laporan praktikum ii. doc

Upload: 1214511029

Post on 02-Jun-2018

360 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    1/15

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PEMODELAN OCEANOGRAFI

    Nama : Herlambang Aulia Rachman

    NIM : 1214511029

    PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

    FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    TAHUN 2014

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    2/15

    I. TEORI DASAR

    1.1. Metode Beda Hingga

    1.1.1.Teori Dasar Beda Hingga

    Metode Beda hingga atau finite difference merupakan metode numeric yang paling umumdigunakan untuk menyelesaikan permasalahan teknis dan problem matematis dari suatu gejala

    yang bersifat fisis. Secara umum metode ini mudah digunakan dalam menyelesaikan

    prmasalahan fisis yang mempunyai bentuk geometri yang teratur, seperti dalam model 1D

    (interval), 2D (kotak), atau 3D (ruang). Penyelesaian metode beda hingga dalam analisis numeri

    sangat erat kaitannya dengan persamaan differensial biasa dan persamaan differensial parsial.

    Prinsipnya adalah mengganti turunan yang terdapat persamaan differensial dengan diskritisasi

    beda hingga berdasarkan deret Taylor.

    (1.1)

    Metode beda hingga merupakan metode yang bersifat eksplisit yang artinya dalam suatu

    keadaan suatu system atau solusi variable pada suatu saat dapat digunakan dalam menentukan

    keadaan system pada waktu berikutnya. Berbeda dengan metode implisit, yang dimana

    penentuan solusi system harus dengan mencari pemecahan system pada kedua keadaan, sekarang

    dan yang akan datang.

    Berdasarkan ekspansi Taylor diatas, maka terdapat 3 skema yang dapat digunakan untuk

    diskritisasi yakni skema maju, mundur, dan terpusat

    1. Skema maju

    (1.2)

    Pada skema ini, informasi pada titik hitung i dihubungkan dengan titik i+1 yang berada di

    depannya.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    3/15

    Gambar 1.1. Skema Maju

    2. Skema mundur

    (1.3)

    Pada skema mundur, informasi pada titik hitung i dihubungkan dengan titik hitung i-1 yang

    berada di belakangnya.

    Gambar 1.2. Skema beda mundur

    3. Beda terpusat

    (1.4)

    Gambar 1.3. Beda terpusat

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    4/15

    1.1.2.Diskritisasi

    Dalam melakukan sebuah analisis, bagian benda atau sebuah strukrtur dibagi atau dipotong

    menjadi bagian-bagian kecil (grid). Hal inilah yang disebut diskritisasi. Dalam sebuah proses

    diskritisasi, banyaknya grid yang akan dibentuk tergantung dari bentuk benda yang akan

    dianalisis. Berikut ini adalah contoh diskritisasi aliran sungai :

    Gambar 1.4. Di skri ti sasi A l i ran Sungai

    t=waktu, x=jarak, u=besaran ti njauan

    Gambar 1.5. Kisi s Beda hi ngga ruang dan waktu

    Meski dalam suatu benda dapat dilakukan diskritisasi ke dalam system, komponen atau

    grid yang lebih kecil, namun harus disadari bahwa system yang asli merupakan suatu

    keseluruhan. Daerah kompleks yang mendefinisikan kontinuitas didiskritisasi/dibagi menjadi

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    5/15

    sejumlah sub daerah/potongan-potongan geometrik sederhana yang tidak saling tumpang tindih.

    Terkait dengan persamaan dasar, diskritisasi variabel dilakukan dengan mengganti fungsi u(x,t)

    dengan diskrit (Uin) yang akan mendekati nilai u yang ditentukan Uinu (xu tn).

    1.2.

    Diskritisasi Model dengan Metode eksplisit Upstream

    Diskritisasi upsteream merupakan salah satu penyelesaian persamaan beda hingga dengan

    pendekatan beda maju untuk turunan terhadap waktu, sedangkan untuk turunan terhadap ruang

    dilakukan dengan melihat arah kecepatan u. Apabila nilai u > 0 maka turunan terhadap ruang

    menggunakan pendekatan beda mundur, sebaliknya jika nilai u < 0 maka digunakan pendekatan

    beda maju.

    (1.5)

    (1.6)

    Untuk mengurangi dalam proses koding program, maka persamaan diatas dapat digabungkan

    dengan pendekatan diskritisasi persamaan adveksi dengan metode upstream :

    (1.7)

    Sedangkan asumsi dan kriteria stabilitas yang harus dipenuhi adalah :

    1 (1.8)

    Dimana :

    (1.9)

    1.3. Diskritisasi Model dengan Metode eksplisit Leap Frog

    Dalam metode leapfrog pendekatan yang dilakukan adalah beda pusat untuk turunan waktu

    dan pendekatan beda pusat untuk turunan ruang atau biasa disebut CTCS (Central Time Central

    Space).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    6/15

    (1.10)

    Atau dimana (1.11)

    Khusus pada langkah awal diskritisasi persamaan adveksi menggunakan beda maju untuk

    waktu dan beda pusat untuk ruang, maka pada t= atau n=1 diskritisasi yang digunakan adalah

    (1.12)

    1.4. Nilai Awal, Syarat Batas dan Sumber

    a.

    Nilai Awal

    Konsentrasi polutan di perairan dianggap belum ada, dimana perairan dianggap masih

    bersih, secara matematis dituliskan sebagai :

    (1.13)

    b. Syarat Batas

    Syarat batas di hulu dapat ditulis :

    (1.14)

    Sedangkan syarat batas di hilir (i=imax) dapat ditulis :

    (1.15)

    c. Sumber Polutan

    Diberikan sumber polutan pada suatu grid atau titik tertentu (misal titik 4), maka secara

    matematis dapat dituliskan menjadi :

    (1.16)

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    7/15

    Sumber dari polutan dapat bersifat kontinu dan diskontinu

    II. Metodologi

    2.1. Skenario Model

    SKENARIO 12, GANTI

    Parameter yang digunakan dalam model :

    1. Panjang kanal (L) dalam meter

    2. Lebar grid (x) dalam meter

    3. Kecepatan (u) dalam meter/detik (dalam praktikum ini dianggap konstan terhadap

    waktu dan ruang).

    4. Konsentrasi sumber (Tkr) dalam mg/L

    5. Lama simulasi (T) dalam detik

    6. Langkah waktu (t) dalam detik

    Skenario model yang dipakai praktikan dalam praktikum kali ini adalah :

    L = 1500 meter

    T = 3600 detik

    x = 50 m

    t = 5 s

    U1(kontinu) = 0.5 m/s

    U2(diskontinu) = -0.2 m/s

    F kontinu = 100 mg/L pada grid (N,15)

    F diskontinu = 150 mg/L pada grid (5,5)

    Model adveksi yang digunakan berdasarkan skenario model diatas yang diselesaikan

    menggunakan metode :

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    8/15

    1. Leapfrog (CTCS)

    2. Upstream

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    9/15

    2.2. Flowchart

    MULAI

    DEFINISIKAN NILAI VARIABEL DAN PARAMETER YANG AKAN

    DIMODELKAN

    L=1500; dx=50; dt=4; t=3600;u1=0.50;u2=-0.20;

    i=0, mmax

    J=2, nmax

    Diskritisasi Upstream

    F(i) = Fo(i) *(1-abs(u)*dt.dx))+(dt/(2*dx))*((u+abs(u))*Fo(i-1)+abs(u)-

    u*Fo i+1

    Syarat Batas

    F(1)=F(2); F(nmax)=F(nmax-1)

    F(5) = 50

    Cetak Hasil

    Selesai

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    10/15

    III. Hasil dan Pembahasan

    Hasil

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    11/15

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    12/15

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    13/15

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    14/15

    Pembahasan

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum II. Doc

    15/15

    IV. Kesimpulan

    Metode Upstream dalam sebaran polutan secara kontinu mengalami kestabilan yang lebih

    dibandingkan metode leapfrog. Pada grafik yang diatas metode leapfrpg akan lebih stabil pada

    grafik sebaran polutan diskontinu.

    DAFTAR PUSTAKA

    Hoffmann, K. A. 1989. Computational Fluid Dynamics for Engineers. The University of Texas

    at Austin, Texas.

    Kowalik, Z. and Murty, T. S. 1993. Numerical Modeling of Ocean Dynamics. World Scientific

    Publishing Co. Pte. Ltd. London

    Windupranata, W. 2001. MODUL PRAKTIKUM PEMODELAN OSEANOGRAFI. Program

    Studi Oseanografi, Institut Teknologi Bandung. Bandung.