ahmad afif maulana

291
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR HORTIKULTURA (Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur) Skripsi DISUSUN OLEH : AHMAD AFIF MAULANA 071011010 PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA DEPARTEMEN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SEMESTER GENAP 2013/2014

Upload: uky-cucuna-doto-surohadiwijoyo

Post on 20-Sep-2015

336 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kebijakan Hortikultura

TRANSCRIPT

  • IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN

    IMPOR HORTIKULTURA

    (Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur

    Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi

    Produk Impor di Jawa Timur)

    Skripsi

    DISUSUN OLEH :

    AHMAD AFIF MAULANA

    071011010

    PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

    DEPARTEMEN ADMINISTRASI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS AIRLANGGA

    SEMESTER GENAP 2013/2014

  • i | S k r i p s i

    KEBIJAKAN PENGENDALIAN IMPOR HORTIKULTURA

    (Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013

    tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur)

    SKRIPSI

    Maksud : Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

    Disusun Oleh :

    Ahmad Afif Maulana

    071011010

    Program Studi S1 Ilmu Administrasi Negara

    Departemen Administrasi

    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Universitas Airlangga

    Semester Genap Tahun 2013/2014

  • ii | S k r i p s i

  • iii | S k r i p s i

  • iv | S k r i p s i

  • v | S k r i p s i

    Halaman Persembahan

    Skripsi ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu

    yang ingin melihat anaknya mendapat

    pendidikan tinggi serta menjadi manusia yang

    bermartabat serta berakhlak mulia.

    Juga untuk segenap saudara, sahabat & semua

    orang yang telah berjasa memberikan cinta dan

    doanya hingga saat ini, jazakumullah...

  • vi | S k r i p s i

    Pemuda akan dipandang (derajatnya)

    tinggi tergantung seberapa tinggi

    keyakinannya, dan jika pemuda tidak

    memiliki keyakinan, maka ia tiada akan

    bermanfaat. (Al-Imrithi)

    Ya Tuhanku jadikanlah harapanku tidak sia-

    sia di sisi-Mu dan jadikanlah keyakinanku

    akan kebaikan-Mu tidak berkurang.

  • vii | S k r i p s i

    Ucapan Terimakasih...

    Alhamdulillah Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan Nikmat dan Anugerah yang tak terhingga hingga saat ini. Semoga selalu

    bisa menjadi Hamba-Mu yang senantiasa syukur dan dzikir. Juga kepada

    inspiratorku dan panutan terbaik manusia, Rasulullah Muhammad SAW

    yang selalu kurindukan kehangatan cintanya. Assalamualaika Yaa

    Rasulallah...

    Salam tadzim dan hormat ananda kepada Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa memberikan semangat, kasih sayang dan doa yang tulus dan

    tiada terputus. Terima kasih atas perjuangan di siang dan malam untuk

    merawat dan mendidik ananda dengan pendidikan yang terbaik. Semoga

    Allah senantiasa menjaga dan melindungi panjenengan..

    Kepada kedua kakakku Mas Arif dan Mas Fahmi beserta dua jagoan kecilnya Kak Fathir dan Dek Naufal semoga kalian bisa membanggakan orangtua, abi dan umik ya kelak...

    Terimakasih kepada Bapak Drs. Roestoto H.P., S.U (Semoga Allah memanjangkan usianya) selaku pembimbing skripsi yang tak pernah lelah

    membimbing dan mengajari kami dengan ilmu dan wejangan yang

    membekas dihati, suara beliau selalu dirindukan saat kuliah di kelas AN...

    Kepada segenap Dosen dan staf pengajar di Program studi S1 Ilmu Administrasi Negara: Dr. Falih Suaedi selaku Kaprodi Ilmu Administrasi

    Negara, Prof. Jusuf Irianto M.Comm., Pak Gitadi Tegas Supramudyo

    M.Si, Bapak Dr. Bintoro Wardianto, Bapak Dr. Antun Mardianta, Bapak

    Soenaryo M.Pst, Bapak Eko Supeno M.Si, Bapak Nanang Haryono M.Si, Pak Philipus Keban M.Si, Ibu Erna Setijaningrum M.Si dan juga Ibu

    Rochyati Wahyuni MS. Salam tadzim dan hormat ananda kepada panjenengan. Semoga ilmu-ilmu yang telah panjenengan berikan

    membawa manfaat dan barokah untuk saya dan teman-teman semua...

    Terimakasih untuk Bapak Eka setiyabudi, Bapak Adi Utomo, Ibu Ninik Margirini dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provisi Jawa Timur

    yang telah dengan senang hati memberikan informasi selama masa

    penelitian. Segenap Kepala dan staf di Biro Administrasi Perekonomian

    Provinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, Balai Besar

    Karantina Pertanian Surabaya, BPD GINSI Jawa Timur dan BPS Provinsi

    Jawa Timur yang kooperatif dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

    Special hugs for my beloved Brothers and Sisters, Cahaya Bulan teams: Tetriana Widya Nur Indah S.IAN yang telah mendahului kami (Lulusnya)

    dan insya Allah mendahului juga dalam berkeluarga, My best think tank

    dari bukit Giri Asri Betty Wahyuningtyas, Latifha Kunen Kurnia yang selalu berusaha membumikan bahasa ngapak ala adipala, My Brother Cak Denny Samba dan juga Kang M. Lukman ukik Al Hakim yang selalu menemani kisah klasik selama masa kuliah. Terima kasih atas cinta,

    doa dan kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini, insya Allah tidak ada ujung dari perjalanan kisah kita... :)

  • viii | S k r i p s i

    Untuk My Partner in Journey a.k.a Sayung Pengeran: Paksyi, Fajnugh, cak Khozin, Aulia kimur, Bima, Hubaib Aris Khariza, Binti Saadah. Terimakasih untuk perjalanan dan pengalaman. Kalian memang partner

    paling pas dalam perjalanan!

    Segenap Keluarga Besar Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara 2010, mulai bangku depan sampai bangku paling belakang yang cakep dan

    cantik. Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan kalian selama ini,

    semoga kita akan tetap selalu ISTIMEWA selamanya. Ill miss u all guys...

    Kepada kakak dan adik angkatan semua di HIMA JUARA, AN 2011, 2012, 2013 dan segenap civitas akademika Ilmu Administrasi Negara, ayo

    tunjukkan pada dunia kalo AN UA memang tiada duanya...

    Kepada PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang telah membantu meringankan biaya studi selama masa kuliah di Universitas Airlangga,

    semoga PGN selalu memberi Energi bagi kehidupan Energy for Life... Terima kasih kepada segenap keluarga besar Yayasan Peduli Kasih Anak

    Berkebutuhan Khusus (YPK ABK) Surabaya, khususnya adik-adikku yang

    selalu memberikan senyuman dan berbagi tawa ditengah-tengah penatnya

    pikiran selama pengerjaan skripsi ini, i love you all, kejarlah mimpimu

    setinggi bintang di langit.

    Terimakasih kepada Mas Sis dan Mbak Isti yang selalu ada dan setia menanti di Departemen Administrasi Negara, semoga Allah membalas

    kebaikan panjenengan...

    Dan semua pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Untuk yang pernah mengenal saya, seluruhnya saya ucapkan terimakasih atas doa

    dan dukungan kalian. Salam hangat selalu. :)

  • ix | S k r i p s i

    Abstrak

    Era globalisasi perdagangan berdampak pada produk hortikultura

    Indonesia. Dalam rangka melaksanakan perlindungan konsumen dan pengawasan

    terkait dengan komoditas hortikultura, melalui Permentan No. 89 tahun 2011

    pemerintah membatasi distribusi produk impor hortikultura hanya melalui empat

    pintu masuk, salahsatunya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Dalam kaitan itu,

    Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur

    Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa

    Timur untuk menjaga stabilitas harga komoditas lokal, melindungi produk

    hortikultura lokal dan sebagai upaya mencegah kemungkinan cemaran biologis,

    kimiawi dan benda lain yang dapat merugikan dan membahayakan kesehatan

    manusia.

    Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pengendalian distribusi produk impor hortikultura dan juga faktor-faktor yang

    mempengaruhi proses implementasi. Untuk menjawab permasalahan penelitian,

    digunakan motode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif.

    Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Teknik

    penentuan informan secara purposive. Sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan

    data melalui triangulasi sumber data sehingga data yang disajikan merupakan data

    yang absah.

    Hasil temuan data menunjukkan bahwa implementasi kebijakan

    pengendalian distribusi produk impor hortikultura di Jawa Timur seluruh

    prosedurnya telah dilaksanakan dengan baik. Adapun faktor sumberdaya staf,

    fasilitas fisik dan finansial dalam kondisi tidak memadai/mencukupi pada

    pelaksana di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur sehingga

    kondisi tersebut menghambat implementasi kebijakan ini.

    Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Pengendalian Impor, Hortikultura

  • x | S k r i p s i

    Abstract

    Nowaday the era of trade globalization impact the Indonesian

    horticultural products. In order to protect and supervise the distribution

    especially in horticultural commodities, the government issued Permentan No. 89

    tahun 2011 to restricts the distribution of imported horticultural products only

    through four entrances, one of them is the Port of Tanjung Perak. In that regard,

    the East Java Governor issued Pergub Jatim No. 2 tahun 2013 to control the

    distribution of Imported Products in East Java. This regulation to maintain the

    stability of the local commodity prices, protecting the local horticultural products

    and as an effort to prevent possible contamination of biological, chemical and

    other objects that can be harm and endanger human health.

    This research is conducted to describe the implementation policy of the

    distribution controlling of imported horticultural products and also the factors

    that affect the implementation process. This research used qualitative method with

    descriptive research type. Data was collected by interview and documentation

    technique. The informants determination technique is purposive sampling

    technique. The examination technique of data through triangulation, so data

    which presented is a valid data.

    The research results showed that the implementation policy of the

    distribution controlling of imported horticultural products in East Java has been

    implemented properly. While staff resources, physical facilities, and financial

    condition was insufficient in Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

    Jawa Timur and these conditions inhibit the policy implementation.

    Keywords: Policy Implementation, Import Control, Horticulture

  • xi | S k r i p s i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT karena hanya dengan Rahmat dan

    Pertolongannya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Implementasi

    Kebijakan Pengendalian Impor Hortikultura (Studi Implementasi Peraturan

    Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Distribusi

    Produk Impor di Jawa Timur) ini dapat terselesaikan dengan baik.

    Sebagai provinsi yang memiliki kondisi agro-ekologi yang bervariasi dan

    didukung dengan kesesuaian lahan yang tersedia, Jawa Timur merupakan provinsi

    yang memiliki berbagai jenis komoditas hortikultura tropik maupun sub tropik.

    Namun faktanya komoditas hortikultura lokal saat ini belum mampu bersaing

    dengan produk hortikultura impor disebabkan berbagai hal. Impor hortikultura

    selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya baik dari segi volume maupun

    nilainya. Padahal peningkatan impor produk hortikultura dikhawatirkan tidak

    hanya mengancam produksi produk sejenis di dalam negeri, namun juga

    dikhawatirkan masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK)

    seperti hama, virus dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam rangka mengamankan

    pasar dalam negeri, mengatur pola distribusi dan sebagai upaya mencegah

    kemungkinan cemaran yang merugikan dan membahayakan kesehatan manusia,

    Pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengesahkan Peraturan Gubernur Jawa

    Timur Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di

    Jawa Timur. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tentang implementasi

  • xii | S k r i p s i

    kebijakan Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur serta

    mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi kebijakan

    tersebut.

    Peneliti menyadari akan segala kekurangan yang ada dalam penulisan

    skripsi ini, oleh sebab itu penulis menerima segala masukan bagi kesempurnaan

    skripsi ini. Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan sumbangsih bagi

    perkembangan Ilmu Administrasi Negara dan sebagai bahan masukan bagi para

    pelaksana kebijakan Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur. Akhir

    kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dan memberikan dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

    Semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang benar, Amin.

    Surabaya, 20 Juni 2014

    Ahmad Afif Maulana

  • xiii | S k r i p s i

    DAFTAR ISI

    JUDUL DALAM ........................................................................................................................ i

    HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ......................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................iii

    HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................ v

    MOTTO .................................................................................................................................... vi

    UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................................... vii

    ABSTRAK ................................................................................................................................ ix

    ABSTRACT ............................................................................................................................... x

    KATA PENGANTAR .............................................................................................................. xi

    DAFTAR ISI ..........................................................................................................................xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xvii

    DAFTAR GRAFIK/ GAMBAR ............................................................................................. xix

    I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. I-1

    I.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ I-1

    I.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... I-26

    I.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... I-26

    I.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... I-27

    I.5. Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... I-27

    I.5.1. Kebijakan Publik .............................................................................................. I-27

    I.5.1.1. Karakteristik, Urgensi dan Ciri Kebijakan Publik............................... I-31

    I.5.1.2. Tahapan dalam Kebijakan Publik........................................................ I-34

    I.5.1.3. Tipe-tipe Kebijakan Publik ................................................................. I-37

    I.5.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Publik......................... I-42

    I.5.1.5. Implementasi Kebijakan Publik .......................................................... I-44

    I.5.1.6. Model-model Implementasi Kebijakan ............................................... I-47

    I.5.2. Kebijakan Impor ............................................................................................... I-56

    I.5.2.1. Faktor Pendorong Terjadinya Impor ................................................... I-58

    I.5.2.2. Pengendalian Impor............................................................................. I-59

    I.5.3. Hortikultura ...................................................................................................... I-60

    I.5.3.1. Definisi Hortikultura ........................................................................... I-60

  • xiv | S k r i p s i

    I.5.3.2. Ciri-ciri Tanaman Hortikultura ........................................................... I-62

    I.5.3.3. Hortikultura Unggulan di Jawa Timur ................................................ I-64

    I.6. Definisi Konsep ....................................................................................................... I-65

    I.7. Rincian Data yang Diperoleh................................................................................... I-67

    I.8. Metode Penelitian .................................................................................................... I-68

    I.8.1. Tipe Penelitian ............................................................................................... I-69

    I.8.2. Lokasi Penelitian ........................................................................................... I-69

    I.8.3. Teknik Penentuan Informan .......................................................................... I-71

    I.8.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ I-72

    I.8.5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................... I-74

    1.8.6. Teknik Analisis Data .................................................................................... I-75

    II. GAMBARAN UMUM KAJIAN PENELITIAN .............................................................. II-1

    II.1. Gambaran Umum Provinsi Jawa Timur ................................................................... II-1

    II.1.1. Kondisi Geografis .......................................................................................... II-1

    II.1.2. Kondisi Perekonomian dan Infrastruktur ....................................................... II-4

    II.1.3. Ekspor-impor Jawa Timur ............................................................................. II-9

    II.1.4. Kondisi Pertanian Jawa Timur ..................................................................... II-13

    II.2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur ................................. II-18

    II.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................................. II-18

    II.2.2. Visi, Misi dan Program Pembangunan ........................................................ II-18

    II.2.3. Struktur Organisasi ...................................................................................... II-21

    II.3. Biro Administrasi dan Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur ... II-26

    II.3.1. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................................. II-26

    II.3.2. Struktur Organisasi ...................................................................................... II-27

    II.4. Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur ................. II-29

    II.4.1. Tujuan dan Keanggotaan ............................................................................. II-30

    II.4.2. Kegiatan ....................................................................................................... II-30

    II.4.3. Susunan Kepengurusan BPD GINSI Jawa Timur........................................ II-31

    II.5. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Pengendalian

    Distribusi Produk Impor di Jawa Timur ................................................................ II-32

    III. PENYAJIAN, ANALISIS DAN INTERPRETASI TEORITIK ................................... III-1

    III.1. Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Impor Hortikultura di

    Jawa Timur ............................................................................................................ III-2

  • xv | S k r i p s i

    III.1.1. Tahap-tahap Distribusi Impor Hortikultura ............................................... III-8

    III.1.2. Pengawasan dan Pengendalian Distribusi Produk Impor ........................ III-14

    III.1.2.1. Proses Persiapan, Koordinasi dan Pelaksanaan Pengawasan ........... III-19

    III.1.2.2. Tahap Pelaporan Hasil dan Penyidikan ........................................... III-23

    III.1.2.3. Penarikan Barang dan Sanksi ........................................................... III-29

    III.1.2.4. Evaluasi Pengendalian dan Pengawasan Distribusi Impor .............. III-35

    III.2. Sasaran Kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik Agen Pelaksana, Komunikasi,

    Disposisi, Kondisi Ekonomi dan Politik, Karakteristik Kebijakan dan Respon

    Obyek Kebijakan .................................................................................................. III-36

    III.2.1. Sasaran Kebijakan ................................................................................... III-36

    III.2.2. Sumberdaya ............................................................................................. III-38

    III.2.2.1. Sumberdaya Administrasi/Staf ........................................................ III-38

    III.2.2.2. Sumberdaya Kewenangan ................................................................ III-44

    III.2.2.3. Sumberdaya Fasilitas Fisik .............................................................. III-49

    III.2.2.4. Sumberdaya Informasi ..................................................................... III-52

    III.2.2.5. Sumberdaya Finansial ...................................................................... III-54

    III.2.3. Struktur Birokrasi .................................................................................... III-60

    III.2.4. Komunikasi .............................................................................................. III-65

    III.2.5. Disposisi .................................................................................................. III-75

    III.2.6. Kondisi Ekonomi dan Politik................................................................... III-80

    III.2.7. Karakteristik Kebijakan ........................................................................... III-88

    III.2.8. Respon Objek Kebijakan ......................................................................... III-90

    III.3. Interpretasi Teoritik ............................................................................................ III-95

    III.3.1. Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Impor Hortikultura

    di Jawa Timur .......................................................................................... III-95

    IV. PENUTUP ..................................................................................................................... IV-1

    IV.1. Kesimpulan ........................................................................................................... IV-1

    IV.2. Saran ..................................................................................................................... IV-8

    IV.3. Implikasi Penelitian ............................................................................................ IV-10

    IV.3.1. Implikasi Akademis ................................................................................. IV-10

    IV.3.2. Implikasi Praktis ...................................................................................... IV-11

  • xvi | S k r i p s i

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xvii | S k r i p s i

    DAFTAR TABEL

    No Halaman

    I.1. Komoditas Hortikultura Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura ........................ I-10

    I.2. Komoditas Hortikultura Unggulan Jawa Timur ...................................................... I-11

    I.3. Impor Komoditas Sub Sektor Hortikultura Periode Juli - Agustus 2012 ................ I-13

    I.4. Perkembangan Ekspor Komoditas Hortikultura Periode Bulan Juli

    Agustus 2012 .......................................................................................................... I-15

    I.5. Neraca Perdagangan Komoditas Sub Sektor Hortikultura Bulan Juli

    Agustus 2012 .......................................................................................................... I-17

    I.6. Data Kegiatan Impor Komoditas Hortikultura Melalui Pelabuhan

    Tanjung Perak 2011-2013........................................................................................ I-20

    I.7. Komoditas Hortikultura Unggulan Jawa Timur dan Sentra Produksinya ............... I-64

    II.1. Daftar Kabupaten/ Kota di Jawa Timur ................................................................... II-2

    II.2. Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Jawa Timur .................................................. II-5

    II.3. Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

    2009-2013 ................................................................................................................. II-6

    II.4. Inflasi 10 Kabupaten/Kota IHK Jawa Timur Tahun 2009 2013 ........................... II-7

    II.5. Ringkasan Perkembangan Ekspor-impor Jawa Timur September 2013 ............... II-12

    II.6. Tanaman Hasil, Produksi dan Rata-Rata Hasil Buah-buahan di Jawa

    Timur Angka Tetap 2011-2012 .............................................................................. II-15

    II.7. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Hasil Sayuran, Tanaman Hias dan

    Biofarmaka Di Jawa Timur 2011-2012 .................................................................. II-17

    II.8. Susunan Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh

    Indonesia wilayah Jawa Timur tahun 2011-2016 ................................................... II-31

    III.1. Volume Impor Provinsi Jawa Timur Menurut Pelabuhan Impor Selama

    2010-2012 ............................................................................................................... III-5

    III.2. Laporan Distribusi Produk Impor Provinsi Jawa Timur Per Tanggal

    1 Januari 2014 S/D 7 Mei 2014 ........................................................................... III-10

    III.3. Susunan Keanggotaan Tim Terpadu Pengawasan Barang Beredar

    Provinsi Jawa Timur ............................................................................................ III-16

    III.4. Laporan Hasil Pengawasan Barang Beredar Komoditas Hortikultura

    Selama 2012-2013 ............................................................................................... III-25

  • xviii | S k r i p s i

    III.5. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sasaran Kebijakan ................... III-38

    III.6. Susunan Anggota PPNS-PK dan PPBJ Dinas Perindustrian dan

    Perdagangan Provinsi Jawa Timur ...................................................................... III-40

    III.7. Susunan Staf Bagian Perdagangan Biro Administrasi Perekonomian

    Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur ............................................................. III-43

    III.8. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Staf ..................... III-44

    III.9. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Kewenangan ........ III-49

    III.10. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Fasilitas Fisik .... III-51

    III.11. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Sumberdaya Informasi ........... III-54

    III.12. Rekapitulasi Sumberdaya Dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian

    Distribusi Produk Impor Hortikultura di Jawa Timur .......................................... III-58

    III.13. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Karakteristik Agen

    Pelaksana .............................................................................................................. III-65

    III.14. Rekapitulasi Komunikasi dalam Implementasi Kebijakan Pengendalian

    Distribusi Produk Impor Hortikultura di Jawa Timur .......................................... III-73

    III.15. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Disposisi ................................. III-80

    III.16. PDRB Per Kapita Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

    2011-2013 ............................................................................................................. III-84

    III.17. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Karakteristik Kebijakan ......... III-90

    III.18. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data tentang Respon Objek Kebijakan........ III-95

  • xix | S k r i p s i

    DAFTAR GRAFIK/ GAMBAR

    No Halaman

    I.1. Tahap-tahap Kebijakan ...................................................................................... I-37

    I.2. Model Implementasi Kebijakan Menurut G.C Edwards III ............................... I-49

    I.3. Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Matter dan Van Horn ............... I-52

    II.1. Laju Inflasi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2009 - 2013 ................................. II-7

    II.2. Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi

    Jawa Timur ........................................................................................................ II-25

    II.3. Alur Perijinan Distribusi Produk Impor di Jawa Timur .................................... II-36

    III.1. Alur Penerbitan RIPH dan SPI Melalui Sistem Inatrade ................................ III-13

    III.2. Mekanisme Prosedur Teknis Pengawasan ...................................................... III-22

    III.3. Koordinasi Pelaksanaan Penyidikan ............................................................... III-28

    III.4. Mekanisme Penarikan Barang ........................................................................ III-31

    III.5. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur 2010-2013 ............................... III-83

  • PENDAHULUAN

    I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang Masalah

    Pelaksanaan pembangunan sejatinya tidak hanya untuk memajukan

    kehidupan bangsa dan negara saja, tapi juga sekaligus sebagai upaya

    pemenuhan kebutuhan hidup masyarakatnya. Negara yang maju

    pembangunannya secara otomatis maju pula perekonomiannya.

    Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia kini dihadapkan pada

    suatu kondisi perekonomian dunia yang semakin global dan terintegrasi.

    Kondisi tersebut menciptakan kecenderungan berupa regionalisasi ekonomi

    dan perdagangan bebas. Teknologi dan perekonomian dunia juga turut

    berkembang pesat dan meningkatkan persaingan antarnegara maupun kawasan

    regional. Perdagangan internasional yang dulunya dilakukan secara tradisional

    dan terbatas, sekarang telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hilir

    mudik komoditas perdagangan ekspor-impor dengan kapasitas yang besar

    bergerak cepat dari satu negara ke negara lain tanpa mengenal batas dan

    waktu. Kondisi ini tentunya akan berakibat pada pola hubungan perdagangan

    antarnegara. Sehingga negara yang tidak cepat merespon maka negara itu akan

    kehilangan pasar potensial dan akan ditinggalkan negara lainnya.

    Dewasa kini semakin banyak negara melakukan hubungan ekonomi

    dengan negara lain, tentu hal ini akan meningkatkan pula ketergantungan

    kegiatan ekonomi antarnegara di dunia yang lazim disebut globalisasi

    ekonomi. Globalisasi ekonomi mempengaruhi tingkat ketergantungan

  • PENDAHULUAN

    I-2

    antarnegara menjadi semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi

    pembangunan menurut Sumitro Djojohadikusumo (1994:65) adapun ciri-ciri

    yang digunakan dalam teori tersebut antara lain:

    1. Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan peningkatan produksi

    barang dan jasa dimana sektor primer memiliki peranan yang sangat

    besar dalam perekonomian negara.

    2. Tersedianya lapangan kerja yang produktif.

    3. Lalu lintas perdagangan ekspor dan impor, serta pembayaran luar

    negeri.

    4. Kestabilan harga yang terjadi di pasar.

    Implikasi dari globalisasi ekonomi ini adalah semakin besar pula

    kemungkinan negara tersebut memperoleh kesejahteraan sebagai tujuan dari

    aktivitas perdagangan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kesejahteraan

    suatu negara akan bergantung kepada kue perdagangan dunia diperoleh

    melalui aktivitas perdagangan.

    Pada tanggal 6 Nopember 2001 dalam forum puncak ASEAN dan

    Republik Rakyat Cina di Brunei Darussalam, Indonesia dan negara-negara

    ASEAN berhasil menyepakati komitmen pembentukan framework kerja sama

    ekonomi dan pendirian kawasan perdagangan bebas bersama (ASEAN-China

    Free Trade Area). ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara

    ASEAN dengan Cina untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan

    menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang,

    baik berupa tarif maupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan

  • PENDAHULUAN

    I-3

    dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerjasama ekonomi

    dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan Cina

    (ASEAN, 2010:1) Selanjutnya kerangka kerjasama ekonomi secara

    menyeluruh ditandatangani pada tanggal 4 Nopember 2002 di Phnom Phen,

    Kamboja. Ratifikasi dilakukan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan

    Peraturan Presiden Nomor 48 tahun 2004.

    Kebijakan tersebut membawa dampak pada terciptanya suatu perdagangan

    lintas negara yang semakin luas dan kompetitif pada negara-negara yang

    tergabung dalam blok perdagangan tersebut. Pembukaan pasar ini merupakan

    perwujudan dari perjanjian perdagangan bebas antara enam negara anggota

    ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei

    Darussalam) dengan Cina. Dalam ACFTA disepakati kerjasama yang lebih

    intensif dalam beberapa bidang seperti pertanian, teknologi informasi,

    pengembangan SDM, investasi, pengembangan Sungai Mekong, perbankan,

    keuangan dan lain sebagainya. (http://ditjenkpi.kemendag.go.id/Umum/

    Regional/Win/ASEAN%20%20China%20FTA.pdf diakses 25 Oktober 2013).

    Sebaliknya, Indonesia sebagai anggota ACFTA juga memiliki kesempatan

    yang sama untuk memasuki pasar dalam negeri negara-negara ASEAN dan

    Cina.

    Menurut Mutakin & Salam (2009: 2) dengan berlakunya ACFTA berbagai

    pengamat memprediksi bahwa produk-produk yang ekspornya akan

    meningkat adalah kelompok produk pertanian, antara lain kelapa sawit, karet,

    dan kopi. Kemudian produk yang diprediksi akan terkena dampak negatif

  • PENDAHULUAN

    I-4

    adalah produk yang pasarnya di dalam negeri, antara lain garmen, elektronik,

    sektor makanan, industri baja/besi, dan produk hortikultura.

    Menurut Anifawati (2013:3) kedudukan produk hortikultura memiliki

    peranan penting dalam kegiatan perdagangan internasional. Hal ini dapat

    dilihat pada perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia World Trade

    Organization (WTO) yang salah satunya mengatur perdagangan hortikultura

    secara khusus dalam skala global. Indonesia yang menjadi salah satu anggota

    dalam WTO secara otomatis memiliki kewajiban untuk mengikuti segala

    peraturan yang telah diterapkan dalam WTO termasuk dalam aturan WTO

    mengenai perdagangan bebas pada produk hortikultura. Era globalisasi

    perdagangan yang terjadi saat ini siap atau tidak akan berdampak pada produk

    hortikultura Indonesia. Produk Indonesia harus bersaing dengan produk-

    produk hortikultura negara lainnya dalam persaingan yang ketat. Sektor

    pertanian dapat menjadi salah satu sektor unggulan yang dapat memberikan

    kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Setiap negara berusaha

    mengunggulkan produknya dengan berlomba-lomba untuk menghasilkan

    varietas produk terbaik. Sehingga produk yang paling unggul yang dapat

    merebut hati konsumen internasional adalah negara yang mampu

    menyesuaikan keinginan konsumen di berbagai negara yang berbeda-beda.

    Ghea Ishabela (2012) telah melakukan penelitian mengenai Dampak

    kesepakatan perdagangan bebas Asean-China Free Trade Area terhadap

    sektor pertanian di Indonesia menemukan fakta bahwa subsektor hortikultura

    yang merasakan dampak yang paling signifikan dengan melonjaknya impor

  • PENDAHULUAN

    I-5

    dari China. Dari subsektor holtikultura Indonesia bisa dikatakan masih

    tergantung pada impor misalnya buah-buahan, dan sayuran Indonesia sampai

    saat ini masih dikatakan ketergantungan akan impor dari China. Tetapi disisi

    lain, kenaikan eskpor yang ada dinikmati oleh subsektor perkebunan, yaitu

    Minyak sawit. Permintaan minyak sawit dari China itu sangat besar

    dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Itu membuktikan, produk

    Unggulan ekspor kita dalam sektor pertanian hanya dari minyak sawit, dan

    produk unggulan impor kita dari China adalah buah-buahan yang bisa dilihat

    baik pasar modern maupun tradisional, lebih banyak buah yang diimpor

    daripada buah lokal. Pemerintah mempunyai peran penting dalam melindungi

    produk pertanian di Indonesia akibat dari dampak ACFTA ini.

    Penelitian lainnya dilakukan oleh Michelia (2011) tentang daya saing

    buah-buahan tropis Indonesia di pasar dunia dengan menggunakan metode

    Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic

    (EPD). Hasil estimasi RCA kurang dari satu, kecuali untuk Jambu Biji,

    Mangga dan Manggis. Ini menunjukan bahwa buah-buahan Indonesia

    memiliki posisi daya saing yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-

    negara pesaing utamanya. Hasil EPD pun menyimpulkan demikian, performa

    ekspor buah-buahan Indonesia umumnya tidak terlalu baik. Hanya alpukat

    yang menduduki posisi rising star, sedangkan buah-buahan lainnya berada di

    posisi falling star, lost opportunity bahkan retreat.

  • PENDAHULUAN

    I-6

    UU No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura menjelaskan definisi

    hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan

    obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

    air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika.

    Komoditas hortikultura menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

    Ekonomi Pertanian (2001), setidak-tidaknya hortikultura mempunyai tiga

    peranan penting dalam perekonomian Indonesia :

    1. Sebagai sumber pendapatan masyarakat, terutama petani dan buruh

    tani. Total produksi sayuran dan buah-buahan dan rata-rata

    kepemilikan lahan yang sangat sempit memberikan petunjuk bahwa

    banyak keluarga petani yang mengusahakan komoditas hortikultura

    dan cukup banyak kesempatan kerja yang diciptakan bagi buruh tani.

    Oleh karena komoditas hortikultura umumnya mempunyai nilai

    ekonomi tinggi (high-value commodity), pengembangan usahatani

    hortikultura merupakan salah satu alternatif upaya meningkatkan

    pendapatan petani.

    2. Sebagai salah satu bahan pangan masyarakat, khususnya sebagai

    sumber vitamin (buah-buahan) serta mineral dan bumbu masak

    (sayuran). Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang

    dilansir BPS menunjukkan bahwa total konsumsi produk hortikultura

    perkapita yang dikonsumsi masyarakat pada tahun 2011 mencapai

    59,66 Kg/ tahun.

  • PENDAHULUAN

    I-7

    3. Sebagai salah satu sumber devisa negara, namun pada masa kini justru

    menjadi pengurang devisa negara karena Indonesia menjadi negara

    importir buah-buahan dan sayuran.

    Menurut data BPS kontribusi subsektor hortikultura terhadap

    pembangunan sektor pertanian dari tahun ke tahun cenderung meningkat yang

    ditandai dengan peningkatan beberapa indikator makro, seperti Produk

    Domestik Bruto (PDB), volume ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Angka

    PDB hortikultura tahun 2005 sebesar Rp 61,792 miliar meningkat menjadi Rp

    88.334 miliar pada tahun 2010. Adapun PDB terbesar disumbang dari

    komoditas buah, disusul sayuran, bunga hias dan tanaman obat. Selain

    peningkatan PDB akan geliat buah lokal membuka lapangan kerja yang

    meningkat, sepanjang tahun 2004 2009 tenaga kerja yang bergerak di bidang

    on farm hortikultura meningkat dari 2.924.487 orang menjadi 3.974.898

    orang, atau terjadi peningkatan sebesar 35 persen selama 5 tahun terakhir.

    Kontribusi ekspor buah-buahan Indonesia ke pasar internasional meningkat

    menjadi 0,8% (BPS, 2010).

    Namun, menurut Direktur Budidaya Tanaman Sayuran dan

    Biofarmaka, Ditjen Hortikultura, Departemen Pertanian (2012), produksi

    sayuran dalam negeri terkategori masih rendah. Produksi sayuran pada tahun

    2012 baru mencapai 10,93 juta ton. Nilai produksi tersebut hanya meningkat

    kurang dari 1 persen dibanding pada tahun sebelumnya. Nilai produksi

    tersebut jika dibagi dengan total penduduk Indonesia sebesar 232 juta jiwa

    menghasilkan tingkat konsumsi sayuran perkapita sebesar 41,9 kilogram per

  • PENDAHULUAN

    I-8

    kapita per tahun. Nilai tersebut masih belum mampu memenuhi rekomendasi

    tingkat konsumsi sayuran per kapita sebesar 73 kilogram per kapita per tahun.

    Bila kedua tingkat konsumsi tersebut dibandingkan maka terdapat

    kesenjangan pemenuhan kebutuhan yang belum dapat dipenuhi produksi

    hortikultura Indonesia sebesar 31,1 kilogram per kapita per tahun. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan hortikultura masih besar.

    Kekurangan kebutuhan hortikultura Indonesia saat ini dipenuhi oleh

    komoditas impor.

    Dengan jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai 250 juta di

    tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,49%

    (BKKBN, 2013) menjadikan negara kita sebagai pasar potensial yang sangat

    besar. Selain itu, menurut data BPS tingkat pendapatan per kapita masyarakat

    juga mengalami peningkatan dari sebelumnya 1.100 dollar AS per kapita per

    tahun di 2004 menjadi 4.000 dollar AS per kapita per tahun pada tahun 2013,

    sehingga menjadi pendorong meningkatnya daya beli masyarakat terhadap

    produk-produk bermutu, namun tetap mempertimbangkan efisiensi dengan

    tetap memilih barang-barang dengan harga yang terjangkau.

    Dari sudut pandang potensi pasar, Indonesia merupakan salah satu

    negara yang menjadi pasar potensial dalam pemasaran produk pertanian

    seperti komoditas pangan, sayuran dan hortikultura. Terbukti dengan

    membanjirnya berbagai produk hortikultura diantaranya buah-buahan,

    sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat diberbagai pasar mulai skala

    supermarket hingga pasar-pasar tradisional. Produk-produk impor mulai

  • PENDAHULUAN

    I-9

    membanjiri pasar domestik, seperti jeruk mandarin, jeruk kinnow Pakistan,

    durian montong, jamur shitake, jamur aprikot korea dan lain-lain

    (http://bisnis.liputan6.com/read/819685/ jeruk-kinnow-pakistan-mulai-jajah pa

    sar-indonesia diakses 27 Februari 2014). Alasan utama para pelaku usaha dan

    industri melakukan impor produk hortikultura adalah untuk memenuhi

    permintaan konsumen. Alasan penting kedua adalah karena konsisten dalam

    supply nya lebih terjamin. Selanjutnya, produk-produk impor tersebut

    menawarkan penampilan yang lebih menarik, baik warna ataupun bentuk

    dengan harga yang lebih murah dibandingkan produk-produk lokal. Sehingga

    dapat menarik minat konsumen domestik untuk mengkonsumsi produk impor

    daripada produk lokal (Kemendag, 2012).

    Indonesia dengan potensi sumber daya lahan dan agroklimat yang

    beragam memiliki peluang besar untuk mengembangkan berbagai tanaman

    hortikultura tropis. Menurut Dirjen Hortikultura Kementrian Pertanian sesuai

    Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/PD.310/2006 tentang

    Perubahan Lampiran I Keputusan Menteri Pertanian Nomor

    511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang Komoditi Binaan Direktorat Jenderal

    Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal

    Hortikultura, Indonesia memiliki 374 komoditas hortikultura binaan yang

    masing-masing terdiri dari: 60 komoditas buah, 80 komoditas sayuran, 117

    florikultura dan 117 tanaman obat (biofarmaka). Adapun sebagian komoditas

    binaan hortikultura disajikan dalam tabel I.1 berikut:

  • PENDAHULUAN

    I-10

    Tabel I.1 Komoditas Hortikultura Binaan Direktorat Jenderal Hortikultura

    KOMODITAS JENIS-JENIS

    Buah-buahan Alpukat, Buah Naga, Kedondong, Pisang, Mangga,

    Manggis, Jeruk, Durian, Kawista, Rambutan, Salak,

    Semangka, Nanas, Melon, Sawo, Timun Suri, Kesemek.

    Sayur-sayuran Kentang, Cabe besar, Cabe rawit, Bawang merah, Kol/kubis,

    Tomat, Sawi/petsa, Daun bawang, Paprika, Jamur Merang,

    Shitake, Jamur Tiram, Bit, Selada Air, Jengkol, Kenikir.

    Biofarmaka/

    Tanaman Obat

    Temulawak, Jahe, Kunyit, Kencur, Sambiloto, Temulawak,

    Temuireng, Temukunci, Kapulaga, Lidah buaya, Tapak

    Liman, Kunyit Putih, Jahe merah, Ginseng, Cengkeh.

    Florikultura/

    Bunga Hias

    Krisan, Anggrek, Mawar, Sedap malam, Pakis, Palem,

    Melati, Kamboja Jepang, Cemara laut, Anyelir, Bambu hias,

    Suplir, Teratai, Pacar air, Pinus, Pisang-pisangan, Ponix.

    Sumber: Dirjen Hortikultura, 2012

    Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang

    memiliki agro-ekologi yang bervariasi dan didukung dengan kesesuaian lahan

    yang tersedia, dapat dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai jenis

    komoditas hortikultura tropik maupun sub tropik. Selain faktor potensi

    wilayah dan kesesuaian agroklimat, komoditas hortikultura unggulan

    dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor

    sekaligus untuk mensubstitusi produk impor yang banyak dijumpai di pasaran.

    Komoditas hortikultura yang dikembangkan tergantung pada besarnya

    permintaan pasar, keuntungan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah

    produksi dan kesesuaian agroekologi. Sesuai dengan potensi daerah Jawa

  • PENDAHULUAN

    I-11

    Timur, maka komoditas hortikultura yang potensial dikembangkan seperti yang

    tercantum pada Tabel I.2

    Tabel I.2 Komoditas Hortikultura Unggulan Jawa Timur

    KOMODITAS

    Buah-Buahan Sayuran Tanaman Hias Tanaman Obat

    - Mangga - Jeruk - Pisang - Durian - Rambutan - Salak - Sirsat - Manggis - Apel - Belimbing

    - Cabe rawit - Bawang Merah - Kentang - Kol - Tomat

    - Krisan - Sedap Malam - Mawar - Melati

    - Mengkudu - Mahkota Dewa - Laos/ Lengkuas - Jahe

    Sumber: Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013

    Melihat potensi sumberdaya alam yang dimiliki provinsi Jawa Timur

    merupakan sebuah keunggulan kompetitif yang harus dimanfaatkan seoptimal

    mungkin. Dengan potensi sumberdaya alam yang berlimpah dengan mudah

    tumbuh dan berkembang semua komoditas baik pangan, perkebunan maupun

    komoditas hortikultura terutama sayuran dan buah-buahan sehingga

    keunggulan ini mampu mendatangkan kesejahteraan penduduknya dan mampu

    mencapai swasembada hortikultura.

    Menurut Balai Besar Pelatihan Pertanian (2013) hortikultura merupakan

    salah satu subsektor andalan yang diharapkan mampu memberikan sumbangan

    positif bagi pembangunan sektor pertanian di Jawa Timur. Komoditas

    hortikultura yang terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman

    obat memiliki nilai ekonomi tinggi dan sangat prospektif untuk dikembangkan

  • PENDAHULUAN

    I-12

    mengingat potensi serapan pasar dalam negeri dan internasional yang terus

    meningkat. Namun faktanya berbeda, kecenderungan yang terjadi adalah

    membanjirnya produk industri dan pertanian yang mengakibatkan besarnya

    arus impor produk daripada arus ekspor produk ke luarnegeri. Menurut

    Kementerian Pertanian perkembangan impor buah dan sayur di Indonesia

    mengalami lonjakan yang tinggi.

    Pada tahun 2008 nilai impor produk hortikultura baru mencapai 881,6 juta

    dollar AS, tetapi pada 2011 nilai impor produk hortikultura sudah mencapai 1.7

    miliar dollar AS (dengan kurs Rp. 10.000, sekitar Rp 17 triliun). Sedangkan

    Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian RI mencatat nilai

    impor komoditas hortikultura Indonesia Sepanjang tahun 2012, volume impor

    hortikultura sebanyak 1,66 juta ton, buah 826,597 ribu ton dan sayur sebanyak

    770 ribu ton. Sedangkan menurut data Pusdatin Nilai impor komoditas sub

    sektor hortikultura pada bulan Agustus 2012 mencapai US$ 145,42 juta atau

    mengalami penurunan sebesar 15,02% dibandingkan bulan sebelumnya.

    Demikian pula, dari sisi volume mengalami penurunan sebesar 18,76%, yaitu

    dari 194,22 ribu ton menjadi 157,79 ribu ton. Realisasi nilai impor yang cukup

    besar pada bulan Agustus 2012 adalah lengkeng segar dan olahan sebesar US$

    37,81 juta, bawang putih segar dan olahan (US$ 25,01 juta), apel segar dan

    olahan (US$ 15,55 juta), dan anggur segar dan olahan (US$ 14,70 juta).

    Perkembangan impor komoditas sub sektor hortikultura bulan Juli - Agustus

    2012 disajikan pada Tabel I.3

  • PENDAHULUAN

    I-13

    Tabel I.3 Impor komoditas sub sektor hortikultura, Juli - Agustus 2012

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

  • PENDAHULUAN

    I-14

    Adapun total nilai ekspor sub sektor hortikultura pada bulan Agustus 2012

    adalah US$ 42,74 juta atau mengalami penurunan sebesar 3,31% dibandingkan

    bulan Juli 2012. Sebaliknya, dari sisi volume ekspor komoditas sub sektor

    hortikultura mengalami peningkatan sebesar 5,68%, yaitu dari 41,73 ribu ton

    menjadi 44,10 ribu ton. Komoditas sub sektor hortikultura yang mempunyai nilai

    ekspor terbesar pada bulan Agustus 2012 adalah nenas segar dan olahan sebesar

    US$ 14,01 juta, cabe segar dan olahan sebesar US$ 1,91 juta, kubis segar sebesar

    US$ 1,81 juta, dan anggur segar sebesar US$ 1,58 juta. Perkembangan ekspor

    komoditas hortikultura periode bulan Juli - Agustus 2012 secara rinci disajikan

    pada Tabel I.4

  • PENDAHULUAN

    I-15

    Tabel I.4 Perkembangan ekspor komoditas hortikultura periode bulan Juli - Agustus 2012

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

  • PENDAHULUAN

    I-16

    Pada bulan Agustus 2012, neraca perdagangan sub sektor hortikultura

    mengalami defisit sebesar US$ 102,68 juta atau mengalami penurunan sebesar

    19,09% dibandingkan bulan Juli 2012. Komoditas yang mengalami defisit neraca

    perdagangan yang cukup besar yakni lengkeng segar dan olahan (US$ 37,70 juta),

    bawang putih segar dan olahan (US$ 24,84 juta), apel segar dan olahan (US$

    15,55 juta), anggur segar dan olahan (US$ 13,12 juta), Jeruk segar dan olahan

    (US$ 6,93 juta), serta kentang segar dan olahan (US$ 6,75 juta). Komoditas

    hortikultura yang mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus

    2012 dan cukup besar adalah nenas segar dan olahan yang mencapai US$ 13,99

    juta, tanaman hidup lainnya yang mencapai US$ 2,08 juta, kubis segar dan olahan

    sebesar US$ 1,76 juta, dan bawang merah yang mencapai US$ 1,09 juta.

    Perkembangan neraca perdagangan komoditas sub sektor hortikultura bulan Juli -

    Agustus 2012 secara rinci disajikan pada Tabel I.5

  • PENDAHULUAN

    I-17

    Tabel I.5 Neraca perdagangan komoditas sub sektor hortikultura bulan Juli - Agustus 2012

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Pusdatin

  • PENDAHULUAN

    I-18

    Dalam rangka mendorong produktivitas komoditas pertanian khususnya

    terkait dengan komoditas hortikultura, pemerintah terus berupaya untuk membuat

    kebijakan yang mendukung kemandirian produksi hortikultura dalam negeri.

    Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mendorong kemandirian ini

    diantaranya melalui pembatasan gerak kegiatan impor hortikultura dari luar negeri

    yaitu melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15 dan 16 Tahun 2012 yang

    diterapkan mulai 19 Juni 2012 yang menetapkan bahwa aktivitas impor

    hortikultura hanya bisa dilakukan melalui empat pintu yaitu: Bandara Soekarno

    Hatta, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Belawan Medan, dan

    Pelabuhan Makassar.

    Peraturan tersebut berdampak pada peningkatan jumlah hortikultura impor

    yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Peningkatan terjadi

    hampir diseluruh komoditas buah dan sayur. Hingga pertengahan bulan

    September 2012 volumenya mencapai 423.006 Ton atau meningkat 13% jika

    dibandingkan tahun 2011 di periode yang sama yang mencapai 46.047 kontainer.

    Peningkatan dalam komoditas buah misalnya, menurut data Asosiasi Hortikultura

    Nasional jumlah realisasi importasi apel di semester I-2013 sebanyak 83.918 ton

    dan di semester II-2013 sebanyak 66.500 ton. Sementara itu di semester I-2014,

    pemerintah membuka rekomendasi impor apel sejumlah 200.483 ton, 50.635 Ton

    Jeruk, dan 37.467 Ton Pir yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak.

    Peningkatan terbesar terjadi bulan Juli lalu, saat itu hampir 10.000 kontainer

    hortikultura. Sedangkan untuk sayur, komoditas yang paling banyak di impor

  • PENDAHULUAN

    I-19

    adalah Bawang Putih dengan volume 197.832 Ton. (http://kabarbisnis.com/read

    /2833579 diakses 25 Oktober 2013).

    Menurut data Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya selama periode

    2011-2013 kegiatan impor komoditas hortikultura melalui pelabuhan Tanjung

    Perak di dominasi oleh importir asal negara Cina. Komoditas buah-buahan

    menjadi produk terbesar dari komoditas impor hortikultura terpilih. Pada tahun

    2013 Buah Pear merupakan komoditas buah impor terbesar dilihat dari volumenya

    mencapai 102.971.975,7 Kg kemudian Apel sebesar 83.317.070,98 Kg.

    Sedangkan komoditas sayuran volume impor terbesar yaitu Wortel sebesar

    6.636.250,00 Kg kemudian Cabai sebesar 1.974.920,00 Kg. Data kegiatan impor

    komoditas hortikultura melalui pelabuhan Tanjung Perak 2011-2013 secara rinci

    dijelaskan dalam tabel I.6

  • PENDAHULUAN

    I-20

    Tabel I.6 Data Kegiatan Impor Komoditas Hortikultura Melalui Pelabuhan Tanjung Perak 2011-2013

    NO.

    KOMODITAS

    NEGARA

    ASAL

    VOLUME (KG)

    2011 2012 2013

    1. Apel Cina 44.060.754 74.445.405 83.317.070,98

    2. Jeruk Cina 33.904.508 53.127.949 66.754.230,2

    3. Pear Cina 30.285.196 68.293.543 102.971.975,7

    4. Kurma Mesir 1.304.300 1.708.666 1.553.450

    5. Strawberry Cina 101.000 277.244 572.205

    6. Bawang Merah Vietnam 10.030.150 5.727.400 12.520.888

    7. Bawang Putih Cina 223.256.680 294.801.775 392.170.754

    8. Bawang Bombay India 12.578.649 6.190.050 40.654.149

    9. Wortel Cina 9.216.325 12.393.625 6.636.250,00

    10. Cabai Cina 59.700 1.536.300 1.974.920,00

    Sumber: Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, diolah

  • PENDAHULUAN

    I-21

    Potensi sumberdaya alam berlimpah yang dimiliki provinsi Jawa Timur

    baik berupa komoditas pangan, perkebunan maupun komoditas hortikultura

    terutama sayuran dan buah-buahan memiliki keunggulan kompetitif sehingga

    harus mampu mendatangkan kesejahteraan penduduknya dan mampu mencapai

    swasembada hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor andalan

    yang diharapkan mampu memberikan sumbangan positif bagi pembangunan

    sektor pertanian di Jawa Timur.

    Namun fakta bahwa komoditas hortikultura lokal belum mampu bersaing

    dengan produk dari luarnegeri disebabkan terdapat kendala biaya operasional,

    harga jual produk, varietas dan kualitas produk jauh di bawah produk impor dan

    negara lainnya. Seperti yang terjadi pada pertengahan Februari 2014, komoditas

    apel Malang kualitas nomor satu hanya dihargai Rp 6.000 per kilogram, anjlok

    dari harga sebelumnya yang mencapai Rp 12.000 per kg, selain harga anjlok,

    volume permintaan terhadap apel juga turun.

    (http://regional.kompas.com/read/2014/01/04/1112129/Panen.Harga.Apel.Batu.A

    njlok diakses 27 Februari 2014). Selain itu daya saing buah lokal rendah salah

    satunya dipicu oleh infrastruktur yang buruk seperti jeruk dari Malang yang akan

    dibawa ke Jakarta akibat infrastruktur yang buruk, biaya angkutan menjadi mahal

    sehingga harga jadi mahal dan kualitas buah menurun karena waktu angkut yang

    lama. Sementara buah jeruk impor dari Singapura bisa dijual dengan harga murah

    dan dalam kondisi bagus karena infrastruktur bagus dan proses angkut yang

    efisien (http://www.investor.co.id/ agribusiness/ citra-buruk-penyebab-buah-lokal-

    kalah-bersaing/ 31816 diakses 14 Juli 2014).

  • PENDAHULUAN

    I-22

    Dengan melihat fakta dan temuan di lapangan, maka wajar rasanya jika

    masyarakat khususnya para pengusaha domestik resah dalam menghadapi serbuan

    produk impor dari Cina. Peningkatan impor produk hortikultura tersebut

    dikhawatirkan tidak hanya mengancam kelangsungan produksi produk sejenis di

    dalam negeri, namun juga mengakibatkan masuknya Organisme Pengganggu

    Tumbuhan Karantina (OPTK) eksotik yang tidak pernah ada di Indonesia, yang pada

    akhirnya mengakibatkan turunnya produktifitas produk hortikultura dalam negeri.

    Tingginya permintaan impor akan barang konsumsi baik produk hasil industri

    maupun pertanian, mengakibatkan kegelisahan di kalangan produsen dalam negeri

    karena dapat mengganggu dan mengurangi daya saing barang lokal sejenis di pasar

    dalam negeri (Kemendag, 2012)

    Produk impor juga tidak terlepas dari masalah keamanan pangan meliputi

    kondisi kemungkinan adanya cemaran biologis, kimiawi dan benda lain yang

    dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia seperti

    yang ditemukan oleh Balai Karantina Pertanian Surabaya pada 2 Mei 2013 saat

    dilakukan pemeriksaan dua kontainer jeruk Mandarin Kinnow (Citrus Reticulata)

    impor asal Pakistan. Hasil pemeriksaan laboratorium menyatakan bahwa jeruk

    sebanyak 53 ribu kilogram itu sudah membusuk dan mengandung jamur

    karsinogenik penyebab kanker. Akhirnya sebanyak 5.300 kardus berisi jeruk

    dikeluarkan dari kontainer berukuran 40 feet untuk digilas. Sedangkan kardusnya

    dibakar (http://www.tempo.co/read/news/2013/05/02/090477365/Balai-Karantina-

    Musnahkan-53-Ribu-Kg-Jeruk-Busuk diakses 27 Februari 2014).

    Permasalahn lain terkait produk hortikultura impor juga ditemukan oleh

    Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian pada triwulan II 2013 di

  • PENDAHULUAN

    I-23

    Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Badan Karantina Pertanian Kementerian

    Pertanian melakukan penangkapan dan pemusnahan terhadap 400 kontainer

    bawang putih impor. Selain bawang putih, pemusnahan juga dilakukan terhadap

    komoditas sayuran yakni wortel impor dan jahe masing masing sebesar 356.934

    kg dan 930 kg. Adapun, pada komoditas buah terdiri dari empat jenis yakni Jeruk,

    Anggur, Apel dan Lengkeng senilai Rp 438 miliar. Volume impor keempat

    komoditas itu senilai 14,2 ton. Pemusnahan tersebut dilakukan karena komoditas

    impor tersebut masuk tanpa melalui surat dokumen impor yang lengkap dan juga

    tidak memenuhi uji keamanan pangan (http://kabarbisnis.com/read/2844100

    diakses pada 22 Maret 2014).

    Melihat fakta yang dipaparkan di atas maka dalam rangka mengamankan

    pasar dalam negeri dan memberikan perlindungan konsumen serta membantu

    produsen dalam negeri agar barang lokal sejenis dapat bersaing dengan barang

    konsumsi asal impor, diperlukan suatu kebijakan yang mengatur tentang

    pengendalian distribusi produk impor. Sesuai amanat Undang-Undang Republik

    Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan

    bahwa semakin terbukanya pasar nasional sebagai akibat dari proses globalisasi

    ekonomi harus tetap menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat serta

    kepastian atas mutu, jumlah dan keamanan barang dan/atau jasa yang

    diperolehnya di pasar.

    UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyebutkan bahwa negara

    berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan

    konsumsi pangan baik pada tingkat nasional maupun daerah hingga perseorangan

  • PENDAHULUAN

    I-24

    secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-

    undang tersebut menunjukkan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk

    memajukan kesejahteraan umum, dimana dapat diartikan bahwa pemerintah

    sepatutnya bisa mengatur kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangannya

    sendiri. Pemerintah sebagai stakeholder memiliki peranan penting dalam hal

    pembuat kebijakan dan regulasi terkait perlindungan dan pengawasan peredaran

    produk impor.

    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Anifawati (2011) mengenai

    kebijakan pembatasan impor hortikultura dan daging sapi sebagai kebijakan

    proteksi kepentingan dalam negeri ditemukan fakta bahwa ada 4 dampak yang

    ditimbulkan terkait dengan kebijakan ini, diantaranya: pertama, adanya protes dari

    pemerintah Amerika Serikat karena dianggap membatasi impor dan berdampak

    negatif bagi sektor pertanian dan peternakan Amerika Serikat dan dianggap

    bertentangan dengan peraturan yang telah disepakati oleh World Trade

    Organization (WTO). Dampak kedua yaitu terjadinya inflasi yang disebabkan

    jumlah pasokan (supply) pangan lebih sedikit daripada jumlah permintaannya

    (demand), sehingga menyebabkan kenaikan harga. Sementara, keran impor telah

    ditutup/dibatasi dengan kebijakan pengendalian. Ketiga, kebijakan pembatasan

    impor hortikultura dan daging sapi berdampak pada produktivitas petani lokal

    untuk bersemangat dalam memproduksi hortikultura dan sapi lokal. Keempat,

    adanya kebijakan pembatasan impor hortikultura dan daging sapi meningkatan

    neraca perdagangan produk pertanian sampai Nopember 2012 mengalami surplus

    sebesar US$ 19,00 milyar dengan nilai ekspor sebesar US$ 31,78 milyar dan nilai

  • PENDAHULUAN

    I-25

    impor sebesar US$ 12,78 milyar. Sedangkan bila dibandingkan tahun 2011 pada

    periode yang sama, terjadi penurunan surplus neraca nilai perdagangan 9,55%

    atau dengan capaian -63% (tidak berhasil) dari target 15%.

    Pemerintah provinsi Jawa Timur telah mengesahkan Peraturan Gubernur

    Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor

    di Jawa Timur sesuai dengan maksud diterbitkannya untuk menjaga stabilitas

    harga komoditas lokal, melindungi produk hortikultura lokal dari produk impor

    dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan, selain itu juga sebagai upaya

    mengatur pengendalian produk impor hortikultura dan pemberdayaan usaha

    hortikultura di Jawa Timur yang pada gilirannya akan meningkatkan

    kesejahteraan para petani lokal.

    Dalam Pergub Jatim No. 2 tahun 2013 ini terdapat pasal-pasal yang

    menyatakan bahwa importir wajib menyerahkan surat pernyataan yang berisi

    beberapa poin terkait dengan jenis barang yang diimpor, jumlah barang, negara

    asal barang, tempat penampungan sementara/gudang, tujuan distribusi dan

    peruntukannya. Hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan produk impor,

    menjaga stabilitas harga komoditas lokal dan bentuk perlindungan pemerintah

    terhadap konsumen. Selain mengatur terkait masalah perijinan, Peraturan

    Gubernur Jatim Nomor 2 Tahun 2013 juga mengatur mengenai pengawasan

    dalam rangka pengendalian pelaksanaan distribusi produk Impor. Adapun

    pelaksana pengawasan peredaran, monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim

    Terpadu Pengawasan Barang Beredar yang ditetapkan melalui Keputusan

    Gubernur Jawa Timur.

  • PENDAHULUAN

    I-26

    Dari paparan tersebut peneliti merasa tertarik dan merasa perlu untuk

    melakukan pengkajian dan penelitian yang diwujudkan dalam bentuk skripsi

    dengan judul Implementasi Kebijakan Pengendalian Distribusi Produk Impor

    Hortikultura (Studi Implementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 2

    Tahun 2013 tentang Pengendalian Distribusi Produk Impor di Jawa Timur).

    I.2 Rumusan Masalah

    1. Bagaimana implementasi kebijakan pengendalian distribusi produk impor

    hortikultura di Jawa Timur?

    2. Bagaimanakah sasaran kebijakan, sumberdaya, struktur birokrasi,

    komunikasi, disposisi, kondisi ekonomi dan politik, karakteristik kebijakan

    dan respon obyek kebijakan mempengaruhi implementasi kebijakan

    pengendalian distribusi produk impor hortikultura di Jawa Timur?

    I.3 Tujuan Penelitian

    1. Untuk memahami implementasi kebijakan pengendalian distribusi produk

    impor hortikultura di Jawa Timur.

    2. Untuk menjelaskan mengenai sasaran kebijakan, sumberdaya, struktur

    birokrasi, komunikasi, disposisi dan kondisi ekonomi dan politik,

    karakteristik kebijakan dan respon obyek kebijakan dalam implementasi

    kebijakan pengendalian distribusi produk impor hortikultura di Jawa

    Timur.

  • PENDAHULUAN

    I-27

    I.4 Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Akademis

    Memberi sumbangan bagi perkembangan studi Ilmu Administrasi Negara

    terkait dengan kajian implementasi kebijakan publik. Penelitian ini

    berusaha melihat implementasi kebijakan dari segi pelaksana maupun

    kelompok sasaran dengan mengelaborasikan teori implementasi dari

    Edwards III, Van Matter dan Van Horn yang mengarah pada pelaksana

    kebijakan serta teori implementasi Hill & Hupe yang mengacu pada

    kelompok sasaran.

    2. Manfaat Praktis

    Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bermanfaat

    bagi keefektifan pelaksanaan kebijakan guna melihat dan meneliti

    pelaksanaan kebijakan serta hasil yang dicapai dan mencapai umpan balik

    untuk perbaikan kebijakan selanjutnya.

    I.5 Tinjauan Pustaka

    I.5.1 Kebijakan Publik

    Dalam tinjauan pustaka ini akan diawali dengan pemahaman

    tentang kebijakan publik. Kebijakan publik menurut Harold D. Laswell

    dan Abraham Kaplan dalam Islamy (2002:15) sebagai A projected

    program of goals, values and practicies, yaitu suatu program pencapaian

    tujuan, nilai-nilai dan praktek yang terarah. Sedangkan Carl J. Friederick

    dalam Islamy (2002:17) mendefinisikan kebijakan sebagai berikut:

  • PENDAHULUAN

    I-28

    ....a purposed course of action of a person, group or government within a given environment providing obstacles and

    opportunities which the policy was purposed to utilize and

    overcome in an effort to each a goal or realize an objective or a

    purpose.

    (Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau

    pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan menunjukkan

    hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhada pelaksanaan

    usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu).

    Sementara Carl I. Fredrich sebagaimana dikutip Wahab (2004:3)

    mengatakan bahwa kebijakan adalah tindakan yang mengarah pada tujuan

    yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan

    tertentu dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencari

    peluang-peluang guna mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang

    dinginkan.

    Thomas Dye dalam Islamy (2002:18) mendefinisikan kebijakan

    publik sebagai public policy is whatever goverments choose to do or not

    to do, yaitu apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak

    melakukan sesuatu. Pemikiran Thomas R. Dye memiiki kesamaan dengan

    pemikiran George C. Edward III dan Ira Sharkansy yang menjelaskan

    kebijakan publik sebagai apa yang dinyatakan dan dilakukan atau tidak

    dilakukan pemerintah. Kebijakan publik bisa berupa sasaran atau tujuan

    program-program pemerintah (Islamy, 2002: 18-19).

    Kebijakan publik menurut William Dunn (2003:109) adalah

    serangkaian pilihan yang kurang lebih saling berhubungan yang diambil

  • PENDAHULUAN

    I-29

    oleh badan atau pejabat pemerintah. Richard Rose sebagaimana dikutip

    Winarno (2012:20) juga menyarankan bahwa kebijakan hendaknya

    dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan

    beserta konsekuensi-konsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada

    sebagai keputusan yang berdiri sendiri.

    Irfan Islamy (2002:20) mendefinisikan kebijakan negara sebagai

    serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan pemerintah dan

    memiliki tujuan atau orientasi pada tujuan tertentu, demi kepentingan

    seluruh masyarakat. Selain itu David Easton dalam Haryono (2007:25)

    mengartikan kebijakan negara sebagai:

    pengalokasian nilai-nilai secara paksa atau sah kepada seluruh anggota masyarakat.

    Berdasarkan situasi ini Easton menegaskan bahwa hanya

    pemerintah yang secara sah dapat berbuat sesuatu kepada masyarakatnya

    dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan

    sesuatu tersebut diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai pada

    masyarakat. Mereka menjelaskan bahwa kebijakan publik bisa ditetapkan

    secara jelas melalui peraturan perundang-undangan, ketetapan pemerintah,

    pidato pejabat berwenang, instruksi dan program-program yang dilakukan

    pemerintah.

    Menurut Irfan Islamy (2002:20-21) pengertian kebijakan publik

    memiliki empat implikasi, yaitu: 1) Kebijakan publik dapat berupa

    penetapan tindakan-tindakan dari pemerintah; 2) Kebijakan publik dalam

    artian untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan sesuatu harus

  • PENDAHULUAN

    I-30

    memiliki dan dilandasi maksud dan tujuan tertentu; 3) Kebijakan publik

    tidak cukup hanya dinyatakan saja, tetapi harus dilaksanakan dalam suatu

    bentuk yang nyata; 4) Kebijakan publik harus senantiasa ditujukan bagi

    kepentingan seluruh anggota masyarakat.

    Dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan dengan berbagai

    jenis kebijakan publik. Beberapa diantaranya kebijakan dalam bidang

    kesehatan, pangan, pendidikan dan sebagainya. Selain itu Lingkup dari

    studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan

    sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Di

    samping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat

    nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan

    pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah

    daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota,

    dan keputusan bupati/walikota.

    Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    kebijakan publik adalah apapun yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh

    pemerintah yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang

    telah dipilih, kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan

    pemerintah, seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

    sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan sebagai produk dari

    kegiatan tertentu.

  • PENDAHULUAN

    I-31

    I.5.1.1 Karakteristik, Urgensi dan Ciri-ciri Kebijakan Publik

    Leo Agustino (2008:8) membuat suatu kesimpulan dari beberapa

    karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik. Pertama,

    kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai

    maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak.

    Kedua, Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola

    kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang

    terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang

    sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan,

    mengontrol inflasi. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif

    maupun negatif. Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan

    pemerintah yang jelas dalam menangani suatu permasalah; secara negatif,

    kebijakan publik dapat melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah

    untuk tidak melakukan suatu tindakan atau tidak mengerjakan apapun

    padahal dalam konteks tersebut keterlibatan pemerintah amat diperlukan.

    Kelima, kebijakan publik paling tidak secara positif, didasarkan pada

    hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

    Studi kebijakan publik merupakan studi yang bermaksud untuk

    menganalisis dan menjelaskan secara cermat berbagai faktor, sebab dan

    akibat dari tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah. Studi kebijakan

    publik menurut Thomas R. Dye dalam Wahab (2004:11-12) sebagai

    berikut:

    Studi kebijakan publik mencakup menggambarkan upaya kebijakan publik, penilaian mengenai dampak dari kekuatan-

  • PENDAHULUAN

    I-32

    kekuatan yang berasal dari lingkungan terhadap isi kebijakan

    publik, analisis mengenai akibat berbagai pernyataan kelembagaan

    dan proses-proses politik terhadap kebijakan publik; penelitian

    mendalam mengenai akibat-akibat dari berbagai kebijakan politik

    pada masyarakat, baik berupa dampak kebijakan publik pada

    masyarakat, baik berupa dampak yang diharapkan (direncanakan)

    maupun dampak yang tidak diharapkan.

    Menurut Anderson dan Dye sebagaimana dalam Wahab (2004:12-

    114) ada 3 alasan urgensi atau faktor yang menyebabkan studi kebijakan

    menjadi penting untuk dipelajari, yaitu:

    a) Alasan Ilmiah

    Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk

    memperoleh pengetahuan yang luas tentang asal-muasalnya,

    proses perkembangannya, dan konsekuensi-konsekuensinya bagi

    masyarakat. Dalam hal ini kebijakan dapat di pandang sebagai

    variabel terikat (dependent variable) maupun sebagai variabel

    independen (independent variable). Kebijakan dipandang sebagai

    variabel terikat, maka perhatian akan tertuju pada faktor-faktor

    politik dan lingkungan yang membantu menentukan substansi

    kebijakan atau diduga mempengaruhi isi kebijakan piblik.

    Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika fokus

    perhatian tertuju pada dampak kebijakan tertuju pada sistem

    politik dan lingkungan yang berpengaruh terhadap kebijakan

    publik.

  • PENDAHULUAN

    I-33

    b) Alasan Profesional

    Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk

    menetapkan pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna

    memecahkan masalah-masalah sosial sehari-hari.

    c) Alasan Politik

    Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan

    agar pemerintah dapat menempuh kebijakan yang tepat guna

    mencapai tujuan yang tepat pula.

    Menurut Suharno (2010:22-24) ada ciri-ciri khusus yang melekat

    pada kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu

    dirumuskan. Ciri-ciri kebijakan publik antara lain:

    a) Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang mengarah

    pada tujuan daripada sebagai perilaku atau tindakan yang serba

    acak dan kebetulan. Kebijakan-kebijakan publik dalam sistem

    politik modern merupakan suatu tindakan yang direncanakan.

    b) Kebijakan pada hakekatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang

    saling berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu

    yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan

    merupakan keputusan yang berdiri sendiri. Kebijakan tidak

    cukup mencakup keputusan untuk membuat undang-undang

    dalam bidang tertentu, melainkan diikuti pula dengan

    keputusan-keputusan yang bersangkut paut dengan

    implementasi dan pemaksaan pemberlakuan.

  • PENDAHULUAN

    I-34

    c) Kebijakan bersangkut paut dengan apa yang senyatanya

    dilakukan pemerintah dalam bidang tertentu.

    d) Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula

    negatif, kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat

    pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak melakukan tindakan

    apapun dalam masalah-masalah dimana justru campur tangan

    pemerintah diperlukan.

    I.5.1.2 Tahapan dalam Kebijakan Publik

    Proses pembuatan kebijakan publik merupakan suatu proses yang

    bersifat kompleks dan komprehensif, hal ini karena dalam kajian kebijakan

    publik melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh

    karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji

    kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik

    kedalam beberapa tahap. Beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini

    dengan urutan yang berbeda, tujuan pembagian ini adalah untuk

    memudahkan peneliti dalam mengkaji kebijakan publik. Winarno

    (2012:36-38) menjelaskan bahwa kebijakan publik secara garis besar

    mencakup tahap-tahap perumusan masalah kebijakan, implementasi

    kebijakan dan evaluasi kebijakan. Sementara itu, analisis kebijakan

    berhubungan dengan penyelidikkan dan deskripsi sebab-sebab dan

    konsekuensi-konsekuensi kebijakan publik.

  • PENDAHULUAN

    I-35

    Menurut William Dunn sebagaimana dalam Winarno (2012:36-38)

    menjelaskan tahap-tahap dalam kebijakan publik adalah sebagai berikut:

    a. Tahap penyusunan agenda

    Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah

    pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi

    terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan.

    Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan

    para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah

    tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain

    ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah

    karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

    b. Tahap formulasi kebijakan

    Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian

    dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi

    didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah

    terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai

    alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy

    options) yang ada. Dalam perumusan kebijakan masing-masing

    alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang

    diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-

    masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan

    pemecahan masalah terbaik.

  • PENDAHULUAN

    I-36

    c. Tahap adopsi kebijakan

    Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh

    para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif

    kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas

    legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan

    peradilan.

    d. Tahap implementasi kebijakan

    Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan

    elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni

    dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen

    pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil

    dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang

    memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap

    implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing.

    Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para

    pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin

    akan ditentang oleh para pelaksana.

    e. Tahap evaluasi kebijakan

    Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai

    atau dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang

    dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu

    memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena

    itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi

  • PENDAHULUAN

    I-37

    dasar untuk menilai apakah kebijakan publik yang telah

    dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang

    diinginkan atau belum.

    Gambar I.1 Tahap-tahap kebijakan

    (Sumber: Budi Winarno, 2012: 36)

    I.5.1.3 Tipe-tipe Kebijakan Publik

    Dalam memahami studi kebijakan publik, para ahli membagi

    dalam beberapa tipe. Seperti misalnya William N. Dunn (2000: 21)

    membedakan tipe-tipe kebijakan menjadi lima bagian, yaitu:

    a. Masalah kebijakan (policy public) adalah nilai, kebutuhan

    dan kesempatan yang belum terpuaskan, tetapi dapat

    diidentifikasi dan dicapai melalui tindakan publik.

    Pengetahuan apa yang hendak dipecahkan membutuhkan

    Penyusunan Agenda

    Formulasi Kebijakan

    Adopsi Kebijakan

    Implementasi Kebijakan

    Evaluasi Kebijakan

  • PENDAHULUAN

    I-38

    informasi mengenai kondisi-kondisi yang mendahului adanya

    problem maupun informasi mengenai nilai yang

    pencapaiannya menuntut pemecahan masalah.

    b. Alternatif kebijakan (policy alternatives) yaitu arah tindakan

    yang secara potensial tersedia yang dapat memberi

    sumbangan kepada pencapaian nilai dan pemecahan masalah

    kebijakan. Informasi mengenai kondisi yang menimbulkan

    masalah pada dasarnya juga mengandung identifikasi

    terhadap kemungkinan pemecahannya.

    c. Tindakan kebijakan (policy actions) adalah suatu gerakan

    atau serangkaian gerakan sesuai dengan alternatif kebijakan

    yang dipilih, yang dilakukan untuk mencapai tujuan bernilai.

    d. Hasil kebijakan (policy outcomes) adalah akibat-akibat yang

    terjadi dari serangkaian tindakan kebijakan yang telah

    dilaksanakan. Hasil dari setiap tindakan tidak sepenuhnya

    stabil atau diketahui sebelum tindakan dilakukan, juga tidak

    semua dari hasil tersebut terjadi seperti yang diharapkan atau

    dapat diduga sebelumnya.

    e. Hasil guna kebijakan adalah tingkat seberapa jauh hasil

    kebijakan memberikan sumbangan pada pencapaian nilai.

    Pada kenyataanya jarang ada problem yang dapat dipecahkan

    secara tuntas, umumnya pemecahan terhadap suatu problem

  • PENDAHULUAN

    I-39

    dapat menumbuhkan problem sehingga perlu pemecahan

    kembali atau perumusan kembali.

    Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan

    sudut pandang masing-masing. James Anderson sebagaimana dikutip

    Suharno (2010: 24-25) menyampaikan tipologi kebijakan publik sebagai

    berikut:

    a) Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural

    Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa

    yang akan dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan

    prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut

    dapat dijalankan.

    b) Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus

    kebijakan redistributif

    Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau

    kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan

    regulatori merupakan kebijakan yang berupa pembatasan atau

    pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok

    masyarakat. Sedangkan, kebijakan redistributif merupakan

    kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan,

    pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam

    masyarakat.

  • PENDAHULUAN

    I-40

    c) Kebijakan materal versus kebijakan simbolik

    Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan

    keuntungan sumberdaya pada kelompok sasaran. Sedangkan,

    kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan

    manfaat simbolis pada kelompok sasaran.

    d) Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public

    goods) dan barang privat (privat goods)

    Kebijakan berkaitan dengan public goods adalah kebijakan

    yang mengatur pemberian barang atau pelayanan publik.

    Sedangkan kebijakan yang berkaitan dengan privat goods

    adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau

    pelayanan untuk pasar bebas.

    Kemudian terdapat juga tipologi kebijakan menurut Theodore

    Lowi dalam Parsons (2005:135) diantaranya:

    a) Kebijakan Distributif

    Kebijakan dalam mengalokasikan pelayanan atau manfaat

    terhadap masyarakat, individu atau kelompok. Kebijakan ini

    ditandai dengan pengenaan paksaan secara tidak langsung,

    tetapi kebijakan ini diterapkan secara langsung kepada

    individu. Individu mendapatkan manfaat kebijakan tersebut

    meski tidak dikenakan paksaan untuk menggunakannya.

    Misalnya pemberian subsidi, beasiswa dan sebagainya.

  • PENDAHULUAN

    I-41

    b) Kebijakan Regulatif

    Kebijakan regulatif merupakan kebijakan yang mengandung

    pemaksaan, pembatasan atau pelarangan perbuatan yang

    diterapkan secara langsung kepada individu. Kebijakan

    regulatif biasanya bersifat mengatur individu untuk

    melakukan atau mencegah individu untuk melakukan sesuatu.

    Seperti misalnya undang-undang, peraturan dan sebagainya.

    Selain itu kebijakan regulatif dibuat untuk menjaga agar

    kepentingan umum tidak terganggu.

    c) Kebijakan Redistributif

    Merupakan kebijakan yang bertujuan untuk mendistribusikan

    kembali kemakmuran/ kekayaan atau benda-benda yang

    dianggap bernilai oleh masyarakat. Kebijakan ini berusaha

    untuk mendistribusikan manfaat yang berasal dari satu

    kelompok ke kelompok lainnya. Kebijakan ini cenderung

    bercirikan ideologi dan seringkali melibatkan konflik klas.

    d) Kebijakan Konstituen

    Kebijakan konstituen adalah kebijakan yang mengatur tata

    relasi antara negara dan masyarakat, antara eksekutif dan

    legislatif, dan lain sebagainya. Kebijakan ini ditandai dengan

    kemungkinan pengenaan paksaan fisik yang sangat jauh, dan

    penerapan kebijakan itu secara tidak langsung melalui

    lingkungan. Kebijakan konstituen dibagi dalam dua lingkup

  • PENDAHULUAN

    I-42

    yaitu: (1) Urusan keamanan nasional dan luar negeri; (2)

    Berbagai dinas pelayanan administrasi.

    I.5.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Publik

    Menurut Suharno (2010:52) proses pembuatan kebijakan

    merupakan pekerjaan yang kompleks dan tidak semudah yang

    dibayangkan. Para decision maker dalam sebuah organisasi institusi atau

    lembaga dituntut memiliki tanggungjawab dan kemauan, serta kemampuan

    atau keahlian, sehi