laporan perencanaan
TRANSCRIPT
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
A. PENDAHULUAN
I. PERENCANAAN TOPOLOGI JARINGAN BARU
Pertimbangan perencanaan yang penting dalam salah satu aspek yang
mengikuti perubahan teknologi yang pasti terlibat dalam perkembangan
teknologi jaringan. Tiap jaringan adalah perwakilan teknologi pada waktu
suatu jaringan dirancang dan diimplementasikan. Selama jaringan melewati
fase-fase sebagai Studi kelayakan mencakup subfase definisi masalah dan
penyelidikan. langkah pertama dalam studi kelayakan, Subfase penyelidikan
mencakup pengumpulan data input untuk mengembangkan definisi yang
tepat mengenai kondisi komunikasi data pada saat itu dan untuk
menyelesaikan masalah penemuan dari studi kelayakan. analisis
menggunakan data yang terkumpul untuk mengidentifikasikan persyaratan
yang harus dipenuhi jaringan bila ia menginginkan berhasilnya
implementasi. Hasil akhirnya adalah sekumpulan kebutuhan/persyaratan
untuk produk akhir. Produk akhir dari fase ini adalah dokumen yang lain,
kadang-kadang disebut laporan spesifikasi fungsional, yang menentukan
fungsi yang harus dijalankan oleh jaringan setelah ia diimplementasikan.
1.1 Perencanaan Topologi
Pemanfaatan teknologi jaringan komputer sebagai media komunikasi
data hingga saat ini semakin meningkat. Kebutuhan atas penggunaan
bersama resources yang ada dalam jaringan baik software maupun
hardware telah mengakibatkan timbulnya berbagai pengembangan
teknologi jaringan itu sendiri. Seiring dengan semakin tingginya tingkat
kebutuhan dan semakin banyaknya pengguna jaringan yang menginginkan
suatu bentuk jaringan yang dapat memberikan hasil maksimal baik dari
segi efisiensi maupun peningkatan keamanan jaringan itu sendiri.
Berlandaskan ada keinginan-keinginan tersebut, maka upaya-upaya
penyempurnaan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Dengan 1
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
memanfaatkan berbagai tekhnik khususnya teknik subnetting dan
penggunaan hardware yang lebih baik (antara lain switch) maka muncullah
konsep Virtual Local Area Network (VLAN) yang diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih baik dibanding
Local area Network (LAN).
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi
fisik
seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi
secara
virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan
membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel dimana dapat
dibuat
segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa
bergantung pada lokasi workstation seperti pada gambar dibawah ini.
1.1.1 BAGAIMANA VLAN BEKERJA
VLAN diklasifikasikan berdasarkan metode (tipe) yang digunakan untuk
mengklasifikasikannya, baik menggunakan port, MAC addresses dsb.
Semua
informasi yang mengandung penandaan/pengalamatan suatu vlan
(tagging)
di simpan dalam suatu database (tabel), jika penandaannya berdasarkan
port yang digunakan maka database harus mengindikasikan port-port
yang
digunakan oleh VLAN. Untuk mengaturnya maka biasanya digunakan
switch/bridge yang manageable atau yang bisa di atur. Switch/bridge
inilah yang bertanggung jawab menyimpan semua informasi dan
konfigurasi
suatu VLAN dan dipastikan semua switch/bridge memiliki informasi yang
2
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
sama.
Switch akan menentukan kemana data-data akan diteruskan dan
sebagainya.
atau dapat pula digunakan suatu software pengalamatan (bridging
software)
yang berfungsi mencatat/menandai suatu VLAN beserta workstation yang
didalamnya.untuk menghubungkan antar VLAN dibutuhkan router.
1.1.2 PERBEDAAN MENDASAR ANTARA LAN DAN VLAN
Perbedaan yang sangat jelas dari model jaringan Local Area Network
dengan
Virtual Local Area Network adalah bahwa bentuk jaringan dengan model
Local
Area Network sangat bergantung pada letak/fisik dari workstation, serta
penggunaan hub dan repeater sebagai perangkat jaringan yang memiliki
beberapa
kelemahan. Sedangkan yang menjadi salah satu kelebihan dari model
jaringan
dengan VLAN adalah bahwa tiap-tiap workstation/user yang tergabung
dalam
satu VLAN/bagian (organisasi, kelompok dsb) dapat tetap saling
berhubungan
walaupun terpisah secara fisik.
1.1.3 PERBANDINGAN VLAN DAN LAN
1.1.3.1 Perbandingan Tingkat Keamanan
Penggunaan LAN telah memungkinkan semua komputer yang
terhubung dalam jaringan dapat bertukar data atau dengan kata lain
berhubungan. Kerjasama ini semakin berkembang dari hanya pertukaran
3
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
data hingga penggunaan peralatan secara bersama (resource sharing
atau disebut juga hardware sharing). 10 LAN memungkinkan data
tersebar secara broadcast keseluruh jaringan, hal ini akan mengakibatkan
mudahnya pengguna yang tidak dikenal (unauthorized user) untuk dapat
mengakses semua bagian dari broadcast. Semakin besar broadcast, maka
semakin besar akses yang di dapat, kecuali hub yang dipakai diberi fungsi
kontrol keamanan.
VLAN yang merupakan hasil konfigurasi switch menyebabkan setiap
port switch diterapkan menjadi milik suatu VLAN. Oleh karena berada
dalam satu segmen, port-port yang bernaung dibawah suatu VLAN dapat
saling berkomunikasi langsung. Sedangkan port-port yang berada di luar
VLAN tersebut atau berada dalam naungan VLAN lain, tidak dapat saling
berkomunikasi langsung karena VLAN tidak meneruskan broadcast.
VLAN yang memiliki kemampuan untuk memberikan keuntungan
tambahan dalam hal keamanan jaringan tidak menyediakan
pembagian/penggunaan media/data dalam suatu jaringan secara
keseluruhan. Switch pada jaringan menciptakan batas-batas yang hanya
dapat digunakan oleh komputer yang termasuk dalam VLAN tersebut. Hal
ini mengakibatkan administrator dapat dengan mudah mensegmentasi
pengguna, terutama dalam hal penggunaan media/data yang bersifat
rahasia (sensitive information) kepada seluruh pengguna jaringan yang
tergabung secara fisik.
Keamanan yang diberikan oleh VLAN meskipun lebih baik dari
LAN,belum menjamin keamanan jaringan secara keseluruhan dan juga
belum dapat dianggap cukup untuk menanggulangi seluruh masalah
keamanan .VLAN masih sangat memerlukan berbagai tambahan untuk
meningkatkan keamanan jaringan itu sendiri seperti firewall, pembatasan
4
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
pengguna secara akses perindividu, intrusion detection, pengendalian
jumlah dan besarnya broadcast domain, enkripsi jaringan, dsb.
Dukungan Tingkat keamanan yang lebih baik dari LAN inilah yang
dapat
dijadikan suatu nilai tambah dari penggunaan VLAN sebagai sistem
jaringan.
Salah satu kelebihan yang diberikan oleh penggunaan VLAN adalah
kontrol
administrasi secara terpusat, artinya aplikasi dari manajemen VLAN dapat
dikonfigurasikan, diatur dan diawasi secara terpusat, pengendalian
broadcast
jaringan, rencana perpindahan, penambahan, perubahan dan pengaturan
akses
khusus ke dalam jaringan serta mendapatkan media/data yang memiliki
fungsi
penting dalam perencanaan dan administrasi di dalam grup tersebut
semuanya
dapat dilakukan secara terpusat. Dengan adanya pengontrolan
manajemen
secara terpusat maka administrator jaringan juga dapat mengelompokkan
grup-grup VLAN secara spesifik berdasarkan pengguna dan port dari
switch
yang digunakan, mengatur tingkat keamanan, mengambil dan menyebar
data
melewati jalur yang ada, mengkonfigurasi komunikasi yang melewati
switch,
dan memonitor lalu lintas data serta penggunaan bandwidth dari VLAN
5
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
saat
melalui tempat-tempat yang rawan di dalam jaringan.
1.1.3.2 Perbandingan Tingkat Efisiensi
Untuk dapat mengetahui perbandingan tingkat efisiensinya maka perlu
di
ketahui kelebihan yang diberikan oleh VLAN itu sendiri diantaranya:
a. Meningkatkan Performa Jaringan
LAN yang menggunakan hub dan repeater untuk menghubungkan
peralatan komputer satu dengan lain yang bekerja dilapisan physical
memiliki kelemahan, peralatan ini hanya meneruskan sinyal tanpa
memiliki
pengetahuan mengenai alamat-alamat yang dituju. Peralatan ini juga
hanya memiliki satu domain collision sehingga bila salah satu port
sibuk maka port-port yang lain harus menunggu. Walaupun peralatan
dihubungkan ke port-port yang berlainan dari hub.
Protokol ethernet atau IEEE 802.3 (biasa digunakan pada LAN)
menggunakan mekanisme yang disebut Carrier Sense Multiple Accsess
Collision Detection (CSMA/CD) yaitu suatu cara dimana peralatan
memeriksa jaringan terlebih dahulu apakah ada pengiriman data oleh
pihak lain. Jika tidak ada pengiriman data oleh pihak lain yang
dideteksi, baru pengiriman data dilakukan. Bila terdapat dua data yang
dikirimkan dalam waktu bersamaan, maka terjadilah tabrakan
(collision) data pada jaringan.Oleh sebab itu jaringan ethernet dipakai
hanya untuk transmisi half duplex, yaitu pada suatu saat hanya dapat
mengirim atau menerima saja.
6
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Berbeda dari hub yang digunakan pada jaringan ethernet (LAN),
switch yang bekerja pada lapisan datalink memiliki keunggulan dimana
setiap port didalam switch memiliki domain collision sendiri-sendiri.
Oleh sebab
itu sebab itu switch sering disebut juga multiport bridge. Switch
mempunyai tabel penterjemah pusat yang memiliki daftar
penterjemah untuk semua port. Switch menciptakan jalur yang aman
dari port pengirim dan port penerima sehingga jika dua host sedang
berkomunikasi lewat jalur tersebut, mereka tidak mengganggu segmen
lainnya. Jadi jika satu port sibuk, port-port lainnya tetap dapat
berfungsi.
Switch memungkinkan transmisi full-duplex untuk hubungan ke port
dimana pengiriman dan penerimaan dapat dilakukan bersamaan
dengan penggunakan jalur tersebut diatas. Persyaratan untuk dapat
mengadakan hubungan full-duplex adalah hanya satu komputer atau
server saja yang dapat dihubungkan ke satu port dari switch.
Komputer tersebut harus memiliki network card yang mampu
mengadakan hubungan full-duflex, serta collision detection dan
loopback harus disable.
Switch pula yang memungkinkan terjadinya segmentasi pada
jaringan atau dengan kata lain switch-lah yang membentuk
VLAN.Dengan adanya segmentasi yang membatasi jalur broadcast
akan mengakibatkan suatu VLAN tidak dapat menerima dan
mengirimkan jalur broadcast ke VLAN lainnya. Hal ini secara nyata
akan mengurangi penggunaan jalur broadcast secara keseluruhan,
mengurangi penggunaan bandwidth bagi pengguna, mengurangi
kemungkinan terjadinya broadcast storms (badai siaran) yang dapat
menyebabkan kemacetan total di jaringan komputer.
7
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Administrator jaringan dapat dengan mudah mengontrol ukuran
dari jalur broadcast dengan cara mengurangi besarnya broadcast
secara keseluruhan, membatasi jumlah port switch yang digunakan
dalam satu VLAN serta jumlah pengguna yang tergabung dalam suatu
VLAN.
b. Terlepas dari Topologi Secara Fisik
Jika jumlah server dan workstation berjumlah banyak dan berada di
lantai
dan gedung yang berlainan, serta dengan para personel yang juga
tersebar
di berbagai tempat, maka akan lebih sulit bagi administrator jaringan
yang menggunakan sistem LAN untuk mengaturnya, dikarenakan akan
banyak sekali diperlukan peralatan untuk menghubungkannya. Belum
lagi apabila terjadi perubahan stuktur organisasi yang artinya akan
terjadi banyak
perubahan letak personil akibat hal tersebut.
Permasalahan juga timbul dengan jaringan yang penggunanya
tersebar di
berbagai tempat artinya tidak terletak dalam satu lokasi tertentu
secara
fisik. LAN yang dapat didefinisikan sebagai network atau jaringan
sejumlah
sistem komputer yang lokasinya terbatas secara fisik, misalnya dalam
satu
8
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
gedung, satu komplek, dan bahkan ada yang menentukan LAN
berdasarkan jaraknya sangat sulit untuk dapat mengatasi masalah ini.
Sedangkan VLAN yang memberikan kebebasan terhadap batasan
lokasi secara fisik dengan mengijinkan workgroup yang terpisah
lokasinya atau berlainan gedung, atau tersebar untuk dapat terhubung
secara logik ke jaringan meskipun hanya satu pengguna. Jika
infrastuktur secara fisik telah
terinstalasi, maka hal ini tidak menjadi masalah untuk menambah port
bagi VLAN yang baru jika organisasi atau departemen diperluas dan
tiap
bagian dipindah. Hal ini memberikan kemudahan dalam hal
pemindahan personel, dan tidak terlalu sulit untuk memindahkan
pralatan yang ada
serta konfigurasinya dari satu tempat ke tempat lain.Untuk para
pengguna
yang terletak berlainan lokasi maka administrator jaringan hanya perlu
menkofigurasikannya saja dalam satu port yang tergabung dalam satu
VLAN
yang dialokasikan untuk bagiannya sehingga pengguna tersebut dapat
bekerja dalam bidangnya tanpa memikirkan apakah ia harus dalam
ruangan yang sama dengan rekan-rekannya.
Hal ini juga mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk membangun
suatu
jaringan baru apabila terjadi restrukturisasi pada suatu perusahaan,
karena pada LAN semakin banyak terjadi perpindahan makin banyak
pula
kebutuhan akan pengkabelan ulang, hampir keseluruhan perpindahan
9
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
dan
perubahan membutuhkan konfigurasi ulang hub dan router.
VLAN memberikan mekanisme secara efektif untuk mengontrol
perubahan ini serta mengurangi banyak biaya untuk kebutuhan akan
mengkonfigurasi ulang hub dan router. Pengguna VLAN dapat tetap
berbagi dalam satu network address yang sama apabila ia tetap
terhubung dalam satu swith port yang sama meskipun tidak dalam
satu lokasi. Permasalahan dalam hal perubahan lokasi dapat
diselesaikan dengan membuat komputer pengguna tergabung
kedalam port pada VLAN tersebut dan mengkonfigurasikan switch
pada VLAN tersebut.
10
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Gambar 1. Perencanaan Topologi Jaringan Baru menggunakan VLAN
II. STANDAR PERANGKAT
2.1 Router
Router adalah sebuah alat jaringan komputer yang mengirimkan paket
data melalui sebuah jaringan atau Internet menuju tujuannya, melalui
sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada
lapisan 3 (Lapisan jaringan seperti Internet Protocol) dari stack protokol
tujuh-lapis OSI.
Router berfungsi sebagai penghubung antar dua atau lebih jaringan
untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router
berbeda dengan switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat
untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN).
2.1.1 Karakteristik Router
1. Mencari rute atau jalur yang terbaik antara dua segmen jaringan.
2. Mengelola dan menangani banyak tugas antar segmen.
3. Membantu mengelola lalulintas jaringan.
4. Menghubungkan dua segmen jaringan yang berbeda protokol lapisan
fisik dan lapisan data-link, karena bekerja pada lapisan network.
5. Dipergunakan pada koneksi ke jaringan LAN, MAN dan WAN.
Cara kerja router mirip dengan bridge jaringan, yakni mereka dapat
meneruskan paket data jaringan dan dapat juga membagi jaringan
menjadi beberapa segmen atau menyatukan segmen-segmen jaringan.
Akan tetapi, router berjalan pada lapisan ketiga pada model OSI (lapisan
jaringan), dan menggunakan skema pengalamatan yang digunakan pada
11
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
lapisan itu, seperti halnya alamat IP. Sementara itu, bridge jaringan
berjalan pada lapisan kedua pada model OSI (lapisan data-link), dan
menggunakan skema pengalamatan yang digunakan pada lapisan itu,
yakni MAC address.
Lalu, kapan penggunaan bridge jaringan dilakukan dan kapan
penggunakan router dilakukan? Bridge, sebaiknya digunakan untuk
menghubungkan segmen-segmen jaringan yang menjalankan protokol
jaringan yang sama (sebagai contoh: segmen jaringan berbasis IP dengan
segmen jaringan IP lainnya). Selain itu, bridge juga dapat digunakan
ketika di dalam jaringan terdapat protokol-protokol yang tidak bisa
melakukan routing, seperti halnya NetBEUI. Sementara itu, router
sebaiknya digunakan untuk menghubungkan segmen-segmen jaringan
yang menjalankan protokol jaringan yang berebeda (seperti halnya untuk
menghubungkan segmen jaringan IP dengan segmen jaringan IPX.)
Secara umum, router lebih cerdas dibandingkan dengan bridge jaringan
dan dapat meningkatkan bandwidth jaringan, mengingat router tidak
meneruskan paket broadcast ke jaringan yang dituju. Dan, penggunaan
router yang paling sering dilakukan adalah ketika kita hendak
menghubungkan jaringan kita ke Internet.
2.1.2 Keuntungan menggunakan router
Isolasi trafik broadcast. Kemampuan ini memperkecil beban jaringan
karena trafik jenis ini dapat diisolasikan pada sebuah LAN saja.
Fleksibilitas. Router dapat digunakan pada topologi jaringan apapun
dan tidak peka terhadap masalah kelambatan waktu.
Pengaturan prioritas. Router dapat mengimplementasikan mekanisme
pengaturan prioritas antar protokol.
12
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Pengaturan konfigurasi. Router umumnya dapat lebih dikonfigurasi
daripada bridge.
Isolasi masalah. Router membentuk penghalang antar LAN dan
memungkinkan masalah yang terjadi diisolasi pada LAN tersebut.
Pemilihan jalur. Router umumnya lebih cerdas daripada bridge dan
dapat menentukan jalur optimal antar dua sistem.
2.1.3 Kerugian menggunakan router
Tergantung pada protokol. Router yang beroperasi pada lapisan
network OSI hanya mampu meneruskan trafik yang sesuai dengan
protokol yang diimplementasikan.
Biaya. Router umumnya lebih kompleks daripada bridge dan lebih
mahal. Overhead pemrosesan pada router lebih besar sehingga
throughput yang dihasilkan dapat lebih rendah daripada bridge.
Pengalokasian alamat. Dalam internetwork yang menggunakan router,
memindahkan sebuah mesin dari LAN yang satu ke LAN yang lain
berarti mengubah alamat jaringan pada sistem itu.
Sistem tak terjangkau. Penggunaan routing table statik menyebabkan
beberapa sistem dapat terjangkau oleh sistem lain.
Rekomendasi perangkat Router yang bisa digunakan pada jaringan SKPA :
Spesifikasi
CPU PPC8547 1333MHz network
processor
Memory: SODIMM DDR Slot, 512MB installed
Boot loader: RouterBOOT, 1Mbit Flash chip
Data storage: Onboard NAND memory chip
Ethernet: Four 10/100/1000 Mbit/s Gigabit
Ethernet with Auto-MDI/X
miniPCI: none 13
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Compact Flash: Two CompactFlash slot (TrueIDE
Microdrive supported)
Serial port One DB9 RS232C asynchronous
serial port
Beeper: Present
Power options: Power jack: 12V DC (includes power
supply)
Fan: Dual fan with failover support
Case: Desktop case included
2.2 Switch
Switch jaringan (singkatnya switch) adalah sebuah alat jaringan yang
melakukan bridging transparan (penghubung segementasi banyak jaringan
dengan forwarding berdasarkan alamat MAC). Switch jaringan dapat
digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang
terbatas, switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch
hampir sama seperti bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga
sering dinamakan multi-port bridge.
2.2.1 Karakteristik Switch
Tergolong peralatan Layer 2 dalam OSI Model (Data Link Layer).
Dapat menginspeksi data yang diterima.
Dapat menentukan sumber dan tujuan data.
Dapat mengirim data ke tujuan dengan tepat sehingga akan
menghemat bandwith.
14
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Dapat menangani lebih dari dua port dan lebih dari dua komunikasi
data dalam waktu bersamaan.
2.2.2 Cara Kerja
Switch merupakan suatu device pada jaringan yang secara konseptual
berada pada layer 2 (Datalink Layer). Maksudnya, switch pada saat
pengirimkan data mengikuti MAC address pada NIC (Network Interface
Card) sehingga switch mengetahui kepada siapa paket ini akan diterima.
Jika ada collision yang terjadi merupakan collision pada port-port yang
sedang saling berkirim paket data. Misalnya ketika ada pengiriman paket
data dari port A ke port B dan pada saat yang sama ada pengiriman paket
data dari port C ke port D, maka tidak akan terjadi tabrakan (collision)
karena alamat yang dituju berbeda dan tidak menggunakan jalur yang
sama. Semakin banyak port yang tersedia pada switch, tidak akan
mempengaruhi bandwidth yang tersedia untuk setiap port.
Ketika paket data dikirimkan melalui salah satu port pada switch, maka
pengiriman paket data tersebut tidak akan terlihat dan tidak terkirim ke
setiap port lainnya sehingga masing-masing port mempunyai bandwidth
yang penuh. Hal ini menyebabkan kecepatan pentransferan data lebih
terjamin.
Dalam melakukan switching, diperlukan beberapa informasi dasar
untuk menentukan pilihan switch, yaitu dengan mengetahui cara
kerjanya. Cara kerja switch ada 2 yaitu:
1. Cut through
Yaitu menentukan route paket yang diterima langsung ke alamat
port tujuan. Tentu saja hal ini akan meningkatkan throughput koneksi
dan mengurangi latency pengiriman paket. Pengiriman dilakukan
15
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
tanpa terlebih dahulu mengumpulkan seluruh paket. Tetapi ketika
alamat tujuan diketahui, langsung route dan pengiriman dilakukan ke
alamat itu. Untuk satu paket Ethernet (1518 byte) proses ini
memerlukan waktu hanya selama 40 microsecond. Dalam keadaan
koneksi tujuan sedang digunakan, switch akan menampung paket data
yang diterima untuk dimasukkan ke dalam buffer. Dan paket data akan
dikirim dari buffer jika koneksi tujuan telah kosong.
2. Store and forward
Cara kerjanya dilakukan dengan mengumpulkan seluruh paket
hingga lengkap ke dalam memory switch dan melakukan pemeriksaan
kesalahan dengan metode CRC (Cyclic Redundancy Check). Waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses untuk setiap paket Ethernet
adalah 1,2 milidetik. Karena diperlukan memory yang cukup, ada
potensi terjadinya latency dalam store and forward switch ini yang
disebabkan oleh penuhnya memory yang ada untuk menampung
seluruh paket dan tabel dari ntwork address. Walaupun cara cut
through akan mengurangi terjadinya latency, tetapi konsekuensinya,
paket data yang rusak juga akan juga sampai ke alamat tujuan.
Kebalikannya, hal ini tidak terjadi pada store and forward switch.
Dari kedua cara di atas, ada pula switch yang menggabungkan
kedua cara tsb yang disebut hybrids. Pada saat awal menggunakan
cara cut through switching, dan melakukan pemeriksaan CRC,
kemudian menghitung jumlah error yang ada. Jika jumlah error telah
sampai pada batas tertentu, switch akan bekerja dengan cara store
and forward sampai dengan kondisi jumlah error telah berkurang.
Selanjutnya switch akan kembali bekerja dengan cara cut through.
Cara termudah untuk mengetahui adanya kemampuan ini adalah
16
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
dengan melihat ada atau tidaknya keterangan threshold detection atau
adaptive switch dalam spesifikasi teknisnya.
2.2.3 Keuntungan dan Kekurangan Switch
1. Keuntungan
Klien Performance: Karena sistem tertentu yang melekat pada switch
hanya melihat informasi secara eksplisit yang ditujukan kepada NIC,
maka ada sedikit overhead waktu yang dihabiskan membuang paket
yang tidak perlu membaca.
Throughput yang lebih tinggi: Karena hanya lalu lintas yang relevan
diturunkan jaringan setiap pelabuhan, setiap NIC mendapatkan paket
sendiri dikirimkan ke switch secara independen satu sama lain terikat
dengan NIC beralih. Ini berarti sebuah tombol dapat mengatur volume
total yang lebih besar data dalam transit pada waktu tertentu. Jika
dibandingkan dengan Router, manageable switch memiliki kelebihan
dalam harga yang relatif lebih murah, unggul dalam skalabilitas
jaringan yang dapat dilakukan dengan penambahan satu unit rak
Ethernet.
Rekomendasi perangkat switch yang bisa digunakan pada jaringan SKPA :
Spesifikasi
Ports 24 RJ-45 connectors for 10BASE-
T/100BASE-TX/1000BASE-T with 4
shared Gigabit SFP slots
Console port
Auto medium dependent
interface (MDI) and MDI crossover
17
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
(MDI-X)
Auto negotiate/manual setting
Manageable Web user interface : Built-in web
user interface for easy browser-
based configuration
(HTTP/HTTPS)
SNMP : SNMP versions 1, 2c, and
3 with support for traps
RMON : Embedded RMON
software agent supports 4 RMON
groups (history, statistics, alarms,
and events) for enhanced traffic
management, monitoring, and
analysis.
Firmware upgrade :
o Web browser upgrade (HTTP)
and Trivial File Transfer
Protocol (TFTP)
o Dual images for resilient
firmware upgrades
Other management :
o Traceroute
o Single IP management
o SSL security for web user
interface
o SSH
o Port mirroring
o TFTP upgrade
18
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
o Dynamic Host Configuration
Protocol (DHCP) client
o BOOTP
o Simple Network Management
Protocol (SNTP)
o Cable diagnostics
o Ping
o Syslog
o Telnet client (SSH secure
support)
2.3 Sistem Kelistrikan
2.3.1 Grounding
Pengertian pentanahan ( grounding ) adalah merupakan suatu
mekanismedimana daya listrik dihubungkan langsung dengan tanah
( bumi ). Tujuan Pentanahan ( GROUNDING ) Adapun tujuan dari sistem
pentanahan tersebut adalah untuk membatasitegangan pada
bagianbagian peralatan yang tidak seharusnya dialiri arus mis:
body/casing, hingga tercapai suatu nilai yang aman untuk semua kondisi
operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan, memberikan
jaminan keselamatan dari bahaya kejut listrik, baik perlindungan dari
sentuh langsung maupun tak langsung,serta perlindungan terhadap suhu
berlebih yang dapat mengakibatkan kebakaran. Tujuan utama dari
adanya pentanahan adalah menciptakan jalur yang low-
impedance( tahanan rendah ) terhadap permukaan bumi untuk
gelombang listrik dantransient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit
switching dan electrostatic dischargeadalah penyebab umum dari adanya
19
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
sentakan listrik atau transient voltage. Sistem pentanahan yang efektif
akan meminimalkan efek tersebut. Jika terjadi gangguan/kondisi yang
tidak diinginkan, baik langsung atau tidak langsung ( induksi )
diupayakan agar gangguan tersebut dialirkan ke tempat yg aman, misal,
ke tanah. Berdasarkan jenis elektroda yang digunakan pada penanaman
sistem grounding terbagi menjadi 3 jenis, yaitu:
Elektroda Batang
Elektroda ini berupa pipa besi, baja profil, atau batanglogam lainnya
yang dipancangkan ke tanah. Biasanya pada bahan logamtersebut
dilapisi dengan lapisan tembaga.
Elektroda Pelat
Terbuat dari logam utuh atau berlubang yang cara pemasangan pada
umumnya ditanam secara dalam.
Elektroda Pita
Terbuat dari penghantar berbentuk pita atau bulat.Pemasangannya
dipasang secara horizontal pada kedalaman antara 0,5m – 1mdari
permukaan tanah.
Gambar 2. Standar wiring kelistrikan
20
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Gambar 3. Grounding
Rekomendasi perangkat sistem kelistrikan yang bisa digunakan pada
jaringan SKPA harus memenuhi standar gambar di atas.
2.3.2 Stabilizer
Mengatasi problem tegangan listrik yang tidak stabil (naik turun).
Menggunakan separation winding/ isolation transformer sehingga
gangguan dari PLN di input tidak akan mempengaruhi output.
Aplikasi: Digunakan untuk peralatan elektronik yang sensitif seperti:
komputer, facsimile, cash register, PABX, peralatan laboratorium,
kedokteran, process control, dan lain-lain.
21
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Spesifikasi Teknik Stabilizer
Sekilas tentang Line Conditioner / Voltage Stabilizer :
Voltage stabilizer adalah alat untuk menstabilkan listrik PLN supaya
beban lebih terjamin daya tahannya (umur pakai). Tapi stabilizer tidak
memakai baterai, jadi bila PLN mati maka semuanya akan mati. Stabilizer
sering disebut sebagai A.V.R. (Automatic Voltage Regulator), atau Trafo
Regulator.
Stabilizer ada beberapa macam :
Menggunakan servo motor. Jenis penstabilan yang memakai motor
servo didalam stabilizer ini, dimana motor akan berputar untuk
mendapatkan tegangan yg stabil. Akibatnya, diperlukan waktu 2 s/d 5
detik sehingga mencapai kestabilan, dan tidak ada penyaring (filter)
terhadap gangguan listrik (spikes, surge, sag, petir). Menggunakan
Relay. Penstabilan listrik yang menggunakan beberapa relay bekerja bila
tegangan listrik naik atau turun. Akibatnya reaksinya amat cepat, tapi
range kestabilan yang kurang baik (+/- 5%). Jenis ini umumnya tidak
22
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
dilengkapi dengan filter. Menggunakan sistim Digital control. Sistim ini
menggabungkan penggunaan relay dan triac (sejenis transistor) untuk
menstabilkan listrik. Sistim ini lebih canggih dibandingkan dengan sistem
relay (b), dan juga dilengkapi dengan filter.
Sistem Ferro-Resonant/ line conditioner. Sistim ferro resonant inilah
yang paling handal. Untuk memberikan kestabilan pada beban,
reaksi/responsenya sangat cepat, hanya perlu 0,04 detik saja. Lebih stabil
dibanding jenis lainnya, dapat juga menyaring listrik lebih bagus dari
model c, mengunakan trafo isolasi, dan kapasitor (utk meredam spikes,
surge, sag, noise, dan spike dari petir). Oleh karena itu sering disebut
juga sebagai Line Conditioner atau Power Conditioner.
Rekomendasi perangkat Stabilizer yang bisa digunakan pada jaringan
SKPA :
Spesifikasi
Phase : Single Phase
Input Voltage Standard : 140V - 240V
Input Voltage DBW : 160V - 240V
Input Voltage Khusus : 130V - 240V
Output Voltage : 220V ± 2%
Phase : Triple Phase
Input Voltage Standar : 280V - 430V
Input Voltage SBW : 320V - 430V
Input Voltage Khusus : 230V ~ 430V
Output Voltage : 380V ± 2%
Frequency : 50Hz / 60 Hz
Respon Time : Within 1 second agaist 10% input
voltage deviation
Efficiency : Better than 98% (input voltage 180V,
output voltage 220V)
23
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Ambien Temperature : 5º ~ +40ºC
Ambien Humidity : Less than 90% (relative humadity)
Temperature Rise : Less than 70ºC (input voltage 180V,
output voltage 220v and rated
Cooling System : Convection-cooled
Control System : DC servo-motor ; AC servo-motor
2.3.3 Unit Power Supply (UPS)
Fungsi utama dari pasokan daya tak terputus (UPS) adalah untuk
memastikan uptime terus beban kritis selama gangguan listrik atau
interupsi. Untuk melakukan hal ini, mereka sendiri harus memiliki
beberapa bentuk perlindungan dan manajemen pencegahan. Ini datang
dalam bentuk jaminan dan kontrak pemeliharaan.
Rekomendasi perangkat UPS yang bisa digunakan pada jaringan SKPA :
Spesifikasi :
CAPACITY
VA/
W 2000/1000
AC INPUT
VOLTAGE V 160 - 250
FREQUENCY Hz 50 ± 3
PROTECTION A 10
DC INPUT
VOLTAGE V 36V
INTERNAL BATTERY 3 x 12V, 7 AH
PROTECTION A FUSE
CHGTOPOLOGY CONSTANT VOLTAGE
FLOATING VOLTAGE V 40.8
INVERTER WAVE FORM SINEWAVE
DISTORSION <3% THD
OUTPUTTOPOLOGY PULSE WITH MODULATION(PWM)
VOLTAGE V 220 ± 2%
24
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
FREQUENCY Hz 50 ± 1%
EFFICIENCY % ±80
TRANSFER TIME ms ≤ 4
BACK UP TIME min 10
BZR
AC INPUT LOW/FAIL
INTERMITTENT SOUND WITH 4
SECONDS INTERVAL
AC INPUT HIGH
INTERMITTENT SOUND WITH 1
SECOND INTERVAL
BATTERY LOW
INTERMITTENT SOUND WITH 1
SECOND INTERVAL
OPERATION TEMPERATURE °C 0- 40
DIMENSION mm 450 x 435 x 87
WEIGHT Kg 24
2.3.4 Rack Sistem
Fungsi Rack System : suatu media untuk menempatkan Passive Devices
dan Active Devices, yang ditata secara terstruktur. Passive Devices berupa
Material Utama Cabling Systems, seperti : Horizontal Copper dan FO Cable
serta Patch Cord beserta Aksesorisnya, seperti : Copper Patch Panel, FO
Rackmount Enclosure dan Wiring Management.Active Devices bisa berupa
Server, Storage, UPS, EMS dan Network Devices, seperti : Switches, Router,
Media Converter, Firewall, Bandwidth Management, MODEM, KVM Drawer
atau KVM Switch. Namun perlu diperhatikan juga, bahwa semua Devices
yang dipasang didalam Racks, adalah Devices yang mempunyai tipe
Rackmount.
Mengacu pada kebutuhan Rack Systems yang digunakan di Data
Centre, maka Rack Systems merupakan infrastruktur utama yang harus
25
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
ada dan terpasang rapi di dalam Data Center, penempatannyapun harus
mengikuti kaidah-kaidah standar yang telah ditentukan, mana posisi Hot
Area dan mana posisi Cold Area, untuk memperpanjang lifetimedevices
yang terpasang.
Dimensi lebar Rack Systems, mempunyai 2 jenis ukuran lebar : 19"
dan 24", Rack Systems berukuran 19" biasanya digunakan untuk
keperluan IT, sedangkan Rack Systems dengan ukuran 24" banyak
digunakan untuk penempatan equiment Telco.
Dimensi tinggi Rack Systems, dihitung berdasarkan : U (Unit) atau RU
(Rack Unit) atau HU (High Unit), namun dipasaran lebih dikenal dengan
istilah "U". Ukuran 1U = 4,5cm atau 1.75", dan untuk memudahkan
pemasangan equipment di Rack Systems, maka 1U = 3 lubang Cage
Nuts. Oleh pabrikan pembuatnya, Rack Systems diproduksi dan disupply
dari ukuran 8U s.d 45U, namun untuk brand tertentu (Produk BuiltUp)
ada yang memproduksi Standing Closed Rack hingga 48U.
Rack Systems terdiri dari 3 tipe, dengan fungsi sesuai peruntukannya :
1. Free Standing Closed Rack banyak digunakan untuk kebutuhan Ruang
Server atau Data Center.
2. Open Rack biasanya digunakan untuk instalasi Passive Devices atau
instalasi perkabelan saja.
3. Wallmounted Closed Rack umumnya sebagai IDF, atau Sub-Instalasi
jaringan antar lantai.
Dalam pendistribusiannya, Rack Systems disupply dengan 2 opsi :
Basic Rack dan Accesoris. Basic Rack hanya terdiri dari struktur Rangka
dan Pintu saja, sedangkan Accesoris Rack terdiri dari : Cooling Systems
(Heavy Duty Fan), Vertical atau Horizontal Cable Tray, Flat Shelf, Sliding
Keyboard, Drawer, Wiring Management, Power Outlet dan Cage-Nut-Set
26
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Rekomendasi perangkat Rack yang bisa digunakan pada jaringan SKPA :
Spesifikasi
Fitur Aesthetically appealing
Zero 'U' PDU mounting provision
Perforated doors for enhanced air flow
management
enhanced cable management
castor and levelling legs
load rating of 700 Kg
can be shipped in flat pack
easy to assemble at site or warehouse
Material / Bahan sheet steel with powder-coated finish
black
Tinggi 2066mm
Dimensi 42U x 600 mm x 1000 mm
widths : 600mm and 800mm
depths : 800mm and 1000mm
2.3.5 Tower
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik
segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat),
yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio pemancar
maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi.
Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan
informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan 27
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang
ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan
informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan
mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil
sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya.
2.3.5.1 Rekomendasi perangkat Tower yang bisa digunakan
pada
jaringan SKPA
SPESIFIKASI BAHAN TOWER TRIANGLE :
1. Beton ulir Ukuran 13 SII Vertikal
2. Beton polos Ukuran 10 mm A Horizontal
3. Beton polos Ukuran 8 mm A Zig - Zag
4. Besi siku Ukuran 4 x 4 Flendes
5. Lubang baut Pipa gas 0,5 " SCH ( 4 Cm )
6. Kawat tarikan Seling 4mm Putih
7. Span Screw Ukuran M 10
8. Baut Baja M 19 Galvanis
9. Meni + Finish Cat merah + putih
10. Lampu TL 8 watt
2.4 Sistem Pengkabelan
Kabel UTP merupakan salah satu media transmisi yang paling banyak
digunakan untuk membuat sebuah jaringan local (Local Area Network),
selain karena harganya relative murah, mudah dipasang dan cukup bisa
diandalkan. Sesuai namanya Unshielded Twisted Pair berarti kabel pasangan
berpilin/terbelit (twisted pair) tanpa pelindung (unshielded). Fungsi lilitan ini
adalah sebagai eleminasi terhadap induksi dan kebocoran. Sebelumnya ada
28
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
juga kabel STP (Shielded Twisted Pair), untuk contoh gambarnya dapat
dilihat dibawah:
Gambar 4. Kabel UTP dan STP
Terdapat beberapa jenis kategori kabel UTP ini yang menunjukkan
kualitas, jumlah kerapatan lilitan pairnya, semakin tinggi katagorinya
semakin rapat lilitannya dan parameter lainnya seperti berikut ini:
Kabel UTP Category 1
Digunakan untuk komunikasi telepon (mentransmisikan data kecepatan
rendah), sehingga tidak cocock untuk mentransmisikan data.
Kabel UTP Category 2
Mampu mentransmisikan data dengan kecepatan sampai dengan 4 Mbps
(Megabits per second)
Kabel UTP Category 3
Digunakan pada 10BaseT network, mampu mentransmisikan data dengan
kecepatan sampai 1Mbps. 10BaseT kependekan dari 10 Mbps, Baseband,
Twisted pair.
Kabel UTP Category 4
Sering digunakan pada topologi token ring, mampu mentransmisikan data
dengan kecepatan sampai 16 Mbps
Kabel UTP Category 5
Mampu mentransmisikan data dengan kecepatan sampai 100 Mbps,
Kabel UTP Category 5e
Mampu mentransmisikan data dengan kecepatan sampai 1000 Mbps
(1Gbps), frekwensi signal yang dapat dilewatkan sampai 100 MHz.
Kabel UTP Category 6
29
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Mampu mentransmisikan data dengan kecepatan sampai 1000 Mbps
(1Gbps), frekwensi signal yang dapat dilewatkan sampai 200 MHz. Secara
fisik terdapat separator yg terbuat dari plastik yang berfungsi
memisahkan keempat pair di dalam kabel tersebut.
Kabel UTP Category 7 gigabit Ethernet (1Gbps), frekwensi signal 400 MHz
Untuk pemasangan kabel UTP, terdapat dua jenis pemasangan kabel UTP
yang umum digunakan pada jaringan komputer terutama LAN, yaitu
Straight Through Cable dan Cross Over Cable
2.4.1 Kabel straight
Kabel straight merupakan kabel yang memiliki cara pemasangan yang
sama antara ujung satu dengan ujung yang lainnya. Kabel straight
digunakan untuk menghubungkan 2 device yang berbeda.
Urutan standar kabel straight adalah seperti dibawah ini yaitu sesuai
dengan standar TIA/EIA 368B (yang paling banyak dipakai) atau kadang-
kadang juga dipakai sesuai standar TIA/EIA 368A sebagai berikut:
Gambar 5. Standarisasi Kabel Straight
Contoh penggunaan kabel straight adalah sebagai berikut :
1. Menghubungkan antara computer dengan switch
2. Menghubungkan computer dengan LAN pada modem cable/DSL
3. Menghubungkan router dengan LAN pada modem cable/DSL
30
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
4. Menghubungkan switch ke router
5. Menghubungkan hub ke router
2.4.2 Kabel cross over
Kabel cross over merupakan kabel yang memiliki susunan berbeda
antara ujung satu dengan ujung dua. Kabel cross over digunakan untuk
menghubungkan 2 device yang sama. Gambar dibawah adalah susunan
standar kabel cross over :
Gambar 6. Standarisasi Kabel Cross
Dari 8 buah kabel yang ada pada kabel UTP ini (baik pada
kabel straight maupun cross over) hanya 4 buah saja yang digunakan
untuk mengirim dan menerima data, yaitu kabel pada pin no 1,2,3 dan 6.
Contoh penggunaan kabel cross over adalah sebagai berikut :
1. Menghubungkan 2 buah komputer secara langsung
2. Menghubungkan 2 buah switch
3. Menghubungkan 2 buah hub
4. Menghubungkan switch dengan hub
5. Menghubungkan komputer dengan router
31
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
2.4.3 Rekomendasi Kabel yang bisa digunakan pada jaringan SKPA
:
Spesifikasi Kabel Indoor
UTP Cable Type CAT 5e Non Plenum (Grey) High
Quality (HQ)
Connection Applicable 10 base-T, 100 base-T, ATM,
Ethernet, token ring, - TP-PMD
Audio, telephone, multimedia
network
Temperature Range -: -20 to +75°C
Insulation Material Polyolefin
Jacket Material PVC
Max. Pulling Tension 45 lbs
Applicable Specifications TIA/EIA Category 6 Draft 10
Flame Rating and Test Type CMR, UL 1666, C(UL) Type
CMR, CSA FT4
Dimension (WHD) Cable Length : 300 meter, Nom.
Diameter 0.265'' Avg. (0.225'' x
0.310'')
Spesifikasi Kabel Outdoor
UTP Cable Type CAT 6e Non Plenum (Grey) High
Quality (HQ)
Connection Applicable High speed transfer rate
100/1000 Mbps
Temperature Range -: -20 to +75°C
Insulation Material Polyolefin
Jacket Material PVC
Max. Pulling Tension 45 lbs
32
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Applicable Specifications TIA/EIA Category 6 Draft 10
Flame Rating and Test Type CMR, UL 1666, C(UL) Type
CMR, CSA FT4
Dimension (WHD) Cable Length : 305 Meter/ 1000
Feet,
2.5 Wireless
Wireless atau wireless network merupakan sekumpulan komputer yang
saling terhubung antara satu dengan lainnya sehingga terbentuk sebuah
jaringan komputer dengan menggunakan media udara/gelombang sebagai
jalur lintas datanya. Pada dasarnya wireless dengan LAN merupakan sama-
sama jaringan komputer yang saling terhubung antara satu dengan lainnya,
yang membedakan antara keduanya adalah media jalur lintas data yang
digunakan, jika LAN masih menggunakan kabel sebagai media lintas data,
sedangkan wireless menggunakan media gelombang radio/udara. Penerapan
dari aplikasi wireless network ini antara lain adalah jaringan nirkabel
diperusahaan, atau mobile communication seperti handphone, dan HT.
Jenis yang paling popular dari Jaringan Wireless / Wireless Network
sekarang ini adalah yang berdasarkan standard 802.11, yang disebut secara
informal sebagai jaringan Wi-Fi. Spesifikasi 802.11 mendefinisikan
bagaimana dua piranti atau lebih bisa saling mengirim dan menerima data.
Komunikasi Jaringan Wireless / Wireless Network adalah merupakan
shared LAN – berbagi satu jalur LAN yang sama karena hanya ada satu
station saja yang secara effektif dapat mentransmit data pada satu waktu.
Standard 802.11 secara effective bisa menjangkau areal sejauh 100 meter
saja. Akan tetapi dengan beberapa teknologi khusus sinyal ini juga bisa
menjangkau areal lebih luas sampai 300-400 meteran.
33
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Access point dilengkapi dengan dua buah antenna, yang merupakan
komponen dari wireless yang digunakan untuk men-transmit dan receive
sinyal radio wireless. Sementara dua laptop juga dilengkapi dengan adapter
wifi yang juga mempunyai antenna internal yang memancarkan gelombang
radio.
Catatan bahwa 802.11 tidak lagi menggunakan IEEE 802.2 LLC ataupun
format address yang didefinisikan 802.3; 802.11 menggunakan header MAC
yang berbeda dari 802.3. Sehingga untuk melewatkan traffic, si access point
cukup menukar header 802.11 dengan header 802.3 dan sebaliknya
menggunakan address MAC yang sama. Access point mengarahkan traffic
dari Jaringan Wireless / Wireless Network ke jaringan kabel.
2.5.1 Standar Penggunaan Jaringan Wireless
Wireless Local Area Network pada dasarnya sama dengan jaringan
Local Area Network yang biasa kita jumpai. Hanya saja, untuk
menghubungkan antara node device antar client menggunakan media
wireless, chanel frekuensi serta SSID yang unik untuk menunjukkan
identitas dari wireless device.
2.5.1.1 Standard wireless 802.11
1. Standard wireless-B 802.11b
Mentransmit pada rate kecepatan sampai 11 Mbps menggunakan
frequency band 2.4 GHz, berbagi jaringan dengan keluaran
maksimum biasanya secara real sekitaran 7 Mbps.
802.11b mempunyai range yang bagus akan tetapi bisa dipengaruhi
oleh interferensi sinyal radio. Banyak dipakai untuk jaringan
dirumahan dan banyak kelemahan disisi keamanan.
2. Standard wireless 802.11a
34
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Beroperasi pada frequency band 5 GHz dengan transmisi sampai
maksimum 54 Mbps.
Sangat cocok dan bagus pada aplikasi konferensi dan video.
Bekerja dengan bagus pada populasi yang padat
Tidak bisa beroperasi pada standard 802.11b/g
3. Standard wireless-G 802.11g
Pengembangan dari bersi 802.11b dengan rate kecepatan sampai 54
Mbps
Jangkauan yang lebih pendek (beberapa jenis piranti wireless-G
dikuatkan dengan technology yang bisa mencakup area yang lebih
luas seperti technology MIMO)
Standard wireless-N 802.11n yang masih merupakan draft versi 2.0
Bisa mencapai speed sampai 270Mbps dengan kondisi tertentu
Dengan teknologi MIMO bisa mencakup area sampai 300-400
meteran.
2.5.1.2 Standar Infrastruktur
Mengenai penggunaan frekuensi 2.4 GHz dan 5.8 GHz yang
seringkali menjadi polemik, setelah diskusi cukup banjang dengan
berbagai pihak terkait, termasuk manufaktur, vendor, narasumber /
expert maupun berbagai asosiasi industri, maka diusulkan kebijakan
perizinan dan ketentuan teknis untuk kedua penggunaan frekuensi
dimaksud.
Kebijakan Perizinan dan Ketentuan Teknis Wireless Data 5.8 GHz,
meliputi antara lain :
35
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Penggunaan frekuensi 5.8 GHz akan ditetapkan menjadi izin kelas
secara bertahap. Izin kelas berarti bahwa pengguna frekuensi radio
5.8 GHz digunakan secara bersama-sama, tanpa proteksi dan tidak
boleh menimbulkan interferensi. Pemohon baru tidak perlu lagi
mengajukan izin stasiun radio secara prosedur aplikasi ISR biasa,
melainkan cukup menggunakan perangkat yang sudah disertifikasi /
type approved oleh Ditjen Postel, serta beroperasi sesuai dengan
batasan teknis yang ditetapkan.
Penerapan izin kelas di 5.8 GHz tersebut tidak berlaku untuk wilayah
yang telah ada pemegang surat alokasi frekuensi yang ditetapkan
Ditjen Postel sebelumnya, paling lambat bulan Januari 2011. Artinya
bahwa pemohon baru di wilayah-wilayah dimaksud harus
membuktikan bahwa aplikasi izinnya tidak menimbulkan potensi
gangguan terhadap pengguna frekuensi 5.8 GHz eksisting yang telah
mendapatkan surat persetujuan alokasi frekuensi.
Pengguna frekuensi 5.8 GHz eksisting mendapatkan prioritas sampai
dengan Januari 2011. Setelah waktu tersebut penggunaan frekuensi
5.8 GHz eksisting tetap dapat menggunakan investasi perangkat
eksisting dan mengembangkan di wilayah layanan sesuai dengan
ketentuan surat persetujuan alokasi frekuensi yang dimilikinya.
Sedangkan batasan teknis penggunaan frekuensi 2.4 GHz
dimaksudkan untuk menyesuaikan persyaratan seperti pada
Kepmenhub No.2/2005 ttg penggunaan 2.4 GHz untuk akses internet
yang diberlakukan untuk izin kelas (bebas dipakai untuk teknologi
tertentu dengan syarat, perlengkapan sudah terspesifikasi seperti
pada KM No. 2/2005).
2.5.2 Mode Pada Wireless LAN
36
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Tidak seperti pada LAN konvensional (kabel), pada Wireless LAN
hanya terbagi ke dalam dua mode pemasangan (instalasi), yaitu mode
add hock dan infrastruktur. Komunikasi Add Hock adalah sambungan
komunikasi langsung antara masing-masing komputer/laptop dengan
menggunakan media wireless. Penggunaan mode ini sama halnya dengan
hubungan komunikasi point to multi point pada jaringan LAN
konvensional. Masing-masing PC atau Laptop yang akan dihubungkan
dengan mode add hock ini harus mempunyai SSID sebagai identitas dari
PC yang akan digunakan untuk komunikasi dengan yang lainnya.
Pada komunikasi Add hock, tidak memerlukan access point untuk
bisa saling berhubungan. Masing-masing host hanya harus memiliki
transceiver serta receiver wireless untuk bisa berkomunikasi secara
langsung.
Mode yang kedua adalah infrastruktur, dimana jaringan ini diperlukan
sebuah akses point untuk melayani komunikasi utama pada jaringan
wireless. Keberadaan access point dimaksudkan untuk mentransmisikan
data pada PC untuk jangkauan tertentu pada suatu area/wilayah. Pada
mode infrastruktur ini dapat diperluas lagi menjadi jaringan Wireless LAN
yang lebih besar dan kompleks dengan menambahkan beberapa Access
Point pada titik-titik tertentu untuk memperluas jangkauannya.
Wireless LAN diperlukan ketika sebuah LAN konvensional tidak lagi
bisa dikembangkan karena alasan tertentu, misal, sulitnya
pengembangan model LAN konvensional karena keterbatasan tempat,
ruang dan hal lainnya.
2.5.2.1 Akses point
Access point (AP) adalah jaringan komputer tanpa kabel (wireless),
access point ini adalah pemancar yang menghubungkan komputer-
37
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
komputer yang terpaut dengan jaringannya untuk menuju jaringan yang
lebih besar (internet).
Karakteristik Access Point
Omni Antena, ada yang bisa dicopot (detachable antenna)
biasanya menggunakan konektor RP-SMA atau RP-TNC, ada juga
yang fixed (non-detachable antenna).
Reset button, tombol Reset untuk me-reset AP ke default factory
setting.
Ethernet port/Port WAN, Port ini biasanya ditandai dengan
tulisan: Internet atau WLAN. Kabel dari modem bisa masuk
sini.menggunakan konektor RJ45 terhubung ke Internet via Cable /
DSL Modem.
Power adapter colokan DC Power Supply.
Rekomendasi perangkat Akses Point yang bisa digunakan pada jaringan
SKPA :
Spesifikasi
Processor Specs Atheros MIPS 24KC,
400MHz
Memory Information 32MB SDRAM, 8MB Flash
Networking Interface 1 X 10/100 BASE-TX (Cat. 5, RJ-
45) Ethernet Interface
Wireless Approvals FCC Part 15.247, IC RS210, CE
38
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
RoHS Compliance YES
OPERATING FREQUENCY 2412MHz-2462MHz
RP-SMA Antenna Included Outdoor Omni-directional. 6dBi
Indoor/Outdoor Range Over 200m / 500m
Enclosure Characteristics Outdoor UV Stabalized Plastic
Max Power Consumption 8 Watts
Power Rating Up to 24V. POE Supply included
2.5.2.2 Point to Multipoint
Mode koneksi point to multi point wireless adalah mode koneksi
jaringan wireless mirip dengan mode koneksi jaringan dengan toplogi
star atau bintang, dimana ada satu Akses Point menjadi titik pusat
koneksi jaringan. Secara sederhana mode koneksi point to multi point
wireless dapat di aplikasikan, pada saat kita ingin membangun koneksi
lebih dari dua jaringan lan dengan wireless.
Langkah-langkah sederhana untuk aplikasi yang harus di perhatikan,
yaitu :
1. Jarak antar SKPA yang ada.
2. Kondisi sekitar SKPA apakah terhalang oleh pepohonan atau gedung
lain atau tidak.
3. Kondisi alam apakah rawan bahaya petir atau tidak.
Langkah selanjutnya adalah menentukan gedung mana yang akan di
jadikan titik point utama yang akan jadi pusat koneksi jaringan Point to
Multi Point, kita pilih gedung yang ada di tengah-tengah gedung yang
ada. Kemudian kita menyiapkan menempatkan perangkat AP untuk
39
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
masing-masing BTS, tempatkan AP di tiap BTS menghadap AP di gedung
BTS Pusat, lalu kita mulai konfigurasi.
Garis besar konfigurasi Point to Multi Point :
1. Konfigurasi AP1 (AP pusat) menggunakan mode Point to Multi Point,
dimana di AP1 akan dimasukan MAC Address untuk setiap AP (mulai
AP1 s/d AP6) pada kolom isian MAC AP yang terkoneksi dengan AP1
2. Konfigurasi AP di BTS lainnya (AP1 s/d AP6) menggunakan mode point
to point, dimana masing-masing AP tersebut memasukan MAC
Address AP1 sebagai AP pusat pada kolom isian MAC AP pasang.
3. Pastikan semua AP menggunakan channel yang sama serta
konfigurasi keamanan yang sama.
4. Cek dan pastikan setiap komputer pada setiap jaringan LAN kabel
dapat saling berkoneksi, dan dapat berbagi resource seperti sharing
folder, sharing printer dapat berkoneksi dengan server, dan
menggunakan koneksi internet yang ada. (semua LAN AP
menggunakan subnet mask yang sama, meski beda segment)
5. Jika semua sudah terpasang dengan konfigurasi yang sesuai, di AP
biasanya terdapat perangkat survey untuk mengetahui AP mana saja
yang terkoneksi.
6. Selanjutnya agar para user yang menngunakan perangkat wireless
dapat juga terkoneksi dengan AP tersebut, maka pada konfigurasi
masing-masing AP juga ditambahkan mode akses point sehingga
dapat memperluas jangkauan jaringan LAN wireless.
Biasanya untuk memperkuat jangkauan sinyal, maka untuk di setiap
AP diganti antenna standar dengan antenna high gain (yang memiliki DB
yang tinggi). Antenna untuk AP biasanya menggunakan antenna high gain
Omni Directional dimana sinyalnya itu bersifat menyebar 360 derajat bias
juga antenna sektoral, untuk AP lainnya biasanya menggunakan antenna
40
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
directional yang bersifat mengarah ketempat tertentu (diarahkan ke
lokasi AP) .
Hal lain yang dapat memperkuat sinyal adalah dengan memasang
sebuah repeater di tempat antara AP1 sampai AP6 (pada tempat dimana
kondisi sinyal yang lemah), biasanya perlakuan ini dilakukan jika kondisi
antar SKPA penuh dengan penghalang atau inteferensi gangguan sinyal
radio lain, maka kita tinggal memilih channel yang cocok untuk AP di BTS.
Kondisi tempat koneksi bridge wireless sering kali mengharuskan
ditambah perangkat tambahan selain antenna tadi, perangkat tersebut
seperti :
1. tiang/tower untuk memasang antenna agar lebih tinggi dan
mengurangi penghalang
2. box untuk tempat perangkat WAP
3. flash rester untuk perangkat anti petir
4. POE (power offer ethernet) untuk power AP via kabel data
5. kabel tambahan untuk antenna
6. kabel STP (Shield UTP)
Mengenai channel pun harus di perhatikan agar tidak sama dengan
channel perangkat elektronik atau wireless lainnya sehingga kualitas
transmisi data tetap terjaga. Dan jangan lupa untuk
meningkatkan/upgrade firmware jika di perlukan serta mode keamanan
yang terpasang.
41
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Rekomendasi perangkat Point to Multipoint yang bisa digunakan pada
jaringan SKPA :
Spesifikasi
Description 5.7 GHz Advantage Access Point Module AES
Canopy Part Number 5751APUSG
Market Availability North America, Europe, South America, Asia
Signaling Rate 20 Mbps Maximum
Typical LOS Range 2 mi (3.2 km)
Typical Aggregate Useful Throughput 14 Mbps Maximum
Frequency range of band ISM 5725-5850 MHz
Non-overlapping Channels 6
Channel Width 20 MHz
Channel Spacing every 5 MHz
Modulation Type High Index 2-level Frequency Shift Keying (FSK)
optimized for interference rejection
Encryption AES capable
Latency 5 - 7 msec
Carrier to Interference ratio (C/I) ~3dB @ 10 Mbps, ~10dB @ 20 Mbps at -65dBm
Nominal Receiver Sensitivity (dbm
typical)
-86 dB
Antenna Gain (dB) 7 dB
EIRP (dB) 30 dB
Equivalent Isotropic Radiated Power
(EIRP)
1 W
DC Power (typical) 0.3 A @ 24 VDC = 7.2 W
Antenna Beam Width 3 dB antenna beam width 60 degrees, Azimuth and
Elevation
Temperature -40° C to +55° C (-40° F to +131° F)
Wind Survival 190 km/hr (118 miles/hr)
Dimensions 11.75 in H x 3.4 in W x 3.4 in D (29.9 cm H x 8.6 cm W
x 8.6 cm D)
Weight .45 kg (1 lb)
Access Method Time Division Duplexing/Time Division Multiple Access
(TDD/TDMA)
42
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Interface 10/100 Base T, half/full duplex. Rate auto negotiated
(802.3 compliant)
Protocols Used IPV4, UDP, TCP, ICMP, Telnet, HTTP, FTP, SNMP
Network Management HTTP, TELNET, FTP, SNMP Version 2c
2.5.2.3 Point to Point
Point-to-Point Protocol (sering disingkat menjadi PPP) adalah sebuah
protokol enkapsulasi paket jaringan yang banyak digunakan pada wide
area network (WAN). Protokol ini merupakan standar industri yang
berjalan pada lapisan data-link dan dikembangkan pada awal tahun
1990-an sebagai respons terhadap masalah-masalah yang terjadi pada
protokol Serial Line Internet Protocol (SLIP), yang hanya mendukung
pengalamatan IP statis kepada para kliennya. Dibandingkan dengan
pendahulunya (SLIP), PPP jauh lebih baik, mengingat kerja protokol ini
lebih cepat, menawarkan koreksi kesalahan, dan negosiasi sesi secara
dinamis tanpa adanya intervensi dari pengguna. Selain itu, protokol ini
juga mendukung banyak protokol-protokol jaringan secara simultan. PPP
didefinisikan pada RFC 1661 dan RFC 1662.
Rekomendasi perangkat Point to Point yang bisa digunakan pada jaringan
SKPA :
Spesifikasi
Processor Specs Atheros MIPS 74KC, 550 MHz
Memory Information 128 MB SDRAM, 8 MB Flash
RF Connections 2 RP-SMA (Waterproof)
1 SMA (GPS)
Wireless Approvals FCC Part 15.247, IC RS210, CE
RoHS Compliance Yes
Dimensions 160 x 80 x 44 mm
Weight 350 g43
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Enclosure Characteristics Die-Cast Aluminum
Networking Interface (1) 10/100/1000 Ethernet Port
(1) 10/100 Ethernet Port
Max. Power Consumption 6.5 Watts (RM2-Ti), 8.0 Watts (RM5-
Ti)
Power Supply 48V, 0.5A PoE Adapter (Included)
Power Method 802.3af Compliant
ESD/EMP Protection 30KV Contact / Air for Ethernet
Operating Temperature -30 to 75° C
Operating Humidity 5 to 95% Condensing
Shock and Vibration ETSI300-019-1.4
Operating Frequency 5170 - 5825 MHz*
Range Performance 50+ km (Outdoor - Antenna
Dependent)
Output Power 27 dBm
2.5.3 Hotspot
Hotspot adalah lokasi dimana user dapat mengakses melalui mobile
computer (seperti laptop atau PDA) tanpa mengguakan koneksi kabel
dengan tujuan suatu jarigan seperti internet. Jaringan nirkabel
menggunakan radio frekuensi untuk melakukan komunikasi antara
perangkat komputer dengan akses point dimana pada dasarnya berupa
penerima dua arah yang bekerja pada frekuensi 2.4 GHz (802.11b,
802.11g) dan 5.4 GHz (802.11a)
Pada umumnya peralatan wifi hotspot menggunakan standarisasi
IEEE 802.11b atau IEEE 802.11g dengan menggunakan beberapa level
keamanan seperti WEP dan/atau WPA. Perangkat laptop sudah banyak
44
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
yang dilengkapi dengan adapter IEEE 802.11b atau IEEE 802.11g. Akan
tetapi dapat juga digunakan peralatan wireless dalam bentuk PCMCIA
atau USB.
2.5.3.1 Rekomendasi perangkat Hotspot yang bisa digunakan
pada jaringan SKPA :
Spesifikasi
CPU MPC8544 800MHz
Current Monitor No
Main Storage/NAND 512MB
RAM 256MB
SFP Ports 0
LAN Ports 3 port gigabit ethernet
Gigabit Yes
Switch Chip 1
MiniPCI 4
Integrated Wireless No
MiniPCIe 1
SIM Card Slots No
USB No
Memory Cards 1
Memory Card Type CF
Power Jack 10-56V
802.3af Support Yes
POE Input 36-56V
POE Output No
45
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Serial Port DB9/RS232
46
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
2.6 Frekuensi
2.6.1 Regulasi Frekuensi Broadband Wireless Accsess
Terdapat sejumlah regulasi terkait penataan frekuensi BWA yang telah
ditetapkan oleh Depkominfo - Ditjen Postel, antara lain sebagai berikut:
Peraturan Menkominfo Nomor : 26/Per/M.Kominfo/6/2009 tentang
penetapan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar
nirkabel pada pita frekuensi radio 2 ghz.
Peraturan Menkominfo Nomor : 27/Per/M.Kominfo/6/2009 tentang
penetapan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar
nirkabel pada pita frekuensi radio 5.8 ghz.
Peraturan Menkominfo Nomor : 8/Kep/M.Kominfo/1/2009 tentang
penetapan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar
nirkabel (wireless broadband) pada pita frekuensi radio 2.3 ghz.
Peraturan Menkominfo Nomor : 9/Kep/M.Kominfo/1/2009 tentang
penetapan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar
nirkabel (wireless broadband) pada pita frekuensi radio 3.3 ghz dan
migrasi pengguna frekuensi radio eksisting untuk keperluan layanan
pita lebar nirkabel (wireless broadband) dari pita frekuensi radio 3.4 –
3.6 ghz ke pita frekuensi radio 3.3 ghz.
Peraturan Menkominfo Nomor : 7/Kep/M.Kominfo/1/2009 tentang
penataan pita frekuensi radio untuk keperluan layanan pita lebar
nirkabel (wireless broadband).
Kepdirjen Postel Nomor : 167/Dirjen/2002 tentang persyaratan teknis
alat dan perangkat broadband wireless access pada frekuensi 10 ghz.
Perdirjen Postel Nomor: 94/Dirjen/2008 tentang persyaratan teknis
alat dan perangkat telekomunikasi subscriber station broadband
wireless access (bwa) nomadic pada pita frekuensi 2.3 ghz.
47
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Perdirjen Postel Nomor: 95/Dirjen/2008 tentang persyaratan teknis
alat dan perangkat telekomunikasi base station broadband wireless
access (bwa) nomadic pada pita frekuensi 2.3 ghz.
Perdirjen Postel Nomor: 96/Dirjen/2008 tentang persyaratan teknis
alat dan perangkat telekomunikasi antena broadband.
Suatu jaringan infrastructure menggunakan suatu piranti wireless
yang disebut Access Point (AP) sebagai suatu bridge antara piranti
wireless dan jaringan kabel standard. Suatu Access Point (yang berisi
transceiver wireless compliant) adalah suatu unit yang menghubungkan
ke jaringan Ethernet (atau jaringan kabel lain) oleh suatu kabel. Jika ada
piranti wireless lain masuk dalam jangkauan wireless Access Point ini
maka ia bisa saling komunikasi dengan jaringan kabel, layaknya mereka
terhubung dengan kabel saja. Fungsi dari Access Point adalah seperti
bridge transparan, yang secara effektif memperpanjang kabel jaringan
dengan memasukkan piranti wireless didalamnya.
Dalam jaringan Infrastructure ini, piranti wireless berkomunikasi
dengan access point; nereka tidak berkomunikasi satu sama lain secara
langsung. Makanya walaupun jika kedua piranti wireless berada satu
jangkauan mereka masih harus menggunakan Access Point untuk bisa
saling berkomunikasi.
2.6.2 Frekuensi Berlisensi
Frekuensi berlisensi yang dikembangkan untuk WiMAX pada tahap
awal berada pada 2,5 GHz (2,500 – 2,600 GHz dan 2,700 – 2,900 GHz)
dan 3,5 GHz (3,400 – 3,600 GHz). Khusus di Amerika Serikat, frekuensi 2,5
GHz telah digunakan untuk layanan MMDS dan belum dikembangkan
untuk WiMAX sedangkan frekuensi 3,5 GHz pada banyak negara berstatus
secondary karena bentrok dengan spektrum frekuensi untuk komunikasi
48
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
satelit Extended C-band (3,400 – 3,700 GHz). Pengembangan tahap
berikutnya direncanakan pada spektrum frekuensi 2,305 – 2,320 GHz,
2,345 – 2,360 GHz dan 3,300 – 3,400 GHz.
2.6.3 Frekuensi Bebas Lisensi
Untuk frekuensi bebas lisensi, pada tahap awal dikembangkan
spektrum 5,8 GHz, yaitu pada band frekuensi 5,725 – 5,850 GHz. Band ini
merupakan bagian atas (upper) dari U-NII/ISIM. Sedangkan
pengembangan berikutnya direncanakan menggunakan band frekuensi
yang juga digunakan untuk WiFi standar 802.11 b/g GHz dan standar
802.11a di 5,8 GHz.
Spesifikasi
Revolutionary all-silicon-based design delivers the industry's lowest
prices.
Operates in the licensed, uncongested and inexpensive 71-76 GHz E-
band spectrum.
1 Gbps throughput - LTE & 4G ready.
Advanced hitless / errorless Adaptive Bandwidth, Coding and
Modulation (ABCM) for a large dynamic range.
Carrier Ethernet inside -bandwidth-aware QoS, service management
and OAM.
Advanced timing over packet handling (SyncE, 1588) enables the
migration to packet-based backhaul.
Carrier class availability and resiliency with advanced ring, mesh and
Link Aggregation (1+1, 2+0).
Standard-based for seamless integration into existing networks and
multi-vendor interoperability.
49
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Green design - ultra low power consumption, zero footprint, all-
outdoor, extremely light weight.
Quick and easy installation, requires minimal site preparation.
Winner of the Frost & Sullivan 2011 European Gigabit Ethernet Radios
New Product Innovation Award. Finalist, MEF&IIR Carrier Ethernet
Mobile Backhaul Awards 2011
50
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
2.6.4 Rekomendasi Pengunaan Frekwensi Licensed
Microwave merupakan gelombang radio frekuensi tinggi yang
berlicensed dipancarkan dari stasiun ke stasiun yang lain. Sifat
pemancaran dari Microwave adalah line-of-sight, yaitu tidak boleh
terhalang. Karena adanya gedung-gedung yang tinggi, bukit-bukit atau
gunung-gunung, Microwave biasanya digunakan untuk jarak-jarak yang
dekat saja. Untuk jarak yang jauh, harus digunakan stasiun relay yang
berjarak 30 sampai 50 kilometer. Stasiun relay diperlukan karena untuk
memperkuat signal yang diterima dari stasiun relay sebelumnya dan
meneruskan ke stasiun relay berikutnya.
Keuntungan menggunakan gelombang mikro adalah akuisisi antar
menara tidak begitu dibutuhkan, dapat membawa jumlah data yang
besar, biaya murah karena setiap tower antena tidak memerlukan lahan
yang luas, frekuensi tinggi atau gelombang pendek karena hanya
membutuhkan antena yang kecil.
Kelemahan gelombang mikro adalah rentan terhadap cuaca seperti
hujan dan mudah terpengaruh pesawat terbang yang melintas di atasnya
III. STANDAR KONFIGURASI
3.1 Standar Konfigurasi Router SKPA
3.1.1 Network Address Translation
Network Address Translation (NAT) adalah sebuah router yang
menggantikan fasilitas sumber dan (atau) alamat IP tujuan dari paket IP
karena melewati jalur router. Hal ini paling sering digunakan untuk
mengaktifkan beberapa host di jaringan pribadi untuk mengakses
internet dengan menggunakan satu alamat IP publik.
51
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
NAT ada 2 jenis rekomendasi yang disarankan yaitu:
1. Sumber(source) NAT atau srcnat. Jenis NAT dilakukan pada paket
yang berasal dari natted jaringan. Router A NAT akan mengganti
sumber alamat IP dari sebuah paket dengan alamat IP baru publik
karena perjalanan melalui router. A setiap operasi diterapkan ke
paket balasan dalam arah lainnya.
2. Tujuan(destination) NAT atau dstnat. Jenis ini dilakukan pada paket
yang ditujukan ke natted jaringan. Hal ini umumnya digunakan
untuk membuat host di jaringan pribadi untuk dapat diakses dari
Internet. router A NAT melakukan dstnat menggantikan alamat IP
tujuan dari sebuah paket IP karena perjalanan melalui router
terhadap jaringan pribadi.
Redirect dan Masquerade Redirect dan masquerade adalah bentuk
khusus tujuan NAT dan sumber NAT, masing-masing. Redirect adalah
diutamakan dengan ke tujuan NAT biasa dengan cara yang sama seperti
yang masquerade diutamakan ke sumber masquerade NAT adalah
bentuk khusus sumber NAT tanpa perlu menentukan ke alamat - alamat
keluar antarmuka yang digunakan secara otomatis. Yang sama adalah
redirect - ia adalah satu bentuk tujuan NAT ke mana-alamat yang tidak
digunakan - masuk antarmuka digunakan sebagai ganti alamat. Perlu
diketahui bahwa to-port adalah makna penuh untuk redirect aturan – ini
adalah port layanan pada router yag akan menangani permintaannya
(contoh:webproxy).
3.1.2 Network Address Translation STATIC
NAT Static digunakan untuk menerjemahkan 1 IP lokal ke 1 IP global
ataupun sebaliknya , biasanya disebut one to one mapping . Misalnya
di kantor ada ftp server dengan ip 192.168.2.100 yang tentunya ip
52
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
tersebut hanya bisa diakses dari LAN saja karena ip nya private, namun
tentunya bila kita berada diluar kantor ingin tetap bisa mengakses ftp
server tersebut, maka dibuatlah NAT Static dengan mengalokasikan suatu
ip public untuk ftp server tersebut.
3.1.3 Network Address Translation DYNAMIC & DYNAMIC
OVERLOAD
NAT Dynamic digunakan untuk menerjemahkan beberapa ip lokal ke
beberapa ip global ataupun sebaliknya. Proses penerjemahannya secara
dynamic, jadi pada translasi ip nya tidak selalu sama seperti NAT Static.
Ketidakefektifan pada NAT Dynamic adalah jumlah ip global yang
dibutuhkan untuk mentranslasikan ip lokal harus sama (n to n mapping),
misalnya kita ingin mentranslasikan 10 ip lokal ke global maka
dibutuhkan 10 ip global/publik. Jika kita punya 11 ip private, tapi hanya
punya 10 ip publik sudah dapat dipastikan bahwa ada 1 ip private yang
tidak dapat ditranslasikan pada saat yang bersamaan.
Untuk menanggulangi ketidakefektifan NAT dynamic, muncullah
solusi baru yakni NAT Dynamic Overload atau yang biasa dikenal dengan
nama Port Address Translation (PAT). Pada NAT Overload jumlah ip publik
yang dibutuhkan tidak harus sama dengan jumlah ip private yang mau
ditranslasikan (n to m mapping) , bahkan hanya dengan menggunakan 1
ip publik kita dapat mentranlasikan banyak ip private.
3.2 Routing
Routing adalah proses untuk memilih jalur (path) yang harus dilalui oleh
paket. Jalur yang baik tergantung pada beban jaringan, panjang
datagram, type of service requested dan pola trafik. Pada umumnya skema
routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (the shortpath).
Terdapat 2 bentuk routing, yaitu:
53
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
1. Direct Routing (direct delivery); paket dikirimkan dari satu mesin ke
mesin lain secara langsung (host berada pada jaringan fisik yang sama)
sehingga tidak perlu melalui mesin lain atau gateway.
2. Indirect Routing (indirect delivery); paket dikirimkan dari suatu mesin ke
mesin yang lain yang tidak terhubung langsung (berbeda jaringan)
sehingga paket akan melewati satu atau lebih gateway atau network
yang lain sebelum sampai ke mesin yang dituju.
3.2.1 Tabel Routing
Router merekomendasikan tentang jalur yang digunakan untuk
melewatkan paket berdasarkan informasi yang terdapat pada Tabel
Routing.
Informasi yang terdapat pada tabel routing dapat diperoleh secara static
routing melalui perantara administrator dengan cara mengisi tabel
routing secara manual ataupun secara dynamic
routingmenggunakan protokol routing, dimana setiap router yang
berhubungan akan saling bertukar informasi routing agar dapat
mengetahui alamat tujuan dan memelihara tabel routing.
Tabel Routing pada umumnya berisi informasi tentang:
Alamat Network Tujuan
Interface Router yang terdekat dengan network tujuan
Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukkan jarak untuk mencapai
network tujuan. Metric tesebut menggunakan teknik berdasarkan
jumlah lompatan (Hop Count).
3.2.2 Port Router
Sebuah firewall adalah suatu system yang mengendalikan aliran
traffic antara jaringan-2 dan memberikan suatu mekanisme untuk
melindungi hosts yan gada dibelakang firewall – yang tidak lain adalah
54
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
resources jaringan private business ata corporate kita. Firewall juga bisa
kita gunakan untuk mengendalikan aliran traffic yang mengakses public
resources yang diletakkan pada DMZ. Bicara soal firewall tidak lepas dari
pengetahuan kita masalah Port Router atau Port Firewall yang pada
prinsipnya sama, baik Opening ports atau Blocking Ports agar kita
bisa mengendalikan sesuai dengan standard keamanan firewall baku.
Firewall (yang menghadap internet langsung) maupun router pada
perimeter adalah salah satu elemen system keamanan yang
diimplementasikan dengan system policy atau rule base policy pada
firewall ataupun extended access list pada Cisco Router, dilakukan
dengan cara memanipulasi Port Router ataupun Port Firewall. Kita bisa
mengendalikan hanya mengijinkan traffic tertentu saja untuk mengalir
masuk melalui Router dan Firewall baik untuk bisa mengakses public
resources pada DMZ (seperti layanan WEB) maupun yang bisa masuk ke
jaringan internal private corporate kita. Misalkan public users bisa
mengakses WEB server yang memang kita letakkan pada DMZ, maka
Router dan firewall kita manipulasi agar mengijinkan port 80 boleh masuk
inbound melalui router dan firewall untuk mengakses WEB server.
Secara default demi keamanan, maka semua akses masuk
melewati Port Router atau Port Firewall yang menghadap ke public
internet haruslah di configure DENY ALL kecuali hanya beberapa port saja
yang secara explicit diijinkan atau Granted. Kenapa? Karena kalau kita
bicara soal keamanan maka kita harus bersikap paranoid. Inii masalah
keamanan system. Sebagai contoh Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton bisa
dibobol dari orang dalam, kecolongan kan? Karena kita menganggap
kenal orang tersebut, jadinya dibiarin dan tidak dicurigai. Ingat sebagian
besar masalah security breaces berasal dari kalangan internal.
55
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Diagram berikut ini menjelaskan secara sederhana bagaimana port
router dan port firewall dikonfigure. Misalkan saja pada DMZ ada
Exchange server yang menggunakan port router 25 sebagai SMTP untuk
aliran inbund ke server Exchange kita, maka hanya port 25 saja yang
secara explicit dibuka melalui router dan firewall. Sementara misalkan
public user masuk melalui port 80 (untuk WEB) di DENY karena memang
tidak ada WEB Server pada DMZ dan port 80 di blok.
Gambar 9 : Diagram aliran port firewall port router
Berikut ini adalah table Port Router dan Port Firewall yang secara
umum dipakai seperlunya menurut kebutuhan corporate kita.
Port
numberService Use
20 FTP dataPort yang dipakai oleh FTP server untuk mengirim
data balik ke client user FTP.
21 FTPPort FTP yang mana semua server FTP secara
default ada.
22 SSH Secure Shell
23 Telnet Remote login menggunakan utility Telnet
25 SMTP Port dimana server Mail menerima email messages56
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
53 DNS
Port yang dipakai oleh DNS server dimana DNS
services mendengarkan request informasi resolusi
DNS
68 DHCP
Port yang dipakai oleh layanan DHCP server untuk
mendengarkan permintaan IP addresss oleh clients
computer pada jaringan
79 FingerDigunakan untuk mengidentifikasi users pada
system jaringan anda
80 HTTP Port yang dipakai oleh server WEB secara default
110 POP3Port yang mana server Mail mendengarkan dimana
clients bisa mengambil email
111RPC
portmap
Diperlukan oleh server NFS dan program berbasis
RPC lainnya
113 Auth
Port yang dipakai oleh server Identifikasi dimana
remote host ingin memverikasi bahwa user berasal
dari host dengan IP yang di klaim darimana dia
berasal
119 NNTP Usenet (newsgroups)
137-139 NetBIOS
Untuk NetBIOS dan (Windows File and Print Sharing)
– port dimana Windows dan Samba menggunakan
sharing drive dan printer dengan clients lainnya
143 IMAP
Port yang dipakai oleh server Mail untuk
mendengarkan clients yang menggunakan protocol
IMAP untuk membaca email mereka ketimbang
POP3
443 HTTPS Port yang dipakai oleh WEB server dengan
57
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
menggunakan SSL-enable untuk kegiatannya
512-515
*NIX-
specific
ports
*NIX-specific ports untuk mendengarkan program
exec, biff, login, who, shell, syslog, dan lpd
programs
2049 NFSDigunakan untuk mengexport file systems kepada
komputer berbasis NIX
Tabel 3. Port Standar
Tabel diatas menunjukkan port router dan port firewall standard yang
mungkin paling banyak dipakai. Sementara untuk daftar dalam table
berikut dibawah ini adah port-2 yang mungkin bisa dipergunakan
sperlunya saja.
Port
numberService Use
98 LinuxconfKhusus dipakai oleh Linux, untuk
keperluan proram konfigurasi Linuxconf
465 SSMTP SMTP melalui SSL
993 SIMAP IMAP melalui SSL
995 SPOP3 POP3 melalui SSL
1080 SOCKS Proxy server
3306 MySQL Port dimana MySQL server mendengar
5432PostgreSQ
L
Port dimana PostgreSQL server
mendengar
6000-
6069
X
Windows
Hanya *NIX saja,untuk semua X
Windows dengan GUI desktop
6667 IRC Internet Relay Chat server
8080 Digunakan oleh proxy server sebagai
58
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
WB caching
Tabel 5. Port Firewall standar
Sebuah router mirip tetapi tidak sama dengan firewall, dan tidak bisa
menggantikan sebuah Stateful firewall dalam model security.
3.2.3 Rekomendasi Konfigurasi Routing
3.2.3.1 Open Shortest Path First
Open Shortest Path First merupakan sebuah routing protokol
berjenis IGP yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu
ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah
jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan,
mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, Anda masih
memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah
tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka
jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal. Selain
itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka.
Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor
manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya,
perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun
routing protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF merupakan routing
protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF
membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-
tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan
area.
OSPF bekerja dengan link-state protocol yang memungkinkan untuk
membentuk tabel routing secara hirarki. Sebelum berlanjut ke
dalamnya, perlu dijelaskan sedikit istilah-istilah umum dalam OSPF,
yaitu :
59
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Area
Area yaitu letak dimana berada sebuah kumpulan network, router dan
host biasa. Area di sini bukan berarti area fisik.
Backbone
Backbone adalah area yang khusus dimana area-area saling
terhubungkan. Seluruh area yang ada, harus terhubung ke backbone.
Stub Area
Adalah area dimana hanya terdapat satu buah gateway / router, tidak
ada alternatif lainnya. OSPF bekerja dengan membentuk sebuah peta
network yang dipelajari berdasarkan informasi dari router-router yang
berada dalam neighbour. Peta tersebut akan berpusat pada local host.
Dari localhost host tersebut akan ada cost untuk menuju network lain
yang ditentukan dari hasil perhitungan.
3.2.3.2 Border Gateway Protokol
Border Gateway Protokol (BGP) merupakan salah satu jenis routing
protokol yang digunakan untuk koneksi antar Autonomous System (AS),
dan salah satu jenis routing protokol yang banyak digunakan di ISP
besar (Telkomsel) ataupun perbankan. BGP termasuk dalam kategori
routing protokol jenis Exterior Gateway Protokol (EGP). Dengan adanya
EGP, router dapat melakukan pertukaran rute dari dan ke luar jaringan
lokal Auotonomous System (AS). BGP mempunyai skalabilitas yang
tinggi karena dapat melayani pertukaran routing pada beberapa
organisasi besar. Oleh karena itu BGP dikenal dengan routing protokol
yang sangat rumit dan kompleks.
Karakteristik BGP :
60
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
1. Menggunakan algoritma routing distance vektor.Algoritma routing
distance
vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router.
Perubahan table routing di update antar router yang saling
berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi.
2. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client.
3. Digunakan untuk merutekan trafik internet antar autonomous system.
4. BGP adalah Path Vector routing protocol.Dalam proses menentukan
rute-rute terbaiknya selalu mengacu kepada path yang terbaik dan
terpilih yang didapatnya dari router BGP yang lainnya.
5. Router BGP membangun dan menjaga koneksi antar-peer
menggunakan port nomor. 179.
6. Koneksi antar-peer dijaga dengan menggunakan sinyal keepalive
secara periodik.
7. Metrik (atribut) untuk menentukan rute terbaik sangat kompleks dan
dapat dimodifikasi dengan fleksibel.
8. BGP memiliki routing table sendiri yang biasanya memuat prefiks-
prefiks routing yang diterimanya dari router BGP lain.
3.2.3.3 Bandwidth Management
61
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Ganbar 7. Bandwidth Management
a. Bandwidth
Bandwidth adalah kapasitas atau daya tampung kabel ethernet agar
dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga
bisa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan
dengan satuan bit per second [bps].Bandwidth internet di sediakan oleh
provider internet dengan jumlah tertentu tergantung sewa pelanggan.
Dengan QoS kita dapat mengatur agar user tidak menghabiskan
bandwidth yang di sediakan oleh provider.
b. Metode pengendalian trafik
Dalam mengendalikan trafik administrator jaringan bisa memilih
beberapa metode tergantung dari situasi pada jaringan LAN atau
backbone. Tiap trafik akan dikendalikan dengan metode tertentu yang
akan berdampak pada kecepatan akses, jadi administrator jaringan
perlu membaca dan mengerti bagian ini terlebih dahulu, beberapa
metode pengendalian trafik sebagai berikut:
62
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Prioritas
Pada metode prioritas paket data yang melintasi gateway diberikan
prioritas berdasarkan port, alamat IP atau sub net. Jika trafik pada
gateway sedang tinggi maka prioritas dengan nilai terendah (nilai paling
rendah berarti prioritas tertinggi) akan di proses terlebih dahulu,
sedangkan yang lainnya akan di berikan ke antrian atau dibuang .
Metode prioritas paling cocok diterapkan pada koneksi internet yang
memiliki bandwidth sempit, hanya trafik paling penting saja yang
dilewatkan seperti smtp dan pop3.
Token bucket filter
Token bucket filter (TBF) membatasi bandwidth dengan metode
shape & drop, prinsip kerja menggunakan aliran token yang memasuki
bucket dengan kecepatan (rate) konstan, jika token dalam bucket habis
maka paket data akan di antri dan kelebihannya dibuang, setiap paket
data yang dikeluarkan identik dengan token. Token dalam bucket akan
lebih cepat habis jika aliran paket data melampaui kecepatan token
memasukki bucket, jadi kita asumsikan bahwa trafik melebihi batas
konfigurasi.
Gambar 7. Token Bucket Filter
63
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Klasifikasi Priotitas Bandwidth
Alokasi Bandwidth eth0 dan eth1
Setiap Dinas/Badan mendapatkan alokasi bandwidth dari Pusat
sebesar 128kbps ditarik melalui kabel leased line telpon ke modem
ADSL yang terhubung dengan komputer gateway RED, pada saat
jaringan sedang sibuk nilai latency nya kita set 500msec. Buatlah
setting RED pada komputer gateway ?
Bandwidth = 128kbps = 16000 Byte / sec
Latency = 500msec = 0.5 sec
Max = Bandwidth * Latency
= 16000 * 0.5
= 8000
Min = Max / 2
= 4000
Limit = 8 * max
= 8 * 8000
= 64000
Burst = (2 * min + max) / (3 * avpkt)
= (2 * 4000 + 8000) / (3 * 1000)
= 5.33
64
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
Fasilitas dan Alokasi Bandwidth
3.2.4 Rekomendasi Pengelolaan TCP/IP
3.2.4.1 Daftar Perencanaan Manajemen Pengelolaan
Transmission
Control Protocol/Internet Protocol TCP/IP Wirelless Client
Jaringan Internet/Intranet SKPA
Total Ip di alokasikan untuk client 2-100 192.168.126.0/24
subnet mask yang digunakan 255.255.255.0
No Nama Radio SKPA Ip Radio
Username Password
1 Program Percepatan Kegiatan (P2K)
192.168.126 2 admin telematika2
2Inspektorat
192.168.126 3 admin telematika3
3Dinas Pertambangan dan Energi
192.168.126 4 admin telematika4
4Dewan Kerajinan Nasional
192.168.126 5 admin telematika5
5Mahkamah Syariah
192.168.126 6 admin telematika6
6Baitul Mal
192.168.126 7 admin telematika7
7Dinas Syariat Islam
192.168.126 8 admin telematika8
8UPTD PDGA
192.168.126 9 admin telematika9
9Badan Narkotika Nasional
192.168.126
10 admin telematika10
65
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
10 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
192.168.126
11 admin telematika11
11 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
192.168.126
12 admin telematika12
12 Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh
192.168.126
13 admin telematika13
13Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
192.168.126
14 admin telematika14
14Dinas Pemuda dan Olahraga
192.168.126
15 admin telematika15
15 Badan Pembinaan Pendidikan Dayah
192.168.126
16 admin telematika16
16Bappeda
192.168.126
17 admin telematika17
17UPTD BPTK
192.168.126
18 admin telematika18
18UPTD TELEMATIKA
192.168.126
19 admin telematika19
19Rumah Kadis Pendidikan
192.168.126
20 admin telematika20
20Akper Cut Nyak Dhien
192.168.126
21 admin telematika21
21 Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh
192.168.126
22 admin telematika22
22 Yayasan Pendidikan Berbasis Masyarakat (YPBM)
192.168.126
23 admin telematika23
23UPT LAB BAPEDAL
192.168.126
24 admin telematika24
24 Badan kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
192.168.126
25 admin telematika25
25 Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
192.168.126
26 admin telematika26
26Kejaksaan Tinggi Aceh
192.168.126
27 admin telematika27
27Rumah Sakit Umum Zainal Abidin
192.168.126
28 admin telematika28
28Rumah Kabid PSI dan TT
192.168.126
29 admin telematika29
29Arah Pointing BTS Pendopo
192.168.126
30 admin telematika30
30Bidang Managemen Database dan Pelayanan Media (eks. Gedung Infokom)
192.168.126
31 admin telematika31
31 Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh
192.168.126
32 admin telematika32
32 Badan Penanggulangan Bencana Alam
192.168.126
33 admin telematika33
66
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
33 Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
192.168.126
34 admin telematika34
34 Rumah Eks. Gubernur Aceh (Irwandi Yusuf)
192.168.126
35 admin telematika35
35Badan SAR Nasional
192.168.126
36 admin telematika36
36 SMK Negeri 1,2 dan 3 Banda Aceh
192.168.126
37 admin telematika37
37 Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
192.168.126
38 admin telematika38
38 Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh
192.168.126
39 admin telematika39
39 Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh
192.168.126
40 admin telematika40
40 Badan Pemberdayaan Masyarakat
192.168.126
41 admin telematika41
41Dinas Sosial
192.168.126
42 admin telematika42
3.2.4.2. Daftar Perencanaan Manajemen Pengelolaan
Transmission
Control Protocol/Internet Protocol TCP/IP Wirelless
Access Point Jaringan Internet/Intranet SKPA
Total Ip di alokasikan untuk client 101-150 192.168.126.0/24
subnet mask yang digunakan 255.255.255.0
No Nama Radio AP BTS Ip Radio
Username Password
AP 1A
192.168.126
101 admin t3l3m4t1k4
AP 2A
192.168.126
102 admin t3l3m4t1k4
AP 3A
192.168.126
103 admin t3l3m4t1k4
67
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
AP 4A
192.168.126
104 admin t3l3m4t1k4
AP 5A
192.168.126
105 admin t3l3m4t1k4
AP 6A
192.168.126
106 admin t3l3m4t1k4
AP 1B
192.168.126
111 admin t3l3m4t1k4
AP 2B
192.168.126
112 admin t3l3m4t1k4
AP 3B
192.168.126
113 admin t3l3m4t1k4
AP 4B
192.168.126
114 admin t3l3m4t1k4
AP 5B
192.168.126
115 admin t3l3m4t1k4
AP 6B
192.168.126
116 admin t3l3m4t1k4
AP 1C
192.168.126
117 admin t3l3m4t1k4
AP 2C
192.168.126
118 admin t3l3m4t1k4
AP 3C
192.168.126
119 admin t3l3m4t1k4
AP 4C
192.168.126
120 admin t3l3m4t1k4
AP 5C
192.168.126
121 admin t3l3m4t1k4
AP 6C
192.168.126
122 admin t3l3m4t1k4
AP 1D
192.168.126
123 admin t3l3m4t1k4
AP 2D192.168.126
124 admin t3l3m4t1k4
AP 3D192.168.126
125 admin t3l3m4t1k4
AP 4D192.168.126
126 admin t3l3m4t1k4
AP 5D192.168.126
127 admin t3l3m4t1k4
AP 6D192.168.126
128 admin t3l3m4t1k4
68
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
3.2.4.3 Daftar Perencanaan Manajemen Pengelolaan
Transmission
Control Protocol/Internet Protocol TCP/IP Wirelless Point
to Point Jaringan Internet/Intranet SKPA
Total Ip di alokasikan untuk client 151-200 192.168.126.0/24
subnet mask yang digunakan 255.255.255.0
No
Nama Radio POINT TO POINT BTS Ip Radio
Username Password
POINT TO POINT 1A192.168.126
151 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2A
192.168.126
152 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1B
192.168.126
153 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2B
192.168.126
154 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1C
192.168.126
155 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2C
192.168.126
156 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1D
192.168.126
157 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2D
192.168.126
158 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1E
192.168.126
159 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2E
192.168.126
160 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1F
192.168.126
161 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2F
192.168.126
162 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1G
192.168.126
163 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2G
192.168.126
164 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 1H
192.168.126
165 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2H
192.168.126
166 admin t3l3m4t1k4
69
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
POINT TO POINT 1I
192.168.126
167 admin t3l3m4t1k4
POINT TO POINT 2I
192.168.126
168 admin t3l3m4t1k4
3.2.4.4 Daftar Perencanaan Manajemen Pengelolaan
Transmission
Control Protocol/Internet Protocol TCP/IP Internet
Jaringan Internet/Intranet SKPA
Total Ip di alokasikan 1 -100 172.254.254.0/25
subnet mask yang digunakan 255.255.255.128
No Nama IP WAN SKPA Ip Radio
Username Password
1Program Percepatan Kegiatan (P2K)
172.254.254. 2 admin
telematika2
2Inspektorat
172.254.254. 3 admin
telematika3
3Dinas Pertambangan dan Energi
172.254.254. 4 admin
telematika4
4Dewan Kerajinan Nasional
172.254.254. 5 admin
telematika5
5Mahkamah Syariah
172.254.254. 6 admin
telematika6
6Baitul Mal
172.254.254. 7 admin
telematika7
7Dinas Syariat Islam
172.254.254. 8 admin
telematika8
8 UPTD PDGA 172.254.25 9 admin telematika70
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
4. 9
9Badan Narkotika Nasional
172.254.254.
10 admin
telematika10
10 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
172.254.254.
11 admin
telematika11
11 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
172.254.254.
12 admin
telematika12
12 Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Aceh
172.254.254.
13 admin
telematika13
13Dewan Perwakilan Rakyat Aceh
172.254.254.
14 admin
telematika14
14Dinas Pemuda dan Olahraga
172.254.254.
15 admin
telematika15
15Badan Pembinaan Pendidikan Dayah
172.254.254.
16 admin
telematika16
16Bappeda
172.254.254.
17 admin
telematika17
17UPTD BPTK
172.254.254.
18 admin
telematika18
18UPTD TELEMATIKA
172.254.254.
19 admin
telematika19
19Rumah Kadis Pendidikan
172.254.254.
20 admin
telematika20
20Akper Cut Nyak Dhien
172.254.254.
21 admin
telematika21
21Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh
172.254.254.
22 admin
telematika22
22 Yayasan Pendidikan Berbasis Masyarakat (YPBM)
172.254.254.
23 admin
telematika23
23UPT LAB BAPEDAL
172.254.254.
24 admin
telematika24
24 Badan kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
172.254.254.
25 admin
telematika25
25Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
172.254.254.
26 admin
telematika26
26Kejaksaan Tinggi Aceh
172.254.254.
27 admin
telematika27
27Rumah Sakit Umum Zainal Abidin
172.254.254.
28 admin
telematika28
28Rumah Kabid PSI dan TT
172.254.254.
29 admin
telematika29
29Arah Pointing BTS Pendopo
172.254.254.
30 admin
telematika30
30Bidang Managemen Database dan Pelayanan Media (eks. Gedung Infokom)
172.254.254.
31 admin
telematika31
31 Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh 172.254.25 3 admin telematika71
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
4. 2 32
32 Badan Penanggulangan Bencana Alam
172.254.254.
33 admin
telematika33
33 Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
172.254.254.
34 admin
telematika34
34 Rumah Eks. Gubernur Aceh (Irwandi Yusuf)
172.254.254.
35 admin
telematika35
35Badan SAR Nasional
172.254.254.
36 admin
telematika36
36SMK Negeri 1,2 dan 3 Banda Aceh
172.254.254.
37 admin
telematika37
37 Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk
172.254.254.
38 admin
telematika38
38Mahkamah Syariah Kota Banda Aceh
172.254.254.
39 admin
telematika39
39Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh
172.254.254.
40 admin
telematika40
40Badan Pemberdayaan Masyarakat
172.254.254.
41 admin
telematika41
41Dinas Sosial
172.254.254.
42 admin
telematika42
72
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
IV. SOLUSI
4.1. Solusi Hasil Analisa
Tujuan dari rancangan workplan koneksi jaringan internet/intranet SKPA
ini adalah :
1. Sebagai pedoman dan acuan yang lebih sesuai dalam membangun
koneksi
jaringan internet/intranet SKPA yang berkualitas dengan model
terintegrasi, tersebar, terkoordinasi dan aman.
2. Sebagai langkah yang efisien, efektif dan ekonomis untuk membangun
dan
mengembangkan sistem jaringan SKPA disetiap unit kerja.
3. Sebagai rambu-rambu tentang arah dan cara pengembangan koneksi
jaringan
internet/intranet di SKPA.
Adapun yang ingin dicapai adalah :
4.1.1. Solusi Jangka Pendek
Solusi Jangka Pendek 2013
1. Terbentuknya landasan hukum dan peraturan yang jelas dan rasional
guna
mendukung lancarnya pembangunan, pengembangan dan
pengelolaan koneksi jaringan internet/intranet di SKPA.
2. Tersedianya fondasi dasar koneksi jaringan internet/intranet di SKPA.
3. Tersedianya organisasi pengelola jaringan SKPA yang sesuai dengan
statuta
dan akuntable.
4. Tersedianya Standar operasional prosedur, baik pelaksanaan maupun
pengembangan koneksi jaringan internet/intranet di SKPA.
73
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
5. Penerapan Management Pengelolan Bandwidth.
6. Melakukan Repointing ulang pada BTS yang overload client.
7. Penerapan Standarisasi topologi Jaringan Intranet/Internet SKPA.
8. Peningkatan kualitas SDM SKPA.
9. Optimalisasi konfigurasi perangkat jaringan.
10. Pembangunan Network Monitoring dan Network Manajemen.
4.1.2 Solusi Jangka Menengah
Jangka Menengah 2013 – 2017
1. Tersusunnya organisasi dan manajemen koneksi jaringan
internet/intranet
SKPA yang dipahami dan dilaksanakan oleh semua pihak terkait.
2. Tersusun dan berjalan lancar mekanisme dan sistem pengembangan
koneksi
jaringan internet/intranet SKPA.
3. Terjalinnya kerja sama dengan pihak terkait dalam pemanfaatan
koneksi
jaringan internet/intranet SKPA.
4. Upgrading dan Optimalisasi perangkat jaringan.
5. Penambahan Base Transmision Station (BTS).
6. Kebijakan pemakaian Frequensi 5,7 Ghz merupakan frekuensi bebas,
langkah baiknya menggunakan frekuensi berbayar.
7. Alih teknologi.
8. Perancangan Network Monitoring dan Network Manajemen.
4.1.3 Solusi Jangka Panjang
Jangka Panjang 2017 – 2027
Hasil analisa untuk jangka panjang dengan melihat kondisi
penggunaan jaringan wireless di Banda Aceh semakin padat. Maka untuk
74
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
kedepannya pemerintahan Aceh sudah seharusnya menggunakan
teknologi yang mutakhir dengan menggunakan serat optic yang
kapasitasnya besar untuk menampung jaringan data local yang
kebutuhannya untuk saat ini semakin meningkat. Sehingga tercapainya
optimasi infrastruktur koneksi jaringan internet/intranet SKPA yang
terintegrasi, terpadu, cepat, efisien, efektif dan ekonomis di lingkungan
SKPA
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sebagai rekomendasi untuk mendukung pembangunan,
pengembangan infrastruktur dan implementasi Koneksi Jaringan
Internet/Intranet SKPA perlu diperhatikan beberapa hal:
Standar topologi
Perlunya standarisasi perangkat jaringan SKPA sehingga memudahkan
manajemen pengelolaan perangkat secara menyeluruh sehingga terjadi
kolaborasi antar SKPA memudahkan bagi top manajemen untuk
mengambil keputusan. Apabila terjadi trouble shooting memudahkan
memanage semua perangkat yang ada.
Standar Perangkat
Perlunya standarisasi perangkat jaringan SKPA sehingga memudahkan
manajemen pengelolaan perangkat secara menyeluruh sehingga terjadi
kolaborasi antar SKPA memudahkan bagi top manajemen untuk
75
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
mengambil keputusan. Apabila terjadi trouble shooting memudahkan
memanage semua perangkat yang ada.
Standar Konfigurasi
Perlunya standarisasi perangkat jaringan SKPA sehingga memudahkan
manajemen pengelolaan perangkat secara menyeluruh sehingga terjadi
kolaborasi antar SKPA memudahkan bagi top manajemen untuk
mengambil keputusan. Apabila terjadi trouble shooting memudahkan
memanage semua perangkat yang ada.
Frekuensi
Perlunya peraturan Pergub atau sebuah kebijakan yang mengatur lalu
lintas pengguna frekuensi yang digunakan di Prov.Aceh sehingga aturan
pengguna frekuensi menjadi teratur dan tertib.
Jumlah Client
Jumlah client yang semakin hari semakin meningkat tidak diimbangi
dengan pengembangan infrastruktur yang ada sehingga terjadi overload
penggunan jaringan internet/intranet SKPA.
Jumlah BTS
Perlunya penambahan atau pengembangan BTS dilihat dari segi
peningkatan jumlah koneksi (Client SKPA) yang semakin hari semakin
bertambah, berkembang tidak diimbangi dengan jumlah BTS yang ada.
Kualitas SDM
Perkembangan Teknologi khususnya di bidang Teknologi Informasi yang
terjadi selama ini perubahannya sangat pesat dan penerapan teknologi
informasi yang sangat besar di SKPA tidak sejalan dengan pengembangan
SDM yang ada, sehingga pengembangan SDM selalu tertinggal
76
Laporan PerencanaanPekerjaan Evaluasi Koneksi Jaringan Internet/Intranet SKPA
dibandingkan dengan teknologi yang ada. Perlunya penigkatan kualitas
SDM secara berkelanjutan sehingga dapat memenuhi dan megimbangi
perkembangan teknologi informatika. Maka kedepan diharapkan
pendidikan SDM harus ditingkatkan atau diselaraskan dengan
perkembangan teknologi. Pelatihan SDM harus dirancang sesuai
kebutuhan dengan fasilitas yang tersedia untuk menjalankan manajemen
jaringan internet/intranet SKPA.
77