laporan praktikum oseanografi

11
JURNAL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI Oleh: Nyutriawan Arkan Hafish 13/350176/PN/13367 Manajemen Sumberdaya Perikanan Asisten Laporan: Tatuk Rahardjo LABORATURIUM EKOLOGI PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Upload: arkan-hafish

Post on 17-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Oseanografi

TRANSCRIPT

  • JURNAL

    PRAKTIKUM OSEANOGRAFI

    Oleh:

    Nyutriawan Arkan Hafish

    13/350176/PN/13367

    Manajemen Sumberdaya Perikanan

    Asisten Laporan:

    Tatuk Rahardjo

    LABORATURIUM EKOLOGI PERIKANAN

    JURUSAN PERIKANAN

    FAKULTAS PERIKANAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • JURNAL PRAKTIKUM OSEANOGRAFI

    NYUTRIAWAN ARKAN HAFISH

    13/350176/PN/13367

    MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

    ABSTRACT

    Goal of oceanographic practical work is to knowing and studying about oceanography with

    observation of beach aquatic quality using some parameter, knowing the relationship between

    some parameter who became a measure of beach aquatic quality with a population of beach

    aquatic organism (plankton and larva). Oceanographic practical work has been held on may

    2-3 2015 in Krakal beach, Gunungkidul, Yogyakarta. The observation has been held in 4

    different place. In each place was doing observation using direct observation method and

    measuring physic, chemistry, and biologial parameter. Physical parameter observed every 1

    hour, chemistry every 2 hours, and biology every 3 hours during 24 hours. The physical

    parameter who has measured are water temperature, air temperature, tide, wave frequency,

    wind speed, wind direction, and slope. Chemistry parameter who has measured are DO, free

    CO2, alkalinity, salinity, and pH. Biological parameter who has measured are plankton

    density, plankton diversity, and fish larva. Physical parameter doing with visul dan

    simulation method, while chemistry parameter doing with visual, Wrinkler, and alkalimetry,

    and Biological parameter doing with visual method. Average rate value of physical parameter

    are for air temperature is 24-31,4 0C, water temperature is 23-31

    0C, wind speed is 03,2 m/s,

    wave frequency is 0,01-0,91 gel/s, tide is 0-1,75 m. Average rate value of chemical parameter

    are for DO 0,42-8,14 ppm, Free CO2 is 0-10,2 ppm, alkalinity is 71-194 ppm, Acidity is 6,8-

    8,1, and salinity is 30-35 ppt. Average rate value for biological parameter are for plankton

    density is 703-12.651 ind/liter, and for plankton diversity is 0,36-3,88. From this practical

    work who has been done, from some parametric datas taken are indicate the condition of

    water quality or aquatic of Krakal Beach still belong to good condition.

    Keywords : Beach, Method, Observation, Oceanography, Parameter

    INTISARI

    Tujuan dari praktikum oseanografi yang dilakukan ialah untuk mengetahui dan

    mempelajarioseanografi dengan mengamati kualitas perairan pantai menggunakan berbagai

    parameter, mengetahui korelasi antar parameter-parameter yang menjadi tolak ukur kualitas perairan

    pantai dengan populasi organisme perairan pantai (plankton dan larva). Praktikum oseanografi

    dilaksanakan pada tanggal 2-3 Mei 2015 di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul,

    Yogyakarta.Pengamatan dilakukan di 4 stasiun yang berbeda. Di masing-masing stasiun dilakukan

    pengamatan dengan menggunakan metode observasi langsung dan dilakukan pengukuran parameter

    fisika, kimia, dan biologi. Pengamatan parameter fisika dilakukan setiap 1 jam sekali, parameter kimia

    setiap 2 jam sekali, dan parameter biologi setiap 3 jam sekali yang dilakukan selama 24 jam.

    Parameter fisika yang diukur adalah suhu air, suhu udara, pasang surut, frekuensi gelombang,

    kecepatan angin, arah angin, dan kemiringan pantai. Parameter kimia yang diukur adalah DO, CO2 bebas, alkalinitas, salinitas, dan pH. Parameter Biologi yang diukur adalah densitas plankton,

    diversitas plankton, dan larva ikan.Parameter fisika dilakukan dengan menggunakan metode visual

    dan simulasi, sementara Parameter kimia dengan metode visual, Wrinkler, dan Alkalimetri, dan

    Parameter Biologi dilakukan dengan metode visual. Rata-rata kisaran parameter fisika yang

    didapatkan yaitu suhu udara 24-31,40C, suhu air 23-31

    0C, kecepatan angin 03,2 m/s, frekuensi

    gelombang 0,01-0,91gel/s, dan pasang surut 0-1,75m. Untuk parameter kimia yaitu DO 0,42-

    8,14ppm, CO2 bebas0-10,2ppm, alkalinitas 71-194 ppm, pH 6,8-8,1, dan salinitas 30-35 ppt. Hasil

    pengamatan parameter biologi yaitu densitas plankton berkisar antara 703-12.651 ind/liter, dan

  • diversitas planktonnya yaitu 0,36-3,88.Dari pengamatan yang telah dilakukan, dari berbagai data

    parameter yang diambil menunjukkan kondisi kualitas air maupun kondisi perairan Pantai Krakal

    masih tergolong baik.

    Kata kunci: Metode, Oseanografi, Pantai, Parameter, Pengamatan

    PENDAHULUAN

    Selama berabad-abad manusia

    menganggap laut sebagai permukaan yang

    tidak tenang, yang mulanya menghalangi

    kemudian mambantu usaha mereka dalam

    menjelajahi dunia. Manusia juga menyadari

    bahwa laut adalah sumberdaya makanan yang

    dapat dipanen dengan susah payah untuk

    menunjang hasil daratan dan hasil perairan

    tawar. Lautan sebagai sistem fisika dan kimia

    semakin dikenal dengan baik dan pengetahuan

    mengenai kehidupan di laut berkembang

    perlahan-lahan (Odum 1993).

    Indonesia sebagai negara kepulauan

    dengan panjang garis pantai 95.000 km

    merupakan kawasan pesisir dan lautan yang

    memiliki berbagai sumberdaya hayati yang

    sangat besar dan beragam. Berbagai

    sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi

    pembangunan yang sangat penting sebagai

    sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru

    (Rasyid, 2010). Oleh karena itu ilmu yang

    mempelajari laut sangat penting. Oseanografi

    dapat didefinisikan secara sederhana sebagai

    suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini

    semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu

    yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari

    bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-

    ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah

    ilmu tanah (geology). Ilmu bumi (geography).

    Ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry).

    Ilmu hayat (biology) dan ilmu iklim

    (metereology) (Hutabarat, 2008). Laut, seperti

    halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni

    tumbuh-tumbuhan, hewan dan

    mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni

    hampir semua bagian laut, mulai dari pantai,

    permukaan laut sampai dasar laut yang teluk

    sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat

    menarik perhatian manusia, bukan saja karena

    kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga

    karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan

    manusia (Romimohtarto, 2009).

    Pada saat ini ilmu oseanografi

    merupakan suatu sumber penelitian yang aktif

    dan berkembang yang menyebar di seluruh

    dunia, walaupun masih suatu cabang ilmu

    yang perkembangannya masih terhambat di

    daerah perairan Asia Tenggara. Ditinjau dari

    arti pentingnya lautan sebagai suatu sarana

    perhubungan, perniagaan serta merupakan

    tempat sumber-sumber alam dan biologi yang

    berharga maka ilmu ini sangat dibutuhkan

    untuk dapat dipakai sebagai alat bantu dalam

    memecahkan masalah-masalah diatas

    (Hutabarat dan Evans 1985). Sedangkan pantai

    sendiri merupakan daerah di tepi peraian yang

    dipengaruhi oleh pasang surut dan merupakan

    perbatasan antara darat dengan laut. Pantai

    dapat menggambarkan peralihan yang jelas

    antara daratan dengan lautan yang kadang-

    kadang tergenang maupun tidak tergenang

    oleh gelombang dan air pasang (Hutabarat dan

    Evans 1985).

    Praktikum oseanografi ini bertujuan

    untuk mengetahui dan mempelajari parameter-

    parameter fisik, kimia, dan biologi laut serta

    mengetahui metode yang dilakukan untuk

    pengukuran masing-masing parameter. Dan

    mengetahui hubungan-hubungan antar

    parameter tersebut dengan populasi biota

    perairan pantai (plankton dan larva) dan

    mengetahui kualitas perairan laut.

    METODOLOGI PENELITIAN

    Praktikum oseanografi dilakukan pada

    tanggal 2-3 Mei 2015 di Pantai Krakal,

    Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

    Pengamatan dilakukan dengan pengambilan

    parameter fisika setiap 1 jam sekali selama 24

    jam, parameter kimia setiap 2 jam sekali

    selama 24 jam, dan parameter biologi setiap 3

    jam sekali selama 24 jam. Adapun parameter

    yang diamati pada praktikum oseanografi ini

    yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi.

    Parameter fisika oseanografi meliputi suhu air,

    suhu udara, pasang surut, gelombang

  • (frekuensi), kecepatan angin, arah angin, dan

    kemiringan pantai. Parameter kimia

    oseanografi meliputi DO, CO2, alkalinitas,

    salinitas, dan pH. Sedangkan parameter

    biologinya ialah densitas dan diversitas

    plankton serta pengamatan sampel larva ikan.

    Alat yang digunakan saat praktikum

    antara lain termometer, anemometer,

    stopwatch, kompas, kain slayer/tissue,

    teropong, lampu senter, alat ukur panjang

    (meteran), tongkat dengan ukuran 2 m, spidol,

    plastik, botol oksigen, pipet ukur 1 ml, pipet

    ukur 10 ml, pipet tetes, erlenmayer 250 ml,

    gelas ukur 50 ml, Bubble Drop, pH meter,

    botol air mineral, botol cuka, refraktometer,

    jaring larva, ember, pinset, cawan petri, seser,

    mikroskop, penggaris buku identifikasi larva

    ikan, plankton net, object glass, cover glass

    dan sedgwitch rafter.

    Bahan yang digunakan saat praktikum

    sampel air, larutan MnSO4, larutan reagen

    oksigen, larutan H2SO4 pekat, indikator

    amilum, larutan 1/80 N, Na2S2O3, akuades,

    larutan 1/44 N NaOH, indikator PP, larutan

    1/50 N H2SO4, indikator PD, indikator MO,

    larutan buffer pH 7, sampel ikan, alkohol 70%,

    formalin, dan sampel plankton.

    Parameter fisik terdiri dari suhu,

    kemiringan pantai, pasang surut, frekuensi

    gelombang, serta kecepatan dan arah angin.

    Cara pengukuran kemiringan pantai dilakukan

    dengan cara menancapkan tongkat I di daerah

    jangkauan pasang tertinggi kemudian tongkat

    II pada jarak 10 m kearah laut dari tongkat I

    tegak lurus dengan garis pantai kemuadian

    jarak kedua tongkat diukur dan kemiringan

    pantai dihitung dengan rumus trigonometri.

    Suhu udara diukur dengan membiarkan

    termometer menggantung di udara beberapa

    menitkemudian diamati skalanya. Suhu air

    diukur dengan memasukkan termometer

    kedalam perairan selama beberapa menit

    kemudian diamati skalanya saat termometer

    masih dalam air. Pengukuran pasang surut

    dilakukan dengan cara menancapkan tongkat

    setinggi 2 m di 10 meter dari pantai kemudian

    lalu diukur kedalaman air yang melewati

    tongkat. Pengukuran frekuensi gelombang

    dilakukan dengan cara menentukan 1 titik

    pandang yang tetap lalu menghitung

    banyaknya gelombang yang melewati titik

    tersebut selama satu menit kemudian nilai

    frekuensi gelobang dihitung dengan

    menggunakan rumus Frekuensi gelombang =

    (gel/det).

    Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan

    menghadapkan anemometer ke arah datangnya

    angin bertiup lalu dibaca kecepatan angin pada

    anemometer dan pengukuran arah angin

    dilakukan dengan menggantungkan tisu di

    udara dan dibaca arah angin dengan kompas.

    Parameter kimia terdiri dari DO, CO2 bebas, alkalinitas, pH, dan salinitas. Dissolved

    oxygen (DO) atau oksigen terlarut dihitung

    dengan metode winkler. CO2 bebas dan alkalinitas dihitung dengan metode alkalimetri.

    pH diukur dengan menggunakan pH meter,

    dan salinitas diukur dengan refraktometer.

    Digunakan 2 metode dalam praktikum ini

    yaitu metode winkler dan metode alkalimetri.

    Metode winkler digunakan untuk menentukan

    kandungan O2 terlarut air dengan

    menggunakan rumus = 1000

    50 , 1,

    dimana Y adalah volume titran yang digunakan

    dan 0,1 merupakan faktor koreksi. Metode

    alkalimetri digunakan untuk mengetehui

    kandungan CO2 dan alkalinitas air.

    Pengukuran CO2 menggunakan rumus

    2 = 1000

    50 1. Dimana b merupakan

    volume titran yang digunakan dan 1

    merupakan faktor koreksi. Pengukuran

    alkalinitas merupakan hasil dari perhitungan

    kandungan CO3- dan HCO3

    - . Dengan rumus

    CO3- = 1000/50 x c x 1 mg/l (x), HCO3

    - =

    1000/50 x d x 1 mg/l (y). Dimana c adalah

    volume titran awal dan d volume titran akhir.

    Sehingga perhitungan alkalinitas adalah x + y.

    Parameter biologi yang diamati adalah

    diversitas dan densitas plankton serta larva

    ikan. Cuplikan plankton diambil dengan

    menggunakan plankton net, kemudian

    diidentifikasi di laboratorium yang

    sebelumnya telah diawetkan dengan diberi

    formalin 4% sebanyak 5 ml. Larva ikan

    diambil dengan menggunakan jarring larva,

    kemudian diletakkan di dalam toples dan

    diawetkan dengan formalin. Larva ikan

    kemudian diidentifikasi spesiesnya

    berdasarkan buku taksonomi ikan air laut.

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Tabel 1. Hasil pengamatan parameter fisika

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    11.00 29 30 29 29 26 26 27 25 0,15 0,8 0,3 0,85 0,08 0,01 0 0 BD TE - - 0,07 0,10 0,13 0,09

    12.00 31 31 29 30 22,5 29 26 31,4 0,17 0,4 0 0,26 1,2 0,6 0 0,9 BD TE - T 0,08 0,16 0,08 0,10

    13.00 31 31 31 30 29,5 29 28 27 0,1 0,65 0,05 0,25 1,25 1 1,25 0,8 BD TL - TL 0,08 0,13 0,11 0,08

    14.00 33 31 30,5 31 29 29,25 26 32,5 0,02 0,39 0,07 0,65 0,6 0,27 0,85 0,5 T TL TL - 0,05 0,15 0,07 0,08

    15.00 32 32 30 30 28 29 27 30 0,04 0 0,25 0,2 0,7 0,8 3,2 1,5 TL T T TL 0,09 0,11 0,31 0,08

    16.00 29 30 30 30 26 26 25,75 28 0,2 0,13 0,35 0,06 0,5 0,73 0 0,58 TE T TE TE 0,09 0,28 0,11 0,08

    17.00 29,5 30,5 30,5 28,5 29 26,5 25 26,5 0,96 0,4 0,33 0,2 0 0,1 0 0,15 - BD - TE 0,14 0,07 0,10 0,09

    18.00 29 29 29 29 27 26 25 26 0,5 0,83 0,36 1,2 0 0,26 0 0,1 - T - B 0,12 0,23 0,07 0,10

    19.00 29 30 30 29 26 26,5 25 25 1,3 0,9 1 1,3 0 0 0 0 - TE - BD 0,07 0,07 0,13 0,13

    20.00 30 30 30 29 25 26 25 26 0,98 0,76 1 1,75 0 0,21 0,75 0 BD S TL BD 0,08 0,10 0,10 0,01

    21.00 30 29 23 23 27 26 25 25 1,35 0,1 1,2 1,08 0 0 0 0 - - - - 0,13 0,01 0,10 0,91

    22.00 30 26 28 27 25 30 25 25 0,4 0,9 0,54 0,05 0 0 0 0,1 S TE - TE 0,08 0,10 0,13 0,20

    23.00 29,5 29 27 29 25 26 24 26 1,28 0,45 0,55 0,55 0,48 0 0 0 S - - S 0,08 0,15 0,10 0,12

    24.00 28 29 27,5 29 25 25 24,5 26 0,45 0,3 0,38 0,5 0 0 0 0,1 - - - TE 0,06 0,08 0,14 0,09

    01.00 29 29 28,5 29 25 24 24 25,6 0 0,1 0,3 0,13 0 0 0 0 - - - S 0,10 0,10 0,12 0,07

    02.00 28,5 29 28 29 25,5 25 24 25 0,02 0 0 0,25 0 0 0 0 - - - - 0,06 0,11 0,05 0,08

    03.00 28 29 29 30 25 25 25 25 0,45 0 0,04 0,04 0 0,04 0 0,1 BL S - S 0,12 0,13 0,07 0,08

    04.00 28 29 29,5 29 24 25 27,6 25 0,3 0,15 0,33 0,7 0 0 0,1 0,05 - - U TL 0,08 0,15 0,18 0,21

    05.00 29,5 29 27 22 25 25 24 24 1,3 0,35 0,85 0,08 0 0 0 0 - B - - 0,11 0,17 0,08 0,08

    06.00 28 30 30 29,5 25 24,5 24 25,5 1,2 0,6 1 1,7 0 0 0 0,1 - - - TL 0,09 0,09 0,06 0,18

    07.00 29 27,5 29 30 26 29,25 25 26 1,25 1,5 1,25 1,62 0,1 0 0 0 BD - BD - 0,13 0,07 0,10 0,08

    08.00 28 31 28,5 29 28 28 26 28 1,4 1,7 1,4 1,25 0 0,2 0 0 - BD - - 0,08 0,10 0,09 0,10

    09.00 29,5 29 28,5 29 26,75 27 27 26,5 1,7 1 1,3 1,75 1,12 0,9 1,2 0,2 BL BL BL U 0,08 0,11 0,13 0,09

    10.00 28 29 29,5 29 26 27 28,5 28 1,65 1 1 1,43 0,9 0,9 0,7 3,2 U BL TL U 0,07 0,08 0,08 0,09

    Keterangan : U ( Utara); TL (Timur Laut); T (Timur); TE (Tenggara); S (Selatan); BD (Barat Daya); B (Barat); BL (Barat Laut).

    Pengamatan Parameter Fisik

    Waktu

    Parameter yang di amati (stasiun)

    Suhu Air Suhu Udara Pasang Surut (m) Kecepatan Angin (m/s) Arah Angin Frekuensi Gelombang

    Tabel 2. Hasil pengamatan parameter kimia

    I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

    11.00 6,4 6,4 5,34 3,22 0 0 8,5 0 119 96 122 119 34,5 34 33 34 7,2 7,2 7 7,3

    13.00 4,44 7,5 7,2 3,8 0 0 0,24 0 112 175 117 106 35 35 35 34 7,35 7,35 7,45 7,3

    15.00 6,8 6,9 7,26 5,5 0 0 0 0 112 114 113 101 30 31 32 32 7,2 7,2 7 7,7

    17.00 6,17 5,6 5,3 5,7 1,4 9 0 0 116 109 115 138 33 34 31 33 7,2 7,15 7,1 7,05

    19.00 5,84 5,05 6,23 0,42 0 0 3,2 0 138 135 71 129 35 34,5 34,5 35 7,15 7,2 7,3 7,3

    21.00 7 5,1 7,4 5,4 0 0 0,19 10,2 128 131 124 136 33 32 34,5 35 7 8,1 7,35 7,3

    23.00 3,9 7 8,14 3,78 0 12 6,4 0 124 136 127 148 34 34 32 31 7,2 7,2 7,2 7,2

    01.00 4,53 6,18 6,9 6,4 0 0 1,8 0,95 123 135 136 194 34 35 34,5 32 7,25 7,3 7,25 6,8

    03.00 7,45 6,3 3,95 7,48 5,4 5,2 5,2 4,3 151 143 158 87 35 34 34 32,5 7,25 7,2 7,25 7,25

    05.00 3,75 7,3 6,44 6,1 0 0 0 0 149 146 157 180 32 31 34 30 7,3 7,1 7,1 7,5

    07.00 5,7 6,3 4,2 6,7 0 0 4,6 0 124 96 133 124 34 33 33 32 7,3 6,8 7,15 7,1

    09.00 5,09 5,8 5,93 6,06 0 0 2,5 0 126 117 128 132 33 32 34 34 6,8 7,05 7,2 7,3

    Waktu

    Parameter yang di amati (stasiun)

    Pengamatan Parameter Kimia

    DO CO2 Alkalinitas Salinitas pH

    Tabel 3. Hasil pengamatan parameter biologi

    I II III IV I II III IV

    12.00 853 12651 853 753 3,06 1,16 3,41 3,77

    15.00 2761 954 803 5020 0,36 3,43 3,88 0,95

    18.00 3815 703 1355 2058 2,94 3,81 3,14 2,91

    21.00 351 1707 1104 1958 2,81 2,15 3,45 2,56

    24.00 1606 2309 1155 3665 1,86 3,11 2,12 3,59

    03.00 2410 1857 2962 1355 2,90 3,08 3,30 3,84

    06.00 1857 1205 - 1657 1,71 3,54 - 0,97

    09.00 1657 904 1958 3213 1,94 3,73 1,85 3,86

    Densitas Plankton Diversitas PlanktonWaktu

    Parameter yang di amati (stasiun)

    Pengamatan Parameter Biologi

    Pada praktikum oseanografi ini

    dilakukan di pantai Krakal yang dibagi

    menjadi 4 stasiun, keempat stasiun memiliki

    topografi yang hampir sama. Memiliki pasir

    yang putih, ombak yang besar, dasar perairan

    stasiun 3 dan 4 dipenuhi oleh batu-batu

    sedangkan dasar perairan stasiun 1 dan 2

    berupa pasir serta ada sedikit vegetasi di

    sekitar pinggir pantai pada seluruh stasiun.

    Sedangkan menurut Ayuningtyas (2008),

    pantai krakal ini berada pada daerah perairan

    teluk yang lebar dan pantai krakal ini

  • merupakan pantai dengan hamparan pasir

    putih yang indah dan pemiliki garis pantai

    yang panjang. Pantai krakal ini relatif landai,

    kemiringannya pada setiap stasiun juga

    berbeda-beda pada stasiun 1memiliki

    kemiringan 7,4o,, pada stasiun 2 memiliki

    kemiringan 5,98o, pada stasiun 3 memiliki

    kemiringan 6,58o, dan pada stasiun 4 memiliki

    kemiringan 6,86o.

    Pengukuran parameter fisika,

    kimia dan biologi dilakukan selama 24 jam.

    Pada parameter fisika antara lain yaitu suhu

    udara 24-31,4 0C sedangkan menurut beberapa

    pustaka yang ada bahwa suhu udara optimal

    menurut Effendie (2003) berkisar antara 25C-

    30C. Suhu air 23-31 0C karena Suhu

    diperairan dipengaruhi oleh radiasi matahari,

    posisi matahari, letak geografis, musim,

    kondisi awan, serta proses interaksi antara air

    dan udara (Hutabarat dan Evans, 1985).

    Kecepatan angin 03,2 m/s, frekuensi gelombang 0,01-0,91 gel/s, dan pasang surut

    0-1,75 hal tersebut karena daerah tersebut

    merupakan daerah yang sempit (teluk)

    sehingga arus yang ditimbulkan cukup besar

    (Wardani,2008). Arah angin berganti-ganti

    arah mengarah ke arah barat daya, tenggara,

    timur, timur laut, barat, selatan, utara dan

    selatan. Menurut Brotowidjoyo (1995)

    permukaan bumi terbagi menjadi beberapa

    daerah utama yang mempunyai tekanan rendah

    dan tinggi tergantung pada letak lintang,

    daerah ada tiga sistem utama yang terjadi pada

    setiap hemisfer yaitu:

    a. Angin yang terletak pada lintang utara 0o-30

    o dikenal sebagai trade winds bertiup

    dari arah timur ke barat.

    b. Angin yang terletak pada garis lintang 30o-60

    o bertiup dari barat ke timur.

    c. Angin yang terletak pada daerah kutub bertiup dari timur ke barat.

    Untuk pengamatan parameter kimia,

    kandungan DO 0,42-8,14 ppm, kadar DO ini

    dipengaruhi oleh aktifitas fitoplankton dan

    difusi oksigen ke perairan (Novontny dan

    Olem,1994). Kadar DO juga berhubungan

    dengan penyinaran matahari, apabila

    penyinaran maksimal maka fitoplankton akan

    berfotosintesis dengan baik sehingga oksigen

    yang dihasilkan akan tinggi atau banyak. CO2 bebas 0-10,2 ppm, alkalinitas 71-194 ppm, pH

    6,8-8,1, dan salinitas 30-35 ppt. Umumnya air

    laut permukaan memiliki salinitas sebesar 32-

    38 ppt, sedangkan di daerah pantai akibat

    masuknya air sungai dan buangan limbah,

    salinitasnya sering menjadi lebih rendah yaitu

    antara 10-32 ppt (Sidharta, 2000).

    Hasil pengamatan parameter biologi

    yaitu densitas plankton berkisar antara 703-

    12.651 ind/liter, dan diversitas planktonnya

    yaitu 0,36-3,88. Menurut Gross (1988), distribusi fitoplankton di laut secara umum

    densitas maksimum pada lapisan fotik dan

    pada waktu lain berada dibawahnya. Hal ini

    menunjukan bahwa distribusi vertikal sangat

    berhubungan dengan dimensi waktu

    (temporal). Selain faktor cahaya, suhu juga

    sangat mendukung pergerakannya secara

    vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan

    densitas air laut yang mampu menahan

    plankton untuk tidak tenggelam. Dan untuk

    spesies larva yang didapatkan adalah

    Stolephorus indicus, Stolephorus sp.,

    Polyipnus triphanos, Stolephorus devisi, dan

    Stolephorus waitei.

    Grafik 1. Suhu Air vs Waktu

    Grafik 2. Suhu Udara vs Waktu

  • Grafik 3. DO vs Waktu

    Tumbuhan dan hewan air

    menunjukkan adaptasi yang luas dalam

    memperoleh oksigen yang diperlukan, dan

    untuk menyelamatkan masa kritis kekurangan

    oksigen. Pemurnian diri suatu system perairan

    bergantung pada jumlah oksigen terlarut yang

    memadai di dalamnya. Jika oksigen digunakan

    lebih cepat dari pada yang digantikan, kualitas

    air akan menurun dan sampai batas tertentu air

    akan menjadi kotor karena proses penguraian

    bahan organik terjadi secara anaerob. Hal

    tersebut akan sama ketika suhu di suatu

    perairan mengalami kenaikan sehingga

    tumbuhan dan hewan didalamnya mengalami

    metabolisme dan membutuhkan oksigen yang

    tinggi. Sebaliknya ketika suhu rendah maka

    laju metabolisme biota air akan rendah pula

    sehingga laju respirasi berkurang dan

    kebutuhan akan oksigen terlarut berkurang

    pula sehingga DO tinggi. Yang berpengaruh

    pada konsumsi oksigen di perairan. Kadar

    oksigen berkurang dengan semakin

    meningkatnya suhu, ketinggian dan

    berkurangnya tekanan atmosfir (Reid, 1961).

    Grafik 4. Suhu Air vs Waktu

    Grafik 5. Suhu Udara vs Waktu

    Grafik 6. Salinitas vs Waktu

    Grafik 7. Densitas Plankton vs Waktu

    Perbedaan salinitas dapat terjadi

    karena presipitasi dan evaporasi. Semakin

    tinggi evaporasi maka salinitasnya akan tinggi

    dan semakin tinggi presipitasi maka

    salinitasnya akan semakin rendah (Nybakken,

    1992). Apabila suhu meningkat maka salinitas

    yang ada pun tinggi dan ketika suhu rendah

    maka nilai salinitas juga rendah. Karena

    cahaya matahari yang ada kurang maksimal

    maka suhu menjadi rendah dan salinitas

    rendah pula (Boyd, 1988). Hal tersebut

    mempengaruhi banyaknya organisme plankton

    yang hidup di perairan tersebut jika suhu dan

    salinitasnya tinggi maka organisme yang hidup

    di perairan tersebut akan rendah karena hanya

    beberapa organisme yang dapat hidup di

    daerah ekstrem.

  • Grafik 8. DO vs Waktu

    Grafik 9. CO2 bebas vs Waktu

    Grafik 10. pH vs Waktu

    Karbondioksida dalam air berupa

    karbonat dalam bentuk bebas. Karbondioksida

    berfungsi sebagai komponen pembentuk bahan

    organik lewat fotosintesis. Konsentrasi CO2

    akan meningkat jika CO2 yang dibebaskan

    melalui respirasi tidak diserap oleh

    fitoplankton untuk fotosintesis, biasanya

    terjadi pada malam hari. Hal ini disebabkan

    karena hubungan yang erat antara CO2 dengan

    respirasi dan fotosintesis (Simon, 1988).Hal

    tersebut sama dengan kandungan O2 yang ada

    disuatu perairan. Sehigga aspek aspek kimiawi berupa asam basa suatu perairan akan terpengaruhi beberapa kondisi perairan

    tersebut dan yang lainnya misalnya kehidupan

    biologis dan mikrobiologis (Welch, 1952).

    Daerah Gunung Kidul tanahnya bertekstur

    kapur juga menyumbangkan tingkat kebasaan

    pada air. Teori diatas memaparkan bahwa

    bertambahnya CO2 akan menambah kebasaan

    suatu perairan, CO2 terbalik dengan DO yang

    berarti bila bertambahnya DO menjadikan pH

    semakin asam.

    Grafik 11. DO vs Waktu

    Grafik 12. Salinitas vs Waktu

    Salinitas adalah konsentrasi total ion

    yang terdapat diperairan (Boyd, 1988).

    Salinitas menggambarkan padatan total di

    dalam air, setelah semua karbonat dikonversi

    menjadi oksida, semua bromida dan iodida

    digantikan oleh klorida, dan semua bahan

    organik telah dioksidasi (Effendi, 2012). Teori

    tersebut menggambarkan hubungan antara DO

    dan salinitas, yaitu bila DO semakin tinggi

    maka tingkat oksidasi bahan organik semakin

    tinggi yang menjadikan salinitas semakin

    tinggi. Salinitas berdasar grafik tersebut

    tampak tidak terlalu selaras dengan DO, hal ini

    karena salinitas juga dipengaruhi oleh faktor

    lain seperti suhu, presipitasi, dan faktor

    lainnya.

  • Grafik 13. CO2 vs Waktu

    Grafik 14. Alkalinitas vs Waktu

    Grafik 15. pH vs Waktu

    Kadar karbondioksida di perairan dapat

    mengalami pengurangan, bahkan hilang sama

    sekali yang menurut Boyd (1988) akibat

    proses fotosintesis, evaporasi, dan agitasi air.

    Akan tetapi di perairan laut mempengaruhi

    CO2 yang paling utama adalah fotosintesisi,

    pH, salinitas. Mackereth et al. (1989) juga

    berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat

    dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada

    pH < 5, alkalinitas dapat mencapai nol.

    Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula

    nilai alkalinitas dan semakin rendah CO2

    bebas. Larutan yang bersifat asam (Ph rendah)

    bersifat korosif. Menurut Nybakken (2002)

    kelarutan CO2 dalam air akan menyebabkan

    terjadinya reaksi dengan air dan menghasilkan

    asam karbonat. Selanjutnya asam karbonat

    terdisosiasi menjadi ion hidrogen dan ion

    bikarbonat. Kemudian ion bikarbonat akan

    terdisosiasi lagi menjadi ion hidrogen dan ion

    karbonat.

    Skema reaksi :

    CO2 + H2O H2CO3

    H2CO3 H+ + HCO3

    HCO3- H+ + CO3

    2-

    Kandungan alkalinitas suatu perairan

    menunjukkan kandungan basa yang

    bersenyawa dengan ion karbonat dan

    bikarbonat. Kadar alkalinitas antar 0-10 ppm

    termasuk rendah (sangat asam), 10- 50 ppm

    termasuk rendah, 50- 200 ppm termasuk

    sedang dan >200 ppm termasuk tinggi. Nilai

    alkalinitas dipengaruhi oleh beberapa faktor

    yaitu pH dan CO2. semakin basa suatu perairan

    maka nilai alkalinya akan semakin besar, dan

    kadar CO2 nya akan semakin rendah

    (Djasmani, 1981). Berdasarkan teori tersebut,

    maka perairan pantai Krakal masih tergolong

    alkalinitas sedang. Hubungan antar parameter

    tersebut telah dipaparkan di teori-teori diatas.

    Semakin tinggi nilai pH, maka semakin tinggi

    pula nilai alkalinitas dan semakin rendah CO2 bebas.

    Waktu Spesies Larva Jumlah

    Stolephorus indicus 1

    Stolephorus sp. 8

    18.00 Stolephorus indicus 1

    Polyipnus triphanos 2

    Stolephorus indicus 3

    Stolephorus sp. 14

    06.00 - -

    Waktu Spesies Larva Jumlah

    Stolephorus indicus 18

    Stolephorus sp. 5

    Stolephorus indicus 3

    Stolephorus sp. 6

    24.00 Stolephorus devisi 1

    06.00 - -

    Waktu Spesies Larva Jumlah

    15.00 - -

    21.00 Stolephorus devisi 1

    03.00 Stolephorus waitei 1

    09.00 Stolephorus devisi 1

    Waktu Spesies Larva Jumlah

    15.00 - -

    21.00 - -

    03.00 - -

    09.00 Stolephorus devisi 6

    Tabel Larva Ikan Stasiun III

    Tabel Larva Ikan Stasiun IV

    12.00

    24.00

    12.00

    18.00

    Tabel Larva Ikan Stasiun I

    Tabel Larva Ikan Stasiun II

  • Grafik 16. Diversitas Plankton vs Waktu

    Spesies larva yang didapatkan adalah

    Stolephorus indicus, Stolephorus sp.,

    Polyipnus triphanos, Stolephorus devisi, dan

    Stolephorus waitei. Larva tolephorus inclicus

    dan Stolephorus waitei merupakan larva ikan

    yang lebih dikenal dengan nama ikan teri ini

    yang dominan ditemuakan. Ikan teri memiliki

    habitat disekitar pantai dikarenakan terdapat

    banyak karang yang dapat dijadikan tempat

    untuk berlindung bagi larva dari goncangan

    ombak, arus, dan hewan-hewan predator.

    Spesies ini merupakan ikan umpan yang sering

    digunakan. Dengan mengetahui ikan umpan

    yang digunakan pada saat penangkapan, kedua

    ikan ini umpan dapat digolongkan sebagai

    makanan alami ikan cakalang. Selain itu kedua

    spesies ini mempunyai fungsi ekologis

    didalam perairan yaitu membantu mengatasi

    blooming plankton dimana kedua spesies ini

    merupakan spesies ikan karnivora yang

    memakan kelompok zooplankton dalam

    perairan. Selain itu, kedua spesies ini memilki

    waktu hidup yan pendek namun

    pertumbuhannya cepat (Sumadhiharga, 1984).

    Sedangkan suatu perairan memiliki

    kesuburan tinggi maka diversitas plankton

    akan tinggi begitu juga sebaliknya, ketika

    kesuburan perairan rendah diversitas plankton

    juga akan rendah. Hal ini dikarenakan

    kesuburan perairan akan membantu dalam

    proses survive suatu organisme di suatu

    perairan. Sehingga semakin banyak diversitas

    di suatu perairan maka larva yang berada

    disana semakin banyak pula karena perairan

    tersebut tidak memiliki syarat tertentu untuk

    organisme yang hidup disana (IETC,1999).

    KESIMPULAN

    1. Setelah dilakukan pengamatan parameter-parameter maka kualitas air

    di Pantai Krakal baik.

    2. Hubungan antara parameter telah diketahui baik berhubungan secara

    langsung maupun tidak langsung yang

    mempengaruhi kualitas air di perairan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ayuningtyas, R. 2008. Karakteristik Fisik

    Pantai Karst Kabupaten Gunungkidul.

    Skripsi FMIPA Universitas Indonesia.

    Jakarta.

    Boyd, C.E.1988. Water Quality in Warmwater

    Fish Ponds. Fourth Printing, Auburn

    University Agricultural Experiment

    Station, Alabama, USA. 359 p.

    Brotowidjoyo, M. Dkk. 1995. Pengantar

    Lingkungan Perairan dan Budidaya Air.

    Penerbit Liberty. Yogyakarta.

    Djasmani,S.S.1981. Diktat Kuliah

    Oceanografi, Jurusan Perikanan Fakultas

    Pertanian UGM. Yogyakarta.

    Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.

    Kanisius. Yogyakarta.

    . 2012. Telaan Kualitas Air.

    Kanisius. Yogyakarta.

    Gross, A. J., & Clark, V. A. (1988). Survival

    distributions: Reliability applications in

    the medical sciences. New York:

    Wiley.

    Hutabarat, Syarifuddin. 2008. Pengantar

    Oseanografi. UI Press. Jakarata.

    Hutabarat,S. Dan Evans, S.M, 1984. Pengantar

    Oseanografi, Penerbit Universitas

    Indonesia. Jakarta.

    IETC. 1999. Planning and management of

    lakes and reverines, and integrated

    approach to eutrophication. Technical

    Publication 11. UNEP, Osaka.

    Mackereth, F. J. H., Heron, J. N., Talling, J. F.

    1989. Water Analysis. Freshwater

    Biological Association. Cumbria, UK.

    120 p.

    Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water

    Quality, Prevention, Identification and

    Management of Diffuse Pollution. New

    York: Van Nostrans Reinhold.

  • Nybakken, J. 1992. Biologi Laut. Penerbit

    Erlangga.Jakarta

    Nybakken, J. W. 2002. Biologi Laut Suatu

    Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.

    Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.

    Gadajah Mada University Press.

    Yogyakarta.

    Rasyid, D. 2010. Biologi Laut. Erlangga.

    Jakarta.

    Reid, G.K. 1961. Ecology of Inland Water and

    Estuaries. Reinhold Book Cooperation.

    New York.

    Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut.

    Penerbit Djambatan. Jakarta.

    Sidharta, B. R. 2000. Pengantar Mikrobiologi

    Kelautan. Universitas Atma Jaya. Andi

    Offset. Yogyakarta.

    Simon, M. C. 1988. Cara Monitor dan

    Mengukur Kualitas Air pada Tambak

    Udang Semi Intensif. Proyek

    Pembangunan Budidaya Air Payau

    Honolulu. Hawai.

    Sumadhiharga, O.K. 1984. Some reproductive

    biology of three species of anchovies

    (Stolephorus) from Ambon Bay,

    Indonesia M.Sc. Thesis Univ. Of

    Washington. 86 pp.

    Wardani, Wahyu. 2008. Oseanography.

    Program Geografi UNM. Malang.

    Welch, P. S. 1952. Limnology. McGraw-Hill

    Book International Company Inc. New

    York.