laporan resmi praktikum p1

19

Click here to load reader

Upload: al-pharux-ox-cygen

Post on 06-Dec-2015

433 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

ilmu kita

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi Praktikum p1

PERCOBAAN I

PENCUCIAN DAN STERILISASI

I. TUJUAN

Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan melakukan pencucian dan sterilisasi

karet, ampul, vial, dan botol infuse.

II. ALAT DAN BAHAN

Alat :

- Karet penutup vial ( 9 buah )

- Ampul 10 mL ( 9 buah )

- Vial 10 mL ( 9 buah )

- Gelas beker 500 mL, 1000 mL

- Gelas ukur 100 mL, 500 mL

- Pipet tetes

- Gelas pengaduk

- Sendok plastik

- Autoclave

- Oven

- Neraca analitik

- Pembuka tutup vial

- Panci

- Kompor gas

- Kantong plastik

Bahan :

- Natrium karbonat 0,5%

- Tepol 1%

- Aquadest

- Aquabidest

- Alkohol 70% / Spiritus dilutus

- HCl 0,1 N

III. CARA KERJA

A. Cara mencuci tutup botol karet

Tutup karet direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari (tidak dilakukan)

Lalu direndam dalam larutan (teepol 1% dan Na Carbonat 0,5% selama 1 hari)

lalu didihkan (pada praktiknya direndam selama 15 menit)

1

Page 2: Laporan Resmi Praktikum p1

Karet dididihkan lagi dengan larutan (teepol 1% dan Na Carbonat 0,5% yang baru)

Dilakukan secara berulang-ulang sampai larutan jernih bersih

Ditambahkan aquabidest pada karet kemudian di autoclave 110o C 20 menit (1x atau 2x melihat

jernih tidaknya aquabidest rendaman setelah di autoclave 1x)

Ditambah spiritus dilutus dan aquabidest sama banyak 1x atau 2x tergantung jernih tidaknya

cairan rendaman setelah di autoclave 1x (untuk membilas karet)

Diautoclave 1x lagi dalam kantong plastik tanpa air untuk mensterilkan

B. Ampul, vial, (glassware)

Dicuci ampul, vial, dengan HCl encer

Dididihkan ampul, vial, dengan campuran sama banyak tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%

Diulangi berulang-ulang hingga larutan tetap jernih (maks 3x)

Dicuci ampul, vial dengan aquadest

Diatur container dengan teratur dan rapi dalam oven dan sterilkan pada temperatur 150o C

selama 1 jam

IV. DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN

a. Pencucian tutup karet botol infus

Volume Tepol 1% : 150 mL

Volume Na-Karbonat : 150 mL

Jumlah tutup karet yang disterilkan: 9 buah

Pencucian tepol 1% dan Na Carbonat 0,5% dilakukan 1 kali : cairan jernih

Autoclave 110oC 20 menit dengan aquabidest 150 mL 1 kali : cairan jernih

Autoclave 110oC 20 menit dengan aquabidest dan spirt.dil 1 kali : cairan bersih

Hasil autoclave terakhir : karet dalam plastik kering tidak ada noda air

2

Page 3: Laporan Resmi Praktikum p1

b. Ampul, vial, botol infus (glassware)

Volume Tepol 1% : 200 mL

Volume Na-Karbonat : 200 mL

Ampul yang dicuci : 9 buah

Vial yang dicuci : 9 buah

Pencucian tepol 1% dan Na Carbonat 0,5% dilakukan 1 kali : cairan jernih

Disterilkan dalam oven 200 oC selama 1 jam, diperoleh ampul dan vial yang bersih dan

kering ; tidak ada yang retak

c. Pengamatan Hasil

Jumlah ampul yang disterilisasi : 9 buah

Jumlah vial yang disterilisasi : 9 buah

Jumlah karet yang disterilisasi : 9 buah

Uji sterilitas pada karet setelah di autoclave: terbentuk garis

Uji Sterilitas: setelah 3 hari : tidak ada pertumbuhan koloni bakteri.

setelah 1 minggu : tidak ada pertumbuhan koloni bakteri.

d. Foto Langkah Cara Kerja

Karet didihkan dalam larutan tepol dan

Na Carbonat

Karet dalam aquabidest di autoclave

Karet direndam dalam spiritus dilutes

dan aquabidest

Karet di autoclave dalam kantong plastic

tanpa air

3

Page 4: Laporan Resmi Praktikum p1

Perubahan warna pada indikator Pengambilan larutan

Ampul dan vial didihkan dalam larutan

tepol dan Na Carbonat

Ampul dan vial direndam larutan Tepol

dan Na Carbonat

Mencuci ampul dan vial dengan aquadest Ampul dan vial di oven pada suhu 200°C

selama 1 jam

Pengecekan Uji Sterilitas pada ampul

dan vial

Uji Sterilitas hari ke-1

4

Page 5: Laporan Resmi Praktikum p1

Uji Sterilitas hari ke-7

V. PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan melakukan pencucian

dan sterilisasi karet, ampul, vial dan botol infus. Akan tetapi, pada percobaan hanya

dilakukan pencucian dan sterilisasi karet, ampul, dan vial. Pencucian dan sterilisasi

sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu elemen penting dalam suatu

rangkaian proses pembuatan sediaan steril.

Sterilisasi merupakan pemusnahan atau pengusiran bentuk hidup mikroorganisme

yang terdapat dalam bahan, sediaan dan barang-barang. Sediaan dan barang dinyatakan

steril jika semuanya bebas dari bentuk hidup mikroorganisme, yang dapat dibuktikan

melalui persyaratan pada “ pengujian terhadap sterilitas”.

Terdapat beberapa macam metode sterilisasi, yaitu :

Sterilisasi kimia, misalnya menggunakan antibiotik, fenol-fenol, alkohol, gas

etilen oksida, dan formaldehid.

Sterilisasi Radiasi, misalnya menggunakan sinar UV, sinar laser, sinar gamma.

Seterilisasi panas, yaitu dibagi menjadi sterilisasi panas basah dan sterilisasi

panas kering.

Sterilisasi filtrasi, yaitu menggunakan suatu filter untuk menyaring

mikroorganisme baik virus maupun bakteri.

Pengemasan adalah suatu proses pembungkusan, pewadahan atau pengepakan suatu

produk dengan menggunakan bahan tertentu sehingga produk yang didalamnya

terlindungi. Teknologi pengemasan terus berkembang dari waktu ke waktu dari mulai

proses pengemasan yang sederhana sampai teknologi modern seperti saat ini. Pengemas

merupakan wadah yang melindungi keseluruhan bahan kemas dari kerusakan yang

dilengkapi dengan tulisan, label, keterangan lain yang menjelaskan isi, kegunaan, dan

informasi lain yang perlu disampaikan kepada konsumen (Voight,1995).

5

Page 6: Laporan Resmi Praktikum p1

Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai

bahan kemas primer, contohnya strip/blister, botol, ampul, vial, plastik dan lain-lain.

Sedangkan pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat karton dan sebagainya

dinamakan bahan kemas sekunder (Voight, 1995).

Ada beberapa pengemas steril antara lain :

1. Ampul

Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki ujung

runcing (leher) dan bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20,

kadang – kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh

karena total jumlah cairannya ditentukan pemakainannya untuk satu kali injeksi

(Voight, 1995).

2. Vial

Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan

pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat

berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan

obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila

diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau

ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (Voight, 1995).

3. Botol infus , keduanya merupakan wadah takaran tunggal ataupun takaran ganda.

4. Disposable syringe

Keempat bahan diatas dapat terbuat dari 3 bahan yaitu:

1. Gelas

Merupakan wadah parenteral yang sudah lama dikenal penggunaannya.

Dimana gelas masih dianggap sebagai pengemas yang paling baik dan ideal

sampai saat ini. dimana wadah ini memberikan beberapa keuntungan antara lain :

a. bersifat impermeable

b. cukup keras dan mempunyai bentuk stabil

c. transparan, mudah untuk melihat isi

d. dapat disterilisasi panas kering (260oC) atau uap bertekanan tanpa mengalami

perubahan

e. mudah dipasang dengan alat pemakai sediaan parenteral

Tipe gelas ada 4 macam antara lain :

a. Tipe I (Borosilicate, mempunyai resistensi kimia)

b. tipe II (treated soda-lime glass)

c. tipe III (soda-lime glass)

d. NP-glass (soda-lime glass untuk penggunaan umum)

6

Page 7: Laporan Resmi Praktikum p1

2. Plastik

Plastik merupakan polimer dengan BM tinggi dan berbentuk padat yang

dibuat dari monomer melalui proses polimerisasi, baik rantai lurus maupun

bercabang. Bahan plastik banyak digunakan karena memiliki beberapa

keuntungan antara lain :

o relatif murah

o ringan

o tahan terhadap benturan mekanis

o fleksibel

o ada yang bersifat transparan

o mudah dihancurkan dengan incenerasi

o dapat disterisasikan dengan autoclave

Sedangkan kerugiannya antaralain :

Titik lebur rendah, hal ini berpengaruh pada sterilisasi.

Dapat ditembus oksigen dan uap air, berpengaruh pada isinya dan bisa

menyebabkan oksidasi

Ada beberapa zat yang dapat diadsobsi oleh plastik, seperti insulin, zat

pengawet dll.

Ada beberapa plastik yang dapat meleleh pada proses incenerasi.

3. Karet

Penutup untuk wadah sediaan steril pada umumnya menggunakan karet.

Penutup karet akan memberikan kemudahan untuk pengambilan isinya serta

tetap dapat memberi perlindungan isinya dari pengaruh luar. Ada beberapa

persyaratan karet sebagai penutup antara lain :

a. Fisika ( elastis, tidak melepaskan partikel)

b. Kimia ( tidak melepaskan zat kimia ke dalam isi/larutan)

c. Selain itu karet juga tidak boleh melepaskan zat warna, tidak boleh bereaksi

dengan larutan, tahan terhadap sterilisasi, harus elastis dan cukup kenyal,

karet tidak boleh mengabsorbsi preservative sehingga karet tersebut harus

dijenuhi dulu dengan preservative.

Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari

mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia. Pencucian bertujuan untuk

membersihkan pengemas atau wadah dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen. Bahan

yang dapat digunakan dalam pencucian antara lain alkali, detergen, purified water (PW),

aqua demineralisasi (DI) yang disaring, non-pyrogen water, dan air untuk injeksi (WFI).

7

Page 8: Laporan Resmi Praktikum p1

Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau menghancurkan

semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang pathogen maupun tidak, bahkan dalam

bentuk vegetatif (spora) dari suatu objek atau bahan. Dengan sterilisasi akan diperoleh

objek atau bahan yang steril. Pada umumnya suatu proses yang dapat menghancurkan zat

hidup juga mampu menyebabkan beberapa kerusakan pada obyek yang disterilkan. Dalam

pembuatan sediaan parenteral maka metode sterilisasi apa yang akan digunakan tergantung

apakah obat tahan panas atau tidak.

Pada praktikum ini dilakukan sterilisasi panas basah dengan autoklaf untuk sterlilisasi

tutup karet, dan sterilisasi panas kering dengan oven untuk sterilisasi ampul dan vial.

Metode sterilisasi yang dipilih untuk tutup karet botol infus adalah sterilisasi uap

menggunakan autoklaf. Sterilisasi uap merupakan proses sterilisasi termal menggunakan

uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut autoklaf. Metode ini

paling banyak digunakan. Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk

media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121oC kecuali dinyatakan lain.

Autoklaf dapat mempertahankan suhu 121oC ± 2,0oC dilengkapi dengan termometer,

pengukur tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk menampung wadah uji di atas

permukaan air dan sistem pendingin air yang akan mendinginkan wadah uji sampai suhu

lebih kurang 20oC tetapi tidak di bawah suhu 20oC segera setelah siklus pemanasan.

Prinsip dasar dari autoklaf adalah udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap

jenuh dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.

Sterilisasi tekanan uap sederhana dan kecil umumnya berdinding tunggal. Air yang berada

di bagian bawah dipisahkan dari ruang sterilisassi oleh sebuah lempeng ayakan yang

sekaligus menjadi bidang dasar bahan yang disterilkan. Campuran uap-udara yang

terbentuk, yang mula-mula melintasi kamar sterilisassi kemudian dibiarkan keluar melalui

ventil yang terpasang di bagian atas sampai 2 menit lamanya aliran uap air muncul lebih

kuat. Dengan demikian dapat diperhitungkan adanya pengusiran udara selanjutnya. Setelah

itu ventil baru ditutup, dimana tekanan dan suhu akan meninggi.

Adapun langkah kerja sterilisassi dengan autoklaf untuk tutup karet botol infus adalah

sebagai berikut:

Pertama kali rendam tutup karet dalam larutan HCl 2% selama 2 hari dengan tujuan

untuk menetralkan kondisi alkalis dari tutup karet. Selanjutnya rendam tutup karet dengan

larutan (tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%) selama 1 hari dengan tujuan supaya penyerapan

tepol dan Na Carbonat lebih efektif. Tepol berfungsi sebagai surfaktan, bisa juga

digunakan untuk mengurangi lemak. Keuntungan tepol adalah tidak menimbulkan noda

putih. Hal ini karena tepol tidak mengandung asam stearat. Kedua langkah ini dilakukan

untuk karet berkualitas jelek. Bila digunakan karet kualitas baik maka langkah-langkah

tersebut tidak harus dilakukan.

8

Page 9: Laporan Resmi Praktikum p1

Selanjutnya adalah mendidihkan karet dalam larutan (tepol 1% dan Na Carbonat

0,5%). Pada kesempatan kali ini pencucian dengan menggunakan tepol 1% dan Na

Carbonat 0,5% cukup sekali dengan volume masing-masing sebanyak 250 mL hal ini

disebabkan cairan sudah bersih atau jernih. Tepol 1% berfungsi sebagai surfaktan yang

akan mengikat lemak pada gelas yang akan terikat pada gugus lipofil dari surfaktan. Selain

itu juga untuk membebaskan pirogen (depirogenasi) dan disinfektan. Sementara Na

Carbonat 0,5% berfungsi untuk menetralkan sisa asam akibat HCl encer.

Kemudian ditambah aquabidest lalu di autoklaf 121oC selama 15 menit (1x atau 2x

melihat jernih tidaknya aquabidest rendaman setelah di autoklaf 1x). Tahap ini

dimaksudkan untuk menghilangkan partikel labil yang masih menempel pada tutup karet

sehingga sebelum dipakai partikel sudah benar-benar hilang. Aquabidest digunakan untuk

menghindari kemungkinan kontaminasi kembali oleh logam atau mineral yang dapat

diserap oleh karet, karena karet merupakan polimer yang dapat menyerap logam dengan

mudah. Logam yang terserap oleh tutup karet dapat mengotori obat di dlam sediaan.

Selanjutnya ditambahkan spiritus dan aquabidest sama banyak dalam percobaan ini

masing-masing sebanyak 50 mL, dan dilakukan tergantung jernih tidaknya cairan

rendaman setelah di autoklaf 1x (untuk membilas karet). Karena hasilnya sudah jernih,

maka pencucian hanya dilakukan sebanyak 1x. Fungsi spiritus dilutus berfungsi untuk

menghilangkan partikel asig polar maupun nonpolar akibat sifat spiritus dilutus yang

semipolar.

Terakhir di autoklaf 1x lagi 121 derajat Celcius selama 15 menit. dalam kantung

plastik tanpa air untuk mensterilkannya yang disertai indikator dari pengemas (label) yang

menunjukkan sterilisasi telah sempurna jika label tersebut berubah warna dari warna putih

menjadi warna kecoklatan. Dalam percobaan indikator berubah warna dan dianggap

sterlisasi telah berlangsung sempurna. Karena karet hasil sterilisasi tidak ada noda uap air.

Metode autoklaf ini disebut juga metode sterilisasi panas basah. Metode ini digunakan

untuk bahan yang tidak tahan panas tinggi. Pada metode ini uap air akan menembus

dinding sel mikroba dan mengakibatkan koagulasi protein sehingga spora bakteri akan

mati dan tercapai keadaan steril.

Sedangkan tahap sterilisasi dengan oven untuk wadah ampul, vial dan botol infus

(glassware) adalah sebagai berikut:

Langkah awal adalah cuci ampul, vial, serta botol infus dengan HCl encer untuk

menetralkan sifat alkalis dari gelas akibat proses leburannya. Struktur gelas terdiri dari

ikatan silika tetrahedral yang bersifat basa. Pada temperatur kamar, ion soda silikat dapat

berpindah sehingga bercampur dengan larutan setelah kontak dalam waktu yang lama. Hal

ini dapat terjadi karena soda silikat gelas akan mengalami hidrolisis oleh adanya air dan

akan terbentuk alkali hidroksida yang dapat bereaksi dengan obat-obat yang dikemas

9

Page 10: Laporan Resmi Praktikum p1

didalamnya dan pada akhirnya dapat terjadi degradasi obat. Namun, sedikit banyaknya

pembebasan alkali ini sangat tergantung pada kualitas bahan gelas.

Selanjutnya ampul dan vial dididihkan dengan campuran sama banyak tepol 1% dan

Na Carbonat 0,5%. Tepol 1% berfungsi sebagai surfaktan yang akan mengikat lemak pada

gelas yang akan terikat pada gugus lipofil dari surfaktan. Selain itu juga untuk

membebaskan pirogen (depirogenasi) dan disinfektan. Sementara Na Carbonat 0,5%

berfungsi untuk menetralkan sisa asam akibat HCl encer. Prosedur di atas dapat diulangi

hingga larutan tetap jernih (maksimal 3x). Tetapi pada praktikum kali ini pencucian

dengan tepol 1% dan Na Carbonat 0,5% hanya dilakukan 1 kali hal ini disebabkan karena

hanya dengan pencucian 1 kali sudah didapatkan hasil yang baik dalam artian cairan sudah

bersih dan jernih.

Setelah itu, dilakukan pencucian dengan akuades. Tahap akhir adalah atur container

dengan teratur dan rapi dalam oven dan disterilkan pada temperatur 200oC selama 1 jam.

Setelah wadah-wadah tersebut disterilkan maka sebaiknya langsung diisi dengan larutan

obat. Namun, bila tidak maka harus disimpan di dalam tempat yang dapat menjamin

sterilitasnya.

Bahan pengemas yang berupa gelas bisa dilakukan sterilisasi kering karena tahan

terhadap pemanasan yang tinggi (170oC). Bahan pengemas juga dapat melepaskan alkali

gelas dalam jumlah yang banyak dan hal ini sangat merugikan. Hal ini terjadi karena gelas

diperoleh melalui leburan bersama dari soda, batu kapur, kuarsa. Tipe gelas tertentu (gelas

kapur natrium) dapat melepaskan Na+ ke dalam air dan mengambil ion H+ dari air, maka

dari itu ampul, vial dan botol infus perlu dicuci dengan HCl encer mengingat kondisi dari

gelas sangat bermacam-macam.

Sterilisasi panas kering dilakukan untuk alat-alat yang tahan pemanasan tinggi tetapi

tidak dapat ditembus oleh uap air dengan mudah. Pada sterilisasi panas kering,

pemusnahan mikroba berdasarkan proses oksidasi dan dehidrasi terhadap sel mikroba.

Dalam sterilisasi ini perlu diperhatikan penyusunan alat gelas dalam oven. sebaiknya alat

gelas disusun agak renggang sehingga aliran udara dapat menembus dan terdispersi

keseluruh permukaan gelas. Keuntungan menggunakan metode sterilisasi panas kering

adalah alat-alat yang disterilkan akan tetap kering.

Secara keseluruhan, metode panas basah lebih efektif dibandingkan panas kering.

Kelebihan panas basah :

1. uap air mempunyai daya bakterisida yang lebih besar daripada panas kering sehingga

sterilisasi dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih singkat.

1. Kapasitas kalor uap air lebih besar dibandingkan kapasitas kalor udara kering,

sehingga pemindahan kalor dapat terjadi dengan lebih cepat.

2. uap air dapat menempati seluruh ruangan dengan merata.

10

Page 11: Laporan Resmi Praktikum p1

Hasil percobaan ini didapatkan alat gelas (ampul dan vial) serta karet penutup yang

kering, bersih dan bebas dari partikel asing.

VI. KESIMPULAN

1. Bahan pengemas harus diperhatikan kontrol kualitas dan sterilitasnya sebagai

pendukung pembuatan sediaan steril.

2. Bahan pengemas yang tidak tahan panas seperti tutup karet disterilisasi dengan

sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Pada metode

ini uap air akan menembus dinding sel mikroba dan mengakibatkan koagulasi protein

sehingga spora bakteri akan mati dan tercapai keadaan steril.

3. Bahan pengemas yang tahan panas seperti ampul, vial dan botol infus (glassware)

disterilisasi dengan sterilisasi kering menggunakan oven pada suhu 200oC selama 1 jam.

Pada sterilisasi panas kering, pemusnahan mikroba berdasarkan proses oksidasi dan

dehidrasi terhadap sel mikroba.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta.

Lachman, L, et al, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid 3, UI Press, Jakarta.

Pratiwi, Sylvia T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.

Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.

Yogyakarta, 15 Mei 2014

Praktikan,

Ayu Dewi Setyowati

(11/316022/FA/08789)

11

Page 12: Laporan Resmi Praktikum p1

VIII. JAWABAN PERTANYAAN

1. Tipe gelas untuk kemasan sediaan steril :

a. tipe I (merupakan Borosilicate, mempunyai resistensi kimia yang tinggi)

b. tipe II (treated soda-lime glass)

c. tipe III (soda-lime glass)

d. NP-glass (soda-lime glass untuk penggunaan umum)

2. Persyaratan tutup karet untuk sediaan steril :

a. Fisika ( elastis, tidak melepaskan partikel)

b. Kimia ( tidak melepaskan zat kimia ke dalam isi/larutan)

Selain itu karet juga tidak boleh melepaskan zat warna, tidak boleh bereaksi dengan larutan,

tahan terhadap sterilisasi, harus elastis dan cukup kenyal, karet tidak boleh mengabsorbsi

preservative sehingga karet tersebut harus dijenuhi dulu dengan preservative.

3. Cara sterilisasi :

Panas kering :

a. Proses dilakukan dengan udara yang dipanaskan dalam sterilisator udara panas. Pada

daerah suhu 160-200oC. Waktu sterilisasi tergantung dari suhu dapat diperoleh dari

sebuah diagram untuk suhu tertentu, mis: 180oC dalam waktu 15 atau 30 menit dalam

oven.

b. Pemijaran : hal ini paling sederhana, cocok untuk barang yang terbuat dari logam (jarum

vaksinasi, untuk penelitian bakteriologis, spatel, sendok, dsb0, yang dibiarkan memijar

dalam nyala api sekurang-kurangnya suhu 540oC. Seluruh mikroorganisme termasuk

spora kan mati denngan cara ini. Kerusakan yang dialami material alat menyebabkan

cara ini tidak dapat digunakan dalam setiap kasus.

c. Pengapian (flambler) diartikan sebagai melaluikan barang pada nyala api, yang dapat

diasumsikan hanya sebagai cara yang bersifat darurat, metode ini tidak menjamin bahwa

mikroorganisme yang melekat pada barang secara pasti terbunuh.

Panas basah :

a. autoklaf

Penanganan dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan tinggi dalam sterilisator uap

pada daerah suhu 110-140oC , waktu sterilisasi tergantung dari suhu dapat diperoleh dari

sebuah diagram atau ditetapkan paling tidak selama 20 menit untuk suhu tertentu

minimal 120oC.

4. Sifat kurang menguntungkan dari gelas :

a. Penyimpanan harus hati-hati karena tidak tahan benturan keras (dapat pecah)

b. Kurang fleksibel dalam penanganan

c. Pelepasan alkali gelas dalam banyak hal merugikan stabilitas bahan obat terlarut.

d. Harga lebih mahal

12

Page 13: Laporan Resmi Praktikum p1

5. Keuntungan wadah plastik dibanding gelas :

a. Ringan

b. Tahan terhadap benturan mekanis

c. Fleksibel

d. Beberapa jenis plastik bersifat transparan

e. Relatif murah

f. Dapat disterilkan dengan autoklaf

g. Mudah dihancurkan (pengabuan pada suhu 800-1200oC)

13