teknik sanitasi

Upload: hafizi-qaulam-putra

Post on 09-Jul-2015

754 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUJUAN PEMBELAJARAN TEKNIK SANITASIsemester 6 (4 sks) t k )Rabu, 4 Februari 2009

Mampu menjelaskan kerangka kerja dan perencanaan

strategis sanitasi perkotaan Mampu menjelaskan komponen infrastruktur sanitasi

perkotaan Penyediaan air minum Sistem penanganan limbah cair dan limbah padat

Sulistyoweni El Khobar Evi NZ

Mampu menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam

perencanaan i f infrastruktur sanitasi perkotaan k i i k Mampu menggunakan pedoman SNI dalam membuat

perencanaan infrastruktur sanitasi perkotaan

MATERI SAJIAN Pengertian sanitasi lingkungan, teknik sanitasi , masalah sanitasi di P Penyebaran penyakit dan usaha pencegahan b kit d h h MDGs

Mampu menjelaskan tujuan, dan komponen sanitasi lingkungan

Mampu menjelaskan konsep pengendalian pencemaran lingkungan dan penularan penyakit

perkotaan dan kesehatan masyarakat

Sistem penyediaan air minum Sistem penanganan air limbah Sistem penanganan limbah padat Pemilihan teknologi sanitasi

Mampu mempresentasikan sistem penyediaan air minum, fasilitas bangunan beserta perlengkapannya, dan membahas masalah nyata di lapangan

Mampu mempresentasikan konsep sistem penanganan limbah cair, fasilitas bangunan beserta perlengkapannya, dan membahas masalah nyata di lapangan

Mampu mempresentasikan konsep sistem penanganan limbah padat, fasilitas bangunan beserta perlengkapannya, dan membahas masalah nyata di lapangan

Survai lapangan Presentasi Kerangka kerja strategis dalam perencanaan sanitasi perkotaan Perencanaan strategis sanitasi di perkotaan

Mampu menjelaskan perencanaan strategis sistem penyediaan air minum dan sanitasi lingkungan di suatu lingkungan terbatas

1

PENGERTIAN Teknik Sanitasi adalah infrastruktur dan perlengkapan yang diperlukan keberadaannya untuk mendukung upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan pencegahan pencemaran lingkungan Infrastruktur di dalam kawasan bangunan gedung (perkantoran, pusat perbelanjaan, dll) di suatu kawasan terbatas, kawasan perkotaan.Schertenleib, 2003) Bentuk intervensi : Perencanaan infrastruktur dan manajemen Penyediaan air bersih Pembuangan tinja dan air limbah Sampah perkotaan Drainase Pengendalian vektor penyakit Penyediaan fasilitas pencucian untuk keperluan perorangan dan domestik

SANITASI Cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik (Kamus, 1999) Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi terpaparnya manusia thd penyakit (Roland

Sanitasi dilihat dari dua sisi yaitu fasilitas sanitasi dan pengguna fasilitas sanitasi

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU SANITASI

KESEHATAN LINGKUNGANKesehatan Masyarakat (Winslow, 1920) Adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, meningkatkan kesehatan dan efisiensi

Keadaan kesehatan masyarakat bertumpu pada masalah sanitasi. Ada hubungan antara faktor kematian dengan k d sanitasi b k k ti d keadaan it i buruk Tahun 1842

masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk :

Angka kematian bayi di bawah 1 th 50% Prevalensi penyakit tinggi Angka harapan hidup : 16 th (sosek rendah); 22 th sosek sedang; 36 th sosek baik. Sampah berserakan, permukiman jorok, air terbatas, air kotor dijalan-jalan, kakus di kebun, dll

Sanitasi lingkungan Pengendalian penyakit menular Pendidikan hygiene perorangan Mengorganisir pelayanan medis dan perawatan Membangun mekanisme sosial sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik untuk dapat memelihara kesehatan

Tahun 2000 Angka kematian bayi di bawah 1 tahun .% Angka harapan hidup 55 tahun Fasilitas sanitasi ( air kotor, sampah, wc tersedia)

Kesehatan Lingkungan adalah bagian dari ilmu kesehatan masyarakat yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan dalam

keseimbangan ekologik

Tujuan membina dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maupun kehidupan sehat yang optimal

Masalah kesehatan disebut sbg masalah sanitasi, upayanya ditujukan untuk menghilangkan penyebab yang menimbulkan penyakit --- ilmu sanitasi (1859) Sanitasi lingkungan selanjutnya berubah nama menjadi kesehatan lingkungan, dan ilmu yang berkembang adalah ilmu kesehatan lingkungan

Cara melakukan pencegahan penularan penyakit dan gangguan kesehatan dengan meniadakan / mengendalikan

faktor-faktor lingkungan yang dapat merupakan ikatan mata rantai penyebarannya secara epidemiologik

2

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

KONTROL PENYAKIT Model penyebaran penyakitSourceMode of transmission Susceptibility

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan benda hidup spt virus, bakteri, ricketstsia, jamur, protozoa, metazoa/cacing. Cara C penularan : secara k t k l l kontak langsung d dengan penderita d tid k l d it dan tidak langsung (l t media air, (lewat di i udara, makanan, tanah, pakaian, serangga, tangan, dll) Pengelompokan penyakit unt keperluan pencegahan penyebarannya:

Menciptakan Barriers ----- agar penyakit tidak tersebar. Program Pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit yang digunakan

Penyakit bawaan air dan makanan Penyakit bawaan udara Penyakit bawaan tanah Penyakit bawaan vektor

oleh Dep.Kes. adalah melalui :

Upaya p p y pencegahan : p g g pengadaan air bersih, p g pengendalian p pencemaran air dan udara, p g pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah, pemberantasan vektor, perbaikan perumahan dan sistem permukiman, perencanaan kota dan wilayah, sanitasi makanan, kesehatan kerja,pencegahan dan pengawasan pencemaran air, tanah dan udara, dll.

supervisi penyediaan air minum-limbah padat, lingk.perumahan & permukiman, sanitasi susu & makanan, pencemaran badan air, area rekreasi, kolam renang, pantai, kesehatan kerja, insect & rodent, sanitasi perdesaan dan resort, pencemaran udara, kebisingan, gangguan radiasi, rumah sakit, penjara, sekolah. fasilitas dan pelayanan kesehatan, pencatatan statistics, epidemiologi, pendidikan kesehatan masyarakat, dll

KONTROL DARI SUMBER Mengganti bahan baku atau proses produksi dalam Program Dep. Pekerjaan Umum, Direktorat

Cipta Karya dan Pemda: Perancangan Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum

Perkotaan, Sistem Penanganan Air Limbah dan Persampahan Perkotaan, Perancangan Instalasi Pengolahan Air Minum, Air Limbah dan Persampahan, Pengadaan Instalasi Air Minum, Air Limbah dan Persampahan dan Saluran Drainase Perkotaan

Pelaksana program semua departemen/unit yang

terkait. k i

industri dengan yang tidak membahayakan kesehatan/mencemari lingkungan, mengolah limbah menjadi bhn yg tidak membahayakan, mengurangi bahan toksik Memilih sumber air minum yg bebas dari mikroba dan bahan beracun berbahaya Menyediakan air minum yang memenuhi syarat Melarang memelihara ikan, kerang di air yang terkontaminasi Menerbitkan peraturan tentang produksi dan pemrosesan makanan yang sehat dan bergizi Membangun perumahan di lingkungan yang layak Menyediakan tempat kerja dan rekreasi di lingkungan sehat

3

KONTROL DARI SUMBER Mendorong daur ulang, penggunaan kembali dan

KONTROL MODA TRANSMISI Mencegah perjalanan vektor penyakit dan kontrol orang karier Meyakinkan bahwa air minum selalu cukup dan aman

zero zero discharge limbah B3 Mengeliminasi vektor penyakit dari sumbernya Mengisolasi manusia dan hewan yang terinfeksi agar tidak menularkan penyakit Mendidik penghasil polutan, legislator, masyarakat akan kebutuhan akan peraturan dan pendanaan untuk mencegah penularan penyakit Menciptakan standar mutu lingkungan Mendukung kesehatan lingkungan, penyelidikan teknik dan sanitasi, dan program kesehatan di semua lini.

diminum, dan air cukup untuk keperluan mandi, cuci dll. Menyediakan cukup sarana untuk memisahkan antara sumber

pencemar dan badan penerima Meyakinkan bahwa proses pengolahan, penyimpanan,

pendistribusian, pelayanan makanan aman dari kontaminasi penyakit Kontrol thd udara, air dan limbah B3, kecelakaan dan bahan bahanbahan beracun Mencegah akses menuju ke sumber penyakit, misalnya kolam renang terpolusi, area yang terinfeksi vektor penyakit

KONTROL MODA TRANSMISI Menerapkan peraturan ttg standar kebisingan Mendidik penghasil polutan, legislator, masyarakat

akan kebutuhan akan peraturan dan pendanaan k k b h k d d untuk mencegah penularan penyakit Mendukung kesehatan lingkungan, penyelidikan teknik dan sanitasi, dan program kesehatan di semua lini. Memperbaiki perilaku individu terhadap kebiasaan merokok, merokok nutrisi rendah stress kebanyakan makan rendah, stress, dan jarang olahraga

TATA KEMBALI INFORMASI TTG KONTROL PENYAKIT, ON O N , KONTROL DARI SUMBER KONTROL MODA PENYAKIT DENGAN CARA MENGELOMPOKKAN KEGIATAN, SEHINGGA JELAS BARRIER YANG BARRIER DICIPTAKAN

4

KONTROL ORANG YG TERSANGKA Terutama ditujukan pada perilaku hidup sehat dan imunisasi C Caranya d dengan Membiasakan hidup sehat Dilarang merokok, minuman beralkohol Nutrisi baik Menjaga berat tubuh Latihan olah raga cukup Tidur secukupnya Mencegah stress Melakukan imunisasi Mendidik dan memotivasi diri untuk mencegah dari bahaya fisik, biologis, kimiawi

KONTROL EPIDEMI TIPIKAL PENYAKIT POLIOMYELITIS yang dapat ditularkan melalui

Air minum Air kotor/limbah Makanan Insekta Pemeliharaan terhadap sanitasi lingkungan Penyemprotan insecticida Penanganan limbah padat yang memadai, aman dari lalat Konstruksi lubang penampung tinja yang aman dari lalat

KONTROL LALAT

dan di i t d radiasi serta polusi lingkungan l i li k WHO : Hasil observasi dan analisisa biaya dan dampak, menunjukkan bahwa sanitasi rumah

yang baik dan lingkungan yang baik lebih efektif untuk mengontrol penyebaran penyakit kolera dan desentri dari pada imunisasi. Sanitasi yang baik mencakup kontrol terhadap air, jaringan air kotor, limbah padat,

KOLAM RENANG CAMPING SEKOLAH RUMAH SAKIT FASILITAS REKREASI

dan serangga/kacoa.

PENDEKATAN POKOK Mencegah timbulnya gangguan terhadap kesehatan

Sistem Kesehatan LingkunganAspek Legal

lingkungan

Ekonomi

Mengurangi atau meniadakan efek gangguan Mengembangkan lingkungan sehat melalui perencanaan

Status Kes.Lingk

Lingk. Fisik

dan pengelolaandi pusat-pusat keramaian , sumber penularan penyakit l ki

Kependudukan

Aspek legal

: perundang-undangan dan pelaksanaan, organisasi dan pelaksanaan, swadaya masyarakat Lingkungan Fisik : stabilitas dan kualitas Kependudukan : ukuran, tingkat pertumbuhan, penyebaran, infrastruktur sosial, sistem nilai masyarakat Ekonomi : sistem dan tingkat pertumbuhan

5

LINGKUP TEKNIK SANITASI INFRASTRUKTUR DALAM: Sistem Penyediaan Air Minum y Sistem Penanganan Air Limbah Domestik dan Industri Sistem Penanganan Limbah Padat ( Buangan Beracun &

CAKUPAN PELAYANAN SANITASI DUNIA (2002)

Berbahaya B3 dan non B3) Sistem Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber : MDG Midterm Evaluation, Unicef - WHO

KONDISI EKSISTING (*)MELAYANI 1,36 % PENDUDUK INSTALASI PENGOLAHAN GO AIR LIMBAH (IPAL) INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT)SEBAGIAN BESAR TIDAK BERFUNGSI AKSES KE PS&S AL NASIONAL (100%)

(AKSES PENDUDUK KE PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH NASIONAL)Takterdeteksi (25,98%)

TANPA DIOLAH (8,16%)PERKOTAAN (37,53%)

ON-SITE (28,10%) OFF-SITE (1,36%) ON-SITE (21,96%) ( , ) TANPA DIOLAH (14,54%) OFF-SITE (0%)

PERDESAAN (36,50%)

Sebagian besar tidak berfungsi tid k b f i dengan baik karena pemeliharaannya belum memadai misalnya: belum secara reguler disedot lumpurnya

MELAYANI 63,34 % PENDUDUK PERKOTAAN DAN 37 % PENDUDUK PERDESAAN5,6 JUTA TON/HARI LIMBAH YANG BELUM DIOLAH, MASUK MEDIA LINGKUNGAN

INFILTRASI KE AIR TANAHSumber : NAP Air Limbah 2002

13.000 BALITA/HARI MENINGGAL DUNIA (LAPORAN WHO-3003)

CATATAN: RASIO PENDUDUK KOTA DAN DESA MENURUT BPS 3000 ADALAH 43% :58% (*) KONDISI TAHUN 2000Sumber : NAP Air Limbah 3003

6

KONDISI EKSISTING (*)(AKSES PENDUDUK KE PRASARANA & SARANA AIR LIMBAH PERKOTAAN)1O,65 % TIDAK TERDETEKSI DG IPLT (4,93%) DG TANGKI SEPTIK (43,79%) DG SMALL BORE SEWER TANPA IPLT/SBS (38,86%) DG CUBLUK (3,58%) NON TANGKI SEPTIK (25,33%) LAINNYA (19,43%) SEWERAGE (2,33%)

KONDISI EKSISTING (*)(AKSES PENDUDUK KE PRASARANA & SARANA AIR LIMBAH PERDESAAN)37,06% TIDAK TERDETEKSI JAMBAN PRIBADI (45,31%) 45,31+17,63=62,94 FASILITAS UMUM (*) (17,63%) DG TANGKI SEPTIK (9,37%)

BELUM ADA INFO PELAYANAN IPLT DG CUBLUK (10,86%) TANPA TS/CB (25,07%) BELUM ADA INFO PELAYANAN IPLT

JAMBAN PRIBADI (69,13%) AKSES KE PS&S PERKOTAAN (100 %)

69,13+20,23=89,36DG TANGKI SEPTIK (19,55%) FASILITAS UMUM (20,23%) SEWERAGE (0,68%) DG IPLT (2,26%) TANPA IPLT/SBS (17,29%) DG SMALL BORE SEWER 0 %

AKSES KE PS&S PERDESAAN (100%)

TANPA TANGKI SEPTIK (35,93%) DG TANGKI SEPTIK (17,63%)

CATATAN: (*) 11,90 % DIBANGUN PU, SISANYA OLEH DEPKES, DEPDAGRI, PEMDA DLL. (**) KONDISI TAHUN 2000Sumber : NAP Air Limbah 3003

Sumber : NAP Air Limbah 3003

(*) KONDISI TAHUN 2000

KONDISI SPAL Th 2000Penduduk Terlayani Sewerage No Nama kota Jiwa (1) 1 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 (3) Balikpapan Banjarmasin Bandung Cirebon Denpasar (*) Jakarta Medan Prapat (*) Surakarta Tangerang Yogyakarta Total (5) 7.764 231.745 450.000 90.000 180.176 60.000 52.000 10.500 3.546 45.700 26.443 3.489.940 % (6) 1,8 40,0 20,0 32,0 35,2 0,7 2,6 105,0 0,7 3,5 6,7 16.05 Ha (7) 40 20 2.817 384 1.655 560 450 71,6 60 82 1.220 13.060 % (8) 0,1 0,3 17,0 9,7 7,0 9,6 1,7 37,3 1,4 0,4 6 6.75 M3/hari (9) 800 500 243.000 16.675 51.000 13.000 30.000 2.010 2.000 5.500 15.500 379.985 % Eff (10) Tad 93,3 91,7 Tad Tad 66,7 Tad 85,0 95,8 Tad 87,9 ExAE RBC S.POND S.POND AELGN AELGN UASB AELGN AELGN OXD OXL (11) Luas Area Terlayani Sewer Kapasitas dan efisiensi IPAL100

Teknologi Pengola-han

90

akses sanitasi (%)2002 1999

80 70 60 50 40 30 20 10 0D D. I. KI JAK AR Y EAS OGYAK T A TK ALIM ART A ANT AN RIA U NO RTH LAMPU SUM NG ATE NO WEST RA RTH J SUL AVA* AW ESI JAM SOU BI TH BAL KA L SO I IM EAS UT H S ANT A UM TN AT N USA T EN ERA * GG ARA CEN CEN BANTE TR TRA N L KA AL JA V LIM AN A EAS TAN NO RTH T JAV A MA LUK NAN BE U GR OE WEST NGKUL ACE SUM U HD ARU A TERA W SOU EST K SSALA AL M TH EA S IMAN TA T SOU SULA N W TH BAN SUL ESI A G CEN KA B E WESI LIT TRA L SU UNG LA W MA ESI GO LUKU* RO NT A WE ST LO NUS A T PAPU ENG A GAR IND O NE A S IA

Sumber : BPS dalam HDI Indonesia 2004

7

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (1)TEKNIS1. 50 % PENDUDUK (NASIONAL) BELUM MENGOLAH AIR LIMBAHNYA (20,71 % PERKOTAAN DAN 73,99 % PERDESAAN)

Aspek teknis Aspek pendanaan / investasi Kelembagaan / peraturan Peranserta masyarakat dan swasta

2. PENCAPAIAN SASARAN KEBIJAKAN KONSERVASI AIR (NASIONAL), BARU MENCAPAI 1,36 % 3. 76,3 % DARI 53 SUNGAI DI JAWA, SUMATERA, BALI DAN SULAWESI TERCEMAR BERAT OLEH CEMARAN ORGANIK, DAN 11 SUNGAI-SUNGAI UTAMA TERCEMAR BERAT OLEH UNSUR AMONIUM 4. SUNGAI-SUNGAI UTAMA DI PERKOTAAN UMUMNYA SUDAH TERCEMAR DIMANA RATA3 KADAR BOD-NYA TELAH MELAMPAUI AMBANG BATAS (34,48 %), DAN JUGA KADAR COD-NYA (51,73 %).

Kredit Foto : ISSDP

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (2)5. 33,34 % SAMPEL AIR MINUM PERPIPAAN DAN 54,16 % SAMPEL AIR MINUM NON PERPIPAAN MENGANDUNG BAKTERI KOLI 6. KETERSEDIAAN AIR BAKU DI TIGA PROPINSI, YAITU DKI, DIY DAN JATIM TELAH MEMASUKI AMBANG KRITIS ( < 1000 M3/KAPITA/TAHUN) 7. IPLT BANYAK YANG TIDAK BERFUNGSI DAN TERMANFAATKAN SECARA OPTIMAL

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (3)PENDANAAN/INVESTASI9. RASIO INVESTASI PRASARANA DAN SARANA AIR LIMBAH MASIH SANGAT RENDAH UNTUK PENCAPAIAN SASARAN KONSERVASI LINGKUNGAN KEAIRAN

10. TERDAPAT POTENSI-POTENSI PENDANAAN OLEH MASYARAKAT, TETAPI BELUM TERGALI SECARA OPTIMAL 11. PENDAPATAN OPERASI SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH (SPAL) TIDAK BISA MENUTUPI BIAYA OPERASI 12. ALOKASI INVESTASI UNTUK AIR LIMBAH DIDAERAH MASIH SANGAT RENDAHKredit Foto : BORDA

8. PELAYANAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK EKSISTING BELUM OPTIMUMKredit Foto : ISSDP

8

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (4)KELEMBAGAAN PERATURAN - NSPM13. KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH TIDAK JELAS, KARENA ATURAN YANG ADA BELUM BISA MEMENUHI BENTUK-BENTUK KELEMBAGAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH YANG SESUAI DENGAN DAERAH 14. LANDASAN HUKUM YANG KUAT UNTUK INSTITUSI PENGELOLAAN AIR LIMBAH BELUM MEMADAI 15. PERATURAN DAN PER-UU-AN YANG BERHUBUNGAN DENGAN AIR LIMBAH MASIH BELUM DAPAT DIAPLIKASIKAN SAMPAI TINGKAT OPERASIONAL, BAIK OLEH PEMERINTAH, SWASTA MAUPUN MASYARAKAT 16. KELEMBAGAAN MASYARAKAT UNTUK PENGELOLAAN AIR LIMBAH BELUM BERKEMBANG

ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHAN (5)PERAN SERTA MASYARAKAT & SWASTA17. KESADARAN MASYARAKAT TENTANG PENTINGNYA SANITASI MASIH RENDAH 18. BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT BELUM OPTIMAL, TERBATAS PADA TARIF/RETRIBUSI YANG RENDAH 19. PEMBANGUNAN DI BIDANG AIR LIMBAH TERUTAMA YANG BERBASIS MASYARAKAT MASIH TERBATAS 20. 20 BADAN USAHA SWASTA TIDAK TERTARIK UNTUK INVESTASI DALAM BIDANG AIR LIMBAH

Kredit Foto : JABABEKA & ISSDP

Kredit Foto : ISSDP & BORDA

SEJARAH PERSAMPAHAN DI INDONESIA

PARADIGMA PENGELOLAAN SAMPAH Paradigma lama : Sampah Dikumpulkan p Diangkut Dibuang Paradigma baru : Sampah Dikurangi Digunakan kembali Didaur ulang Dibuang / Dibakar

Jaman Jepang :

pengaturan melalui RT/RW Dibentuk direktorat Teknik Penyehatan di Dep.PU, mengkoordinir bantuan Belanda berupa truk dan kontainer untuk beberapa kota Dimulai Program Solid Waste Improvement melalui bantuan pinjaman IBRD Dibentuk sub direktorat persampahan di Dep. PU Dir Cipta Karya Dimulai program Adipura, 200 kota proyek perintisan, tersusun kebikanan dan strategi persampahan mencakup 5 aspek pengelolaan Diperkenalkan program P3KT Program P3K d diterapkan d 3 k membangun prasarana sanitary l df ll k dan kota b landfill Program Adipura meningkat , investasi swasta dimulai dgn pembangunan transfer station dan incinerator di Surabaya. Dimulai program UDPK , upaya mereduksi sampah Program Adipura berhenti, kondisi fisik kota menurun, otonomi daerah digulirkan Kasus Pencemaran lingkungan oleh TPA meningkat, lahan TPA kritis Seminar nasional Pengelolaan Persampahan memuncilkan kembali program kmpetisi kebersihan kota disebut Program BAngun Praja, dan Penghargaan Adipura diaktifkan kembali Penutupan beberapa TPA dan TPA longsor

1969-1978 (Pelita I dan II) : 1979 1983 (Pelita III) :

1984 1988 (Pelita IV) :

1994 1998 (Pelita IV) :

1989 1993 (Pelita V) 1994 1998 (Pelita VI)

2002 2004

9

KONDISI PENGELOLAAN SAMPAH SAAT INI

ISU STRATEGIS Teknis Makin besarnya timbulan sampah Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan K Keterbatasan lahan TPA b lh

Timbulan sampah : 1998/1999 26.320 m3/hari ; laju kenaikan 18% dibanding tahun 1996/1997 kota Jakarta Tingkat pelayanan (2001)

Perkotaan :

40% sampah perkotaan diangku petugas, 7,54% sampah ditimbun, 1,61% dibuat kompos, 35,49% dibakar, 15,27% lain-lain 1% sampah perkotaan diangku petugas, 12,7% sampah ditimbun, 4,9% dibuat kompos, 31,15% dibakar, 15,27% lain-lain

Pedesaan:

Kelembagaan Makin kecil kewenangan institusai persampahan dengan tanggungjawab yang tetap

Kelembagaan

Pembiayaan Alokasi anggaran untuk persampahan masih rendah Penerimaan dari retribusi rendah

Bervariasi : Dinas kebersihan, sub dinas kebersihan, seksi kebersihan, subseksi kebersihan, unit kebersian, kantor kebersihan Rasio 0,5 1,5 petugas untuk setiap 1000 penduduk Alokasi anggaran 2 4 % APBD, tarif retribusi memiliki rasio 0,6% penghasilan rumah tangga Penerimaan mampu membiayai 22,9% dari totan biaya operasional UU Persampahan dalam taraf pembahasan SNI pengelolaan persampahan ada Partisipasi pasif, bayar retribusi Kegiatan pembinaan masyarakat Kerjasama pihak swasta mencapai 4,5% timbulan yang ada kecuali kota metropolitam dan kota besar 15% Pewadahan, Pemindahan, Pengangkutan, Pengolahan Open dumping ( lebih dari 99% kota/kab) Controlled landfill ( beberapa kota)

Pembiayaan

Peran Serta Masyarakat dan Swasta Potensi PSM ada terutama daerah real estate Rendahnya investasi swasta

Dasar hukum

Peran serta masyarakat dan swasta

Peraturan Lemahnya penegakan hukum

Teknis operasional

Pembuangan

SASARAN UTAMA 2006-2010masyarakat T Tercapainya k d k d l k kondisi kota dan lingkungan yang b h termasuk saluran bersih k l

TARGET MDG 2015 Menyediakan akses pelayanan persampahan kepada Total keseluruhan Penduduk yang dilayani 66%

drainase perkotaan

Pencapaian pengurangan kuantitas sampah 20% Pencapaian cakupan pelayanan 60% penduduk Tercapainya peningkatan kualitas pelayanan sesuai pelayanan minimal

Perkotaan Penduduk dilayani 80%

persampahan

Tercapainya peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill

untuk kota metropolitasn dan besar, controlled landfill untuk kota sedang dan kecil, k il open d dumping tid k di i tidak dioperasikan l i ik lagi Tercapainya peningkatan kinerja institusi pengelolaan persampahan dan berkembangnya pola kerjasama regional

Pedesaan Penduduk yang dilayani 50% y g y

10

Tugas Mahasiswa sesi 1-3 Browsing ttg environmental sanitation Menjawab pertanyaan ttg hubungan lingkungan fisik dengan j p y g g g g g

Pertanyaan tugas Topik bacaan Atmosfir , Hidrosfir, Litosfir, Biosfir , , Pertanyaan Deskripsikan kualitas lingkungan fisik (air, tanah, udara) dan sumber pengotorannya Buat ringkasan hubungan antara pengaruh lingkungan fisik terhadap kesehatan dalam sajian bentuk matriks (tabel)

penyakit (sesi 2) Browsing ttg pengendalian pencemaran (sesi 3)

11