laporan resmi meteorologi laut afif rahman
TRANSCRIPT
-
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM METEOROLOGI LAUT
Oleh:
Kelompok 8
AFIF RAHMAN ARIF AHMADI
26010312140094
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
-
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Resmi Praktikum Meteorologi Laut telah disetujui dan disahkan
pada:
hari :
tanggal :
tempat :
Menyetujui,
Koordinator Asisten
Angga Saputra
NIM. 26010310130074
Asisten Pendamping
Yusron Asnawi Achyat
NIM. 26010311130074
Mengetahui,
Koordinator Praktikum
Faik Kurohman, S. Pi
NIP. 19710307 199903 1 001
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Resmi Praktikum
Meteorologi Laut ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan Laporan Resmi
Praktikum Meteorologi Laut ini merupakan salah satu syarat penyelesaian
praktikum pada semester gasal. Dalam penyusunan laporan resmi ini tidak lepas
dari bantuan pihak lain. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada:
1. Faik Kurohman, S.Pi. , selaku koordinator Praktikum Meteorologi Laut.
2. Ir. Pramono Wibowo, DFG, M.Pi, Ir. Imam Triarso, M.S dan Capt.
Suwiyadi selaku dosen mata kuliah Meteorologi Laut.
3. Asisten Meteorologi Laut yang telah membantu dan membimbing selama
praktikum.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
resmi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan resmi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga
berharap semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
Semarang, Desember 2013
Penyusun
-
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meteorologi adalah suatu ilmu yang mempelajari gejala - gejala, peristiwa-
peristiwa dan proses - proses yang terjadi dalam lapisan udara yang
menyelubumgi bumi. Lapisan udara ini lazimnya dikenal dengan sebutan
atmosfer. Lapisan atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan troposfer, tropopause,
stratosfer, dan ionosfer yang masing - masing mempunyai batas - batas ketinggian
dan suhu tertinggi.
Menurut Suratno et al., (2011), Indonesia merupakan negara kepulauan
yang sebagian besar wilayahnya adalah lautan, oleh karena itu sebagian besar
aktifitas dilaut pelayaran dan penangkapan ikan merupakan bagian penting bagi
masyarakat Indonesia, segala akitifas yang berkaitan dengan kelautan tentu sangat
sensitif terhadap setiap perubahan yang terjadi dilaut. Gelombang laut merupakan
fenomena alam yang sangat mempengaruhi efisiensi dan keselamatan bagi
kegiatan kelautan.
Meteorologi merupakan salah satu cabang geografis fisis yang mempelajari
tentang fenomena fenomena fisik di atmosfer yang berhubungan dengan
kehidupan manusia. Fenomena - fenomena fisik yang dipelajari terbatas dalam
waktu (harian). Fenomena yang diamati meliputi temperatur, tekanan udara,
angin, kelembaban udara, hujan dan awan (Tukidi, 2004).
Praktikum Meteorologi Laut sangat diperlukan dalam mempelajari ilmu
perikanan. Meteorologi Laut mempelajari tentang cuaca yang ada di permukaan
bumi yang dapat berguna untuk segala kegiatan di laut. Perikanan tangkap
-
menggunakan ilmu Meteorologi Laut untuk pedomannya, karena segala aspek
yang ada di alam dan lautan dipelajari disini. Praktikum ini dapat berguna untuk
mengetahui keadaan yang baik untuk melakukan kegiatan di laut, termasuk
kegiatan penangkapan.
1.2. Tujuan
Tujuan dari paraktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui alat alat yang berada di Taman Alat BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika);
2. Mengetahui parameter Keawanan, meliputi kelembaban, jenis awan, dan
temperatur udara dan air;
3. Mengetahui parameter Angin, meliputi arah angin, kecepatan angin, skala
beauford, dan tekanan udara;
4. Mengetahui parameter Arus, meliputi arah arus, kecepatan arus, dan
kedalaman perairan;
5. Mengetahui parameter Gelombang, meliputi tinggi gelombang, panjang
gelombang, periode gelombang, dan cepat rambat gelombang; dan
6. Mengetahui Pasang Surut suatu perairan.
1.3. Manfaat
Manfaat dari Praktikum Meteorologi Laut adalah agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan ilmu meteorologi laut yang didapat di perkuliahan secara nyata
dan menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang aplikasi ilmu
meteorologi laut dalam bidang penangkapan.
-
1.4. Waktu dan Tempat
Praktikum Meteorologi Laut dilaksanakan pada hari Kamis, 7 November
2013 yang bertempat di BMKG (Badan Meteorologi, Klimataologi dan Geofisika)
Semarang, Jawa Tengah dan pada hari Jumat sampai hari Minggu tanggal 29
November - 1 Desember 2013 di BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Payau) di Perairan Jepara, Jawa Tengah.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taman Alat BMKG
Pengamatan terhadap unsur - unsur meteorologi, tentu memerlukan
beberapa alat yang tepat dalam pengukuran. Oleh karena itu, hasil pengamatan
dari berbagai stasiun Meteorologi dan Klimatologi dapat dibandingkan,
pengamatan alatnya harus sama, maka semua stasiun Meteorologi dan
Klimatologi harus dibuat taman alat dan sangkar meteorologi untuk
mengamankan alat - alat tersebut supaya tidak mudah rusak (BMKG, 2013).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebelumnya
bernama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) adalah Lembaga Pemerintah
Non Kementrian di Indonesia yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Lokasi Stasiun BMKG Semarang adalah
di Jalan Siliwangi No. 291, Kalibanteng, Semarang. Menurut BMKG (2013),
BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang - undangan yang berlaku
dan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh
Menteri yang bertanggung jawab di bidang perhubungan. Sesuai tugasnya, Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi, yaitu:
a. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika;
-
b. Perumusan kebijakan teknis di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika;
c. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika;
d. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data
dan informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
e. Pelayanan data dan informasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika;
f. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat
berkenaan dengan perubahan iklim;
g. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak
terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena faktor
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
h. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika;
i. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
j. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan
jaringan komunikasi di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
k. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
l. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen
pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika;
-
m. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika;
n. Pelaksanaan manajemen data di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan
geofisika;
o. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG;
p. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG;
q. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG; dan
r. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
2.2. Keawanan
2.2.1.Kelembaban
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara
atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer
karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun
dari air tanah. Terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh-
tumbuhan. Banyaknya air di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara
lain adalah ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin.
Uap air dalam atmosfer dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang
akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain sebagai hujan. Kelembaban udara yang
cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung uap
air atau udara dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk
-
menyatakan nilai kelembapan udara. Salah satunya adalah kelembaban udara
relative (nisbi). Kelembaban udara nisbi memiliki pengertian sebagai nilai
perbandingan antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan
nilai tekanan uap air maksimum (em) yang dapat dicapai pada suhu udara dan
tekanan udara saat pengukuran. Persamaan untuk kelembapan udara relative
adalah seperti berikut:
Dengan: RH = kelembapan udara relative (%)
e = tekanan uap air pada saat pengukuran (mb)
em = tekanan uap air maksimum yang dapat dicapai pada suhu
udara dan pada tekanan udara saat melakukan suatu
pengukuran (mb) (Swarinoto dan Sugiyono, 2011).
Untuk mengukur kelembaban udara di suatu ruangan diperlukan alat ukur
yang disebut hygrometer, dan untuk temperatur digunakan termometer.
Hygrometer dan termometer digital memang tersedia di pasaran dalam bentuk
portabel, tetapi harganya relatif mahal. Kedua alat ukur ini biasanya dikemas
dalam modul dan produk yang terpisah, padahal penggunaannya seringkali
diperlukan bersamaan (Wildian, 2013).
2.2.2. Jenis awan
Awan merupakan hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik bersama
kantong udara. Karena sifatnya yang memantulkan dan menyerap radiasi bumi
maka awan juga ikut menentukan pemanasan dan pendinginan bumi. Konvektif
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan awan yang terjadi
karena kenaikan udara di atas permukaan yang relatif panas. Mengamati atmosfer
daerah tropis, maka akan terlihat bahwa keadaan awan tidak sama dari hari ke
-
hari. Ketinggian, ketebalan dan jenis awan cumulus berubah setiap hari
bergantung pada kondisi meteorologi. Awan konvektif dan awan cumulus
terbentuk karena adanya pemanasan radiasi dari permukaan tanah. Pertumbuhan
selanjutnya disebabkan adanya pelepasan panas laten kondensasi yang merupakan
sumber enegi yang cukup besar untuk menggiatkan awan cumulus. Pemanasannya
di permukaan, maka udara yang berada tepat di atasnya menjadi tidak stabil
sehingga parsel udara naik ke atas (Misnawati, 2006).
Awan adalah gabungan dari dropletdroplet kecil dengan jumlah order 100
per cm yang mempunyai jari - jari 10 m. Presipitasi (hujan) terjadi jika populasi
awan menjadi labil dan beberapa droplet tumbuh membesar. Identifikasi jenis
awan berdasarkan pengamatan satelit, jenis awan digolongkan menjadi 7
kelompok, yaitu: Ci (awan tinggi), Cm (awan menengah), St (stratus/fog), Cb
(cumulonimbus), Cg (cumulus congestus), Cu (cumulus), dan Sc (stratocumulus).
Jenis awan yang dikelompokkan sebagai awan - awan stratiform: Ci, Cm, St,
sedangkan kelompok awan-awan konvektif : Cb, Cg, Cu; adapun Sc adalah bentuk
peralihan keduanya yaitu memiliki karakteristik awan stratiform dan konvektif.
Jenis awan rendah terdiri dari cumulus (Cu), stratocumulus (Sc), stratus (St),
kabut, dan fractostratus (Fs). Jenis awan menengah terdiri dari beberapa jenis
awan seperti: altocumulus (Ac), altostratus (As), dan cumulus yang menjulang
tinggi. Jenis awan tinggi terdiri dari cirrus (Ci), cirrostratus (Cs), cirrocumulus
(Cc), dan cumulonimbus (Cb) (Nardi dan Nazori, 2012).
2.2.3.Temperatur udara dan dan air
Temperatur udara atau kemampuan daratan dalam menyimpan panas
berbeda dengan air. Daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika
-
menerima radiasi dari pada lautan. Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula
menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada insolation. Akibatnya di
daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang
terjadi di lautan. Kisaran suhu di lautan: (1,87 oC s/d 42 oC. Sementara di daratan:
(68 oC s/d 58 oC. Panas yang dipindahkan dari laut ke daratan mempunyai
pengaruh yang lunak terhadap iklim di daerah pantai. Sebagai contoh, terdapat
perbedaan suhu yang besar yang terjadi di daerah antara Victoria yang terletak di
Pantai Barat Canada dengan Winnipeg yang terletak di tengah - tengah daratan
Amerika Utara. Kedua tempat ini terletak pada kedudukan yang sama namun
memiliki perbedaan suhu yang besar. Suhu maksimum rata - rata setiap tahun di
bulan Januari adalah 35,6 0F di Victoria jika dibandingkan dengan di Winnipeg
yang bersuhu 8,1 0F. Perbedaan suhu ini timbulkan atau disebabkan karena
daerah daratan Victoria dipanasi pada waktu musim dingin oleh adanya angin dari
laut yang ada di sekitarnya dan didinginakan pada waktu musim panas. Setelah
Winnipeg yang terletak di tengah - tengah daratan, terlalu jauh untuk dapat
menerima dan terlalu jauh untuk mendapat pengaruh angin lunak yang berasal
dari lautan ini, sehingga perbedaan suhu di daerah ini besar baik musim dingin
maupun musim panas (Hutabarat dan Evans dalam Lanuru dan Suwarni, 2011).
Temperatur air yang berada di lautan yang lebih hangat menyebabkan
organisme perairan mengalami peningkatan laju respirasi dan peningkatan
konsumsi oksigen serta lebih mudah terkena penyakit, parasit dan bahan kimia
beracun. Sedangkan untuk meminimalisir efek panas yang berlebihan terhadap
ekosistem perairan adalah melalui mengurangi penggunaan dan pembuangan
listrik dan pembatasan jumlah buangan air panas ke dalam badan air yang sama,
-
kontrol dengan dilusi, mentransfer panas dari air ke atmosfir dengan tower
pendingin basah atau kering, pembuangan air panas ke dalam kolam yang
dangkal atau kanal untuk pendinginan dan memanfaatkan kembali (reuse)
sebagai air pendingin (cooling water) (Huboyo dan Badrus, 2007).
2.3. Angin
Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan di
permukaan bumi ini. Angin akan bergerak dari suatu daerah yang memiliki
tekanan tinggi ke daerah yang memiliki tekanan yang lebih rendah. Angin yang
bertiup di permukaan bumi ini terjadi akibat adanya perbedaan penerimaan radiasi
surya, sehingga mengakibatkan perbedaan suhu udara. Adanya perbedaaan suhu
tersebut meyebabkan perbedaan tekanan, akhirnya menimbulkan gerakan udara.
Perubahan panas antara siang dan malam merupakan gaya gerak utama sistem
angin, karena beda panas yang kuat antara udara di atas darat dan laut atau antara
udara diatas tanah tinggi (pegunungan) dan tanah rendah (Habibie dkk, 2011).
Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan
bumi. Pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara
yang mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan yang
ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara dipermukaan bumi. Angin
bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar
perbedaan tekanan udara semakin besar kecepatan angin (Banodin, 2005).
2.3.1. Arah angin
Arah angin dinyatakan dengan arah dari mana datangnya angin, misalnya:
angin barat yang artinya angin datang dari barat, angin tenggara yang artinya
-
angin datang dari tenggara, dan sebagainya. Mekanik penentu arah angin ini
berupa sirip untuk menunjukan arah angin. Sirip ini berfungsi untuk memutar
sensor rotary encoder untuk menunjukan arah angin sesuai dengan arah
datangnya angin (Banodin, 2005).
2.3.2. Kecepatan angin
Angin yang berhembus di atas permukaan air laut akan memindahkan
energinya ke air. Kecepatan angin akan menimbulkan tegangan pada permukaan
laut, sehingga permukaan air yang semula tenang akan terganggu dan timbul riak
gelombang kecil di atas permukaan air laut. Apabila kecepatan angin bertambah,
riak tersebut semakin besar dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan
terbentuk gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin
besar gelombang yang terbentuk. Tinggi dan periode gelombang yang
dibangkitkan oleh angin dipengaruhi oleh kecepatan angin U, lama hembus angin
D, arah angin, dan fetch F. Fetch adalah daerah dimana kecepatan dan arah angin
adalah konstan. Arah angin masih dianggap konstan apabila perubahan
perubahannya tidak lebih dari 150. Sedangkan kecepatan angin masih dianggap
konstan jika perubahannya tidak lebih dari 5 knot (m/det) terhadap kecepatan
yang mulai berubah dan rerata (Hidayat, 2005).
Anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin yang banyak digunakan
dalam bidang meteorologi dan geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Selain
mengukur kecepatan angin, Anemometer juga dapat mengukur besarnya tekanan
angin itu. Angin bisa terjadi karena perubahan tekanan udara. Pola tekanan udara
di seluruh bumi menyebabkan pola angin permukaan horizontal karena udara
bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, seandainya
-
bumi tidak berputar, angin akan bergerak dalam jalur lurus, tetapi karena bumi
berputar, angin berbelok arah. Angin bergerak secara spiral meninggalkan daerah
bertekanan tinggi dan berputar - putar masuk ke daerah bertekanan rendah
sehingga dibelahan bumi utara angin membelok ke kanan dan dibelahan bumi
selatan membelok ke kiri, ini disebut efek coriolis (Azwar, 2013).
Sitem kerja dari anemometer erat kaitannya dengan angin. Angin adalah
udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga adanya
perbedaan tekanan. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat
yang bertekanan rendah. Angin dapat terjadi dikarenakan beberapa hal yaitu
adanya gaya coriolis, gradien barometris, letak tempat, tinggi tempat serta waktu.
Jenis-jenis angin yang berhembus dapat dibedakan menjadi beberapa antara lain:
angin laut, angin darat, angin lembah, angin gunung, angin fohn dan lain
sebagainya. Tiap jenis angin yang berhembus memiliki berbagai macam
kecepatan yang berbeda - beda (Azwar, 2013).
2.3.3. Skala beaufort
Kecepatan rata - rata angin di atas permukaan laut adalah 7,18 m/dt. Secara
umum kejadian angin yang tercatat dalam pengukuran termasuk dalam skala 4
Beaufort (kecepatan 8 m/dt sampai 10,7 m/dt). Angin ini menyebabkan semak dan
pepohonan berayun, pasir bergerak, dan kain/baju tertiup angin sehingga terasa
berat. Pada kolam - kolam penampungan air di pantai, terjadi riak gelombang
akibat tiupan angin ini. Sementara itu, gelombang di permukaan laut terjadi lebih
besar. Karena arah angin dominan menuju Timur Laut, maka kecepatan angin
yang bertiup ke arah ini cenderung lebih kuat dibanding ke arah yang lain. Hal ini
disebabkan angin ke arah Timur Laut saling menguatkan (Tyas, 2012).
-
Kecepatan angin dinyatakan dalam knot. Satu knot adalah panjang satu
menit garis bujur yang melalui katulistiwa yang ditempuh dalam satu jam, atau 1
knot = 1,852 km/jam = 0,5144 m/det. Data angin dicatat tiap jam sehingga dapat
diketahui kecepatan tertentu dan durasinya, dan dapat dihitung kecepatan angin
rerata harian. Jumlah data angin untuk beberapa tahun pengamatan sangat banyak,
untuk itu data tersebut harus diolah dan disajikan dalam bentuk tabel atau diagram
yang disebut dengan mawar angin (Hidayat, 2005).
2.3.4. Tekanan udara
Menurut Supriyanto et al., (2006), pola tekanan udara di seluruh bumi
menyebabkan pola angin permukaan horizontal karena udara bergerak dari daerah
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, seandainya bumi tidak berputar,
angin akan bergerak dalam jalur lurus, tetapi karena bumi berputar, angin
berbelok arah. Angin bergerak secara spiral meninggalkan daerah bertekanan
tinggi dan berputar - putar masuk ke daerah bertekanan rendah sehingga dibelahan
bumi utara angin membelok ke kanan dan dibelahan bumi selatan membelok ke
kiri, ini disebut efek coriolis.
2.4. Arus
2.4.1. Arah arus
Arus yang disebabkan oleh pasut dapat mencapai kecepatan 2 knot (sekitar
1 m/det) dan arahnya akan berbalik 1800 dalam kurun waktu tertentu sesuai
dengan sifat pasutnya. Teknik pengukuran arus yang melewati satu titk arus
diperairan dipisahkan pada dua kategori, yaitu metode eularian dan metode
langrangian. Metode eularian adalah pengukuran arus yang melewati satu titik
-
geografis. Metode langrangian dilaksanakan dengan cara mengikuti dan
mengawasi pergerakan bola apung. Pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda - benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut dan arus yang dibangkitkan
pasang surut sangat dominan dalam proses sirkulasi massa air di perairan pesisir.
Pengetahuan mengenai pasang surut dan pola sirkulasi arus pasang surut di
perairan pesisir dapat memberikan indikasi tentang pergerakan massa air serta
kaitannya sebagai faktor yang dapat mempengaruhi distribusi suatu material di
dalam kolom air (Mann dan Lazier, 2006).
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya informasi
pasang surut dan arus pasang surut di perairan wilayah pesisir. Tulisan ini dibahas
mengenai pola sirkulasi arus pasang surut di wilayah sekitar perairan pesisir. Hasil
dari simulasi dengan menggunakan model hidrodinamika MOHID yang
merupakan program terbuka (open source) tersebut dan kemudian dapat
digunakan sebagai kontribusi dalam pengolahan lingkungan (Romming, 2008).
2.4.2. Kecepatan arus
Secara sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari satu
tempat ke tempat lain. Gelombang dapat menimbulkan energi untuk membentuk
pantai. Gelombang tersebut kemudian dapat menimbulkan arus dan transport
sedimen dalam arah tegak lurus dan sepanjang pantai serta menyebabkan gaya -
gaya yang bekerja pada bangunan pantai tersebut berubah (Sugianto, 2009).
Kecepatan arus memiliki bobot tertinggi. Hal ini dikarenakan parameter
kecepatan arus menjadi faktor yang dominan dalam penentu terhadap
-
pengoperasian alat tangkap dan hasil tangkapan gombang. Kecepatan arus, baik
arus pasang maupun arus surut dapat mempengaruhi hasil tangkapan gelombang,
dengan pola hubungan positif dan cukup kuat (Brown dan Rengi 2004).
2.4.3. Kedalaman perairan
Setiap peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan peningkatan
tekanan sekitar 1 atmosfer. Semakin tinggi tekanan air, kelarutan oksigen semakin
tinggi. Sifat kelarutan gas oksigen lebih rendah daripada sifat kelarutan gas
nitrogen. pengaruh kecepatan arus juga kelarutan gas oksigen di perairan lebih
rendah daripada kelarutan gas nitrogen (Effendi, 2003).
Pengaruh parameter dari faktor lingkungan akan mempengaruhi
pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan. Kedalaman perairan
sangat penting bagi kelayakan budidaya, kedalaman optimal saat surut antara
dasar keramba dengan dasar perairan adalah 4-5 m, hasil penelitian menunjukan
nilai kedalaman perairan berkisar dari 7-18 m, nilai ini berdasarkan Kepmenneg -
KUH masih layak untuk budidaya laut (Affan, 2012).
Parameter kedalaman perairan menempati bobot kedua, pertimbangan ini
didasari bahwa dalam pengoperasian alat tangkap gelombang faktor kedalaman
perairan menjadi pertimbangan nelayan. Kedalaman perairan memberikan
pengaruh yang sangat nyata kepada hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut
nantinya yang akan mempengaruhi perbedaan pada setiap nilai yang dihasilkan
pada kedua parameter tersebut (Syofyan, 2005).
-
2.5. Gelombang
Gelombang laut adalah pergerakan naik dan turunnya air laut dengan arah
tegak lurus pemukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
Gelombang laut timbul karena adanya gaya pembangkit yang bekerja pada laut.
Gelombang yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam
berdasarkan gaya pembangkitnya, gaya pembangkit tersebut terutama berasal dari
angin, dari gaya tarik menarik bumi - bulan - matahari atau yang disebut dengan
gelombang pasang surut dan gempa bumi. Jenis-jenis gelombang ditinjau dari
gaya pembangkitnya terdapat 3 jenis yaitu:
1. Gelombang Angin, merupakan gelombang yang disebabkan oleh tiupan
angin di permukaan laut. Gelombang ini mempunyai periode yang sangat
bervariasi, ditinjau dari frekuensi kejadiannya, gelombang angin merupakan
gelombang yang paling dominan terjadi di laut;
2. Gelombang Pasang Surut (Pasut), merupakan gelombang yang disebabkan
oleh gaya tarik bumi terhadap benda - benda langit, benda langit yang paling
besar pengaruhnya adalah Matahari dan Bulan, gelombang pasut lebih
mudah diprediksi karena terjadi secara periodik mengikuti sesuai
peredarannya; dan
3. Gelombang Tsunami, gelombang yang diakibatkan oleh gempa bumi
tektonik atau letusan gunung api di dasar laut, tsunami merupakan
gelombang yang sangat besar dan tinggi gelombangnya dapat mencapai
lebih dari 10 meter (Kurniawan et al., 2011).
Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan
oleh angin yaitu:
-
1. Lama angin bertiup atau durasi angin;
2. Kecepatan angin; dan
3. Fecth (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkit gelombang
atau daerah pembangkit gelombang).
Semakin lama angin bertiup, semakin besar jumlah energi yang dihasilkan
dalam pembangkitan gelombang. halnya dengan fetch, gelombang yang bergerak
keluar dari daerah pembangkitan gelombang hanya memperoleh sedikit tambahan
energi. Tambahan energi yang terjadi seringkali menjadi penyebab terjadinya
suatu perbedaan pada setiap nilai yang ada (Burhanuddin, 2009).
Gelombang laut dapat ditinjau sebagai deretan pulsa - pulsa yang berurutan
yang terlihat sebagai perubahan ketinggian permukaan air laut, yaitu dari elevasi
maksimum (puncak) ke elevasi minimum (lembah). Gelombang yang bergerak
memasuki perairan dangkal akan mengalami deformasi yaitu:
1. Kecepatan gelombang akan berkurang akibat pengaruh pengurangan
kedalaman;
2. Panjang gelombang akan menjadi lebih pendek; dan
3. Terjadi pembelokan arah penjalaran gelombang akibat perubahan kecepatan
atau dikenal sebagai refraksi gelombang.
Refraksi terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Daerah
di mana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang, yaitu di laut
dalam, gelombang merambat tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi
dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang. Daerah ini, terjadi suatu
kejadian apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak
gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan merambat dengan
-
kecepatan yang lebih kecil daripada bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya
garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis
kontur dasar laut (Lanuru dan Suwarni, 2011).
2.6. Pasang Surut
Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang
dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda - benda angkasa
di luar materi itu berada. Pasang surut yang terjadi di bumi terdapat dalam tiga
bentuk yaitu:
1. Pasang surut atmosfer (Atmospheric Tide);
2. Pasang surut laut (Ocean Tide); dan
3. Pasang surut bumi (Boily Tide).
Pasang surut atmosfer adalah gerakan atmosfer bumi yang diakibatkan oleh
adanya aksi gravitasi dari matahari dan bulan atau benda langit lainnya. Gerakan
atmosfer akibat hal ini bias dideteksi dengan alat barometer yang mencatat
perubahan tekanan udara di muka laut. Pasang surut bumi adalah gangguan akibat
gaya gravitasi benda langit terhadap bagian bumi padat. Gangguan ini sangat
kecil, sehingga hampir tidak dapat dilihat secara jelas tapi untuk pengukuran dari
ketinggian suatu tempat dan penelitian geofisika lainnya gangguan ini harus
diperhatikan. Uraian yang kita bahas tentang pasang surut laut, maka untuk
selanjutnya pasang surut diartikan sebagai pasang surut laut (Aziz, 2006).
Gaya yang menimbulkan pasut disebut gaya pembangkit pasut yang
merupakan resultan gaya sentrifugal dan gaya tarik benda langit (bulan dan
matahari). Revolusi bulan mengelilingi bumi menimbulkan gaya sentrifugal yang
-
arahnya menjauhi bulan dan besarnya sama setiap titik di permukaan bumi.
Sebaliknya gaya tarik bulan bergantung pada jarak dari titik - titik di permukaan
bumi terhadap bulan. Makin dekat jarak tersebut, makin besar gaya tarik bulan.
Resultan gaya sentrifugal dan gaya tarik bulan ini menghasilkan gaya pembangkit
pasut yang bertanggung jawab terhadap timbulnya pasut di laut. Matahari juga
melakukan gaya tarik terhadap air laut meskipun massa matahari jauh lebih besar
daripada massa bulan, akan tetapi gaya tariknya lebih kecil daripada gaya tarik
bulan karena jarak matahari - bumi jauh lebih besar daripada jarak dari bumi -
bulan yang terjadi (Aziz, 2006).
Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di
laut, yakni suatu gerakan vertical (naik turunnya air laut secara teratur dan
berulang - ulang) dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai
bagian terdalam dari dasar laut. Gerakan tersebut disebabkan oleh pengaruh
gravitasi (gaya tarik menarik) antara bumi dan bulan, bumi dan matahari, atau
bumi dengan bulan dan matahari (Surinati, 2007).
Sebenarnya hanya ada tiga tipe dasar pasang-surut yang didasarkan pada
periode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:
1. Pasang-surut tipe harian tunggal (diurnal type): yakni bila dalam waktu 24
jam terdapat 1 kali pasang dan 1 kali surut;
2. Pasang-surut tipe tengah harian/ harian ganda (semi diurnal type): yakni bila
dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang dan 2 kali surut; dan
3. Pasang-surut tipe campuran (mixed tides): yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau
condong ke tipe harian ganda (Wibisono (2005) dalam Surinati (2007).
-
Tipe pasang-surut ini penting diketahui untuk studi lingkungan, mengingat
bila di suatu lokasi dengan tipe pasang-surut harian tunggal atau campuran
condong harian tunggal terjadi pencemaran, maka dalam waktu kurang dari 24
jam, pencemar diharapkan akan tersapu bersih dari lokasi. Namun pencemar akan
pindah ke lokasi lain, bila tidak segera dilakukan clean up. Berbeda dengan lokasi
dengan tipe harian ganda, atau tipe campuran condong harian ganda, maka
pencemar tidak akan segera tergelontor keluar. Variasi harian dari rentang pasang-
surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang-surut juga
bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera (Aziz, 2006).
Pasang-surut (pasut) di berbagai lokasi mempunyai ciri yang berbeda karena
dipengaruhi oleh topografi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk dan sebagainya.
Beberapa tempat, terdapat beda antara pasang tertinggi dan surut terendah
(rentang pasut), bahkan di Teluk Fundy (Kanada) bisa mencapai 20 meter. Proses
terjadinya pasut memang merupakan proses yang sangat kompleks, namun masih
bisa diperhitungkan dan diramalkan. Pasut dapat diramalkan karena sifatnya
periodik, dan untuk meramalkan pasut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa
dari masing - masing komponen pembangkit pasut. Ramalan pasut untuk suatu
lokasi tertentu kini dapat dibuat dengan melihat pada kecepatan dan ketepatan
yang cukup cermat (NONTJI (2005) dalam Surinati, 2007).
Pasang-surut purnama (spring tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari
berada dalam suatu garis lurus (matahari dan bulan dalam keadaan oposisi). Saat
itu, akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang
sangat rendah, karena kombinasi gaya tarik dari matahari dan bulan bekerja saling
menguatkan. Pasang-surut purnama ini terjadi dua kali setiap bulan, yakni pada
-
saat bulan baru dan bulan purnama (full moon). Sedangkan pasang-surut perbani
(neap tides) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus,
yakni saat bulan membentuk sudut 90 dengan bumi. Saat itu akan diterapkan dan
akan dihasilkan nilai dari berbagi yang dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan
pasang rendah yang tinggi. Pasang-surut perbani ini terjadi dua kali, yaitu pada
saat bulan 1/4 dan 3/4 (Wardiyatmoko & Bintarto, 1994 dalam Surinati, 2007).
-
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
Alat yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut
No. Nama Alat ketelitian Fungsi
1
Termometer basah-
kering -
untuk mengukur kelembaban udara
2 Buku identifikasi awan - untuk identifikasi jenis awan
3 Binoculer - untuk mengamati jenis awan
4 Kamera Digital - untuk mendokumentasi jenis awan
5 Termometer air raksa
0,10C
untuk mengukur suhu udara dan
suhu air
6 Anemometer 0.3 m/ s untuk mengukur kecepatan angin
7 Slayer
-
untuk membantu menentukan arah
angin berhembus
8 Skala Beaufort
-
untuk menentukan skala kecepatan
angin
9 Barometer 0,1 mbar untuk mengetahui tekanan udara
10 Kompas Baring
10
untuk membantu menentukan arah
arus
11 Meteran jahit 1cm untuk mengukur panjang gelombang
-
12 Tonggak berskala
1cm
untuk membantu pengukuran
gelombang
13 Line transek
-
untuk menentukan stasiun
pengamatan
14 Stopwatch 1s untuk mencatat waktu pengamatan
15 Selang Bening
-
untuk membantu dalam pengamatan
pasang surut
16 Senter
-
untuk membantu pengamatan pasang
surut pada malam hari
17 Alat tulis - untuk mencatat hasil pengamatan
18 Kertas polio - untuk mencatat hasil pengamatan
19 Bola arus - untuk mengukur kecepatan arus
Sumber: Praktikum Meteorologi Laut 2013.
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada Praktikum Meteorologi Laut
No. Nama Bahan Fungsi
1 Jeruk Sebagai bola arus
2 Aquades
Sebagai media untuk mengukur kelembaban
udara
Sumber : Praktikum Meteorologi Laut 2013
-
3.2. Metode
3.2.1 Keawanan
a. kelembaban
Metode yang digunakan dalam pengamatan kelembaban udara pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran kelembaban;
2. Memasukkan secara perlahan-lahan air tawar ke dalam tempat-tempat
yang telah disediakan;
3. Membiarkan selama 5 menit untuk penyesuaian (pengamat jangan
sampai mengganggu);
4. Membaca skala yang tertera dalam termometer; dan
5. Mencatat hasil pengamatan.
b. jenis awan
Metode yang digunakan dalam pengamatan jenisjenis awan pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik stasiun pengamatan;
2. Menggunakan binokuler atau kamera digital amati awan yang berada
diatas kepala pengamat;
3. Mengulangi percobaan dengan mengamati seluruh awan;
4. Mengidentifikasi awan dengan bantuan buku identifikasi awan;
5. Mendokumentasikan hasil pengamatan;
6. Mencatat hasil pengamatan.
c. temperatur udara
Metode yang digunakan dalam pengamatan temperatur udara pada
-
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Mengukur temperatur udara setiap 10 m;
2. Pengukuran dilakukan di atas permukaan air laut dan selama pengukuran
temperatur udara, termometer jangan sampai terkena langsung radiasi
sinar matahari;
3. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian;
4. Mencatat suhu yang tertera pada skala;dan
5. Menggambar grafik hasil pengukuran.
d. temperatur air laut
Metode yang digunakan dalam pengamatan temperatur air laut pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Mengukur temperatur air laut setiap 10 m;
2. Memasukkan termometer ke dalam air laut;
3. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian;
4. Mencatat suhu yang tertera pada skala;
5. Menggambar grafik hasil pengukuran.
3.2.2 Angin
a. arah angin
Metode yang digunakan dalam pengamatan arah angin pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan stasiun pengamatan;
2. Membiarkan pengamat berada tepat di atas tempat yang terbuka;
3. Mengibarkan slayer di atas kepala pengamat;
4. Membiarkan slayer bergerak terbawa angin;
-
5. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian;
6. Mengidentifikasi dari arah mana angin berasal dengan bantuan kompas
baring;
7. Mencatat hasil pengamatan.
b. kecepatan angin
Metode yang digunakan dalam pengamatan kecepatan angin pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik awal pengamatan;
2. Menentukan dari mana asal arah angin;
3. Menyalakan Anemometer;
4. Membiarkan 3 menit untuk penyesuaian;
5. Mencatat angka yang tertera pada Anemometer;
6. Menggambar grafik.
c. Skala Beaufort
Metode yang digunakan dalam pengamatan skala Beaufort pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Mengamati angka kecepatan angin yang tertera pada Anemometer;
2. Mengamati besar gelombang air laut;
3. Mengidentifikasi dengan bantuan skala Beaufort;
4. Mencata hasil pengamatan.
d. tekanan udara
Metode yang digunakan dalam pengamatan tekanan udara pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik awal stasiun pengamatan;
-
2. Mencari tempat yang datar;
3. Meletakkan barometer pada tempat yang datar dan terlindungi;
4. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian;
5. Mengamati angka yang tertera pada skala Barometer;
6. Mencatat hasil pengamatan;
7. Membuat grafik.
3.2.3. Arus
a. arah arus
Metode yang digunakan dalam pengamatan arah arus pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
2. Mengukur arah arus dari pantai menuju laut bebas setiap 10m sejauh
100m;
3. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran arus laut;
4. Menancapkan tonggak pada lokasi awal bola arus;
5. Menjatuhkan bola arus (jeruk) secara perlahan-lahan pada titik tersebut;
6. Membiarkan selama 3 menit untuk penyesuaian (pengamat jangan
sampai menggangu jalannya bola arus);
7. Menancapkan tonggak pada lokasi akhir bola arus (jeruk);
8. Menggunakan kompas baring untuk mengetahui arah arus setelah waktu
tersebut dengan membaring antar tonggak;
9. Mencata hasil pengamatan.
b. kecepatan arus
Metode yang digunakan dalam pengamatan kecepatan arus pada Praktikum
-
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
2. Mengukur kecepatan arus dari pantai menuju laut bebas setiap 10m
sejauh 100m;
3. Menentukan titik awal (titik stasiun) pengukuran kecepatan arus laut;
4. Menancapkan tonggak pada lokasi awal bola arus;
5. Menjatuhkan bola arus (jeruk) secara perlahan-lahan pada titik tersebut;
6. Membiarkan bola arus (jeruk) mengalir hingga tali rafia merenggang (s);
7. Mencatat waktu (t) yang diperlukan bola arus sampai merenggang;
8. Menghitung kecepatan bola arus dengan rumus V= s/t
c. kedalaman perairan
Metode yang digunakan dalam pengamatan kedalam perairan pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut lepas;
2. Mengukur kedalaman laut dari pantai menuju laut lepas setiap 10m
sejauh 100m;
3. Mencatat hasil pengamatan dan menggambar grafik.
3.2.4. Gelombang
a. tinggi gelombang (H)
Metode yang digunakan dalam pengukuran tinggi gelombang (H) pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
-
2. Mengukur tinggi gelombang (H) dari pantai menuju laut bebas setiap
10m, 50m dan 100m;
3. Mengukur tinggi gelombang (H) pada saat puncak/ lembah gelombang
mencapai rambu ukur;
4. Mencatat hasil pengukuran.
b. panjang gelombang (L)
Metode yang digunakan dalam pengukuran panjang gelombang (L) pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
2. Mengukur panjang gelombang (L) dari pantai menuju laut bebas setiap
10m, 50m dan 100m;
3. Mengukur panjang gelombang (L) berdasarkan jarak yang ditempuh oleh
suatu gelombang yaitu antara 2 buah puncak atau 2 buah lembah;
4. Mencatat hasil pengukuran.
c. periode gelombang (T)
Metode yang digunakan dalam pengukuran periode gelombang (T) pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
2. Mengukur periode gelombang (T) dari pantai menuju laut bebas setiap
10m, 50m dan 100m;
3. Mengukur periode gelombang (T) berdasarkan waktu yang terjadi
puncak gelombang satu ke puncak gelombang lain;
4. Mencatat hasil pengukuran.
d. cepat rambat gelombang
-
Metode yang digunakan dalam menghitung cepat rambat gelombang pada
Praktikum Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menarik tali tambang sepanjang 100 m ke arah laut bebas;
2. Mengukur cepat rambat gelombang dari pantai menuju laut bebas setiap
10m, 50m dan 100m;
3. Menghitung cepat rambat diukur dengan rumus V= L/T
4. Mencatat hasil pengukuran.
3.2.5. Pasang Surut
Metode yang digunakan dalam pengamatan pasang surut pada Praktikum
Meteorologi Laut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik awal stasiun pengamatan;
2. Menancapkan tiang berskala ditempat yang telah ditentukan;
3. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan setiap 3 jam selama 24 jam.
-
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi
Praktikum Meteorologi Laut 2013 dilaksanakan di perairan Jepara di sekitar
BBPBAP (Balai Besar Pengembangan Budidaya Ikan Air Payau). Secara umum
Perairan Jepara merupakan bagian dari Laut Jawa dan secara geografis, wilayah
Jepara terletak pada koordinat 110o948,02-110o5837,40 Bujur Timur dan
5o4320,67-6o4725,83Lintang Selatan. Perairan Jepara berbatasan dengan
Laut Jawa di Sebelah Barat dan di Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten
Kudus dan Pati, dan berbatasan dengan Kabupaten Demak di Sebelah Selatan.
Laut Jawa merupakan perairan dangkal dengan rata-rata kedalaman 50 m.
4.2. Taman Alat BMKG
Bandan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau biasa disingkat dengan
sebutan BMKG merupakan suatu badan yang mengatur dan memantau situasi dan
kondisi alam di Indonesia dibidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.
Pemantauan yang dilakukan meliputi pemantauan cuaca, bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya. Selain sebagai pemantau BMKG juga
berfungsi sebagai penginformasi tercepat apabila akan terdapat bencana atau
cuaca yang membahayakan bagi warga disuatu daerah.
Menurut BMKG (2013), BMKG memiliki stasiun-stasiun pengamat disetiap
titik daerah. Terdapat beberapa stasiun pengamat didukung oleh Taman Alat
Konvensional, dimana taman alat ini berisi alat-alat bantu pengamatan kondisi
alam sekitar. Alat-alat yang terdapat dia Taman Alat Konvensional BMKG dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
-
Tabel 3 . Alat-alat yang ada di taman alat BMKG adalah sebagai berikut
No Nama Alat No Nama Alat
1 Campbell Stokes 11 Penakar Hujan Obs
2 Termometer Bola Basah (Bb) 12 Penakar Hujan Helman
3 Termometer Bola Kering (Bk) 13 Automatic Rain Sampler
4 Gun Bellani 14 High Volume Sampler
5 Actinograph Bimetal 15 Barograph
6 Termometer Maximum 16 Barometer
7 Termometer Minimum 17 Anemometer 10m, 8m, 2m
8 Piche Evaporimeter 18 Temometer Tanah Rumput
9
10
Termometer Tanah Gundul
Automatic Weather Station
(Aws)
19
20
Thermohigrograph
Open Pan Evaporimeter
4.2.1. Campbell Stokes
Campbell Stokes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur lama
penyinaran matahari. Pada tahun 1835, John Francis Campbell menemukan ide
cemerlang untuk mendesain alat yang bisa mengukur durasi penyinaran matahari
atau sunshine recorder. Ide tersebut kemudian disempurnakan oleh Sir George
Gabriel Stokes (1879) sehingga menghasilkan alat yang dikenal dengan Campbell
Stokes Fairuz (2012) dalam Reza (2013).
-
Gambar 1. Campbell Stokes
Menurut Budiarti (2008) dalam Reza (2013), Terdapat beberapa bagian dari
Campbell Stokes yaitu :
1. Bola gelas dengan jari-jari 10-15cm;
2. Lensa cembung untuk mengumpulkan sinar matahari ke satu api;
3. Tempat menyisipkan kertas pias;
4. Pengatur kertas pias;
5. Penunjuk yang menyatakan lintang pada waktu alat di setel; dan
6. Tiga buah sekrup untuk menyetel kedudukan horizontal.
Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan
(memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari
tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan
pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat
dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa
terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang
konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika
-
matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak
pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka
jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-
bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.
4.2.2. Termometer bola basah dan bola kering
Alat ini berfungsi untuk mengukur temperatur udara. Termometer Bola
basah adalah termometer biasa (bola kering) dengan bolanya terbungkus dalam
kain yang selalu basah oleh air murni. Dry Bulb themperature (temperatur bola
kering) yaitu skala suhu yang ditunjukkan oleh termometer bulb biasa dengan
bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini biasanya dalam celcius atau
fahrenheit. Seperti yang sudah diketahui, bahwa termometer ini menggunakan
prinsip dasar pemuaian zat cair (alkohol atau air raksa) yang terdapat di dalam
termometer. Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan termometer biasa maka
terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb (kantong zat cair yang terdapat di
ujung termometer). Karena mendapatkan kalor maka zat cair yang ada di dalam
termometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.
Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversikan dengan satuan suhu (Celcius,
Fahrenheit, dan lain - lain). Wet Bulb Temperature (temperatur bola basah) yaitu
suhu bola basah. Sesuai dengan namanya wet bulb, suhu ini diukur dengan
menggunakan termometer yang bulbnya dilapisi dengan kain yang telah basah
kemudian dialiri udara yang ingin diukur suhunya. Perpindahan kalor terjadi dari
udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara akan digunakan untuk menguapkan
air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan untuk memuaikan cairan
yang ada di dalam termometer. termometer ini menggunakan prinsip pemuaian
-
zad cair yang terdapat dalam tabung. Kelemahan termometer bola basah tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Air raksa harganya mahal
b. Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
c. Air raksa temasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya
pecah.
Gambar 2.Termometer Bola Basah dan Bola Kering
Nilai suhu yang terukur dari termometer suhu bola basah ini adalah bagian
dari nilai kelembaban atau lengas nisbi. Nilai Selisih suhu bola kering dengan
nilai selisih suhu bola basah, jika dikonversikan akan mendapatkan nilai
kelembaban relatif (dalam satuan %). Nilai kelembaban relatif ini akan terlihat
secara jelas pada alat pengukur kelembaban yang secara umum kita kenal dengan
sebutan nama Higrometer (Reza, 2013).
4.2.3. Termometer maksimum
Termometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi yang
terjadi dalam periode waktu 24 jam (1 hari). Termometer maksimum termasuk
alat non recording dan terpasang dalam sangkar meteorologi. Data yang
-
dihasilkan dinyatakan dalam satuan 0C. Pada pengamatan agroklimat, termometer
maksimum diamati pada jam 18.00 waktu setempat. Spesifikasi dari termometer
maksimum adalah terdapatnya celah sempit pada bagian antara bola termometer
dan kolom raksa pada skala, untuk menghambat kembalinya air raksa yang telah
masuk ke kolom raksa kembali ke bola termometer saat terjadi penyusutan oleh
penurunan suhu. Termometer maksimum dipasang miring sebesar 5 dari garis
horisontal. Bagian-bagian alat Termometer maksimum terdiri dari 4 bagian utama
yaitu :
1. Bola termometer
2. Air raksa
3. Skala suhu
4. Celah sempit
Gambar 3. Termometer Maksimum
Apabila terjadi kenaikan suhu udara, kalor yang merambat dalam bola
termometer akan menyebabkan air raksa memuai. Pemuaian air raksa akan
mengakibatkan pertambahan volume air raksa yang ada dan menyebabkan
naiknya permukaan kolom raksa ke skala yang lebih besar. Saat terjadi penurunan
-
suhu, air raksa yang terdapat pada bola termometer akan menyusut. Akan tetapi
air raksa yang telah masuk ke kolom raksa pada skala tidak bisa kembali ke bola
raksa karena terhambat oleh adanya celah sempit. Sehingga dapat diketahui suhu
tertinggi yang telah terjadi. Termometer air raksa ini memiliki pipa kapiler kecil
(pembuluh) didekat tempat/ tabung air raksanya, sehingga air raksa hanya bisa
naik bila suhu udara meningkat, tapi tidak dapat turun kembali pada saat suhu
udara mendingin. Untuk mengembalikan air raksa ketempat semula, termometer
ini harus dihentakan berkali-kali atau diarahkan dengan menggunakan magnet.
Dari gambar disamping dapat diilustrasikan bahwa apabila temperatur naik
dan kolom air raksa tidak terputus, maka air raksa terdesak melalui bagian yang
sempit. Ujung kolom menunjukkan temperatur udara. Apabila suhu turun, kolom
air raksa terputus pada bagian yang sempit setelah air raksa dalam bola temperatur
menyusut. Ujung lain dari kolom air raksa tetap pada tempatnya.
Untuk pengamatan suhu udara ujung kolom ini menunjukkan suhu udara
karena penyusutan air raksa kecil sekali dan dapat diabaikan. Jadi Termometer
menunjukkan suhu udara tertinggi setelah terakhir dikembalikan. Termometer
dikembalikan setelah dibaca (Reza,2013).
4.2.4. Termometer minimum
Termometer minimum biasanya menggunakan alkohol untuk pendeteksi
suhu udara yang terjadi.hal ini dikarenakan alkohol memiliki titik beku lebih
tinggi dibanding air raksa,sehingga cocok untuk pengukuran suhu minimum.
Prinsip kerja termometer minimum adalah dengan menggunakan sebuah
penghalang (indeks) pada pipa alkohol, sehingga apabila suhu menurun akan
menyebabkan indeks ikut tertarik kebawah,namun bila suhu meningkat maka
-
indeks akan tetap pada posisi dibawah,selain itu peletakan termometer harus
miring sekitar 20-30 derajat,dengan posisi tabung alkohol berada dibawah. Hal ini
juga dimaksutkan untuk mempertahankan agar indeks tidak dapat naik kembali
bila sudah berada dibawah (suhu minimum). Bagian-bagian dari termometer
minimum yaitu :
1. pipa kaca (pipa kapiler)
2. zat cair pengisi termometer
3. tandon (reservoir)
4. skala
5. tabung gelas
Gambar 4. Termometer Minimum
Termometer minimum ini memiliki cara kerja tersendiri yang pada prinsip
dasarnya tidak berbeda dengan termometer maksimum, cara kerja termometer
minimum ini yaitu pertama dipasang tegak lurus pada dinding yang kuat dengan
tinggi bejana + 1 m dari lantai. Sebaiknya dipasang di lemari kaca, Latar belakang
yang putih untuk memudahkan pembacaan. Kemudian baca suhu yang menempel
-
pada Barometer lalu naikkan air raksa dalam bejana, sehingga menyinggung
jarum taji skala Nonius (Vernier) sehingga menyinggung permukaan air raksa,
baca skala Barometer dan skala Nonius maka akan didapatkan nilai suhu
termometer minimum (Reza, 2013).
4.2.5. Termometer tanah
Menurut (Reza, 2013), termometer tanah adalah sebuah termometer yang
khusus dirancang untuk mengukur suhu tanah. Alat ini berguna pada perencanaan
penanaman dan juga digunakan oleh para ilmuwan iklim, petani, dan ilmuwan
tanah. Suhu tanah dapat memberikan banyak informasi yang bermanfaat, terutama
pemetaan dari waktu ke waktu. Ciri-ciri dari termometer tanah adalah pada bagian
skala dilengkungkan, namun ada juga yang tidak dilengkungkan. Hal ini dibuat
untuk memudahkan dalam pembacaan termometer dan menghindari kesalahan
paralaks. Suhu tanah adalah kunci dalam mengambil keputusan penanaman. Jika
tanah terlalu dingin, tanaman bisa mati. Prinsip kerja termometer tanah hampir
sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya berbeda.
Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahannya lambat
sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara. Pengamatan
suhu tanah umumnya dilakukan pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm.
Pengukuran suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh rumput maupun
tanah yang terbuka. Pengukuran biasanya dilakukan dalam areal stasiun
pengamatan. Area ini dijaga agar tanah disekitarnya tidak terganggu, tidak
ternaungi maupun tergenang air. Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometer
air raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan pada kedalaman yang
diinginkan. Seperti pada gambar di atas termometer merk casella telah banyak
-
digunakan pada pengamatan meteorologi. Masing-masing termometer dipasang
pada enamel hitam dengan dukungan baja ringan membentuk sudut 30 yang
memudahkan pembacaan skala.Termometer tanah jenis ini dapat digunakan
sampai kedalaman pengukuran 300 cm. Terdiri dari termometer yang berada
dalam tabung gelas. Pada masing-masing kedalaman pengukuran dimasukkan
selongsong tabung baja, termometer kemudian diturunkan menggunakan rantai
kedalam tabung tersebut. Bola termometer berada dalam lilin parafin sehingga
respons time-nya lambat yang memudahkan dalam pembacaan pengukuran.
Gambar 5. Termometer Tanah
4.2.6. Gun bellani
Prinsip alat adalah menangkap radiasi pada benda berbentuk bola sensor.
Panas yang timbul akan menguapkan zat cair dalam bola hitam. Ruang uap zat
cair berhubungan dengan tabung kondensasi. Uap zat cair yang timbul akan
dikondensasi dalam tabung berbentuk buret yang berskala. Banyaknya air
kondensasi sebanding dengan radiasi surya diterima oleh sensor dalam sehari.
Pengukuran dilakukan sekali dalam 24 jam, yaitu pada pagi hari dibandingkan
dengan alat yang pertama hasilnya lebih kasar.
-
Gambar 6. Gun Bellani
4.2.7. Actinograph bimetal
Merekam atau otomatis mengukur setiap saat pada siang hari radiasi surya
yang jatuh ke alat. Sensor atau yang peka bila kena sinar surya terdiri atas bimetal
(dwilogam) berwarna hitam mudah menyerap radiasi surya. Panas karena radiasi
yang diserap ini membuat bimetal melengkung. Besarnya lengkungan sebanding
radiasi yang diterima sensor. Lengkungan ini disampaikan secara mekanis ke
jarum penulis di atas pias yang berputar menurut waktu. Hasil rekaman sehari ini
berbentuk grafik. Luas grafik / integral dari grafik sebanding dengan jumlah
radiasi surya yang ditangkap oleh sensor selama sehari.
Gambar 7. Actinograph bimetal
-
4.2.8. Piche evaporimeter
Evapotranspirometer piche tergolong alat yang sederhana. Alat ini hanya
terdiri dari pipa gelas berskala yang diisi air, piringan kertas filter, dan penjepit
logam (klip) berbentuk lengkungan seperti lembaran pegas. Prinsip kerja alat ini
didasarkan pada laju evapotranspirasi yang dinyatakan dengan banyaknya air yang
hilang ke atmosfer oleh proses evapotranspirasi dari suatu daerah tiap satuan luas
dalam satu satuan waktu. Karena alat ini harganya relatif murah dan
penggunaannya relatif mudah sehingga menjadi alternatif alat ukur penguapan
yang digunakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG,2013 ).
Secara garis besar cara pengamatan evapotranspirometer yaitu memegang
gelas pada posisi terbalik (lubangnya di atas), kemudian mengisi pipa gelas
tersebut dengan air suling atau air hujan. Air tersebut diisikan sampai kira-kira 1,5
cm dari mulut pipa. Selanjutnya yaitu menyisipkan kertas filter antara mulut pipa
dengan penjepit sedemikian rupa sehingga letaknya konsentris. Lalu kertas filter
dijepit agar letaknya stabil. Setelah pemasangan kertas filter selesai, kedudukan
pipa dibalik sehingga mulutnya menjadi di bawah. Keadaan ini membuat air
merembes kedalam pori-pori keras filter sehingga kertas menjadi basah. Setelah
kertas filter basah seluruhnya, alat tersebut kemudian digantung pada standarnya
yang terdapat dalam sangkar meteorologi. Evapotranspirometer piche dibaca tiga
kali sehari, yaitu pada jam I : 07.30, jam II : 13.30, jam III : 17.30. Setiap pagi
sesudah pembacaan jam I, alat tersebut diisi kembali dengan air destilasi, seperti
dikemukakan di atas dan mencatat tinggi permukaan air di dalam pipa gelas
kemudian mengisi pipa gelas tersebut dengan air suling atau air hujan.
menyisipkan kertas filter antara mulut pipa dengan penjepit sedemikian rupa
-
sehingga letaknya konsentris.
Gambar 8. Phice Evaporimeter
4.2.9. Automatic weather station (AWS)
Menurut (Reza, 2013), AWS (Automatic Weather Stations) merupakan
suatu peralatan atau system terpadu yang di desain untuk pengumpulan data cuaca
secara otomatis serta diproses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini
umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal Unit), Komputer,
unit LED Display dan bagian-bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan
meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan angin, kelembaban, presipitasi,
tekanan udara, pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit) terdiri
atas data logger dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal pengumpulan
data cuaca dari sensor tersebutdan di transmisikan ke unit pengumpulan data pada
komputer. Masing-masing parameter cuaca dapatditampilkan melalui LED (Light
EmitingDiode) Display, sehingga para pengguna dapat mengamati cuaca saa titu
(present weather ) dengan mudah. Automatic weather stations digunakan untuk
mengetahui kondisi cuaca antara lain: kecepatan udara, arah angin, suhu udara,
tekanan udara, radiasi, humidity, curah hujan, dan temperature rendah. Unsur-
unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan unsur-
-
unsur cuaca tersebut akan terekam setiap 10 menit pada alat Lodger, kemudian
data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di edit ke PC Computer program AWS.
Data yang sudah tercatat pada PC Computer program AWS diarsipkan kemudian
dikirimke BMG Jakarta.
Gambar 9. Automatic weather station (AWS)
4.2.10. Thermohigrograph
Menurut (BMKG, 2013), Secara umum kelembaban (Relative Humidity)
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang ada di
udara dan dinyatakan dalam persen dari jumlah uap air maksimum dalam kondisi
jenuh. Dan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kelembaban udara
(Relative Humidity) adalah Higrometer. Higrometer rambut adalah sebuah alat
pengukur kelembaban udara dengan satuan persen yang menggunakan prinsip
muai panjang rambut dimana rambut akan memanjang ketika kelembaban udara
bertambah. Adapun rambut yang digunakan adalah rambut manusia atau kuda
yang sudah dihilangkan lemaknya yang kemudian dikaitkan dengan pengungkit
(engsel) yang dihubungkan dengan jarum yang menunjuk kepada skala sehingga
memperbesar perubahan skala dari perubahan kecil dari panjangnya rambut.
-
4.2.11. Open pan evaporimeter
Evaporimeter panci terbuka digunakan untuk menguku revaporasi.Makin
luas permukaan panci, makin representative atau makin mendekati penguapan
yang sebenarnya terjadi pada permukaan danau, waduk, sungai dan lain-lainnya.
Pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter memerlukan
perlengkapan sebagai berikut :
1. Panci Bundar Besar
Terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat.Panci ini mempunyai garis
tengah 122 cm dantingginya 25,4 cm.
2. Hook Gauge
Suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci.
Hook Gauge mempunyai bermacam-macam bentuk, sehingga caram
pembacaannya berlainan. Untuk jenis cassella, terdiri dari sebuah batang yang
berskala, dan sebuah sekrup yang berada pada batang tersebut, digunakan untuk
mengatur letak ujung jarum pada permukaan air dalam panci. Sekrup ini berfungsi
sebagai micrometer yang dibagi menjadi 50 bagian. Satu putaran penuh dari
micrometer mencatat perubahan ujung jarum setinggi 1 mm. Hook gauge buatan
Perancis mempunyai micrometer yang dibagi menjadi 20 bagian. Dalam satu
bagian menyatakan perubahan tinggi jarum 0,1 mm, berarti untuk satu putaran
penuh, perubahan tinggi jarum sebanyak 2 mm.
3. Still Well
Bejana terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan
mempunyai 3 buah kaki.Pada tiap kaki terdapat skrup untuk menyetel/ mengatur
kedudukan bejana agar letaknya horizontal. Pada dasar bejana terdapat sebuah
-
lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama tinggi dengan permukaan air
dalam panci. Bejana digunakan selain untuk tempat meletakkan hook gauge, juga
membuat permukaan air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan pada
panci, sehingga penyetelan ujung jarum dapat lebih mudah dilakukan.
4. Termometer air dan termometer maksimum/ minimum
Termometer air merupakan jenis termometer biasa yang dipasang tegak
dengan menggunakan klem. Letak bola termometer di bawah permukaan air.
Dengan demikian suhu air dapat diketahui hanya pada waktu dilakukan
pembacaan. Floating maksiimum dan minimum termometer digunakan untuk
mencatat suhu maximum dan minimum air yang terjadi dalam 24 jam. Pada
umumnya alat ini terdiri dari sebuah pipa gelas yang berbentuk huruf dengan dua
buah bola pada kedua ujungnya. Termometer dipasang pada rangka baja non
magnetis yang terapung sedikit di bawah permukaan air oleh pelampung
aluminium. Kedua bola termometer dilindungi terhadap radiasi. Indeks dibuat dari
gelas dengan sumbu besi dan mempunyai pegas sehingga dapat dipengeruhi gaya
magnet. Suhu maximum ditunjukkan oleh kanan index dalam tabung atas. Suhu
minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks dalam tabung bawah. Magnet
batang digunakan untuk menyetel kedudukan index setelah suhu dibaca.
5. Cup Counter Anemometer
Alat ini dipasang sebelah selatan dekat pusat panci, dengan mangkok-
mangkoknya sedikit lebih tinggi. Terutama sekali digunakan untuk mengukur
banyaknya angin selama 24 jam.
-
6. Pondasi/ Alas
Dibuat dari kayu dicat sehingga tahan terhadap cuaca dan rayap. Bagian
atas kayu dicat putih untuk mengurangi penyerapan radiasi sinar matahari.
7. Penakar hujan biasa
Untuk memperoleh data curah hujan, yang digunakan dalam menentukan
penguapan pada hari-hari hujan.Penakar hujan dipasang +2m dari evaporimeter.
Pengamatan dilaksanakan setiap jam 07.00 WIB. Selisih tinggi air sekarang
dengan tinggi air kemarin merupakan jumlah air yang hilang karena menguap
dengan kondisi suhu air rata-rata seperti yang ditunjukan termometer apung,
kecepatan angin rata-rata di permukaan air seperti yang ditunjukan Cup Counter
Anemometer (Reza, 2013).
Gambar 10. Open Pan Evaporimeter
4.2.12. Penakar hujan Obs
Menurut (Reza, 2013), penangkar hujan manual (Ombrometer Tipe
Observatorium) adalah alat yang digunakan ntuk menangkar hujan secara manual.
Pengamatan dilakukan setiap 2 jam (Standart WMO). Alat ini memiliki satuan
pengukuran mm dengan ketelitian alat sebesar 0,5 mm. Fungsi dari alat
Ombrometer adalah mengukur jumlah atau curah hujan pada kurun waktu harian
-
(hujan harian). Alat ini memiliki satuan pengukuran mm dengan ketelitian alat
sebesar 0,5 mm. Bagian-bagian dari penkar hujan Obs atau manual yaitu :
a. Mulut penakar seluas 100 cm
b. Corong sempit
c. Tabung penampung dengan kapasitas setara 300-500 mm curah hujan
d. Kran
Gambar 11. Penakar Hujan Obs
Air hujan masuk ke mulut penangkar kemudian melalui corong sempit
masuk ketabung penampung. Membuka kran untuk mengambil airnya, dilakukan
3 X (pukul: 07.00, 13.00, 18.00 WIB).
4.2.13. Penakar hujan tipe Helman
Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument / alat untuk
mengukur curah hujan.Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat
penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di
stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan
alat ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun cuaca dalam keadaan
baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul
-
dalam bentuk garis vertical yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan
perawatan yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang
sering terjadi pada alat ini. Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca
yang mana datanya sangat penting diperoleh untuk kepentingan BMKG dan
masyarakat yang memerlukan data curah hujan tersebut. Hujan memiliki pengaruh
yang sangat besar bagi kehidupan manusia,karena dapat memperlancar atau malah
menghambat kegiatan manusia. Oleh karena itu kualitas data curah hujan yang
didapat haruslah bermutu; memiliki keakuratan yang tinggi. Maka seorang
observer / pengamat haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai
di stasiun pengamat secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai
ialah Penakar hujan jenis hellman Cuaca merupakan suatu keadaaan fisis atmosfer
sesaat pada suatu tempat dipermukaan bumi dalam waktu yang relative singkat.
Salah satu unsur cuaca yang significant dalam present weather (ww) yang diamati
oleh seorang pengamat / observer adalah unsur curah. Banyaknya curah hujan
yang mencapai tanah atau permukaan bumi dalam selang waktu tertentu
dinyatakan dengan ketebalan atau ketinggian air hujan tadi seandainya menutup
proyeksi horizontal permukaan bumi tersebut dan tidak ada yang hilang karena
penguapan, limpasan, dan infiltrasi atau penyerapan. Oleh sebab itu biasanya
banyaknya curah hujan dinyatakan dengan satuan millimeter (mm).
Pemasangan alat ini sama seperti penakar hujan lainnya, bertujuan
mendapatkan data jumlah curah hujan yang jatuh pada periode dan tempat-tempat
tertentu. Jenis penakar hujan ini berbentuk silinder dengan tingi 115 cm serta luas
permukaan corong 200 cm serta berat alat ini 14 Kg. Seluruh bagian luar alat
ini dicat warna hijau muda atau abu- abu. Pada umumnya penakar hujan jenis
-
Hellman yang dipakai di BMG yaitu Rain Fues yang di impor dari Jerman. Tetapi
Penakar hujan jenis Hellman ini ada juga yang dibuat didalam negeri. Pada bagian
depan alat ini terdapat sebuah pintu dalam keadaan tertutup. Bagian-bagian
penakar hujan jenis helman yaitu :
1. Bibir atau mulut corong
2. Lebar corong
3. Tempat kunci atau gembok
4. Tangki pelampung
5. Silinder jam tempat meletakkan pias
6. Tangki pena
7. Tabung tempat pelampung
8. Pelampung
9. Pintu penakar hujan
10. Alat penyimpan data
11. Alat pengatur tinggi rendah selang gelas (siphon)
12. Selang gelas
13. Tempat kunci atau gembok
14. Panci pengumpul air hujan bervolume
-
Gambar 12. Penakar Hujan Tipe Helman
Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air hujan ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat atau naik keatas. Pada tangkai pelampung terdapat tongkat
pena yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena
dicatat pada pias yang ditakkan / digulung pada silinder jam yang dapat berputar
dengan bantuan tenaga. Jika air dalam tabung hampir penuh (dapat dilihat pada
lengkungan selang gelas), pena akan mencapai tempat teratas pada pias. Setelah
air mencapai atau melewati puncak lengkungan selang gelas, maka berdasarkan
sistem siphon otomatis (sistem selang air), air dalam tabung akan keluar sampai
ketinggian ujung selang dalam tabung. Bersamaan dengan keluarnya air, tangki
pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias merupakan garis lurus
vertikal. Jika hujan masih terus-menerus turun, maka pelampung akan naik
kembali seperti diatas. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat dihitung atau
ditentukan dengan menghitung garis-garis vertical dan akan didapatkan nilai curah
hujannya (Reza, 2013 ).
4.2.14. Automatic rain sampler
Menurut UNIKOM (2013), Automatic Rain Sampler adalah peralatan yang
digunakan untuk mengambil sampel air hujan Wet dan Dry. Prinsip kerjanya jika
terjadi hujan maka sensor akan memberikan trigger kepada sistem kontrol untuk
membuka tutup tempat penampungan air yang digerakkan oleh motor listrik,
selama hujan penutup tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan berhenti
maka penutup akan bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang di tempat
penampungan tak terkena kotoran lain karena tertutup rapat. Kemudian sampel air
-
hujan tersebut dikirim ke Laboratorium Kualitas Udara BMKG Jakarta untuk
dianalisa.
Gambar 13. Rain Water Sampler
4.2.15. High volume sampler
Menurut UNIKOM (2013), high volume sampler berfungsinya untuk
mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya yaitu:
udara yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter
dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada
kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter
tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate
dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.
Gambar 14. High Volume Sampler
-
4.2.16. Barograph
Barograph adalah alat ukur tekanan udara yang dapat mencatat sendiri,
prinsip kerjanya sama dengan Barometer Aneroid yang dilengkapi dengan tangkai
pena penunjuk dan pias yang dilekatkan pada sebuah tabung jam yang berputar.
Skala pias barograph, pada umumnya adalah antara tekanan udara 970 sampai
dengan 1050 mb. Pada Barograph merk R.Fuess type 78a, tangkai penghubung
antara tabung Vidi dengan tangkai pena diberi lubang-lubang pin. Fungsinya
untuk penunjukkan pena pada skala-skala tekanan udara tertentu, sehingga alat ini
dapat dioperasikan sampai dengan tekanan udara 825 mb.atau sampai dengan
ketinggian antara 1100 sampai dengan 1350 meter dari permukaan laut. Semakin
banyak kapsul aneroid yang digunakan maka semakin peka.
Gambar 15 . Barograph
4.2.17. Barometer
Barometer adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan
atmosfer. Tekanan atmosfer, yang merupakan berat udara di atmosfer bisa
digunakan untuk memprediksi pola cuaca. Pola cuaca umumnya disertai dengan
-
perubahan tekanan atmosfer dari tinggi ke rendah atau sebaliknya. Fenomena
inilah yang digunakan sebagai dasar prakiraan cuaca. Ada dua jenis utama
barometer. Pertama, jenis klasik yang menggunakan air raksa, dan kedua,
barometer aneroid atau barometer digital. Berikut adalah cara kerja kedua
barometer tersebut. Barometer air raksa terbuat dari tabung kaca lurus yang
disegel pada salah satu ujungnya. Ujung tabung yang terbuka diletakkan tegak
dalam semacam piring (dikenal pula sebagai reservoir) yang diisi dengan air
raksa. Barometer air raksa mengukur tekanan atmosfer dengan menyeimbangkan
berat merkuri dengan berat udara di sekitarnya. Bagian kosong di tabung bagian
atas menciptakan efek vakum. Level air raksa dalam tabung akan naik saat berat
merkuri lebih kecil dibandingkan dengan tekanan atmosfer di sekitarnya.
Sebaliknya, ketika air raksa memiliki berat lebih besar dari tekanan atmosfer,
level air raksa dalam tabung akan turun. Barometer aneroid merupakan instrumen
digital yang mengukur tekanan atmosfer dengan muatan listrik. Barometer aneroid
terdiri atas cakram atau kapsul yang terbuat dari lembaran tipis logam. Logam
tersebut memiliki dua strip logam kecil pada kedua sisi interiornya. Strip logam
ini dihubungkan dengan arus listrik. Ketika logam memuai atau menciut, jarak
antara dua strip logam dan waktu kontak dengan arus listrik juga akan bervariasi.
Barometer lantas mengukur panjang muatan listrik dan mengkonversinya menjadi
pembacaan tekanan udara.
-
Gambar 16. Barometer
4.2.18. Anemometer 2m, 8m, 10m
Menurut Reza (2013), anemometer adalah alat pengukur kecepatan angin
yang banyak dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun
prakiraan cuaca. Nama alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti
angin. Perancang pertama dari alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun
1450. Selain mengukur kecepatan angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya
tekanan angin itu. Anemometer berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan meteorologi dari kecepatan angin
adalah Knots (Skala Beauford). Sedangkan satuan meteorologi dari arah angin
adalah 0o 360o serta arah mata angin.
Gambar 17. Anemometer
Mengukur Kecepatan dan Arah Angin. Angin adalah gerakan atau
-
perpindahan masa udara pada arah horizontal yang disebabkan oleh perbedaan
tekanan udara dari satu tempat dengan tempat lainnya. Angin diartikan pula
sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau
hampir horinzontal. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain
oleh kelembaban (RH) dan suhunya, sehingga dikenal adanya angin basah, angin
kering dan sebagainya. Sifat-sifat ini dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu (1)
daerah asalnya dan (2) daerah yang dilewatinya dan (3) lama atau jarak
pergerakannya. Dua komponen angin yang diukur ialah kecepatan dan arahnya.
Lamanya pengamatan maupun data hasil pencatatan biasanya disesuaikan dengan
kepentingannya. Untuk kepentingan agroklimatologi umumnya dicari rata-rata
kecepatan dan arah angin selama periode 24 jam (nilai harian). Berdasarkan nilai
ini kemudian dapat dihitung nilai mingguan, bulanan dan tahunannya. Bila
dipandang perlu dapat dilakukan pengamatan interval waktu lebih pendek agar
dapat diketahui rata-rata kecepatan angin periode pagi, siang, dan malam.
-
4.3. Keawanan
4.3.1. Kelembaban udara
Hasil yang diperoleh dari pengamatan kelembaban udara pada praktikum
Meteorologi Laut tersaji dalam tabel 1 berikut.
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kelembaban
Waktu Dry Wet Selisih Kelembaban udara (%)
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
290C
300C
320C
320C
340C
350C
330C
360C
360C
310C
290C
290C
260C
270C
280C
290C
280C
290C
280C
280C
40C
50C
60C
70C
70C
50C
50C
70C
70C
50C
70 %
61 %
57 %
49 %
50 %
64 %
64 %
78 %
53%
64 %
Sumber : Praktikum Meteorologi Laut 2013.
-
Berdasarkan Tabel 4. hasil pengamatan kelembaban dapat dilihat pada
Gambar grafik 18.
0
20
40
60
80K
ele
mb
ab
an
(%
)
Waktu
Kelembaban
Gambar1.Grafik Hubungan Kelembaban dengan Waktu.
Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil pada pukul 08.00
kelembapan sebesar 70% Pada pukul 09.00 kelembapan sebesar 61%, pada pukul
10.00 sebesar 57%, pada pukul 11.00 sebesar 49%, pukul 12.00 sebesar 50%,
pukul 13.00 sebesar 64%, pukul 14.00 seebsar 64%, pukul 15.00 sebesar 78%,
pada pukul 16.00 sebesar 53%, dan pada pukul 17.00 sebesar 64%. Kelembaban
udara tertinggi yaitu pada pukul 15.00 sebesar 78% dan terendah pukul 12.00
sebesar 50% .
Dari nilai kelembaban yang diperoleh kelompok kami cukup mengalami
fluktuasi, hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang masuk ke bumi
karena semakin tinggi intensitas cahaya matahari menuju perairan, maka akan
terjadi penguapan sehingga akan dihasilkan nilai kelembapan yang tinggi pula.
Menurut James (2008), kelembaban udara ini menunjukkan perbandingan antara
tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap airmaksimum (jenuh) dalam
kondisi suhuudara tertentu. Umumnya titik jenihakan naik dengan meningkatnya
suhu udara. Menurut Marsidi (2009), kelembaban udara di tentukan oleh jumlah
-
air yang terkandung dalam udara ,semakin naik suhu udara kelembaban nisbi juga
semakin naik.
Hasil dari pengamatan jenis-jenis awan pada praktikum Meteorologi Laut
dalam tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Pengamatan pada Jenis-Jenis Awan
No Waktu Jenis Awan Keterangan
1 08.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
2 09.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
3 10.00 Cummulus Bentuk seperti menara, kubah
4 11.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
5 12.00 Cirrus Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
6 13.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
7 14.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
8 15.00 Cirrus
Awan tinggi, tipis berserat seperti bulu
burung atau gula-gula kapas
9 16.00 Altocummulus
Awan berwarna keabuan, sebagian
besar terdiri atas butiran air, dan
tebalnya jarang sekali mencapai 1 km.
Biasanya salah satu bagian awan
-
berwarna agak gelap dari warna lain.
10 17.00 Altocummulus
Awan berwarna keabuan, sebagian
besar terdiri atas butiran air, dan
tebalnya jarang sekali mencapai 1 km.
Biasanya salah satu bagian awan
berwarna agak gelap dari warna lain.
Sumber : Praktikum Meteorologi Laut 2013.
Dari hasil praktikum yang diperoleh berbagai jenis jenis awan pada pukul
08.00 dan pukul 09.00 yaitu jenis awan Cirrus. Lalu pada pukul 10.00 terdapat
jenis awan cumulus yang merupakan awan Awan dengan pertumbuhan vertikal,
memiliki tinggi puncak yang tinggi dan sangat. Pada pukul 11.00 sampai pukul
15.00 terbentuk awan Cirrus yaitu Awan tipis seperti bulu, tidak merata, halus dan
pada pukul 16.00 dan pukul 17.00 terjadi awan tengah yang berbentuk gembung
bermassa, berwarna bahkan sebagian besar terdiri atas butiran air.
Pada saat pengamatan keadaan awan cerah matahari bersinar terang dan
Awan dalam pengamatan tiap jam berbeda karena awan mengalami pertumbuhan
Menurut Altin (2005), awan adalah suatu kumpulan partikel air atau es tampak di
atmosfer. Kumpulan partikel tersebut termasuk partikel yang lebih besar, juga
partikel kering seperti terdapat pada asap atau debu, juga terdapat di dalam awan.
4.3.2. Temperatur udara dan air
Hasil dari pengamatan temperatur udara pada praktikum Meteorologi Laut
tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 6. Hasil Pengamatan Temperatur Udara dan Temperatur udara
No Waktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
-
1 08.00 29 27 28 27 27 26 26 27 28 27 27,2
2 09.00 26 27 26 26 28 28 27 26 27 27 26,8
3 10.00 26 29 28 28 29 29 30 29 29 26 28,3
4 11.00 29 28 28 28 30 29 30 30 27 29 28,8
5 12.00 31 29 31 31 30 30 30 30 31 30 30,3
6 13.00 31 30 31 31 30 31 31 30 30 30 30,5
7 14.00 30 31 30 31 30 30 30 31 31 31 30,5
8 15.00 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
9 16.00 29 29 29 28 28 29 29 29 29 29 28,8
10 17.00 29 29 30 29 30 29 30 30 30 29 29,5
Sumber : Praktikum Meteorologi Laut 2013.
Berdasarkan hasil pengukuran temperatur udara dapat dilihat pada gambar
grafik 19.
Gambar . Grafik Pengukuran Temperatur Udara terhadap Waktu
-
Hasil dari pengamatan temperatur udara pada praktikum Meteorologi Laut
tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 7.Hasil Pengamatan Temperatur Udara dan Temperatur Air
No Waktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 08.00 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
2 09.00 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
3 10.00 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30 29,6
4 11.00 29 29 30 30 30 30 30 30 29 30 29,7
5 12.00 31 29 30 29 28 29 28 28 29 29 29
6 13.00 30 30 30 30 31 30 30 30 30 30 30,1
7 14.00 28 28 28 29 29 29 29 29 29 29 28,7
8 15.00 28 28 28 28 29 29 28 28 28 29 28,3
9 16.00 29 29 28 28 29 28 28 28 28 30 28,5
10 17.00 30 31 30 30 30 31 30 30 30 30 30,2
Sumber : Praktikum Meteorologi Laut 2013
-
Berdasarkan Tabel 7. hasil pengamatan temperatur udara dapat dilihat
pada Gambar 19.
Gambar 3. Grafik temperatur air
Dari hasil di atastemperatur udara rata-rata pada pukul 08.00 - 17.00 secara
berturut-turut adalah 27,20C, 26,80C, 28,20,C 29,20C, 30,20C, 30,20C, 30,40C,
290C, 28,80C, 29,60C dan temperatur air rata-rata pada pukul 08.00 17.00
berturut-turut adalah 280C, 290C, 29,50C, 29,80C, 29,40C, 29,70C, 28,50C, 28,30C,
28,30C, 30,20C. Penyinaran matahari secara langsung terhadap udara tidak banyak
memberikan pemanasan karena udara tidak mampu menyerap energi matahari
yang berwujud gelombang pendek. Pemanasan udara secara tidak langsung terjadi
setelah perairan menyerap energi matahari dan kemudian dipancarkan kembali ke
udara dalam bentuk gelombang panjang. Menurut Djazim (2010) secara global
kenaikan suhu muka laut dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim secara
tidak langsung. Angin sebagai variable atmosfer mempunyai kaitan lebih dekat
dengan perubahan tekanan maupun perpindahan massa uap air Uap air dalam
atmosfer akibat proses penguapan tersebut yang menjadi modal dalam dinamika
atmosfer dalam pembentukan awan dan hujan. Semakin besar laju penguapan di
-
daerah tersebut maka semakin besar kandungan uap air yang tinggal di atmosfer
daerah tersebut.
4.4. Angin
4.4.1. Arah angin
Hasil yang diperoleh pada pengukuran arah angin tersaji pada tabel 7.
Tabel 8. Hasil Pengukuran Arah Angin
No. Waktu (WIB) Arah Angin
1. 08.00 3000 Tenggara
2. 09.00 130 Tenggara
3. 10.00 185 Selatan
4. 11.00 170 Selatan
5. 12.00 330 Bujur Timur
6. 13.00 240 Barat Daya
7. 14.00 190 Selatan
8. 15.00 190 Barat Daya
9. 16.00 290 Barat
10. 17.00 200 Bara