makalah meteorologi
DESCRIPTION
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGITRANSCRIPT
MAKALAH
METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI
“Klasifikasi Iklim Berdasarkan Kondisi Fisik dan Lintang Tempat”
OLEH:
KELOMPOK : ENAM (6)
ANGGOTA : - SULPIANA (F1I1 14 093)
- SUYANDI B (F1I1 14 095)
- WA ODE ROSLIANTI (F1I1 14 099)
- WAHYUDDIN (F1I1 14 101)
- YANI PRASTUTI (F1I1 14 103)
- ADRIAN (F1I1 14 029)
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya makalah tentang Klasifikasi Iklim
Berdasarkan Kondisi Fisis dan Lintang Tempat ini dapat terselesaikan dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak
Ahmad Iskandar, S.Pd., M,.Sc. selaku Dosen mata kuliah Meteorologi dan Klimatologi
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Klasifikasi Iklim di suatu daerah. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Kendari September 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………………1
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………..2
DAFTAR ISIS……………………………………………………………………………..3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………….4
A. Latar
Belakang………………………………………………………………………….4
B. Tujuan…………………………………………………………………………………..4
C. Manfaat…………………………………………………………………………………5
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………..6
A. Pengertian
Iklim………………………………………………………………………...6
B. Unsur-unsur Iklim………………………………………………………………………
8
C. Klasifikasi Iklim………………………………….……………………………………
11
D. Dampak Perubahan
Iklim……………………………………………………………...14
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………18
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………18
B. Saran…………………………………………………………………………………..18
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………….19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iklim merupakan keadaan rata-rata cuaca di satu daerah yang cukup luas dan
dalam kurun waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap (Tjasyono,
2004). Namun akibat adanya aktivitas manusia seperti urbanisasi, deforestasi, serta
industrialisasi, mempercepat adanya perubahan iklim dalam kurun waktu yang relatif
cepat, sedangkan perubahan iklim tersebut berdampak dalam berbagai sektor kehidupan,
salah satunya pertanian. Kondisi tersebut yang kemudian menjadikan klasifikasi iklim
sebagai dasar dalam melakukan mitigasi terhadap adanya dampak negatif dari perubahan
iklim.
Thorntwaite (1933) dalam Tjasyono (2004), menyatakan bahwa tujuan klasifikasi
iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang
benar-benar aktif, terutama air dan panas. Menurut Tjasyono (2004), pemahaman lebih
baru tentang klasifikasi iklim adalah dengan melihat hubungan sistematik antara unsur
iklim tersebut terhadap pola tanaman. Telah banyak ditemukan korelasi antara tanaman
dan unsur panas atau air. Pemakaian batas sederhana curah hujan dan suhu akan
menunjukkan hubungan antara unsur panas dan air itu sendiri. Misalnya tanaman tertentu
seperti jati dalam kondisi suhu yang tinggi tanaman memerlukan banyak air untuk
memenuhi keperluan evapotranspirasi. Pada dasarnya terdapat berbagai macam metode
untuk melakukan klasifikasi iklim. Misalnya seperti klasifikasi iklim menurut Koppen
yang dapat diterapkan di Indonesia (Tjasyono, 2004). Namun, mengingat bahwa variasi
curah hujan untuk stasiun-stasiun di wilayah tersebut cukup besar maka hasil dari
klasifikasi iklim menurut Koppen kurang memberikan gambaran yang cocok untuk
4
pertanian. Maka dari itu, untuk mengetahui kondisi iklim guna kepentingan pertanian,
lebih baik menggunakan metode klasifikasi iklim menurut Oldeman, dimana metode
tersebut menggunakan unsur iklim berupa curah hujan. 2 Berdasarkan metode klasifikasi
iklim menurut Oldeman tersebut, maka dapat terlihat apakah terjadi perubahan iklim
mikro di suatu wilayah berdasarkan dua periode waktu tertentu.
B. Tujuan
Untuk mengklasifikasikan perbedaan iklim di setiap wilayah/daerah dan
mengidentifikasi dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim di bumi
C. Manfaat
Dapat mengklasifikasikan perbedaan iklim di setiap wilayah/daerah dan
mengidentifikasi dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim di bumi
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertain Iklim
Iklim (climate) adalah sintesis atau bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi
hari dalam jangka panjang (jam demi jam, hari demi hari. Bulan demi bulan dan tahun
demi tahun) yang terjadi pad suatu daerah yang luas. Batasan secara klasik menyatakan
bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suetu periode yang cukup lama dan
daerah yang luas. Pada awalnya ilmu cuaca/iklim berkembang di negara-negara Amerika
dan Eropa yang beriklim sedang dampai dingin. Fluktuasi dan perubahan iklim di
wilayah tersebut sangat jelas dari waktu satu tempat dengan tempat lainnya terutama
menurut waktu sebagai akibat revolusi bumi yang condong pada bidang edarnya.
Keadaan iklim/cuaca di wilayah tersebut dicirikan oleh variabilitas yang ekstrim, yakni
musim dingin (winter) sangat dingin dan pada musim panas (summer) sangat panas,
sedangkan diluar musim tersebut hanya merupakan peralihan dari perubahan musim
keduanya. Variabilitas tersebut menimbulkan perbedaan dalam memperoleh energi
matahari sehingga menghasilkan perbedaan tekanan udara yang relatif tinggi dan kondisi
seperti ini sering menimbulkan ancaman seperti angin topan dan badai serta sering
membawa bencana. Sedangkan di wilayah tropik kondisinya relatif konstan musim,
tekanan udara, suhu udara terpanas dan terdingin dengan amplitudo yang relatif rendah
(Jackson, 1977).
Perubahan iklim sangat terkait dengan jumlah energi matahari yang diterima oleh
permukaan bumi, sehingga kondisi iklim sangat ditentukan oleh pergerakan semu
matahari. Atau dengan kata lain distribusi zona-zona iklim merupakan representasi dari
radiasi yang dipancarkan oleh matahari.
6
Pengklasifikasian iklim di Indonesia dimulai sejak tahun 1950 yang diawali
dengan membentuk kelompok kerja penelitian iklim dengan mempersiapkan peta iklim
untuk kepentingan bidang pertanian, kehutanan, dan untuk pengembangkan ilmu tanah.
Kelompok kerja tersebut didomonasi oleh orang belanda yang pada saat itu mereka
diperbantukan untukbekerja pada berbagai instansi yang ada di Indonesia. Dibawah
pemerintah Indonesia, kelompok kerja tersebut dinakhodai oleh Dr. F.H.Schmidth selaku
direktur jawatan meteorologi dan geologi dan Prof. Ir. J. H. A. Ferguson (guru besar pada
manajemen kehutanan fakultas pertanian universitas Indonesia (sekarang Institut
Pertanian Bogor). Dalam kelompok kerja tersebut juga didukung para ahli dari berbagai
bidang seperti ahli konserfasi tanah, botani, kehutanan (Rafi’i, 1994).
Mengingat kondisi iklim bumi sangat berfariasi, maka pemetaan iklin ssangat
diperlukan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengembangan berbagai bidang
terutama pertanian dalam arti luas. Barry and Chorley (2010) menyatakan bahwa
klasifikasi iklim membahas mengenai hubungan antara iklim dengan vegetasi atau iklim
dengan tanah selain hubungannya dengan manusia. Klasifikasi iklim tidak saja dapat
memberikan efisiensi informasi tetapi bertujuan untuk menjaga kerumitan iklim dibumi.
Faktor utama pengendali iklim adalah salah satu unsur iklim dan letak geografi.
Melalui klasifikasi iklim dapat diketahui persahabatan wilayah-wilayah dipermukaan
bumi mulai dari daerah dingin, panas, gurun maupun stepa yang masing-masing
mencirikan kondisi geografinya. Klasifikasi didefinisikan sebagai sistem penamaan
terhadap substansi atau pokok bahasa yang mendasari setiap cabang ilmu yang
didasarkan pada sifat-sifat yang sama. Pembuatan klasifikasi iklim juga didasarkan atas
karakteristik yang sama dari unsur iklim yang menjadi dasar pembuatan iklim tersebut
(misalnya berdasarkan suhu, curah hujuan atau kelembaban) (Petterssen, 1941). Menuruk
Koesmaryono dan Handoko (1988) ada tiga hal penting yang terkait dengan sistem
pengklasifikasian iklim yaitu: (a) kebutuhan keilmuan yakni proses bagaimana
menganalisis sekian banyak data iklim sehingga menghasilkan pola-pola iklim regional
yang memudahkan pengenalan dan penjelasan sifat-sifat iklim suatu wilayah, (b)
kebutuhan pendidikan yakni upaya mempelajari, memahami dan mengingat sifat-sifat
iklim suatu wilayah dan (c) kebutuhan filosofis yakni terkait dengan kroiteria
pengelompokan atau pengklasifikasian iklim serta cakupannya. Oleh karena itu, pada
perinsipnya kegunaan klasifikasi iklim adalah untuk mendapatkan efisiensi informasi
7
dalam bentuk umum dan simpel atau sederhana (Koesmaryono dan Handoko, 1988);
Barry dan Chorley (2010).
B. Unsusr-Unsur Iklim
Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar
dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan
curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas
tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.
Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai
landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara
langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan,
2002).
Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan
klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi
unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar
matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan
khusus. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di Indonesia sering ditekankan pada
pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. Pada daerah tropik suhu udara
jarang menjadi faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air
merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budidaya pertanian khususnya
budidaya padi.
Variasi suhu di kepulauan Indonesia tergantung pada ketinggian tempat
(altitude/elevasi), suhu udara akan semakin rendah seiring dengan semakin tingginya
ketinggian tempat dari permukaan laut. Suhu menurun sekitar 0.6oC setiap 100 meter
kenaikan ketinggian tempat. Keberadaan lautan disekitar kepulauan Indonesia ikut
berperan dalam menekan gejolak perubahan suhu udara yang mungkin timbul (Lakitan,
2002). Menurut Hidayati (2001) karena Indonesia berada di wilayah tropis maka selisih
suhu siang dan suhu malam hari lebih besar dari pada selisih suhu musiman (antara
musim kemarau dan musim hujan), sedangkan di daerah sub tropis hingga kutub selisih
suhu musim panas dan musim dingin lebih besar dari pada suhu harian. Kadaan suhu
8
yang demikian tersebut membuat para ahli membagi klasifikasi suhu di Indonesia
berdasarkan ketinggian tempat.
Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut
waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas
bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah
Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan
curah hujan sebagai kriteria utama (Lakitan, 2002). Tjasyono (2004) mengungkapkan
bahwa dengan adanya hubungan sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia
telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya
korelasi antara tanaman dan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau
presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim. Unsur-unsur iklim itu
adalah sebagai berikut:
1. Suhu Udara
Secara fisis suhu adalah tingkat gerakan molekul udara. Semakin cepat gerakan
molekul udara semakin tinggi pula suhunya. Tingkat panas suatu benda dapatpula
dikatakan sebagai suhu. Untuik mengukur suhu udara digunakan thermometer. Skala
yang digunakan yaitu skala celcius Fahrenheit dan kelvin.
Perubahan suatu udara disuatu tempat dengan tempat lainya bergan tunga pada
ketinggian tempat dan letak lintang. Perubahan suhu karena perbedaan ketinggian jauh
lebih cepat dari pada perubahan suhu karena perbedaan letak lintang. Perubahan suhu
karena ketinggian berkisar antara 0,6 dc tiap kenaikan 100m
2. Tekanan Udara
Tekanan udara adalah berat masa udara pada suatu wilayah. Tekanan udara
menunjukan tenaga yang bekerja untuk menggerakan masa udara dalam setiap satuan luas
tertentu. Tekana udara semakin rendah jika semakin tinggi dari permukaan laut.
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat yang sama tekanan udaranya di sebut isobar.
3. Angin
Angin adalah masa udara yang bergerak dari suatu tempat ketempat lain. Tiupan
angina terjadi jika disuatu daerah terdapat perbedaan tekan udara yaitu tekanan udara
9
maksimum dan minimum. Angina bergerak dari daerah bertekanan uadar amksimum ke
minimum. Kecepatan angina di ukur dengan menggunakan anemometer.
Angin dapat di bedakan menjadi beberapa jenis antara lain sebagai berikut:
a. Angin pasat, yaitu angina yang bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah sud
tropic kedaerah katulistiwa
b. Angin barat. Yaitu angina yang selalu bertiup dari arah barat sepanjang tahun
pada daerah garis lintang 35LU-60LU dan 35 LS-60 LS
c. Angin timur, yaitu angina yang bertiup diwilayah iklim kutup. Angina timur
bersifat dingin. Gerakan angina ini berasal dari daerah kutup yang bertekanan
maksimum kewilayah lingkaran kutup yang merupakan daerah pusat tekanan
rendah.
d. Angin musom yaitu angina yang berganti arah secara berlawanan setiap setengah
tahun. Angin musom terjadi karena adanya perbedaan suhu dan tekanan udara
antara luas daratan dan lautan
e. Angina siklon yaitu angin yang masuk kedareah tekanan rendah yang di kelilingi
oleh wilayah-wilayah pusat tekana tinggi kemudian berputar mengelilingi garis-
garis isobar
f. Angina anti siklon yaitu angina yang bergerak keluar daro daerah pusat tekanan
tinggi berputar mengelilingi garis-garis isobar menuju daerah-daerah tekanan
rendah disekitarnya
g. Angina darat yaoitu angina yang bertiup dari darat menuju laut pada malam hari
h. Angin laut yaitu angin yang bertiup dari laut menuju kedarat pada siang hari
i. Angin gunung angin yang bertiup dari gunung menuju lembah pada malam hari
j. Angin lembah yaitu angin yang bertiup dari lembah menuju gunung pada pagi
sampai siang hari
k. Angin jatuj/fohn yaitu angin yang bergerak turun melintasi lereng pegunungan
umumnya bersifat panas dan kering
4. Kelembapan Udara
Kelembapan udara adalah kandungan uap air dalam udara. Uap air yang ada
dalam udara berasal dari hasil penguapan air di permukaan bumi, air tanah, atau air yang
berasal dari penguapan tumbuh tumbuhan. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak
10
uap air yang dapat dikandungnya. Alat untuk mengukur kelembapan udara di namakan
hygrometer.
5. Awan
Awan adalah kumpulan titik-titik air diudarah yang terjadi karena adanya
kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara
6. Curah Hujan
Hujan adalah peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang
dicurakan dari atmosfer kepermukaan bumi.
C. Klasifikasi Iklim
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, klasifikasi iklim terbagi
menjadi dua yaitu:
A. Klasifikasi Iklim Berdasarkan Kondisi Fisis
Iklim Fisis adalah iklim yang pembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi
sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya.
Faktor-faktor lingkungan alam itu sebagai berikut.
a) Pengaruh daratan yang luas.
b) Pengaruh penutup lahan (vegetasi).
c) Pengaruh topografi (relief).
d) Pengaruh arus laut.
e) Pengaruh lautan.
f) Pengaruh angin.
Iklim Fisis dapat dibedakan menjadi sebagai berikut.
11
a) Iklim laut (maritim).
Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan
iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda.
Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai
berikut:
a. Suhu rata-rata tahunan rendah;
b. Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
c. Banyak awan, dan
d. Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a. Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
b. Banyak awan;
c. Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
d. Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.
b) Iklim darat (kontinental).
Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang.
Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40, yaitu sebagai
berikut:
a. Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil; dan
b. Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan.
Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a. Amplitudo suhu tahunan besar;
b. Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah
dan;
c. Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
c) Iklim dataran tinggi.
Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
a. Amplitudo suhu harian dan tahunan besar;
12
b. Udara kering,
c. Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah; dan
d. Jarang turun hujan.
d) Iklim gunung dan pegunungan.
Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu
sebagai berikut:
a. Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi;
b. Terdapat di daerah sedang;
c. Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil;
d. Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan;
e. Kadang banyak turun salju.
e) Iklim musim (muson).
Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
a. Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan
b. Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan
menimbulkan musim kemarau.
B. Klasifikasi Iklim Berdasarkan Letak Lintang Geografis (Iklim Matahari)
Klasifikasi iklim matahari di dasarkan pada banyak sedikitnya intensitas sinar
matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi
lebih sedikit dari pada tempat-tempat yang lintangnya rendah. Berdasarkan letak lintang,
iklim di muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe yaitu sebagai berikut:
Iklim Tropika, terletak antara 23½0LU - 23½0LS. Cirinya, suhu udara selalu
tinggi dan curah hujan juga tinggi (banyak hujan).
Iklim sub-tropika, terletak antara 23½0 – 350, baik di belahan bumi utara maupun
belahan bumi selatan. Cirinya, tekanan udara selalu tinggi dan kering. Oleh
karena itu, pada wilayah ini banyak dijumpai gurun pasir dan sabana.
13
Iklim sedang, terletak antara 350C – 66½0C baik di belahan bumi utara maupun
di belahan bumi selatan, cirinya daerah ini memiliki empat musim, yaitu musim
panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi.
Iklim dingin atau kutub, terletak antara 66½0 – 900C, baik di balahn bumi utara
maupun di belahan bumi selatan. Cirinya, suhu udara sangat dingin.
Atas dasar klasifikasi atau pembagian iklim diatas, Indonesia termasuk wilayah beriklim
tropik. Sebelum ada sistem yang lain, Junghuhn (seorang ahli botani asal Belanda)
berusaha
mengatasi kelemahan system kuno (iklim matahari) ini. Dia melihat bahwa tempat-
tempat yang tinggi di Jawa (lereng dan puncak pegunungan yang tinggi) ternyata suhu
dan jenis vegetasinya berbeda dengan tempat-tempat lain dibawahnya, padahal menurut
iklim matahari semuanya termasuk daerah tropis. Atas dasar pengalaman itu, kemudian
Junghuhn membagi tempat di Jawa menjadi 4 zona sebagai berikut:
1. Zone panas, ketinggian tempat < 700m (suhu rata-rata 1 tahun >22,50C)
2. Zone sedang, ketinggian tempat 700 – 1500 m (suhu rata-rata 1 tahun 22,0 – 17,1
0C)
3. Zone sejuk, ketinggian tempat 1500 – 2500 m (suhu rata-rata 1 tahun 17,1 – 11,1
0C)
4. Zone dingin, ketinggian tempat >2500 m (suhu rata-rata 1 tahun <11,1 0C)
D. Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim merupakan suatu fenomena yang telah terjadi dan dampaknya
sudah dirasakan oleh berbagai pihak. Perubahan iklim memberikan dampak yang cukup
besar terhadap pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Untuk itu strategi mengutamakan
isu perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan nasional termasuk koordinasi,
sinergi, monitoring dan evaluasi merupakan tantangan dalam mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan iklim. Sektor transportasi merupakan salah satu faktor yang secara
sinifikan memberikan kontribusi terhadap penyebab terjadinya perubahan iklim.
Transportasi merupakan setor yang mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM) cukup
besar di Indonesia. Ketergantungan sektor transportasi terhadap BBM telah menimbulkan
kekhawatiran karena jumlah cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia terbatas dan
pembakaran BBM menimbulkan pencemaran berat di kota besar dan juga berdampak
pada perubahan iklim.
14
Untuk dampak perubahan iklim yang mungkin dan sudah terjadi diantaranya
berupa peningkatan suhu udara, kenaikan permukaan air laut, perubahan curah hujan dan
peningkatan frekuensi serta intensitas kejadian cuaca ekstrem. Peningkatan suhu udara
secara global akan meningkatkan permukaan air laut yang dapat berakibat pada
tenggelamnya prasarana transportasi di wilayah pesisir. Demikian pula kejadian iklim
ekstrem atau anomali iklim seperti intensitas curah hujan yang sangat tinggi pada waktu
singkat yang menyebabkan banjir dan longsor atau sebaliknya tidak ada hujan dalam
waktu lama akan menyebabkan kekeringan atau bencana alam lainnya. Secara khusus,
sub sektor transportasi perkeretaapian memegang peranan penting dalam strategi untuk
mengantisipasi perubahan iklim. Pengembangan transportasi perkeretaapian sebagai
angkutan massal yang hemat energi dan ramah lingkungan (beban polutan lebih kecil)
dapat merupakan salah satu upaya mitigasi untuk mengurangi ancaman perubahan iklim.
Hal tersebut khususnya pada pengembangan kereta api perkotaan/komuter dengan
program elektrifikasi serta modifikasi sarana kereta api untuk penggunaan energy yang
lebih hemat dan ramah lingkungan.
Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4), mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Sebagai negara kepulauan, Indonesia paling rentan terhadap kenaikan muka laut. Telah dilakukan proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia, hingga tahun 2100, diperkirakan adanya kenaikan muka laut hingga 1.1 m yang yang berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2. Dampak lain yang dapat di akibatkan oleh perubahan iklim adalah:
1. Harga pangan meningkat
Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar memprediksi hasil tanaman
pangan mulai dari jagung hingga gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30
persen. Hasil yang menurun ini berujung pada peningkatan harga pangan. Sebab, akan
ada proses, penyimpanan, dan transportasi pangan yang membutuhkan air dan energi
lebih.
2. Siklus yang tidak sehat
Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan mencuatkan
permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada produksi emisi yang menyebabkan
15
perubahan iklim dan, ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah hujan,
diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di beberapa lokasi.
3. Berkurangnya sumber air
Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya permintaan air. Ini
menimbulkan penyedotan besar-besaran terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk
Jakarta, naiknya muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air laut semakin
jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih banyak sumber air minum.
4. Meningkatnya penyakit pernapasan
Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan
fungsi dari paru-paru. Di kota besar seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma
akan meningkat sebanyak sepuluh persen.
5. Bencana hidrologi
Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai dan cuaca
ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang mempunyai sistem penanggulan yang cukup
baik untuk bencana-bencana tersebut
6. Udara Semakin Tidak Sehat
Dampak perubahan iklim lainnya adalah tingkat pencemaran udara yang tinggi
sehingga membuat kualitas udara semakin tidak sehat. Perubahan iklim, global
warming, pertumbuhan penduduk semakin meningkatkan permintaan akan energi.
Sedangkan kita tahu bahwa energi dihasilkan dari bahan bakar fosil yang notabene
mengelurkan emisi gas berupa kabon dioksida.
Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Iklim
1. Aktivitas Manusia
Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan
iklim, terlebih aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan
seperti penebangan hutan, pembangun pemukiman didaerah resapan air,
membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain sebagainya. Aktivitasaktivitas
16
manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi semakin tidak
ramah kepada manusia dan menjadikan bumi semakin tidak nyaman ditempati lagi.
2. Pemanasan Global
Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah pemanasan
global. Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu ratarata dipermukaan
bumi baik itu darat maupun laut. Pengaruh pemanasan global terhadap terjadinya
perubahan iklim sangat signifikan, contohnya adalah dari sebuah penelitian
mengungkapkan bahwa pemanasan global dapat meningkatkan intensitas
terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali iklim dialam ini seringkali
terjadi.
3. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan penyebab utama terjadinya pemanasan global yang
menjadikan bumi ini mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah kaca
utamanya disebabkan oleh aktivitas manusia seperti polusi dari pabrikpabrik,
polusi dari kendaraan bermotor dan juga dari sektor pertanian. Peristiwa ini bisa
berdampak kepada mencairnya eses atau saljusalju abadi didaerah kutub yang
bisa menyebabkan meningkatkan permukaan air laut disekitar daerah tropis.
4. El Nino dan La Nina
El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut
didaerah Peru dan Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara global.
Peristiwa ini umumnya terjadi dalam waktu dua sampai tujuh tahun sekali.
Sedangkan La Nina adalah kebalikan dari El Nino, yaitu ketika suhu atau
temperatur air laut didaerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa La Nina
bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir didaerahdaerah
sekitar Indonesia.
5. Menipisnya Lapisan Ozon
Perlu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin
menipis, dan ini merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim
secara global. Sinar matahari yang menyinari bumi langsung terpancar ke bumi
tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon (karena semakin menipis), ini yang
17
membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah inilah salah satu penyebab
kenapa bumi semakin hari semakin panas dan kita merasa tidak nyaman lagi di
bumi ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iklim (climate) adalah sintesis atau bentukan dari unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam
jangka panjang (jam demi jam, hari demi hari).
Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, klasifikasi iklim terbagi menjadi
dua yaitu:
Iklim Fisis yaitu iklim yang di pengaruhi oleh keadaan fisik dari suatu wilayah,
yaitu: iklim laut, iklim darat, iklim musim, iklim dataran tinggi, iklim gunung dan
pegunungan.
Iklim Matahari yaitu iklim yang di dasarkan atas perbedaan panas matahari yang di
terima permukaan bumi, yaitu terbagi menjadi empat tipe: iklim dingin, iklim
sedang, iklim sub tropis dan iklim tropis
18
Dampak perubahan iklim adalah harga pangan meningkat, siklus yang tidak sehat,
berkurangnya sumber air, meningkatnya penyakit pernapasan, bencana hidrologi dan
udara semakin tidak sehat.
B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan dalam makalah ini adalah kita sebagai manusia
yang seharusnya peduli terhadap lingkungan sekitar termasuk bumi ini janganlah
membuat hal-hal yang dapat menjadikan bumi tempat kita berada menjadi rusak. Bumi
ada di tangan kita (Earth In Your Hand).
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/YANDI/Downloads/S1-2014-257165-chapter1.pdf
Hartono, 2007. Geografi Jelajahi Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya: Bandung
http://ipemanasanglobal.blogspot.com/2014/05/penyebab-perubahan-iklim.html
http://nurul-muslikhah.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-ipad.html
http://sains.kompas.com/read/2013/01/20/17502648/Enam.Dampak.Perubahan.Iklim.pada.Hidup.Kita
http://www.academia.edu/4886710/Bahan_Ajar_Meteorologi_Klimatologi
https://www.facebook.com/GudangIlmu/posts/439781686167597
Ridwan dan Nurul Chazanah, 2003. Penanganan Dampak Perubahan Iklim Global Pada Bidang Perkeretaapian Melalui Pendekatan Mitigasi dan Adaptasi. Institut Teknologi Bandung: Banbung
Ruhimat Mamat dan Mustar, 2006. Persiapan UN Geografi Untuk Sekolah Menengah atas. Grafindo Media Pratama: Bandung.
Sabaruddin La Ode, 2014. Agroklimatologi. Alfabeta: Bandung
Susandi Arwih, dkk, 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. Institut Teknologi Bandung: Bandung
19