laporan referat

19
REFERAT RETARDASI MENTAL Oleh : Andi M Iqbal Y (2010730010) Dokter Pembimbing : dr. Ni Wayan Ani, Sp. KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015 1

Upload: andi-m-iqbal

Post on 17-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan referat

TRANSCRIPT

Page 1: laporan referat

REFERAT

RETARDASI MENTAL

Oleh :

Andi M Iqbal Y (2010730010)

Dokter Pembimbing :

dr. Ni Wayan Ani, Sp. KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANJAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2015

1

Page 2: laporan referat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Shalawat

serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta pengikutnya hingga

akhir zaman. Amin.

Terima kasih kami ucapkan kepada dokter pembimbing, dr. Ni wayan Ani, Sp. KJ yang

telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini. Terima kasih juga kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi, mengumpulkan data, dan

menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi

para pembaca pada umumnya.

Laporan ini bukanlah laporan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan.

Jakarta, 2015

Penulis

2

Page 3: laporan referat

RETARDASI MENTAL

DEFINISI

Menurut buku ajar ui, Suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak

lengkap, yagn terutama ditandai oleh adanya hendaya keterampilan sealama masa

perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan

kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.

Menurut DSM IV, Suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/ keterbatasan

yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam

keterampilan konseptual, sosial dan praktis dengan batas derajat IQ 70. Menurut WHO, retardasi

mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Retardasi mental menurut The

Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata

yang muncul bersamaan dengan defisit perilaku adaptif dan bermanifestasi dalam periode

perkembangan serta berakibat buruk terhadap kemampuan belajar.

The American Association on Intellectual and Developmental Disabilities (AAIDD,2002)

mendefinisikan retardasi mental sebagai keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku

adaptif.(2)

Menurut Association American of Mental Retardation (AAMR), retardasi mental

mengacu pada fungsi intelektual yang secara signifikan berada di bawah rata-rata, didefinisikan

sebagai nilai Intelegence Quotient (IQ) <70-75, terdapat bersamaan dengan keterbatasan yang

berkaitan dengan dua atau lebih area keterampilan adaptif yang dapat diterapkan: komunikasi,

merawat diri, keterampilan sosial, kemampuan bermasyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan

keamanan, akademik fungsional, istirahat, dan bekerja.(3)

EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan statistik (menurut American Psychiatric Association) 2,5 % dari populasi

menderita retardasi mental dan 85% diantaranya merupakan retardasi mental ringan. Di Amerika

serikat tahun 2001-2002 lebih kurang 592.000 atau 1,2 % anak usia sekolah mendapat pelayanan

retardasi mental. (1)

3

Page 4: laporan referat

Prevalensi retardasi mental ringan paling tinggi diantara anak-anak dari keluarga miskin,

sementara individu yang mengalami kecacatan yang lebih berat diwakilkan secara sama pada

semua kelompok masyarakat. Kira-kira 5% populasi mengalami retardasi mental berat atau

sangat berat. Anak-anak dengan retardasi mental dapat didiagnosis juga dengan gangguan lain

seperti autisme dan cerebral palsy. Secara keseluruhan, prevalensi retardasi mental dapat terjadi

lebih tinggi pada laki-laki di banding perempuan yaitu 2:1 pada retardasi mental ringan dan 1,5 :

1 pada retardasi mental berat.(1)

ETIOLOGI

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:

1. Non organik

Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis

Faktor sosiokultural

Interaksi anak denga pengasuh yang tidak baik

Penelantaran anak

2. Organik

Faktor pra konsepsi

- Abnormalitas single gen (penyakit-penyakit metabolik, kelainan

neurokutaneus, dll)

- Kelainan kromosom (x-linked, translokasi, fragile-x)

Faktor pranatal

- Gangguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromososm (trisomi, mozaik, dll)

Infeksi intrauterin, TIRCH, HIV

Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi)

Disfungsi plasenta

Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

- Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III

Infeksi intrauterin

Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat)

Ibu : diabetes melitus, fenilketonuria (PKU)

4

Page 5: laporan referat

Toksemia gravidarum

Disfungsi plasenta

Ibu malnutrisi

Faktor perinatal

- Sangat prematur

- Asfiksia neonatorum

- Trauma lahir: perdarahan intrakranial

- Meningitis

- Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

Faktor postnatal

- Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat

- Neurotoksin

- CVA (Cerebrovascular Accident)

- Anoksia, misalnya teggelam

- Metabolik

Gizi buruk

Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid

Aminoasiduria, misalnya PKU

Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll

Polisakaridosis, misalnya sindrom hurler

Serebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali

- Infeksi

Meningitis, ensefalitis

Subakut, sklerosing panensefalitis

PATOFISIOLOGI

Awal pembentukan susunan saraf pusat atau otak dimulai setelah kehamilan 8 minggu.

Pertumbuhan dan perkembangan otak dimulai dengan pembentukan lempeng saraf (neural plate)

pada masa embrio, yakni sekitar hari ke-16. Kemudian menggulung membentuk tabung saraf

(neural tube) pada hari ke-22.Pada minggu ke-5 mulailah terlihat cikal bakal otak besar di ujung

tabung saraf. Selajutnya terbentuklah batang otak, serebelum (otak kecil), dan bagian-bagian

5

Page 6: laporan referat

lainnya. Perkembangan otak sangat kompleks dan memerlukan beberapa seri proses

perkembangan, yang terjadi atas penambahan (poliferasi) sel, perpindahan (migrasi sel),

perubahan (diferensiasi) sel, pembentukan jalinan saraf satu dengan yang lainnya (sinaps), dan

pembentukan selubung saraf (mielinasi).(4)

Sel saraf (neuron) pada permulaan bentuknya masih sederhana, mengalami pembelahan

menjadi banyak, dan proses ini disebut proliferasi. Proses proliferasi ini berlangsung selama

kehamilan 4-24 minggu, dan selesai pada waktu bayi lahir. Setelah proses proliferasi, sel saraf

akan migrasi ke tempat yang semestinya. Proses migrasi berlangsung sejak kehamilan kira-kira

16 minggu sampai akhir bulan ke-6 masa gestasi. Proses migrasi ini terjadi secara bergelombang,

yaitu sel saraf yang bermigrasi awal akan menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi

kemudian menempati lapisan dalam dan yang bermigrasi kemudian menempati lapisan luar

korteks serebri. (4)

Pada akhir bulan ke-6, lempeng korteks ini sudah memiliki komponen sel neuron yang

lengkap dan sudah tampak adanya diferensiasi menjadi 6 lapis seperti orang dewasa. Di tempat

yang semestinya, sel saraf mengalami proses diferensiasi (perubahan bentuk, komposisi, dan

fungsi). Sel saraf berubah menjadi sel neuron dengan cabang-cabangnya dan terbentuk pula sel

penunjang (sel Glia). Fungsi sel inilah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari. (4)

Setelah lahir hanya terjadi pematangan fungsi sel saraf, tetapi selubung saraf atau myelin

yang disebut mielinisasi masih berkembang. Tetapi, setelah lahir terjadi penambahan volume dan

berat otak, bayi tampak lebih pintar. Hal ini karena adanya pertumbuhan serabut saraf, adanya

peningkatan jumlah sel glia yang luar biasa dan proses mieliniasi akibat proses stimulasi yang

didapat saat lahir.(4)

Proses perkembangan otak ini memegang peranan penting dalam perkembangan mental

anak, hanya saja keterbatasan pengetahuan tentang neuropatologi terhadap hal yang

menyebabkan kemunduran intelektual, sebagaimana telah dibuktikan dengan adanya 10-20%

otak manusia dengan retardasi mental berat, tetapi terlihat normal secara kesuluruhan. Sebagian

besar otak manusia menunjukkan perubahan yang ringan dan non-spesifik yang tidak

mempunyai hubungan yang kuat dengan derajat kemunduran intelektual.

6

Page 7: laporan referat

DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) (1,4)

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau

dibawahnya. Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :

IQ = MA/CA x 100%

MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes

CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir

Derajat retardasi mental berdasarkan DSM IV :

Derajat retardasi mental IQ

Ringan (mild) 50 – 69

Sedang (moderate) 35 - 49

Berat (severe) 20 – 34

Sangat berat(profound) <20

2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2, misalnya komunikasi, perawatan diri,

kemampuan melakukan tugas-tugas rumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan

keamanan.

3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada anak dengan retardasi mental antara lain

neuroimaging, tes metabolik, genetik, kromosom darah, dan elektro ensefalografi (EEG). Tes-tes

tersebut sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan keterbelakangan intelektual. Jenis tes

7

Page 8: laporan referat

yang dilakukan sebaiknya didasarkan pada riwayat keluarga/kesehatan, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan oleh bidang keilmuan yang lain, dan keinginan keluarga.(1)

Diagnosis retardasi mental membutuhkan pula tes intelijensia individual dan tes

kemampuan fungsi adaptif. The Bayley Scales of Infant Development (BSID-II) merupakan skala

penilaian intelejensi yang paling umum dipakai, skala ini menilai kemampuan bahasa,

kemampuan pemecahan masalah, perilaku, kemampuam motorik halus, dan kemampuan motorik

kasar pada anak usia 1 bulan – 3 tahun, dari skala tersebut akan diperoleh hasil berupa mental

developmental index (MDI) dan skor psikomotor developmental index (PDI, sebuah pengukuran

kompetensi motorik).(1,5) Tes ini dapat membedakan anak dengan retardasi mental berat dan anak

normal, namun tes ini tidak terlalu bermanfaat untuk membedakan anak normal dengan anak

yang mengalami retardasi mental ringan. Tes psikologis yang paling umum digunakan untuk

anak > 3 tahun adalah Wechsler scales. The Wechsler Preschool and Primary Scale of

Intelligence-revised (WPPSI-III) digunakan untuk anak usia mental 2,5 – 7,3 tahun. The

Wechlser Intelligence Scale for Children-4th edition (WISC-IV) digunakan untuk anak dengan

usia mental diatas 6 tahun.

Tes perilaku adaptif yang paling umum digunakan adalah Vineland Adaptive Behavior

Scale yang melibatkan wawancara dengan orangtua atau guru dan menilai perilaku adaptif dalam

4 domain utama: komunikasi, keterampilan hidup sehari-hari, sosialisasi dan kemampuan

motorik. Bisanya terdapat hubungan antara skor intelijensia dan skor adaptif. Kemampuan

adaptif dasar (makan, berpakaian, hygiene) lebih mudah diperbaiki dibandingkan dengan skor

IQ.(1)

PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip berikut dapat membantu dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan

pelayanan yang sesuai :  

Normalisasi. Konsep ini berasal dari negara-negara Skandinavia. Secara sederhana,

normalisasi berarti memastikan bahwa kondisi lingkungan kehidupan sehari-hari yang

didapatkan para penderita retardasi mental tidak berbeda dengan yang didapatkan orang

normal lainnya. Hal ini juga berarti menyediakan fasilitas-fasilitas bagi mereka untuk

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki.

8

Page 9: laporan referat

Integrasi. Penderita retardasi mental haruslah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

masyarakat; mereka tidak boleh diisolasi ataupun mendapat diskriminasi dalam hal

apapun.

Pelayanan untuk individu dengan retardasi mental :

1. Pelayanan Medis dan Psikologis (klinis)

Masalah terkait seperti kejang, gangguan sensorik dan masalah perilaku, dapat diperbaiki

atau dikendalikan dengan tatalaksana medis yang tepat. Diharapkan tersedia fasilitas untuk

penilaian psikologis dari kekuatan dan kelemahan dalam diri anak yang dapat dijadikan dasar

untuk pelatihan-pelatihan di masa depan. Psikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi

mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi

mental tetapi dengan psikoterapi dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi

sosialnya. Semua anak dengan retardasi mental juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan

kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. (6)

Konseling orangtua yang memadai pada tahap awal sangatlah penting. Dokter, perawat,

psikolog dan pekerja sosial dapat membuat perbedaan besar bagi orang tua dengan cara

memberikan penjelasan yang benar mengenai kondisi dan pilihan untuk pengobatan yang

tersedia. Konseling juga memberikan dukungan emosional dan bimbingan serta penguatan

moral.

2. Deteksi Dini dan Stimulasi Dini

Banyak penelitian menunjukkan bahwa mendeteksi retardasi mental pada tahap awal,

yaitu pada masa bayi, dan menyediakan lingkungan yang memberikan stimulasi dan penuh

kasih sayang dapat membantu anak-anak ini untuk berkembang lebih baik dan mencegah

banyakkomplikasi.

Beberapa kondisi medis yang terkait dengan retardasi mental dapat dideteksi saat lahir.

Dapat pula dilakukan pengelompokan bayi-bayi yang beresiko menderita retardasi mental. Bayi-

bayi tersebut merupakan bayi yang lahir prematur atau dengan berat lahir rendah (kurang dari 2

9

Page 10: laporan referat

kg), atau yang menderita asfiksia saat lahir, atau mereka yang menderita penyakit yang serius

pada periode neonatal.

Bayi yang berisiko atau terdeteksi dengan perkembangan yang tertunda harus

mendapatkan stimulasi sensori-motor. Ini adalah teknik di mana orang tua mendorong dan

mengajarkan bayi mereka untuk menggunakan dan mengembangkan kemampuan sensorik

mereka (penglihatan, pendengaran dan sentuhan) dan kemampuan motorik (menggenggam,

menggapai, memanipulasi, dan memindahkan). Teknik ini juga meliputi aktif terlibat dengan

anak dengan membelai, berbicara, menunjukkan benda-benda terang, bermain untuk membuat

anak tertawa, menggelitik, memijat lembut, menempatkan anak dalam posisi dan tempat yang

berbeda, menggunakan mainan dan memainkan benda-benda untuk membangkitkan minat anak,

membimbing tangan anak untuk melakukan sesuatu dan sebagainya. Stimulasi semacam itu

sangat dibutuhkan untuk perkembangan normal. (6)

3. Pelatihan Self-help, Keterampilan Praktis dan Keterampilan Sosial

Tekhnik dengan modifikasi tingkah laku sangat berguna dan efektif dalam penatalaksanaan

anak-anak dengan retardaasi mental, termasuk di antaranya :

Reinforcement positif dan pemberian reward: Memperhatikan, memuji anak dan

memberikan beberapa hadiah seperti permen atau mainan setiap kali anak menunjukkan

perilaku yang diinginkan atau berusaha untuk belajar, dapat meningkatkan motivasi anak

untuk belajar.

Modelling : Menunjukkan anak bagaimana cara melakukan sesuatu dan mendorong anak

untuk memulai melakukan hal yang sama merupakan metode yang bagus untuk

mengajarkan anak. Ini lebih baik daripada hanya secara lisan mengatakan atau

menginstruksikan anak.

Shaping: yaitu mengajarkan bentuk sederhana dari sebuah aktivitas yang rumit, kemudian

secara perlahan menaikkan tingkat kesulitannya.

Chaining: Sebuah kegiatan, seperti berpakaian, dapat dipecah menjadi beberapa langkah

kecil yang berurutan. Anak dapat diajarkan keterampilan ini langkah demi langkah.

10

Page 11: laporan referat

Seringkali, back-chaining atau mengajarkan terlebih dahulu langkah terakhir dan

kemudian mundur merupakan cara yang lebih efektif.

Physical guidance : Jika anak tidak dapat belajar dengan cara modelling, ia dapat

diajarkan dengan cara memegang tangan anak dan menunjukkan mereka bagaimana suatu

hal dilakukan. Setelah pengulangan seperti itu, bimbingan secara fisik ini dapat perlahan-

lahan ditarik sehingga anak belajar untuk melakukan tugas secara independen.(6)

4. Terapi Bicara       

Bicara dan bahasa adalah fungsi yang sangat penting dan sangat khusus bagi manusia. Bicara

dan bahasa memegang peranan penting dalam mengkomunikasikan perasaan dan pikiran

seseorang kepada orang lain. Retardasi mental sering disertai dengan keterbatasan yang

signifikan dalam perkembangan bicara dan bahasa. Penelitian telah memperlihatkan bahwa

aplikasi sistematis teknik terapi wicara, efektif dalam meningkatkan kemampuan bicara dan

bahasa. Terapi bicara dibutuhkan pada anak dengan retardasi mental.(6)

5. Pendidikan

Anak dengan retardasi mental ringan(IQ 50-70), yang disebut golongan mampu didik,

mendapatkan pelajaran setaraf sekolah dasar, namun dengan cara dan kecepatan mengajar yang

disesuaikan dengan kemampuan mereka. Pengajar haruslah guru khusus terdidik dalam bidang

pendidikan mereka.

       Anak dengan retardasi mental sedang (IQ 35-49) digolongkan ke dalam kelompok

mampu latih. Pada mereka lebih banyak diberikan latihan dalam berbagai macam bidang

keterampilan seperti menjahit, menyulam, memasak dan membuat kue pada anak wanita, atau

pertukangan, perbengkelan, peternakan, dan perkebunan pada anak laki-laki.

 6. Pelatihan Kejuruan

Harus diingat bahwa mendapatkan pekerjaan juga akan berdampak baik bagi kesehatan mental,

kepuasan diri, dan status social dari para penderita retardasi mental.

11

Page 12: laporan referat

PENCEGAHAN

Prevensi primer adalah usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit, yang dapat

dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1) Memberikan perlindungan yang spesifik terhadap penyakit-

penyakit tertentu, misalnya dengan memberikan imunisasi; (2) Meningkatkan kesehatan dengan

memberikan gizi yang baik, perumahan yang sehat, mengajarkan cara-cara hidup sehat, dengan

maksud meninggikan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Prevensi sekunder adalah untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan

pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan saraf pusat.

PROGNOSIS

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi

pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental

ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur

harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya pada retardasi mental yang

berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.(7)

12

Page 13: laporan referat

DAFTAR PUSTAKA

1. Shapiro Bruce K, Batshaw Mark L. Mental Retardation (Mental Disability). In: Shreiner

Jennifer, editor. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier;

2007. p. 191-7.

2. Armatas V. Mental Retardation: Definitions, Etiology, Epidemiology, and Diagnosis. Jurnal

of Sport and Health Research 2009; 1 (2): 112-122.

3. Yatchmink Yvette. Keterlambatan Perkembangan: Maturasi Yang Tertinggal Hingga

Retardasi Mental. In: Bani PA, Limanjaya D, Anggraini D, Mahanani DA, Hartanto H,

Mandera LI, et al, editors. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20 th ed. Jakarta: EGC; 2006. p. 136-

9.

4. O’Callaghan M. Developmental Disability. In: Roberton DM, South M, editor. Practical

Pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2006. p. 108-14.

5. Santrock John W. Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.

6. Sularyo Titi Sunarwati, Kadim Muzal. Retardasi Mental. Sari Pediatri 2000 Dec; 2 (3): 170-

7.

7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.

13