laporan praktikum sanitasi pekerja

15
Gita Asapuri 240210110043 TIP A V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Pekerja Kelompok Tangan Rambut Kanan Kiri NA PDA 6 38 bakteri 34 bakteri 2 bakteri 4 khamir 7 31 bakteri 33 bakteri 8 bakteri 0 8 8 bakteri 7 bakteri 4 bakteri 11 khamir 9 10 bakteri 15 bakteri 1 bakteri 2 khamir 10 3 khamir 15 bakteri 25 bakteri 11 bakteri 9 khamir Uji Kebersihan Tangan: Kelompok 6 = tangan tidak dicuci Kelompok 7 = tangan dicuci dengan “lifebuoy color changing” Kelompok 8 = tangan dicuci dengan hand sanitizer “Antis” Kelompok 9 = tangan dicuci dengan “lifebuoy color fresh” Kelompok 10 = tangan dicuci alkohol 70% Uji Kontaminan dari Rambut: Kelompok 6 = rambut tidak berkerudung tidak keramas Kelompok 7 = rambut tidak berkerudung keramas Kelompok 8 = rambut berkerudung tidak keramas Kelompok 9 = rambut berkerudung keramas Kelompok 10 = rambut tidak berkerudung tidak keramas berketombe

Upload: gita-asapuri

Post on 29-Nov-2015

1.014 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Sanitas

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Sanitasi Pekerja

Kelompok Tangan RambutKanan Kiri NA PDA

6 38 bakteri 34 bakteri 2 bakteri 4 khamir7 31 bakteri 33 bakteri 8 bakteri 08 8 bakteri 7 bakteri 4 bakteri 11 khamir9 10 bakteri 15 bakteri 1 bakteri 2 khamir10 3 khamir

15 bakteri25 bakteri 11 bakteri 9 khamir

Uji Kebersihan Tangan:

Kelompok 6 = tangan tidak dicuci

Kelompok 7 = tangan dicuci dengan “lifebuoy color changing”

Kelompok 8 = tangan dicuci dengan hand sanitizer “Antis”

Kelompok 9 = tangan dicuci dengan “lifebuoy color fresh”

Kelompok 10 = tangan dicuci alkohol 70%

Uji Kontaminan dari Rambut:

Kelompok 6 = rambut tidak berkerudung tidak keramas

Kelompok 7 = rambut tidak berkerudung keramas

Kelompok 8 = rambut berkerudung tidak keramas

Kelompok 9 = rambut berkerudung keramas

Kelompok 10 = rambut tidak berkerudung tidak keramas berketombe

Perhitungan Unit Koloni Uji Kontaminasi dari Rambut (Kelompok 7)

Media NA

Unit Koloni/100 cm2 = Jumlah Koloni/cawan x 100 cm2

Luas Cawan

= 8 x 100 cm2

19,625

= 40,764331 unit koloni/100 cm2

Page 2: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

VI. PEMBAHASAN

Pratikum yang dilaksanakan kali ini adalah mengenai pengujian sanitasi

pekerja. Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan

dicemari oleh mikroorganisme. Pencemaran ini dapat berasal dari udara, peralatan

yang digunakan selama pengolahan, ruangan, maupun dari pekerja yang

menangani proses pengolahan sehingga kondisi sanitasi dalam pengolahan juga

ditentukan oleh kondisi kebersihan pekerja.

Salah satu sumber kontaminasi makanan yang potensial adalah dari

pekerja. Mikroba patogen yang ada pada pekerja dapat menyebabkan gangguan

kesehatan bagi manusia yang mengkonsumsi makanan yang diproduksinya. Media

yang sangat disukai mikroorganisme untuk tumbuh pada tubuh manusia  antara

lain kulit, rambut, mulut, hidung, tangan, kaki dan bagian-bagian tubuh lainnya.

Pada kulit manusia sering ditemukan stapilokoki, di rambut sering ditemukan

kapang serta di mulut terdapat bakteri lainnya.

Suatu penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat mengeluarkan 10

sampai 100 mikroorganisme hidup setiap menit, dimana jumlah dan jenisnya

tergantung lingkungan disekitarnya. Suatu survei menunjukkan bahwa 43 sampai

97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan

merupakan pembawa stapilokoki, koliform fekal dan enterokoki pada tangannya

(Fardiaz dan Jenie, 1989). Untuk mencegah perpindahan penyakit dalam makanan

melalui pekerja maka perlu diadakan pengawasan higiene pekerja. Higiene

pekerja yang menangani makanan sangat penting peranannya dalam mencegah

perpindahan penyakit ke dalam bahan makanan. Persyaratan bagi pekerja yang

penting adalah : (1) Kesehatan yang baik; untuk mengurangi kemungkinan

pekerja menjadi tempat penyimpanan bakteri patogen, (2) Kebersihan; untuk

mengurangi kemungkinan penyebaran bakteri oleh pekerja, (3) Kemauan untuk

mengerti tentang sanitasi; merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan

dengan efektif (Jenie, 1989).

Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai uji kebersihan tangan dan

uji kontaminasi dari rambut. Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang

terdapat pada tangan dan rambut pekerja dapat dilakukan dengan cara

Page 3: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

menumbuhkan sampel yang mengandung mikroorganisme pada beberapa cawan

agar. Jenis mikroorganisme yang biasanya dapat tumbuh dan diamati pada cawan

agar adalah bakteri, kapang, khamir, Staphylococcus, dan jenis bakteri koliform

(koliform fekal dan koliform non fekal).

6.1. Uji Kebersihan Tangan

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan

virus patogen dari tubuh, fases, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu,

pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan pekerja yang

terlibat dalam penanganan makanan. Pekerja sebaiknya mencuci tangan sebelum

memulai pekerjaan dan setelah melakukan kegiatan pribadi (misalnya merokok ,

makan, minum, bersin, batuk , dan setelah menggunakan toilet). Pencucian tangan

dilakukan dengan mengunakan sabun dan diikuti dengan pembilasan

menggunakan tissue.

Gambar 1. Prosedur mencuci tangan yang benar

(Fitriani S., 2013)

Pada pengujian kebersihan tangan, media yang digunakan adalah media

PCA karena yang ditujukan hanya untuk menghitung jumlah koloni

mikroorganisme yang tumbuh, media ini mengandung komposisi senyawa nutrisi

yang kompleks, meliputi protein, karbohidrat, dan gula untuk kebutuhan

Page 4: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

pertumbuhan jenis mikroorganisme sehingga memungkinkan untuk ditumbuhi

semua jenis mikroorganisme, seperti bakteri, kapang, dan khamir.

Uji ini dilakukan dengan cara menempelkan jari tangan kanan dan kiri

yang sudah diberi perlakuan selama 4 detik pada cawan petri yang telah berisi

PCA yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 300C selama 2 hari. Metode yang

digunakan pada uji kerbersihan tangan tersebut merupakan metode rodac atau

kontak yang sebelumnya telah dilakukan pada uji sanitasi ruang. Pengontakan

tersebut bertujuan agar mikroorganisme yang terdapat pada tangan dapat

menempel dan menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya

sehingga jumlah mikroorganisme baik bakteri, kapang, maupun khamir dapat

diketahui. Perlakuan pada uji kebersihan tangan tersebut, yaitu tangan tidak

dicuci, tangan dicuci dengan “lifebuoy color changing”, tangan dicuci dengan

hand sanitizer “Antis”, tangan dicuci dengan “lifebuoy color fresh”, dan tangan

dicuci alkohol 70%. Pengamatan diukur berdasarkan jumlah mikroorganisme

yang tumbuh pada media.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, urutan perlakuan yang

menunjukan jumlah mikroorganisme terbesar ke yang terkecil, yaitu tangan yang

tidak dicuci>tangan dicuci dengan “lifebuoy color changing”>tangan dicuci

alkohol 70%>tangan dicuci lifebuoy color fresh>tangan dicuci hand sanitizer

“antis”.

Berdasarakan hasil pengamatan tersebut, tangan yang tidak dicuci

menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar. Hal ini sesuai dengan teori

dimana tangan yang tidak dicuci mengandung banyak mikrob. Suatu survei

menunjukkan bahwa 43 sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai

industri pengolahan pangan merupakan pembawa stapilokoki, koliform fekal dan

enterokoki pada tangannya (Fardiaz dan Jenie, 1989). Oleh karena itu sebelum

mengolah bahan pangan sebaiknya tangan pekerja dibersihkan dengan bahan

pembersih untuk mencegah perpindahan mikroba penyebab penyakit ke dalam

bahan makanan.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut juga dapat terlihat bahwa tangan

yang dicuci menggunakan “lifebuoy color changing” dan “lifebuoy color fresh”

masih menunjukkan adanya mikroorganisme. Hal ini dikarenakan sabun biasanya

Page 5: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

tidak banyak khasiatnya sebagai obat untuk membunuh bakteri tetapi kalau

dicampur dengan heksa kloroform daya bunuhnya menjadi besar sekali. Obat

pencuci yang mengandung deterjen banyak digunakan sebagai pengganti sabun.

Deterjen bukan saja merupakan suatu bakteriostatik melainkan juga merupakan

suatu bakterisida, dimana pertumbuhan bakteri gram positif sangat peka sekali

terhadap zat tersebut (Dwidjoseputro, 1988). Namun, karena detergen memiliki

zat aktif yang kuat dan tidak cocok untuk tangan, bahkan terdapat beberapa orang

yang alergi terhadap detergen, detergen tidak bisa digunakan sebagai bahan

pembersih tangan sehari-hari, detergen biasanya hanya digunakan untuk

membersihkan baju.

Tangan yang dicuci dengan alkohol 70% masih menunjukkan adanya

mikroorganisme, walaupun lebih sedikit dibandingkan tangan yang dicuci dengan

lifebuoy color changing. Hal ini dikarenakan alkohol dengan konsentrasi 70-90%

dapat mengkoagulasikan mikroba dan melarutkan membran mikroba sehingga

mikroba bisa mati. Namun, ternyata alkohol 70% pada praktikum kali ini terlihat

masih belum efektif dalam mematikan mikroorganisme pada tangan.

Pada praktikum kali ini, terlihat bahwa bahan pembersih yang paling

efektif dalam mematikan mikroba pada tangan yaitu handsanitizer “antis”, hal ini

dikarenakan pada antis selain mengandung alkohol 60%, juga mengandung bahan

anti mikrobial, yang bernama Irgasan DP-300. Kandungan alkohol dan bahan

antimikrobial tersebut akan memecah dinding sel mikroba sehingga mikroba akan

mati.

Tangan kanan banyak digunakan untuk melakukan aktivitas, oleh karena

itu tangan kanan lebih rentan terkena bakteri dibandingkan tangan kiri walaupun

tidak menutup kemungkinan tangan kiri juga mengandung lebih banyak bakteri

dibandingkan tangan kanan. Pada hasil pengamatan yang didapat, kelompok 7, 9,

dan 10 menunjukkan bahwa tangan kiri memiliki lebih banyak jumlah

mikroorganisme dibandingkan tangan kanan, hal ini mungkin disebabkan karena

praktikan yang diuji pada kelompok 7, 9, dan 10 baru saja pergi ke kamar kecil

sehingga tangan kiri praktikan tersebut mengandung mikroorganisme lebih

banyak.

Page 6: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

Dari hasil pengamatan tersebut, dapat pula kita mengetahui persen

efektivitas mikroba dari bahan penyuci yang dipakai. Persen efektivitas mikroba

dapat dihitung dengan rumus:

%efektivitas mikroba = selisih jumlahmikroba

jumlahmikroba pada tangantidak dicuci x 100%

Berdasarkan rumus tersebut, diberi contoh perhitungan % efektivitas

mikroba dari lifebuoy “color changing”:

%efektivitas mikroba = 8

72 x 100% = 11,111%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa lifebuoy color changing memiliki

persen efektivitas mikroba sebesar 11,111%

6.2. Uji Kontaminasi dari Rambut

Telah diketahui bahwa salah satu sumber kontaminasi pada saat

pengolahan pangan, yaitu pekerja sehingga untuk menghindari kontaminasi

tersebut diperlukan sanitasi pekerja. Rambut merupakan salah satu jenis

kontaminan pekerja. Rambut yang jatuh pada makanan atau menggantung

(terurai) dekat dengan makanan dapat menimbulkan bahaya kontaminasi, terlebih

lagi rambut biasanya mengandung kapang.

Gambar 2. Penutup Kepala pada Pekerja Industri Pangan

(Fitriani S., 2013)

Pada uji kontaminasi dari rambut, rambut diuji dengan media NA dan

PDA sehingga dapat diketahui jumlah bakteri dan kapang yang dapat

mengkontaminasi bahan pangan. Uji ini dilakukan dengan cara meletakkan

Page 7: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

sehelai rambut dengan perlakuan yang telah ditentukan pada cawan yang telah

berisi media NA dan PDA yang selanjutnya diinkubasi terbalik pada suhu 300C

selama 2 hari. Kemudian hitung dan amati pertumbuhan koloni pada cawan petri

tersebut. Perlakuan pada uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambut tidak

berkerudung tidak keramas, rambut tidak berkerudung keramas, rambut

berkerudung tidak keramas, rambut berkerudung keramas, dan rambut tidak

berkerudung tidak keramas berketombe.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel 1, urutan perlakuan yang

menunjukan jumlah mikroorganisme terbesar ke yang terkecil, yaitu rambut tidak

berkerudung tidak keramas berketombe> rambut berkerudung tidak keramas>

rambut tidak berkerudung keramas>rambut tidak berkerudung tidak keramas>

rambut berkerudung keramas.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, rambut tidak berkerudung tidak

keramas berketombe menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar, hal ini

tentunya sesuai dengan literature, hal inilah yang menyebabkan seorang yang

bekerja pada industri pangan perlu melindungi rambutnya agar tidak terjadi

kontaminasi dari rambut pekerja. Namun, pada perlakuan kelompok 6 dan 7

menunjukkan bahwa praktikan tidak berkerudung keramas memiliki jumlah

mikroorganisme lebih banyak dibandingkan dengan praktikan tidak berkerudung

tidak keramas, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kontaminasi

dari helm yang jarang dicuci, atau jarak dari rumah ke kampus jauh sehingga

harus menggunakan kendaraan umum dimana bercampur dengan banyak orang

yang memungkinkan mengkontaminasi praktikan, atau dapat pula dikarenakan

ketika memasukkan rambut ke dalam cawan petri tidak dilakukan secara aseptis

sehingga banyak mikroorganisme kontaminan yang tumbuh pada media NA dan

PDA.

Kemudian pada perlakuan dengan praktikan yang berkerudung, terlihat

bahwa jumlah mikroorganisme jumlah mikroorganisme pada praktikan yang

berkerudung tidak keramas dibandingkan dengan praktikan tidak berkerudung

tidak keramas menunjukkan bahwa praktikan berkerudung tidak keramas

memiliki jumlah mikroorganisme lebih besar. Hal ini kurang sesuai dengan

literature karena dengan penggunaan kerudung rambut tidak kontak langsung

Page 8: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

dengan udara bebas sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi cukup kecil.

Hal ini mungkin dikarenakan rambut orang yang berkerudung lembab

dikarenakan keringat tidak dapat menguap keluar atau jika sehabis keramas

rambut langsung ditutup dengan kerudung sehingga tidak terkena udara bebas

sehingga dengan kadar protein rambut yang cukup tinggi ketika kondisi rambut

dalam keadaan lembab, mikroba cenderung menyukai tumbuh disana. Kemudian

hasil perhitungan unit koloni dapat dilihat pada tabel 1. Unit koloni tersebut

menunjukkan jumlah koloni per 100 cm2 cawan petri.

Penyimpangan-penyimpangan pada kegiatan praktikum kali ini juga dapat

disebabkan karena beberapa faktor, yaitu:

1. Kesalahaan saat menghitung jumlah mikroba (tidak teliti dan tidak cermat saat

menghitung mikroorganisme yang sangat kecil dan banyak)

2. Kesalahan saat mengidentifikasi jenis-jenis mikroba, kurang cermat dalam

membedakan yang termasuk jenis bakteri, kapang, dan khamir karena

ukurannya sangat kecil sehingga sama atau mirip

3. Teknik yang dilakukan praktikan saat praktikum yang kurang aseptis sehingga

banyak terjadi kontaminasi dari luar. Saat praktikum berlangsung, tutup

cawan petri terbuka terlalu lebar.

4. Penggunaan peralatan yang kurang bersih dan steril

5. Perlakuan praktikan saat praktikum dan sebelum menginkubasikan mikroba,

seperti praktikan selalu mengobrol di sekitar are praktikum sehingga udara

pernapasan atau mulut praktikan dapat mengkontaminasi sampel dan

terjadilah kontaminasi.

Page 9: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

VII. KESIMPULAN

1. Salah satu sumber kontaminasi makanan yang potensial adalah dari

pekerja. Media yang sangat disukai mikroorganisme untuk tumbuh pada

tubuh manusia  antara lain kulit, rambut, mulut, hidung, tangan, kaki dan

bagian-bagian tubuh lainnya.

2. Pada uji kebersihan tangan, perlakuan tangan tidak dicuci mengandung

jumlah mikroorganisme terbanyak dan tangan yang dicuci dengan hand

sanitizer “Antis” mengandung jumlah mikroorganisme terkecil.

3. Tangan yang dicuci dengan hand sanitizer “antis” mengandung jumlah

mikroorganisme terkecil dikarenakan pada antis selain mengandung

alkohol 60%, juga mengandung bahan anti mikrobial, yang bernama

Irgasan DP-300. Kandungan alkohol dan bahan antimikrobial tersebut

akan memecah dinding sel mikroba sehingga mikroba akan mati.

4. Pada uji kontaminasi dari rambut, rambut tidak berkerudung tidak keramas

berketombe menunjukkan jumlah kontaminasi terbanyak, sedangkan

rambut berkerudung keramas menunjukkan jumlah kontaminasi terkecil.

5. Rambut berkerudung tidak keramas menunjukkan jumlah mikroorganisme

lebih banyak dibandingkan rambut tidak berkerudung tidak keramas. Hal

ini kurang sesuai dengan literature karena dengan penggunaan kerudung

rambut tidak kontak langsung dengan udara bebas sehingga kemungkinan

terjadinya kontaminasi cukup kecil. Hal ini mungkin dikarenakan rambut

orang yang berkerudung lembab dikarenakan keringat tidak dapat

menguap keluar sehingga tidak terkena udara bebas sehingga dengan

kadar protein rambut yang cukup tinggi ketika kondisi rambut dalam

keadaan lembab, mikroba cenderung menyukai tumbuh disana.

Page 10: Laporan praktikum sanitasi pekerja

Gita Asapuri240210110043

TIP A

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. UNBRA. Malang.

Fitriani Santi, S.P., M.Sc. 2013. Sanitasi Pekerja. Fakultas Pertanian Universitas Pekanbaru. Riau.

Fardiaz, S. dan Jenie B. S. L., 1989. Uji Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Jenie, B. S.L., 1989. Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.