebas gangguan serangga dan

tikus10

f. Bahan makanan dan makanan jadi terpisah

10

1 2 3 4 5 63. Penyajian makanan 2 a. Menggunakan kereta dorong

tertutup40

b. Tidak menyajikan makanan jadi yang sudah menginap

40

c. Lalu lintas makanan jadi menggunakan jalur khusus

20

4. Tempat pengolahan makanan (dapur)

4 a. Lantai dapur sebelum dan sesudah kegiatan dibersihkan dengan antiseptik

50

b. Dilengkapi dengan sungkup dan cerobong asap

25

c. Pencahyaan > 200 luks 255. Penjamah makanan 2 a. Memiliki surat keterangan sehat

yang berlaku40

b. Tidak berkuku panjang, koreng, dan sejenisnya

30

c. Menggunakan pakaian pelindung pengolahan makanan

10

d. Selalu menggunkan peralatan dalam menjamah makanan jadi

10

e. Berperilaku sehat selama bekerja

10

6. Peralatan 2 a. Sebelum digunakan dalam kondisi bersih

40

b. Tahan karat dan tidak mengandung bahan beracun

30

c. Utuh, tidak retak 15d. Dicuci dengan desinfektan atau

dikeringkan dengan sinar 15

Sanitasi Rumah Sakit 23

matahari/pemanas buatan dan tidak dibersihkan dengan kain

IV PENYEHATAN AIR(Jumlah bobot 16)1. Kuantitas 8 a. Tersedia air bersih > 500lt/tt/hr

dan tersedia air minum sesuai kebutuhan

70

b. Air minum tersedia pada setiap kegiatan

30

2. Kualitas 5 a. Bakteriologis 80b. Kimia 15c. Fisika 5

3. Sarana 3 a. Sumber PDAM, air tanah diolah 50b. Distribusi tidak bocor 30c. Penampungan tertutup 20

1 2 3 4 5 6V PENGELOLAAN

LIMBAH(Jumlah bobot 16)1. Pengelolaan limbah

padat10 a. Pemusnahan limbah padat

infeksius, citotokis dan farmasi dengan insenerator (suhu 1000oC) atau khusus untuk sampah infeksius dapat disterilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum dibuang ke landfill

25

b. Bagi yang tidak punya insen15erator ada MOU antara RS dan5 pihak yang melakukan pemusna5han limbah medis

20

c. Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air dengan penutup, dan kantong plastik dengan warna dan lambang sesuai pedoman. Minimal 1(satu) buah tiap radius 20m pada ruang tunggu/terbuka

20

Sanitasi Rumah Sakit 24

d. Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara segera didesinfeksi setelah dikosongkan

15

e. Diangkut ke TPS > 2kali/hari dan ke TPA > 1 kali/hari

5

f. Limbah domestik dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA

5

g. Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku

10

2. Pengelolaan limbah cair

4 a. Dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah

80

b. Disalurkan mealalui saluran tertutup, kedap air dan lancar

20

3. Kualitas effluent yang dibuang ke lingkungan

2 Memenuhi persyaratan Kepmen LH no. 58 tahun 1995 atau Perda setempat

100

VI TEMPAT PENCUCIAN LINEN

5 a. Terdapat keran air bersih dengan kapasitas, kualitas, kuantitas dan tekanan yang memedai serta disediakan keran air panas untuk desinfeksi awal

30

b. Dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius

15

c. Tersedia ruang pemisah antara barang bersih dan kotor

15

d. Lokasi mudah dijangkau oleh kegiatan yang memerlukan dan jauh dari pasien serta tidak berada di jalan

15

1 2 3 4 5 6e. Lantai terbuat dari beton/plester

yang kuat, rata, tidak licin, dengan kemiringan >2-3 %

10

f. Pencahyaan > 200 luks 10g. Terdapat sarana pengering

untuk alat-alat sehabis dicuci5

VII PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

4 a. Fisik :Konstruksi bangunan, tempat penampungan air, penampungan sampah tidak memungkinkan sebagai tempat berkembang biaknya serangga dan tikus

80

b. Kimia :Insektisida yang dipakai memiliki toksisitas rendah terhadap manusia dan tidak bersifat persisten

20

Sanitasi Rumah Sakit 25

VIII DEKOMENTASI MELALUI DESINFEKSI DAN STERILISASI

10 a. Menggunakan peralatan sterilisasi uap (autoclave)/gas dengan suhu sekitar 134oC atau peralatan radiasi gelombang mikro (microwave) atau dengan cara lain yang memenuhi syarat.

40

b. Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan disimpan pada tempat khusus yang steril pula

20

c. Alat dan perlengkapan medis yang sudah disterilkan terlebih dahulu dibersihkan dari jarah, jaringan tubuh dan sisi bahan lain

20

d. Peralatan sterilisasi dikalibrasi minimal sekali/tahun

10

e. Ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan desinfeksi sebelum operasi berikutnya

10

IX PENGAMANAN RADIASI

2 a. Ada izin mengoperasikan peralatan yang memancarkan radiasi

20

b. Dosis radiasi pengion terhadap pekerja dan masyarakat tidak boleh melebihi NDB

15

c. Ada sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja dan masyarakat terhadap radiasi pengion, organisasi, peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan

15

d. Instalasi dan gudang peralatan radiasi ditempatkan pada lokasi yang jauh dari tempat rawan kebakara, tempat berkumpulnya orang banyak

10

e. Tebal bahan perlindungan pada masing-masing ruangan berdasarkan jenis dan energi radiasi, aktifitas dan dimensi sumber radiasi serta sifat bahan pelindung sesuai peraturan yang berlaku

40

X PENYULUHAN KESEHATAN LINGKUNGAN

6 Dilakuakn penyuluhan kesehatan secara langsung maupun tidak langsung kepada :a. Karyawan medis/non medis 40

Sanitasi Rumah Sakit 26

b. Pasien 20c. Pedagang makanan dalam

lingkungan RS20

d. Pengunjung 20XI UNIT/INSTALASI

SANITASI RS ***)8 a. Dipimpin oleh tenaga teknis yang

sudah mengikuti pelatihan sanitasi rumah sakit

50

b. Dipimpin oleh tenaga teknis yang belum mengikuti pelatihan sanitasi rumah sakit

30

c. Dipimpin oleh tenaga non teknis yang sudah mengikuti pelatihan sanitasi RS

20

**) Pilih salah satu yang sesuai

***) Pilih salah satu yang sesuai

Makassar, .........................................Mengetahui

Pengelola Rumah Sakit Petugas Pemeriksa

(...................................................) (.............................................................)

Sanitasi Rumah Sakit 27

Sanitasi Rumah Sakit 28